Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

“ANALISIS BIAYA VOLUME LABA: ALAT


PERENCANAAN MANAJERIAL”

Dosen Pengampu : Purweni Widhianingrum, S.E., M.M., M.SA.,


Ak., CA., CSRS

Disusun Oleh:
5A Akuntansi
1. Nasiska Febri Chrisma Sari (1703101008)
2. Vela Mayona Riasta (1703101022)
3. Putri Wahyuningsih (1703101028)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga


makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

i
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.Kami berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca..
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

15 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Titik Impas dalam Unit.........................................................................2
B. Titik Impas dalam Dolar Penjualan......................................................8
C. Analisis Multiproduk ...........................................................................11
D. Representasi Grafis dari Hubungan CVP.............................................16
E. Perubahan dalam Variabel CVP...........................................................21
F. Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas..............27
BAB III PENUTUP..........................................................................................33
Kesimpulan.................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume
Profit Analysis (CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan terkait dengan biaya variable per unit,
kuantitas yang terjual, harga produk ( prices of products ), volume produksi, dan
semua informasi keuangan perusahaan yang terkandung di dalamnya yang sangat
mempengaruhi tingkat laba. Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya
seperti jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan
biaya tetap terhadap titik impas, serta dampak kenaikan harga terhadap laba.
Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis
sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya
terhadap laba.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan analisis multiproduk?
2. Apa yang dimaksud dengan analisis CVP?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui analisis multiproduk.
2. Untuk mengetahui analisis CVP.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis)
merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan. Karena analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan
antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan
persahaan terkandung di dalamnya. Analysis CVP dapat menjadi suatu alat yang
bermanfaat untuk mengindetifikasi cakupan dan bersarnya kesulitan ekonomi
yang dihadapi suatu divisi dan mebantu mencari pemecahnya. Analisis CVP juga
dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus dijual untuk
mencapaiimpas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan
dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analysis CVP memungkinkan
para manajer untuk melakukan analisi sensitivitas dengan menguji dapak dari
berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. Meskipun bab ini berkaitan
dengan mekanika dan terminology analisis CVP, anda harus tetap ingat bahwa
CVP merupakan suatu bagian integral dari perencanaan keuangan dan
pengambilan keputusan. Setiap akuntan dan manajer harus mengenal seluruh
konsep-konsepnya, bukan mekanikanya.

A. TITIK IMPAS DALAM UNIT


Ketertarikan untuk mengetahui pendapatan, beban, dan laba berperilaku
ketika volume berubah adalah sesuatu yang lazim untuk memulai dengan
menentukan titik impas perusahaan dalam jumlah unit yang terjual. Titik impas
(break-even point) adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya,
titik di mana laba sama dengan nol. Untuk menemukan titik impas dalam unit,
kita fokus pada laba operasi. Pertaa, kita akan membahas cara menentukan titik
impas, kemudian meihat bagaimana pendekatan kita dapat dikembangkan untuk
menentukan jumlah unit yang harus dijual guna menghasilkan laba yang
ditargetkan.
Keputusan awal perusahaan CVP adalah menetukan apa yang diaksud
pendekatan unit yang terjual pada analisis CVP adalah menetukan apa yang
dimaksud dengan sebuah unit. Bagi perusahaan manufaktur, jawabanya jelas
Procter & Gamble bisa mendefinisikan sebuah unit sebaagai satu batang sabun
mandi merek ivory, Janet McFarland (dari scenario pembuka) akan
mengindentifikasikan sebuah unit sebagai satu botol salsa, perusahaan jasa
menghadapi pilihan yang lebih sulit, Southwest Air Lines dapat
mengindentifikasikan sebuah unit sebagai mil penumpang atau satu kali
perjalanan.
Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap
dan variabel. Analysis CVP berfokus ada berbagai faktor yang mempengaruhi
perubahan dalam komponen laba. Karena kita membahas analisis CVP dalam
kerangka unit yang terjual, kita perlu menentukan komponen tetap dan variabel
dari biaya serta pendapatan yang berkaitan dengan inut-unit. (asumsi ini akan
lebih longgar jika kita menggabungkan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ke
dalam analisis CVP). Hal penting yng perlu didasari sekarang adalah kita berfokus
pada perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, biaya-biaya yang sedang
kita bicarakan adalah seluruh biaya yang meningkat akibat unit yang terjual lebih

2
banyak, termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel,
biaya enjualan, dan administrative variabel. Biaya tetap juga mencakup overhead
tetap, beban penjualan, dan administrative tetap.

Penggunaan laba operasi dalam analisis CVP


Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk
mengorganisasikan biaya-biaya persahaan alam kategori tetap dan variabel.
Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut

Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variabel – Beban tetap

Perhatikan bahwa ita menggunakan istilah laba operasi untuk


menunjukkan penghasilan atau laba sebelum pajak penghasilan. Laba operasi
(operating income) hanya mencaku pendapatan dan beban dari operasional normal
perusahaan. Laba bersih (net income) adalah laba operasi dikurangi pajak
penghasilan.
Setelah menghitung jumlah unit yang terjual, kita dapat mengembangkan
persamaan laba operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan beban
variabel dalam jumlah unit dollar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik,
pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit
terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit yang terjual.
Dengan demikian, persamaan laba operasi menjadi:

Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) – (Biaya variabel per unit x
Jumlah unit terjual) – Total biaya tetap

Misalkan anda ditanya mengenai jumlah unit yang harus dijual untuk
mencapai imas atau menghasilkan laba nol. Anda dapat menjawab pertanyaan
tersebut dengan menetapkan laba operasi sama dengan nol, kemudian
memecahkan persamaan laba operasi untuk jumlah unit.
Sekarang, mari kita gnakan contoh berikt untuk mencarititik imas dalam
unit. Anggaplah Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput. Untuk
tahun mendatang, pengontrol telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut.

Penjualan (1.000 unit @ $ 400) $ 400.000


Dikurangi: Beban variable 325.000
Margin kontribsi $ 75.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 30.000

Kita lihat bahwa harga per unit mesin pemotong rumpt di Whittier
Company adalah $ 400 dan biaya variabel per unit $ 325 ($ 325.000/1.000 unit).
Biaya tetap adalah $ 45.000. jadi, persamaan laba operasi pada titik impas adalah
sebagai berikut:

3
0 = ($ 400 x Unit) – ($ 325 x Unit) - $ 45.000
0 = ($ 75 x Unit) - $ 45.000
$ 75 x Unit = $ 45.000
Unit = 600

Dengan demikian, Whittier harus menjual 600 pemotong rumput untuk


menutupi semua beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk memeriksa
jawaban ini adalah memformulasikan suatu laporan laba rugi berdasarkan 600 unit
yang terjual.

Penjualan (600 unit @ $ 400) $ 240.000


Dikurangi: Beban variabel 195.000
Margin kontribusi $ 45.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 0

Jumlah, penjualan 600 unit menghasilakan laba nol.


Sebuah keunggulan penting dari pendekatan diturunkan operasi adalah
seluruh persamaan CVP berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut
perhitungan biaya variabel. Dengan demikian, anda dapat memecahkan setiap
persoalan CVP dengan menggunakan pendekatan ini.

Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas


Kita dapat menghitung unit impas lebih cepat dengan berfokus pada
margin kontribusi. Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan
penjualan dikurangi total biaya variabel. Pada impas, margin kontribusi sama
dengan beban tetap. Sebagai contoh, iTunes dari Apple mengenakan biaya $0,99
untuk mengunduh sebuah lagu. Total biaya variabel – termasuk pembayaran ke
perusahaan rekaman lain-lain – sekitar $0,95. Hal ini berarti iTunes memperoleh
margin kontribusi $0,04 untuk setiap lagu yang dibeli dan diunduh. Margin
kontribusi yang rendah per unit dan harus menutupi semua biaya tetap berarti
iTunes merupakan usaha yang impas ?
Jika kita mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya
variabel per unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah nit, maka
kita akan mendapatkan persamaan dasar impas berikut.

Jumlah unit = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit.

Dengan menggunkn Whittier Company sebagai contoh, kita dapat melihat


bahwa margin kontribusi per unit bisa dihitung dengan salah satu dari dua cara
berikut. Cara pertama adalah membagi total margin kontribusi dengan unit yang
terjual untuk menghasilkan $ 75 per unit ($75.000/1.000). cara kedua adalah
menghitung harga dikurangi biaya variabel per unit. Dengan ara itu, hasilnya sama
saja, yaitu $ 75 per unit ($ 400 - $ 325). Untuk menghitung jumlah unit impas
Whittier Company, gunakalah persmaan dasar impas berikut.

4
Jumlah unit = $ 45.000 / ($ 400 - $ 325
= $ 45.000 / $ 75
= 600

Jawabannya tentu sama persis dengan jawaban yang dihitung dengan


menggunakan laporan laba rugi.

Penjualan dalam Unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba


Meskipun titi impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar
perusahaan ingin memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis CVP
menyediakan suatu cara menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk
mengahsilkan target laba tertentu. Target laba operasi dapat dinyatakan sebagai
sebuah jumlah dollar (misalnya, $ 20.000) atau suatu persentase dari pendapatan
penjualan (contohnya, 15 persen dari pendapatan). Pendekatan laba operasi dan
pendekatan margin kontribusi dapat disesuaikan dengan mudah untuk mencari
target laba.

Target Laba dalam Jumlah Dolar anggaplah Whittier Company ingin


memperoleh laba operasi sebesar $ 60.000. berapakah mesin peotong rumput yang
harus dijual untuk mencapai hasil ini? mari kita gunkana laporan laba rugi untk
mencari hasilnya.

$ 60.000 = ($ 400 x Unit) – ($ 325 x Unit) - $ 45.000


$ 105.000 = $ 75 x Unit
Unit = 1.4000

Jika kita menggunakan persamaan dasar impas, kita hanya perlu menambahkan
target laba sebesar $ 60.000 pada biaya tetap dan langsung menemukan jumah
unit.

Unit = ($ 45.000 + $ 60.000) / ($ 400 - $ 325)


Unit = $ 105.000 / $ 75
Unit = 1.400

Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laa
operasi sebesar $ 60.000. laporan laba rugi membuktikan hasil berikut.

Penjualan (1.400 unit @ $ 400) $ 560.000


Dikurangi: Beban variabel 455.000
Margin kontribusi $ 105.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000
Laba operasi $ 60.000

Cara lain untuk memeriksa jmlah unit ini adalah menggunakan titik impas.
Seperti yang ditunjukkn, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput
atau 800 lebih banyak dari volume 600 unit untuk menghasilkan laba sebesar $

5
60.000. Margin kontribusi per mesin pemotong rumput adalah $ 75. Perkalian
antara $ 75 dengan 800 unit mesin pemotong rumput diatas akan menghasilkan
laba sebesar $ 60.000 ($ 75 x 800). Hasil menunjukkan margin kontribusi per unit
untuk setiap unit atas impas adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik
impas telah dihitung, jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk
menghasilkan laba operasi $ 60.000 dapat dihitung dengan membagi margin
kontribusi per unit ke dalam target lba dan menambahkan hasilnya dengan volume
impas.
Secara umum, denan asumsi biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap
laba perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat
dinilai dengan sebagai mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan
unit yang terjual. Sebagai contoh, jika mesin pemotong rumput yang terjual
sebnyak 1.500, bukan 1.400, maka berapa jumlah laba yang akan diperoleh ?
perubahan dlam unit yang terjual adlah suatu kenaikan sebanyak 100 mesin
pemoton rumput dan margin kontribusi per unit adalah $ 75. Dengan demikian,
laba akan meningkat $ 7.500 ($ 75 x 100).

Target Laba dalam Presentase dari Pendapatan Pennjualan Anggaplah


Whittier Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang harus
dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengn 15 persen dai pendapatan
penjualan. Pendapatan penjualan adalah harga dikaikan dengan kuantitas yang
terjual. Jadi, target laba operasi adlah 15 persen dari harga dikalikan dengan
kuantitas. Dengn menggunakan laporan laba rugi (yang lebih sederhana pada
kasus ini), diperoleh:

0,15 ($ 400) (Unit) = ($ 400 x Unit) – ($ 325 x Unit) - $ 45.000


$ 60 x Unit = ($ 400 x Unit) – ($ 325 x Unit) - $ 45.000
$ 60 x Unit = ($ 75 x Unit) - $ 45.000
$ 15 x Unit = $ 45.000
Unit = 3.000

Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumpt menghasilkan


yang saa dengn 15 persen dari pendapatan penjualan? untuk 3.000 mesin
pemotong rumput, total pendapatan adalah $ 1,2 juta ($ 400 x 3.000). laba dapat
dihitung tanpa harus menyusun laporan laba rugi yang formal. Ingat bahwa di atas
impas, margin kontribusi per unit adalah laba per unit. Volume impas adalah 600
mesin pemotong rumput. Jika 3.000 mesin pemotong rumput terjual, maka ada
2.400 (3.000 – 600) mesin pemotong rumput di atas titik impas yang telah terjual.
Jadi, laba sebelum pjk adalah $ 180.00 ($ 75 x 2.400), yaitu 15 persen dari
penjualan ($ 180.000 / $ 1.200.000).

Target Laba Seteah Pajak Saat menghitung titik impas, pajak menghasilkan titi
berperan. Hal ini disebabkan pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun,
ketika perususahaan ingin mengetahui jumlah unit yang harus dijual untuk
menghasilkan laba bersih tertentu, diperlukan beberapa pertimbangan tambahan.
Ingat kembali bahwa laba bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan

6
angka target laba kita dinyatakan dalam kerangka sebelum pajak. Dengan
demikian, kita harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh
laba operasi ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih.
Secara mum, pajak dihitung sebagai presentasen dari laba. Laba setelah
pajak dihitung dengan menggunakan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum
pajak).

Laba bersih = Laba operasi – Pajak penghasilan


= Laba operasi – (Tarif pajak x Laba operasi)
= Laba operasi (1 – Tarif pajak)
Atau

Laba operasi = Laba bersih / (1 – Tarif pajak)

Jadi, untk mengonversi laba setelah pajak menjadi laba sebelum pajak,
cukup membagi laba setelah pajak denan (1 – Tarif pajak).
Misalkan, Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $
48.750 dan tariff pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba
setelah pajak menjadi target laba sebelum pjak, selesaikanlah langkah – langkah
berikut:

$ 48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)


$ 48.750 = 0.65 (Laba operasi)
$ 75.000 = Laba operasi

Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Whittier
Company harus menghasilkan $ 75.00 sebelum pajak penhasilan untuk
memperoleh $ 48.750 setelah pajak penghasilan. Dengan pengonversian ini, kita
dapat menhitung jumlah unit yang harus dijual.
Unit = ($ 45.000 + $ 75.000) / $ 75
Unit = $ 120.000 / $ 75
Unit = 1.600
Mari periksa jawaban ini dengan menyusun laporan laba rugi berdasarkan
penjualan sebanyak 1.600 mesin pemotong rumput.

Penjualan (1.600 @ $ 400) $ 640.000


Dikurangi: Beban variabel 520.000
Margin kontribusi $ 120.000
Dikuraangi: Bebab tetap 45.000
Laba operasi $ 75.000
Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) 26.250
Laba bersih $ 48.750

7
B. TITIK IMPAS DALAM DOLAR PENJUALAN
Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin
lebih suka menggunkan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan
daripada unit yang terjual. Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversi
menjadi suatu ukuran pendapatan penjualan hanya dengan mengalihkan harga jual
per unit dengan unit yang terjual. Sebagai contoh, titik impas Whittier Company
yang telah dihitung adalah 600 mesin pemotong rumput. Karena harga jual per
unit mesin pemtong rumput adalah $ 400, volume impas dalam pendapatan
penjualan adalah $ 240.00 ($ 400 x 600).
Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat dikonversi
secara udah menjadi satu jawaban yang dinyaakan dalam pendapatan penjualan,
tetapi jawaban tersebut bisa dihitung secara lebih langsung dengan
mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan penjualan. Pada kasus
ini, variabel yang penting adalah dollar penjualan sehingga pendapatan dan biaya
variabel harus dinyatakan dalam dollar, bukan unit. Karena pendapatan penjualan
selalu dinyatakan dalam dollar, pengukuran variabel tidak menjadi masalah.
Pembahasan biaya variabel dan bagaimana biaya tersebut dapat dinyatakan dalam
ukuran penjualan akan disajikan dalam ukuran dollar penjualan akan disajikan
secara lebih mendalam.
Untuk menghitung titik impas dalam dollar penjualan, biaya variabel
didefisinikan sebagai suatu presentase dari penjualan bukan sebagai sebuah
jumlah per unit yang terjual. Tampilan 11-1 mengilustrasikan pembagian
pendapatan penjualan menjadi biaya variabel dan margin kontribusi. Pada
tampilan tersebut, harga adalah $ 10 dan biaya variabel adalah $ 6. Sisanya adalah
margin kontribusi sebesar $ 4 ($ 10 - $ 6). Jika yangdijual adalah 10 nit, maka
total biaya variabel adalah $ 60 ($ 6 x 10 unit). Karena setiap unit yang dijual
menghasilkan pendapatan sebesar $ 10 dan membutuhkan biaya variabel $ 6, kita
dapat memperkirakan total biaya variabel sebesar $ 60 untuk pendapatan $ 100
(0,60 x $ 100)
Rasio biaya variabel (variabel cost ratio) sebesar 60 persen pada contoh
ini merupakan bagian dari setiap dollar penjualan yang harus digunakan untuk
menutup biaya variabel. Rasio biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan
data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari dollar penjualan yang
tersisa setelah biaya variabel tertutupi merupakan rasio margin kontribusi. Rasio
margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dollar
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Pada
tampilan 11-1, jika rasio biaya variabel adalah 60 persen dari penjalan, maka rasio
margin kontribusi haruslah 40 persn dari penjualn. Dari sini, dapat dipahami
bahwa pelengkap rasio biaya variabel adalah rasio margin kontribusi. Bagian
dollar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi haruslah merupakan
komponen margin kontribusi.
Sama seperti rasio biaya margin yang dapat dihitung dengan menggunakan
angka total atau per unit, rasio margin kontribusi yang sebesar 40 persen pada
tampilan tersebut juga dapa dihitung dengan kedua cara tersebut. Cara pertama
membagi total margin kontribusi dengan total penjualan ($ 40 / $ 100) cara
kedua,menggunakan margin kontribusi per unit dibagi denggan harga ($ 4 / $ 10).
Jika rasio biaya variabenya diketahui, rasio ini tentu dapat dikurangkan dari 1
untuk menghasilkan rasio margin kontribusi (1 – 0,60 = 0,40).

8
Bagaimana dengan biaya tetap? karna mrgin kontribusi merupkan
pendapatan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi, margin kontribusi
tersebut pastilah merupakan pendapatan penjualan yang tersedia untuk menutup
biaya tetap dan menyumbang laba. Dalam hal ini, terdapat tiga kemungkinan:
biaya tetap bisa sama dengan margin kontribusi, biaya tetap lebih kecil dari
margin kontribusi, atau biaya tetap bisa lebih besar dari margin kontribusi. Jika
biaya tetap yang sama ddengan margin kontribusi, maka laba operasi sama dengan
nol dan perusahaan berada dalam keadaan impas. Jika biaya tetap yang lebih kecil
dari margin kontribusi, perusahaan menghasilkan laba (atau laba operasi positif).
Terakhir, jika biaya tetap yang lebih besar dari margin kontribusi, perusahaan
mengalami kerugian operasi.
Sekarang mari kita kembali pada beberapa contoh berdasarkan Whittier
Company untuk mengilustrasikan pendekatan pendapatan penjualan. Berikut
disajikan kembali laba rugi berdasarkan perhitungan biaya variabel Whittier untuk
1.000 mesin pemotong rumput.

Persentase
Dollar Penjualan
Penjualan $ 400.000 100,00%
Dikurangi: Biaya variabel 325.000 81,25
Margin kontribusi $ 75.000 18,75%
Dikurangi: Biaya tetap 45.000
Laba operasi $ 30.000
Perhatikn bahwa pendapatan penjualan, biaya variabel, dan margin
kontribusi telah dinyatakan dalam bentk presentase dari penjualan. Rasio biaya
variabel adalah 0,8125 ($ 325.000 / $ 400.000). biaya tetap adalah $ 45.000.
berdasarkan informasi danlam laporan laba rugi ini, berapakah pendapatan
penjualan yang harus dihasilkan Whittier untuk mencapai impas?

Laba operasi = Penjualan – Biaya variabel – Biaya tetap


0 = Penjualan – (Rasio biaya variabel x Penjualan) – Biaya tetap
0 = Penjualan (1 – Rasio biaya variabel) – Biaya tetap
0 = Penjualan (1 – 0,8125) - $ 45.000
Penjualan (0,1875) = $ 45.000
Penjualan = $ 240.000

Jadi, Whiter harus menghasilkan pendapatan sejumlah $ 240.000 untuk


mencapai impas. (anda mungkin ingin memeriksa jawaban ini dengan mlaporan
laba rugi berdasarkan pendapatan sebesar $ 240.000 dan membuktikan bahwa laba
sama dengan nol). Perhatikan bahwa (1 – 08125) adalah rasio margin kontribusi.
Kita dapat melewati beberapa langkah dean engetahui Penjualan – (Rasio biaya
variabel x Penjualan) sama dengan Penjualan x Rasio margin kontribusi.
Bagaimana dengan persamaan dasar impas yang digunakan untuk
menentukan titik impas dalam unit ? kita juga dapat menggunakan pendekatan
tersebut pada kasus ini. Ingat kembali rumus titik impas dalam unit berikut ini.

9
Unit impas = Biaya tetap / (Harga – Biaya variabel per unit)

Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri
akan sama dengan pendapata penjualan saat impas.

Unit impas x Harga = Harga x [Biaya tetap / (Harga – Biaya variabel per unit)]
Penjualan impas = Biaya tetap x [Harga / (Harga – Biaya variabel per unit)]
Penjualan impas = Biaya tetap x (Harga / Margin kontribusi)
Penjualan impas = Biaya tetap / Rasio margin kontribusi

Sekali lagi menggunakan data Whittier Company, dola penjualan impas


adalah ($45.000 / 0,1875) atau $240.000. hasilnya sama dengan di atas meskipun
menggunakan pendekatan yang sedikit berbeda.

Target Laba dan Pendapatan Penjualan


Pertimbangkan pertanyaan berikut. Berapakah pendapatan penjualan yang
harus dihasilkan Whitter untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.000?.
untuk menjawab pertanyaan tersebut, tambahkanlah target laba operasi sebesar
$60.000 pada biaya tetap $45.000 dan beginilah dengan rasio margin kontribusi.

Penjualan = ($45.000+$60.000)/0,1875
= $105.000/0,1875
= $560.000

Whiter harus menghasilkan pendapatan $560.000 untuk mencapai target


laba sebesar $60.000. karena impas adalah $240.000, penjualan tambahan sebesar
$320.000 ($560.000-$240.000) diatas implas harus dihasilkan. Perhatikan
perkalian antara rasio margin kontribusi dengan pendapatan diatas implas
menghasilkan laba sebesar $60.000 (0,1875x$320.000). di atas implas, rasio
margin kontribusi merupakan rasio laba. Oleh karena itu, rasio tersebut
menggambarkan bagian dari setiap dolar penjualan yang dapat diperuntukkan bagi
laba. Pada contoh ini, setiap dolar penjualan yang diterima di atas implas akan
meningkatkan laba sebesar $0,1875.
Secara umum, dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin
kontribusi dapat digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas
perubahan pendapatan penjualan. Untuk memperoleh total perubahan dalam laba
yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan rasio margin kontribusi
dengan perubahan dalam penjualan. Sebagai contoh, jika pendapatan penjualan
adalah $540.000 (bukan $560. 000), bagaimana pengaruhnya terhadap laba yang
diharapkan? Penurunan pendapatan penjualan sebesar $20. 000 akan
mengakibatkan penurunan laba sebesar $3.750 (0,1875 x $20.000)

Membandingkan Kedua Pendekatan


Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit
menjadi impas dalam pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian

10
harga jual per unitdengan unit yang terjual. Lalu, mengapa kita menggunakan
rumus terpisah untuk pendekatan pendapatan penjualan? Dalam hal ini, ada dua
alasan. Pertama, rumus pendapatan penjualan memungkinkan kita untuk mencari
pendapatan secara langsung jika hal tersebut yang dikehendaki. Kedua,
pendekatan pendapatan Penjualan jauh lebih mudah untuk digunakandalam
pengaturan multiproduk, seperti yang akan dibahas pada bagian berikut.

C. ANALISIS MULTIPRODUK
Analisis biaya volume laba cukupmudah diterapkan dalam pengaturan
produk tunggal. Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual
sejumlah produk atau jasa. Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP
lebih tinggi dalam situasi muitiproduk, pengoperasiannya tidak berbeda jauh.
Mari kita lihat bagaimana mengadaptasi rumus-rumus yang digunakan dalam
pengaturan produk tunggal ke dalam pengaturan multiproduk dengan
mengembangkan contoh Whittier Company.
Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin
pemotong rumput:mesin pemotong rumputmanual dengan harga jual $400 dan
mesin pemotong rumput otomatis dengan harga iual $800. Departemen Pemasaran
yakin bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemorong
rumput otomatis dapat dijual selama tahun depan. Pengawas perusahaan telah
menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut berdasarkan ramalan penjualan.

Mesin Mesin Total


Manual Otomati
s
Penjualan $ 480.000 $ 640.000 $1.120.000
Dikurangi: Beban variable 390.000 480.000 870.000
Margin kontribusi $ 90.000 $ 160.000 $ 250.000
Dikurangi: Beban tetap 30.000 40.000 70.000
langsung
Margin produk $ 60.000 $ 120.000 $ 180.000
26.250
Laba operasi $ 153.750

Perhatikan bahwa pengawas telah memisahkan beban tetap langsung dari


beban tetap umum. Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya
tetap yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut
tidak ada. Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke
produk dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.

Titik Impas dalam Unit


Pemilik Whittier agak khawatir dengan penambahan lini produk baru dan
ingin mengetahui banyaknya setiap model yang harus terjual untuk mencapai
impas. Jika Anda diberi tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ini,
bagaimana tanggapan Anda?
Salah satu tanggapan adalah menggunakan persamaan yang telah kita
kembangkan sebelumnya di mana biaya tetap dibagi dengan margin kontribusi.
Namun, persamaan ini menimbulkan beberapa masalah. Persamaan ini

11
dikembangkan untuk analisis produk tunggal. Untuk dua produk, terdapat dua
margin kontribusi per unit. Mesin pemotong rumput manual memiliki margin
kontribusi per unit sebesar $75 ($400-$325) dan mesin pemotong rumput otomatis
memiliki margin kontribusi sebesar $200 ($800-$600).4
Salah satu pemecahan adalah menerapkan analisis secara terpisah ke setiap
lini produk. Dengan cara itu, titik impas individu akan diperoleh jika laba
didefinisikan sebagai margin produk. Berikut impas untuk mesin pemotong
rumput manual.

Unit impas mesin manual = Biaya tetap/(Harga-Biaya variable per unit)


= $30.000/$200
= 400 unit

Berikut impas untuk mesin pemotong rumput otomatis

Unit impas mesin otomatis = Biaya tetap/(Harga-Biaya variable per unit)


= $400.000/$200
= 200 unit

Jadi, 400 mesin pemotong rumput manual dan 200 mesin pemotong
rumput otomatis harus dijual untuk mencapai margin produk impas. Namun,
margin produk impas hanya menutup biaya tetap langsung. Sementara itu, biaya
tetap umum masih belum tertutupi. Penjualan kedua mesin pemotong rumput
dalam jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian sebesar biaya tetap umum.
Titik impas perusahaan belum ada yang diidentifikasi secara
keseluruhan.Bagaimanapun, biaya tetap umum masih harus diperhitungkan dalam
analisis.
Biaya variabel per unit diturunkan dari laporan laba rugi. Untuk mesin
pemotong rumput otomatis, total biaya variabel adalah $480.000 berdasarkan
penjualan sebanyak 800 unit. Hal ini menghasilkan biaya variabel per unit sebesar
$600 ($480.000/800). Penghitungan serupa menghasilkan biaya variabel per unit
untuk mesin pemotong rumput manual.
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum
menghitung titik impas dapat mengatasi kesulitan ini. Permasalahan dalam
pendekatan ini adalah alokasi biaya tetap umum bersifat acak. Jadi, tidak ada
volume impas yang tampak secara langsung.
Kemungkinan pemecahan lainnya adalah mengonversikan masalah
multiproduk menjadi masalah produk tunggal. Jika hal ini dapat dilakukan, maka
seluruh metodologi CVP produk tunggal dapat diterapkan secara langsung. Kunci
dari konversi ini adalah mengidentiflkasi bauran penjualan yang diharapkan dalam
unit dari produk-produk yang dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah
kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual perusahaan.

Penentuan Bauran Penjualan Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang
terjual atau bagian dari pendapatan. Contohnya, jika Whittier berencana menjual
1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis,
maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200:800. Bauran penjualan biasanya
diturunkan sampai bilangan bulat terkecil. Jadi, bauran relatif 1.200:800 dapat

12
diturunkan hingga 12:8 dan selanjutnya menjadi 3:2. Dengan kata lain, untuk
setiap tiga mesin pemotong rumput manual yang terjual, ada dua mesin pemotong
rumput otomatis yang terjual.
Alternatif lainnya, bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam
persentase dari total pendapatan yang dikontribusikan oleh setiap produk. Pada
kasus di atas, pendapatan mesin pemotong rumput manual adalah $480.000 ($400
x 1.200) dan pendapatan dari mesin pemotong rumput otomatis adalah $640.000
($800 x 800). Mesin pemotong rumput manual mencakup 42,86 persen dari total
pendapatan dan mesin pemotong rumput otomatis mencakup 57,14 persen
sisanya. Hal ini mungkin terlihat seperti perbedaan kedua bauran penjualan.
Bauran penjualan dalam unit adalah 3:2, yaitu dari setiap lima mesin yang terjual,
60 persen adalah mesin pemotong rumput manual dan 40 persen mesin pemotong
rumput otomatis. Namun, bauran penjualan berdasarkan pendapatan adalah 42,86
persen untuk mesin pemotong rumput manual. Apa perbedaannya? Bauran
penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan dalam unit dan
memberikannya bobot menurut harganya. Jadi, meskipun proporsi yang
mendasari mesin yang terjual tetap 3:2, mesin pemotong rumput manual yang
harganya lebih rendah diberi bobot lebih ringan saat harga dimasukkan dalam
penghitungan. Untuk analisis CVP, kita harus menggunakan bauran penjualan
yang dinyatakan dalam unit.
Sejumlah bauran penjualan yang berbeda dapat digunakan untuk
menetapkan volume impas. Contohnya, bauran penjualan sebesar 2:1 akan
menetapkan titik impas pada 550 mesin pemotong rumput manual dan 275 mesin
pemotong rumput otomatis. Total margin kontribusi yang dihasilkan oleh bauran
ini adalah $96.250 [( $75 x 550) + ($200 x 275 )]. Jika 350 mesin pemotong
rumput manual dan 350 mesin pemotong rumput otomatis terjual (untuk bauran
penjualan 1:1), maka total margin kontribusijuga $96.250 (($75 x 350) + ($200 x
350)). Karena total biaya tetap adalah $96,250, kedua bauran penjualan
merupakan titik impas. Untunglah, setiap bauran penjualan tidak perlu
dipertimbangkan. Apakah Whittier benar-benar mengharapkan bauran penjualan
sebesar 2:1 atau 1:1? Untuk setiap dua mesin pemotong rumput manual yang
terjual, apakah Whittier berharap menjual satu mesin pemotong rumput otomatis?
Untuk setiap mesin pemotong rumput manual yang terjual, mampukah Whittier
menjual satu mesin pemotong rumput otomatis?
Menurut studi pemasaran yang dilakukan Whittier, bauran penjualan
sebesar 3:2 dapat diharapkan. Inilah rasio yang harus digunakan; sementara, rasio
lainnya dapat diabaikan. Bauran penjualan yang diharapkan terjadi dan
seharusnya digunakan pada analisis CVP.

Bauran Penjualan dan Analisis CVP Penentuan bauran penjualan tertentu


memungkinkan kita untuk mengonversi masalah multiproduk ke dalam format
CVP produk tunggal. Karena Whittier berharap menjual tiga mesin pemotong
rumput manual atas setiap dua mesin pemotong rumput otomatis, Whittier bisa
mendefinisikan produk tunggal yang dijualnya sebagai suatu paket yang berisi
tiga mesin pemotong rumput manual dan dua mesin pemotong rumput otomatis.
Dengan menetapkan produk tersebut sebagai suatu paket, masalah multiproduk
dikonversi menjadi masalah produk tunggal. Untuk menggunakan pendekatan
titik impas dalam unit, harga jual per paket dan biaya variabel per paket harus

13
diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut, diperlukan bauran
penjualan, harga setiap produk, dan setiap biaya variabel. Menurut data produk
individu yang disajikan dalam proyeksi laporan laba rugi, nilai paket dapat
dihitung sebagai berikut.

Produk Harga Biaya Margin Baruan Margin


Variabel Kontribusi Penjualan Kontribusi
Per Unit Per Unit Per Unit
Paket
Mesin manual $400 $325 $75 3 $225a
Mesin otomatis 800 600 200 2 400b
Total paket $625
a
Angka ini diperoleh dengan mengalikan jumlah unit dalam paket (3) dengan
margin kontribusi per unit ($75)
b
Angka ini diperoleh dengan mengalikan jumlah unit dalam paket (2) dengan
margin kontribusi per unit ($200)

Berdasarkan margin kontribusi per paket di atas, pérsamaan dasar impas


dapat digunakan untuk menentukan jumlah paket yang perlu dijual untuk
mencapai impas. Dari proyeksi laporan laba rugi Whittier, kita mengetahui total
biaya tetap perusahaan adalah $96. 250 Berikut titik impasnya.
Paket impas = Biaya tetap/Margin kontribusi per paket
= $96.250/$625
= 154 paket

Mesin Mesin
Manual Otomatis Total
Penjualan $ 184.800 $ 246.400 $ 431.200
Dikurangi: Beban variable 150.150 184.800 334.950
Margin kontribusi $ 34.650 $ 61.600 $ 96.250
Dikurangi: Beban tetap 30.000 40.000 70.000
langsung
Margin segmen $ 4.650 $ 21.600 $ 26.250
Dikurangi: Beban tetap umum 26.250
Laba operasi $ 0
Tampilan 11-1 Laporan Laba Rugi: Solusi lmpas

Whittier harus menjual 462 mesin pemotong rumput manual (3 x 154) dan
308 mesin pemotong rumput otomatis (2 x 154) untuk mencapai impas. Laporan
laba rugi yang memeriksa kebenaran solusi ini disajikan pada Tampilan 11-1.
Untuk bauran penjualan tertentu, analisis CVP dapat digunakan seolah-
olah perusahaan menjual produk tunggal. Namun, berbagai tindakan yang
mengubah harga setiap produk dapat memengaruhi bauran penjualan karena
pelanggan mungkin membeli produk tersebut relatif lebih banyak atau lebih
sedikit. Perlu diingat bahwa sebuah bauran penjualan yang baru akan
memengaruhi unit dari setiap produk yang perlu dijual untuk mencapai target laba
yang diinginkan. Jika bauran penjualan untuk periode mendatang tidak pasti,
maka beberapa bauran yang berbeda mungkin perlu dipertimbangkan. Dengan

14
cara ini, manajer dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai berbagai
hasil yang mungkin dicapai perusahaan.
Kompleksitas pendekatan titik impas dalam unit meningkat secara
dramatis ketika jumlah produk bertambah. Bayangkan penggunaan analisis ini
pada perusahaan yang memproduksi ratusan produk. Observasi ini tampaknya
berlebihan dibandingkan keadaan sebenarnya. Dengan mudah, komputer dapat
menangani suatu masalah yang melibatkan banyak data. Lagi pula, banyak
perusahaan menyederhanakan masalah itu dengan menganalisis kelompok produk
daripada produk individu. Cara lain untuk menangani meningkatnya kompleksitas
tersebut adalah beralih dari pendekatan unit yang terjual ke pendekatan
pendapatan penjualan. Pendekatan ini mampu menyelesaikan analisis CVP
multiproduk hanya dengan menggunakan data ikhtisar yang terdapat dalam
laporan laba rugi perusahaan. Syarat-syarat yang diperlukan untuk penghitungan
jauh lebih sederhana.

Pendekatan Dolar Penjualan


Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, contoh yang
sama akan digunakan. Akan tetapi, satu-satunya informasi yang diperlukan adalah
proyeksi laporan laba rugi Whittier Company secara keseluruhan.

Penjualan $ 1.120.000
Dikurangi: Biaya variable 870.000
Margin kontribusi $ 250.000
Dikurangi: Biaya tetap 96.250
Laba operasi $ 153.750

Perhatikan bahwa laporan laba rugi di atas sesuai dengan kolom total
laporan laba rugi yang lebih terperinci yang diperiksa sebelumnya. Proyeksi
laporan laba rugi bersandar pada asumsi bahwa 1.200 mesin pemotong rumput
manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis akan terjual (bauran penjualan
sebesar 3:2). Titik impas dalam pendapatan penjualan juga bersandar pada bauran
penjualan yang diharapkan. (Sama seperti pendekatan unit yang terjual, bauran
penjualan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda).
Dengan laporan laba rugi tersebut, pertanyaan umum mengenai CVP dapat
diajukan. Misalnya, berapa pendapatan penjualan yang harus dihasilkan untuk
mencapai impas? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bagi total biaya tetap
$96.250 dengan rasio margin kontribusi 0,2232 ($250.000/$1.120.000).5
Penjualan impas = Biaya tetap/Rasio margin kontribusi
= $96.250/0,2232
= $431.228

Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi


bauran penjualan, tetapi mengabaikan persyaratan penghitungan margin
kontribusi per Paket. Tidak ada pengetahuan terhadap data produk individual yang
diperlukan. Upaya penghitungannya mirip dengan yang digunakan dalam
pengaturan produk tunggal. Selain itu, jawabannya masih dinyatakan dalam
pendapatan penjualan. Tidak seperti titik impas dalam unit, jawaban atas
pertanyaan CVP yang menggunakan dolar penjualan tetap dinyatakan dalam

15
ukuran ikhtisar tunggal. Namun, pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan
informasi yang berkaitan dengan kinerja tiap-tiap produk.

D. REPRESENTASI GRAFIS DARI HUBUNGAN CVP


Untuk memahami hubungan CVP secara lebih mendalam, dapat dilakukan
melalui penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu
para manajer melihat perbedaan antara biaya variabel dan pendapatan. Hal itu
juga dapat membantu mereka memahami dampak kenaikan atau penurunan
penjualan terhadap titik impas dengan cepat. Dua grafik dasar yang penting,
grafik laba volume dan grafik biaya-volume-laba, akan disajikan sebagai berikut.

Grafik Laba Volume


Grafik laba volume (profit-volume graph) menggambarkan hubungan
antara laba dan volume penjualan secara visual. Grafik laba volume merupakan
grafik dari persamaan laba operasi (Laba operasi : (Harga x Unit) - (Biaya
variabel per unit x Unit) - Biaya tetap). Dalam grafik ini, laba operasi merupakan
variabel terikat dan unit merupakan variabel bebas. Nilai variabel bebas biasanya
diukur pada sumbu horizontal dan nilai variabel terikat pada sumbu vertikal.
Agar pembahasan ini lebih nyata, seperangkat data sederhana akan
digunakan. Anggaplah Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal
dengan data biaya dan harga berikut.

Total biaya tetap $100


Biaya variable per unit 5
Harga jual per unit 10

Dengan menggunakan data tersebut, laba operasi dapat dinyatakan sebagai


berikut.

Laba operasi = ($10 x Unit) – ($5 x Unit) - $100


= 945 x Unit) – $100

Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan meletakkan unit di


sepanjang sumbu horizontal dan laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertikal.
Dua titik diperlukan untuk menggambarkan suatu persamaan linear. Meskipun,
dua titik mana pun dapat digunakan, kedua titik yang sering dipilih adalah titik-
titik yang menggambarkan volume penjualan nol dan laba nol. Jika unit yang
terjual adalah nol, maka Tyson mengalami kerugian operasional sebesar $100
(atau laba - $100). Oleh karena itu, titik yang menggambarkan volume penjualan
nol adalah (0, - $100). Dengan kata lain, jika tidak ada penjualan yang dilakukan,
maka perusahaan merugi sebesar total biaya tetap. Jika laba operasi adalah nol,
maka unit yang terjual sama dengan 20. Dengan demikian, titik yang
menggambarkan laba nol (impas) adalah (20, $0). Kedua titik yang digunjukkan
pada Tampilan 11-2 itu membatasi grafik laba yang diperlihatkan di sini.
Grafik pada Tampilan 11-2 dapat digunakan untuk menilai laba (rugi)
Tyson pada setiap tingkat aktivitas penjualan. Sebagai contoh, laba yang berkaitan
dengan penjualan 40 unit dapat dibaca melalui grafik dengan (1) membuat garis
vertikal dari sumbu horizontal ke garis laba dan (2) membuat garis horizontal dari

16
garis laba ke sumbu vertikal. Seperti diilustrasikan pada Tampilan 11-2, laba dari
penjualan 40 unit adalah $100. Grafik laba volume mudah diinterpretasikan, tetapi
gagal mengungkapkan bagaimana biaya berubah ketika volume penjualan
berubah. Terdapat sebuah pendekatan alternatif dalam membuat grafik yang dapat
menyediakan perincian ini.

TampiIan 11-2 Grafik Laba Volume

Grafik Biaya Volume Laba


Grafik biaya volume laba(cost volume profit graph) menggambarkan
hubungan antara biaya, volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang
lebih terperinci, perlu dibuat grafik dengan dua garis terpisah: garis total
pendapatan dan garis total biaya. Tiap- tiap garis ini disajikan dengan dua
persamaan berikut.

Pendapatan = Harga x Unit


Total biaya = (Biaya variable per unit) + biaya tetap

Dengan menggunakan contoh Tyson Company, persamaan pendapatan


dan biayanya adalah sebagai berikut.

Pendapatan = $10 x Unit


Total biaya = ($5 x Unit) + $100

Untuk menggambarkan kedua persamaan tersebut dalam grafik yang sama,


sumbu vertikal diukur dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual.
Dua buah titik itu diperlukan untuk menggambarkan setiap persamaan.
Kita akan menggunakan koordinat x seperti pada grafik laba volume. Untuk
persamaan pendapatan, menetapkan jumlah unit sebesar 0 menghasilkan

17
pendapatan $0; menetapkan jumlah unit sama dengan 20 menghasilkan
pendapatan $200. Dengan demikian, kedua titik untuk persamaan pendapatan
adalah (0, $0) dan (20, $200). Untuk persamaan biaya, unit yang terjual sebanyak
0 dan unit yang terjual sebanyak 20 menghasilkan titik-titik (0, $100) dan (20,
$200). Grafik setiap persamaan tampak pada Tampilan 11-3.
Perhatikan bahwa garis total pendapatan dimulai pada titik nol dan
meningkat dengan kemiringan yang sama dengan harga jual per unit (kemiringan
sebesar 10). Garis total biaya memotong sumbu vertikal pada sebuah titik yang
sama dengan total biaya tetap dan meningkat dengan kemiringan yang sama
dengan biaya variabel per unit (kemiringan sebesar 5). Jika garis total pendapatan
berada di bawah garis total biaya, maka akan muncul daerah rugi. Demikian juga,
jika garis total pendapatan berada di atas garis total biaya, maka akan muncul
daerah laba. Titik tempat garis total pendapatan dan total biaya berpotongan
adalah titik impas. Untuk mencapai impas, Tyson Company harus menjual 20 unit
sehingga memperoleh total pendapatan sebesar $200.
Sekarang, mari kita bandingkan informasi yang tersedia dari grafik CVP
dengan informasi yang tersedia dari grafik laba volume. Untuk melakukannya,
pertimbangkan penjualan sebesar 40 unit. Ingat kembali bahwa grafik laba volume
mengungkapkan penjualan 40 unit menghasilkan laba $100. Perhatikan kembali
Tampilan 11-3. Grafik CVP juga memperlihatkan laba sebesar $100, tetapi grafik
itu memberikan lebih banyak informasi. Grafik CVP mengungkapkan total
pendapatan sebesar $400 dan total biaya $300 berhubungan dengan penjualan 40
unit. Selanjutnya, total biaya dapat dibagi menjadi biaya tetap sebesar $100 dan
biaya variabel sebesar $200. Grafik CVP menyediakan informasi tentang
pendapatan dan biaya yang tidak disediakan oleh grafik laba volume. Berbeda
dengan grafik laba volume, beberapa penghitungan dibutuhkan untuk menentukan
laba yang berhubungan dengan volume penjualan tertentu. Meskipun demikian,
karena mengandung informasi yang lebih banyak, para manajer kemungkinan
besar mendapati bahwa grafik CVP merupakan suatu alat yang lebih berguna.

Asumsi-asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba


Grafik laba volume dan biaya volume laba yang baru diilustrasikan
mengandalkan beberapa asumsi penting. Berikut beberapa dari asumsi tersebut.
1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linear.
2. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit
dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang yang
relevan.

18
Tampilan 11-3 Grafik Biaya Volume Laba

3. Analisis mengasumsikan apa yang diproduksi dapat dijual.


4. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui.
5. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.

Fungsi Linear Asumsi pertama, yaitu fungsi biaya dan pendapatan linear,
memerlukan pertimbangan tambahan. Mari, kita lihat fungsi-fungsi pendapatan
dan total biaya yang mendasarinya yang diidentifikasikan dalam ilmu ekonomi.
Pada Tampilan 11-4, Panel A menggambarkan fungsi pendapatan dan biaya yang
berbentuk kurva linear. Kita melihat bahwa saat kuantitas yang dijual meningkat,
pendapatan juga meningkat. Namun, kemudian, peningkatannya mulai tidak
setajam bila dibandingkan sebelumnya. Hal itu dijelaskan dengan mudah oleh
kebutuhan untuk menurunkan harga ketika unit yang terjual lebih banyak. Fungsi
total biaya lebih rumit, yaitu pada awalnya naik tajam, kemudian agak mendatar
(seialan dengan terjadinya peningkatan tingkat pengembalian), selanjutnya
kembali naik secara tajam (sejalan dengan terjadinya penurunan tingkat
pengembalian). Bagaimana kita dapat mengatasi hubungan yang rumit ini?

Rentan yang Relevan Beruntunglah, kita tidak perlu memperhitungkan seluruh


tentang produksi dan penjualan yang mungkin untuk suatu perusahaan. Ingat
bahwa analisis CVP merupakan alat pengambilan keputusan jangka pendek. (Kita
mengetahui bahwa analisis ini berorientasi jangka pendek karena sebagian biaya
adalah tetap.) Hal yang kita perlukan hanyalah menetapkan rentang operasi
berjalan atau tentang yang relevan (relevant range) yang menggambarkan
hubungan biaya dan pendapatan linear yang berlaku. Pada Tampilan 11-4, Panel
B mengilustrasikan rentang yang relevan dari 5.000 hingga 15.000 unit.
Perhatikan bahwa hubungan biaya dan pendapatan secara garis besar adalah linear
dalam rentang ini. Hal itu memungkinkan kita untuk menggunakan persamaan

19
CVP linear. Jika rentang yang relevan berubah, maka biaya tetap dan variabel
tentu akan berbeda. Harga yang berbeda pun harus digunakan.
Asumsi kedua ini berkaitan dengan penetapan rentang yang relevan.
Setelah tentang yang relevan diidentifikasi, selanjutnya biaya dan hubungan harga
diasumsikan supaya diketahui dan konstan.

Panel A: Hubungan CVP Kurva Linear

Panel B: Rentang yang Relevan dan Hubungan CVP Linear

Tampilan 11-4 Rentang yang Relevan

Produksi Sama dengan Penjualan Asumsi ketiga adalah apa yang diproduksi
dapat dijual. Tidak ada perubahan persediaan selama periode tersebut. Persediaan
tidak berdampak terhadap analisis impas merupakan hal yang dapat dimengerti.
Analisis impas adalah teknik pengambilan keputusan jangka Pendek sehingga kita

20
dapat menutup seluruh biaya pada periode waktu tertentu. Persediaan
mengandung biaya-biaya dari periode sebelumnya dan tidak dipertimbangkan

Bauran Penjualan yang Konstan Dalam analisis produk tunggal, bauran


penjualannya tentu saja konstan-IOO persen dari penjualan adalah satu produk.
Analisis impas multiproduk mensyaratkan suatu bauran penjualan yang konstan.
Namun, tidak mungkin memprediksikan bauran penjualannya dengan pasti.
Dalam praktiknya, kendala ini biasanya ditangani dengan analisis senSitivitas.
Dengan menggunakan kemampuan analisis spreadsheet, sensitivitas variabel pada
berbagai bauran penjualan dapat dinilai secara cepat.

Harga dan Biaya Diketahui dengan Pasti Pada kenyataannya, perusahaan


jarang mengetahui harga, biaya variabel, dan biaya tetap secara pasti. Suatu
perubahan pada satu variabel biasanya memengaruhi nilai variabel lainnya. Kerap
terdapat suatu distribusi probabilitas untuk diatasi. Selain itu, terdapat cara-cara
formal unruk pengaturan ketidakpastian secara eksplisit ke dalam model CVP.
Pembahasan masalah-masalah tersebut akan diperkenalkan pada bagian
berikutnya.

E. PERUBAHAN DALAM VARIABEL CVP


Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, mereka harus
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variabel,
dan biaya tetap. Perusahaan juga harus memperhitungkan pengaruh risiko dan
ketidakpastian. Kita akan membahas pengaruh dari perubahan harga, margin
kontribusi per unit, dan biaya tetap terhadap titik impas. Kita juga akan membahas
cara-cara yang dapat ditempuh para manajer untuk menangani risiko dan
ketidakpastian dalam kerangka CVP.
Misalkan, baru-baru Ini, Whittier Company melakukan sebuah studi pasar
tentang mesin pemotong rumput manual yang mengungkapkan tiga alternatif
berbeda.

1. Alternatif 1: Jika pengeluaran iklan meningkat $8.000, penjualan akan naik


dari 1.600 unit menjadi 1.725 unit.
2. Alternatif 2: Penurunan harga dari $400 menjadi $375 per mesin pemotong
rumput manual akan meningkatkan penjualan dari 1.600 unit menjadi 1.900
unit.
3. Alternatif3: Menurunkan harga menjadi $375 dan meningkatkan pengeluaran
iklan sebesar $8.000 akan meningkatkan penjualan dari 1.600 unit menjadi
2.600 unit.

Sebelum Dengan
Kenaikan Kenaikan
Iklan Iklan
Unit yang terjual 1.600 1.725
Margin kontribusi per unit x $75 x $75
Total margin kontribusi $120.000 $129.375

21
Dikurangi: Beban tetap 45.000 53.000
Laba $ 75.000 $ 76.375

Selisih Laba
Perubahan volume penjualan 125
Margin kontribusi per unit x $75
Perubahan margin kontribusi $9.375
Dikurangi : Perubahan beban tetap 8.000
Kenaikan laba $ 1.375
Tampilan 11-5 Ringkasan Pengaruh Alternatif 1

Haruskah Whittier mempertahankan kebijakan harga dan iklannya saat ini atau
haruskah ia memilih salah satu dari ketiga alternatif yang digambarkan studi
pemasaran tersebut?
Pertimbangkan alternatif pertama. Apa pengaruhnya terhadap laba jika
biaya iklan naik sebesar $8.000 dan penjualan naik sebanyak 125 unit? Pertanyaan
ini dapat dijawab tanpa menggunakan persamaan-persamaan di atas, tetapi dengan
menerapkan margin kontribusi per unit. Kita mengetahui margin kontribusi per
unit adalah $75. Karena unit yang terjual naik sebanyak 125 unit, kenaikan
tambahan total margin kontribusi adalah $9.375 ($75 x 125 unit). Akan tetapi,
karena biaya tetap meningkat sebesar $8.000, kenaikan laba tambahan hanya
sebesar $1.375 ($9.375 $8.000). Tampilan 11-5 mcnampilkan ringkasan pengaruh
dari alternatif pertama. Perhatikan bahwa kita hanya perlu melihat kenaikan
tambahan dalam total margin kontribusi dan beban tetap untuk menghitung
kenaikan total laba.
Pada alternatif kedua, beban tetap tidak naik. Dengan demikian,
pertanyaan di atas dapat dijawab hanya dengan melihat pengaruhnya terhadap
total margin kontribusi. Untuk harga saat ini sebesar $400, margin kontribusi per
unit adalah $75. Jika 1.600 unit terjual, maka total margin kontribusi adalah
$120.000 ($75 x 1.600). Jika harga turun menjadi $375, maka margin kontribusi
turun menjadi $50 per unit ($375 - $325). Jika 1.900 unit terjual dengan harga
baru tersebut, maka total margin kontribusi yang baru adalah $95 .000 ($50 x
1.900). Penurunan harga ini mengakibatkan penurunan laba sebesar $25 .000
($120.000 - $95.000). Pengaruh-pengaruh dari alternatif kedua diringkas pada
Tampilan 11-6.
Alternatif ketiga memperlihatkan penurunan harga jual per unit dan
kenaikan biaya iklan. Seperti pada alternatif pertama, dampak laba dapat dinilai
dengan memperhatikan pengaruh-pengaruh tambahan terhadap margin kontribusi
dan beban tetap. Perubahan laba tambahan dapat diketahui dengan menghitung
perubahan

Sebelum Penurunan Dengan Penurunan


Harga yang Diusulkan Harga Yang Diusulkan
Unit yang terjual 1.600 1.900
Margin kontribusi per unit x $75 x $50
Total margin kontribusi $120.000 $ 95.000
Dikurangi: Beban tetap 45.000 45.000
Laba $ 75.000 $ 50.000

22
Selisih Laba
Perubahan Margin kontribusi ($95.000-$120.000) ($25.000)
Dikurangi: Perubahan beban tetap -
Penurunan Laba $(25.000)
Tampilan 11-6 Ringkasan Pengaruh Alternatif 2

tambahan dalam total margin kontribusi, menghitung perubahan tambahan dalam


beban tetap, dan menjumlahkan kedua hasil perhitungan tersebut.
Seperti yang telah diperlihatkan, total margin kontribusi saat ini (untuk
1.600 unit yang terjual) adalah $120.000. karena margin kontribusi yang baru
adalah $50, total margin kontribusi yang baru adalah $130.000 ($50 × 2.600 unit).
Dengan demikian, kenaikan tambahan total margin kontribusi adalah 10.000
($130.000 - $120.000). Namun, untuk mencapai kenaikan margin kontribui ini,
diperlukan kenaikan tambahan biaya tetap sebesar $8.000. Pengaruh bersihnya
adalah kenaikan tambahan pada laba sebesar $2.000.
Dari ketiga alternatif yang diidentifikasikan oleh studi pemasaran tersebut,
Alternaif yang menjanjikan keuntungan paling besar adalah alternatif ketiga.
Alternatif 3 meningkatkan total laba sebesar $2.000. Alternatif 1 meningkatkan
laba hanya sebesar $1.375, sedangkan alternatif 2 justru menurunkan laba sebesar
$25.000.
Semua contoh di atas didasarkan pada pendekatan unit yang terjual.
Namun, juga dapat diterapkan pendekatan pendapatan penjualan dengan mudah.
Hasilnya akan tetap sama.

Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian


Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya yang diketahui
dengan pasti. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastiaan
adalah bagian dari pengambilan keputusan bisnis dan bagaimana pun hal itu harus
ditaangani. Secara formal, risiko berbeda dengan ketidakpastian. Distribusi
probabilitas variabel pada risiko dapat diketahui, sedaangkan probabilitas pada
ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan pembahan, kedua istilah
tersebut akan digunakan secara bergantian.
Bagaimana cara para manajer menghadapi risiko dan ketidakpastian? Ada
berbagai metode yang dapat digunakan. Pertama, pihak manajemen tertentu harus
menyadari sifat ketidak pastian dari harga, biaya, dan kuantitas di masa depan.
Selanjutnya, para manajer bergerak dari pertimbangan titik impas ke
pertimbangan yang disebut “kisaran titik impas”. Dengan kata lain, karena sifat
data yang tidak pasti, suatu perusahaan mungkin mencapai titik impas ketika
1.800 sampai 2.000 unit terjual. Jdi, titik impas tidak diestimasi pada satu titik
tertentu, misalnya 1.900 unit. Selain itu, para manajer dapat menggunakan analisis
sensitivitas atau analisis bagaimana-jika (what-if). Dalam hal ini, penggunaan
spreadsheet komputer akan mempantu para manajer dalam menentukan
hubungan titik impas (atau target laba), kemudian memeriksanya untuk melihat
dampak harga dan biaya yang bervariasi kemudian memeriksanya untuk melihat
dampak harga dan biaya yang bervariasi terhadap kuantitas yang terjual. Dua
konsep yang bermanfaat bagi manajemen adalah margin pengaman dan
pengungkit operasi. Kedua konsep ini dapat dipertimbangkan untuk mengukur

23
risiko. Setiap konsep mensyaratkan pengetahuan mengenai biaya tetap dan
variabel.

Margin Pengaman (margin of safety) adalah unit yang terjual atau diharapkan
terjual atau pendapatan yang dihasilakan atau diharapkan untuk dihasilkan yang
melebihi volume impas. Sebagai contoh, jika volume impas perusahaan adalah
200 unit dan perusahaan saat ini menjual 500 unit, maka margin pengamannya
adalah 300 unit (500-200). Margin pengaman juga dapat dinyatakan dalam
pendapatan penjualan. Jika volume impas adalah $200.000 dan pendapatan saat
ini adalah $350.000, maaka margin pengamannya adalah $150.000.
Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar dan risiko. Pada
kenyataannya, peristiwa yang tidak diketahui selalu muncul ketika rencana
disusun. Hal itu dapat menurunkan penjualan di bawah jumlah yang diharapkan.
Apabila margin pengaman perusahaan adalah besar atas penjualan tertentu yang
diharapkan di tahun depan, maka risiko menderita kerugian jika penjualan
menurun lebih kecil daripada margin pengamannya. Manajer yang menghadapi
margin pengaman yang rendah mungkin ingin mempertimbangkan berbagai
tindakan untuk meningkatkan penjualan atau mengurangi biaya. Langkah-langkah
tersebut akan meningkatkan margin pengaman dan mengurangi risiko merugi.

Sebelum Perubahan Dengan Penurunan


Harga yang Harga yang Diusulkan
Diusulkan dan Iklan dan Peningkatan Iklan
Unit yang terjual 1.600 2.600
Margin kontribusi perunit × $75 × $50
Dikurangi : Beban tetap $ 120.000 $ 130.000
Laba 45.000 53.000
$ 75.000 $ 77.000

Selisih Laba
Perubahan margin kontribusi ($130.000 - $120.000) $ 10.000
Dikurangi : Perubahan beban tetap ($53.000 - $45.000) 8.000
Kenaikan laba $ 2.000

Pengungkit Operasi Dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah sebuah mesin
sederhana tang digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya,
pengungkit tersebut melipatgandakan kekuatan tenaga yang dikelurkan untuk
menghasilkan lebih banyak pekerjaan. Semakin besar beban yang digerakan oleh
sejumlah tertentu tenaga, semakin besar keunggulan mekanis dari alat tersebut.
Dalam bidang keuangan, pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relatif dari
biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu oganisasi. Pertukaran antara biaya
tetap dengan biaya variabel adalah suatu hal yang mungkin dilakukan. Saat biaya
variabel turun, margin kontribusi perunit meningkat. Hal itu membuat kontribusi
setiap unit yang dijual menjadi lebih tinggi sebesar itu. Pada kasus demikian,
fluktuasi penjualan memiliki pengaruh yang meningkat atas profitabilitas. Jadi,
perusahaan yang merealisasikan biaya variabel yang lebih rendah karena
meningkatkan proporsi biaya tetapnya akan akan menikmati kenaikan laba yang
lebih besar ketika penjualan meningkat dibandingkan dengan perusahaan dengan

24
proporsi biaya tetap yang lebih rendah. Biaya tetap digunakan sebagai pengungkit
untuk meningkatkan laba. Sayangnya, perusahaan dengan pengungkit operasi
yang lebih tinggi juga akan mengalami pengurangan laba yang lebih besar ketika
penjualan turun. Oleh karena itu, pengungkit operasi (operating laverage)
merupakan penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan persentase laba
yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah.
Semakin besar tingkat pengungkit operasi, semakin banyak perubahan
dalam aktivitas penjualan yang akan mempengaruhi laba. Karena fenomena ini,
bauran biaya yang dipilih organisasi memiliki pengaruh yang berarti terhadap
risiko operasi dan tingkat laba.
Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage – DOL) untuk
tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin
kontribusi terhadap laba.
Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi/Laba
Jika biaya tetap digunakan untuk mengurangi biaya variabel sedemikian
rupa sehingga margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat
pengungkit operasinya naik-yang menandakan adanya peningkatan risiko.
Untuk mengilustrasikan pemanfaatan konsep ini, pertimbangan
perusahaan yang sedang berencana menambahkan sebuah lini produk baru. Untuk
itu, perusahaan dapat memilih lebih mengandalkan otomatisasi atau tenaga kerja.
Jika perusahaan memilih untuk menekankan otomatisasi daripada tenaga kerja,
maka biaya tetap lebih tinggi dan biaya variabel per unit lebih rendah. Data yang
relevan untuk tingkat penjualan sebesar 10.000 unit adalah sebagai berikut.

Sistem Otomatis Sistem Manual


Penjualan $ 1.000.000 $ 1.000.000
Dikurang : Biaya variabel 500.000 800.000
Margin kontribusi $ 500.000 $ 200.000
Dikurangi : Biaya tetap 375.000 100.000
Laba operasi $ 125.000 $ 100.000
Harga jual per unit $ 100 100
Beban variabel per unit 50 80
Margin kontribusi per unit 50 20

Tingkat pengungkit operasi untuk sistem otomatis adalah 4,0


($500.000/$125.000). Tingkat pengungkit operasi untuk sistem manual adalah
adalah 2,0 ($200.000/$100.000). Apa yang akan terjadi denag laba pada setiap
sistem jika penjualan naik sebesar 40%? Kita dapat menyusun laporan laba rugi
berikut untuk mengetahuinya.

Sistem Otomatis Sistem Manual


Penjualan $ 1.400.000 $ 1.400.000
Dikurangi: Biaya variabel 700.000 1.120.000
Margin kontribusi $ 700.000 $ 280.000
Dikurangi: Biaya tetap 375.000 100.000
Laba operasi $ 325.000 $ 180.000

25
Laba untuk otomatisasi akan naik sebesar $200.000 ($325.000-$125.000)
untuk kenaikan sebesar 160 persen. Pada sistem manual, laba meningkat hanya
sebesar $80.000 ($180.000-$100.000) atas kenaikan sebesar 80 persen. Sistem
otomattis menghasilkan persentase kenaikan yang lebih besar karena memiliki
tingkat pengungkit operasi yang lebih tinggi.
Dalam memilih kedua sistem ini, pengaruh pengungkit operasi merupakan
suatu informasi yang berharga. Ketika penjualan naik 40 persen, pengaruh ini
dapat member manfaat yang signifikan bagi perusahaan. Namun, pengaruh
tersebut mmerupakan dua sisi mata pedang. Ketika peenjualan turun, sistem
otomatis juga akan menunjukkan penurunan persentase yang lebih tinggi. Selain
iu, kenaikan pengungkit operasi yang terjadi pada sistem otomatis disebabkan
oleh kenaikan biaya tetap. Titik impas untuk sistem otomatis adalah 7.500 unit
($375.000/$50), sedangkan titik impas untuk sistem manual adalah 5.000 unit
($100.000/$20). Jadi, sistem otomatis memiliki risiko operasi yang lebih besar.
Risiko yang bertambah itu tentu akan menyediakan potensi laba yang lebih tinggi
(selama unit yang terjual melebihi 9.167)
Dalam memilih sistem yang otomatis dan sistem manual, manajer harus
manila kemungkinan terjadinya penjualan akan melebihi 9.167 unit. Jika setelah
diteliti terdapat keyakinan yang kuat bahwa penjualan akan melebihi jumlah
tersebut dengan mudah, pilihannya adalah sistem otomatis. Di lain pihak, jika
penjualan dikhawartirkan kurang dari 9.167 unit, maka sistem manual lebih
menguntungkan.

Analisis Sensitivitas dan CPV


Meluasnya penggunaan komputer dan spreadsheet telah memudahkan
para manajer melakukan analisis sensitivitas. Sebagai sebuah alat yang penting,
analisis sensitivitas (sensitivity analysis) adalah teknik “bagaimana-jika” yang
menguji dampak dari perubahan asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap
suatu jawaban. Analisis ini relatif mudah, yaitu dengan memasukkan data
mengenai harga, biaya variabel, biaya tetap, dan bauran penjualan, serta dengan
menggunakan rumus untuk menghitung titik impa dan laba yang diharapkan.
Selanjutnya, data dapat diubah-ubah sebagaimana diinginkan untu mengetahui
dampak perubahan-perubahan terhadap laba yang diharapkan.
Pada contoh mengenai pengungkit operasi, perusahaan menganalisis
dampak pilihan penggunaan sistem otomatis dan manual terhadap laba.
Perhitungan tersebut pada dasarnya dilakukan secara manual. Jika varisi terlalu
banyak, maka cara manual menjadi tidak praktis. Dengan menggunakan
komputer, mengubah harga jual dalam pertambahan $1 antara $75 atau $125
merupakan hal mudah dengan asumsi yang berkaitan tentang kuantitas yang
terjual. Saat yang sma, biaya variabel dan tetap dapat disesuaikan. Sebagai contoh,
suatu sistem otomatis memiliki biaya tetap sebesar $375.000, tetapi biaya tersebut
mungkin naik sampai dua kali lipat dengan mudah pada tahun pertama. Biaya itu
kembali turun pada tahun kedua dan ketiga ketika keruskan pada sistem telah
diperbaiki dan pekerja telah terampil menggunakan mesin tersebut. Sekali lagi
spreadsheet dapat menangani berbagai perhitungan tersebut dengan mudah.
Ingat bahwa hasil spreadsheet hanya sebagus data yang digunakan.
Menghasilkan data adalah pekerjaan yang paling sulit dalam analisis CPV.
Pekerjaan ini adalah menentukan data yang dimasukkan sejak awal. Akuntan

26
harus memahami distribusi biaya dan harga di perusahaan, serta dampak dari
perubahan kondisi ekonomi terhadap variabel-variabel tersebut. Kenyataan bahwa
variabel sering sulit diketahui secara pasti bukanlah menjadi alasan untuk
mengabaikan dampak dari ketidakpastian pada analisis CVP. Untungnya, analisis
sensitivitas juga bisa memberkan masuakn bagi para manajer untuk merasakan
tingkat pengaruh dari variabel yang buruk terhadap suaau jawaban. Hal ini juga
merupakan salah satu keuntungannya.
Akhirnya , harus diperhatikaan bahwa meskipun dapat menghasilkan
jawaban numerik yang sangat baik, spreadsheet tidak mampu melakukkan
pekerjaan tersulit dalam analisis CVP. Pekerjaan tersebut adalah menentukan data
yang pertama kali harus di-input. Akuntan harus mengetahui distribusi biaya dan
harga dari perusahaan, serta dampak perubahan kondisi ekonomi terhadap
variabel-variabel tersebut. Kenyataan bahwa variabel-variabel tersebut jarang
diketahui secara pasti bukanlah menjadi alasan untuk mengabaikan dampak
ketidakpastian dalam analisis CVP. Untunglah, analisis sensitivitas juga dapat
melatih intuisi manajer untuk mengetahui sejauh mana sebuah variabel yang
diramalkan secara buruk akan memengaruhi suatu jawaban. Hal ini juga
merupakan suatu keunggulan.

Sistem Manual Sistem Otomatis


Harga Sama Sama
Biaya variabel Relatif Lebih Tinggi Relatif Lebih Rendah
Biaya tetap Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi
Margin kontribusi Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi
Titik impas Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi
Margin pengaman Relatif Lebih Tinggi Relatif Lebih Rendah
Tingkat pengungkit operasi Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi
Risiko penurunan Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi
Potensi kenaikan Relatif Lebih Rendah Relatif Lebih Tinggi

F. ANALISIS CVP DAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN


AKTIVITAS
Analisi CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat
dikelompokkan dalam dua kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume
penjualan (biaya variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutya,
biaya diasumsikan sebagai fungsi linier dari volume penjualan. Namum, saat ini
banyak perusahaan sadar bahwa penbedaab antara biaya tetap dan biaya variabel
ini terlalu menyederhanakan masalah. Sebagai contoh, perusahaan penerbangan
besar seperti Delta, Continental, Northwest, dan American Airlines memiliki
kabin kelas satu. Para penumpang yang terbang pada kabin ini mendapatkan ruang
duduk yang lebih luas, makanan hangat, dan minuman gratis. Penumpang kelas
ekonomi tentu saja mendapatkan ruang tempat duduk yang lebih kecil dan
ditempatkan dibagian belakang pesawat. Mereka terkadang harus membayar
makanan dan minuman beralkohol. Jadi, meskipun biaya rata-rata untuk
penerbangan sekitar $0,105 per mil, biaya tersebut harus lebih tinggi untuk
penumpang kelas satu dan lebih rendah untuk penumpang kelas ekonomi.
Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam
kategori berdasarkan unit dan nonunit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan

27
aktivitas mengakui beberapa biaya yang berubah bergantung pada jumlah unit
yang diproduksi sedangkan beberapa biaya lain tidak. Namun, meski perhitungan
biaya berdasarkan aktivitas mengakui biaya berdasarkan nonunit tetap berkenaan
dengan perubahan volume produksi, sistem perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas juga memperlihatkan banyak biaya berdasarkan nonunit berubah
berkenaan dengan penggerak aktivitas lainnya.
Penggunaan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas tidak berarti
analisis CVP kurang bermanfaat. Pada kenyataannya, analisis CVP menjadi lebih
bermanfaat karena ia memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku
biaya. Wawasan tersebut menghasilkan keputusan yang lebih baik. Namun,
analisis CVP dalam kerangka berdasarkan aktivitas harus dimodifikasi. Sebagai
ilustrasi, anggaplah biaya perusahaan dapat dijelaskan dengan tiga variabel:
penggerak aktivitas tingkat unik adalah unit yang dijual, penggerak aktivitas
tingkat batch adalah jumlah pengaturan, dan penggerak aktivitas tingkat produk
adalah jam rekayasa (engineering hours). Persamaan biaya ABC selanjutnya
dapat dinyatakan sebagai berikut.

Total Biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × jumlah unit) + (Biaya
pengaturan × Jumlah pengaturan) + (Biaya Rekayasa × Jumlah
jam rekayasa)

Laba operasi seperti sebelumnya adalah total pendapatan dikurangi total biaya.
Hal ini dinyatakan sebagai berikut.

Laba operasi = Total pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit ×
Jumlah unit) + (Biaya pengaturan × Jumlah pengaturan) +
(Biaya rekayasa × Jumlah jam rekayasa)]

Mari, kita gunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik impas
dalam unit. Pada impas, laba operasi adalah nol dan jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapai impas adalah sebagai berikut.

Unit impas = [(Biaya tetap + (Biaya pengaturan × Jumlah pengaturan) + (Biaya


rekayasa × Jumlah jam rekayasa)]/(Harga-Biaya variabel per unit)

Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional


mengungkapkan dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda.
Beberapa biaya yang sebelumnya diidentifikasi sebagai biaya tetap dapat berbeda
dengan penggerak biaya nonunit yang dalam hal ini adalah pengaturan dan jam
rekayasa. Kedua, pembilang pada persamaan impas ABC memiliki dua istilah
biaya variabel nonunit: satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan batch dan satu
untuk aktivitas yang berkaitan dengan berkelanjutan produk.

Contoh Pembandingan Analisis Konvensional dan ABC


Untuk membuat pembahasan ini menjadi lebih jelas, suatu perbandingan
antara analisis biaya volume laba konvensional dengan perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas akan berguna. Mari, kita asumsikan suatu perusahaan ingin

28
menghitung jumlah unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba sebelum pajak
sebesar $20.000. analisis ini didasarkan paada data berikut.

Biaya Variabel per Tingkat Penggerak


Penggerak Aktivitas Unit Aktivitas
Unit yang terjual $10 -
Pengaturan 1.000 20
Jam rekayasa 30 1.000
Data lainnya:
Total biaya tetap (konvensional) $100.000
Total biaya tetap (ABC) 50.000
Harga jual per unit 20

Dengan menggunakan analisis CVP, jurnal unit yang harus terjual untuk
menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut.

Jumlah unit = (Target laba + Biaya tetap)/(Harga – Biaya variabel per unit)
= ($20.000 + $100.000)/($20-$10)
= $120.000/$10
= 12.000 unit

Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang haru terjual


untuk menghasilkan laba operasi sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut.

Jumlah unit = [Target laba + Biaya tetap ABC + (Biya pengaturan × Jumlaah
pengaturan) + (Biaya rekayasa × Jumlah jam rekayasa)]/(Harga
– Biaya variabel per unit)
Jumlah unit = [$20.000 + $ 50.000 + ($1.000 × 20) + ($30 × 1.000)]/($20-
$10)
= 12.000 unit

Menurut kedua pendekatan tersebut, jumlah unit yang harus dijual adalah
sama. Alasannya sederhana, kelompok total biaya tetap menurut perhitungan
biaya konvensional terdiri atas biayaa variabel berdasarkan nonunit ditambah
biaya tetap tanpa memperhatikan penggerak aktivitas. Sistem perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas memilaah-milah berbagai biaya variabel berdasarkan
nonunit. Biaya-biaya ini berhubungan dengan tingkat tertentu dari dari setiap
penggerak aktivitas. Pada penggerak aktivitas tingkat batch, tingkatnya adalah 20
pengaturan. Pada variabel tingkat produk, tingkatnya adalah 1.000 jam rekayasa.
Selama tingkat aktivitas penggerak biaya berdasarkan nonunit tetap sama, hasil
perhitungan konvensional dan ABC akan sama. Namum, tingkat-tingkat tersebut
daapa berubah sehingga informasi yang disediakan oleh kedua pedekatan bisa
sangat berbeda. Persamaan ABC pada analisis CVP merupakan representasi yang
lebih lengkap mengenai perilaku biaya yang mendasari dan dapat memberikan
pemahaman strategi yang penting. Untuk melihat hal ini, mari gunakan data yang
sama dan kita lihat pada suatu aplikasi yang berbeda.

29
Implikasi Srategi: Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC
Misalkan, setelah analisis CVP konvensional dilakukan. Departemen
Pemasaran menyatakan penjualan 12.000 unit mustahil dicapai. Unit yang bisa
terjual mungkin hanya 10.000. kemudian, presiden direktur perusahaan
memerintahkan para insinyur perancang produk meencari suatu cara mengurangi
biaya pembuatan produk. Para insinyur juga diminta mempertahankan persamaan
biaya konvensional, yaitu biaya tetap sebesar $100.000 dan biaya variabel per unit
$10. Biaya variabel per unit sebesar $10 terdiri atas: tenaga kerja langsung $4,
bahan baku langsung $5, dan overhead variable $1. Untuk memenuhi permintaan
mengurangi titik impas, Departemen Teknik memproduksi suatu rancangan baru
yang membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit. Rancangan baru tersebut
mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar $2 per unit. Rancangan tersebut
tidak akan mempengaruhi bahan baku atau overhead variabel. Dengan demikian,
biaya variabel yang baru adalah $8 per unit dan titik impas adalah sebagai berikut.

Jumlah unit = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)


= $100.000/($20-$8)
= 8.333 unit

Proyek laba jika 10.000 unit terjual dihitung sebagai berikut.

Penjualan ($20 × 10.000) $200.000


Dikurangi: Beban variabel ($8 × 10.000) 80.000
Margin kontribusi $120.000
Dikurangi: Beban tetap 100.000
Laba operasi $ 20.000

Karena senang dengan hasil tersebut, presiden direktur menyetujui


rancangan baru tersebut. Satu tahun kemudian, presiden direktur mendapati bahwa
peningkatan laba yang diharapkan tidak terjadi. Sebaliknya, perusahaan merugi.
Mengapa? Jawabannya diberikan oleh pendekatan ABC pada analisis CVP.
Hubungan biaya ABC awal pada contoh tersebut adalah sebagai berikut:

Total biaya = $50.000 + ($10 × Unit) + ($1.000 × Pengaturan) + ($30 × Jam


rekayasa)

Misalkan, rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih


rumit sehiingga meningkatkan biaya per pengaturan dari $1.000 menjadi $1.600.
karena peningkatan kandungan teknis, rancangan baru itu juga membutuhkan
dukungaan teknik tambahan sebesar 40 persen (dari 1.000 jam menjadi 1.400
jaam). Berikut persamaan biaya yang baru, termasuk pengurangan biaya variabel
tingkat unit.

Total biaya = $50.000 + ($8 × Unit) + ($1.600 × Pengaturan) + ($30 × jam


rekayasa)

Titik impas dengan laba operasi nol dan menggunakan persamaan ABC
dihitung sebagai berikut (anggaplah 20 pengaturan masih dilakukan).

30
Jumlah unit = [$50.000 + ($1.600 × 20) + ($30 × $1.400)]/($20 - $8)
= $124.000/$12
= 10.333 unit

Laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sebagai berikut (ingat kembali
bahwa jumlah maksimal yang dapat terjual adalah 10.000).

Penjualan ($20 × 10.000) $ 200.000


Dikurangi: Beban variabel berdasarkan unit ($8×10.000) 80.000
Margin kontribusi $ 120.000
Dikurangi: Beban variabel berdasarkan nonunit:
Pengaturan ($1.600 × 20) $32.000
Dukungan teknik ($30 × 1.400) 42.000 74.000
Margin dapat ditelusuri $ 46.000
Dikurangi: Beban tetap 50.000
(Rugi) operasional $ (4.000)

Mengapa para insinyur tersebut melakukan kesalahan ini? Apakah mereka


tidak mengetahui rancangan yang baru akan menaikkan biaya pengaturan dan
dukungan teknik? Jawabannya ya dan tidak. Mereka mungkin menyadari
kenaikan dari kedua variabel tersebut, tetapi persamaan biaya konvensional
mengalihkan perhatian dan perhitungan besarnya dampak perubahan pada kedua
variabel tersebut. Informasi yang diberikan oleh persamaan konvensional kepada
para insinyur memberikan kesan bahwa setiap pengurangan biaya tenaga kerja-
yang dalam hal ini tidak memengaruhi bahan baku atau overhead variabel-akan
mengurangi total biaya karena perubahan dalam tingkat aktivitas tenaga kerja
tidak akan memengaruhi biaya tetap. Namun, persamaan ABC menunjukkan
pengurangan input tenaga teknik mungkin tidak menguntungkan. Dengan
memberikan pengertian yang lebih dalam, keputusan rancangan yang lebih baik
dapat dibuat. Pemberian informasi biaya ABC kepada para insinyur tersebut
mungkin membuat mereka memilih jalur yang berbeda, yaitu jalur yang lebih
menguntungkan perusahaan.

Analisis CVP dan JIT


Jika suatu perusahaan menganut JIT , maka biaya variabel per unit yang
dijual berkurang dan biaya tetap bertambah. Sebagai contoh, sekarang tenaga
kerja langsung dianggap sebaga tetap dan bukan variabel. Di lain pihak, bahan
baku langsung masih dianggap sebagai biaya variabell berdasarkan unit.
Penekanan pada mutu total dan pembelian jangka panjang sebenarnya
mengasumsikan biaya bahan baku langsung bener-benar proporsional dengan unit
yang diproduksi menjadi semakin terbukti (karena limbah, sisa bahan, dan diskon
kuantitas dieliminasi).
Biaya variabel berdasarkan unit lainnya seperti listrik dan komisi
penjualan juga berlaku. Selain itu, variabel tingkat batch menjaadi hilang (pada
sistem JIT, batch-nya adalah satu unit). Dengan demikian, persamaan biaya pada
JIT dapat dinyatakan sebagai berikut.

31
Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × Jumlah unit) + (Biaya
rekayasa × Jumlah jam rekayasa)

Karena aplikasi JIT merupakan kasus khusus dari pemasaran ABC, tidak
aka nada contoh yang akan diberikan.

32
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis)
merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan. Titik impas (break-even point) adalah titik di mana total pendapatan
sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol.
Rasio biaya variabel (variabel cost ratio) sebesar 60 persen pada contoh
ini merupakan bagian dari setiap dollar penjualan yang harus digunakan untuk
menutup biaya variabel. Rasio biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan
data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari dollar penjualan yang
tersisa setelah biaya variabel tertutupi merupakan rasio margin kontribusi. Rasio
margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dollar
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba
Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) adalah teknik “bagaimana-jika”
yang menguji dampak dari perubahan asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap
suatu jawaban.

33
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial Buku 2 Edisi 8. Jakarta: Salemba


Empat

34

Anda mungkin juga menyukai