Disusun Oleh:
5A Akuntansi
1. Nasiska Febri Chrisma Sari (1703101008)
2. Vela Mayona Riasta (1703101022)
3. Putri Wahyuningsih (1703101028)
i
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.Kami berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca..
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
15 Desember 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Titik Impas dalam Unit.........................................................................2
B. Titik Impas dalam Dolar Penjualan......................................................8
C. Analisis Multiproduk ...........................................................................11
D. Representasi Grafis dari Hubungan CVP.............................................16
E. Perubahan dalam Variabel CVP...........................................................21
F. Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas..............27
BAB III PENUTUP..........................................................................................33
Kesimpulan.................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume
Profit Analysis (CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan terkait dengan biaya variable per unit,
kuantitas yang terjual, harga produk ( prices of products ), volume produksi, dan
semua informasi keuangan perusahaan yang terkandung di dalamnya yang sangat
mempengaruhi tingkat laba. Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya
seperti jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan
biaya tetap terhadap titik impas, serta dampak kenaikan harga terhadap laba.
Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis
sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya
terhadap laba.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan analisis multiproduk?
2. Apa yang dimaksud dengan analisis CVP?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui analisis multiproduk.
2. Untuk mengetahui analisis CVP.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis)
merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan. Karena analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan
antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan
persahaan terkandung di dalamnya. Analysis CVP dapat menjadi suatu alat yang
bermanfaat untuk mengindetifikasi cakupan dan bersarnya kesulitan ekonomi
yang dihadapi suatu divisi dan mebantu mencari pemecahnya. Analisis CVP juga
dapat mengatasi banyak isu lainnya, seperti jumlah unit yang harus dijual untuk
mencapaiimpas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan
dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu, analysis CVP memungkinkan
para manajer untuk melakukan analisi sensitivitas dengan menguji dapak dari
berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. Meskipun bab ini berkaitan
dengan mekanika dan terminology analisis CVP, anda harus tetap ingat bahwa
CVP merupakan suatu bagian integral dari perencanaan keuangan dan
pengambilan keputusan. Setiap akuntan dan manajer harus mengenal seluruh
konsep-konsepnya, bukan mekanikanya.
2
banyak, termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel,
biaya enjualan, dan administrative variabel. Biaya tetap juga mencakup overhead
tetap, beban penjualan, dan administrative tetap.
Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) – (Biaya variabel per unit x
Jumlah unit terjual) – Total biaya tetap
Misalkan anda ditanya mengenai jumlah unit yang harus dijual untuk
mencapai imas atau menghasilkan laba nol. Anda dapat menjawab pertanyaan
tersebut dengan menetapkan laba operasi sama dengan nol, kemudian
memecahkan persamaan laba operasi untuk jumlah unit.
Sekarang, mari kita gnakan contoh berikt untuk mencarititik imas dalam
unit. Anggaplah Whittier Company memproduksi mesin pemotong rumput. Untuk
tahun mendatang, pengontrol telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut.
Kita lihat bahwa harga per unit mesin pemotong rumpt di Whittier
Company adalah $ 400 dan biaya variabel per unit $ 325 ($ 325.000/1.000 unit).
Biaya tetap adalah $ 45.000. jadi, persamaan laba operasi pada titik impas adalah
sebagai berikut:
3
0 = ($ 400 x Unit) – ($ 325 x Unit) - $ 45.000
0 = ($ 75 x Unit) - $ 45.000
$ 75 x Unit = $ 45.000
Unit = 600
4
Jumlah unit = $ 45.000 / ($ 400 - $ 325
= $ 45.000 / $ 75
= 600
Jika kita menggunakan persamaan dasar impas, kita hanya perlu menambahkan
target laba sebesar $ 60.000 pada biaya tetap dan langsung menemukan jumah
unit.
Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laa
operasi sebesar $ 60.000. laporan laba rugi membuktikan hasil berikut.
Cara lain untuk memeriksa jmlah unit ini adalah menggunakan titik impas.
Seperti yang ditunjukkn, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput
atau 800 lebih banyak dari volume 600 unit untuk menghasilkan laba sebesar $
5
60.000. Margin kontribusi per mesin pemotong rumput adalah $ 75. Perkalian
antara $ 75 dengan 800 unit mesin pemotong rumput diatas akan menghasilkan
laba sebesar $ 60.000 ($ 75 x 800). Hasil menunjukkan margin kontribusi per unit
untuk setiap unit atas impas adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik
impas telah dihitung, jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk
menghasilkan laba operasi $ 60.000 dapat dihitung dengan membagi margin
kontribusi per unit ke dalam target lba dan menambahkan hasilnya dengan volume
impas.
Secara umum, denan asumsi biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap
laba perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat
dinilai dengan sebagai mengalikan margin kontribusi per unit dengan perubahan
unit yang terjual. Sebagai contoh, jika mesin pemotong rumput yang terjual
sebnyak 1.500, bukan 1.400, maka berapa jumlah laba yang akan diperoleh ?
perubahan dlam unit yang terjual adlah suatu kenaikan sebanyak 100 mesin
pemoton rumput dan margin kontribusi per unit adalah $ 75. Dengan demikian,
laba akan meningkat $ 7.500 ($ 75 x 100).
Target Laba Seteah Pajak Saat menghitung titik impas, pajak menghasilkan titi
berperan. Hal ini disebabkan pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun,
ketika perususahaan ingin mengetahui jumlah unit yang harus dijual untuk
menghasilkan laba bersih tertentu, diperlukan beberapa pertimbangan tambahan.
Ingat kembali bahwa laba bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan
6
angka target laba kita dinyatakan dalam kerangka sebelum pajak. Dengan
demikian, kita harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh
laba operasi ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih.
Secara mum, pajak dihitung sebagai presentasen dari laba. Laba setelah
pajak dihitung dengan menggunakan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum
pajak).
Jadi, untk mengonversi laba setelah pajak menjadi laba sebelum pajak,
cukup membagi laba setelah pajak denan (1 – Tarif pajak).
Misalkan, Whittier Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $
48.750 dan tariff pajaknya adalah 35 persen. Untuk mengonversi target laba
setelah pajak menjadi target laba sebelum pjak, selesaikanlah langkah – langkah
berikut:
Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Whittier
Company harus menghasilkan $ 75.00 sebelum pajak penhasilan untuk
memperoleh $ 48.750 setelah pajak penghasilan. Dengan pengonversian ini, kita
dapat menhitung jumlah unit yang harus dijual.
Unit = ($ 45.000 + $ 75.000) / $ 75
Unit = $ 120.000 / $ 75
Unit = 1.600
Mari periksa jawaban ini dengan menyusun laporan laba rugi berdasarkan
penjualan sebanyak 1.600 mesin pemotong rumput.
7
B. TITIK IMPAS DALAM DOLAR PENJUALAN
Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin
lebih suka menggunkan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan
daripada unit yang terjual. Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversi
menjadi suatu ukuran pendapatan penjualan hanya dengan mengalihkan harga jual
per unit dengan unit yang terjual. Sebagai contoh, titik impas Whittier Company
yang telah dihitung adalah 600 mesin pemotong rumput. Karena harga jual per
unit mesin pemtong rumput adalah $ 400, volume impas dalam pendapatan
penjualan adalah $ 240.00 ($ 400 x 600).
Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat dikonversi
secara udah menjadi satu jawaban yang dinyaakan dalam pendapatan penjualan,
tetapi jawaban tersebut bisa dihitung secara lebih langsung dengan
mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan penjualan. Pada kasus
ini, variabel yang penting adalah dollar penjualan sehingga pendapatan dan biaya
variabel harus dinyatakan dalam dollar, bukan unit. Karena pendapatan penjualan
selalu dinyatakan dalam dollar, pengukuran variabel tidak menjadi masalah.
Pembahasan biaya variabel dan bagaimana biaya tersebut dapat dinyatakan dalam
ukuran penjualan akan disajikan dalam ukuran dollar penjualan akan disajikan
secara lebih mendalam.
Untuk menghitung titik impas dalam dollar penjualan, biaya variabel
didefisinikan sebagai suatu presentase dari penjualan bukan sebagai sebuah
jumlah per unit yang terjual. Tampilan 11-1 mengilustrasikan pembagian
pendapatan penjualan menjadi biaya variabel dan margin kontribusi. Pada
tampilan tersebut, harga adalah $ 10 dan biaya variabel adalah $ 6. Sisanya adalah
margin kontribusi sebesar $ 4 ($ 10 - $ 6). Jika yangdijual adalah 10 nit, maka
total biaya variabel adalah $ 60 ($ 6 x 10 unit). Karena setiap unit yang dijual
menghasilkan pendapatan sebesar $ 10 dan membutuhkan biaya variabel $ 6, kita
dapat memperkirakan total biaya variabel sebesar $ 60 untuk pendapatan $ 100
(0,60 x $ 100)
Rasio biaya variabel (variabel cost ratio) sebesar 60 persen pada contoh
ini merupakan bagian dari setiap dollar penjualan yang harus digunakan untuk
menutup biaya variabel. Rasio biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan
data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari dollar penjualan yang
tersisa setelah biaya variabel tertutupi merupakan rasio margin kontribusi. Rasio
margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dollar
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Pada
tampilan 11-1, jika rasio biaya variabel adalah 60 persen dari penjalan, maka rasio
margin kontribusi haruslah 40 persn dari penjualn. Dari sini, dapat dipahami
bahwa pelengkap rasio biaya variabel adalah rasio margin kontribusi. Bagian
dollar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi haruslah merupakan
komponen margin kontribusi.
Sama seperti rasio biaya margin yang dapat dihitung dengan menggunakan
angka total atau per unit, rasio margin kontribusi yang sebesar 40 persen pada
tampilan tersebut juga dapa dihitung dengan kedua cara tersebut. Cara pertama
membagi total margin kontribusi dengan total penjualan ($ 40 / $ 100) cara
kedua,menggunakan margin kontribusi per unit dibagi denggan harga ($ 4 / $ 10).
Jika rasio biaya variabenya diketahui, rasio ini tentu dapat dikurangkan dari 1
untuk menghasilkan rasio margin kontribusi (1 – 0,60 = 0,40).
8
Bagaimana dengan biaya tetap? karna mrgin kontribusi merupkan
pendapatan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi, margin kontribusi
tersebut pastilah merupakan pendapatan penjualan yang tersedia untuk menutup
biaya tetap dan menyumbang laba. Dalam hal ini, terdapat tiga kemungkinan:
biaya tetap bisa sama dengan margin kontribusi, biaya tetap lebih kecil dari
margin kontribusi, atau biaya tetap bisa lebih besar dari margin kontribusi. Jika
biaya tetap yang sama ddengan margin kontribusi, maka laba operasi sama dengan
nol dan perusahaan berada dalam keadaan impas. Jika biaya tetap yang lebih kecil
dari margin kontribusi, perusahaan menghasilkan laba (atau laba operasi positif).
Terakhir, jika biaya tetap yang lebih besar dari margin kontribusi, perusahaan
mengalami kerugian operasi.
Sekarang mari kita kembali pada beberapa contoh berdasarkan Whittier
Company untuk mengilustrasikan pendekatan pendapatan penjualan. Berikut
disajikan kembali laba rugi berdasarkan perhitungan biaya variabel Whittier untuk
1.000 mesin pemotong rumput.
Persentase
Dollar Penjualan
Penjualan $ 400.000 100,00%
Dikurangi: Biaya variabel 325.000 81,25
Margin kontribusi $ 75.000 18,75%
Dikurangi: Biaya tetap 45.000
Laba operasi $ 30.000
Perhatikn bahwa pendapatan penjualan, biaya variabel, dan margin
kontribusi telah dinyatakan dalam bentk presentase dari penjualan. Rasio biaya
variabel adalah 0,8125 ($ 325.000 / $ 400.000). biaya tetap adalah $ 45.000.
berdasarkan informasi danlam laporan laba rugi ini, berapakah pendapatan
penjualan yang harus dihasilkan Whittier untuk mencapai impas?
9
Unit impas = Biaya tetap / (Harga – Biaya variabel per unit)
Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri
akan sama dengan pendapata penjualan saat impas.
Unit impas x Harga = Harga x [Biaya tetap / (Harga – Biaya variabel per unit)]
Penjualan impas = Biaya tetap x [Harga / (Harga – Biaya variabel per unit)]
Penjualan impas = Biaya tetap x (Harga / Margin kontribusi)
Penjualan impas = Biaya tetap / Rasio margin kontribusi
Penjualan = ($45.000+$60.000)/0,1875
= $105.000/0,1875
= $560.000
10
harga jual per unitdengan unit yang terjual. Lalu, mengapa kita menggunakan
rumus terpisah untuk pendekatan pendapatan penjualan? Dalam hal ini, ada dua
alasan. Pertama, rumus pendapatan penjualan memungkinkan kita untuk mencari
pendapatan secara langsung jika hal tersebut yang dikehendaki. Kedua,
pendekatan pendapatan Penjualan jauh lebih mudah untuk digunakandalam
pengaturan multiproduk, seperti yang akan dibahas pada bagian berikut.
C. ANALISIS MULTIPRODUK
Analisis biaya volume laba cukupmudah diterapkan dalam pengaturan
produk tunggal. Namun, kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual
sejumlah produk atau jasa. Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP
lebih tinggi dalam situasi muitiproduk, pengoperasiannya tidak berbeda jauh.
Mari kita lihat bagaimana mengadaptasi rumus-rumus yang digunakan dalam
pengaturan produk tunggal ke dalam pengaturan multiproduk dengan
mengembangkan contoh Whittier Company.
Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin
pemotong rumput:mesin pemotong rumputmanual dengan harga jual $400 dan
mesin pemotong rumput otomatis dengan harga iual $800. Departemen Pemasaran
yakin bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemorong
rumput otomatis dapat dijual selama tahun depan. Pengawas perusahaan telah
menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut berdasarkan ramalan penjualan.
11
dikembangkan untuk analisis produk tunggal. Untuk dua produk, terdapat dua
margin kontribusi per unit. Mesin pemotong rumput manual memiliki margin
kontribusi per unit sebesar $75 ($400-$325) dan mesin pemotong rumput otomatis
memiliki margin kontribusi sebesar $200 ($800-$600).4
Salah satu pemecahan adalah menerapkan analisis secara terpisah ke setiap
lini produk. Dengan cara itu, titik impas individu akan diperoleh jika laba
didefinisikan sebagai margin produk. Berikut impas untuk mesin pemotong
rumput manual.
Jadi, 400 mesin pemotong rumput manual dan 200 mesin pemotong
rumput otomatis harus dijual untuk mencapai margin produk impas. Namun,
margin produk impas hanya menutup biaya tetap langsung. Sementara itu, biaya
tetap umum masih belum tertutupi. Penjualan kedua mesin pemotong rumput
dalam jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian sebesar biaya tetap umum.
Titik impas perusahaan belum ada yang diidentifikasi secara
keseluruhan.Bagaimanapun, biaya tetap umum masih harus diperhitungkan dalam
analisis.
Biaya variabel per unit diturunkan dari laporan laba rugi. Untuk mesin
pemotong rumput otomatis, total biaya variabel adalah $480.000 berdasarkan
penjualan sebanyak 800 unit. Hal ini menghasilkan biaya variabel per unit sebesar
$600 ($480.000/800). Penghitungan serupa menghasilkan biaya variabel per unit
untuk mesin pemotong rumput manual.
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum
menghitung titik impas dapat mengatasi kesulitan ini. Permasalahan dalam
pendekatan ini adalah alokasi biaya tetap umum bersifat acak. Jadi, tidak ada
volume impas yang tampak secara langsung.
Kemungkinan pemecahan lainnya adalah mengonversikan masalah
multiproduk menjadi masalah produk tunggal. Jika hal ini dapat dilakukan, maka
seluruh metodologi CVP produk tunggal dapat diterapkan secara langsung. Kunci
dari konversi ini adalah mengidentiflkasi bauran penjualan yang diharapkan dalam
unit dari produk-produk yang dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah
kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual perusahaan.
Penentuan Bauran Penjualan Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang
terjual atau bagian dari pendapatan. Contohnya, jika Whittier berencana menjual
1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis,
maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200:800. Bauran penjualan biasanya
diturunkan sampai bilangan bulat terkecil. Jadi, bauran relatif 1.200:800 dapat
12
diturunkan hingga 12:8 dan selanjutnya menjadi 3:2. Dengan kata lain, untuk
setiap tiga mesin pemotong rumput manual yang terjual, ada dua mesin pemotong
rumput otomatis yang terjual.
Alternatif lainnya, bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam
persentase dari total pendapatan yang dikontribusikan oleh setiap produk. Pada
kasus di atas, pendapatan mesin pemotong rumput manual adalah $480.000 ($400
x 1.200) dan pendapatan dari mesin pemotong rumput otomatis adalah $640.000
($800 x 800). Mesin pemotong rumput manual mencakup 42,86 persen dari total
pendapatan dan mesin pemotong rumput otomatis mencakup 57,14 persen
sisanya. Hal ini mungkin terlihat seperti perbedaan kedua bauran penjualan.
Bauran penjualan dalam unit adalah 3:2, yaitu dari setiap lima mesin yang terjual,
60 persen adalah mesin pemotong rumput manual dan 40 persen mesin pemotong
rumput otomatis. Namun, bauran penjualan berdasarkan pendapatan adalah 42,86
persen untuk mesin pemotong rumput manual. Apa perbedaannya? Bauran
penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan dalam unit dan
memberikannya bobot menurut harganya. Jadi, meskipun proporsi yang
mendasari mesin yang terjual tetap 3:2, mesin pemotong rumput manual yang
harganya lebih rendah diberi bobot lebih ringan saat harga dimasukkan dalam
penghitungan. Untuk analisis CVP, kita harus menggunakan bauran penjualan
yang dinyatakan dalam unit.
Sejumlah bauran penjualan yang berbeda dapat digunakan untuk
menetapkan volume impas. Contohnya, bauran penjualan sebesar 2:1 akan
menetapkan titik impas pada 550 mesin pemotong rumput manual dan 275 mesin
pemotong rumput otomatis. Total margin kontribusi yang dihasilkan oleh bauran
ini adalah $96.250 [( $75 x 550) + ($200 x 275 )]. Jika 350 mesin pemotong
rumput manual dan 350 mesin pemotong rumput otomatis terjual (untuk bauran
penjualan 1:1), maka total margin kontribusijuga $96.250 (($75 x 350) + ($200 x
350)). Karena total biaya tetap adalah $96,250, kedua bauran penjualan
merupakan titik impas. Untunglah, setiap bauran penjualan tidak perlu
dipertimbangkan. Apakah Whittier benar-benar mengharapkan bauran penjualan
sebesar 2:1 atau 1:1? Untuk setiap dua mesin pemotong rumput manual yang
terjual, apakah Whittier berharap menjual satu mesin pemotong rumput otomatis?
Untuk setiap mesin pemotong rumput manual yang terjual, mampukah Whittier
menjual satu mesin pemotong rumput otomatis?
Menurut studi pemasaran yang dilakukan Whittier, bauran penjualan
sebesar 3:2 dapat diharapkan. Inilah rasio yang harus digunakan; sementara, rasio
lainnya dapat diabaikan. Bauran penjualan yang diharapkan terjadi dan
seharusnya digunakan pada analisis CVP.
13
diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut, diperlukan bauran
penjualan, harga setiap produk, dan setiap biaya variabel. Menurut data produk
individu yang disajikan dalam proyeksi laporan laba rugi, nilai paket dapat
dihitung sebagai berikut.
Mesin Mesin
Manual Otomatis Total
Penjualan $ 184.800 $ 246.400 $ 431.200
Dikurangi: Beban variable 150.150 184.800 334.950
Margin kontribusi $ 34.650 $ 61.600 $ 96.250
Dikurangi: Beban tetap 30.000 40.000 70.000
langsung
Margin segmen $ 4.650 $ 21.600 $ 26.250
Dikurangi: Beban tetap umum 26.250
Laba operasi $ 0
Tampilan 11-1 Laporan Laba Rugi: Solusi lmpas
Whittier harus menjual 462 mesin pemotong rumput manual (3 x 154) dan
308 mesin pemotong rumput otomatis (2 x 154) untuk mencapai impas. Laporan
laba rugi yang memeriksa kebenaran solusi ini disajikan pada Tampilan 11-1.
Untuk bauran penjualan tertentu, analisis CVP dapat digunakan seolah-
olah perusahaan menjual produk tunggal. Namun, berbagai tindakan yang
mengubah harga setiap produk dapat memengaruhi bauran penjualan karena
pelanggan mungkin membeli produk tersebut relatif lebih banyak atau lebih
sedikit. Perlu diingat bahwa sebuah bauran penjualan yang baru akan
memengaruhi unit dari setiap produk yang perlu dijual untuk mencapai target laba
yang diinginkan. Jika bauran penjualan untuk periode mendatang tidak pasti,
maka beberapa bauran yang berbeda mungkin perlu dipertimbangkan. Dengan
14
cara ini, manajer dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai berbagai
hasil yang mungkin dicapai perusahaan.
Kompleksitas pendekatan titik impas dalam unit meningkat secara
dramatis ketika jumlah produk bertambah. Bayangkan penggunaan analisis ini
pada perusahaan yang memproduksi ratusan produk. Observasi ini tampaknya
berlebihan dibandingkan keadaan sebenarnya. Dengan mudah, komputer dapat
menangani suatu masalah yang melibatkan banyak data. Lagi pula, banyak
perusahaan menyederhanakan masalah itu dengan menganalisis kelompok produk
daripada produk individu. Cara lain untuk menangani meningkatnya kompleksitas
tersebut adalah beralih dari pendekatan unit yang terjual ke pendekatan
pendapatan penjualan. Pendekatan ini mampu menyelesaikan analisis CVP
multiproduk hanya dengan menggunakan data ikhtisar yang terdapat dalam
laporan laba rugi perusahaan. Syarat-syarat yang diperlukan untuk penghitungan
jauh lebih sederhana.
Penjualan $ 1.120.000
Dikurangi: Biaya variable 870.000
Margin kontribusi $ 250.000
Dikurangi: Biaya tetap 96.250
Laba operasi $ 153.750
Perhatikan bahwa laporan laba rugi di atas sesuai dengan kolom total
laporan laba rugi yang lebih terperinci yang diperiksa sebelumnya. Proyeksi
laporan laba rugi bersandar pada asumsi bahwa 1.200 mesin pemotong rumput
manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis akan terjual (bauran penjualan
sebesar 3:2). Titik impas dalam pendapatan penjualan juga bersandar pada bauran
penjualan yang diharapkan. (Sama seperti pendekatan unit yang terjual, bauran
penjualan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda).
Dengan laporan laba rugi tersebut, pertanyaan umum mengenai CVP dapat
diajukan. Misalnya, berapa pendapatan penjualan yang harus dihasilkan untuk
mencapai impas? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bagi total biaya tetap
$96.250 dengan rasio margin kontribusi 0,2232 ($250.000/$1.120.000).5
Penjualan impas = Biaya tetap/Rasio margin kontribusi
= $96.250/0,2232
= $431.228
15
ukuran ikhtisar tunggal. Namun, pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan
informasi yang berkaitan dengan kinerja tiap-tiap produk.
16
garis laba ke sumbu vertikal. Seperti diilustrasikan pada Tampilan 11-2, laba dari
penjualan 40 unit adalah $100. Grafik laba volume mudah diinterpretasikan, tetapi
gagal mengungkapkan bagaimana biaya berubah ketika volume penjualan
berubah. Terdapat sebuah pendekatan alternatif dalam membuat grafik yang dapat
menyediakan perincian ini.
17
pendapatan $0; menetapkan jumlah unit sama dengan 20 menghasilkan
pendapatan $200. Dengan demikian, kedua titik untuk persamaan pendapatan
adalah (0, $0) dan (20, $200). Untuk persamaan biaya, unit yang terjual sebanyak
0 dan unit yang terjual sebanyak 20 menghasilkan titik-titik (0, $100) dan (20,
$200). Grafik setiap persamaan tampak pada Tampilan 11-3.
Perhatikan bahwa garis total pendapatan dimulai pada titik nol dan
meningkat dengan kemiringan yang sama dengan harga jual per unit (kemiringan
sebesar 10). Garis total biaya memotong sumbu vertikal pada sebuah titik yang
sama dengan total biaya tetap dan meningkat dengan kemiringan yang sama
dengan biaya variabel per unit (kemiringan sebesar 5). Jika garis total pendapatan
berada di bawah garis total biaya, maka akan muncul daerah rugi. Demikian juga,
jika garis total pendapatan berada di atas garis total biaya, maka akan muncul
daerah laba. Titik tempat garis total pendapatan dan total biaya berpotongan
adalah titik impas. Untuk mencapai impas, Tyson Company harus menjual 20 unit
sehingga memperoleh total pendapatan sebesar $200.
Sekarang, mari kita bandingkan informasi yang tersedia dari grafik CVP
dengan informasi yang tersedia dari grafik laba volume. Untuk melakukannya,
pertimbangkan penjualan sebesar 40 unit. Ingat kembali bahwa grafik laba volume
mengungkapkan penjualan 40 unit menghasilkan laba $100. Perhatikan kembali
Tampilan 11-3. Grafik CVP juga memperlihatkan laba sebesar $100, tetapi grafik
itu memberikan lebih banyak informasi. Grafik CVP mengungkapkan total
pendapatan sebesar $400 dan total biaya $300 berhubungan dengan penjualan 40
unit. Selanjutnya, total biaya dapat dibagi menjadi biaya tetap sebesar $100 dan
biaya variabel sebesar $200. Grafik CVP menyediakan informasi tentang
pendapatan dan biaya yang tidak disediakan oleh grafik laba volume. Berbeda
dengan grafik laba volume, beberapa penghitungan dibutuhkan untuk menentukan
laba yang berhubungan dengan volume penjualan tertentu. Meskipun demikian,
karena mengandung informasi yang lebih banyak, para manajer kemungkinan
besar mendapati bahwa grafik CVP merupakan suatu alat yang lebih berguna.
18
Tampilan 11-3 Grafik Biaya Volume Laba
Fungsi Linear Asumsi pertama, yaitu fungsi biaya dan pendapatan linear,
memerlukan pertimbangan tambahan. Mari, kita lihat fungsi-fungsi pendapatan
dan total biaya yang mendasarinya yang diidentifikasikan dalam ilmu ekonomi.
Pada Tampilan 11-4, Panel A menggambarkan fungsi pendapatan dan biaya yang
berbentuk kurva linear. Kita melihat bahwa saat kuantitas yang dijual meningkat,
pendapatan juga meningkat. Namun, kemudian, peningkatannya mulai tidak
setajam bila dibandingkan sebelumnya. Hal itu dijelaskan dengan mudah oleh
kebutuhan untuk menurunkan harga ketika unit yang terjual lebih banyak. Fungsi
total biaya lebih rumit, yaitu pada awalnya naik tajam, kemudian agak mendatar
(seialan dengan terjadinya peningkatan tingkat pengembalian), selanjutnya
kembali naik secara tajam (sejalan dengan terjadinya penurunan tingkat
pengembalian). Bagaimana kita dapat mengatasi hubungan yang rumit ini?
19
CVP linear. Jika rentang yang relevan berubah, maka biaya tetap dan variabel
tentu akan berbeda. Harga yang berbeda pun harus digunakan.
Asumsi kedua ini berkaitan dengan penetapan rentang yang relevan.
Setelah tentang yang relevan diidentifikasi, selanjutnya biaya dan hubungan harga
diasumsikan supaya diketahui dan konstan.
Produksi Sama dengan Penjualan Asumsi ketiga adalah apa yang diproduksi
dapat dijual. Tidak ada perubahan persediaan selama periode tersebut. Persediaan
tidak berdampak terhadap analisis impas merupakan hal yang dapat dimengerti.
Analisis impas adalah teknik pengambilan keputusan jangka Pendek sehingga kita
20
dapat menutup seluruh biaya pada periode waktu tertentu. Persediaan
mengandung biaya-biaya dari periode sebelumnya dan tidak dipertimbangkan
Sebelum Dengan
Kenaikan Kenaikan
Iklan Iklan
Unit yang terjual 1.600 1.725
Margin kontribusi per unit x $75 x $75
Total margin kontribusi $120.000 $129.375
21
Dikurangi: Beban tetap 45.000 53.000
Laba $ 75.000 $ 76.375
Selisih Laba
Perubahan volume penjualan 125
Margin kontribusi per unit x $75
Perubahan margin kontribusi $9.375
Dikurangi : Perubahan beban tetap 8.000
Kenaikan laba $ 1.375
Tampilan 11-5 Ringkasan Pengaruh Alternatif 1
Haruskah Whittier mempertahankan kebijakan harga dan iklannya saat ini atau
haruskah ia memilih salah satu dari ketiga alternatif yang digambarkan studi
pemasaran tersebut?
Pertimbangkan alternatif pertama. Apa pengaruhnya terhadap laba jika
biaya iklan naik sebesar $8.000 dan penjualan naik sebanyak 125 unit? Pertanyaan
ini dapat dijawab tanpa menggunakan persamaan-persamaan di atas, tetapi dengan
menerapkan margin kontribusi per unit. Kita mengetahui margin kontribusi per
unit adalah $75. Karena unit yang terjual naik sebanyak 125 unit, kenaikan
tambahan total margin kontribusi adalah $9.375 ($75 x 125 unit). Akan tetapi,
karena biaya tetap meningkat sebesar $8.000, kenaikan laba tambahan hanya
sebesar $1.375 ($9.375 $8.000). Tampilan 11-5 mcnampilkan ringkasan pengaruh
dari alternatif pertama. Perhatikan bahwa kita hanya perlu melihat kenaikan
tambahan dalam total margin kontribusi dan beban tetap untuk menghitung
kenaikan total laba.
Pada alternatif kedua, beban tetap tidak naik. Dengan demikian,
pertanyaan di atas dapat dijawab hanya dengan melihat pengaruhnya terhadap
total margin kontribusi. Untuk harga saat ini sebesar $400, margin kontribusi per
unit adalah $75. Jika 1.600 unit terjual, maka total margin kontribusi adalah
$120.000 ($75 x 1.600). Jika harga turun menjadi $375, maka margin kontribusi
turun menjadi $50 per unit ($375 - $325). Jika 1.900 unit terjual dengan harga
baru tersebut, maka total margin kontribusi yang baru adalah $95 .000 ($50 x
1.900). Penurunan harga ini mengakibatkan penurunan laba sebesar $25 .000
($120.000 - $95.000). Pengaruh-pengaruh dari alternatif kedua diringkas pada
Tampilan 11-6.
Alternatif ketiga memperlihatkan penurunan harga jual per unit dan
kenaikan biaya iklan. Seperti pada alternatif pertama, dampak laba dapat dinilai
dengan memperhatikan pengaruh-pengaruh tambahan terhadap margin kontribusi
dan beban tetap. Perubahan laba tambahan dapat diketahui dengan menghitung
perubahan
22
Selisih Laba
Perubahan Margin kontribusi ($95.000-$120.000) ($25.000)
Dikurangi: Perubahan beban tetap -
Penurunan Laba $(25.000)
Tampilan 11-6 Ringkasan Pengaruh Alternatif 2
23
risiko. Setiap konsep mensyaratkan pengetahuan mengenai biaya tetap dan
variabel.
Margin Pengaman (margin of safety) adalah unit yang terjual atau diharapkan
terjual atau pendapatan yang dihasilakan atau diharapkan untuk dihasilkan yang
melebihi volume impas. Sebagai contoh, jika volume impas perusahaan adalah
200 unit dan perusahaan saat ini menjual 500 unit, maka margin pengamannya
adalah 300 unit (500-200). Margin pengaman juga dapat dinyatakan dalam
pendapatan penjualan. Jika volume impas adalah $200.000 dan pendapatan saat
ini adalah $350.000, maaka margin pengamannya adalah $150.000.
Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar dan risiko. Pada
kenyataannya, peristiwa yang tidak diketahui selalu muncul ketika rencana
disusun. Hal itu dapat menurunkan penjualan di bawah jumlah yang diharapkan.
Apabila margin pengaman perusahaan adalah besar atas penjualan tertentu yang
diharapkan di tahun depan, maka risiko menderita kerugian jika penjualan
menurun lebih kecil daripada margin pengamannya. Manajer yang menghadapi
margin pengaman yang rendah mungkin ingin mempertimbangkan berbagai
tindakan untuk meningkatkan penjualan atau mengurangi biaya. Langkah-langkah
tersebut akan meningkatkan margin pengaman dan mengurangi risiko merugi.
Selisih Laba
Perubahan margin kontribusi ($130.000 - $120.000) $ 10.000
Dikurangi : Perubahan beban tetap ($53.000 - $45.000) 8.000
Kenaikan laba $ 2.000
Pengungkit Operasi Dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah sebuah mesin
sederhana tang digunakan untuk melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya,
pengungkit tersebut melipatgandakan kekuatan tenaga yang dikelurkan untuk
menghasilkan lebih banyak pekerjaan. Semakin besar beban yang digerakan oleh
sejumlah tertentu tenaga, semakin besar keunggulan mekanis dari alat tersebut.
Dalam bidang keuangan, pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relatif dari
biaya tetap dan biaya variabel dalam suatu oganisasi. Pertukaran antara biaya
tetap dengan biaya variabel adalah suatu hal yang mungkin dilakukan. Saat biaya
variabel turun, margin kontribusi perunit meningkat. Hal itu membuat kontribusi
setiap unit yang dijual menjadi lebih tinggi sebesar itu. Pada kasus demikian,
fluktuasi penjualan memiliki pengaruh yang meningkat atas profitabilitas. Jadi,
perusahaan yang merealisasikan biaya variabel yang lebih rendah karena
meningkatkan proporsi biaya tetapnya akan akan menikmati kenaikan laba yang
lebih besar ketika penjualan meningkat dibandingkan dengan perusahaan dengan
24
proporsi biaya tetap yang lebih rendah. Biaya tetap digunakan sebagai pengungkit
untuk meningkatkan laba. Sayangnya, perusahaan dengan pengungkit operasi
yang lebih tinggi juga akan mengalami pengurangan laba yang lebih besar ketika
penjualan turun. Oleh karena itu, pengungkit operasi (operating laverage)
merupakan penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan persentase laba
yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah.
Semakin besar tingkat pengungkit operasi, semakin banyak perubahan
dalam aktivitas penjualan yang akan mempengaruhi laba. Karena fenomena ini,
bauran biaya yang dipilih organisasi memiliki pengaruh yang berarti terhadap
risiko operasi dan tingkat laba.
Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage – DOL) untuk
tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin
kontribusi terhadap laba.
Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi/Laba
Jika biaya tetap digunakan untuk mengurangi biaya variabel sedemikian
rupa sehingga margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat
pengungkit operasinya naik-yang menandakan adanya peningkatan risiko.
Untuk mengilustrasikan pemanfaatan konsep ini, pertimbangan
perusahaan yang sedang berencana menambahkan sebuah lini produk baru. Untuk
itu, perusahaan dapat memilih lebih mengandalkan otomatisasi atau tenaga kerja.
Jika perusahaan memilih untuk menekankan otomatisasi daripada tenaga kerja,
maka biaya tetap lebih tinggi dan biaya variabel per unit lebih rendah. Data yang
relevan untuk tingkat penjualan sebesar 10.000 unit adalah sebagai berikut.
25
Laba untuk otomatisasi akan naik sebesar $200.000 ($325.000-$125.000)
untuk kenaikan sebesar 160 persen. Pada sistem manual, laba meningkat hanya
sebesar $80.000 ($180.000-$100.000) atas kenaikan sebesar 80 persen. Sistem
otomattis menghasilkan persentase kenaikan yang lebih besar karena memiliki
tingkat pengungkit operasi yang lebih tinggi.
Dalam memilih kedua sistem ini, pengaruh pengungkit operasi merupakan
suatu informasi yang berharga. Ketika penjualan naik 40 persen, pengaruh ini
dapat member manfaat yang signifikan bagi perusahaan. Namun, pengaruh
tersebut mmerupakan dua sisi mata pedang. Ketika peenjualan turun, sistem
otomatis juga akan menunjukkan penurunan persentase yang lebih tinggi. Selain
iu, kenaikan pengungkit operasi yang terjadi pada sistem otomatis disebabkan
oleh kenaikan biaya tetap. Titik impas untuk sistem otomatis adalah 7.500 unit
($375.000/$50), sedangkan titik impas untuk sistem manual adalah 5.000 unit
($100.000/$20). Jadi, sistem otomatis memiliki risiko operasi yang lebih besar.
Risiko yang bertambah itu tentu akan menyediakan potensi laba yang lebih tinggi
(selama unit yang terjual melebihi 9.167)
Dalam memilih sistem yang otomatis dan sistem manual, manajer harus
manila kemungkinan terjadinya penjualan akan melebihi 9.167 unit. Jika setelah
diteliti terdapat keyakinan yang kuat bahwa penjualan akan melebihi jumlah
tersebut dengan mudah, pilihannya adalah sistem otomatis. Di lain pihak, jika
penjualan dikhawartirkan kurang dari 9.167 unit, maka sistem manual lebih
menguntungkan.
26
harus memahami distribusi biaya dan harga di perusahaan, serta dampak dari
perubahan kondisi ekonomi terhadap variabel-variabel tersebut. Kenyataan bahwa
variabel sering sulit diketahui secara pasti bukanlah menjadi alasan untuk
mengabaikan dampak dari ketidakpastian pada analisis CVP. Untungnya, analisis
sensitivitas juga bisa memberkan masuakn bagi para manajer untuk merasakan
tingkat pengaruh dari variabel yang buruk terhadap suaau jawaban. Hal ini juga
merupakan salah satu keuntungannya.
Akhirnya , harus diperhatikaan bahwa meskipun dapat menghasilkan
jawaban numerik yang sangat baik, spreadsheet tidak mampu melakukkan
pekerjaan tersulit dalam analisis CVP. Pekerjaan tersebut adalah menentukan data
yang pertama kali harus di-input. Akuntan harus mengetahui distribusi biaya dan
harga dari perusahaan, serta dampak perubahan kondisi ekonomi terhadap
variabel-variabel tersebut. Kenyataan bahwa variabel-variabel tersebut jarang
diketahui secara pasti bukanlah menjadi alasan untuk mengabaikan dampak
ketidakpastian dalam analisis CVP. Untunglah, analisis sensitivitas juga dapat
melatih intuisi manajer untuk mengetahui sejauh mana sebuah variabel yang
diramalkan secara buruk akan memengaruhi suatu jawaban. Hal ini juga
merupakan suatu keunggulan.
27
aktivitas mengakui beberapa biaya yang berubah bergantung pada jumlah unit
yang diproduksi sedangkan beberapa biaya lain tidak. Namun, meski perhitungan
biaya berdasarkan aktivitas mengakui biaya berdasarkan nonunit tetap berkenaan
dengan perubahan volume produksi, sistem perhitungan biaya berdasarkan
aktivitas juga memperlihatkan banyak biaya berdasarkan nonunit berubah
berkenaan dengan penggerak aktivitas lainnya.
Penggunaan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas tidak berarti
analisis CVP kurang bermanfaat. Pada kenyataannya, analisis CVP menjadi lebih
bermanfaat karena ia memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku
biaya. Wawasan tersebut menghasilkan keputusan yang lebih baik. Namun,
analisis CVP dalam kerangka berdasarkan aktivitas harus dimodifikasi. Sebagai
ilustrasi, anggaplah biaya perusahaan dapat dijelaskan dengan tiga variabel:
penggerak aktivitas tingkat unik adalah unit yang dijual, penggerak aktivitas
tingkat batch adalah jumlah pengaturan, dan penggerak aktivitas tingkat produk
adalah jam rekayasa (engineering hours). Persamaan biaya ABC selanjutnya
dapat dinyatakan sebagai berikut.
Total Biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × jumlah unit) + (Biaya
pengaturan × Jumlah pengaturan) + (Biaya Rekayasa × Jumlah
jam rekayasa)
Laba operasi seperti sebelumnya adalah total pendapatan dikurangi total biaya.
Hal ini dinyatakan sebagai berikut.
Laba operasi = Total pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit ×
Jumlah unit) + (Biaya pengaturan × Jumlah pengaturan) +
(Biaya rekayasa × Jumlah jam rekayasa)]
Mari, kita gunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik impas
dalam unit. Pada impas, laba operasi adalah nol dan jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapai impas adalah sebagai berikut.
28
menghitung jumlah unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba sebelum pajak
sebesar $20.000. analisis ini didasarkan paada data berikut.
Dengan menggunakan analisis CVP, jurnal unit yang harus terjual untuk
menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut.
Jumlah unit = (Target laba + Biaya tetap)/(Harga – Biaya variabel per unit)
= ($20.000 + $100.000)/($20-$10)
= $120.000/$10
= 12.000 unit
Jumlah unit = [Target laba + Biaya tetap ABC + (Biya pengaturan × Jumlaah
pengaturan) + (Biaya rekayasa × Jumlah jam rekayasa)]/(Harga
– Biaya variabel per unit)
Jumlah unit = [$20.000 + $ 50.000 + ($1.000 × 20) + ($30 × 1.000)]/($20-
$10)
= 12.000 unit
Menurut kedua pendekatan tersebut, jumlah unit yang harus dijual adalah
sama. Alasannya sederhana, kelompok total biaya tetap menurut perhitungan
biaya konvensional terdiri atas biayaa variabel berdasarkan nonunit ditambah
biaya tetap tanpa memperhatikan penggerak aktivitas. Sistem perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas memilaah-milah berbagai biaya variabel berdasarkan
nonunit. Biaya-biaya ini berhubungan dengan tingkat tertentu dari dari setiap
penggerak aktivitas. Pada penggerak aktivitas tingkat batch, tingkatnya adalah 20
pengaturan. Pada variabel tingkat produk, tingkatnya adalah 1.000 jam rekayasa.
Selama tingkat aktivitas penggerak biaya berdasarkan nonunit tetap sama, hasil
perhitungan konvensional dan ABC akan sama. Namum, tingkat-tingkat tersebut
daapa berubah sehingga informasi yang disediakan oleh kedua pedekatan bisa
sangat berbeda. Persamaan ABC pada analisis CVP merupakan representasi yang
lebih lengkap mengenai perilaku biaya yang mendasari dan dapat memberikan
pemahaman strategi yang penting. Untuk melihat hal ini, mari gunakan data yang
sama dan kita lihat pada suatu aplikasi yang berbeda.
29
Implikasi Srategi: Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC
Misalkan, setelah analisis CVP konvensional dilakukan. Departemen
Pemasaran menyatakan penjualan 12.000 unit mustahil dicapai. Unit yang bisa
terjual mungkin hanya 10.000. kemudian, presiden direktur perusahaan
memerintahkan para insinyur perancang produk meencari suatu cara mengurangi
biaya pembuatan produk. Para insinyur juga diminta mempertahankan persamaan
biaya konvensional, yaitu biaya tetap sebesar $100.000 dan biaya variabel per unit
$10. Biaya variabel per unit sebesar $10 terdiri atas: tenaga kerja langsung $4,
bahan baku langsung $5, dan overhead variable $1. Untuk memenuhi permintaan
mengurangi titik impas, Departemen Teknik memproduksi suatu rancangan baru
yang membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit. Rancangan baru tersebut
mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar $2 per unit. Rancangan tersebut
tidak akan mempengaruhi bahan baku atau overhead variabel. Dengan demikian,
biaya variabel yang baru adalah $8 per unit dan titik impas adalah sebagai berikut.
Titik impas dengan laba operasi nol dan menggunakan persamaan ABC
dihitung sebagai berikut (anggaplah 20 pengaturan masih dilakukan).
30
Jumlah unit = [$50.000 + ($1.600 × 20) + ($30 × $1.400)]/($20 - $8)
= $124.000/$12
= 10.333 unit
Laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sebagai berikut (ingat kembali
bahwa jumlah maksimal yang dapat terjual adalah 10.000).
31
Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit × Jumlah unit) + (Biaya
rekayasa × Jumlah jam rekayasa)
Karena aplikasi JIT merupakan kasus khusus dari pemasaran ABC, tidak
aka nada contoh yang akan diberikan.
32
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis)
merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan. Titik impas (break-even point) adalah titik di mana total pendapatan
sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol.
Rasio biaya variabel (variabel cost ratio) sebesar 60 persen pada contoh
ini merupakan bagian dari setiap dollar penjualan yang harus digunakan untuk
menutup biaya variabel. Rasio biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan
data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari dollar penjualan yang
tersisa setelah biaya variabel tertutupi merupakan rasio margin kontribusi. Rasio
margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dollar
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba
Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) adalah teknik “bagaimana-jika”
yang menguji dampak dari perubahan asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap
suatu jawaban.
33
DAFTAR PUSTAKA
34