Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

AKUNTANSI SEWA

Disusun oleh :

Kelompok II

Fahrizal Saleh (12170312102)

Dzaki Fairuz Azzahra (12170314940)

Nadia Elvina Putri (12170322068)

Radef Oktapti Saputra (12170311814)

Sofi Atika Winanda (12170323779)

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji atas kehadirat nya, yang telah melimpahkan rahmat
Hidayah dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah akuntansi keungan menengah dua ini dengan pembahasan liabilitas jangka
panjang. Dan Tak lupa shalawat serta salam tetap tercurah kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap gulita menuju
jalan yang terang dengan membawa agama yang sempurna addinul Islam.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar proses pembuatannya untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing dan pengajar yaitu ibu Jasmine Syafe’i, S.E., M.Ak. CA.
yang dengan kesabaran dan kelebihannya telah mengajar kami serta teman-teman
yang telah membantu kami.

Terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari Susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan
selesainya Makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas bagi pembaca.

Pekanbaru, 4 Juni 2023

PENULIS

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
20.1 KARAKTERISTIK DAN JENIS SEWA ................................................. 1
20.1.1 Karakteristik Sewa ............................................................................................ 1
20.1.2 Jenis Sewa ........................................................................................................ 4
20.2 AKUNTANSI SEWA UNTUK LESSEE ................................................ 9
20.2.1 Sewa Pembiayaan ............................................................................................ 9
20.2.2 Sewa Operasi.................................................................................................. 20
Opsi Pembelian.................................................................................................. 22
20.3 AKUNTANSI SEWA BAGI LESSOR .................................................. 25
20.3.1 Sewa Pembiayaan .......................................................................................... 25
20.3.2 Sewa Operasi.................................................................................................. 34
20.3.3 Sewa bagi Lessor Pabrikan atau Dealer ......................................................... 36
20.4 TRANSAKSI JUAL DAN SEWA-BALIK ........................................... 41
20.4.1 Sewa Pembiayaan .......................................................................................... 41
20.5 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN .............................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 49

ii
20.1 KARAKTERISTIK DAN JENIS SEWA

20.1.1 Karakteristik Sewa

Definisi Sewa

Sewa adalah perjanjian antara lessee (penyewa) dengan lessor (pemberi

sewa) di mana lessee diberikan hak oleh lessor untuk menggunakan aset milik lessor

pada periode yang telah disepakati. Atas diperolehnya hak tersebut, lessee

diharuskan melakukan pembayaran. (serangkaian pembayaran) kepada lessor.

1
Keunggulan Sewa

1. Pendanaan 100%. Pembiayaan dengan sewa mencakup 100% atas nilai aset,

sedangkan pembiayaan melalui bank biasanya hanya mencakup 80% dari nilai

aset.

2. Tingkat bunga tetap. Walaupun tidak menutup kemungkinan tingkat bunga

sewa berfluktuatif, namun sebagian besar sewa menawarkan tingkat bunga tetap

sehingga pembayaran sewa juga tetap.

3. Perlindungan terhadap keusangan. Hal ini menjamin lessee untuk

mendapatkan aset dengan kondisi yang baik dan terkini.

4. Fleksibel. Perjanjian sewa lebih fleksibel dan tidak seketat perjanjian pinjaman

pada bank sehingga lebih menjangkau banyak kalangan termasuk UKM.

5. Bunga lebih rendah. Rata-rata tingkat bunga sewa (leasing) lebih rendah

dibandingkan suku bunga pinjaman bank. Hal ini akan menguntungkan lessee

karena mendapatkan pendanaan dengan biaya lebih rendah.

6. Keuntungan pajak. Dalam sewa pembiayaan, penyerahan aset sewaan tidak

dikenakan PPN dan lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa

kepada lessor.

7. Pembiayaan off-balance sheet. Dengan menyewa, memungkinkan bagi lessee

untuk tidak mengakui aset dan liabilitas sewaan di Laporan Posisi Keuangan

(Neraca), sehingga perusahaan dapat menghindari peningkatan levenge.

Perkembangan Sewa di Indonesia

2
Sewa (leasing) sebagai salah satu bentuk pembiayaan mulai berkembang di

Indonesia pada tahun 1974 setelah terbitnya surat keputusan bersama (SKB) tiga

menteri yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan.

Pada tahun 1988, pemerintah melalui Keppres dan Keputusan Menteri Keuangan

membuka luas kegiatan industri pembiayaan leasing, anjak piutang, pembiayaan

konsumen, modal ventura. Dan kartu kredit.

Berdasarkan laporan dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia

(APPI), pada tahun 2013, piutang pembiayaan melalui sewa (leasing) menempati

posisi kedua (33%) setelah pembiayaan konsumen (64%). Walaupun

pertumbuhannya tidak sebesar pembiayaan konsumen, nilai piutang leasing

diperkirakan terus mengalami peningkatan pada tahun 2014.

3
20.1.2 Jenis Sewa

Berdasarkan PSAK 73 Sewa, sewa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Sewa operasi (operating lease) adalah sewa jangka pendek yang tidak

menyebabkan perpindahan kepemilikan suatu aset.

2. Sewa pembiayaan (finance lease) adalah sewa yang termasuk dalam bentuk

pendanaan jangka panjang dan menyebabkan perpindahan risiko manfaat aset

kepada penyewa. Dalam hal terjadi perpindahan kepemilikan di akhir masa

sewa maka transaksi sewa dapat disebut sebagai pembelian secara angsuran.

Penerapan PSAK 73 memiliki dampak signifikan terhadap koreksi fiskal

yang perlu dilakukan oleh penyewa (badan usaha) dalam menghitung Penghasilan

Kena Pajak dan beban pajak penghasilan. PSAK 73 memperketat persyaratan sewa

operasi di mana syarat untuk sewa operasi harus memenuhi seluruh kriteria, antara

lain sewa aset berjangka pendek (kurang dari atau sama dengan 12 bulan) dan aset

bernilai rendah. Jika penyewa tidak memenuhi 2 kriteria tersebut, maka otomatis

diakui sebagai sewa pembiayaan.

Kriteria Sewa Pembiayaan

Suatu transaksi yang secara substansi mengalihkan risiko dan manfaat yang terkait

dengan kepemilikan suatu aset, biasanya memenuhi salah satu atau beberapa situasi

berikut ini.

1. Perjanjian sewa menyatakan adanya pengalihan kepemilikan aset kepada lessee

pada akhir masa sewa.

4
2. Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah

dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga

pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan.

3. Masa sewa mencakup sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik

tidak dialihkan.

4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara

substansial mendekati nilai wajar aset sewaan.

5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya

tanpa perlu modifikasi secara material.

Indikator lain juga mungkin ada pada sewa pembiayaan yang mencakup

salah satu atau beberapa situasi berikut.

1. Sewa pada dasarnya tidak dapat dibatalkan. Jika lessee dapat membatalkan

sewa, maka rugi lessor yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee.

2. Keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar atas residu dibebankan

kepada lessee (misalnya, dibebankan pada harga rental). Hal ini juga

5
menunjukkan bahwa seluruh risiko dan manfaat terkait aset beralih kepada

lessee.

3. Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua

dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai pasar rental.

Dengan nilai rental yang lebih rendah pada periode kedua, kemungkinan besar

lessee akan memperpanjang perjanjian sewa.

Dalam praktik bisnis, sewa juga dikategorikan menjadi Sewa Guna Usaha

dengan Hak Opsi (sewa pembiayaan) dan Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi (sewa

operasi). Dalam pembahasan ini tidak menggunakan kedua istilah tersebut karena

berdasarkan kriteria di atas, sewa tanpa hak opsi belum tentu merupakan sewa

operasi. Hak opsi bukanlah satu-satunya kriteria dalam menentukan suatu sewa

sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan.

Analisis Perjanjian Sewa

Dalam perjanjian sewa terdapat beberapa hal yang disepakati antara lessee

dan lessor yang tertuang dalam kontrak sewa. Substansi dari perjanjian tidak selalu

sama dengan apa yang tertera dalam kontrak, namun harus dianalisis lebih dalam.

Suatu transaksi dapat saja berbentuk kontrak jual-beli, namun substansinya adalah

sewa.

Contoh 20.1 Transaksi yang mengandung Sewa

PT A mengadakan kontrak pembelian BBM yang dihasilkan oleh kilang

milik PT B. Tersebut dibangun oleh PT B khusus untuk menghasilkan BBM dalam

rangka kontrak dengan PT A. Harga pembelian BBM yang dibayar oleh PT A jauh

6
di atas harga pasar yang berlaku. PT B harus memenuhi permintaan BBM dari PT

A dan tidak boleh memasok BBM tersebut dari kilang lain selain kilang yang

dimaksud dalam kontrak PT B juga tidak dapat menjual BBM dari kilang tersebut

kepada pihak lain. Pada akhir tahun ke-20, kilang akan diserahkan kepada PT A.

Sepintas perjanjian di atas adalah kontrak jual-beli biasa. Namun menurut

ISAK 8 perjanjian tersebut sebenarnya mengandung sewa karena:

1. Pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset atau aset-aset

tertentu. PT B hanya bisa memasok BBM dari kilang tertentu yang

dimaksudkan dalam kontrak dan tidak menggunakan kilang (aset) lain.

2. Perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tertentu.

Pada dasarnya PT A memiliki hak menggunakan kilang (aset) tersebut

walaupun dioperasikan oleh PT B selama masa kontrak, karena PT A memiliki

kendali atas pengoperasian kilang dalam bentuk menentukan jumlah produksi.

Pengendalian juga terjadi ketika PT B tidak diperkenankan menjual BBM dari

kilang tersebut kepada pihak lain.

Jika transaksi di atas mengandung sewa, maka harus dianalisis berdasarkan

PSAK 73 terkait jenis sewanya. Jika memenuhi kriteria sewa pembiayaan, maka

PT A dalam hal ini sebagai lessee harus mengakui kilang tersebut sebagai aset

berikut liabilitas terkait pada awal kontrak. Sedangkan PT B sebagai lessor harus

menghentikan pengakuan kilang tersebut. Harga pembelian yang dibayarkan PT A

harus dipisahkan antara komponen sewa dan bukan sewa.

7
Berikut adalah beberapa terminologi yang harus diperhatikan dalam

menganalisis suatu perjanjian sewa.

a. Sewa yang tidak dapat dibatalkan adalah sewa yang hanya dapat dibatalkan

jika: a. terjadinya kondisi kontinjensi yang kemungkinannya sangat kecil; b.

mendapat persetujuan dari lessor; c. Lessee mengadakan perjanjian sewa baru

atas aset yang sama atau aset yang setara dengan lessor yang sama; d. bila ada

pembayaran tambahan yang signifikan pada awal sewa oleh lessee sehingga

secara ekonomis dapat dipastikan tidak akan ada pembatalan.

b. Awal sewa adalah tanggal yang lebih awal antara tanggal perjanjian sewa dan

tanggal pihak-pihak menyatakan komitmen terhadap ketentuan-ketentuan

pokok sewa.

c. Awal masa sewa adalah tanggal saat lessee mulai berhak untuk menggunakan

aset sewaan. Pada tanggal ini pertama kali aset dan liabilitas sewaan diakui dan

selanjutnya diikuti pengakuan penghasilan atau beban. Awal masa sewa dapat

berbeda dengan awal sewa.

d. Masa sewa adalah periode yang tidak dapat dibatalkan di mana lessee telah

menyepakati perjanjian sewa untuk menyewa aset. Termasuk dalam masa sewa

adalah periode ketika lessee memiliki opsi untuk melanjutkan sewa tersebut.

e. Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran selama masa sewa yang

harus dibayar oleh lessee, yang tidak meliputi rental kontinjen, biaya jasa dan

pajak yang dipungut oleh lessor.

8
f. Rental kontinjen adalah bagian dari pembayaran sewa yang jumlahnya tidak

tetap tetapi didasarkan pada perubahan faktor tertentu di masa depan, selain

faktor perjalanan waktu.

g. Nilai residu yang dijamin adalah bagian dari nilai residu atas aset sewaan yang

dijamin oleh lessee atau pihak terkait dengan lessee. Sementara bagi lessor, nilai

residu yang dijamin adalah bagian nilai residu yang dijamin oleh lessee atau

pihak ketiga, yang tidak terkait dengan lessor.

h. Umur ekonomis adalah periode atas suatu aset yang diharapkan secara

ekonomis dapat digunakan oleh satu atau lebih pengguna atau jumlah produksi

atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset oleh satu atau lebih

pengguna. Umur ekonomis adalah salah satu faktor yang diperhitungkan dalam

menentukan jenis sewa.

i. Umur manfaat adalah estimasi periode tersisa dari manfaat ekonomis yang

diharapkan untuk dikonsumsi oleh entitas, yang dihitung mulai dari awal masa

sewa, tanpa dibatasi oleh masa sewa itu sendiri.

20.2 AKUNTANSI SEWA UNTUK LESSEE

20.2.1 Sewa Pembiayaan

Pengakuan Awal dan Pengukuran

a. Pengakuan Liabilitas

Pada sewa pembiayaan, lessee mengakui aset dan liabilitas di awal masa

sewa sebesar nilai terendah antara nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini

dari pembayaran sewa Nilai aset dan liabilitas tersebut diakui pada nilai yang sama,

9
kecuali jika terdapat uang muka atas sewa, maka liabilitas diakui setelah dikurangi

uang muka. Sebagai contoh, jika nilai wajar aset adalah Rp100.000.000 dan nilai

kini pembayaran sewa minimum adalah Rp97.000.000, maka jurnal yang dicatat

lessee pada awal masa sewa adalah sebagai berikut.

Aset Sewa Pembiayaan Rp. 97.000.000

LiabilitasSewaPembiayaan Rp. 97.000.000

Perhitungan nilai kini atas pembayaran sewa minimum dapat dilihat pada

Contoh 20.2. Pada saat pengakuan awal, nilai liabilitas yang diakui sama dengan

nilai aset kecuali telah terdapat pembayaran atas sebagian liabilitas.

Jika nilai wajar aset adalah Rp97.000.000 dan lessee sudah membayar uang

muka sebesar Rp10.000.000, maka jurnalnya adalah sebagai berikut.

Aset Sewa Pembiayaan Rp. 97.000.000

Uang Muka Sewa Rp. 10.000.000

LiabilitasSewaPembiayaan Rp. 87.000.000

b. Tingkat Diskonto

Nilai kini pembayaran sewa minimum dihitung menggunakan tingkat

bunga implisit. Jika lessee tidak mengetahui atau tidak praktis menghitung

bunga implisit, maka digunakan tingkat bunga inkremental. Tingkat bunga

implisit mengacu kepada tingkat bunga yang digunakan oleh lessor dalam

menghitung pembayaran sewa. Sementara tingkat bunga inkremental adalah

10
tingkat bunga yang dikenakan kepada lessee atas sewa yang sejenis atau

seandainya aset dibeli dengan sumber pendanaan lain.

c. Nilai Residu

Aset sewaan biasanya memiliki nilai residu. Nilai residu tersebut ada

yang dijamin dan tidak dijamin. Jika nilai residu dijamin, maka nilai tersebut

termasuk dalam pembayaran sewa minimum, sehingga nilai aset yang diakui

dapat lebih besar dibanding yang tidak dijamin. Apabila nilai residu dijamin

oleh lessee dan pada akhir masa sewa nilai wajar aset lebih rendah dari nilai

residu yang dijamin, maka lessee mengakui kerugian dan harus membayar

kepada lessor sebesar selisih nilai wajar atas nilai yang dijamin tersebut. Jika

sebaliknya, maka lessee dapat mengakui keuntungan apabila terdapat

kesepakatan atas pembagian keuntungan tersebut.

d. Biaya Langsung Awal

Biaya langsung awal adalah biaya-biaya inkremental yang dapat

diatribusikan secara langsung dengan negosiasi dan pengaturan sewa. Biaya

langsung awal yang dikeluarkan lessee dalam sewa pembiayaan ditambahkan

ke dalam jumlah yang diakui sebagai aset.

Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

a. Pemisahan antara Beban Keuangan dan Pelunasan Pokok

Setelah mengakui aset dan liabilitas, selanjutnya lessee membayar sewa

minimum secara periodik lessor. Jumlah pembayaran sewa tersebut ditentukan oleh

lessor setelah memperhitungkan imbal hasil (pendapatan bunga) bagi lessor. Oleh

11
karena itu. Lessee harus memisahkan bagian beban bunga (beban keuangan) dan

pelunasan pokok atas pembayaran sewa minimum pada setiap periode. Jika terdapat

pembayaran lain berupa rental maka dibebankan pada periode terjadinya.

b. Penyusutan

Dengan diakuinya aset sewaan oleh lessee, maka lessor juga akan

menghentikan pengakuan atas aset tersebut. Selanjutnya lessee akan menyusutkan

aset tersebut seperti halnya penyusutan pada aset tetap yang diatur dalam PSAK 73.

Nilai Residu

Jika perjanjian sewa terdapat nilal residu yang dijamin, maka beban penyusutan atas

aset sewaan yang diakui lessee, setelah memperhitungkan nilai residu yang dijamin

tersebut. Sedangkan jika nilai residu tidak dijamin, maka beban penyusutan atas

aset sewaan yang diakui fessee tidak memperhitungkan nilai residu yang dijamin

tersebut.

Contoh 20.2 Sewa Pembiayaan bagi Lessee tanpa Nilai Residu

Pada tanggal 1 Januari 2015, PT Lessee menandatangani kontrak sewa sebuah

mesin selama 4 tahun dengan PT Lessor Nilai wajar mesin saat awal sewa sebesar

Rp150.000.000, tanpa nilai residu. PT Lessee mula menggunakan mesin tersebut

pada tanggal 2 Januari 2015. Pada akhir masa sewa, mesin dikembalikan ke PT

Lessor yaitu tanggal 31 Desember 2018. PT Lessor menetapkan pembayaran sewa

dilakukan secara tahunan tiap awal periode mulai 2 Januari 2015 sebesar

Rp41.933.445. PT Lessee membayar biaya langsung awal sebesar Rp 10.000.000

12
di luar pembayaran sewa. Tingkat bunga implisit yang ditetapkan PT Lessor sebesar

8% (diketahui oleh PT Lessee) sedangkan tingkat bunga inkremental bagi PT

Lessee adalah sebesar 10%. Umur ekonomik mesin diestimasikan 5 tahun. Metode

penyusutan yang digunakan kedua perusahaan adalah garis lurus.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan analisis atas jenis sewa,

yaitu sebagai berikut

1. Perjanjian sewa menyatakan adanya pengalihan kepemilikan aset kepada

lessee pada akhir masa sewa. Kriteria ini tidak terpenuhi karena aset

dikembalikan ke PT Lessor pada akhir masa sewa.

2. Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah

dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan,

sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan.

Kriteria ini juga tidak terpenuhi karena tidak ada opsi untuk membeli aset

yang ditawarkan kepada PT Lessee dalam perjanjian sewa.

3. Masa sewa mencakup sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak

milik tidak dialihkan. Kriteria ini terpenuhi karena masa sewa (4 tahun)

meliputi sebagian besar umur ekonomis aset sewaan (5 tahun)

4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara

substansial mendekati nilai wajar aset sewaan Kriteria ini terpenuhi dengan

perhitungan sebagai berikut.

Pembayaran sewa minimum Rp 41.933.445

Faktor nilai kini anuitas due of l (n = 4, i = 8%)* Rp 3.557.0969 x

Nilai kini pembayaran sewa minimum Rp 150.000.000,00

13
Nilai wajar aset Rp 150.000.000,00

5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya

tanpa perlu modifikasi secara Aterial. Kriteria ini tidak terpenuhi karena

tidak terdapat informasi terkait.

Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis sewa adalah sewa

pembiayaan, sehingga PT mengakui aset dan liabilitas terkait di awal masa sewa

dengan jurnal sebagai berikut

jka tidak terdapat biaya langsung awal, maka nilai aset yang diakut sama dengan

nilai labilitasnya. Perlu diperhatikan bahwa pengakuan aset dilakukan pada awal

masa sewa yaitu tanggal 2 januari 2015, sedangkan tanggal 1 Januari 2015 adalah

awal sewa. Untuk memudahkan pencatatan selanjutnya, sebaiknya nenggunakan

tabel amortisasi seperti pada Tabel 20.1

14
Pada Tabel 20.1 dapat dilihat bahwa untuk tanggal 2 januari 2015 ada 2 baris karena

pembayaran sewa pertama dilakukan langsung di awal masa sewa, sehingga seluruh

pembayaran merupakan pelunasan pokok. Betan bunga dihitung dari 8% dikali

Liabilitas Sewa pada tanggal pembayaran sebelumnya, sehingga tidak ada beban

bunga yang diakui tanggal 2 Januari 2015 Perlu diperhatikan bahwa beban bunga

belum terjadi jka waktu belum berjalan dari awal masa sewa. Pengurangan Pokok

Liabilitas diperoleh dari selisih antara Pambayaran Sewa dengan Beban Bunga.

Atas pembayaran tersebut PT Lessee mencatat jurnal berikut

Pada akhir tahun 2015. PT Lessee mencatat penyusutan atas aset sewaan sebesar

Rp40.000.000 (Rp160.000.000/4 tahun) Aset disusutkan selama 4 tahun bukan 5

tahun karena PT Lessee mengembalikan Het ke PT Lessor pada akhir masa sewa.

Jurnal penyusutannya adalah sebagai berikut

Pembayaran sewa berikutnya adalah tanggal 2 januari 2016. Namun, sesuai prinsip

akrual, pada akhir 2010 PT Lessee harus mengakui beban bunga terkait jumlah yang

akan dibayar pada awal tahun 2011 (Ro8645.324.39 pada Tabel 20.1) dengan jurnal

berikut

15
31 December 2015

Beban Penyusutan
8.645.324

Utang Bunga
8.645.324

Pada saat pembayaran tanggal 2 Januari 2016, PT Lessee tinggal menghapus

utang bungayang sudah diakui pada akhir tahun lalu (dengan asumsi tidak ada

jurnal pembalik), sebagai berikut.

2 Januari 2016

Aset Sewa Pembiayaan


33.288.121

Utang Bunga
8.645.324

Kas
41.933.445

Untuk selanjutnya, jurnal yang dicatat sama dan nilainya mengacu pada

tanggal selanjutnya dalam Tabel 20.1. Sedangkan pada akhir masa sewa, PT

Lessee mengembalikan aset sewaan kepada PT Lessor dan menghentikan

pengakuannya sebagai berikut.

16
31 Desesmber 2018

Akm. Penyusutan
160.000.000

Aset Sewa Pembiayaan


160.000.000

Contoh 20.3 Sewa Pembiayaan bagi Lessee dengan Nilai Residu

Pada tanggal 1 Januari 2015. PT Lessee menandatangani kontrak sewa

sebuah mesin selama 4 tahun dengan PT Lessor Nila wajar mesin saat awal sewa

sebesar Rp 150.000.000, dengan nilai residu Rp30.000.000 PT Lessee mulai

menggunakan mesin tersebut pada tanggal2 januari 2015. Pada akhir masa sewa,

mesin dikembalikan ke PT Lessor yaitu tanggal 31 Desember 2018. PT Lessor

menetapkan pembayaran sew dilakukan secara tahunan tiap awal periode mulai

2 Januari 2015 sebesar Rp35.768.978 Tingkat bunga mplait yang diterapkan PT

Lessor sebesar 8% (diketahui oleh PT Lessee) sedangkan tingkat bungs

nkremental bag PT Lessee adalah sebesar 10% Umur ekonomis mesin

diestimasikan 5 tahun. Metode penyusutan yang digunakan kedua perusahaan

adalah garis lurus.

Berdasarkan analisis jenis sewa sama dengan lustrasi sebelumnya (tanpa

nilai residu), yaitu kriteria masa sewa terpenuhi sehingga sewa dikategorikan

sebagai sewa pembiayaan.

17
Sedangkan untuk nilai ka mlah pembayaran sewa minimum perhitungannya

berbeda jika ada nilai residu jika nilai residu dijamin oleh PT Lessee, maka nilai

kini dari jumlah pembayaran sewa minimum adalah sebagai berikut.

Pembayaran sewa Rp 35.768.978

Faktor nilai kini due of I (n=4, i=8%) 3,5770969

Nilai kini pembayaran sewa** Rp 127.949.104

Nilai residu yang dijamin Rp 30.000.000

Faktor nilai kini (n=4, i=8%) 0.7350298

Nilai kini residu yang dijamin** Rp 22.050.896

Jumlah nilai kini pembayaran sewa Rp 150.000.000

minimum

Nilai wajar aset Rp 150.000.000

*Nilai kini tidak menggunakan anuitas karena nilai residu hanya satu nilai di akhir

masa sewa bukan pembayaran sewa yang berulang. Nilai faktor diperoleh dari

tabel nilai kini (present value single sum).

**Dibulatkan

18
Perhitungan di atas juga memenuhi kriteria sewa pembiayaan karena

jumlah nilai kini pembayaran sewa minimum sama dengan nilai wajarnya. Jika

nilai residu tidak dijamin oleh PT Lessee, maka nilai kini dari jumlah

pembayaran sewa minimum adalah sebagai berikut.

Pembayaran sewa Rp 35.768.978

Faktor nilai kini due of I (n=4, i=8%) 3,5770969 x

Nilai kini pembayaran sewa* Rp 127.949.104

Nilai residu yang dijamin Rp -

Faktor nilai kini (n=4, i=8%) 0.7350298 x

Nilai kini residu yang dijamin Rp -

Jumlah nilai kini pembayaran sewa Rp 127.949.104

minimum

Nilai wajar aset Rp 150.000.000

*Dibulatkan

Jumlah nilai kini pembayaran sewa minimum masih mendekati nilai

wajarnya sehingga memenuhi leta sewa pembiayaan. Tabel amortisasi untuk

nilai residu yang dijamin dan tidak dijamin dapat dilihat pada Tabel 20.2 dan

Tabel 20.3. sebagai berikut.

19
20.2.2 Sewa Operasi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan Beban

Perlakuan akuntansi untuk sewa operasi sangat sederhana karena lessee hanya perlu

mengakui beban atas pembayaran sewa dengan dasar garis lurus selama masa sewa

kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu

dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Mengacu pada Contoh 20.1. jika sewa

dikategorikan sebagai sewa operasi, maka PT Lessee membuat jurnal pada tiap

tanggal pembayaran sewa sebagai berikut.

Beban Sewa 41.933.445

Kas 41.933.445

Contoh 20.4 Sewa Operasi-Insentif

Sebagai flustrasi, pada awal tahun 2015 PT Lessee menyewa gedung selama 4 tahun

kepada PT Lessor dengan pembayaran sewa Rp 10.000.000 per bulan. Sewa

diklasifikasikan sebagai sewa operasi. PT Lessor membebaskan PT Lessee atas

pembayaran sewa selama 6 bulan pertama, sehingga PT Lessee mengakui dan

20
membayar beban sewa pada tahun 2015 sebesar Rp60.000.000 sekalipun gedung

telah digunakan selama 1 tahun. Berdasarkan ISAK 23, PT Lessee seharusnya

mengakui beban sewa tahun 2015 sebesar Rp105.000.000 dengan perhitungan

sebagai berikut.

Jumlah pembayaran sewa keseluruhan (Rp10.000.000 x 42 bulan)

Rp420,000.000

Periode sewa sesuai perjanjian 48 bulan

Beban sewa per bulan (Rp-420.000.000/48 bulan) Rp

8,750.000

Beban sewa per tahun berdasarkan ISAK 23 (Rp8.750.000 x 12 bulan)

Rp105.000.000

Berdasarkan perhitungan di atas, beban sewa tahun 2015 menjadi lebih tinggi

(Rp60.000.000 dikoreksi menjadi Rp105.000.000), namun pada tahun-tahun

selanjutnya menjadi lebih rendah (Rp120.000.000 menjadi Rp105.000.000).

Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Laba Rugi

Pada sewa operasi, lessee mengakui beban sewa dalam Laporan Laba Rugi, kecuali

jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Misalnya, jika

aset sewaan digunakan dalam kegiatan administrasi dan pemasaran, maka beban

sewa disajikan dalam kelompok beban operasi pada Laporan Laba Rugi. Namun

21
jika digunakan dalam proses produksi, maka beban sewa dimasukkan dalam nilai

perolehan persediaan.

Opsi Pembelian

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa lessor dapat memberikan

opsi kepada lesser untuk membeli aset sewaan pada harga yang relatif lebih

rendah dari nilai wajar pada akhir masa sewa. Jika terdapat opsi pembelian, maka

perlakuan akuntansinya sama dengan nilai residu yang dijamin. Nilai opsi

pembelian akan diperhitungkan oleh lesser seperti halnya

nilal residu yang dijamin dalam nilai kini pembayaran minimum. Perbedaan

perlakuan akuntansi antara opsi pembelian dan nilai residu yang dijamin hanya

pada perhitungan penyusutan aset, yaina pada opsi pembelian aset sewaan

disusutkan selama umur manfaat.

22
23
Laporan Laba Rugi

Pada sewa pembiayaan, lessee mengakui beban penyusutan dan beban bunga dalam

Laporan Laba Rugi, kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat

aset lainnya. Misalnya, jika aset sewaan digunakan dalam kegiatan administrasi dan

pemasaran, maka beban penyusutan disajikan dalam kelompok beban operasi pada

Laporan Laba Rugi. Namun jika digunakan dalam proses produksi, maka beban

penyusutan dimasukkan dalam nilai perolehan persediaan.

24
20.3 AKUNTANSI SEWA BAGI LESSOR

20.3.1 Sewa Pembiayaan

Pengakuan Awal dan Pengukuran

Pengakuan Piutang

Dalam sewa pembiayaan, pada awal masa sewa lessor mengakui piutang sewa

sebesar nilai investasi bersih. yaitu investasi kotor yang didiskontokan dengan

tingkat bunga implisit. Investasi kotor adalah pembayaran sewa minimum yang

akan diterima lessor berdasarkan sewa pembiayaan ditambah nilai residu (jika ada).

Jadi, nilai piutang (investasi bersih) yang diakui lessor pada awal masa sewa adalah

sebesar nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum yang akan diterima

ditambah nilai residu (jika ada).

Tingkat Diskonto

Nilai kini investasi kotor (investasi bersih) dihitung menggunakan tingkat bunga

implisit. Pembayaran sewa juga dihitung dan ditentukan oleh lessor menggunakan

tingkat bunga implisit, maka tidak ada alasan bagi lessor untuk menghitung nilai

kini investasi kotor menggunakan tingkat bunga lain.

Residu

Jika aset yang disewakan memiliki nilai residu, maka diperhitungkan dalam nilai

investasi kotor terlepas apakah nilai residu dijamin atau tidak. Perlakuan ini berbeda

25
dengan lessee yang hanya memperhitungkan nilai residu yang dijamin dalam

pembayaran sewa minimum.

Biaya Langsung Awal

Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessor dalam sewa pembiayaan ditambahkan

ke dalam nilai investasi bersih. Hal ini dapat membutuhkan penyesuaian pada

tingkat bunga implisit menjadi lebih rendah sehingga pendapatan bunga yang

diakui lessor menjadi lebih rendah.

Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Pemisahan antara Pendapatan Sewa dan Pelunasan

Pembayaran sewa yang dihitung oleh lessor setelah memperhitungkan penghasilan

pembiayaan bagi lessor. Oleh karena itu, lessor harus memisahkan antara bagian

pendapatan sewa (bunga) dan pelunasan pokok atas pembayaran sewa minimum

pada setiap periode, Pengakuan pendapatan sewa didasarkan pada suatu pola yang

mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi

bersih lessor dalam sewa pembiayaan.

Contoh 20.5 Sewa Pembiayaan bagi Lessor Tanpa Nilai Residu

Mengacu pada Contoh 20.2, nilai pembayaran sewa yang ditentukan oleh lessor

berasal dari perhitung berikut.

26
Nilai wajar aset sewaan Rp150,000,000

Nilai kini atas nilai residu 0

Jumlah yang akan diperoleh kembali melalui pembayaran sewa

Rp150,000,000

Faktor nilai kini anuitas due of 1 (n=4,1 = 8%) 3.5770969

Nilai pembayaran sewa tahunan (Rp 150.000.000/3.5770969) Rp

41.933.445

Karena perhitungan pembayaran sewa berdasarkan nilai wajar aset sewaan, maka

nilai piutang a nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum yang akan diterima

lessor berdasarkan sewa pembiaya dicambah nilai residu (jika ada) akan sama

dengan nilai wajar aset sewaan. Berdasarkan analisis pada Contoh 20.2. perjanjian

sewa dikategorikan sebagai sewa pembiayaan. Pada awal masa sewa lessor akan

mencatat sebagai berikut.

Untuk memudahkan pencatatan selanjutnya, sebaiknya menggunakan tabel

amortisasi seperti pada Tabel 20.5.Pada dasarnya nilai pada Tabel 20.5 sama

dengan Tabel 20.1 bagi lessee, karena tingkat bunga yang digunakan keduanya

27
sama yaitu 8%. Perbedaannya hanya pada istilah pembayaran, beban, dan liabilitas

yang diganti dengan penerimaan, pendapatan, dan piutang.

Tabel 20.5 Tabel Amortisasi bagi Lessor - Tanpa Nilai Residu

Berdasarkan perjanjian sewa, pembayaran sewa pertama dilakukan langsung di

awal masa sewa. As penerimaan sewa tersebut PT Lessor mencatat jurnal sebagai

berikut.

2 Januari 2015 Kas 41933.445

Piutang Sewa Pembiayaan 41.933.445

Penerimaan sewa berikutnya adalah tanggal 2 Januari 2016. Namun, sesuai prinsip

akrual, pada akhir tahun 2010 PT Lessor harus mengakui pendapatan sewa

28
pembiayaan (pendapatan bunga) terkait jumlah yang akan diterima pada awal tahun

2016 dengan jurnal sebagai berikut.

31 Desember 2015 Kas 41.933.445

Pendapatan Sewa Pembiayaan 33.288.121

Piutang bunga 8.645.324

Contoh 20.6 Sewa Pembiayaan bagi Lessor dengan Nilai Residu

Mengacu pada Contoh 20.3, terlepas apakah nilai residu dijamin atau tidak, maka

nilai pembayaran sewa yang ditentukan oleh lessor berasal dari perhitungan berikut.

Nilai wajar aset sewaan Rp 150.000.000

Nilai kini atas nilai residu (Rp30.000.000 x 0,73502985) 22.050.895

Jumlah yang akan diperoleh kembali melalui pembayaran sewa Rp127.949.104 -

Faktor nilal kini anuitas due of (n = 4,18%) 3.5770969

Nilai pembayaran sewa tahunan (Rp127.949.104/3.5770969) Rp 35.768.978

29
*Faktor nilai kini single sum n = 4, i=8%

Tabel amortisasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 20.6 yang nilainya sama

dengan Tabel 20.2 (untuk lessee ketika nilai residu dijamin), kecuali tingkat bunga

yang digunakan berbeda antara lessor dan lessee. Pada lessor, perhitungan untuk

nilai residu yang tidak dijamin sama dengan nilai residu dijamin. Jadi, perlu

diperhatikan bahwa nilai pada tabel amortisasi lessee akan sama dengan lessor jika

tingkat bunga yang digunakan sama dan nilai residu dijamin (tidak ada nilai residu).

Jadi, perlu diperhatikan bahwa nilai pada cabel amortisasi lessee akan sama dengan

lessor jika:

1. tingkat bunga yang digunakan sama; dan

2. tidak ada nilai residu atau nilai residu dijamin.

Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka kita harus membuat tabel amortisasi untuk

masing-masing pihak.

Tabel 20.6 Tabel Amortisasi bagi Lessor-Nilai Residu Dijamin dan Tidak

Dijamin

30
Jurnal yang dicatat PT Lessor sama dengan pembahasan sebelumnya namun

nilainya mengacu pada Tabel 20.6. Pada akhir masa sewa, PT Lessee

mengembalikan aset sewaan kepada PT Lessor. Jika nilai residu dijamin, dan nilai

wajar aset pada akhir masa sewa hanya Rp20.000.000, maka PT Lessor menerima

pembayaran sejumlah Rp 10.000.000 dari PT Lessee. PT Lessor akan mencatat

jurnal sebagai berikut.

Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

31
Pada sewa pembiayaan, lessor mengakui piutang dan menghentikan pengakuan aset

dalam Laporan Posisi Keuangan. Piutang tersebut disajikan dalam kelompok

piutang pembiayaan dan harus dianalisis terhadap kemungkinan penurunan nilai

seperti yang diatur dalam PSAK 71 klasifikasi Instrumen Keuangan-Pengakuan

dan Pengukuran. Piutang pembiayaan disajikan terpisah menurut jatuh temponya.

Bagian piutang yang akan jatuh tempo kurang dari 1 tahun sejak tanggal pelaporan

disajikan sebagai aset lancar dan sisanya disajikan sebagai aset tidak lancar. Pada

perusahaan pembiayaan (multifinance) Laporan Posisi Keuangan tidak dipisahkan

antara lancar dan tidak lancar (unclassified). Sama halnya dengan liabilitas sewa,

ketentuan pemisahaan piutang sewa ini tidak berlaku, kecuali laporan keuangan

multifinance dikonsolidasikan dengan induk perusahaan yang mensyaratkan

pemisahan antara aset lancar dan tidak lancar. Contoh penyajian dan pengungkapan

aset dan liabilitas sewaan dapat dilihat pada Ilustrasi 20.3 dan Ilustrasi 20.4.

32
Laporan Laba Rugi

Lessor mengakui pendapatan sewa dalam Laporan Laba Rugi, kecuali jika beban

tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Misalnya, jika aset sewaan

digunakan dalam kegiatan administrasi dan pemasaran, maka beban penyusutan

disajikan dalam kelompok beban operasi pada Laporan Laba Rugi. Namun jika

digunakan dalam proses produksi, maka beban penyusutan dimasukkan dalam nilai

perolehan persediaan.

33
20.3.2 Sewa Operasi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan Pendapatan

Sama halnya dengan lessee, perlakuan akuntansi untuk sewa operasi bagi lessor

juga sederhana karena lessor hanya perlu mengakui pendapatan atas pembayaran

sewa yang diterima. Mengacu pada Ilustrasi 20.1, jika sewa dikategorikan sebagai

sewa operasi, maka PT Lessor membuat Jurnal pada tiap tanggal pembayaran sewa

sebagai berikut

34
Pengukuran Pendapatan

Nilai pendapatan sewa diukur berdasarkan jumlah pembayaran sewa yang diterima

dari lessee. Namun, terkadang lessor memberikan insentif tertentu agar lessee

bersedia melaksanakan perjanjian sewa. Insentif dapat berupa pembayaran tunai di

muka kepada lessee atau potongan pembayaran sewa. Sejalan dengan perlakuannya

terhadap lessee, maka lessor mengakui biaya agregat dari insentif sebagai

pengurang penghasilan rental selama masa sewa, seperti yang diatur dalam ISAK

23. Ilustrasi perhitungannya dapat mengacu pada bagian sewa operasi untuk lessee

pada pembahasan sebelumnya, sehingga beban sewa tinggal diganti menjadi

pendapatan sewa.

Biaya Langsung Awal

Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessor dalam sewa operasi diakui sebagai

aset sewaan dan dibebankan selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan

pendapatan sewa.

Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Laba Rugi

Pada sewa operasi, lessor mengakui pendapatan sewa dalam Laporan Laba Rugi.

Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis

lurus selama masa sewa. kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih

mencerminkan pola waktu atas manfaat penggunaan aset sewaan yang menurun.

Laporan Posisi Keuangan

35
Lessor mengakui pendapatan sewa dalam Laporan Laba Rugi dengan dasar garis

lurus selama

masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerminkan pola

waktu atas manfaat penggunaan aset sewaan yang menurun.

20.3.3 Sewa bagi Lessor Pabrikan atau Dealer

Pabrikan atau dealer sering kali menawarkan pilihan untuk membeli atau menyewa

suatu aset

kepada pelanggan. Sewa pembiayaan atas aset oleh lessor pabrikan atau dealer

memberikan

dua jenis penghasilan, yaitu sebagai berikut.

1. Laba atau rugi yang ekuivalen dengan laba atau rugi dari penjualan biasa atas

aset yang

disewakan, pada harga jual normal setelah dikurangi potongan penjualan (jika ada).

Atas penghasilan ini, lessor mengakui pendapatan penjualan berikut biaya

penjualan

terkait.

2. Penghasilan pembiayaan (bunga) selama masa sewa

Sewa jenis ini sering juga disebut Sales-Type Lease, karena ada unsur penjualan

dalam suatu sewa.

36
Pengakuan Awal dan Pengukuran

Pengakuan Piutang dan Pendapatan

Dalam sewa pembiayaan ketika lessor adalah pabrikan atau dealer, pada awal masa

sewa lessor mengakui piutang sewa sebesar nilai investasi bersih, seperti halnya

sewa pembiayaan pada umumnya. Nilai piutang (investasi bersih) yang diakui

lessor pada awal masa sewa adalah sebesar nilai kini dari jumlah pembayaran sewa

minimum yang akan diterima ditambah nilai residu (jika ada) terlepas apakah nilai

residu dijamin atau tidak. Lessor juga menghentikan pengakuan aset sewaan

sebesar biaya perolehannya.

Selain mengakui piutang sewa, lessor pabrikan atau dealer juga mengakui

pendapatan penjualan pada awal masa sewa sebesar nilai wajar aset atau sebesar

nilai kini dari pembayaran sewa minimum, mana yang lebih rendah. Biaya

penjualan (beban pokok penjualan) di awal masa sewa adalah biaya perolehan atau

jumlah tercatat dari aset sewaan dikurangi nilai kini dari nilai residu tidak dijamin.

Oleh karena itu, biaya penjualan sewa dengan nilai residu tidak dijamin lebih

rendah daripada nilai residu dijamin. Perbedaan antara pendapatan penjualan dan

biaya penjualan merupakan laba penjualan (laba kotor) seperti halnya penjualan

biasa.

Tingkat Diskonto

Nilai kini dari pembayaran sewa minimum dihitung pada tingkat bunga pasar. Jika

tingkat bunga ditentukan secara artifisial terlalu rendah, laba penjualan dibatasi

sebesar laba apabila menggunakan tingkat bunga pasar.

37
Nilai Residu

Jika aset yang disewakan memiliki nilai residu, maka diperhitungkan dalam nilai

investasi kotor terlepas apakah nilai residu dijamin atau tidak. Perlakuan ini sama

dengan pada lessor dengan sewa pembiayaan biasa pada pembahasan sebelumnya.

Biaya Langsung Awal

Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer sehubungan

dengan negosiasi dan pengaturan sewa diakui sebagai beban ketika laba penjualan

diakui.

Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Pengukuran setelah pengakuan awal untuk sewa pembiayaan bagi lessor pabrikan

atau dealer sama dengan sewa pembiayaan pada umumnya, yaitu lessor harus

memisahkan antara bagian pendapatan sewa (bunga) dan pelunasan pokok atas

pembayaran sewa minimum pada setiap periode. Pengakuan pendapatan bunga

didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian

periodik yang konstan atas investasi bersih lessor dalam sewa pembiayaan.

Contoh 20.7 Sewa bagi Lessor Pabrikan atau Dealer

Mengacu pada Contoh 20.5 dan 20,6, jika biaya perolehan aset bagi PT Lessor

adalah Rp 100.000.000, maka berikut perhitungan yang diperlukan.

38
Perhitungan nilai piutang sewa sama dengan pada Tabel 20.6. yaitu tidak ada

perbedaan antara nilai residu dijamin atau tidak dijamin. Pendapatan penjualan

untuk sewa dengan nilai residu dijamin diakui sebesar nilai wajar aset yang sama

dengan nilai kini dari pembayaran sewa minimum, yaitu Rp 150.000.000.

Sedangkan untuk sewa dengan nilai residu yang tidak dijamin, pendapatan

penjualan yang diakui lebih rendah sebesar Rp22.050.895 yaitu sebesar nilai kini

dari nilai residu tidak dijamin (Rp30.000.000 x 0.73502985). sehingga pendapatan

penjualan menjadi Rp127.949.104.

Biaya penjualan untuk sewa dengan nilai residu yang dijamin sebesar biaya

perolehan aset. Jika nilai residu tidak dijamin, maka dikurangi sebesar nilai kini dari

nilai residu tidak dijamin (Rp100.000.000- Rp22.050.895) menjadi Rp77.949.104.

Laba penjualan adalah selisih pendapatan penjualan dengan biaya penjualan dan

nilainya sama untuk sewa dengan nilai residu dijamin atau tidak dijamin.

Tabel amortisasi yang digunakan dalam sewa pembiayaan bagi lessor pabrikan atau

dealer sama dengan sewa pembiayaan pada umumnya. Dalam kasus ini mengacu

39
kepada Tabel 20.6. Sedangkan jurnal yang harus dicatat oleh lessor adalah sebagai

berikut.

Tabel 20.8. Perbandingan Jurnal Bagi Lessor Pabrikan/Dealer Antara Nilai

Residu Dijamin dan Tidak Dijamin

Pada akhir masa sewa, PT Lessee mengembalikan aset sewaan kepada PT Lesson.

Sama halnya dengan sewa pembiayaan pada umumnya, jika nilai residu dijamin,

dan nilai wajar aset pada akhir masa sewa lebih rendah, maka PT Lessor menerima

pembayaran dari PT Lessee seperti pada Contoh 20.6.

Penyajian dan Pengungkapan

Penyajian dan pengungkapan pada sewa pembiayaan bagi lessor pabrikan atau

dealer sama dengan dan sewa pembiayaan biasa, seperti pada pembahasan

sebelumnya.

40
20.4 TRANSAKSI JUAL DAN SEWA-BALIK

Transaksi jual dan sewa-balik meliputi penjualan suatu aset dan penyewaan kembali

aset yang sama, Tujuan dilakukannya transaksi ini oleh lessee adalah untuk

pendanaan tanpa harus kehilangan manfaat dari aset operasionalnya. Ketika

menjual aset, lessee mendapatkan dana sebesar nilai aset yang dijual dan masih

dapat memanfaatkan sisa dana tersebut atas jumlah yang belum dibayarkan sebagai

pembayaran sewa kepada lessor.

Pembayaran sewa dan harga jual biasanya saling terkait karena keduanya

dinegosiasikan dalam satu paket. Dalam transaksi ini, pihak yang awalnya menjual

aset akan menjadi lesse dan yang membeli aset akan menjadi lessor, seperti pada

Gambar 20.3. Perlakuan akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik bergantung

pada jenis sewanya, apakah penyewaan kembali tersebut memenuhi kategori sewa

pembiayaan atau sewa operasi.

20.4.1 Sewa Pembiayaan

41
Pengakuan dan Pengukuran

Lessee (Penjual)

Jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa pembiayaan, maka selisih

lebih hasil penjualan dari jumlah tercatat tidak dapat diakui segera sebagai

pendapatan oleh penjual (lesser), tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa

sewa.

Sedangkan untuk pengakuan aset sewaan dan liabilitas terkait pada saat penjual

(lessee) menyewa kembali mengacu pada ketentuan dalam sewa pembiayaan

seperti yang sudah dibahas sebelumnya.

Contoh 20.8 Transaksi Jual dan Sewa-Balik

Mengacu pada Contoh 20.2 dan 20.4, sebelum menyewanya dari PT Lessor, PT

Lessee memiliki aset sewaan tersebut dengan biaya perolehan Rp 100.000.000 dan

kemudian menjualnya kepada PT Lessor seharga Rp 150.000.000. PT. Lessor akan

mengakui nilai wajar aset tersebut sebesar Rp150.000.000 dan kemudian digunakan

sebagai dasar perhitungan pembayaran sewa kepada PT Lessee. Asumsi tidak ada

biaya langsung awal untuk kedua pihak, maka jurnal yang dicatat oleh kedua belah

pihak seperti yang disajikan pada Tabel 20.9

42
Tabel 20.9 Ikhtisar Jurnal Lessee dan Lessor pada Transaksi Jual dan Sewa-

Balik

Lessor (Pembeli)

Pengakuan piutang sewa pembiayaan pada lessor juga mengacu kepada ketentuan

dalam sewa pembiayaan pada pembahasan sebelumnya, yaitu sebesar nilai wajar

aset. Nilai wajar aset adalah sebesar harga jual dari lessee kepada lessor. Nilai wajar

tersebut juga digunakan sebagai dasar penentuan nilai pembayaran sewa oleh

lessee.

Penyajian dan Pengungkapan

43
Penyajian aset dan liabilitas serta pendapatan dan beban pada transaksi jual dan

sewa-balik ini mengacu pada ketentuan pada sewa pembiayaan. Pendapatan

tangguhan yang diakui lessee disajikan sebagai liabilitas pada Laporan Posisi

Keuangan. Pengungkapan yang dipersyaratkan untuk lessee dan lessor berlaku

sama untuk transaksi jual dan sewa-balik. Pengungkapan khusus diperlukan untuk

pengaturan sewa yang material dan tidak biasa dari perjanjian atau persyaratan

transaksi jual dan sewa-balik.

Sewa Operasi

Pengakuan dan Pengukuran

Lessee (Penjual)

Jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa operasi:

1. jika lessee menjual aset tersebut pada nilai wajarnya, maka laba atau rugi diakui

segera:

2. jika harga jual di bawah nilai wajarnya, maka laba atau rugi diakui segera, kecuali

rugi tersebut dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan yang lebih

rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut harus ditangguhkan dan diamortisasi

secara proporsional dengan pembayaran sewa selama periode penggunaan aset;

3. jika harga jual di atas nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut

ditangguhkan dan diamortisasi selama periode penggunaan aset;

44
4. jika nilai wajar aset pada saat transaksi jual dan sewa-balik lebih rendah daripada

jumlah tercatatnya, rugi sebesar selisih antara jumlah tercatat dan nilai wajar diakui

segera.

Tabel 20.10 Pengakuan Keuntungan atau Kerugian bagi Lessee dalam

Transaksi Jual Sewa-Balik: Sewa Operasi

45
Sedangkan untuk pengakuan beban sewa bagi lessee (penjual) ketika menyewa

kembali mengacu pada ketentuan dalam sewa operasi seperti yang sudah dibahas

sebelumnya.

Lessor (Pembeli)

Pengakuan pendapatan sewa operasi bagi lessor (pembeli) juga mengacu kepada

ketentuan dalam sewa operasi pada pembahasan sebelumnya.

46
20.5 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Penyajian aset dan liabilitas serta pendapatan dan beban pada transaksi jual dan

sewa-balik ini mengacu pada ketentuan pada sewa operasi, kecuali untuk laba

tangguhan yang diakui lessee disajikan sebagai liabilitas pada Laporan Posisi

Keuangan. Pengungkapan yang dipersyaratkan untuk lessee dan lessor berlaku

sama untuk transaksi jual dan sewa-balik. Pengungkapan khusus diperlukan untuk

pengaturan sewa yang material dan tidak biasa dari perjanjian atau persyaratan

transaksi jual dan sewa-balik.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Perlakuan akuntansi atas sewa pembiayaan dan sewa operasi memiliki dampak

yang berbeda terhadap penyajian Laporan Keuangan. Pada sewa pembiayaan,

Lessee mengakui aset sekaligus liabilitas sewa sehingga berdampak terhadap

komposisi di Laporan Posisi Keuangan. Sementara pada sewa operasi, lessee tidak

mengakui aset maupun liabilitas sewa di Laporan Posisi Keuangan. Lessee hanya

mengakui beban atas pembayaran sewa. Istilah ini disebut juga sebagai off-balance

sheet financing.

Pada sewa pembiayaan, sekalipun aset bertambah, namun liabilitas juga bertambah

dengan porsi yang lebih besar pada liabilitas jangka panjang. Penambahan liabilitas

ini akan berdampak negatif terhadap rasio-rasio keuangan yang telah dibahas pada

Bab sebelumnya seperti: Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) dan

Imbal Hasil atas Aset (Return on Asset). Hal inilah yang menyebabkan banyak

47
perusahaan menghindari untuk mengakui suatu sewa sebagai sewa pembiayaan.

Untuk itu diperlukan analisis yang memadai untuk menentukan klasifikasi suatu

sewa agar penyajian di Laporan Keuangan mencerminkan substansi transaksinya.

48
DAFTAR PUSTAKA

Martani, D., Vernoica NPS, S., Wardhani, R., Farahmita, A., Tanujaya, E., &
Hidayat, T. (2015). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK.
Jakarta: Salemba Empat.

49

Anda mungkin juga menyukai