Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi merupakan hal penting dalam bisnis. Sebab seluruh pengambilan
keputusan bisnis didasarkan pada informasi yang diperoleh dari akuntansi. Pada
setiap tahapan pengambilan keputusan keberadaan informasi mempunyai
peranan penting, baik mulai dari proses mengidentifikasi persoalan, mencari
alternatif pemecahan persoalan, maupun memonitor pelaksanaan keputusan
yang diterapkan. Akuntansi sendiri berkembang sejalan dengan perkembangan
masyarakat. Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi dibagi dalam tiga
periode: tahun 4000 SM – 1300 M, Tahun 1300 – 1850 M, dan tahun 1850 M
sampai sekarang. Masing-masing periode memberi kontribusi yang berarti bagi
ilmu akuntansi.
Pada periode pertama akuntansi hanyalah bentuk record-keeping yang
sangat sederhana, maksudnya hanyalah bentuk pencatatan dari apa saja yang
terjadi dalam dunia bisnis saat itu. Periode kedua merupakan penyempurnaan
dari periode pertama, dikenal dengan masa lahirnya double-entry book keeping.
Dan pada periode terakhir banyak sekali perkembangan pemikiran akuntansi
yang bukanlagi sekedar masalah debit kiri – kredit kanan, tetapi sudah masuk ke
dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan
ilmu akuntansi modern Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar
memahami akuntansi sebagai alat hitung menghitung dan sumber informasi
dalam pengambilan keputusan sampai ke pemikiran bagaimana akuntansi
diterapkan sejalan dengan (atau sebagai bentuk pengamalan) ajaran agama.
Teori dapat diartikan sebagai hasil dari kristalisasi dari suatu fenomena empris
yang diambil dari berbagai riset dan sampai pada suatu kesimpulan yang besifat
universial, logis, konsisten, prediktif dan objektif. Teori akuntansi dapat
dirumuskan sebagai suatu susunan konsep, definisi, dan dalil yang menyajikan
secara sistematis gambaran tentang fenomena akuntansi serta menjelaskan
hubungan antar variabel dalam struktur akuntansi dengan maksud untuk dapat
memprediksi fenomena yang muncul (yaitu fenomena sosial dan ekonomi).
Teori akuntansi sangat diperlukan dalam melakukan sesuatu tanpa teori
akuntansi maka akan sedikit kesuliatan memperkirakan apa yang mungkin
terjadi. Terlebih teori akuntansi sendiri memiliki tujuan untuk memberikan
seperangkat prinsip yang logis sehingga dapat membentuk kerangka umum dan
dapat dipakai sebagai acuan untuk menilai dan mengembangkan praktek
akuntansi. Teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teori
akuntansi normatif yang memberikan formula terhadap praktik akuntansi dan
teori akuntansi positif yang berusaha menjelaskan dan memprediksi fenomena
yang berkaitan dengan akuntansi (Ghozali dan Anis, 2007). Berdasarkan uraian
di atas maka dalam makalah ini akan membahas tentang penjelasan terkait teori
4

akuntansi, kritik, solusi serta kelemahan-kelemahan dalam teori akuntansi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah di atas maka dapat ditulis rumusan


masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah definisi teori akuntansi ?
2. Apa saja sifat-sifat dari teori akuntansi ?
3. Apa saja jenis-jenis dan kelemahan dari teori akuntansi?
4. Bagaimanakah contoh permasalahan dan pembahasan teori akuntansi ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui definisi dari teori akuntansi
2. Untuk mengetahui sifat-sifat dari teori akuntansi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dan kelemahan dari teori akuntansi.
4. Untuk mengetahui contoh permasalahan dan pembahasan teori akuntansi.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Akuntansi


Teori adalah susunan konsep, definisi, dan dalam menyajikan pandangan
yang sistematis, fenomena dengan menunjukkan hubungan antara variabel yang
satu dengan yang lain dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena. Menurut Hanry (2009) teori merupakan hasil dari kristalisasi
fenomena emfiris, yang diambil dari berbagai riset, dan sampai pada suatu
kesimpulan  yang bersifat  universal, logis, konsisten, prediksi, dan objektif.
1. Menurut  Vernon kam (1986) teori adalah suatu system yang menyeluruh,
dimana meliputi asumsi dasar, defenisi, tujuan, prinsip atau standar, dan
prosedur atau metode.
2. Menurut Kenneth S.most (1982) teori adalah suatu pernyataan yang
sistematis mengenai prinsif yang mendasar seperangkat fenomena.
Pengertian teori akuntansi menurut Soewardjono mengemukakan,
sebenarnya banyak pengertian yang dapat di lekatkan pada kata teori dari
akuntansi. Beberapa pendapatannya :
1) Teori sebagai lawan praktek, biasanya teori dalam pengertian ini di ibarat
kan dengan apa yang diharapkan atau apa yang seharusnya dilakukan
dalam kehidupan senyatanya. Teori dianggap sebagai desain dan praktik
dianggap sebagai desollen. Teori akuntansi sering diartikan sebagai
seperangkat konsep – konsep yang membahas tentang bagaimana
seharusnya praktik akuntansi berjalan.
2) Teori sebagai penjelasan ilmiah, merupakan pernyataan tentang hubungan
antara variabel – variabel alam atau sosial yang dapat di gunakan untuk
menjelaskan dan memprediksi gejala – gejala alam atau sosial.
3) Teori sebagai penalaran logis yang melandasi praktik dalam dunia nyata.
Teori ini berusaha untuk memberikan justifikasi terhadap praktik agar
praktik dapat di pertanggung jawabkan kelayakannya.
Pengertian akuntansi dari pendapat beberapa ahli dapat ditulis
sebagaiberikut:
1) Menurut Amin. W (1997) akuntansi adalah suatu aktivitas jasa
mengidentifikasikan, mengukur, mengkalsifikasikan dan mengikhtisarkan)
kejadian atau transaksi ekonomi yang menghasilkan informasi kuantitatif
terutama yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan.
2) Menurut Abubakar A & Wibowo (2004) akuntansi adalah proses identifikasi,
pencatatan dan komunikasi terhadap transaksi ekonomi dari suatu
entitas/perusahaan.
3) Menurut Accounting Principle Board Statement No. 4 akuntansi adalah
suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif,
umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi,
yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif.
4

Secara keseluruhan pengertian teori akuntansi menurut Vernon Kam


(1986) adalah suatu sistem yang komprehensif, dimana termasuk postulat dan
teori yang berkaitan dengannya. Dia membagi unsur teori dalam beberapa
elemen, yaitu postulat atau asumsi dasar, definisi, tujuan akuntansi, prinsip atau
standar, dan prosedur atau metode-metode. Jadi teori akuntansi adalah cabang
akuntansi yang terdiri dari pernyataan yang sistematis tentang prinsif dan
metode yang membedakannya dengan praktek.
Dengan demikian teori akuntansi didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip-
prinsip luas yang menyajikan suatu kerangka acuan umum dimana praktek
akuntansi dapat dinilai dan mengarahkan pengembangan praktis dan prosedur
baru. Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam
memprediksi dan menjelaskan perilaku kejadian-kejadian akuntansi. Dari
penjelasan – penjelasan tersebut maka teori akuntansi dapat dirumuskan sebagai
suatu konsep definisi dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran
fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara variabel dengan
variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan
meramalkan fenomena yang mungkin muncul.

2.2 Teori dan Praktik Akuntansi


Dalam akuntansi sering kita membedakan antara teori dan praktik.
Terdapat tiga level dalam teori akuntansi dan praktiknya, ketiga level tersebut
adalah :
1. Postulat, definisi dan tujuan akuntansi
2. Prinsip-prinsip dan standar
3. Prosedur atau metode.
Ketiga level tersebut digambarkan pada gambar berikut :

Postulat
Definisi
Tujuan Akuntansi

Prinsip-Prinsip

Prosedur atau Metode

Istilah teori akuntansi seringkali untuk menunjuk seperangkat konsep-


konsep akuntansi yang relevan, terpadu dan saling berkaitan. Sejalan dengan
pengertian akuntansi yang dikemukanan oleh Suwarjono bahwa “teori sebagai
penalaran yang logis” dan pengertian teoru dari Webster Dictionary, Hendriksen
(1982) mengemukakan pengertian teori akuntansi sebagai :
“Pemikirna logis dalm bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set
of boad principles) yang: (1) menyediakan suatu kerangka referensi umum
untuk mengevaluasi praktik akuntansi, dan (2) merupakan pedoman dalam
mengembangkan praktik-praktik dan prosedur-prosedur akuntansi yang
baru”
5

Berarti bahwa teori akuntansi tidak terlepas dari praktik akuntansi. Akan
tetapi tujuan yang lebih penting dari akuntansi seharusnya adalah untuk
menyediakan seperangkat prinsip-prinsip luas (broad principles) dan logis yang
saling berkaitan yang membentuk rerangka acuan umum untuk pengevaluasian
dan pengembangan praktik-praktik akuntansi yang sehat.
Sementara itu, Hendriksen mendefinisikan teori akuntansi sebagai
sekumpulan prinsip-prinsip luas diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menyajikan suatu kerangka acuan umum dimana praktik akuntansi dapat
dinilai,
2. Mengarahkan pengembangan praktik dan prosedur baru.
Finacial Accounting Standard Board (FASB) menyatakan bahwa teori dalam
akuntansi diperlukan untuk :
1. Mengarahkan badan penyusun standar dalam menetapkan standar
akuntansi.
2. Memberikan landasan konseptual untuk memecahkan masalah perlakuan
akuntansi tertentu apabila belumm ada standar yang mengaturnya.
3. Memberikan batas keleluasaan dalam menyusun laporan keuangan.

4. Meningkatkan daya banding laporan keuangan.

2.3 Sifat teori akuntansi


Dari penjelasan maka teori akuntansi dapat kita rumuskan sebagai berikut :

Teori akuntansi adalah suatu konsep definisi dalil yang menyajikan secara
sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara
variabel dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat
menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin muncul Hendriksen
menilai teori akuntansi sebagai satu susunan prinsip umum akan dapat :
1. Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktek akuntansi
dinilai.
2. Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti
perkembangan ekonomi, sosial, teknologi dan ilmu pengetahuan yang
demikian cepat. Oleh karena itu tepatlah kesimpulan ahmed belkaoui yang
menyatakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang lengkap apada setiap
kurun waktu. Oleh karena itu teori akuntansi harus juga mencakup semua
literatur akuntansi yang memberikan pendekatan yang berbeda-beda satu
sama lain.
Senada dengan kesimpulan ini American Accounting Association’s Committe
On Concepts and Standard For External Reports yang menyebutkan bahwa :
1. Tidak ada teori akuntansi keuangan yang lengkap yang mencakup dan
memenuhi keinginan semua keadaan dan waktu dengan efektif oleh
karenanya.
2. Di dalam literatur akuntansi keuangan yang ada bukan teori akuntansi
tetapi kumpulan teori yang dapat dirumuskan mengatasi perbedaan-
perbedaan persyaratan yang diinginkan para pemakai laporan keuangan.
Untuk perumuan teori akuntansi memang tidak dapat hanya mengandalkan
teori akuntansi ansich, harus menggunakan literatur akuntansi dan disiplin ilmu
lain yang relevan. Namun teori akuntansi merupaka instrumen yang sangat
6

penting dalam menyusun dan memverifikasi prinsip akuntansi yang digunakan


dalam penyusunan laporan keuangan untuk disajikan pada para pemakainya.

2.4 Periodisasi Teori Akuntansi


Godfrey dkk (1992) membuat periodisasi teori akuntansi sebagai berikut:
1) Pre-theory period (1492-1800)
Peragalo mengemukakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang dirumuskan
sejak Pacioli sampai pada awal abad ke-19. kalaupun ada saran-saran atau
pertanyaan-pertanyaan belum dapat digolongkan sebagai teori atau pernyataan
yang sistematis.
2) General scientific period (1800-1955)
Dalam periode ini sudah ada pengimbangan teori yang penekanannya baru
berupa penjelasan terhadap praktek akuntansi. Di sini sudah ada kerangka kerja
untuk menjelaskan dan mengembangkan praktek akuntansi. Akuntansi
dikembangkan berdasarkan metode empiris yang mengutamakan pengamatan
atas kenyataan sehari-hari atau realitas bukan didasarkan pada logika. Laporan
AAA ”A Tentative Statement of Accounting Principles Affecting Corporate Reports
pada tahun 1938 serta laporan AICPA tentang A Statement of Accounting
Principle (Sanders, Hatfield dan Moore) merupakan dua contoh perumusan teori
akuntansi berdasarkan metode empiris atau disebut era general scientific ini.
3) Normative period (1956-1970)
Dalam periode ini perumus teori akuntansi mencoba merumuskan “norma-
norma” atau “praktek akuntansi yang baik”. Kalau dalam periode sebelumnya
menekankan kepada ”APA” yang terjadi dalamperiode ini ”Bagaimana
seharusnya” dilakukan, ”What should be”. Pada periode ini muncul kritik
terhadap konsep ”historical cost” dan pendukung adanya ”conceptual
framework”. Beberapa terbitan laporan pada era ini adalah: An Inquiry into the
Nature of Accounting oleh Goldberg yang diterbitkan pada tahun 1965, AAA
menerbitkan A Statement of Basic Accounting Theory.
4) Specific Scientific Period (1970-sekarang)
Periode ini disebut juga “positive era”. Di sini teori akuntansi tidak cukup
hanya dengan sifat normatif tetapi harus bisa diuji kebenarannya. Norma dinilai
subyektif jadi harus diuji secara positif.
Pendekatan normatif dikritik karena:
(1) teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesa.
(2) teori normatif didasarkan pada pertimbangan subyektif.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyektif
maka tidak bisa diterima begitu saja harus dapat diuji secara empiris agar
memiliki dasar teori yang kuat. Pada periode ini data empiris sudah banyak
tersedia kemudian teknik-teknik statistik dan teknik yang menggunakan disiplin
lain untuk melakukan pengujian sudah demikian banyak sehingga memudahkan
melakukan pengujian. Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah
untuk menerangkan dan meramalkan praktek akuntansi. Salah satu contoh
dalam penggunaan teori positif ini adalah hipotesa ” bonus plan”.
Hipotesa ini menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya
didasarkan pada bonus maka mereka akan berusaha memaksimasi
pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang dapat menaikkan laba
sehingga bonusnya tinggi. Dalam penyusunan laporan keuangan manajemen
7

tentu akan memilih standar akuntansi yang dapat menaikkan laba atau bonus
mereka. Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku manajemen
dalam mana bonus plan diberlakukan.
Watts dan Zimmerman pendukung konsep ini dalam bukunya Positive
Accounting Theory menyatakan bahwa keuntungan pendekatan ini adalah bahwa
regulator bisa meramalkan konsekuensi ekonomis dari berbagai kebijakan atau
praktek akuntansi.
Menurut Godfrey dkk pada akhir-akhir ini ada kecenderungan munculnya
perbedaan antara Riset Academics dan Riset Profesional yang sebelumnya dinilai
seragam. Riset Academics tetap dalam pendekatan positif yang umumnya
menekankan pada peran dan pengaruh informasi akuntansi sedangkan
Profesional agak condong pada pendekatan normatif yang umumnya
menekankan upaya untuk menyeragamkan praktek akuntansi agar lebih
bermanfaat bagi praktisi.

2.5 Jenis-Jenis Teori Akuntansi dan Kelemahan dari Teori Akuntansi


Teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teori akuntansi
normatif yang memberikan formula terhadap praktik akuntansi dan teori
akuntansi positif yang berusaha menjelaskan dan memprediksi fenomena yang
berkaitan dengan akuntansi (Ghozali dan Anis, 2007).

2.5.1Teori Akuntansi Normatif

Tahun 1950-an dan 1960-an dilihat sebagai ‘masa keemasan’ penelitian


akuntansi normatif. Selama periode ini, peneliti-peneliti akuntansi menjadi lebih
fokus pada rekomendasi-rekomendasi kebijakan dan apa yang harus dilakukan,
daripada menganalisa dan menjelaskan kebiasaan yang diterima pada saat ini.
Inti dari teori normatif pada saat ini antara penurunan dari ‘true income’ (profit)
atau pada mendiskusikan jenis dari informasi akuntansi yang akan berguna
dalam membuat keputusan ekonomi. Teori normatif yang berada pada normative
period, yaitu periode 1956-1970 (Harahap, 2008: 107) berusaha menjelaskan
apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian informasi
keuangan kepada para pemakai dan bukan menjelaskan tentang apakah
informasi keuangan itu dan mengapa hal itu terjadi. Menurut Nelson (1973)
dalam Ghozali dan Anis (2007), teori normatif sering disebut sebagai teori a priori
(dari sebab akibat dan bersifat deduktif). Pendekatan normatif yang berjaya
selama satu dekade ternyata tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap
dipakai di dalam praktik sehari-hari. Design sistem akuntansi yang dihasilkan dari
penelitian normatif dalam kenyataannya tidak dipakai dalam praktik.
Sebagai akibatnya muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif
berfungsinya sistem akuntansi di dalam praktik nyata. Harapannya dengan
pemahaman dari praktik langsung akan muncul design sistem akuntansi yang
lebih berarti (Ghozali, 2000). Teori normatif berkonsentrasi pada penciptaan laba
sesungguhnya (true income) selama satu periode akuntansi atau terkait tipe
informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ( decision-usefulness).
Teori true income berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik
dan benar untuk aktiva dan laba. Sedangkan pendekatan decision usefulness
menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses
8

pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan


atau bermanfaat.
Teori akuntansi normatif mengadopsi tujuan, sikap dan kemudian
menentukan cara mencapai tujuan yang dinyatakan. Mereka memberikan
resolusi tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
disebutkan. Fokus utama dari teori normatif akuntansi selama 1956-1970 adalah
dampak dari perubahan harga pada nilai aset dan perhitungan laba.
Dua kelompok mendominasi periode normatif para kritikus akuntansi biaya
historis dan pendukung kerangka kerja konseptual. Ada beberapa tumpang tindih
antara kedua kelompok, terutama ketika kritikus biaya historis berusaha untuk
mengembangkan teori akuntansi di mana pengukuran asetdan penentuan
pendapatan yang bergantung pada inflasi dan  pergerakan harga tertentu.
Selama periode normatif, gagasan ‘kerangka kerja konseptual’ adalah teori
terstruktur akuntansi. Kerangka tersebut dimaksudkan untuk mencakup semua
komponen pelaporan keuangan dan dimaksudkan untuk memandu praktik.
Sebagai contoh, pada tahun 1965 Goldberg ditugaskan oleh AAA untuk
menyelidiki sifat akuntansi.
Hasilnya adalah penerbitan An Inquiry into the Nature of Accounting yang
bertujuan untuk mengembangkan kerangka teori akuntansi dengan menyediakan
diskusi tentang sifat dan maknaakuntansi. Satu tahun kemudian AAA merilis A
Statement of Basis Accounting Theory , dengan tujuan menyatakan memberikan
pernyataan terpadu teori akuntansi dasar yang akan berfungsi sebagai panduan
untuk pendidik, praktisi dan orang lain yang tertarik dalam akuntansi. Periode
normatif mulai menggambar ke sebuah akhir pada awal tahun 1970. Kini telah
digantikan oleh periode ‘teori ilmiah tertentu’ atau ‘era positif’ (1970).
Faktor utama yang menjadi kelemahan dari teori normatif sekaligus
mendorong runtuhnya periode normatif adalah:
a. Unlikelihood penerimaan dari setiap teori normatif tertentu
b. Ketersediaan prinsip ekonomi keuangan dan metode pengujian
Karena teori akuntansi normatif menetapkan bagaimana akuntansi
seharusnya dilakukan, mereka didasarkan pada opini subjektif dari akun apa
yang harus dilaporkan, dan cara terbaik untuk melakukannya. Pendapat
mengenai tujuan yang tepat dan metode akuntansi bervariasi antara individu dan
sebagian besar ketidakpuasan dengan pendekatan normatif adalah bahwa hal itu
tidak memberikan sarana untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat.
Henderson, Peirson dan Brown menjabarkan 2 kritik utama dari teori normatif
pada awal tahun 1970:
a. Teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesis.
b. Teori normatif didasarkan pada penilaian suatu nilai.
Sedangkan dalam pernyataan Watt & Zimmerman (1986) Terdapat tiga
alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu:
 Ketidakmampuan pendekatan normatif
dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan ‘pada premis atau
asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.
 Pendekatan normatif lebih banyak
berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada
kemakmuran masyarakat luas.
9

 Pendekatan normatif tidak mendorong


atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara
optimal di pasar modal.Hal ini mengingat bahwa dalam system
perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi
akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam
mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
Kemudian salah satu kelemahan dari teori normative yaitu teori ini tidak
dapat diuji secara empiris karena tidak mungkin untuk membuktikan secara
empiris apa yang seharusnya. Selanjutnya asumsi yang mendasari beberapa teori
normatif yang belum teruji, dan itu tidak jelas apakah teori memiliki pondasi
yang kuat. Fakta bahwa teori normatif didasarkan pada nilai penilaian
ketidakpuasan meningkat dengan pendekatan normatif karena menjadi jelas
bahwa itu sulit,dan mungkin mustahil, untuk mendapatkan penerimaan umum
dari setiap teori akuntansi normatif tertentu.
Watt and Zimmerman (1986) mengungkapkan bahwa terdapat tiga
kelemahan sekaligus menjadi alasan mendasar terjadinya pergeseran
pendekatan normatif ke positif, yaitu ketidakmampuan pendekatan normatif
dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi
yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris, pendekatan
normatif lebih banyak berfokus padakemakmuran investor secara individual
daripada kemakmuran masyarakat luas, pendekatan normatif tidak mendorong
atau memungkinkan terjadinya alokasi sumberdaya ekonomi secara optimal di
pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam system perekonomian yang
mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat
pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara
efisien. Lebih lanjut Watt and Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran
untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana
dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk menutupi kelemahan dari
teori normatif, Watt and Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang
berlaku dalam specific scientific period (1970-sekarang).

2.5.1Teori Akuntansi Positif

3. Teori akuntansi
positif berupaya
menjelaskan sebuah
proses, yang
menggunakan
10

4. kemampuan,
pemahaman, dan
pengetahuan akuntansi
serta penggunaan
kebijakan akuntansi yang
5. paling sesuai untuk
menghadapi kondisi
tertentu dimasa
mendatang. Teori
akuntansi positif pada
6. prinsipnya
beranggapan bahwa
tujuan dari teori
akuntansi adalah untuk
menjelaskan dan
11

7. memprediksi praktik-
praktik akuntansi.
Perkembangan teori positif
tidak dapat dilepaskan dari
8. ketidakpuasan terhadap
teori normatif (Watt &
Zimmerman,1986).
Selanjutnya dinyatakan
bahwa
9. dasar pemikiran untuk
menganalisa teori
akuntansi dalam
pendekatan normatifterlalu
sederhana
10. dan tidak
memberikan dasar
12

teoritis yang kuat.


Terdapat tiga alasan
mendasar terjadinya
11. pergeseran pendekatan
normatif ke positif yaitu
(Watt & Zimmerman,1986
)
Teori Akuntansi Positif sangat erat kaitannya dengan praktik manajemen
laba, karena teori ini merupakan teori yang menjelaskan praktik manajemen laba
dalam perusahaan. Teori akuntansi positif dikemukakan oleh Watts dan
Zimmerman (1986) dengan tujuan untuk menguraikan dan menjelaskan
bagaimana proses akuntansi dari awal hingga masa sekarang dan bagaimana
informasi akuntansi disajikan agar dapat dikomunikasikan kepada pihak lain
didalam perusahaan. Positive accounting theory atau bisa disingkat PAT
merupakan cabang penelitian akuntansi yang berusaha untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik dalam akuntansi. PAT mengamati fenomena akuntansi
berdasarkan alasan-alasan yang mendasari terjadinya peristiwa. Dengan kata
lain, PAT dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi saat
manajer mengambil suatu keputusan tertentu. PAT beranggapan bahwa
perusahaan akan mengorganisir diri dalam cara yang efisien sehingga
memaksimalkan prospek untuk bertahan hidup.
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi
tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya
beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan
dan memprediksi praktik-praktik akuntansi. Perkembangan teori positif tidak
dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif (Watt &
Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwadasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normative terlalu sederhana dan
tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan
mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt &
Zimmerman,1986 )
Riset akuntansi positif pertama kali diketahui dilakukan oleh William H.
Beaver (1968) dengan terbitnya artikel yang berjudul “The Information Content
13

of Annual Earnings Announcements” (Jensen, 1976: 4, 8). Selanjutnya teori


akuntansi positif diakui kemunculannya ketika Watts dan Zimmerman
mempublikasikan artikelnya yang berjudul “Towards a Positive Theory of The
Determination of Accounting Standard” pada tahun 1978. Artikel tersebut telah
menjadikan teori akuntansi positif sebagai paradigma riset akuntansi yang
dominan yang berbasis empiris kualitatif dan dapat digunakan untuk
menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan
atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.
Dalam hal ini teori akuntansi positif berusaha menjelaskan atau memprediksi
fenomena nyata dan mengujinya secara empirik (Godfrey, el al, 1997 dalam
Ghozali dan Anis, 2007). Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut
kesesuaiannya dengan observasi dengan dunia nyata.
Aliran positif merupakan perspektif yang dikenal luas oleh kalangan
akademisi. Aliran ini pertama kali dikenalkan di Universitas Chichago, kemudian
meluas ke beberapa universitas lainnya di Amerika Serikat, seperti Rochester,
Barkley, Stanford, UCLA, NY (Rasyid, 1997: 13-21). Tujuan teori akuntansi positif
adalah untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to predict) praktik
akuntansi. Penjelasan berarti memberikan alasan-alasan terhadap praktik yang
diamati. Misalnya, teori akuntansi positif berusaha menjelaskan mengapa
perusahaan tetap menggunakan akuntansi cost historis dan mengapa
perusahaan tertentu mengubah teknik akuntansi mereka. Sedangkan prediksi
terhadap praktik akuntansi berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang
belum diamati.
Kehadiran teori akuntansi positif telah memberikan sumbangan yang
berarti bagi pengembangan akuntansi. Adapun kontribusi teori akuntansi positif
terhadap pengembangan akuntansi adalah menghasilkan pola sistematik dalam
pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut,
memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi, menunjukkan
peran utama contracting cost dalam teori akuntansi, menjelaskan mengapa
akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan-
pilihan akuntansi, mendorong riset yang relevan dimana akuntansi menekankan
pada prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.
Dorongan terbesar dari teori akuntansi positif dalam akuntansi adalah
untuk menjelaskan (to explain) dan meramalkan (to predict) pilihan standar
manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari pengungkapan
keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan
pengalokasian sumber daya ekonomi. Teori akuntansi positif didasarkan pada
adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur adalah
rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan mereka
yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan tentunya
kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa
kelompok tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari
prosedur akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan
kegunaan mereka.
Teori Positif dikritik oleh beberapa peneliti yang menjadi kelemahan dari
teori akuntansi positif, kritik tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
yaitu :
14

 Kritik terhadap filosofi, positif menganut bahwa


peneliti berada di luar area penelitian serta memakasimalkan utilitynya. Hal
ini tidak mungkin terjadi karena peneliti selalu berada pada area yang
ditelitinya dan maksimalitas utility tidak mungkin dicapai hanya sebatas
pada kepuasan.
 Kritik terhadap metodologi, teori positif
menganut pendekatan bahwa maksimalisasi keuntungan dapat diperoleh
melalui harga keseimbangan pasar. Hal ini tidak mungkin karena penelitian
dengan harga keseimbangan pasar sangat sedikit pengaruhnya terhadap
kontribusi penelitian akuntansi.
 Kritik terhadap penelitian dengan pendekatan
ekonomi, yaitu pemaksimalisasi individu yang tidak mungkin atau tidak
mudah untuk menghitungnya.
Prediksi yang dibuat oleh PAT diorganisasikan secara luas pada tiga
hipotesis yang diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Kita akan
memberi ketiga hipotesis ini bentuk oportunistik mereka, karena menurut Watts
dan Zimmerman (1990), ini adalah cara yang paling sering digunakan ketika
mereka diinterpretasikan :
a. Hipotesis Rencana Bonus
Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer
perusahaan dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi
dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode
masa kini. Hipotesis ini tampaknya cukup beralasan. Para manajer perusahaan,
seperti orang-orang lain, menginginkan imbalan yang tinggi. Jika imbalan mereka
bergantung, paling tidak sebagian, pada bonus yang dilaporkan pada
pendapatan bersih, maka kemungkinan mereka bisa meningkatkan bonus
mereka pada periode tersebut dengan melaporkan pendapatan bersih setinggi
mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan memilih kebijakan
akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode tersebut. Tentu
saja, sesuai dengan karakter dari proses akrual, hal ini akan cenderung
menyebabkan penurunan pada laba dan bonus-bonus yang dilaporkan pada
masa yang akan datang, dengan taktor-faktor lain tetap sama. Namun nilai masa
kini (present value) dari kegunaan manajer dari lini bonus masa depan yang
dimilikinya akan meningkat dengan memberikan perubahan menuju masa kini.
b. Hipotesis Kontrak Hutang
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu
perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada
kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar
kemungkinan manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan
perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.
Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin meningkat akan
menurunkan kelalaian teknis. Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi
kesepakatan bahwa pemberi pinjaman harus bertemu selama masa perjanjian.
Sebagai contoh, perusahaan yang mendapat pinjaman boleh sepakat memelihara
level tertentu dari hutang terhadap harta, laporan bunga, modal kerja, dan harta
pemilik saham. Jika kesepakatan semacam itu dikhianati, perjanjian hutang
tersebut bisa memberikan/mengeluarkan penalti, seperti pembatasan dividen
atau tambahan pinjaman.
15

Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi kegiatan


perusahaan dalam operasional perusahaan itu sendiri. Untuk mencegah, atau
paling tidak menunda, pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa memilih
kebijakan akuntansi tertentu yang bisa meningkatkan laba masa kini.
Berdasarkan hipotesis kesepakatan hutang, ketika perusahaan mendekati
kelalaian, atau memang sudah berada dalam lalai/cacat, lebih cenderung untuk
melakukan hal ini.
c. Hipotesis biaya politik
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya
politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih
prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa
sekarang menuju masa depan.Hipotesis biaya politik memperkenalkan suatu
dimensi politik pada pemilihan kebijakan akuntansi.  Perusahaan-pemsahaan
yang ukurannya sangat besar mungkin dikenakan standar kinerja yang lebih
tinggi, dengan penghargaan terhadap tanggung jawab lingkungan, hanya karena
mereka merasa bahwa mereka besar dan berkuasa. Jika perusahaan besar juga
memiliki kemampuan meraih profit yang tinggi, maka biaya politik bisa
diperbesar.Perusahaan-perusahaan juga mungkin akan menghadapi biaya politik
pada poin-poin waktu tertentu. Persaingan luar negeri mungkin mengarah pada
menurunnya profitabilitas kecuali perusahaan yang terkena dampaknya ini bisa
mempengaruhi proses politik untuk bisa melindungi impor secara keseluruhan.
Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan mengadopsi kebijakan
akuntansi income-decreasing (pendapatan menurun) dalam rangka meyakinkan
pemerintah bahwa profit sedang turun.

2.6 Permasalahan dan Pembahasan Berdasar Contoh Kasus


Contoh Kasus 1 :

Pada akhir Abad 19 dan Awal Abad 20 para penulis akuntansi terutama
memfokuskan pada penjelasan tentang praktik akuntansi yang dapat diobservasi,
dengan menyediakan aturan pedagogik untuk tujuan pengklasifikasian terhadap
praktik. Teoritis akuntansi pada saat itu ( US Securities Act 1933-1934)
memusatkan perhatiannya kepada usaha penetapan pelaporan keuangan
sebagaimana yang seharusnya (pendekatan normatif). Setelah periode ini,
mulailah dikenal pengujian empiris dengan didukung oleh penggunaan data base
yang berasal dari CRSP (Center for Research in Security Prices ).
Pengkombinasian data dengan menggunakan komputer banyak menghasilkan
penelitian mengenai perilaku harga saham dan pengaruh informasi terhadap
harga saham (misal: Fama, 1976). Hasil penelitian empiris ini membawa kepada
pengembangan tentang EMH (efficient markets hypothesis). Saat buku disusun
(1986an) literatur  yang berkembang berisi berbagai studi dengan menggunakan
teori berbasis finance dan atau teori regulasi untuk menjelaskan praktik
akuntansi dan auditing yang terjadi.

Saat ini sedang terjadi pergeseran pelaporan keuangan menuju ke arah


paradigma perspektif pengukuran. Perspektif pengukuran dan perspektif
informasi dibahas secara terpisah dalam literatur akuntansi. Setiap perspektif
tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif yang lainnya.
16

Analisa :

Perspektif informasi lebih menekankan pengungkapan penuh (full


disclosure), apapun bentuknya, untuk meningkatkan kegunaan informasi
akuntansi bagi investor. Perspektif informasi didasari asumsi bahwa terdapat
cukup banyak investor rasional terinformasi, yang dapat secara cepat dan tepat
memasukkan bentuk pengungkapan apapun ke dalam harga pasar yang efisien.
Sebaliknya, perspektif pengukuran lebih menekankan peran fundamental dari
informasi akuntansi keuangan untuk menentukan nilai perusahaan Perspektif
pengukuran lebih menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan
keuangan, termasuk di dalamnya adalah kualitas laba. Kedua perspektif ini,
perspektif   informasi dan perspektif pengukuran, mendasari kebijakan-kebijakan
badan  penyusun  standar  akuntansi. Literatur-literatur akuntansi membahas
kedua perspektif ini secara terpisah. Entwistle dan Phillips (2003), Cornell dan
Landsman (2003), dan Francis et al. (2002) menggunakan perspektif informasi,
dan menyatakan pentingnya luas pengungkapan untuk meningkatkan kegunaan
informasi akuntansi bagi investor. Riset dan argumen Lev dan Zarowin (1999),
Collins et al. (1997), Francis dan Schipper (1999), Ota (2001), dan Bao dan Bao
(2004) didasari perspektif pengukuran. Mereka menyatakan bahwa kegunaan
informasi akuntansi berhubungan positif dengan kualitas angka akuntansi.
Paparan di atas menunjukkan bahwa perspektif informasi dan perspektif
pengukuran dibahas secara terpisah dalam literatur-literatur akuntansi. Tiap-tiap
perspektif tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif
lainnya. Menurut  hemat saya bagaimanapu juga kedua perspektif tersebut
adalah hal yang sangat penting dalam dunia akuntansi Perspektif pengukuran
yang menekankan kualitas angka akuntansi, tidak dapat mengabaikan peran
pengungkapan informasi secara luas. Pemikir-pemikir akuntansi mengkritik
ketidakmampuan angka akuntansi untuk memenuhi kebutuhan investor dan
pemakai laporan keuangan lainnya, sehingga diperlukan pengungkapan informasi
yang cukup luas. Perspektif informasi, yang menekankan pengungkapan luas,
perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kelebihan informasi. Interaksi  perspektif  informasi  dan
perspektif  pengukuran  menjadi  penting,  karena kedua aspek dari kedua
perspektif tersebut, yaitu kualitas angka akuntansi dan pengungkapan informasi
secara luas, tidak dapat diabaikan salah satu.   Perspektif informasi perlu
mempertimbangkan kualitas angka akuntansi, dan perspektif pengukuran perlu
mempertimbangkan luas pengungkapan. Jadi sebaiknya kedua persepektif
tersebut haruslah dipertimbangkan karena adanya keterkaitan antara kedua
persfektif tersebut yang saling mendukung. Disamping itu ketika kedua
perspektif tersebut digunakan untuk saling melengkapi kekurangan masing-
masing informasi yang disajikan akan lebih berkualitas.

Contoh Kasus 2 :

Kasus creative accounting sering dihubungkan dengan Enron, sebuah


perusahaan migas. Sebelum kebangkrutannya, Enron pernah dipilih oleh Fortune
Magazine sebagai ‘America’s Most Innovative Company’ selama 6 tahun berturut-
turut. Enron yang tadinya adalah perusahaan pembangkit tenaga listrik mulai
17

naik daun setelah Enron mulai bermain komoditas-komoditas band width


telekomunikasi dan derivatives (sejenis investasi di mana hasil untung ruginya
berdasarkan pergerakan dari nilai aset seperti saham, surat utang, komoditas,
atau bahkan dari nilai seperti suku bunga, valas, indeks pasar saham, bahkan
indeks cuaca).
Enron mulai berpaling dari bisnis tradisionalnya dan mulai berspekulasi
dalam financial instruments yang mengandung resiko tinggi. Memang kesannya
mereka cukup sukses untuk beberapa tahun, tapi akhirnya kenyataan dari
kesuksesan (atau lebih tepatnya kegagalan) mereka mulai terlihat. Namun Enron
bukan hanya inovatif dalam berbisnis, ternyata juga ‘inovatif’ dalam cara
pembukuannya. Di balik kesuksesan mereka, banyak sekali hutang-hutang
tersembunyi yang dipindahkan kepada anak-anak perusahaan yang tidak
dikonsolidasi (tidak diperhitungkan masuk ke dalam neraca perdagangan Enron
sendiri). Mereka sengaja memanfaatkan celah dalam hukum Amerika yang
memperbolehkan ‘special purpose vehicles’ (suatu organisasi yang dibentuk
untuk proyek khusus yang dibentuk terpisah untuk mengisolasi resiko-resiko dari
proyek tersebut) yang memenuhi syarat-syarat tertentu tidak dikonsolidasi.
Analisa :

Akuntansi kreatif merupakan eufemisme mengacu pada praktik akuntansi


yang mungkin mengikuti surat aturan praktik akuntansi standar, tapi jelas
menyimpang dari semangat peraturan tersebut. Tujuan-tujuan seseorang
melakukan creative accounting bermacam-macam, di antaranya adalah untuk
pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman baru, atau
mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan syarat-
syarat tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar, atau
mengecoh pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa manajemen
berhasil mencapai hasil yang cemerlang.
Motivasi materialisme merupakan suatu dorongan besar manajemen dan
akuntan-akuntan melakukan creative accounting. Banyak perusahaan yang
terjebak masalah creative accounting mempunyai sistem ‘executive stock option
plan’ bagi eksekutif-eksekutif yang mencapai target yang ditetapkan. Secara
umum, para eksekutif biasanya lebih mengenal perusahaan tempat mereka
bekerja dibandingkan karyawan-karyawan di bawah mereka, sehingga para
eksekutif ini dapat dengan mudah memanipulasi data-data dalam laporan
keuangan (financial statement) dengan motivasi memperkaya diri mereka
sendiri.
Motivasi dan prilaku manusialah yang membuat creative accounting jadi
ilegal atau legal, etis atau tidak etis, atau baik atau buruk.
18

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
teori akuntansi merupakan sekumpulan prinsip-prinsip luas yang
menyajikan suatu kerangka acuan umum dimana praktek akuntansi dapat
dinilai dan mengarahkan pengembangan praktis dan prosedur baru
dengan tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar
dalam memprediksi dan menjelaskan perilaku kejadian-kejadian akuntansi.
Teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teori akuntansi
normatif yang memberikan formula terhadap praktik akuntansi dan teori
akuntansi positif yang berusaha menjelaskan dan memprediksi fenomena
yang berkaitan dengan akuntansi dan masing-masing jenis teori tersebut
memiliki kelemahan berdasarkan kritik pada masing-masing teori.
Periodisasi teori akuntansi terdiri dari Pre-theory period (1492-1800), General
scientific period (1800-1955), Normative period (1956-1970) dan Specific
Scientific Period (1970-sekarang).

3.2 Saran
Untuk lebih mendalami materi dan memahami materi maka diharapkan
untuk terus menggali informasi melalui berbagai sumber tentang kelemahan dari
teori akuntansi.
19

DAFTAR PUSTAKA

American Accounting Association (AAA). 1966. A Statement of Basic


Accounting Theory. Evanston III: United States of America.
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). 1953. Accounting
Terminology Bulletin. Review and Resum. New York.
___________. 1970. Accounting Principle Board Statement No.4 “Basic
Concepts and Accounting Princip
Gede, Muhammad ,2005, Teori Akuntansi, Jakarta: Almahira
Harahap, Sofyan Syafri, 2007, Teori Akuntansi Edisi Revisi, Jakarta : Raja
Grafindo
Hendriksen, E.S. 1982. Accounting Theory. Fourth Edition. Homewood
Illinois: Richard D. Irwin, Inc.
Hendriksen, E.S. dan M.F. Van Breda. 2000. Teori Akuntansi. Terjemahan
dalam Bahasa ln-donesia (Herman Wibowo). Edisi Kelima. Buku
Satu. Batam Centre: Interaksara.
Hery, 2017, Teori Akuntansi: Pendekatan Konsep dan Analisis , Jakarta:
PT.Grasindo
Jensen, M.C. 1976. Reflection on the State of Accounting Research and
the Regulation of Accounting . Graduate School of Business, Stanford
University: 11-19.
Riahi, Ahmed & Belkaoui, 2011,  Teori Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat
Simamora, Henry. 2009. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba empat   
Suwardjono, 2010, Teori Akuntansi: Pengungkapan dan Sarana
Interpretatif. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE
Watts, R.L. 1977. Corporate Finansial Statements: A Product of the
market and Political Processes. Australian Jurnal of Management
(April): 53-75.
___________. 1978. Towards a. Positive Theory of the Determination of ’
Accounting Standards. The Accounting Review (January): 112-134.
___________. 1986. Positive Accounting Theory. Englewood Cliffs , New
Jersey: Prentice-Hall., Inc.
___________. 1990. Positive Accounting Theory: Ten Years Perspective. The
Accounting Review (65) January: 131-156

Anda mungkin juga menyukai