Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1) Teori yang mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan
meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu,
atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu Teori ini
berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan
keuangan (teori sintaktis).
2) Teori yang berkonsentrasi pada hubungan antara gejala (obyek atas kejadian)
dan istilah atau simbol yang menunjukkannya. Hal ini dapat diseb sebagai teori
interpretasional (semantis).
3) Teori yang menekankan pengaruh laporan serta ikhtisar akunta terhadap
perilaku atau keputusan. Hal ini dianggap sebagai teori perilaku (pragmatik).
Salah satu perubahan yang paling penting adalah pergeseran penekanan dari
neraca ke perhitungan rugi-laba yang timbul di Amerika Serikat dan Eropa
selama periode sejak Perang Dunia I sampai akhir tahun 1930-an. Sejak
awal 1908, Schmalenbach di Jerman menyatakan bahwa perkiraan-
perkiraan tahunan harus memberikan informasi mengenai operasi
perusahaan begitu pula mengenai keadaan modalnya. Selama tahun 1920-
an, di Amerika Seri- kat dan Inggris, semakin banyak perusahaan
menyajikan informasi yang me nyangkut perkiraan labanya. Pengaruh hal
ini, seperti yang dapat dilihat dari tulisan-tulisan dan pernyataan tahun 1920-
an dan tahun 1930-an, adalah mengkhususkan perhatian pada sifat alokasi,
akrual, dan pengaruh konsekuen sinya terhadap laba. Ada juga bukti bahwa
selama periode ini, penangguhan pos-pos kerugian dan laba semakin
meningkat penggunaannya yang dilakukan secara arbitrer guna meratakan
laba dari satu tahun ke tahun berikutnya. Aki. batnya, pada tahun 1930-an
timbul upaya untuk menetapkan standar yang lebih baik bagi penyajian
perhitungan rugi-laba.
Salah satu ciri penting dari Buletin tahun 1936 adalah ditiadakan semua
referensi ke pemeriksaan neraca, dan diganti dengan istilah "pemeriksaan
laporan keuangan." Pemeriksaan neraca (balance sheet audit) pertama
didengar kira-kira tahun 1910 dan mencapai popularitasnya hingga tahu
1917. Keinginan pada pihak klien untuk menekan biaya pemeriksaan dan
ada nya fakta bahwa konservatismenya diterima terutama oleh bankir
merupal faktor utama penyebab popularitasnya pemeriksaan neraca.
Popularitan sangat penting bagi perkembangan teori akuntansi, karena
popularitas kadang-kadang mengimbangi kekuatan-kekuatan yang biasanya
menuntut geseran penekanan dari neraca ke perhitungan rugi-laba dilakukan
seseg mungkin. Perkembangan dan pertumbuhan perusahaan besar,
perkemban yang pesat dalam metode akuntansi biaya, dan undang-undang
pajak penghasilan semuanya cenderung menekankan sudut pandang
perhitungan neraca laba
Saran teori muncul dari berbagai aspek, tetapi tidak sejauh yang
diperlukan untuk menempatkan akuntansi secara sistematis. Sampai tahun
1930-an perkembangan teori akuntansi yang khusus mulai berkembang.
Periode 1956- 1970 diberi label ‘masa normatif’. Hal ini disebut
periode normatif karena itu adalah periode ketika teori akuntansi berusaha
untuk membangun norma untuk praktik akuntansi terbaik. Berbeda dengan
periode ilmiah umum, selama periode ini, peneliti kurang peduli tentang
apa yang sebenarnya terjadi dalam praktek dan lebih peduli tentang
pengembangan teori-teori yan ditentukan apa yang harus terjadi. Pada
periode sebelum 1956 beberapa penulis menghasilkan karya normatif awal
yang terutama berkaitan dengan isu seputar dasar yang tepat untuk
penilaian aset dan klaim pemilik.
Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan
benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan
terhadap apa yang dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.
2. Pengambilan keputusan (decision usefulness)
Pendekatan ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk
membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data
akuntansi yang relevan atau bermanfaat.
Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik
tentang laba dankemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan
keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada
penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva.
Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori
tersebut bersifat normative karena didasarkan pada anggapan:
Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to explain)
dan memprediksikan (to predict) praktek akuntansi. Penjelasan berarti
memberikan alasan-alasan terhadap praktek yang diamamti. Misalnya, teori
akntansi positif berusaha menjelaskan mengapa perusahaan tetap
menggunakan akuntansicost histories dan mengapa perusahaan tertentu
mengubah taktik akuntansi mereka.Predisi terhadap praktik akuntansi
berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati. Mereka
juga menjelaskan bahwa “teori, sebagaimana yang kami ganbarkan
menghasilkan preskripsi (resep) untuk praktek akuntansi tetapi berkaitan
dengan penjelasan terhadap praktek akuntansi”.
Atas dasar pernyataan dan asumsi tersebut teori akuntansi positif berusaha
menguji tiga hipotesis sebagai berikut :
Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas perusahaan mkin besar kemungkinan
bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba.
Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas makin dekat perusahaan dengan batas
perjanjian atau peraturan kredit (Kalay, 1982). Makin tinggi batasan krdit
makin besar kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran
biaya. Manajer akan memiliki metode akuntansi yang dapat menaikkan laba
sehingga dapat mengendurkan batasan kredit dan mengurangi biaya
kesalahan teknis (Watts dan Zimmerman, 1990).
Harahap, Sofyan Syafri, 2007, Teori Akuntansi Edisi Revisi, Jakarta : Raja Grafindo