Anda di halaman 1dari 29

RMB TEORI AKUNTANSI

DEFINISI DAN PERKEMBANGAN TEORI AKUNTANSI

Dosen Pengampu : Dr. Mukhzarudfa, SE., M.Ak

Disusun oleh :
KELOMPOK 2

Cherlita Anjani C1C021057


Luluq’il Jannah C1C021066
Sabina Dewanda Putri C1C021068
Ariny Asyhari C1C021070
Abdila Rungki P. C1C021072

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah
perkembangan pemikiran akuntansi dibagi dalam tiga periode: tahun 4000 SM –
1300 M, Tahun 1300 – 1850 M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masing-
masing periode memberi kontribusi yang berarti bagi ilmu akuntansi.
Pada periode pertama akuntansi hanyalah bentuk record-keeping yang sangat
sederhana, maksudnya hanyalah bentuk pencatatan dari apa saja yang terjadi dalam
dunia bisnis saat itu. Periode kedua merupakan penyempurnaan dari periode
pertama, dikenal dengan masa lahirnya double-entry book keeping. Dan pada
periode terakhir banyak sekali perkembangan pemikiran akuntansi yang bukanlagi
sekedar masalah debit kiri – kredit kanan, tetapi sudah masuk ke dalam kehidupan
masyarakat.
Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu
akuntansi modern Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar
memahami akuntansi sebagai alat hitung menghitung dan sumber informasi dalam
pengambilan keputusan sampai ke pemikiran bagaimana akuntansi diterapkan
sejalan dengan (atau sebagai bentuk pengamalan) ajaran agama.
Teori akuntansi di kembangkan dan di saring lewat sebuah proses riset
akuntansi. Hasil riset pertama dari akuntan pendidik, dan pihak lain dari organisasi
pembuatan kebijakan, kantor akuntan publik, dan sektor industri swasta yang ikut
berperan penting dalam peran proses riset akuntansi. Standar dan pernyataan dan
ketetapan yang di hasilkan oleh organisasi pembuat kebijakan akan di
interprestasikan dan di terapkan dalam praktek pada tingkat organisasi.
Dan dalam perkembangannya teori akuntansi memberikan seperangkat prinsip
yang logis, saling terkait, yang menbentuk kerangka umum, dan dapat dipakai
sebagi acuan untuk menilai dan mengembangkan praktek akuntansi yang dapat
berfungsi sebagai pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi, memberi
kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi yang tidak ada standar
resminya, meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap informasi
yang di sajikan dalam laporan keuangan, dan agar laporan keuangan dapat
diperbandingkan serta dapat memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur
dan praktek akuntansi. Sehingga Teori akuntansi sangat diperlukan dalam
melakukan sesuatu tanpa teori akuntansi maka akan sedikit kesuliatan
memperkirakan apa yang mungkin terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Akuntansi
Hendriksen (1982) mendefinisikan teori sebagai seperangkat asas hipotesis
konseptual dan pragmatis yang terjalin satu sama lain, yang membentuk suatu
kerangka acuan bidang pengetahuan. Sedangkan Mc. Donald menyatakan suatu
teori harus memiliki tiga elemen yaitu, melukiskan fenomena ke dalam gambar
simbolik, adanya manipulasi atau kombinasi sesuai aturan.dan merubah kembali
menjadi fenomena senyatanya.
Teori adalah susunan konsep, definisi, dan dalam menyajikan pandangan
yang sistematis, fenomena dengan menunjukkan hubungan antara variabel yang
satu dengan yang lain dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena. Menurut Hanry (2009) teori merupakan hasil dari kristalisasi fenomena
emfiris, yang diambil dari berbagai riset, dan sampai pada suatu kesimpulan yang
bersifat universal, logis, konsisten, prediksi, dan objektif.
1. Menurut Vernon kam ( 1986 ) teori adalah suatu system yang menyeluruh,
dimana meliputi asumsi dasar, defenisi, tujuan, prinsip atau standar, dan
prosedur atau metode.
2. Menurut Kenneth S.most ( 1982 ) teori adalah suatu pernyataan yang
sistematis mengenai prinsif yang mendasar seperangkat fenomena.

Pengertian teori akuntansi menurut Soewardjono mengemukakan,


sebenarnya banyak pengertian yang dapat di lekatkan pada kata teori dari akuntansi.
Beberapa pendapatannya :
1) Teori sebagai lawan praktek, biasanya teori dalam pengertian ini di ibarat kan
dengan apa yang diharapkan atau apa yang seharusnya dilakukan dalam
kehidupan senyatanya. Teori dianggap sebagai desain dan praktik dianggap
sebagai desollen. Teori akuntansi sering diartikan sebagai seperangkat konsep
– konsep yang membahas tentang bagaimana seharusnya praktik akuntansi
berjalan.
2) Teori sebagai penjelasan ilmiah, merupakan pernyataan tentang hubungan
antara variabel – variabel alam atau sosial yang dapat di gunakan untuk
menjelaskan dan memprediksi gejala – gejala alam atau sosial.
3) Teori sebagai penalaran logis yang melandasi praktik dalam dunia nyata.
Teori ini berusaha untuk memberikan justifikasi terhadap praktik agar praktik
dapat di pertanggung jawabkan kelayakannya.

Pengertian akuntansi dari pendapat beberapa ahli dapat ditulis sebagai


berikut:
1) Menurut Amin. W (1997) akuntansi adalah suatu aktivitas jasa
mengidentifikasikan, mengukur, mengkalsifikasikan dan mengikhtisarkan)
kejadian atau transaksi ekonomi yang menghasilkan informasi kuantitatif
terutama yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan.
2) Menurut Abubakar A & Wibowo (2004) akuntansi adalah proses
identifikasi, pencatatan dan komunikasi terhadap transaksi ekonomi dari
suatu entitas/perusahaan.
3) Menurut Accounting Principle Board Statement No. 4 akuntansi adalah
suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif,
umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi,
yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif.

Secara keseluruhan pengertian teori akuntansi menurut Vernon Kam (1986)


adalah suatu sistem yang komprehensif, dimana termasuk postulat dan teori yang
berkaitan dengannya. Dia membagi unsur teori dalam beberapa elemen, yaitu
postulat atau asumsi dasar, definisi, tujuan akuntansi, prinsip atau standar, dan
prosedur atau metode-metode. Jadi teori akuntansi adalah cabang akuntansi yang
terdiri dari pernyataan yang sistematis tentang prinsif dan metode yang
membedakannya dengan praktek.
Dengan demikian teori akuntansi didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip-
prinsip luas yang menyajikan suatu kerangka acuan umum dimana praktek
akuntansi dapat dinilai dan mengarahkan pengembangan praktis dan prosedur baru.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi
dan menjelaskan perilaku kejadian-kejadian akuntansi. Dari penjelasan –
penjelasan tersebut maka teori akuntansi dapat dirumuskan sebagai suatu konsep
definisi dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi
yang menjelaskan hubungan antara variabel dengan variabel lainnya dalam struktur
akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang
mungkin muncul.
2.2. Tingkatan Teori Akuntansi
Walaupun terdapat beberapa cara pengklasifikasian teori akuntansi, namun
kerangka acuan yang berguna adalah mengklasifikasikan teori menurut tingla
prediksinya. Teori akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tingkata utama,
yaitu:

1) Teori yang mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan
meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu,
atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu Teori ini
berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan
keuangan (teori sintaktis).
2) Teori yang berkonsentrasi pada hubungan antara gejala (obyek atas kejadian)
dan istilah atau simbol yang menunjukkannya. Hal ini dapat diseb sebagai teori
interpretasional (semantis).
3) Teori yang menekankan pengaruh laporan serta ikhtisar akunta terhadap
perilaku atau keputusan. Hal ini dianggap sebagai teori perilaku (pragmatik).

2.3. Konsep Dasar Teori Akuntansi


Teori akuntansi dapat berjalan dengan baik dengan empat konsep dasar yang
bisa menentukan dan menjelaskan pedoman penting dalam manajemen bisnis.
1) Konsep Aktual.
Konsep ini menjelaskan bahwa bentuk pendapatan dari sebuah transaksi dan
liabilitas perlu dicatat saat transaksi tersebut terjadi secara lengkap. Misalnya
saat pedagang grosir atau eceran memesan dan menerima sebuah barang
dengan nominal satu juta rupiah, namun belum membayar di saat itu juga,
maka pedagang perlu mencatat liabilitas atau kewajibannya. Sama halnya
dengan distributor atau pemasok yang akan menghitung penjualan barang
tersebut.
2) Konsep Konsistensi.
Konsep ini menekankan pada metode akuntansi yang diterapkan di sebuah
perusahaan, yakni metode tersebut harus selalu digunakan secara konsisten.
Contohnya akuntan telah memutuskan untuk menggunakan metode double-
entry accounting pada catatan bulan periode tersebut, maka dia harus konsisten
menerapkan catatannya itu sampai selesai.
3) Konsep Kelangsungan.
Saat mengelola sebuah bisnis, akuntan harus berasumsi bahwa bisnis itu layak
dan akan segera beroperasi. Jika akuntan menemukan bahwa bisnis tidak akan
berjalan baik di masa depan, dia harus menyatakan alasan yang tepat di balik
asumsi ini dalam laporan keuangan. Apabila akuntan merasa bahwa bisnisnya
tidak akan bertahan di masa depan dan dia tidak memiliki cukup bukti untuk
pendapat ini, dia harus memberikan “disclaimer” dalam laporannya.
4) Konsep kehati-hatian.
Berdasarkan konsep teori akuntansi ini, liabilitas harus diperhitungkan dalam
neraca, meskipun peluang terjadinya begitu kecil. Begitu juga dengan
perhitungan pendapatan dalam laporan keuangan. Konsep ini membantu bisnis
untuk mengantisipasi kerugian yang kelak akan terjadi. Fungsi Teori Akuntansi
Teori akuntansi memiliki fungsu utama yang sangat vital bagi keberlangsungan
perusahaan atau lembaga.

2.4. Fungsi Teori Akuntansi


Teori akuntansi memiliki fungsi utama yang sangat vital bagi keberlangsungan
perusahaan atau lembaga. Beberapa fungsi utama dari penerapan teori akuntansi:
• Mengumpulkan, menggantikan, dan menyimpan data keuangan sebuah bisnis.
• Menyediakan informasi yang akan digunakan dalam berbagai jenis laporan,
termasuk laporan keuangan.
• Memberikan informasi penting mengenai keuangan yang akan menjadi dasar
dalam perencanaan dan keputusan strategis dari perusahaan.
• Membantu perusahaan untuk melakukan metode yang efektif dalam mengontrol
pencatatan dan pengolahan data keuangan agar lebih efisien dan akurat.

2.5 Sejarah Perkembangan Teori Akuntansi


2.5.1. Sejarah Teori Akuntansi
Sejarah akuntansi dimulai pada 1494. Ilmuwan bernama Luca Pacioli
yang menciptakan sistem akuntansi yang terpakai hingga saat ini. Luca
Pacioli adalah ahli matematika yang pernah mengajar Leonardo Da
Vinci. Luca Pacioli memperkenalkan sistem akuntansi entri ganda atau
double entry accounting. Pacioli juga mulai memperkenalkan penggunaan
laporan keuangan berupa buku besar, jurnal dan pembukuan, dan elemen
kunci dari akuntansi modern saat ini. Pacioli adalah orang yang dikenal
pertama menggunakan neraca dan laporan laba rugi. Ia menulis tentang
laporan keuangan tersebut dalam karya yang berjudul “De Computis et
Scripturis” (Of Reckonings and Writings) dan sekarang dikenal sebagai
“The Method of Venice” yang telah mengubah seluruh cara dalam
menerapkan akuntansi. Pacioli menjadi orang pertama yang menggunakan
sistem debit dan kredit dalam jurnal dan buku besar yang masih menjadi
dasar sistem akuntansi yang digunakan saat ini. Revolusi Industri pada
tahun 1700-an membuat sistem akuntansi kian berkembang. Akuntansi
menjadi sebuah profesi pertama kali diterapkan di Inggris dan setelahnya di
Amerika Serikat. Tahun 1887 ada 31 akuntan yang menciptakan American
Association of Public Accountants. Sepuluh tahun kemudian, tes standar
untuk akuntan mulai diberlakukan. Pada tahun 1896 Certified Professional
Accountants (CPA) pertama kalinya dilisensikan dan dua organisasi utama
dalam profesi akuntansi adalah The American Institute of Certified Public
Accountants.
2.5.2 Perkembangan Teori Akuntansi
Perkembangan akuntansi ini terbilang sangat panjang. Praktik dari
akuntansi telah digunakan dalam kehidupan untuk mempermudah
pengambilan keputusan. Akuntansi merupakan disiplin ilmu yang terus
berkembang. Praktik akuntansi terus mengalami modifikasi. Untuk itu,
Dewan Standar Akuntansi Keuangan mengatur dan merevisi kembali
tentang teori akuntansi secara lebih kompleks. Certified Professional
Accountants (CPA) juga membantu berbagai bentuk bisnis perusahaan
besar agar bisa ikut menyesuaikan diri dengan modifikasi dan standar sistem
akuntansi tersebut. Pada akhir abad ke-20, industri akuntansi mulai tumbuh
dan berkembang, sehingga mulai muncul banyak kantor akuntan besar yang
memperluas layanan mereka di luar fungsi audit tradisional. Di Indonesia,
praktik akuntansi sudah ada sejak zaman VOC pada 1642. Pada masa
pendudukan Jepang, pendidikan akuntansi diselenggarakan oleh
Departemen Keuangan di Jakarta. Pesertanya pada awalnya hanya 30 orang
termasuk Profesor Soemardjo dan juga Profesor Hadibroto. Pada 23
Desember 1957, Profesor Soemardjo merintis Ikatan Akuntansi Indonesia
atau yang sering disebut sebagai IAI. Pada tahun yang sama pemerintah
melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan dari Belanda. Di Indonesia
perkembangan akuntansi semakin pesat terlebih ketika presiden
meresmikan kegiatan pasar modal yang dilaksanakan pada tanggal 10
Agustus 1977. Peranan akuntansi dan juga laporan keuangan menjadi sangat
penting. Sebelumnya, pada Januari 1977, Menteri Keuangan membuat
sebuah surat keputusan mengenai jasa akuntan. Akuntansi juga berkembang
seiring kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi sangat positif bagi akuntan
sehingga dapat memberikan saran bisnis yang lebih tepat dan akurat.
Teori akuntansi telah berkembang melalui revolusi yang besar,
khususnya se- lama tahun 1960-an dan tahun 1970-an, dan terus berlanjut
sampai tahun 1980-an. Selama periode yang sama ini dan sekitar 50 tahun
yang lalu, pe- mikiran akuntansi juga telah dikembangkan melalui proses
evolusi. Perlunya telaah sejarah pemikiran akuntansi berasal dari hubungan
dengan masa lalu.

Akan tetapi, teori akuntansi sangat erat hubungannya dengan praktek


akuntansi, entah itu berupa evaluasi praktek dan pengaruhnya, penjelasan
praktek, atau pengembangan kerangka acuan sebagai pedoman untuk meng-
adakan perubahan dalam praktek akuntansi dan adaptasinya terhadap ling-
kungan yang baru. Sebelum tahun 1930, teori akuntansi sebagai suatu
pranata penalaran logis yang dirumuskan dengan baik biasanya tidak
mendahului prak- tek akuntansi; jikapun benar, maka sekaranglah hal itu
dapat dilakukan. Akuntansi berkembang sejalan dengan bertambahnya
kebutuhan, dan per- ubahan terjadi secara bertahap dalam konsep dan teknik
akuntansi. Tetapi praktek akuntansi yang baru harus tetap diselaraskan
dengan hubungan dan lembaga ekonomi yang berubah serta tujuan
akuntansi. Namun banyak teknik dan konsep tetap digunakan walaupun
tidak sesuai lagi dengan kondisi.
2.5.3. Perkembangan Praktek dan Pemikiran Akuntansi sebelum 1930
Perkembangan praktek akuntansi sangat dipengaruhi oleh dua periode masa
kelesuan ekonomi abad ini- awal tahun 1930-an dan tahun 1960-an dan
perubahan yang hampir revolusioner dalam praktek akuntansi dengan
dianut- nya akuntansi inflasi (inflation accounting) sebagai informasi
tambahan pada tahun 1979. Pada tahun 1930, seperti pada tahun 1960,
tekanan-tekanan timbul dari para individu dan kelompok di luar profesi
akuntansi yang tidak merasa puas terhadap para akuntan praktek dan para
akademisi. Sebagai akibat tekanan itu yang timbul tahun 1930, American
Institute of Accountan membentuk komite untuk bekerja sama dengan New
York Stock Exchange memecahkan masalah-masalah yang bertalian dengan
kepentingan umum investor, pemerintah, dan akuntan. Juga pada tahun
1930, Lembaga ini me bentuk komite pertamanya untuk menyelesaikan
masalah dalam prosedur akuntansi dan membuat pernyataan yang berguna
bagi kepentingan profesi Sebelum itu, masalah prosedur akuntansi telah
muncul melalui hasil kerja komite khusus yang dibentuk khusus untuk
menelaah masalah tertentu. Perkembangan lainnya yang penting pada tahun
1930 adalah peraturan pertama yag dikeluarkan New York Stock Exchange
yang terutama menyangkut praktek akuntansi yaitu dividen sahan
perusahaan anak tidak boleh memasukkan kedalam laba perusahaan induk
melebihi jumlah yang dibebankan terhadap laba yang ditahan(retained
earnings) dari perusahaan anak.

Di Inggris, Companies Act tahun 1929 mewajibkan reformasi besar-


besaran dalam laporan keuangan perseroan terbatas, termasuk persyaratan
penyajian perkiraan rugi-laba untuk pertamakalinya.

Akan tetapi, kejadian tahun 1930-an ini hanya merupakan indikasi


keinginan untuk memperbaiki praktek akuntansi dan bukan teori akuntane
Lebih lanjut, kebanyakan dari pernyataan akuntansi dan temuan dalam
akuntansi tahun 1930-an adalah hasil perkembangan pemikiran akuntansi
dari 10 atau 20 tahun sebelumnya. Tetapi tidak dapat disangkal, bahwa
perkembangan teori akuntansi dirangsang oleh pembahasan yang timbul
dari peristiwa awal tahun 1930-an. Dalam pembahasan "Developments in
Accountingi Theory and Practice Since 1929," pada perayaan hari ulang
tahun ke 50 American Institute of Accountants tahun 1937, disepakati
bahwa tidak ada lagi perkembangan teori akuntansi sejak tahun 1929, yang
ada hanya perkembangan praktek akuntansi. Akan tetapi, dalam
pembahasan ini, tampak bahwa perbedaan pendapat mengenai prinsip-
prinsip dasar dan rangsangan pemikiran akuntansi justru telah mendorong
pengembangan teori.

Pergeseran terpenting dalam pemikiran akuntansi dasar yang timbul


dari tulisan-tulisan dan pembahasan pada akhir tahun 1920-an dan awal
tahun 1930-an adalah perubahan tujuan akuntansi dari penyajian informasi
bagi manajemen dan kreditor ke penyediaan informasi keuangan bagi para
investor dan pemegang saham. Perubahan tujuan ini datang dari tekanan
keuangan dan bursa saham, dan bukan dari para akuntan. Perkembangan
yang pesat dalam penyebarluasan pemilikan perusahaan perseroan,
khususnya selama beberapa tahun setelah Perang Dunia I, menciptakan
kebutuhan baru akan informasi akuntansi. Jumlah rata-rata saham yang
terdaftar pada New York Stock Exchange tahun 1900 adalah sekitar 60 juta
lembar saham. bandingkan dengan 180 juta lembar pada tahun 1917 dan
1.212 juta pada tahun 1930 (belum termasuk pemecahan saham).

William Z. Ripley dan J.M.B. Hoxsey sangat berpengaruh dengan


pernyataannya, bahwa standar akuntansi untuk pelaporan bagi pemegang di
saham investor perlu diperbaiki. Ripley, profesor ilmu ekonomi Universitas
Harvard, mengritik praktek-praktek akuntansi perusahaan perkeretaapian
tahun 1915 dan mengritik secara tajam kurangnya informasi yang tersedia
bagi pemegang saham perusahaan industri pada tahun 1926. Hoxsey, asisten
eksekutif pada Committee on Stock List of New York Stock Exchange,
dalam pidatonya di depan sidang tahunan American Institute of Accountants
tahun 1930, mem- buat pernyataan khusus mengenai penyajian informasi
yang memadai dan dapat dipahami dalam laporan keuangan yang disajikan
bagi pemegang saham. Dia menegaskan bahwa informasi ini tidak boleh
menyesatkan para pemegang saham dan harus membantu mereka dalam
menentukan nilai yang benar atas investasinya.

Perubahan dalam tujuan laporan keuangan mengakibatkan perubahan


berikut dalam pemikiran akuntansi: (1) berkurangnya penekanan neraca se
baga laporan nilai, dengan lebih menganut konsep going-concern (kesinam-
bungan) daripada konsep likuidasi, dan memandang neraca sebagai peng-
hubung antara dua perhitungan rugi-laba, dan bukan sebaliknya; (2)
penekan- an yang semakin meningkat pada perhitungan rugi-laba dan
konsep laba (income) yang seragam; (3) perlunya pengungkapan penuh
(full-disclosure) informasi keuangan yang relevan, dengan menyajikan
laporan keuangan yang lebih lengkap dan meningkatkan penggunaan
catatan-kaki (footnotes); dan (4) penekanan konsistensi dalam pelaporan,
khususnya yang menyangkut per- hitungan rugi-laba. Perubahan ini terdapat
dalam literatur dan dalam pernyata an beberapa organisasi yang
berkepentingan sebelum dan sesudah tahun 1930. Penting diketahui bahwa
perubahan dalam pemikiran akuntansi ini bukanlah akibat langsung dari
anjloknya pasar saham tahun 1929, juga bukan akibat depresi tahun 1930-
an, melainkan sebagai akibat perubahan yang bersifat ins- titusional yang
telah mulai jauh hari sebelumnya dan para akuntan belum juga
mengadaptasikannya sendiri. Tentu saja, perubahan itu menjadi lebih urgen
dengan terjadinya beberapa peristiwa selama periode tersebut.

Salah satu perubahan yang paling penting adalah pergeseran penekanan dari
neraca ke perhitungan rugi-laba yang timbul di Amerika Serikat dan Eropa
selama periode sejak Perang Dunia I sampai akhir tahun 1930-an. Sejak
awal 1908, Schmalenbach di Jerman menyatakan bahwa perkiraan-
perkiraan tahunan harus memberikan informasi mengenai operasi
perusahaan begitu pula mengenai keadaan modalnya. Selama tahun 1920-
an, di Amerika Seri- kat dan Inggris, semakin banyak perusahaan
menyajikan informasi yang me nyangkut perkiraan labanya. Pengaruh hal
ini, seperti yang dapat dilihat dari tulisan-tulisan dan pernyataan tahun 1920-
an dan tahun 1930-an, adalah mengkhususkan perhatian pada sifat alokasi,
akrual, dan pengaruh konsekuen sinya terhadap laba. Ada juga bukti bahwa
selama periode ini, penangguhan pos-pos kerugian dan laba semakin
meningkat penggunaannya yang dilakukan secara arbitrer guna meratakan
laba dari satu tahun ke tahun berikutnya. Aki. batnya, pada tahun 1930-an
timbul upaya untuk menetapkan standar yang lebih baik bagi penyajian
perhitungan rugi-laba.

2.5.4. Perkembangan Standar Akuntansi Sebelum tahun 1930


Kira-kira sejak tahun 1894, American Association of Public
Accountants (dahulu American Institute of Accountants dan AICPA)
membuat resolusi yang menyatakan bahwa urutan penyajian di dalam
neraca harus dimulai realisasi yang paling cepat sampai yang paling lambat
yang mengindikasikan secara jelas penekanan pada penyajian informasi
kepada kreditor. Langkah kedua diambil pada tahun 1920 ketika sebuah
komite dari Asosiasi ini ditunjuk untuk merumuskan definisi istilah teknis
akuntansi guna menyeragamkan artinya. Pernyataan berikutnya
dimaksudkan untuk menstandardisasi p sedur audit/pemeriksaan dan
memudahkan penyajian laporan keuangan yang berguna bagi para bankir.

Penyajian laporan keuangan


Pada tahun 1917, Federal Reserve Board (Bank Sentral Amerika
Serikat) dan Federal Trade Commission menyadari perlunya standardisasi
dalam penyajian laporan keuangan yang diserahkan kepada para bankir
untuk tujuan kredit Oleh karena itu, Federal Trade Commission
(Departemen Perdagangan A.S meminta American Institute of Accountants
(AICPA) menyiapkan memorandum mengenai prosedur yang telah
distandardisasi. Sesudah memorandum ini disetujui dewan AICPA dan
Federal Trade Commission, kemudian memorandum itu diserahkan kepada
Federal Reserve Board untuk dipertimbangkan Federal Reserve Board
memberikan persetujuannya dan menyerahkannya kepada para bankir dan
asosiasi perbankan di seluruh negeri untuk dipertimbangkan dan
dikomentari. Memorandum tersebut diterbitkan pada bul April 1917 melalui
Federal Reserve Bulletin dan dicetak ulang (dengan perubahan kecil) tahun
1917 dalam bentuk pamflet dengan judul Unifor Accounting dan kemudian
tahun 1918 dengan judul Approved Methods for the Preparation of Balance
Sheet Statements Edisi revisi berjudul Verific tion of Financial Statements
diterbitkan oleh Federal Reserve Board pa tahun 1929.
Edisi tahun 1929, seperti halnya edisi tahun 1918, menyarankan adanya
verifikasi dan penyiapan laporan keuangan khususnya untuk tujuan kredti
Dalam edisi itu dinyatakan: "Suatu bentuk neraca yang lebih ringkas
biasanya disiapkan untuk disebarkan kepada masyarakat umum, tetapi
aspek yang esensial tidak boleh dihilangkan." Instruksi-instruksi yang
terkandung dalam buletin ini diserahkan untuk digunakan oleh para auditor;
namun diberikan prosedur pelaporan dan prosedur pemeriksaan, dan
berdasarkan kedua prosedur ini diharapkan akan tercipta praktek profesi
yang paling modern.
Amatan umum berikut mengenai isi edisi tahun 1929 dan prosedur yang
disarankan perihal neraca mencerminkan beberapa pemikiran akuntansi tah
1920-an, tetapi sebagian besar berasal dari penyajian laporan keuangan
untuk mendapatkan kredit: (1) Kebanyakan dari instruksi tersebut
menyangkut pemeriksaan (audit) dan penyajian perkiraan neraca,
khususnya aktiva lancar dan kewajiban lancar. (2) Persediaan dinyatakan
dengan harga pokok atau harga pasar, mana yang terendah. (3) Mengenai
audit dan penyajian aktiva tetap, penekanan terletak pada perubahan selama
periode dan pada klasifikasi pos-pos yang termasuk di dalamnya.
Penyimpangan penilaian berdasarkan harga pokok/perolehan diizinkan
asalkan dasar penilaian diungkapkan.
Amatan berikut mengenai perhitungan rugi-laba disarankan dalam
buletin 1929: (1) Penyusutan dimasukkan dalam kelompok "pengurangan
dari laba" bersama-sama dengan bunga dan pajak. (2) Pembedaan harus
dibuat antara "laba bersih untuk periode" dan "laba dan rugi untuk periode."
Laba dan rugi untuk periode adalah hasil dari penambahan kredit khusus ke
dana pengurang- an beban khusus dari laba bersih untuk periode. (3)
Penyesuaian periode se belumnya diperlakukan sebagai penambahan atau
pengurangan laba ditahan (surplus). (4) Bentuk kombinasi perhitungan rugi-
laba dan laporan laba di- tahan (surplus) disarankan untuk dipakai.
Revisi buletin tersebut tahun 1936 disusun dan diterbitkan oleh
American Institute of Accountants dan diberi judul Examination of
Financial State- ments by Independent Public Accountants. Buletin ini
menunjukkan perbeda- an menarik dengan edisi 1929. Kata pengantar edisi
ini menyatakan
“Perkembangan praktek akuntansi selama tahun-tahun belakangan ini
mengarah ke penekanan yang semakin meningkat pada prinsip-prinsip akuntansi
serta konsistensi penerapannya, dan ke pengungkapan yang lebih lengkap dasar
penyajian perkiraan tertentu... Sasaran-saran yang terkandung dalam buletin ini
dimaksudkan untuk diterapkan dalam pemeriksaan oleh akuntan publik atas
laporan keuangan yang disiapkan untuk tujuan kredit atau laporan tahunan
kepada pemegang saham."
Amatan dan kutipan berikut dari revisi tahun 1936 menunjukkan bebe-
rapa perubahan dalam pemikiran akuntansi selama tujuh tahun sejak edisi
tahun 1929 diterbitkan:
1. Tujuan umum laporan akuntansi diubah:
Laporan keuangan disiapkan guna menyajikan tinjauan atau laporan
periodik mengenai kemajuan manajemen dan mengenai status investasi
dalam usaha dan hasil-hasil yang dicapai selama periode yang ditinjau.
2. Semakin meningkatnya penekanan pada dasar harga pokok/perolehan
(cost basis) dan konsep kesinambungan (going-concern) dinyatakan secara
tegas:
Salah satu konvensi akuntansi yang penting adalah bahwa neraca perusahaan
yang ber- jalan (going-concern) harus disiapkan berdasarkan asumsi bahwa
perusahaan akan terus dalam usahanya. Aktiva pabrik, investasi permanen, dan
aktiva tidak berwujud biasa- nya dinyatakan berdasarkan harga perolehan (at
cost) atau berdasarkan dasar historis lainnya tanpa perlu menyajikan nilai yang
dapat direalisasi atau nilai pengganti."
3. Dengan meningkatnya penekanan pada dasar harga pokok/perolehan,
para penulis buletin 1936 mengakui bahwa konsistensi penerapan prosedur
se- makin dibutuhkan.
4. Dengan mengemukakan perlunya informasi yang lebih baik bagi para
investor, perlunya perbaikan dalam pelaporan laba dan pengakuan konsep
laba menurut daya laba dinyatakan dalam buletin itu:
Dari segi investor, umumnya sekarang ini diakui bahwa kemampuan
menghasilkan laba sangat penting dan bahwa perkiraan laba paling tidak
sama pentingnya dengan neraca.
5. Penekanan pada perhitungan rugi-laba tercermin dalam pendeka umum
terhadap neraca yaitu mengakui perubahan dalam neraca dari ta ke tahun,
dan bukan pada laporan tunggal.
6. Perhitungan rugi-laba yang disarankan lebih singkat dari yang disa kan
tahun 1929. Beban dan kredit nonoperasi atau pos-pos luar biasa- masuk
dalam kelompok "pendapatan lain-lain" dan "beban lain-lain." "laba bersih
untuk periode tersebut" kemudian ditiadakan, dan angka að disebut "laba
(rugi) untuk periode itu yang dipindahkan ke laba yang dital (surplus)."

Salah satu ciri penting dari Buletin tahun 1936 adalah ditiadakan semua
referensi ke pemeriksaan neraca, dan diganti dengan istilah "pemeriksaan
laporan keuangan." Pemeriksaan neraca (balance sheet audit) pertama
didengar kira-kira tahun 1910 dan mencapai popularitasnya hingga tahu
1917. Keinginan pada pihak klien untuk menekan biaya pemeriksaan dan
ada nya fakta bahwa konservatismenya diterima terutama oleh bankir
merupal faktor utama penyebab popularitasnya pemeriksaan neraca.
Popularitan sangat penting bagi perkembangan teori akuntansi, karena
popularitas kadang-kadang mengimbangi kekuatan-kekuatan yang biasanya
menuntut geseran penekanan dari neraca ke perhitungan rugi-laba dilakukan
seseg mungkin. Perkembangan dan pertumbuhan perusahaan besar,
perkemban yang pesat dalam metode akuntansi biaya, dan undang-undang
pajak penghasilan semuanya cenderung menekankan sudut pandang
perhitungan neraca laba

2.5.5. Periodisasi Teori Akuntansi


Godfrey dkk (1992) membuat periodisasi teori akuntansi sebagai
berikut:
1. Pre-theory period (1492-1800)

Peragalo mengemukakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang


dirumuskan sejak Pacioli sampai pada awal abad ke-19. kalaupun ada saran-
saran atau pertanyaan-pertanyaan belum dapat digolongkan sebagai teori
atau pernyataan yang sistematis. Sebelum formalisasi sistem double-entry
di tahun 1400-an, sangat sedikit ditulis tentang teori yang mendasari
praktik akuntansi.

Selama periode perkembangan dari sistem double-entry penekanan


utama adalah pada praktek. Sampai tahun1494 seorang biarawan
Fransiskan, Fra Pacioli, menulis buku pertama untuk mendokumentasikan
sistem akuntansi double-entry seperti yang kita kenal. Judul karyanya
adalah Summa de Arithmetica Geometria Proportioni et
Proportionalita (Ulasan aritmatika, geometri, dan Proporsi). Untuk 300
tahun setelah 1.494 risalah Pacioli, perkembangan akuntansi. Hal itu
disebut sebagai ‘periode pra teori’. Tidak ada teori akuntansi yang telah
dibuat dari waktu Pacioli pada awal abad kesembilan belas.

Saran teori muncul dari berbagai aspek, tetapi tidak sejauh yang
diperlukan untuk menempatkan akuntansi secara sistematis. Sampai tahun
1930-an perkembangan teori akuntansi yang khusus mulai berkembang.

Perkembangan ini dikarenakan untuk membenarkan praktek-praktek


tertentu. Namun, perkembangan di tahun 1800-an menyebabkan
formalisasi praktek yang ada dalam buku pelajaran dan metode pengajaran.
Ekspansi yang cepat dalam teknologi, disertai dengan pemisahan besar-
besaran kepemilikan dari kontrol atas alat-alat produksi, meningkatkan
permintaan untuk manajemen dan informasi akuntansi keuangan.

2. General scientific period (1800-1955)


Dalam periode ini sudah ada pengimbangan teori yang penekanannya
baru berupa penjelasan terhadap praktek akuntansi. Di sini sudah ada
kerangka kerja untuk menjelaskan dan mengembangkan praktek akuntansi.
Akuntansi dikembangkan berdasarkan metode empiris yang mengutamakan
pengamatan atas kenyataan sehari-hari atau realitas bukan didasarkan pada
logika. Laporan AAA ”A Tentative Statement of Accounting Principles
Affecting Corporate Reports pada tahun 1938 serta laporan AICPA tentang
A Statement of Accounting Principle (Sanders, Hatfield dan Moore)
merupakan dua contoh perumusan teori akuntansi berdasarkan metode
empiris atau disebut era general scientific ini.
3. Normative period (1956-1970)
Dalam periode ini perumus teori akuntansi mencoba merumuskan
“norma-norma” atau “praktek akuntansi yang baik”. Kalau dalam periode
sebelumnya menekankan kepada ”APA” yang terjadi dalam periode ini
”Bagaimana seharusnya” dilakukan, ”What should be”. Pada periode ini
muncul kritik terhadap konsep ”historical cost” dan pendukung adanya
”conceptual framework”. Beberapa terbitan laporan pada era ini adalah: An
Inquiry into the Nature of Accounting oleh Goldberg yang diterbitkan pada
tahun 1965, AAA menerbitkan A Statement of Basic Accounting Theory.

Periode 1956- 1970 diberi label ‘masa normatif’. Hal ini disebut
periode normatif karena itu adalah periode ketika teori akuntansi berusaha
untuk membangun norma untuk praktik akuntansi terbaik. Berbeda dengan
periode ilmiah umum, selama periode ini, peneliti kurang peduli tentang
apa yang sebenarnya terjadi dalam praktek dan lebih peduli tentang
pengembangan teori-teori yan ditentukan apa yang harus terjadi. Pada
periode sebelum 1956 beberapa penulis menghasilkan karya normatif awal
yang terutama berkaitan dengan isu seputar dasar yang tepat untuk
penilaian aset dan klaim pemilik.

Teori normatif mengadopsi tujuan, sikap dan kemudian menentukan


cara mencapai tujuan yang dinyatakan. Mereka memberikan resolusi
tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
disebutkan. Fokus utama dari teori normatif akuntansi selama 1956-1970
adalah dampak dari perubahan harga pada nilai aset dan perhitungan laba.
Dua kelompok mendominasi periode normatif para kritikus akuntansi biaya
historis dan pendukung kerangka kerja konseptual. Ada beberapa tumpang
tindih antara kedua kelompok, terutama ketika kritikus biaya historis
berusaha untuk mengembangkan teori akuntansi di mana pengukuran
asetdan penentuan pendapatan yang bergantung pada inflasi
dan pergerakan harga tertentu. Selama periode normatif, gagasan
‘kerangka kerja konseptual’ adalah teori terstruktur akuntansi. Kerangka
tersebut dimaksudkan untuk mencakup semua komponen pelaporan
keuangan dan dimaksudkan untuk memandu praktik Sebagai contoh, pada
tahun 1965 Goldberg ditugaskan oleh AAA untuk menyelidiki
sifatakuntansi. Hasilnya adalah penerbitan An Inquiry into the Nature of
Accounting yang bertujuan untuk mengembangkan kerangka teori
akuntansi dengan menyediakan diskusi tentang sifat dan maknaakuntansi.
Satu tahun kemudian AAA merilis A Statement of Basis Accounting
Theory, dengan tujuan menyatakan memberikan pernyataan terpadu teori
akuntansi dasar yang akan berfungsi sebagai panduan untuk pendidik,
praktisi dan orang lain yang tertarik dalam akuntansi. Periode normatif
mulai menggambar ke sebuah akhir pada awal tahun 1970. Kini telah
digantikan oleh periode ‘teori ilmiah tertentu’ atau ‘era positif’ (1970).

Teori akuntansi normative disebut juga teori preskriptif, yang mencoba


menjawab pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi dianggap
sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau
dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori normative berusaha untuk
membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya
pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya
didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973)
dalam literature akuntansi teori normative sering dinamakan
teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya
teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan
dari kegiatan “semi-research”. Teori normative hanya menyebutkan
hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa
menguji hipotesis tersebut. Pada awal perkembangannya, teori akuntansi
normative belum menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung
disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi.

Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun


1950 dan1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada
rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang
sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih
berkonsentrasi pada:

1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income)

Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan
benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan
terhadap apa yang dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.
2. Pengambilan keputusan (decision usefulness)

Pendekatan ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk
membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data
akuntansi yang relevan atau bermanfaat.

Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik
tentang laba dankemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan
keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada
penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva.
Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori
tersebut bersifat normative karena didasarkan pada anggapan:

a. Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran

b. Laba dan nilai dapat diukur secara tepat

c. Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi

d. Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)

e. Ada beberapa pengukur laba yang unik.

Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif


maka tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar
memiliki dasar teori yang kuat. Pendukung teori ini biasanya
menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang
ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost histories dan
pemakaian teori normatif oleh semua pihak.

4. Specific Scientific Period (1970-sekarang)


Periode ini disebut juga “positive era”. Di sini teori akuntansi tidak
cukup hanya dengan sifat normatif tetapi harus bisa diuji kebenarannya.
Norma dinilai subyektif jadi harus diuji secara positif. Pendekatan normatif
dikritik karena:
(1) teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesa.
(2) teori normatif didasarkan pada pertimbangan subyektif.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang
subyektif maka tidak bisa diterima begitu saja harus dapat diuji secara
empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Pada periode ini data empiris
sudah banyak tersedia kemudian teknik-teknik statistik dan teknik yang
menggunakan disiplin lain untuk melakukan pengujian sudah demikian
banyak sehingga memudahkan melakukan pengujian.
Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk
menerangkan dan meramalkan praktek akuntansi. Salah satu contoh dalam
penggunaan teori positif ini adalah hipotesa ”bonus plan”. Hipotesa ini
menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya didasarkan pada
bonus maka mereka akan berusaha memaksimasi pendapatannya melalui
pendekatan akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga bonusnya tinggi.
Dalam penyusunan laporan keuangan manajemen tentu akan memilih
standar akuntansi yang dapat menaikkan laba atau bonus mereka.
Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku
manajemen dalam mana bonus plan diberlakukan. Watts dan Zimmerman
pendukung konsep ini dalam bukunya Positive Accounting Theory
menyatakan bahwa keuntungan pendekatan ini adalah bahwa regulator bisa
meramalkan konsekuensi ekonomis dari berbagai kebijakan atau praktek
akuntansi.Menurut Godfrey dkk pada akhir-akhir ini ada kecenderungan
munculnya perbedaan antara Riset Academics dan Riset Profesional yang
sebelumnya dinilai seragam. Riset Academics tetap dalam pendekatan
positif yang umumnya menekankan pada peran dan pengaruh informasi
akuntansi sedangkan Profesional agak condong pada pendekatan normatif
yang umumnya menekankan upaya untuk menyeragamkan praktek
akuntansi agar lebih bermanfaat bagi praktisi.
Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan untuk
menjelaskan dan memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada
di dalam masyarakat. Teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan
fenomena akuntansi yiang diamati berdasarkan pada alas an-alasan yang
menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata lain, Positive
Accounting Theory (PAT) dimaksudkan untuk menjelaskan dan
memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan
tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak
(contracting process) atau hubungan keagenan (agency relationship) antara
manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak
pengelola pasar modal dan institusi pemerintah (Watts dan Zimmerman,
1986).

PAT lebih bersifat deskriptif bukan preskiptif. Tidak seperti teori


normative yang didasarkan pada prems bahwa manajer akan
memaksimumkan laba atau kemakmuran untuk kepentingan perusahaan ,
teroi positif didasarkan pada premis bahwa individu selalu bertindak
atasdasar motivasi pribadi (self seeking motives) dan berusaha
memaksimumkan keuntungan pribadi. Watts dan Zimmerman berpendapat
bahwa premis maksimisasi laba dalam konteks teori normatif tidak terbukti
dan jauh dari bukti empiris. Kritik utama mereka terhadap teori normative
adalah teori tersebut didasarkan pada pertimbangan nilai (value judgment).
Watts dan Zimmerman berpendapat bahwa perumusan teori harus betul-
betul bebas pertimbangan nilai dan menekankan pada kebutuhan akan
penekatan baru.hal ini dapat dilihat dalam pernyataan mereka sebagai
berikut :

Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to explain)
dan memprediksikan (to predict) praktek akuntansi. Penjelasan berarti
memberikan alasan-alasan terhadap praktek yang diamamti. Misalnya, teori
akntansi positif berusaha menjelaskan mengapa perusahaan tetap
menggunakan akuntansicost histories dan mengapa perusahaan tertentu
mengubah taktik akuntansi mereka.Predisi terhadap praktik akuntansi
berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati. Mereka
juga menjelaskan bahwa “teori, sebagaimana yang kami ganbarkan
menghasilkan preskripsi (resep) untuk praktek akuntansi tetapi berkaitan
dengan penjelasan terhadap praktek akuntansi”.

Pendekatan positif atau empiric berkaitan dengan usaha menguji atau


menghubungkan kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman atau
fakta-fakta dunia nyata. Penelitina kauntansi positif difokuskan pada
pengujian empiric terhadap asumsi-asumsi yag dibuat oleh teori akuntansi
normative. Misalnya dengan menggunakan kuesioner dan teknik survey
lainnya, peneliti akan menguji sikap manajer terhadap manfaat metode atau
teknik akuntansi tertentu. Pendekatan khusu dapat dilakukan dengan cara
mensurvey pendapatanpendapatan analisis keuangan, manajer bank atau
akuntan terhadap tugas atau kasus tertentu yang dibuat peneliti (misalnya
prediksi kebangkrutan, keputusan membeli atau menjual saham, dll).

Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah dengan menguji arti


penting output akuntansi di pasar. Dengan demikian teori akuntansi positif
memiliki focus ekonomi dan berusaha menjawab pernyataan seperti :

- Apakah biaya yang dikeluarkan untuk memeilih metode akuntansi sesuai


dengan manfaat yang diperoleh?

- Apakah biaya regulasi da proses penentuan standar akuntansi sesuai


dengan manfaatnya?

- Apakah laporan keuangan berpengaruh terhadap saham?

Untuk menjawab pernyataan tersebut teori akuntansi positif menggunakan


asumsi sebagai berikut :

- Manajer, investor, kreditor, dan individu lain bersifat rasional dan


berusaha memaksimumkan kepuasan.

- Manajer memiliki kebebasan untuk memilih metode akuntansi yang


memaksimumkan kepuasan mereka atau mengubah kebijakan produksi,
investasi dan pendanaan perusahaan untuk memaksimukan kepuasan
mereka.
- Manajer mengambil tindakan yang memaksimumkan nilai perusahaan.

Atas dasar pernyataan dan asumsi tersebut teori akuntansi positif berusaha
menguji tiga hipotesis sebagai berikut :

- Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)

Manajer perusahaan dengan bonus tertentu cenderung lebih menyukai


metode yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima
seandainya komite kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan
dengan metode yang dipilih (Watts dan Zimmerman, 1990)

- Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)

Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas perusahaan mkin besar kemungkinan
bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba.
Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas makin dekat perusahaan dengan batas
perjanjian atau peraturan kredit (Kalay, 1982). Makin tinggi batasan krdit
makin besar kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran
biaya. Manajer akan memiliki metode akuntansi yang dapat menaikkan laba
sehingga dapat mengendurkan batasan kredit dan mengurangi biaya
kesalahan teknis (Watts dan Zimmerman, 1990).

- Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)

Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat


mengurangi laba periodik disbanding perusahaan kecil. Ukuran perusahaan
merupakan ukuran variable proksi (proxsy) dan aspek politik. Yang
mendasari hipotesi ini adalah asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi
bagi individu untuk menentukan apakah laba akuntansi betul-betul
menunjukkan monopoli laba. Di samping itu, sangatlah mahal bagi individu
untuk melaksanakan kontrak dengan pihak lain dalam proses politik dalam
rangka menegakkan aturan hokum dan regulasi, yang dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka. Dengan demikian individu yang rasional cenderuang
memiliki untuk tidak mengetahui informasi yang lengkap. Proses politik
tidak beda jauh dengan proses pasar. Atas dasar cost informasi dan cost
monitoring tersebut, manajer memiliki insentif untuk memiliki laba
akuntansi tertentu dalam proses politik tersebut (Watts dan Zimmerman,
1990).

Tiga hipotesis di atas menunjukkan bahwa PAT mengakui adanya tiga


hubungan keagenan :

1) Manjemen dengan pemilik

2) Manajemen dengan kreditor

3) Manajemen dengan pemerintah

Kehadiran pendekatan positif telah memeberikan sumbangan yang berari


bagi pengembangan akuntansi. Menurut Watts dan Zimmerman (1990) PAT
telah memberikan konstribusi pengembangan akuntansi misalnya :

- Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan membrikan


penjelasan spesifik terhadap pola tersebut.

- Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi.

- Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.

- Menjelaskan mengapa akuntansi dijelaskan dan memberikan kerangka


dalam memprediksi pilihan-pilihan akuntansi.

- Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dengan menekankan pada


prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.

Pada saat sekarang teori positif menekankan pada penjelasan alasan-alasan


terhadap praktek berjalan dan prediksi terhadap peranan akuntansi dan
informasi terkait dalam kepuaan-kepuasan ekonomi individu, perusahaan,
dan pihak yang lain yang berperan dalam kegiatan pasar modal dan
ekonomi. Meskipun demikian, asumsi yang melandasi proyek penelitian
positif tersebut banyak dikritik karena pendukung teori positif
menggunakan penolakan alternative alias pemikiran yang lain. Artinya,
yeori positif tidak bebas dari pertimbangan nilai atau implikasi preskriptif.
Hal ini disebabkan pertimbangan nilai yang bersifat implicit seringkali
melandasi atau mempengaruhi bentuk dan isi penelitian yang dilakukan.
Peneliti tidak dapat menghindari unsur bias dalam semua penelitian yang
dilakukan. Dengan demikian unsur bias, jelas menunjukkan perwujudan
orientasi dari peneliti tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Teori akuntansi adalah konsep, definisi dalil yang menyajikan


secarasistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan
hubungan antaravariabel dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi
dengan maksud dapatmenjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin
akan muncul. Dengan demikian, teori akuntansi harus juga mencakup semua
literatur akuntansi yangmemberikan pendekatan yang berbeda-beda satu sama
lain. Untuk perumusanteori akuntansi memang tidak dapat hanya mengandalkan
teori saja tetapi harusmenggunakan literatur akuntansi dan disiplin ilmu lain yang
relevan

Secara keseluruhan pengertian teori akuntansi menurut Vernon Kam (1986)


adalah suatu sistem yang komprehensif, dimana termasuk postulat dan teori yang
berkaitan dengannya. Dia membagi unsur teori dalam beberapa elemen, yaitu
postulat atau asumsi dasar, definisi, tujuan akuntansi, prinsip atau standar, dan
prosedur atau metode-metode. Jadi teori akuntansi adalah cabang akuntansi yang
terdiri dari pernyataan yang sistematis tentang prinsif dan metode yang
membedakannya dengan praktek.
Teori akuntansi memiliki fungsi utama yang sangat vital bagi keberlangsungan
perusahaan atau lembaga. Beberapa fungsi utama dari penerapan teori akuntansi:
• Mengumpulkan, menggantikan, dan menyimpan data keuangan sebuah bisnis.
• Menyediakan informasi yang akan digunakan dalam berbagai jenis laporan,
termasuk laporan keuangan.
Sejarah akuntansi dimulai pada 1494. Ilmuwan bernama Luca Pacioli yang
menciptakan sistem akuntansi yang terpakai hingga saat ini. Luca Pacioli adalah
ahli matematika yang pernah mengajar Leonardo Da Vinci.
Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menerangkan dan
meramalkan praktek akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2012. Accounting Theory: Buku 2. Yang dialihbahasakan


oleh Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.

Harahap, Sofyan Syafri, 2007, Teori Akuntansi Edisi Revisi, Jakarta : Raja Grafindo

Hery, 2017, Teori Akuntansi: Pendekatan Konsep dan Analisis, Jakarta:


PT.Grasindo

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi (Perekayasaan Pelaporan Keuangan) Edisi


Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai