Mata kuliah :
TEORI AKUNTANSI
Dr. Yoosita Aulia, SE., MM., A
Maret 2023
1
BAB I
PENGANTAR TEORI AKUNTANSI DAN PROSES AKUNTANSI
A. PENGANTAR
Teori akuntansi yang dibahas di materi ini adalah teori akuntansi keuangan bukan
teori akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan membahas tentang bagimana prosedur,
metoda, dan teknik pencatatan transaksi keuangan dilakukan untuk mencapai tujuan
pelaporan keuangan yang telah ditetapkan. Standar akuntansi memberi pedoman
(pendefinisian, pengukuran, penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen–elemen atau
pos–pos laporan keuangan) perlakuan akuntansi terhadap suatu kejadian.
Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu negara sebenarnya tidak terjadi begitu saja
secara ilmiah namun praktik yang dijalankan dirancang dan dikembangkan secara sengaja
untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Dan praktik akuntansi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (sosial, ekonomi, politis). Karena itu, struktur dan praktik akuntansi akan
berbeda antara negara yang satu dengan yang lainnya (perbedaan muncul dikarenakan
struktur dan praktik tersebut disesuaikan dengan kondisi negara, tempat dimana akuntansi
tersebut dijalankan).
Dalam bab ini teori akuntansi akan membahas perlakuan–perlakuan dan model–
model alternatif yang dapat menjadi jawaban atas masalah – masalah yang dihadapi dalam
praktik akuntansi. Praktik yang baik dan maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu
landasan teori yang baik. Karena itu praktik dan profesi harus dikembangkan atas dasar
penalaran.
B. PENGERTIAN AKUNTANSI
Teori akuntansi mengandung dua kata, yaitu teori dan akuntansi.
TEORI
Teori menurut Webster‟s Third New International merupakan suatu susunan yang
2
saling berkaitan tentang hipotesis, konsep, dan prinsip yang membentuk kerangka
acuan untuk bidang yang dibahas.
Menurut Hendriksen, (1999) teori adalah sebagai penalaran logis dalam bentuk
sperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set of broad principles) yang memberikan
Kerangka referensi umum untuk mengevaluasi praktik akuntansi dan memberikan
pedoman dalam mengembangkan praktik dan prosedur akuntansi yang baru.
3
Teori umumnya berkenaan dengan suatu ketentuan yang telah teruji namun bersifat
dinamis. Sehingga kebenaran teori adakalanya tidak kekal karena setelah adanya teori
hasil penemuan yang baru dengan sendirinya teori dengan konsep lama akan gugur. Teori
tersebut berkaitan dengan seperangkat konsep ideal yang dinamis dan berlaku umum.
AKUNTANSI
Sedangkan akuntansi merupakan alat atau media untuk mencatat dan menghasilkan
suatu informasi bagi pemakai laporan akuntansi.
Kedua unsur tersebut sangat diperlukan dalam praktis bisnis. Teori sebagai landasan
dalam operasional sedangkan akuntansi sebagai penerapan konsep teori sesuai dengan
kondisi dimana akuntansi tersebut dipraktikkan.
Karena pada mulanya dinyatakan bahwa akuntansi adalah seni (art) mencatat,
mengklasifikasikan dan meringkas atas peristiwa atau kejadian yang dilakukan sedemikian
rupa dalam bentuk uang, atau paling tidak sifat keuangan dan menginterprestasikan
hasilnya dalam laporan keuangan. Akuntansi sebagai bidang pengetahuan keterampilan,
keahlian dan kerajinan yang menuntut praktik untuk menguasainya. Akuntansi menuntut
pertimbangan (judgement) dalam penerapannya. Pertimbangan harus dituntun oleh
pengalaman dan pengetahuan (profesionalisme).
Dalam pendekatan lain, untuk dapat mengidentifikasikan akuntansi sebagai
pendekatan komunikasi, seperti yang diungkapkan oleh :
American Accounting Association (AAA, 1960), menyatakan bahwa, Akuntansi adalah
proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi untuk
membantu pemakai dalam membuat keputusan atau pertimbangan yang benar.
Sementara itu, menurut APB opinion No. 4 tahun 1970, menyatakan bahwa, Akuntansi
adalah kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi yang diharapkan bermanfaat
bagi pengambil keputusan ekonomi.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, bahwa akuntansi tersebut tidak hanya berkaitan
dengan pencatatan dan penyajian laporan keuangan saja, tetapi bagaimana informasi yang
disajikan tersebut, dapat digunakan bagi pemakai dan mempunyai nilai kepercayaan yang
tinggi. Hal ini, hanya dapat tercipta bila dalam informasi tersebut melibatkan akuntan,
terutama dalam proses pengauditan atas laporan keuangan yang dihasilkan untuk
kepentingan para pemakai laporan keuangan.
4
Menurut suwardjono :
5
memupuk kekayaan dalam dirinya dan menjadikan pihak lain sebagai peripheral dan
tunduk pada kepentingannya.
2. Akuntansi sebagai bahasa
Akuntansi adalah bahasa perusahaan yang dapat berbicara (berkomunikasi) sendiri
tentang suatu perusahaan / organisasi yang dilaporkannya. Akuntansi sering dianggap
sebagai media atau sarana bahasa untuk menyampaikan informasi karena manajemen
harus mengkomunikasikan informasi yang diperoleh dan diolahnya kepada pihak lain,
seperti pemegang saham, investor, pelanggan maupun pemerintah. Sehingga
akuntansi tersebut memiliki simbol dan tata aturan tertentu secara sistematis.
3. Akuntansi sebagai catatan historis
Akuntansi telah dianggap sebagai wahana untuk memberikan gambaran sejarah
organisasi dan transaksi yang dilakukan dengan lingkungannya pada masa lalu. Teori
ini menganggap akuntansi sebagai kegiatan pencatatan transaksi suatu perusahaan.
Hal ini didasarkan pada anggapan konservatisme, objektivitas, konsistensi dan
observasi tindakan akuntan masa lalu. Catatan ini merupakan gambaran terhadap
kegiatan manajemen dalam mengelola kekayaannya secara teratur sesuai dengan
ketentuan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Transaksi yang lalu itu dicatat,
dibukukan, dan dilaporkan melalui laporan keuangan. Data dan laporan historis inilah
yang dijadikan dasar untuk dianalisis dan dengan menggunakan transaksi tertentu
dapat dijadikan alat prediksi keuangan untuk memahami kemungkinan-kemungkinan
yang akan timbul di masa yang akan datang.
4. Akuntansi sebagai Realitas ekonomi saat ini
Akuntansi dianggap dapat memberikan gambaran realitas ekonomi perusahaan pada
saat ini. Sehingga laporan akuntansi dianggap menggambarkan situasi ekonomi pada
saat sekarang sehingga mestinya sistem akuntansi harus menggunakan harga saat ini
atau current value.
5. Akuntansi sebagai sistem informasi
Akuntansi merupakan teknik yang menggambarkan proses yang menghubungkan
sumber data melalui channel komunikasi dengan para penerima informasi. Teori ini
memandang akuntansi sebagai sesuatu yang berorientasi tindakan seperti
mengkomunikasikan pengaruh inflasi terhadap kebutuhan para pemakai dan pengaruh
inflasi terhadap perilaku manajer dan investor dalam mengambil keputusan ekonomi.
6
Akuntansi memiliki siklus yang disebut dengan Accounting cycle, yang memproses
bukti informasi menjadi bentuk-bentuk informasi yang kita kenal dengan laporan
keuangan yang dapat dipergunakan masyarakat untuk proses pengambilan keputusan.
6. Akuntansi sebagai komoditas
Output akuntansi dalam bentuk informasi adalah merupakan produk dari suatu
“pabrik” yang dalam konteks ini pabrik tersebut adalah “sistem akuntansi”. Output ini
dibutuhkan masyarakat karena memberikan manfaat yang besar terutama bagi para
pemakainya yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Atas
dasar teori ini akuntansi dipandang mempengaruhi kesejahteraan atau kemakmuran
kelompok tertentu dalam masyarakat. Sehingga produk yang dihasilkan dari akuntansi
dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk semua pemakai, secara akurat, wajar
dan transparan.
7. Akuntansi sebagai sistem pertanggungjawaban
Akuntansi dapat dijadikan sebagai media untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan suatu perusahaan atau lembaga kepada principal. Dengan adanya
akuntansi, sumber-sumber kekayaan yang dikelola dapat ditelusuri, dapat diketahui
arus masuk dan keluarnya, serta hasil yang diperoleh dari transaksi yang terjadi
beserta posisi masing-masing kekayaan pada suatu tanggal tertentu dan hasil usahanya
suatu periode. Gambaran ini semua tercakup dalam laporan keuangan yang berfungsi
baik sebagai informasi maupun sebagai pertanggungjawaban.
8. Akuntansi sebagai teknologi
Akuntansi adalah teknologi perangkat lunak. Akuntansi tidak ditujukan untuk
menerangkan dan meramalkan perilaku variabel-variabel sosial/ekonomis tertentu
melainkan untuk mengendalikan variabel-variabel itu guna memperbaiki status
ekonomis karenanya status sosial dari pelakunya. Wujud yang lebih konkret dari
akuntansi sebagai perangkat lunak adalah bahwa akuntansi merupakan disiplin
rekayasa informasi dan pengendalian keuangan.
7
postulat dan konsep. Dari postulat dan konsepini maka dirumuskan prinsip atau ciri dasar
akuntansi yang menjadi dasar penyajian informasi akuntansi.
Dalam APB (Accounting Principal Board) Statement No. 4 dijelaskan beberapa sifat
dan elemen dasar dari akuntansi (keuangan) sebagai berikut :
1. Accounting Entity
Akuntansi adalah entity atau lembaga, unit organisasi tertentu yang harus jelas sebagai
suatu entity yang terpisah dari badan yang lain. Kita tidak bisa mencatat atau
menyajikan informasi akuntansi sekaligus menyangkut suatu perusahaan dan
pemiliknya.
2. Going Concern
Banyak yang salah mengartikan going concern dalam akuntansi. Akuntansi tidak
hanya bisa melaporkan entitas / perusahaan yang terus menerus beroperasi saja,
perusahaan yang akan bangkrut bisa melaporkan laporannya. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang akan bangkrut belum tentu kedepannya juga akan bangkrut.
3. Measurement
Akuntansi sebagai alat pengukuran sumber-sumber ekonomi dan kewajiban beserta
perubahannya yang terjadi akibat operasi perusahaan. Akuntansi mencoba mengukur
nilai suatu aset, kewajiban, modal, hasil dan biaya. Yang namanya pengukuran tentu
akan memiliki kemungkinan kesalahan atau kelemahan dalam pengukuran itu.
Metode pengukuran yang dipakai ada beberapa macam. Dalam prinsip diatur alat
ukurnya adalah moneter.
4. Time Period
Laporan keuangan menyajikan informasi untuk suatu waktu tertentu, tanggal tertentu
atau periode tertentu.
5. Monetary Unit
Alat ukur yang dipakai dalam akuntansi adalah dalam bentuk ukuran moneter atau
uang.
6. Accrual
Penentuan pendapatan dan biaya dari posisi harta dan kewajiban ditetapkan tanpa
melihat apakah transaksi kas telah dilakukan atau tidak. Akan tetapi terletak pada
faktor legalnya apakah memang sudah merupakan hak atau kewajiban perusahaan
atau belum.
7. Exchange Price
8
Nilai yang terdapat dalam laporan keuangan umumnya didasarkan pada harga
pertukaran yang diperoleh dari harga pasar (harga pertemuan antara penjual dan
pembeli).
8. Approximation
Dalam akuntansi tidak akan terhindarkan dengan yang namanya penafsiran-penafsira,
baik nilai, harga, umur, jumlah penyisihan piutang ragu, kerugian dan sebagainya.
9. Judgment
Dalam penyusunan laporan keuangan banyak diperlukan pertimbangan- pertimbangan
akuntan atau manajemen berdasarkan keahlian atau pengalamannya. Misalnya
Judgment tentang memilih standar akuntan FIFO, LIFO, metode garis lurus dan
sebagainya.
10. General Purpose
Informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan ditujukan kepada
pemakai secara umum, bukan pemakai yang khusus.
11. Interrelated Statement
Neraca, daftar laba rugi dan laporan arus kas mempunyai hubungan dan saling
berkaitan satu sama lain. Ini merupakan salah satu bentuk kontrol agar tidak mudah
dalam melakukan rekayasa begitu saja tanpa memperhatikan hubungan dari satu pos
ke pos yang lainnya.
12. Substance Over Form
Akuntansi lebih menekankan penggunaan informasi yang berasal dari kenyataan
ekonomis suatu kejadian dari pada bukti legalnya. Misalnya dalam akta notaris telah
disetor penuh , tetapi kenyataannya belum maka transaksi tersebut belum bisa dicatat.
13. Materiality
Laporan keuangan hanya memuat informasi yang dianggap penting dan dalam setiap
pertimbangan yang dilakukannya tetap melihat signifikannya. Arti penting disini
adalah jika informasi tersebut mempengaruhi para pengambil keputusan.
E. SIKLUS AKUNTANSI
Siklus akuntansi atau disebut proses akuntansi konvensional digambarkan oleh
Smith dan Skousen pada gambar 1.2 sebagai berikut :
Gambar 1.1 elemen Pengolahan Data
Transaksi disetujui
(Tertulis/Lisan)
Transaksi dilaksanakan
Transaksi dicatat
(Manual/mekanis EDP)
Catatan Transaksi
secara kronologis
Catatan diklasifikasikan
Informasi dilaporkan
11
Gambar 1.2 elemen Pengolahan Data
Laporan Keuangan Reversing Entries
Neraca Lajur
Buku
Transaksi
Jurnal Penutup
Jurnal Penyesuaian
dicatat
Neraca percobaan
/ saldo
dirangkum
dibukukan
Jurnal Buku besar
/ Ledger
1. Transaksi
Merupakan setiap kejadian yang mengubah posisi keuangan. Setip transaksi harus
mempunyai bukti (evidence). Bukti dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Corroborative evidence
Merupakan seluruh dokumen yang sah termasuk dokumen seperti cek, faktur,
kontrak, hasil rapat, konfirmasi, pernyataan, hasil tanya jawab, laporan
pengamatan dan hasil inspeksi.
b. Underlying Accounting Data
Merupakan seluruh catatan dalam bentuk buku-buku, jurnal, neraca lajur, laporan
keuangan dan lain-lain yang dijadikan sebagai tempat mencatat transaksi sampai
penyajian laporan keuangan.
Dari segi lain bukti dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Temporary file : kwitansi, kas bon, faktur
b. Permananent file : akta notaris, daftar tugas, struktur organisasi, hasil rapat dan
pedoman akuntansi.
Dari segi kekuatannya (kompetensi) bukti dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Bukti yang diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan (bukti yang paling
kuat)
12
b. Bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan (perusahaan dengan SPI yang kuat
lebih kompeten)
c. Bukti yang diperoleh langsung oleh akuntan melalui pemeriksaan fisik,
pengamatan, dan perhitungan sendiri lebih kuat dari pada bukti yang diperoleh
secara tidak langsung.
2. Buku Harian Jurnal
Merupakan gabungan dari sistem pembukuan belanda dan amerika. Dalam
menggunakan jurnal perusahaan dapat menempuh dua cara berikut :
a. Perusahaan hanya memiliki 1 jenis jurnal yaitu general ledger/ general jurnal
(untuk mencatat semua jenis transaksi).
b. Perusahaan menggunakan 2 jenis jurnal :
Jurnal khusus : berfungsi untuk mencatat jurnal yang transaksinya sejenis dan
yang paling banyak ditemukan di perusahaan tersebut.
Jurnal umum (serba-serbi)
3. Buku Besar (Ledger)
Buku besar sering disebut juga dengan perkiraan, akun, item, pos, dan lain-lain. Buku
ini adalah tempat menampung seluruh transaksi yang telah diklasifikasikan melalui
jurnal. Jadi semua yang ada di jurnal dipindahkan/diposting ke buku besar.
Klasifikasi perkiraan sebagai berikut :
a. Klasifikasi menurut laporan keuangan
1. Aset
2. Hutang
3. Modal
4. Biaya
5. Pendapatan
b. Klasifikasi menurut perlakuan jurnal
1. Perkiraan aset dan biaya dapat dikelompokkan dalam satu golongan (apabila
perkiraan ini bertambah sebelah debet dan berlaku sebaliknya.
2. Perkiraan hutang, modal dan penghasilan dikelompokkan dalam satu golongan
(apabila perkiraan ini bertambah sebelah kredit dan berlaku sebaliknya.
c. Dilihat dari segi pemecahannya perkiraan dibagi 2 :
1. Perkiraan kontrol
2. Perkiraan pembantu
13
Contoh : perkiraan piutang yang dapat dibagi menjadi piutang A, piutang B dll.
d. Lain-lain
Sering juga kita mengenal perkiraan netral (perkiraan yang tidak sampai disajikan
laporan keuangan hanya dipakai pada saat proses akuntansi).
Nominal account
Real account
Mixed account : perkiraan yang terdapat di laporan laba rugi dan neraca
misalnya perkiraan persediaan.
4. Neraca Lajur (Worksheet)
Neraca lajur 10 lajur / kolom :
a. Neraca percobaan
b. Neraca saldo
c. Jurnal penyesuaian
d. Laba Rugi
e. Neraca
5. Laporan Keuangan
Unsur laporan keuangan :
a. Neraca (laporan keadaan masa kini)
b. Laba rugi (laporan keadaan masa lalu)
c. Laporan arus kas (menggambarkan keadaan yang akan datang)
d. Perubahan modal
14
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI
Akuntansi mulai berkembang di Nusantara sejak tahun 1747, hingga pada tahun 1870
peraturan tanam paksa dihapuskan. Sejak saat itu masyarakat di Indonesia telah melakukan
praktek pembukuan dan mendapatkan modal dari Belanda. Kemudian konsep auditing maupun
sistem pemeriksaan mulai merambah ke Indonesia.
Untuk mempelajari sejarah akuntansi kita harus dapat membedakan anatara 3 hal
berikut ini :
1. Praktik Akuntansi
2. Sejarah metode pencatatan double entry
3. Sejarah perkembangan ilmu akuntansi
1. PRAKTIK AKUNTANSI
Pada hakikatnya, para ahli akan sepakat apabila dikatakan bahwa fungsi akuntansi atau
praktik pencatatan diartikan sebagai pencatatan kejadian yang berhubungan dengan
bisnis sudah dimulai lama, sejak, adanya kejadian transaksi bisnis, bahkan sejak
adanya kehidupan sosial ekonomi manusia.
2. SEJARAH METODE PENCATATAN DOUBLE ENTRY
Akuntansi konvensional di beberapa literatur menyebutkan bahwa akuntansi itu lahir
dari seorang pendeta italia yaitu Lucas Pacioli dengan bukunya Summa de Aritmatica,
Geometrica Proportioni et Proportionalita yang diterbitkan tahun 1949 di Venice.
Sistem double entry accounting telah disepakati mula-mula ditemukan oleh Lucas
Pacioli. Awal mulanya akuntansi merupakan catatan-catatan yang disimpan sebagai
bagian dari sistem feodal pada abad pertengahan. Tuan-tuan tanah biasanya
mengumpulkan pajak dari penduduk dan dana ini dipergunakan untuk kegiatan-
kegiatan negerinya dan untuk kepentingan pribadi. Laporan tentang pengutipan pajak
itu disusun oleh staf-staf tuan tanah tadi sebagai pedoman baginya atau sebagai bahan
yang dapat diperiksa oleh penduduk. Risalahnya mencerminkan praktik-praktik yang
berlaku di venesia, yang kemudian dikenal sebagai metode venesia atau metode italia.
Pendapat ini sudah banyak dibantah oleh berbagai hasil penelitian lain yang
15
menyatakan bahwa akuntansi maupun double entry accounting, jauh sebelum itu sudah
berkembang di tempat lain. Dan akhirnya Lucas Pacioli mengaku sendiri kalau
melakukan penjiplakan dari bahan manuscript asli dari Venice.
16
Dalam upaya untuk menunjukkan bahwa model berpasangan telah berkembang
dengan cara yang sangat mirip dengan ilmu pengetahuan yang lazim, Cushing
menggambarkan secara garis besar rangkaian tahap-tahap perkembangan sebagai
berikut :
1. Sekitar abad ke enambelas sedikit perubahan dibuat dalam teknik pemubukuan.
Perubahan yang nyata adalah pengenalan jurnal khusus untuk mencatat tipe-tipe
transaksi yang berbeda.
2. Evolusi praktik laporan keuangan periodic terjadi pada abad enambelas dan
tujuhbelas. Pada masa tersebut juga terjadi evolusi personafikasi akun dan transaksi
sebagai upaya untuk membuat aturan debit dan kredit menjadi masuk akal.
3. Penerapan system berpasangan diperluas dalam tipe organisasi lain.
4. Penggunaan akun sediaan yang terpisah untuk tipe barang yang berbeda terjadi
dalam abad ke tujuh belas.
5. Dimulia dengan East India company dalam abad ke tujuhbelas dan pertumbuhan
korporasi yang berkelanjutan setelah revolusi industri, akuntansi memperoleh
status yang lebih baik, dicirikan oleh kebutuhan akan akuntansi kos, dan suatu
kepercayaan pada konsep kesinambungan (continuity), periodisasi (periodicity),
dan akrual.
6. Metode perlakuan asset tetap yang dikembangkan sebelum abad ke delapan belas.
Asset dibawa keperiode pada kos pemerolehan, selain antara
pendapatanpembayaran (revenue) dan penerimaan.
Akun asset, yang berisi catatan pengeluaran awal dan pengeluaran lain dan
penerimaan (termasuk penerimaan dari penjualan bagian asset) ditutup pada
tanggal neraca dan selisih antara total debit dan total kredit di bawa ke periode
berikutnya sebagai saldo akun.
Asset dinilai kembali, naik atau turun, pada tanggal neraca, nilai hasil
penilaian kembali dibawa ke periode berikutnya dan perbedaan
saldonya(termasuk untung atau rugi penilaian kembali dibawa ke akun profit
dan loss)
7. Sampai dengan awal ke sembilanbelas, depresiasi kekayaan, diperlakukan sebagai
barang dagangan yang tidak terjual. Dalam paruh ke dua dari abad ke sembilan
belas, depresiasi dalam industri kereta api di pandang tidak perlu jika kekayaan
tersebut tidak mengalami kondisi yang memburuk. Meskipun tidak banyak
17
digunakan, Saliero pada tahun 1915, membuktikan adanya metode depresiasi
berikut garis lurus, metode menurun, sinking fund dan metode anuitas, dan metode
kos unit. Hanya setelah tahun 1930-an beban depresiasi menjadi sesuatu yang
umum.
8. Akuntansi Kos hadir dalam abad ke sembilanbelas sebagai akibat revolusi industri.
Akuntansi kos dimulai pada perusahaan-perusahaan tekstil abad lima belas.
9. Perkembangan teknik akuntansi untuk pembayaran di muka dan akrual untuk
memungkinkan dilakukan komputasi profit periodic terjadi pada paruh ke dua abad
kesimbilan belas.
10. Perkembangan laporan dana terjadi pada paruh kedua abd kesembilan belas dan
abad ke dua puluh.
Pada abad ke duapuluh terjadi perkembangan metode-metode akuntnasi yang
menyangkut isu-isu kompleks, dari masalah komputasi earning perlembar saham,
akuntansi untuk komputasi bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa guna jangka
panjang dan pensiun, sampai maslah akuntansi yang krusial untuk produk baru dari
rekayasa keuangan.
3. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU AKUNTANSI
Sejarah perkembangan ilmu akuntansi akan dijelaskan di bawah ini.
TABEL 1.1
PERKEMBANGAN ILMU AKUNTANSI DAN PRAKTIKNYA DI USA
Tahun Perkembangan Ilmu Akuntansi
1775 Mulai dikembangkan sistem pembukuan, yaitu tata buku tunggal (single
entry) dan tata buku berpasangan (double entry bookepping).
1800-an 1800-an Laporan posisi keuangan (neraca) mulai dibuat dan dirasakan
sebagai suatu hal yang penting sebagai informasi bagi para pemakai
terkait.
1825 Pemeriksaan keuangan (audit keuangan) mulai dikenal dan dipraktikkan
1850 Laporan Laba Rugi dianggap yang paling penting, dan menggantikan
posisi Neraca. Demikian pula ilmu pengauditan berkembang pesat
hingga sekarang.
1900 Di USA mulai dikenalkan Sertifikasi Profesi, dengan sistem ujian
nasional. Akuntansi harus memuat informasi berkaitan dengan pajak,
akuntansi biaya (cost accounting) dan elemennya.
1925 Terjadi perkembangan ilmu akuntansi semakin pesat, antara lain:
Akuntansi pemerintahan dan pengawasan dana pemerintah.
Teknik-teknik analisis biaya.
Penyeragaman laporan keuangan.
Perumusan Norma-norma Pemeriksaan Akuntan (NPA).
Sistem akuntansi mulai beralih dari konvensional ke sistem EDP,
yaitu dengan dikenalkannya sistem punch card record.
Adanya Akuntansi khusus untuk Perpajakan.
1950-1975 Periode ini, merupakan periode yang paling pesat perkembangannya,
21
yaitu:
Penggunaan komputer untuk pengolahan data.
Perumusaan PABU di Indonesia/GAAP di USA.
Penggunaan analisis Cost Revenue.
Jasa-jasa Perpajakan, Konsultan Pajak dan Perencanaan Pajak.
Akuntansi Manajemen, sebagai bagian dari bidang khusus akuntan
manajemen.
Munculnya jasa-jasa manajemen; sistem perencanaan dan
pengawasan, serta perencanaan manajemen, berkembang pesat.
22
23
1800-1942 Penjajahan VOC dibubarkan tahun 1799.
Belanda Banyak perusahaan Belanda berdiri, dengan system
pencatatan debit/kredit. Misalnya Perusahaan Amphion
Socyteit di Batavia.
Segmen usaha besar dikuasai oleh Belanda menggunakan
sistem pembukuan debit/kredit Belanda.
Segmen usaha menengah dan kecil, dikuasai oleh etnis
keturunan Cina, India, dan Arab. Dengan sistem
pembukuan:
- Cina; Sistem Hokkian (Amoy), Kanton, Hokka, Tio Tjoe
atau Sistem Swatow, dan Sistem Gaya Baru (new system).
- India; Sistem pembukuan Bombay.
- Arab; Sistem pembukuan Hadramaut.
Pada masa ini, lahir akuntan pertama asli orang
Indonesia, yaitu Dr. Butari, Ak. yang meraih gelar di
Negeri Belanda.
1942-1945 Penjajahan Diadakan kursus pembukuan pola Belanda oleh Jepang,
Jepang dengan pengajarnya al. J.E.de I„duse, Ak., Dr. Butari, Ak.,
J.D. Masie, dan R.S. Koesoemo Poetro.
Jepang mengajarkan dengan huruf Kanji, namun tidak
mengalami perubahan yang berarti.
1945- Masa Sistem tata buku berlaku adalah tata buku (sistem Belanda),
yang diajarkan di SMEP, SMEA dan SMA, hingga tahun
sekarang Kemerdekaan
1950-1980-an.
Tahun 1980-an Pemerintah RI, atas bantuan dari Bank
Dunia, mengakhiri dualisme sistem ini. Yaitu, upaya
harmonisasi sistem akuntansi dari Amerika, dengan
didirikannya PPA (Pusat Pengembangan Akuntansi) di
beberapa universitas negeri, seperti UI, UGM, UNPAD dan
USU.
Didirikannya IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), tanggal 23
Desember 1957. Berhasil menerbitkan PAI (Prinsip
Akuntansi Indonesia) tahun 1973, yang disahkan pada
Kongres III tanggal 2 Desember 1973.
Tahun 1984, PAI disempurnakan dengan membatasi pada
akuntansi keuangan.
Komite PAI menerbitkan serangkaian Pernyataan PAI dan
Interpretasinya, tahun 1986.
Komite PAI mengganti PAI 1984 menjadi SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) tahun 1994, yang mengadopsi
pernyataan IASC (International Accounting Standard
Committee) , terdiri dari 35 PSAK, (pertama kali Indonesia
mempunyai PSAK yang bersifat wajib dilaksanakan hingga
sekarang).
Perolehan gelar Akuntan, semula secara otomatis pada
tujuh universitas terkemuka tersebut , seperti; UI, UGM,
UNPAD, USU, UNAIR, STAN, dan UNHAS telah
dihapuskan dan harus menempuh jalur UNA (Ujian
Nasional Akuntan), tingkat dasar, terampil, dan mahir,
sebagai pengganti kursus ujian tata buku (bond A dan bond
B pola Belanda). Tertuang dalam UU No. 34/1954 tentang
Pemakaian Gelar Akuntan.
September 1997, dilakukan pertamakali USAP bagi mereka
24
yang bergelar akuntan, dan akan membuka KAP (kantor
akuntan publik). Dan diterbitkannya Kode Etik IAI.
Selajutnya, ketentuan UNA dihapuskan dan perolehan gelar
akuntan, harus melalui PPAk (Pendidikan Profesi Akuntan)
pada PTN/PTS yang memenuhi persyaratan untuk
menyelenggarakan kegiatan tersebut. PPAk ini ditempuh
untuk masa minimal satu tahun (dua semester), dan hanya
untuk lulusan S1 Prodi/Jurusan Akuntansi.
CPA, gelar akuntan yang besifat regional/internasional
(2009-sekarang).
CA (Chartered Accountant), Akuntan berregister, gelar
akuntan yang bersifat regional, terutama untuk kawasan
Asia Tenggara (2013-sekarang).
25
BAB III
STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
4. Standar Akuntansi
26
Isi Elemen struktur teori akuntansi :
1. Rumusan tujuan laporan keuangan
Rumusan tujuan laporan keuangan yang diperoleh dari para pemakai laporan
keuangan sebagai struktur paling atas dan merupakan tujuan akhir yang akan dicapai
dalam praktik akuntansi. Adalah menyajikan informasi baik yang bersifat kuantitatif
maupun yang bersifat kualitatif, terhadap data/informasi yang wajib maupun data
pendukung yang bersifat sukarela. Baik untuk informasi umum dan khusus dalam
laporan keuangan (financial statement) untuk kepentingan pemakai. Bahwa laporan
keuangan merupakan hasil akhir (output) dari serangkaian kegiatan pencatatan,
pengklasifikasian, penyajian dan pengungkapan atas aktivtas bisnis manajemen. Oleh
karena itu, laporan keuangan ini harus mengacu pada standar akuntansi berterima
umum. Sebab elemen yang ada dalam laporan keuangan tersebut bersifat standard baku.
Hal ini berbeda dengan pelaporan keuangan (financial report), karena pelaporan
keuangan ini merupakan laporan keuangan plus laporan lainnya yang bersifat opsional
atau pelengkap informasi, seperti laporan segmen usaha, laporan kontijensi, dan laporan
lainnya.
2. Rumusan tentang postulat akuntansi yang dirumuskan dari tujuan laporan keuangan
Postulat akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma,
berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan,
menggambarkan lingkungan akuntansi, politik, sosiologi, dan hukum tempat akuntansi
beroperasi. Arti lain postulat akuntansi merupakan pernyataan yang dapat
membuktikan kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang sudah diterima
karena kesesuaiannya dengan (untuk menopang dan mewujudkan) tujuan laporan
keuangan, yang , menggambarkan aspek ekonomi, politik, sosiologis, dan hukum dari
suatu lingkungan dimana akuntansi itu beroperasi.
Alasan awal yang diakui kebenarannyaatau dijadikan aksiomatis berupa hipotesis atau
asumsi pokok dalam lingkungan praktik akuntansi. Postulat/dalil disebut juga
pernyataan atau aksioma yang terbukti dengan sendirinya. Dalil adalah keterangan yang
dijadikan bukti atau alasan untuk kebenaran
3. Konsep teoritis akuntansi
Yang berhubungan dengan asumsi-asumsi dan sifat-sifat akuntansi yang mengarah pada
sifat dan jenis informasi yang disusun untuk kelompok atau pemakai tertentu. Konsep
teoritis akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri
27
atau disebut juga aksioma yang juga sudah diterima umum karena kesesuaiannya
dengan (untuk menopang dan mewujudkan) tujuan laporan keuangan yang
menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang disajikan sesuai kebutuhan dan
penekanannya (pemakainya) yang berperan dalam ekonomi bebas yang ditandai oleh
adanya pengakuan pada pemilikan pribadi.
Hal ini berkaitan dengan anggapan-anggapan lingkungan dan sifat satuan akuntansi.
Dalil dan konsep ini teoritis ini diperolah dari tujuan yang telah dinyatakan dalam
laporan keuangan di atas. Merupakan pernyatan yang sudah diakui kebenarannya, dan
bersifat umum sebagai pedoman dasar dalam menjelaskan suatu kejadian atau
fenomena.
4. Prinsip (sifat) Dasar Akuntansi
menjelaskan tentang prinsip dasar akuntansi sebagai pedoman umum yang didasarkan
pada dalil dan konsep teoritis. Prinsip ini merupakan landasan yang harus dijalankan
dalam praktik akuntansi secara konsisten. Prinsip dasar akuntansi adalah prinsip atau
sifat-sifat yang mendasari akuntansi dan seluruh outputnya, termasuk laporan
keuangan yang dijabarkan dari tujuan laporan keuangan, postulat akuntansi dan konsep
teoritis akuntansi yang merupakan sifat dan kualitas dasar dari akuntansi keuangan
yang menjadi dasar dalam pengembangan standar, teknik atau prosedur akuntansi yang
dipakai dalam menyusun laporan keuangan.
5. Teknik Akuntansi
merupakan kumpulan pelaksanaan dan kegiatan yang merupakan aturan khusus dan
berasal dari prinsip akuntansi untuk mengakui transaksi dan kejadian khusus yang
dihadapi dalam kesatuan akuntansi (entitas bisnis). Teknik ini tergantung dari situasi
dan kebijakan akuntansi yang ditempuh oleh manajemen dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya. Teknik akuntansi adalah peraturan-peraturan khusus yang dijabarkan dari
prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan
pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi atau kejadian-kejadian tertentu
yang dialami suatu lembaga (entity), organisasi atau perusahaan.
Jadi, keempat tingkatan tersebut merupakan rangkaian yang membentuk Teori
Akuntansi, dari hirarki dasar hingga hirarki tertinggi. Oleh karena itu, Teori Akuntansi
tersebut dalam perumusannnya harus didasarkan atas metoda ilmiah. Karena tanpa adanya
metoda ilmiah tersebut maka Teori Akuntansi akan sulit untuk dikembangkan, terutama
28
berkaitan dengan masalah praktik akuntansi dalam bisnis. Sehingga segala hal yang
berkaitan dengan praktik akuntansi harus dapat dideskripsikan secara jelas dan objektif.
29
beberapa konsumen laporan keuangan suatu entity bukan dari kegiatan admistrasi
lembaga tadi pengertian ini disebut dengan user oriented.
Postulat entitas menurunkan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah
objek, peristiwa dan atribut peristiwa yang harus dimasukkan dalam laporan
keuangan.
Entitas akuntansi adalah mendefinisikan sebagai unit ekonomi yang bertanggung
jawab atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administrative atas unit.
Entitas akuntansi juga dapat diartikan dalam kerangka kepentingan ekonomi
berbagai pemakai.
Implikasinya :
Dibedakan antara transaksi bisnis dan individu
Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemen pada pemegang saham.
Pengetrapan segmen perusahaan (seperti) divisi atau beberapa perusahaan
seperti konsolidasi perusahaan yang saling terkait)
Akuntansi sumber daya manusia, sosio ekonomi, kos modal akan semakin
mudah masuk dalam laporan keuangan.
b. Postulat Going Concern (Kelangsungan Usaha)
Postulat Kelangsungan Usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa
entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan
aktivitas yang sedang berjalan.
Implikasinya :
o Jika entitas memiliki kehidupan yang terbatas, maka laporan yang sesuai akan
menspesifikasi data terminal dan sifat likuidasi.
o Menjustifikasi penilaian asset dengan dasar non likuidasi dan menyediakan dasar
untuk akuntansi depresiasi
o Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat
ke depan dan memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan.
c. Postulat unit of Measure (unit Pengukur)
Postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan
proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan
moneter. Postulat unit of Measure menganggap bahwa setiap transaksi harus diukur
dengan suatu alat ukur atau alat tukar yang seragam. Alat ukur yang dipakai dalam
akuntansi adalah moneter.
30
Implikasinya
o Akuntansi terbatas untuk memprediksi informasi yang dinyatakan dalam satuan
moneter, tidak mencatat dan mengkomunikasikan informasi lain yang relevan
namun bersifat non moneter
o Postulat unit mengukur menganggap bahwa daya beli uang adalah stabil
sepanjang waktu atau perubahannya tidak signifikan.
d. Postulat Accounting Period
Laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejateraan
perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodic.
Implikasinya :
o Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hokum pajak Penghasilan yang
mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis
tradisional menggunakan periode normal satu tahun.
o Penggunaan akrual dan tangguhan dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan
32
Dalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori proprietary maupun teori entitas,
tetapi kelompok asset dan kewajiban dan restriksi terkait, disebut dana, yang
mengatur penggunaan asset. Jadi, teori dana memandang unit bisnis terdiri atas
sumber daya . Persamaan akuntansinya adalah :
Asset = Restriksi Asset
Asset = Pembatasan
Aset
Unit akuntansi didefinisi dalam pengertian asset dan penggunaan asset yang
telah dilakukan. Kewajiban menunjukkan serangkaian rertriksi hukum dan ekonomi
pada penggunaan asset. Sehingga teori dana berorientasi asset dalam pengertian
bahwa focus utamanya adalah pada administrasi dan penggunaan asset secara
memadai. Laporan sumber dan penggunaan dana bukan neraca atau laporan
keuangan merupakan tujuan pelaporan keuangan.
Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba, rumah
sakit, universitas, Unit kota, dan pemerintahan. Dana adalah entitas fiscal dan
akuntansi independent dengan pencatatan serangkaian akunkas dan atau sumber
daya lain yang berimbang bersama dengan utang, kewajiban, cadangan, dan ekuitas
yang terpisah untuk tujuan melakukan aktivitas tertentu atau mencapai tujuan
tertentu sesuai dengan aturan khusus, restriksi atau limitasi.
Teori dana juga relevan untuk organisasi berorientasi laba, yang menggunakan
dana untuk aktivitas yang bermacam-macam seperti dana pelunasan (sinking funds),
akuntansi untuk kebangkrutan dan perkebunan dan perwalian, akuntansi cabang atau
divisional, pemisahan asset dalam asset lancer atau tetap, dan konsolidasi.
Dalam persamaan tersebut unit akuntansi didefinisikan dalam istilah aset. Dan
penggunaan aset ini adalah terbatas. Kewajiban merupakan pembatasan ekonomi
secara hukum terhadap penggunaan aset. Yang menjadi fokus perhatiannya di dalam
teori ini adalah penggunaan aset yang dibatasi. Teori ini berorientasi pada laporan
sumber dan penggunaan dana. Laporan ini menggambarkan sumber dari mana dana
perusahaan dan kemana penggunaan dana perusahaan.
Karena dalam organisasi seperti ini fokusnya adalah penggunaan aset yang
harus dikontrol sesuai penggunaannya yang ditetapkan oleh organisasi tersebut.
d. The Enterprise Theory
Dalam konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian adalah keseluruhan
33
pihak yang terlibat atau memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung
34
dengan perusahaan (entity) misalnya pemilik, manajemen, masyarakat, pemerintah,
kreditor, regulator, pegawai, langganan, dan pihak yang berkepentingan lainnya.
Menurut teori ini, akuntansi jang hanya mementingkan informasi bagi pemilik
entity, tetapi juga pihak lainnya yang juga memberikan kontribusi langsung dan
tidak langsung kepada eksistensi dan keberhasilan suatu perusahaan.
e. Residual Equity Theory
Ini merupakan bagian dari entity theory atau bisa juga disebut sebagai
gabungan antara entity dengan proprietory theory. Yang menjadi sorotan itu residual
equity bukan semua pemilik, residual entity itu hanya pemegang saham biasa atau
common stockholder. Residual equity dari pemegang saham umum tergambar dari
perubahan nilai aset, laba, laba ditahan dan perubahan dari pemilik saham lainnya.
Diluar itu, dianggap pihak luar yang diperlakukan sebagai kreditor. Persamaan
akuntansinya :
Aset - Liabilities – Prefered Equities = Residual Equity
Liabilities dan Prefered stockholder dianggap sebagai specific equities yang
merupakan outsider. Tetapi dalam situasi khusus misalnya dalam hal terjadinya
likuidasi, residual equity adalah kreditor dan pemegang saham preferen karena
secara hukum mereka yang diutamakan pembayarannya dalam hal terjadi likuidasi.
Kemungkinan jika dana tidak cukup pemegang saham biasa akan hilang.
f. Comander Theory
Bukan teori entity atau proprietory theory yang perlu dijadikan pusat perhatian atau
sebagai pemilik perusahaan, tetapi cukup melihat commander-nya atau mereka yang
memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan kontrol ekonomi atas resorsis
yang efektif terhadap suatu lembaga. Penekanan informasi menurut teori ini adalah
pertanggungjawaban atau stewardship. Bagaimana mereka yang dipercayai
mengelola kekayaan yang diamanahkan kepadanya.
g. The Investor Theory
Pusat perhatiannya adalah investor, yaitu mereka yang tergolong pemilik specific
equities (kreditor) dan residual equities (pemegang saham). Persamaan
akuntansinya:
Asset = specific equities + residual equities
specific equities ini dianggap sama dengan kreditor dan pemegang saham prefered
stock sedangkan sisanya adalah pemegang saham biasa. Teori ini hampir sama
35
dengan residual equty theory hanya saja perbedaannya kalau residual equty theory
fokusnya pemegang saham biasa saja sedangkan dalam Investor Theory ini fokusnya
para investor. Biasanya kebutuhan para investor adalah untuk peramalan tentang
kesanggupan perusahaan untuk mendapatkan kas di masa yang akan datang.
Staubus, kas yang akan diterima investor di masa yang akan datang tergantung pada:
1. Kemampuan perusahaan untuk melakukan pengeluaran kas
2. Keinginan manajemen untuk membayar investor
3. Prioritas pembayaran terhadap klaim investor.
Sehingga dalam teori ini peranan laporan arus kas sangat penting untuk memenuhi
kepentingan informasi investor dalam proses pengambilan keputusan.
h. Amanah (Accountability) atau Ibadah Theory
Akuntansi atau laporan keuangan harus bisa memenuhi kebutuhan dalam
menjelaskan kepada semua pihak bahwa entitas telah memenuhi atau sejauh mana
memenuhi tanggungjawabnya kepada Tuhan dan kepada pihak yang diperintahkan
Tuhan sesuai tujuan dan maksud yang ditetapkan syariat. Teori ini yang dipakai
akuntansi syariah. Sebenarnya hampir sama dengan enterprice theory, tetapi harus
disebut Eslamic enterprice theory.
3. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari
tujuan dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik
akuntansi. Untuk lebih memahami dan membandingkan apa sebenarnya yang dapat
dimasukkan sebagai prinsip akuntansi, berikut dikemukakan seperangkat konsep-
konsep dasar menurut beberapa sumber :
a. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia memberikan 2 asumsi :
1. Dasar Akrual : dalam meyusun laporan keuangan pengakuan transaksi didasarkan
pada kejadian atau peristiwa.
2. Kelangsungan Usaha : laporan keuangan disusun berdasarkan bahwa entity yang
dimaksud akan terus akan terus melanjutkan usahanya dengan asumsi tidak ada
likuidasi.
b. APB Statement No.4 memberikan 9 prinsip dasar akuntansi :
1. Prinsip Kos / The Cost Principle
36
merupakan dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang,
jasa, biaya, harga pokok dan ekuitas. Dengan kata lain setiap perkiraan dinilai
berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehannya. APB Statement
No.4 mendefinisikan Kos adalah jumlah, diukur dalam uang, kas uang
dibelanjakan atau property lain yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa
yang diberikan atau uang yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa yang
diterima, atau seharusnya diterima. Kos dapat diklasifikasikan sebagai belum
terpakai (unexpired) adalah asset yang dapat digunakan untuk menghasilkan
revenue di masa mendatang dan telah terpakai (experid) adalah pengurang
revebue atau dibenbankan sebagai pengurang laba ditahan.
Prinsip kos dijustifikasi oleh postulat kelangsungan usaha yang
mengasumsikan bahwa entitas akan meneruskan aktivitasnya secara tidak
terbatas, sehingga mengelimiasi perlunya menggunakan nilai sekarang atau nilai
likuiditas untuk penilaian asset. Prinsip kos lemah pada validitas postulat unit
pengukur, yang mengasumsikan bahwa daya beli dolar adalah stabil, merupakan
keterbatasan utama untuk menerapkan prinsip kos, pada kenyataannya adanya
inflasi.
2. Prinsip Revenue / The Revenue Principle
Prinsip Revenue Menspesifikasi :
Sifat dan Komponen-komponen revenue
Pengukuran Revenue
Waktu Pengukuran Revenue
Sifat dan Komponen-Komponen Revenue :
Pada umumnya revenue telah ditafsirkan sebagai :
1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa.
2. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan,
3. produk perusahaan yang dihasilkan dan penciptaan barang atau jasa oleh
perusahaan selama periode waktu tertentu.
Terdapat dua pandangan tentang komponen revenue :
a. Pandangan revenue yang komprehensif (secara luas) adalah semua
perubahan dalam asset bersih yang berasal dari aktivitas penghasil revenue
dan keuntungan atau kerugian yang berasal dari penjualan asset tetap dan
investasi.
37
b. Pandangan yang lebih sempit tentang revenue hanya memasukkan hasil
yang berasal dari aktivitas penghasil revenue (kegiatan produksi) dan tidak
memasukkan Penghasilan investasi dan keuntungan dan kerugian dari
pelepasan asset tetap.
Pengukuran Revenue
Revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau jasa
dalam sebuah transaksi yang lugas. Terdapat dua interpretasi revenue yang
muncul dari konsep revenue ini :
1. Potongan tunai (cash discount) dan berbagai pengurangan dalam harga
tetap, seperti kerugian piutang yang tidak tertagih memerlukan penyesuaian
untuk menghitung ekuivalen kas bersih yang sesungguhnya atau nilai
diskonto sekarang atau klaim uang dan secara konsekuen harus
dikurangkan ketika harus menghitung revenue.
2. Untuk transaksi nonkas, nilai pertukaran sama dengan nilai pasar yang
wajar barang/jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih
mudah dan jelas dalam menghitungnya.
Waktu Pengukuran Revenue
Secara umum revenue akan diakui secara :
1. Accrual basis
Pengakuan revenue harus dilaporkan selama kegiatan produksi, pada akhir
produksi, pada saat penjualan barang atau pada saat penagihan piutang :
a. Revenue Umumnya diakui selama kegiatan produksi dalam hal sebagai
berikut :
sewa, bunga, dan komisi dianggap diakui sebagai revenue
berdasarkan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya yang
menjelaskan tentang kenaikan bertahap dari klaim kepada pelanggan.
Pemberian jasa individual atau kelompok professional atau jasa yang
seperti konsultan, akuntan, appraisal, dokter, notaris, pengacara dan
lain-lain. Mungkin lebih baik menggunakan dasar akrual dalam
penerapan pengakuan pendapatan.
b. Revenue dari kontrak jangka panjang diakui dengan dasar kemajuan
konstruksi atau persentase penyelesaian. Persentase penyelesaian dapat
dihitung dengan cara :
38
Taksiran para ahli
Jumlah biaya yang sudah dikeluarkan dibandingkan dengan taksiran
biaya seluruh obyek.
c. Revenue atas “cost plus fixed contracts lebih baik diakui dengan dasar
akrual. Kontrak yang dibuat berdasarkan fee yang tetap ditambah biaya-
biaya tertentu.
d. Perubahan asset karena pertumbuhan (accretion) akan menimbulkan
peningkatan revenue sebagai contoh, ketika umur minuman keras atau
anggur, tanaman kayu, atau ternak menjadi dewasa, revenue akresi
didasarkan pada penilaian sediaan yang sebanding, meskipun belum ada
transaksi.
2. Critical Even Basis
Untuk pengakuan revenue dipicu oleh peristiwa krusial dalam silklus
operasi. Kejadian kritis tersebut dapat berupa :
a. Saat terjadinya penjualan, digunakan apabila:
Harga produk diketahui secara pasti
Pertukaran telah selesai dengan pengitiman barang, sehingga sudah
diketahui biaya yang sudah dikeluarkan
Dari segi realisasi, penjualan tersebut dianggap sebagai kejadian
penting
b. Penyelesaian Produksi / proyek
Bisa digunakan dalam situasi pasar stabil dan harga komoditas juga
stabil.
c. Pada saat pembayaran setelah dilakukan penjualan.
Dapat dilakukan apabila penjualan yang akan dilakukan dan penilaian
yang akurat tidak dapat dilakukan pada barang yang akan diserahkan
tersebut.
3. The Matching Principle / Prinsip Penandingan
Prinsip penandingan mengatakan bahwa expense (beban) harus diakui pada
periode yang sama dengan revenue, yaitu revenue diakui dalam periode
tertentu sesuai dengan prinsip revenue, dan beban yang terkait kemudian
diakui.
39
Hubungan antara revenue dan expense tergantung pada satu dari empat
kriteria :
a. Pengurangan langsung biaya terhadap hasil seperti pada harga pokok
penjualan mengurangi penjualan.
b. Pengurangan langsung kos yang telah terpakai dengan periodenya
(sebagai contoh, gaji direktur untuk periode tertentu).
c. Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (sebagai contoh,
depresiasi)
d. Menjadikan expense semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali
jika dapat ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa
mendatang Seperti biaya promosi.
Kos yang belum terserap (yaitu, asset) yang tidak memenuhi salah satu dari
empat criteria untuk menjadikannya expense pada periode berjalan dapat
dibebankan pada periode mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam
kategori yang berbeda sesuai penggunaan yang dalam penerapan prinsip
penandingan.
3. Harga Pokok Barang yang Dijual
Hal-hal yang termasuk dalam harga pokok penjualan adalah bahan mentah, upah
langsung, dan biaya overhead. Untuk menghitung harga pokok penjualan
dilakukan 2 tahap :
Penilaian persediaan / penentuan harga pokok produksi yang dikeluarkan
untuk membuat produk itu
Penentuan pendapatan dengan mengurangi harga pokok produksi dari hasil
penjualan
Dalam menentukan nilai persediaan problem yang harus diputuskan adalah biaya
mana yang termasuk dianggap sebagai product cost atau period cost. Biaya yang
dianggap sebagai product cost apabila biaya yang dikeluarkan itu memberikan
keuntungtan dimasa yang akan dating., sedangkan periodic cost adalah biaya
yang dikeluarkan hanya memberikan manfaat pada periode itu, oleh karena itu
harus dibebankan pada pendapatan periode itu.
Dalam menghitung biaya produksi ada 2 konsep :
a. Absorbtion costing (full costing)
b. Direct costing (variable costing)
40
Biaya Operasi
Biaya operasi biasanya dibagi 2 :
1. Biaya penjualan / biaya distribusi / biaya pemasaran
2. Biaya umum dan administrasi
Biaya Penyusutan
Asset yang bisa digunakan lebih dari satu periode biasanya dikapitalisasi atau
unexpired cost dan jumlah ini dialokasi secara sistematis selama masa
manfaatnya.
Depreciation : penyusutan aktiva tetap berwujud
Depletion : penyusutan untuk aktiva sumber-sumber alam
Amotization : penyusutan untuk aktiva tidak berwujud
4. The Objectivity Principle / Prinsip Objektivitas
Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat realibilitas/kepercayaan
kepada prosedur pengukuran yang digunakan. Karena menjamin reliabilitas
maksimum adalah sangat sulit, sehingga akuntan menggunakan prinsip
objektivitas untuk menjustifikasi pemilihan prosedur pengukuran yang
digunakan. Prinsip objektivitas ini memiliki interpretasi yang berbeda-beda :
1. Objektivity merupakan realitas yang dikemukakan pihak luar yang independen
(bebas) dari orang yang merasakannya.
2. Objektivity dianggap sebagai suatu ukuran yang dapat diperiksa yang
didasarkan pada bukti.
3. Ukuran objektif dianggap sebagai hasil konsensus diantara kelompok tertentu
yang mengamatinya atau mengukurnya. Dengan demikin Objektivity akan
tergantung pada ukuran dari kelompok tertentu tersebut.
4. Tingkat Objektivity dapat diukur melalui penentuan batas atau limit tertentu.
5. The Consistency Principle / Prinsip Konsistensi
Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya
dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. Artinya bahwa
prosedur, prinsip akuntansi yang sama harus diterapkan dalam periode itu.
Kegunaan prinsip ini adalah agar laporan keuangan itu dapat diperbandingkan.
Prinsip konsistensi tidak menghalangi perusahaan mengubah prosedur akuntansi
ketika hal tersebut dapat dibenarkan dengan perubahan keadaan, atau jika
41
prosedur alternative lebih baik. Menurut APB opinion No. 20 ada 3 jenis
perubahan :
1. Perubahan dalam prinsip akuntansi
2. Perubahan dalam estimasi akuntansi
3. Perubahan dalam entitas pelaporan
Perubahan ini harus terefleksi dalam akun dan dilaporakan dalam laporan
keuangan secara retroaktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara
prospektif untuk perubahan dalam estimasi akuntansi, dan secara umum dan
segera untuk perubahan dalam prinsip akuntansi.
6. The Disclousure Principle / Prinsip Pengungkapan Penuh
Laporan keungan harus disajikan secara penuh (full), wajar (fair), dan cukup
(adequate). Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan keuangan agar
didesaian dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi
yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan memuat informasi
yang memadai untuk membuat laporan keuangan dan tidak menyesatkan bagi
rata-rata investor.
Adequate : informasi yang minimum harus disajikan
Fair : aturan etis tentang perlakuan yang sama kepada semua pemakai
laporan keuangan
Full : menyangkut kelengkapan penyajian informasi
Menurut Skiner ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar laporan keuangan
disebut Full Disclousure :
Penjelasan / Rincian tentang kebijakan dan metode akuntansi, terutama bila
diperlukan pertimbangan dalam penerapan metode akuntansi.
Informasi tambahan untuk membantu analisa investasi atau untuk
mengindikasikan hak berbagai pihak yang memiliki klaim atas pelaporan
entitas.
Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan dan metode akuntansi yang
digunakan dan dampak perubahan tersebut.
Aset, Utang, Kos, dan Revenue yang timbul dari transaksi dengan pihak lain
yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau karyawan
yang memiliki hubungan khusus dalam entitas pelaporan.
42
Aset, Utang yang masih bersifat contigency dan yang mengandungKomitmen
tertentu.
Transaksi keuangan atau transaksi operasi lainnya yang terjadi setelah tanggal
neraca yang memiliki dampak material terhadap posisi keuangan entitas.
7. The Conservatism Principle / Prinsip Konservatisme
Prinsip Konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau lebih
teknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih yang
paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham.
8. The Materiality Principle
Prinsip materialitas menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak
memiliki dampak ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat,
apakah transaksi dan peristiwa tersebut sesuai dengan prinsip berterima umum
atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan. Suatu jumlah material tidak semata-
mata, karena alasan besarnya jumlah. factor-factor lain meliputi serangkaian hal-
hal berikut ini harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan tentang
materilitas. Antara lain :
a. Sifat Item, apakah item :
Merupakan factor yang menentukan perhitungan net income
Sifatnya Tidak biasa atau luar biasa
Peristiwa atau kondisi bersyarat.
Dapat ditentukan berdasarkan fakta dan keadaan yang ada
Diharuskan oleh undang-undang atau regulasi.
b. Dari segi Jumlah dihubungkan dengan angka tertentu :
Laporan keuangan secara keseluruhan.
Total akun-akun yang dibentuk dari akun yang terpisah,
Item-item terkait
Jumlah yang terkait dalam tahun sebelumnya atau jumlah yang diperkirakan
dimasa yang akan datang.
9. The Uniformity dan Comparability Principle / Prinsip Keseragaman dan
Komparabilitas
Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama untuk
perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah mencapai
komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keanekaragaman yang
43
tercipta karena penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan
yang berbeda dengan kata lain agar laporan keuangan dari berbagai perusahaan
yang berbeda dapat diperbandingkan.
Dengan adanya keseragaman ini maka diharapkan :
1. Mengurangi perbedaan penggunaan prosedur akuntansi dan ketidaklengkapan
praktik akuntansi
2. Memungkinkan perbandingan yang berarti bagi pengguna laporan keuangan.
3. Memperbaiki kepercayaan pengguna para laporan keuangan / meningkatkan
keyakinan pemakai laporan keuangan.
4. Mendorong intervensi pemerintah dan regulasi praktik akuntansi
Pendukung utama fleksibilitas mengklaim bahwa :
1. Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk menunjukkan item yang
sama yang terjadi dalam berbagai kasus menimbulkan risiko penyembunyian
perbedaan-perbedaan penting diantara kasus tersebut.
2. Komparbilitas merupakan tujuan yang tidak praktis, hal tersebut tidak dapat
dicapai dengan mengadopsi aturan-aturan perusahaan yang tidak
menggunakan pencatatan yang memadai untuk situasi factual yang berbeda.
3. Perbedaan dalam keadaan”atau “ variable-variabel keadaan meminta perlakuan
yang berbeda, sehinggga pelaporan perusahaan dapat merespon keaadaan
tempat transaksi dan peristiwa terjadi
c. Prinsip Akuntansi menurut Prinsip Akuntansi 1984
1. Kesatuan Akuntansi
2. Kesinambungan
3. Periode Akuntansi
4. Pengukuran Dalam Nilai Uang
5. Harga Pertukaran
4. TEKNIK AKUNTANSI
Teknik akuntansi adalah adalah aturan spesifik yang diturunkan dari prinsip
akuntansi memperlakukan transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas
akuntansi. Akuntansi dipraktikan dalam suatu kerangka yang implicit. Rerangka ini
dikenal sebagai Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), istilah ini sebenarnya
digunakan untuk menunjuk seperangkat pedoman resmi dan kebiasaan-kebiasaan dunia
usaha yang dianggap berlaku dalam lingkungan (Negara) dan waktu tertentu.
Soewarjono dalam bukunya teori akuntansi berpendapat prinsip akuntansi berterima
umum cukup tepat sebagai pedanan generally accepted accounting principles (GAAP).
Di Amerika Istilah generally accepted accounting principle timbul dan digunakan
melalui proses atau riwayat yang bertahap khususnya tentang pemakaian kata generally
accepted, karena itu istilah GAAP tersebut sebenarnya mempunyai konotasi sebagai
prinsip akuntansi berterima umum di Amerika dan bukannya istilah yang generic
(berlaku universal) meskipin selalu ditulis dengan huruf kecil. Di Amerika yang
dimaksud dengan GAAP adalah konsep-konsep, prinsip-prinsip dan praktik-praktik
akuntansi tertentu yang secara otoritatif di dukung berlakunya sebagai suatu pedoman
(mempunyai substansi authoritative support) walaupun tiap jenis prinsip atau praktik
tersebut mempunyai tingkat keotoritatifan yang berbed. Struktur GAAP tersebut terdiri
dari beberapa tingkat (level). Makin ke atas dan ke kanan tingkat otoritatifnya makin
lemah. Berikut ini diuraikan secara ringkas ini tiap tingkat bangunan GAAP tersebut :
Foundation (fondasi) yang berupa konsep dasar dan prinsip-prinsip umum
(akuntansi) seperti kelangsungan hidup, substansi mengungguli bentuk, netralitas,
dasar akrual, konservatisme, materialitas).
Tingkat Pertama (first floor). Tingkat ini berisi pengumuman atau ketentan resmi
yang diterbitkan oleh badan otoritatif. Pengumuman resmi ini biasanya berupa
pernyataan standar, interpretasi, dan suplemen. Otoritas penerbitan ini kuat karena
ketentuanyang termuat dalam pengumuman resmi tersebut telah dirancang dan
45
dibahas melalui prose dan prosedur formal sebelum diterbitkan. Prosedur yang
biasanya dilakukan oleh badan yang berwenang ini adalah:
1. Membentuk komisi yang terdiri atas beberapa ahli yang dianggap dapat mewakili
kepentingan pihak yang akan menggunakan pedoman yang akan disusun.
2. Komisi mempelajari sumber-sumber acuan dan literature tentang subjek yang
akan ditentukan dan melakukan riset lapangan .
3. Menerbitkan notulen atau memorandum diskusi tentang permasalahan yang
timbul dan alternative pemecahannya untuk mendapatkan tanggapan dari
masyarakat.
4. Melakukan dengar pendapat umum
5. Berdasarkan komentar dan pendapat yang dikumpulkan dalam langkah 3 dan 4,
komite akan membuat rancangan pernyataan resmi (disebut dengan exposure
draf) dan menyebarluaskan rancanagan tersebut untuk mendapatkan tanggapan
atas komentar public.
Tingkat kedua (second floor). Kalau suatu perlakuan akuntansi tidak diatur dalam
ketentuan resmi yang diterbitkan dalam tingkat pertama, sumber acuan untuk
menentukan perlakuan akuntansi tertentu yang dapat diambilkan dari tingkat kedua
atau tingkat berikutnya. Kalau terdapat perbedaan atau konflik perlakuan maka harus
dipertimbangkan dan dipilih perlakuan yang menggambarkan substansi transaksi
yang lebih baik. Penerbitan-penerbitan pada tingkat kedua ini memberi pedoman
akuntansi yang lebih sempit aplikasinya karena hanya menyangkut industri tertentu
dan biasanya bersifat agak teknis dan procedural.
Tingkat ketiga (third Floor). Tingkat ini berisi publikasi badan resmi yang
berwenang yang tidak termasuk dalam kategori resmi karena tidak disusun
berdasarkan prosedur resmi seperti penerbitan pada tingkat pertama. Penerbitan ini
lebih merupakan petunjuk aplikasi ketentuan yang diatur dalam penerbitan resmi
dalam tingkat pertama yang berupa pernyataan standar atau interpretasi.
Tingkat keempat (fourth floor). Kalau perlakuan akuntansi tertentu tidak dapat
dicarikan acuannya dalam ketiga tingkatan yang ada di bawahnya maka sumber-
sumber atau literature akuntnasi lainnya dapat dignakan sebagai acuan .
46
BAB IV
TEORI AKUNTANSI DAN PERUMUSANNYA
A. TEORI AKUNTANSI
Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi teori akuntansi :
1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi dalam menyusun
standarnya
2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal tidak
adanya standar resmi
3. Menentukan batas dalam hal melakukan judgment dalam penyusunan laporan keuangan
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap informasi yang
disajikan laporan keuangan
5. Meningkatkan kualitas laporan yang dapat diperbandingkan
Sedangkan Hendriksen (1982) mengemukakan keguanan teori akuntansi:
1. Memberikan kerangka rujukan untuk sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktik
akuntansi
2. Memberikan pedoman terhadap praktik dan prosedur akuntansi yang baru
Teori adalah susunan konsep, definisi dan dalam yang menyajikan pandangan yang
sistematis fenomena dengan menunjukkan hubungan antara variabel yang satu dengan
yang lain dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Teori menurut Kenneth S. Most merupakan suatu pernyataan sistematik mengenai
peraturan atau prinsip yang mendasari atau memandu suatu set fenomena. Teori akuntansi
adalah cabang akuntansi yang terdiri dari pernyataan yang sistematik tentang prinsip dan
metodologi yang membedakannya dengan praktik. Karenanya teori adalah penjelasan,
tetapi tidak semua penjelasan itu teori. Dia menambahkan bahwa teori akuntansi memiliki
3 dimensi :
1. Reductionism
Bahwa teori dimulai dari asumsi-asumsi dimana teori tidak langsung merujuk ke objek
yang diobservasi (yang dipersepsikan) dan bukan pula pernyataan yang dapat diuji
kebenarannya, tetapi merupakan bahan rujukan untuk mengamati fenomena.
Merupakan sejenis alat yang lebih cepat dapat dirujuk ke fenomena yang diamati
2. Instrumentalism
47
Bahwa teori merupakan sebuah instrumen atau alat menghitung yang akan digunakan
untuk menilai pernyataan tentang suatu observasi. Peranan teori disini adalah
menjelaskan dan meramalkan
3. Realism
Teori adalah sekumpulan proposisi atau dalil yang merupakan pernyataan suatu
kebenaran atau ketidakbenaran tentang dunia nyata, fenomena atau objek.
Godfrey et.al (1992) menyatakan bahwa teori dapat didefinisikan dalam berbagai
cara misalnya, teori adalah sistem deduktif, yaitu berupa pernyataan yang mengurangi
generalisasi, yang lain menganggap bahwa teori adalah suatu susunan ide yang digunakan
untuk menjelaskan sesuatu.
Teori itu lahir dari proses penelitiandengan asumsi, prinsip, teknik tertentu. Asumsi
penelitian ilmiah menurut model konvensional yang kita pakai selama ini adalah sebagai
berikut :
1. Alam ini teratur
2. Pengetahuan atau kebenaran hanya diketahui dari fenomena alam
3. Pengetahuan lebih kuat dari ignorance
4. Semua fenomena alam memiliki penyebab yang berasal dari alam itu sendiri
5. Tidak ada kebenaran tanpa bukti objektif
6. Ilmu pengetahuan lahir dari pengalaman
Sue (2003) menyebutkan teori bisa memiliki level atau tingkatan, tingkatan teori :
Level Jenis teori Fokus
1 Metaphor Theory Menggambarkan dan membumikan pengalaman
manusia dalam kehidupannya sehingga
terstruktur, sistematis, teratur dan dapat
dipahami
2 Differentiation Theory Memotong-motong pengalaman dengan
menyandingkan, membedakan, mengontraskan
misalnya: hadir absen publik swasta, objektif,
subjektif, atas bawah, luar dalam dan sebagainya
3 Conceptualization Theory Menghubungkan unit dan struktur melalui
praktik, menjelaskan melihat bagaimana dunia
bekerja dirumuskan dalam bentuk sederhana
4 Context Bound Theorizing Menjelaskan konteks untuk lebih tersusun dari
of settings suatu unit spesifik: kegiatan, proses dan kejadian
5 Context free “grand” Menjelaskan secara metanarrative aspek-aspek
Theorizing (structures) kehidupan sosial yang banyak , ini merupakan
dunia ideas, abstract, beyond history and society
46
Theory
4 Specific Scientific Period Periode ini disebut positive era. Disini akuntansi
(1970-sekarang) tidak cukup hanya dengan sifat normative, tetapi
harus bisa diuji kebenarannya. Norma dinilai
subjektif jadi harus diuji secara positif. Tujuan dari
pendekatan teori akuntansi positif untuk
menerangkan dan meramalkan praktik akuntansi.
Contoh penggunaan teori positif adalah hipotesis
bonus plan. Manajemen yang remunerasinya
didasarkan pada bonus akan berusaha
memaksimalkan pendapatannya melalui pendekatan
akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga
bonusnya tinggi sehingga menuju arah creative
accounting.
47
48
ilmiah yang sedang berlaku atau diterima umum.
Dirumuskan problem penelitian untuk mengamati
perilaku atau fenomena nyata yang tidak ada dalam
teori. Kemudian dilakukan pengembangan teori
untuk menjelaskan fenomena tadi dengan dilakukan
penelitian secara terstruktur. Metode ini digolongkan
sebagai “ilmiah” karena menggunakan peraturan
yang terstruktur dan data empiris yang objektif dan
model statistik matematik yang bersifat logik.dalam
penggolongan lain disebut metode kuantitatif,
metode kualitatif.
49
1. Dogmatic
Suatu teori dapat dinyatakan benar apabila pihak yang menyampaikannya memiliki
wewenang untuk menyampaikan kebenaran itu dan tidak perlu diuji lagi. Keyakinan
pada kebenaran ini hanya didasarkan pada kepercayaan, keyakinan atau iman
seseorang. Contoh : AAA, FASB, IAI
2. Self evident
Kebenaran dibuktikan oleh pengetahuan umum, pengamatan, pengalaman. Misalnya
akuntansi menggunakan satuan nilai uang atau ukuran moneter.
3. Scientific
Kebenaran dibuktikan oleh suatu metode ilmiah. Teori dirumuskan, diuji, dan
seterusnya berulang secara terus menerus.
Menurut Belkaoui tentang pendekatan dalam perumusan teori akuntansi sebagai
berikut:
a. Pendekatan informal :
1. Pragmatis, praktis,nonteoritis
Perumusan akuntansi didasarkan pada keadaan dan praktik lapangan. Yang
menjadi pertimbangan adalah hal-hal apa yang berguna untuk menyelesaikan
persoalan secara praktis. Prinsip akuntansi yang dipakai adalah didasarkan pada
kegunaannya bagi para pemakai laporan keuangan dan dan rellevansinya dengan
proses pengambilan keputusan.
2. Otoriter
Perumusan teori akuntansi yang terutama dipergunakan oleh organisasi
profesional, yang menerbitkan pernyatan-pernyataan yang mengatur praktik
akuntansi.
b. Pendekatan teoritis
1. Deduktif
Perumusan teori dimulai dari perumusan dalil dasar akuntansi (postulat dan
prinsip akuntansi) dan selanjutnya dari rumusan diambil kesimpulan logis tentang
teori akuntansi mengenai hal yang dipersoalkan. Dari dalil umum ke dalil
khusus.pendekatan ini dilakukan dalam penyusunan struktur akuntansi dimana
dirumskan dahulu tujuan laporan keuangan, rumuskan postulat, kemudian prinsip
dan akhirnya lebih khusus menyusun teknik atau standar akuntansi.
2. Induktif
50
Penyusunan teori akuntansi didasarkan pada beberapa observasi dan pengukuran
khusus dan akhirnya dari berbagai sampel dirumuskan fenomena yang seragam
atau berulang (onformasi akuntansi) dan diambil kesimpulan umum (postulat dan
prinsip akuntansi). Tahap yang dilalui adalah:
a. Mengumpulkan semua observasi
b. Analisis dan golongkan observasi berdasarkan hubungan yang berulang-ulang
dan sejenis, seragam, mirip
c. Ditarik kesimpulan umum dan prinsip akuntansi yang menggambarkan
hubungan yang berulang-ulang tadi
d. Kesimpulan umum diuji kebenarannya
Tidak seperti pendekatan deduktif, pendekatan ini kebenaran dan kepalsuan dalil
tidak bergantung pada dalil lainnya melainkan melalui pengujian empiris.
3. Etik
Perumusan teori akuntansi ini didasrkan pada konsep kewajaran(fairness),
keadilan (justice), ekuitas (equity), dan kenyataan (truth). Patillo menyebutkan
dalam metode ini standar dasarnya etika, metodenya logis dan conherent dan
pengujian terakhir atas rumusan teorinya didasarkan pada penerapannya di
lapangan. Dimensi yang diutamakan dalam perumusan teori ini dari sudut
etikanya, tanpa menyebut bahwa pendekatan lain tidak beretika.
4. Sosiologis
Yang menjadi perhatian utama dalam perumusan teori ini adalah dampak sosial
dari teknik akuntansi. Sehingga yang menjadi perhatian bukan hanya pemakai
langsung akuntansi tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Pendekatan ini
sebagai embrio social responsibility accounting, yang seoalah perluasan konsep
etik dimana yang menjadi fokus utamnya adalah kesejahteraan seluruh
masyarakat bukan hanya pemilik.
5. Ekonomi
Perumusan teori akuntansi ini menekankan pada kontrol perilaku indikator makro
ekonomi yang menghasilkan perumusan teknik akuntansi. Dalam pemilihan
teknik akuntansi didasarkan pada dampaknya pada ekonomi nasional mislnya
teknik LIFO lebih menrik daripada FIFO pada masa inflasi.
6. Selektif
51
Jika dalam perumusan teori akuntansi tidak hanya menggunakan satu pendekatan,
tetapi berbagaii pendekatan amaka disebut dengan selektif.
52
BAB V
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
A. PERUMUSAN TUJUAN
Akuntansi terlahir dengan tujuan tertentu yaitu memberikan jasa bagi penggunanya
berupa informasi keuangan yang dapat dipakai dalam proses pengambilan keputusan.
Tujuan yang harus diwujudkan oleh ilmu akuntansi yang dijadikan sebagai dasar utama
dalam merumuskan teori akuntansi adalah perumusan tujuan laporan keuangan. Profesi
akuntansi melakukan berbagai upaya untuk membahas, merumuskan standar, prinsip
akuntansi dan tujuan laporan keuangan ini.
Untuk menyusun konsep yang menjelaskan tujuan laporan keuangan, pada april
1971 presiden AICPA yaitu Marshall S. Amstrong telah menunjuk tim perumus tujuan
laporan keuangan yang dikenal dengan Trueblood Committee. Tim tersebut merupakan
bukan tim pertama yang dibentuk untuk tujuan tersebut.
54
5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan menurut PSAK:
Dapat dipahami
Relevan
Matrealitas
Keandalan (reliable) : bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material
& disajikan secara jujur
Termasuk dalam pengertian ini :
- substansi mengungguli bentuk
Netralitas
Pertimbangan sehat (karena adanya ketidakpastian)
Kelengkapan
Dapat diperbandingkan : antar periode & antar perusahaan
Kendala informasi yang relevan dan andal :
Tepat waktu
Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbangan diantara karakteristik kualitatif
Penyajian wajar
6. Menurut laporan Trueblood Committee
Tujuan utama laporan keuangan “memberikan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusa”. Tujuan ini digambaran oleh belkaoui (1985) :
55
1. pengambilan keputusan
I dasar
III informasi
4. kemampuan 5. pertanggung
Yang dibutuhkan mencari laba jawaban
56
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset,
kewajiban, pendapatan dan beban
c. Informasi membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investassi yang diperoleh penanam modal
dan pemilik dana
Elemen SFAC
Kualitatif
no 3karakteristik SFAC No 2
Ditingkat paling atas merupakan penjelasan tentang tujuan laporan keuangan. SFAC
No 1 : tujuan laporan keuangan perusahaan dan SFAC No 4 : tujuan laporan keuangan
untuk organisasi nonprofit.
Tingkat kedua disebut fundamental : SFAC No 2 (ciri kualitatif dari informasi
akuntansi) dan SFAC No 3 (elemen laporan keuangan)
Tingkat tiga : menggambarkan pedoman operasional yang digunakan dalam menyusun
dan menerapkan prinsip akuntansi
Tingkat empat (display)
57
1. Tujuan laporan keuangan untuk lembaga yang mencari laba
a. Laporan keuangan harus memberikan informasi dalam memutuskan secara rasional
penggunaan investasi, kredit dan keputusan lainnya
b. Laporan keuangan harus memberikan informasi untuk menilai jumlah, waktu dan
prospek penerimaan kas.
c. Laporan keuangan harus memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi
perusahaan, klaim terhadap kekayaan, pengaru transaksi, kejadian dan keadaan lain
d. Laporan keuangan harus memberikan informasi tentang prestasi keuangan
perusahaan selama satu periode
e. Laporan keuangan harus memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan
mendapatkan dan membelanjakan kas, pinjaman dan pengembaliannya
f. Laporan keuangan harus memberikan informasi bagaiamana manajemen
mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik
g. Laporan keuangan harus memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan
direksi dalam pengambilan keputusan.
2. Tujuan laporan keuangan untuk organisasi yang bukan mencari laba
a. Laporan keuangan harus dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan alokasi sumber-sumber kekayaan
b. Laporan keuangan untuk menilai jasa dan kemampuan organisasi untuk memberikan
jasa
c. Laporan keuangan untuk menilai bagaimana manajemen meminjam dan menilai
investasinya
d. Laporan keuangan harus memeberikan informasi terhadap sumber kekayaan,
kewajiban, kekayaan bersih dan perubahannya
e. Laporan keuangan harus dapat menyajikan prestasi organisasinya
f. Laporan keuangan harus dapat menyajikan kemampuan organisasi membayar
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya
g. Laporan keuangan harus memuat penjelasan dan penafsiran manajemen
Ciri-ciri perusahaan yang bukan mencari laba :
1. Sumber dana yang diterima dari donatur tidak dimasukkan untuk dibayar kembali
kepada pemberi dana
2. Bekerja bukan untuk menghasilkan barang atau jasa untuk mendapatkan laba
58
3. Tidak ada hak pemilik yang dapat dijual, ditransferdibayar kembali, atau diyakini
mempunyai hak atas kekayaan organisasi apabila timbul likuidasi
Perbedaan perusahaan yang mencari laba dengan perusahaan yang bukan mencari laba:
No Perusahaan yang mencari laba Perusahaan yang bukan mencari laba
1 Memiliki indikator prestasi Tidak Memiliki indikator prestasi
2 Ada mekanisme persaingan di Tidak mengalami mekanisme persaingan di pasar
pasar
59
BAB VI
STANDAR AKUNTANSI
62
D. PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI DI AMERIKA SERIKAT
FASB mempunyai 7 anggota fulltime (3 orang praktisi akuntansi profesional (CPA),
2 orang dari industri, 1 orang akademisi dan 1 orang pemerintah). Fungsi FASB untuk
membentuk dan mengembangkan standar-standar akuntansi dan pelaporan keuangan
sebagai pedoman dan pendidikan bagi publik, termasuk penerbit laporan keuangan,
auditor dan pemakai laporan keuangan. FASB juga membentuk konsep-konsep akuntansi
yang luas serta standar-standar bagi pelaporan keuangan selain itu juga menyediakan
pedoman mengenai implementasi standar-standar tersebut.
Umumnya perlu waktu selama 2 tahun untuk membentuk dan menerbitkan standar
akuntansi keuangan. Sampai pada tahun 1990, FASB telah mengeluarkan 160 SAFS.
Organisasi yang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan penyusunan berbagai standar
akuntansi keuangan AS adalah SEC.
65
1. Menilai semua aset berdasarkan biaya historis, current cost atau digabungkan 2 sistem
tersebut
2. Diperbolehkan dalam Revaluasi tanah dan bangunan berdasarkan harga pasar
3. Beban depresiasi dan amortisasi harus sesuai dengan basis pengukuran yang dipakai
aset tersebut
4. Pengukuran persediaan, metode the lower of cost or net realizable value digunakan
secara luas.
67
BAB VII
KONSEP LABA
A.Pengantar Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk
pengukuran prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu berat
dalam pengukuran itu adalah pengukuran laba. Pengukuran laba ini bukan saja
penting untuk menentukan prestasi perusahaan, tetapi juga penting sebagai informasi
bagi pembagian laba, penentuan kebijakan investasi, pembayaran pajak, zakat,
bonus, dan pembagian hasil. Karena pentingnya masalah ini, dalam dunia bisnis kita
juga mengenal pengukuran laba yang dilakukan oleh profesi lain, misalnya fiskus
atau perpajakan, pemegang saham, analis keuangan, pengusaha, ekonom, bahkan
siapa pun yang bergerak dalam dunia bisnis termasuk ibu-ibu yang melakukan bisnis
di pasar, di kampung pasti memiliki ide ataua pendapat tentang perhitungan laba.
Siapa pun yang melakukan kegiatan bisnis pasti memiliki alasan ekonomis mengapa
ia terus melakukan bisnis. Biasanya alasan tradisional itu adalah untuk mendapatkan
laba. Oleh karena itu, si pelaku bisnis itu sendiri pasti memiliki pandangan tentang
apa yang dimaksudkannya sebagai laba dan bagaimana menentukan laba tersebut.
Seorang ibu yang menjual sayur di pasaran mungkin menganggap bahwa ia telah
mendapatkan laba jika uang yang ada di tangannya lebih besar daripada uang yang
dibawanya tadi pagi sewaktu memulai kegiatan pembelian barang yang dijual.
Kemungkinan besar ia tidak memperhitungkan saldo persediaan, biaya pribadinya,
dan upah tenaga kerjanya. Seorang pengusaha lainnya bisa saja menganggap bahwa
laba perusahaannya adalah penjualan dikurangi seluruh biaya dikunvestasi baik yang
sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan. Dan tentu banyak lagi pandangan
dan praktik di masyarakat dalam pengukuran laba ini, namun yang sampai menjadi
pembahasan adalah:
1. laba menurut ilmu ekonomi;
2. laba menurut fiskus (petugas pajak); gaano
3. laba menurut akuntansi;
4. laba menurut perhitungan zakat.
71
(kas masuk - kas keluar) yang diharapkan diterima selama umur ekonominya
yang didiskontokan pada saat sekarang. Untuk menghitung ini perlu diketahui:
a. arus kas yang diharapkan dari penggunaan/penjualan aset tersebut;
b. jangka waktu arus kas tersebut;
c. jumlah sisa umur aktiva tersebut; and
d. discount rate (tingkat diskonto).
2. Current Entry Price, yaitu jumlah kas atau aktiva lainnya yang dibutuhkan
untuk mendapatkan aktiva yang sejenis atau yang sama. Istilah yang sering ada
adalah sebagai berikut. a. Replacement Cost Used adalah jumlah kas yang
diperlukan untuk mendapatkan aset yang serupa yang memiliki umur pemakaian
yang sama di pasaran barang bekas. b. Reproduction Cost adalah jumlah kas atau
aktiva yang diperlukan untuk mendapatkan aset yang persis sama dengan aktiva
yang ada sekarang (aset yang baru).
3. Current Exit Price (net realizable value) Current Exit Price adalah jumlah kas
yang diterima atau utang yang dianggap lunas apabila aset tersebut dijual.
Umumnya nilai ini bermakna: 2, harga penjualan yang ada dalam keadaan pasar
bebas bukan harga yang timbul karena terpaksa; b. harga jual pada saat
berlangsungnya pengukuran/pencatatan. b. General Purchasing Power,
Productive Capacity Maintenance, yaitu physical capital yang diukur dengan
unit tenaga beli yang sama. Menurut konsep ini kapasitas produksi fisik
perusahaan yang diukur dalam unit tenaga beli yang sama dipertahankan.
Konsep yang serupa dengan ini adalah GPLA Current Value Accounting.
72
1. kondisi pasti (certainty), di mana jumlah harga atau kas yang akan di terima
atau dibayarkan di masa yang akan datang dapat ditentukan;
2. kondisi penuh ketidakpastian (uncertainty) di mana jumlah harga atau kas
yang akan diterima atau dibayarkan di masa yang akan datang belum dapat
ditentukan secara pasti. Untuk kasus yang pertama (1), hampir sama dengan
kasus sederhana di atas, perbedaannya hanya terletak pada taksiran kas terhadap
kondisi dari transaksi yang akan datang yang sudah dapat ditentukan itu.
Sementara itu, yang selalu terjadi adalah kasus kedua (2) di mana transaksi kas
kebanyakan masih belum menentu baik kejadiannya, waktunya, dan harganya.
Untuk itu, kita menghadapi beberapa masalah tentang: nilai ekonomi, harga,
modal, skala, pengukuran pertukaran. Nilai ekonomi adalah preferensi seseorang
terhadap suatu komoditas berdasarkan kegunaan baginya di masa yang akan
datang dibanding dengan komoditas lain. Jika terjadi pertukaran, muncullah
harga atau harga pertukaran (exchange price). Harga ini ditetapkan berdasarkan
nilai uang, Maka, di sini muncul beberapa bentuk harga, yaitu:
1. harga historis (historical cost);
2. harga sekarang (current price) atau harga ganti (replacement cost) atau exit
price;
3. harga nanti bisa harga ganti nanti, atau harga exit price nanti;
4. harga diskonto atau computed amount. Akuntansi konvensional masih lebih
banyak menggunakan harga historis. Harga ini sangat menentukan dalam
perhitungan laba, income atau profit. Tetapi dengan FASB 157 mulai digunakan
Fair Value.
1. Modal (Capital) Modal adalah aktiva bersih. Laba menaikkan modal atau
aktiva bersih. Laba adalah arus kekayaan, sedangkan modal adalah simpanan
kekayaan. Oleh karena itu, penentuan laba, yaitu penentuan kenaikan modal juga
menyangkut masalah harga juga. Modal bisa berarti financial capital di mana
tekanannya adalah nilai uang dari aktiva dikurangi dengan nilai kewajiban yang
merupakan kontribusi uang pemilik kepada perusahaan. Physical capital, yaitu di
sini difokuskan pada kemampuan fisik dari modal itu untuk memproduksikan
barang dan jasa bukan pada nilai uangnya. Ukurannya adalah kapasitas produksi
dari aktiva yang dimiliki.
2. Replacement Cost Income Dalam konsep Replacement Cost Income dikenal
dua komponen income, yaitu: a. current operating profit yang dihitung dari
pengurangan biaya peng ganti (replacement cost) dari penghasilan; b. realized
holding gain and loss yang dihitung dari perbedaan antara replacement cost dari
barang yang dijual dengan biaya historis dari barang yang sama. Laba rugi ini
dapat dibagi dua, yaitu. (1) yang direalisasi dan accrued selama periode itu; (2)
yang direalisasi pada periode itu, tetapi accrued pada periode sebelumnya.
Dari pembagian ini, menurut Belkaoui, Accounting Income dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Pa = X + Y + Z Pa = Accounting Income X = Current operating profit Y =
Realisasi dan accrued holding gain pada periode itu Z = Realisasi holding gain
pada periode itu, tetapi accrued pada periode sebelumnya Money Income
berbeda dengan Accounting Income dalam hal: 1) money income dihitung
73
berdasarkan nilai replacement cost, sedangkan Accounting Income berdasarkan
historical cost; 2) money income hanya mengikuti gain yang accrued pada
periode itu. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa money income dapat
dihitung sebagai berikut Pm = Pa - Z + W Pm = Money income Pa = Accounting
income Z = Realisasi holding gain and loss pada periode itu accrued pada
periode sebelumnya W = Holding gain and loss yang belum direalisasi Atau bisa
juga dihitung sebagai penjumlahan dari: 1) current operating profit atau X; 2)
realisasi dan accrued holding gain pada periode itu atau Y; 3) holding gain dan
loss yang belum direalisasi yang accrued pada periode itu. Contoh: Dibeli 1.000
unit produk A seharga Rp100,00 per unit. Pada akhir 31 Desember 1999
replacement cost adalah Rp200,00 per unit. Jumlah 1.000 unit dijual pada akhir
tahun 2000 dengan harga Rp300,00 per unit. Harga replacement cost adalah
Rp250,00 per unit. 1999: Accounting Income adalah Rp 0,-
Pa = X + Y + Z
=0+0+0=0
Money income adalah Rp 1.000,
Pm = X + Y + W
= 500 + 500 + 0
= 1.000,-
2000: Accounting income adalah Rp 2.000, atau 500 + 500 + 1.000 = Rp 2.000,
Money Income adalah Rp 1.000, atau 500 + 500 = Rp 1.000, atau Pa - Z + W
2.000 – 1.000 + 0 = Rp 1.000, Pada tahun pertama accounting income tidak ada
laba, namun pada dua periode tersebut accounting income sama dengan money
income. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba ekonomi dapat dilihat dari
rumus sebagai berikut (Most, 1982). Accounting Income + Perubahan Aktiva
Berwujud yang tidak direalisasi - Perubahan Aktiva berwujud yang terjadi pada
awal periode + Perubahan nilai Aktiva Tidak Berwujud = Laba Ekonomi.
D. Ilustrasi Perhitungan Laba
Untuk membedakan keempat konsep laba di atas, di bawah ini kita berikan
contoh sebagai berikut. PT Sipangko Jaya memiliki kekayaan bersih sebesar
Rp10.000.000,00 pada tanggal 1 Januari 2000 dan pada 31 Desember 2000
menjadi Rp 15.000.000,00. Untuk mempertahankan kapasitas produksi fisik
perusahaan yang sebenarnya, diperlukan biaya Rp12.500.000,00, sedangkan
tingkat harga umum naik 10% selama periode itu. Pertanyaan: Hitunglah laba
menurut keempat konsep itu. Jawab: | 1. Money Maintenance: ano Net Asset 31
Desember 2000 gram Rp 15.000.000, Net Asset 1 Desember 2000 Rp
10.000.000, Laba Rp 5.000.000, 2. GPP - Money Maintenance:
74
10% x Rp. 10.000.000,- = Rp 1.000.000, Rp 11.000.000,
Laba Rp 4.000.000,
3. Productive Capacity Maintenance: Net Asset 31 Desember 2000 Rp
15.000.000 Bagian yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas produksi
perusahaan Rp 12.500.000 Laba Rp 2.500.000
4. GPP Productive Capacity Maintenance: Net Asset 31 Desember 2000 Rp
15.000.000, Bagian untuk mempertahankan kapasitas produksi yang diperlukan
Net Asset 1 Januari 2000 Rp 12.500.000, Penyesuaian GPL = 10% x Rp.
12.500.000,- = Rp 1.250.000, Rp 13.750.000, Laba Rp 1.250.000, Demikianlah
perbedaan tingkat laba menurut empat konsep yang dijelaskan di muka. F. Laba
Menurut Konsep Akuntansi (Accounting Income) Dalam Akuntansi yang
memiliki konsep perhitungan laba juga dikenal perbedaan pandangan dalam
menghitung laba (Income). Di sini kita perkenalkan empat pendapat, yaitu: 1.
pemikiran klasik yang berpedoman pada postulat unit of measure dan Prinsip
Historical Cost yang sering disebut Historical Cost Accounting atau
Conventional Accounting sebagaimana yang kita anut saat ini, yang dinamakan
konsep laba Accounting Income; 2. pemikiran neo klasik yang mengubah
postulat unit of measure dengan menerapkan perhitungan perubahan tingkat
harga umum (General Price Level) dan tetap mempertahankan prinsip Historical
Cost, yang ini dikenal dengan istilah General Price Level Adjusted Historical
Cost Accounting (GPLA Historical Accounting), dan perhitungan labanya
disebut GPLA Accounting Income; 3. pemikiran radikal: yang memilih harga
sekarang (current value) sebagai dasar penilaian bukan Historical Cost lagi, di
mana konsep ini dikenal dengan Current Value Accounting, sedangkan
perhitungan labanya disebut Current
4. pemikiran neo radikal yang menggunakan Current Value, tetapi disesuaikan
dengan perubahan tingkat harga umum, yang disebut GPLA Current Value
Accounting, sedangkan perhitungan labanya disebut Adjusted Current Income.
Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi itu adalah perbedaan
antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu
dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.
Menurut Belkaoui, definisi tentang laba itu mengandung lima sifat berikut.
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu
timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya
merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan
tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip macthing artinya hasil dikurangi
biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.
75
Most menambahkan ciri-ciri laba akuntansi sebagai berikut.
1. Laba akuntansi menggunakan konsep periodik.
2. Laba akuntansi diperluas bukan hanya transaksi dan termasuk seluruh nilai
fenomena dan periode yang dapat diukur.
3. Laba akuntansi mengizinkan agregasi ke dalam kategori berupa input dan
output.
4. Oleh karena itu, perbandingan input dengan output akan mengha silkan sisa.
5. Dengan demikian, mayoritas mereka yang berkepentingan terhadap angka itu
dapat menggunakannya untuk berbagai tujuan.
Beberapa kebaikan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagaiberikut.
1. Dapat terus-menerus ditelusuri dan diuji.
2. Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan
dilaporkan secara objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa (verifiability).
3. Memenuhi prinsip conservatisme, karena yang diakui hanyalah laba yang
direalisasi dan tidak memerhatikan perubahan nilai
4. Dapat dijadikan sebagai alat kontrol oleh manajemen dalam melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen Para pendukung ini antara lain Ijiri, Kohler, Littleton,
dan Maut
Namun, di samping adanya keistimewaannya ini, kelemahan yang terkandung di
dalamnya adalah sebagai berikut:
1. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari
kenaikan nilai. Kenaikan ini ada, namun belum direalisasi
2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena
perbedaan dalam metode menghitung cost, perbedaan waktu antara realisasi
hasil dan biaya.
3. Penerapan prinsip realisasi, Historical Cost, dan Conservatisme dapat
menimbulkan salah pengertian terhadap data yang disajikan.
Hendriksen (1992) dan Most (1982) memberikan kelemahan laba akuntansi
sebagai berikut.
1. Konsep laba akuntansi belum dirumuskan secara jelas dalam teori akuntansi.
Akuntansi dinilai:
a. belum mampu memberikan ukuran terbaik untuk menentukan nilai arus jasa
dan perubahan nilainya;
b. belum sepakat mana yang masuk dan tidak masuk dalam per hitungan laba;
c. ketidaksepakatan antara berbagai pihak siapa yang menjadi pemakai informasi
net income ini.
2. Standar akuntansi yang diterima umum masih mengandung berbagai cara
yang berbeda-beda dan mengandung ketidakkonsistenan baik antarperusahaan
76
maupun dalam suatu periode tertentu.
3. Perubahan tingkat harga telah mengubah arti laba yang diukur ber dasarkan
nilai historis sehingga perubahan nilai uang atau tingkat inflasi belum
diperhitungkan dalam laporan keuangan.
4.Kurang bermanfaat untuk keputusan jangka pendek.
5. Informasi lainnya di luar data historis dinilai lebih bermanfaat bagi investor
dalam pengambilan keputusan.
6. Kurangnya informasi fisik dan perilaku yang membuat informasi laba
semakin bermanfaat. Beberapa konsep laba, perhitungan laba serta mereka yang
membutuhkannya disusun Hendriksen (1992:155) dalam tabel sebagai berikut.
77
BAB VIII
AKUNTANSI INFLASI, MODEL PENILAIAN DAN PENENTUAN LABA
A. PENGANTAR
Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen
selaku pengelola bisnis untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor.
Laporan keuangan memberikan informasi yang disajikan oleh akuntansi keuangan dalam
rangka menilai kinerja perusahaan. Informasi yang disajikan pada laporan keuangan ini
disusun berdasarkan standar yang sudah ditetapkan dan prinsip-prinsip yang sudah baku.
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga umum atas semua barang dan jasa di dalam
suatu perekonomian. Tekanan inflasi merupakan suatu peristiwa moneter yang dapat
dijumpai pada hampir semua negara-negara di dunia yang sedang melaksanakan proses
pembangunan. Sebagai negara berkembang yang masih terus menjalankan pembangunan,
Indonesia mengalami inflasi dari tahun ke tahun.
Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa
inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan
fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi
negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,
goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat
faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau
hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term
of trade, utang luar negeri , dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di
pasar domestik.
Pengukuran yang selama ini digunakan dalam akuntansi adalah metode Historical
Cost. Historical Cost adalah menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga
acquisition cost adalah dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang , jasa ,
biaya, harga pokok, dan ekuitas. Dengan perkataan lain, setiap perkiraan dinilai
berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehan (Sofyan Syafri Harahap: 2011).
Metode historical cost ini menunjukkan bahwa laporan keuangan bersifat historis, yaitu
merupakan laporan keuangan atas kejadian yang telat lewat. Akuntansi juga disusun
berdasarkan prinsip unit moneter, hal ini berarti akuntansi hanya memberikan data
78
kuantitatif dan moneter. Akuntansi hanya memberikan data yang sifatnya material.
79
Sedangkan inflasi yang terjadi merupakan suatu kejadian yang akan datang, yang di
pengaruhi dari kejadian sebelumnya.
Inflasi yang terjadi di suatu negara akan membawa dampak terhadap laporan
keuangan yang disajikan karena informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai
dengan keadaan pasar yang sesungguhnya. Serta prinsip stable monetary unit yaitu
kesatuan moneter dianggap stabil. Hal ini tidak berlaku pada kenyataannya karena kita
ketahui bahwa dimana saja di dunia ini tingkat inflasi nya akan berubah. Di Indonesia
pada tahun 1956 tingkat inflasi tertinggi sampai 650%, pada tahun 1999 saja tingkat
inflasinya mencapai 9,35%. (Sofyan Syafri Harahap:2011).
Permasalahan-permasalahan inilah, yang memicu banyaknya kritik terhadap
kegunaan laporan keungan sebagai pemberi informasi khusunya pada masa inflasi. Pada
saat inflasi, informasi-informasi yang disajikan pada laporan keuangan hanya sia-sia saja
karena informasi yang disajikan tidak sesuai dengan apa yang ada pada kenyataannya. Hal
ini juga yang memicu munculnya akuntansi inflasi.
Akuntansi inflasi adalah akuntansi yang berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang
memuat dampak dari inflasi atau penurunan nilai beli uang pada laporan keuangan
sehingga laporan keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang
berlaku saat itu bukan lagi harga historis.
C. AKUNTANSI INFLASI
Pengertian Inflasi dan Tingkatan Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Beberapa definisi inflasi dari para ahli :
1. Menurut Nopirin (1987:25) adalah `Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus menerus selama peride tertentu.
2. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603) Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan
harga secara umum.
Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l) :Price level (year t-l)
81
Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada
beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,
1987:25) antara lain:
a. Consumer Price Index (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam
membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of market basket in given year : Cost of market basket in base year) x 100%
b. Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitik beratkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah
(raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan
indeks CPI.
c. GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI,
dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan
GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
Akuntansi Inflasi
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi sama dengan metode penentuan
laba. Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relevan yang
digambarkan oleh laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat
dalam laporan keuangan. Dalam menyusun laporan keuangan pada masa inflasi juga
diperlukan metode-metode. Menurut Johnson, metode pengukuran aktiva dan kewajiban
dapat dibagi :
1. The Entry Value System dari harga umum yang terdiri dari :
a. Historical cost
b. General price level
c. Replacement cost
d. Reproduction cost
2. The Exit Value System harga pasar atau current market value yang terdiri dari :
a. net realizable value
b. selling price
c. expected value
85
Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut
kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan
nilai sekarang. Misalnya aktiva tetap, lahan. Dalam metode current value harga baru itu
yang dicoba digambarkan dengan harga sekarang.contohnya adalah biaya dibayar dimuka.
E. MODEL AKUNTANSI
Ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan laba yaitu:
1. pengukuran menurut unit uang :
a. Historical Cost Accounting
b. Replacement Cost Accounting
c. Net Realizable Value Accounting
d. Present Value Accounting
2. Pengukuran menurut Uint Tenaga Beli (GPL / General Price Level)
a. GPL Historical Cost Accounting
b. GPL Replacement Cost Accounting
c. GPL Net Realizable Value Accounting
d. GPL Present Value Accounting
Namun yang akan dibahas pada bab ini hanya tiga model akuntansi saja, yaitu :
a. Historical Cost Accounting
b. Replacement Cost Accounting
c. Net Realizable Value Accounting
86
c. Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau
sejenisnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang
yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.
d. Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus
kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus
kas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali hutang.
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :
Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement cost
dan net realizable value), dan masa yang akan datang (present value).
Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi perolehan
atau pembebanan hutang, net realizable value dan present value menyangkut
penjualan aset dan pembayaran hutang.
Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya,
present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net
realizable value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan).
2. Unit Of Measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :
a. Unit Moneter (Uang)
Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.
b. Unit Daya Beli (Purchasing Power)
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu
berbeda apabila waktunya berbeda.
88
Metode Pengukuran Harga Wajar (Fair Value) telah berlaku di Amerika sesuai dengan
statement NO. 157 tentang Fair Value Measurement.
“Statement ini mendifinisikan fair value , menentapkan kerangka untuk mengukur nilai
yang wajar (fair value) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, dan
memperluas pengungkapan tentang pengukurna fair value. Statement ini diterapkan dalam
kerangka dasar akuntansi yang membutuhkan atau mengizinkan pengukuran fair value.
Dewan standar sebelumnya telah memutuskan melalui pengumuman bahwa fair value
adalah metode pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini tidak meemerlukan
metode pengukuran fair vale yang baru. Namun, untuk sebagian entitas penerapan fair
value ini akan mengubah praktik yang berlaku sekarang.
Tambahi alasan
H. ILUSTRASI BEBERAPA ALTERNATIF MODEL AKUNTANSI
Untuk memberikan gambaran yang jelas antara beberapa alternative model
akuntansi ini kita misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2005
akan memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Modal berjumlah Rp 30.000,-,
utangnya Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko Jaya
memulai kegiatannya dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit.
Pada tanggal 1 Mei perusahaan menjual 5.000 unit dengan harga Rp 15,- per unit.
Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Januari 1 Mei 1 Desember 1
Replacement Cost 10 12 13
Net Realizable Value - 15 17
General Price Level Index 100 130 156
89
Keterangan Historical Replacement Net Realizable
Cost Value Value
Hasil 75.000 92.000
Harga Poko Penjualan 50.000 60.000 73.000
Laba Kotor 25.000 15.000 19.000
Bunga 10% 3.000 3.000 3.000
Laba Operasi 22.000 12.000 16.000
Realisasi holding gain and loss sudah 10.000 10.000
termasuk
Holding gain and loss yang tidak dihitung/ tidak 3.000 3.000
direalisasi dihitung
General Price level gain and loss tidak tidak dihitung tidak dihitung
dihitung
Laba bersih 22.000 25.000 29.000
PT Sipangko Jaya
Neraca
31 Desember 2005
Keterangan Historical Replacement Net Realizable
Cost Value Value
Harta :
Kas 72.000 72.000 72.000
Persediaan 10.000 13.000 17.000
Total Harta 82.000 85.000 89.000
Modal :
Modal Saham 30.000 30.000 30.000
Laba ditahan Realisasi 22.000 22.000 22.000
Belum realisasi - 3.000 7.000
Total laba ditahan 22.000 25.000 29.000
Total Modal Setor 52.000 55.000 59.000
Total Utang & Modal 82.000 85.000 89.000
90
2. General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting
3. General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting
PT Sipangko Jaya
Laporan Laba
Rugi
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005
Keterangan GPLA GPLA GPLA
HC RC NRVA
Hasil 90.000 90.000 107.000
Harga Pokok Penjualan 78.000 72.000 85.000
Laba Kotor 12.000 18.000 22.000
Bunga 10% 3.000 3.000 3.000
Laba Operasi 9.000 15.000 19.000
Real Realized Holding Gain and Loss termasuk (6.000) (6.000)
Real Unrealized Holding Gain and Loss tidak dihitung (2.600) (2.600)
General Price Level Gain and Loss 1.800 1.800 1.800
Laba Bersih 10.800 8.200 12.200
PT Sipangko Jaya
Neraca Menurut General Price Level
Per 31 desember 2005
Keterangan GPL GPL GPL
HC RC NRVA
Aktiva:
Kas 72.000 72.000 72.000
Persediaan 15.600 13.000 17.000
Total Aktiva 87.600 85.000 89.000
Pasiva:
Obligasi 30.000 30.000 30.000
Modal 46.800 46.800 46.800
Laba Ditahan:
Realized 9.000 9.000 9.000
Unrealized (0) (2.600) 1.400
Laba/Rugi GPL 1.800 1.800 1.800
Total Pasiva 87.600 85.000 89.000
91
Ya Ya Ya
2 Replacement-cost Ya Hilang Ya
Laba Rugi Harta Harta
Ya
Ya
Net-realizable-value Aktiva Aktiva
3 Hilang Hilang Ya Laba Rugi
accounting Moneter dan Moneter
dan Utang
Utang
General price-level-
4 adjusted historical cost Ya Ya Hilang Ya Ya Ya
accounting
General Price-level-
5 adjusted replacement- Ya Hilang Hilang Hilang Ya Ya
cost accounting
General Price-level-
6 adjusted net-realizable- Hilang Hilang Hilang Hilang Ya
value accounting
92
BAB IX
AKUNTANSI ISLAM
A. Pengantar
Belakangan ini semakin semarak resistensi kepada sistem ekonomi kapitalis yang dinilai
akan terus menghasilkan kemakmuran yang tidak merata, yang kaya (baik negara,
peusahaan, dan individu) akan semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Bahkan
dalam konteks keyakinan agama yang mempercayai akhirat, sistem itu dapat dipastikan
tidak memiliki dimensi ukhrawi, dimensi ilahiah sehingga bagi mereka yang menganut
agama apa pun sebenarnya sistem itu tidak sesuai dengan keyakinannya. Dalam
perkembangannya sistem ekonomi serta sistem yang menompangnya (antara lain
akuntansi) baru kajian Ekonomi Islam dan Akuntansi Islam yang lebih terdepan dalam
kajian ilmiahnya. Akuntansi berkembang karena penerapan sistem ekonomi Islam
khususnya dalam dunia bisnis, misalnya keuangan, perbankan, asuransi, dan perusahaan
lainnya. Lebih 500 lembaga bisnis di tingkat internasional dengan aset atas U$$ 1 triliun
telah menerapkan sistem syariah ini dalam mengoperasionalkan bisnisnya. Mueller dan
Belkaoui menyebut Akuntansi Islam ini sebagai emerging model dengan basis religious
relativism yang didasarkan pada hukum syariah. Akuntansi Islam bukan mengenai
agama (fikih), ia sejajar dengan ilmu akuntansi kapitalis. Kalau akuntansi kapitalis
dibangun atas dasar filsafat materialisme/sekularisme hasil pemikiran manusia tanpa
campur tangan Allah, Akuntansi Islam di bangun atas dasar pemikiran manusia yang
mengindahkan hukum-hukum Allah. Bab ini akan mencoba memberikan gambaran
sepintas tentang apa akuntansi Islam itu sebagai bagian dari disiplin Teori Akuntansi.
Salah seorang penulis Barat mengungkapkan bahwa dengan runtuhnya Uni Soviet
bersama ideologi Lininisme Komunisme, ideologi yang tinggal hanya kapitalisme dan
Islam. Kemudian, penulis ini melanjutkan bahwa ternyata Islam memiliki tingkat
compatibility yang sangat dekat dengan Islam. Di dalam buku Akuntansi Pengawasan
dan Manajemen Dalam Perspektif Islam (Harahap, 1992), disimpulkan bahwa
berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan di Barat, ternyata konsepsi Islam yang
diturunkan kepada manusia oleh Allah Swt. melalui Rasulullah Saw. ternyata merupakan
suatu sitem way of life yang utuh dan lengkap, sesuai dan tidak bertentangan dengan
ilmu pengetahuan serta fenomena alam yang ada. Kenyataan ini dapat dilihat dari
berbagai sudut dan disiplin ilmu seperti ilmu alam, astrologi, sosiologi, medical,
psikologi, ekonomi, dan juga akuntansi. Dalam bab ini kita mencoba bagaimana konsep
Islam pada Akuntansi. Penelitian dan penulisan yang mengkaji akuntansi dalam Islam
sudah mulai merbak, bak di Barat maupun di tanah air sendiri. Literatur yang membahas
topik ini di tanah air dapat dilihat dalam buku Akuntansi Pengawasan dan Manajemen
dalam Perspektif Islam (Harahap, 1992), Akuntansi Islam (Harahap. 1999), Organisasi
dan Akuntansi Syariah (Triwiyono, 2000) dan sebagainya. Pembahasan akuntansi dalam
Islam dipertanggungjawabkan sesuai dengan sumber referensinya yang sah. Akuntansi
dalam Islam dapat kita lihat melalui pedoman suci umat Islam, Al-Qur’an sebagai
berikut. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282 merupakan ayat terpanjang dalam
Al-Qur’an adalah sebagai beikut. Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kalian menuliskannya dengan
benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
93
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu
mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun dari utangnya. Jika yang berutang
itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antara kalian). Jika tak ada dua orang
lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kalian ridai, supaya jika seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kalian jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan
kesaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguan kalian. (Tulislah
muamalah kalian itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kalian jalankan
di antara kalian; maka tak ada dosa bagi kalian, (jika) kalian tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kalian berjual-beli; dan janganlah penulis dan saksi saling
menyulitkan. Jika kalian lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah
suatu kefasikan pada diri kalian. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajar kalian;
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Lihat Al-Qur’an dan Terjemahannya,
YPPA, PT Bumi Restu). Kemudian, dalam catatan kakinya, “muamalah” diartikan
seperti kegiatan berjual-beli, berutang-piutang, sewa-menyewa, dan sebagainya.
Berutang-piutang tentu mempunyai pengertian yang luas dalam bisnis. Pendirian
perusahaan oleh pemilik modal menyangkut utangpiutang antara dia dan manajemennya.
Pengelolaan harta pemilik modal oleh manajemen merupakan hubungan kerja sama,
utang piutang (atau agency relationship). Hubungan transaksi dagang maupun bentuk
bisnis lainnya selalu mempunyai konteks utang piutang, pinjaman kepada lembaga
keuangan mempunyai hubungan utang-piutang. Oleh karena itu, setiap lembaga
perusahaaan sarat dengan kegiatan muamalah sebagaimana dimaksudkan ayat 282 tadi.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pemeliharaan akuntansi wajib hukumnya
dalam suatu perusahaan bahkan juga pribadi. Dalam Islam selalu ditekankan jangan
melakukan kecrangan dan menimbulkan kerugian kepada pihak lain. Ketentuan ini harus
ditegakkan dengan cara apa pun harus ada sistem yang dapat menjaga agar semua hak-
hak stakeholders termasuk hak sosial, dan lingkungan dan pemerintah dijaga dan jangan
sampai ada yang dirugikan dalam kontrak kerja sama apakah dalam bidang jual beli,
mudharabah, atau musyarakah. Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al-Azhar juz 3 tentang
surat Al-Baqarah ayat 282 ini mengemukakan beberapa hal yang relevan dengan
akuntansi sebagai berikut. Perhatikanlah tujuan ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang
beriman kepada Allah supaya utang piutang itu ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu
pekerjaan karena Allah, karena perintah Allah dilaksanakan. Sebab itu, tidaklah layak
berbaik hati kepada kedua belah pihak lalu berkata tidak perlu memercayai. Padahal
umur kedua belah pihak sama-sama ditangan Allah. Si Anu mati dalam berutang, tempat
berutang menangih pada warisnya yang ringgal. Si waris bisa mengingkari utang itu
karena tidak ada surat perjanjian. Beliau mengungkapkan secara jelas betapa wajibnya
memelihara tulisan. Dan perintah inilah yang selalu diabaikan umat Islam sekarang ini.
Bahkan yang lebih parah sudah sampai pada suatu situasi seolah-olah menuliskan
transaksi seperti ini menunjukkan kekurangpercayaan satu sama lain, padahal ini
merupakan perintah Allah Swt. kepada umatnya yang tentunya harus dipatuhi. Buya
Hamka melanjutkan lagi: ...dan apabila di belakang hari perlu dipersaksikan lagi sudah
ada hitam di atas putih tempat berpegang dan keragu-raguan hilang, sebab sampai
sekecil-kecilnya pun dituliskan. Mengomentari tentang transaksi kontan Buya Hamka
94
menulis sebagai berikut: ...di zaman kemajuan sebagai sekarang, orang berniaga sudah
lebih teratur sehingga membeli kontan pun dituliskan orang juga, sehingga si pembeli
dapat mencatat berapa uangnya keluar pada hari itu dan si penjual pada menghitung
penjualan berapa barang yang laku dapat pula menjumlahkan dengan sempurna. Tetapi
yang semacam ini terpuji pada kata syara. ‘Kalau dikatakan tidak mengapa (dalam Al-
Qur’an. pen) tandanya ditulis lebih baik. Pendapat Buya Hamka ini menunjukkan bahwa
sebenarnya syara’ pun menganjurkan pencatatan baik yang tunai maupun yang masih
accrual sebagaimana yang sekarang diterapkan dalam akuntansi. Dari ayat ini dapat kita
catat bahwa dalam Islam, sejak munculnya peradapan Islam sejak Nabi Muhammad
Saw. telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanannya adalah
untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan antara dua pihak yang
mempunyai hubungan muamalaj tadi. (Lihat sejarah akuntansi Bab 2). Dengan perkataan
lain, dapat kita sebutkan bahwa Islam mengharuskan pencatatan untuk tujuan keadilan
dan kebenaran. Sementara itu, pencatatan untuk tujuan lain seperti data untuk
pengambilan keputusan tidak diharuskan. Akan tetapi, menurut Buya Hamka justru
karena sesuai syara’, mungkin ketidakwajiban ini disebabkan hal ini sudah merupakan
urusan yang sifatnya tidak perlu diatur oleh suatu kitab suci. Dan mengenai hal ini
Rasulullah mengatakan, “Kamu lebih tahu urusan duniamu.” Urusan dunia (dalam tanda
kutip) yang diserahkan bulat-bulat kepada manusia merupakan bukti kebebasan berpikir
sekaligus membuktikan “kedinamisan” Islam, dan menjaga agar Al-Qur’an tetap up to
date dan tidak pernah ketinggalan karena perubahan dan kemajuan cara berpikir
manusia. Tekanan Islam dalam kewajiban melakukan pencatatan sebagai berikut. 1.
Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar nantinya dalam
menyelesaikan persoalan selanjutnya. 2. Menjaga agar tidak menjadi manipulasi atau
penipuam , baik dalam transaksi maupun hasil dari transaksi itu (laba). Bagaimana
menurut akuntansi? Dalam akuntansi tujuan pencatatan adalah: a. Pertanggungjawaban
(accountability) atau sebagai bukti transaksi; b. Penentuan pendapatan (income
determination); c. Informasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, dan
lain-lain. Akuntansi juga merupakan upaya untuk menjaga terciptanya keadilan dalam
masyarakat dan dalam entitas atau organisasi dengan semua stakeholdersnya, karena
akuntansi memelihara catatan sebagai accountability dan menjamin akurasninya.
Pentingnya keadilan ini dapat dilihat dari Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 24 sebagai
berikut. Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti
yang nyata dantelah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dalam Al-Qur’an surat Al-Syuraa’ ayat
182-183 berbunyi sebagai berikut. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang merugikan.Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. Penggunaan sistem akuntansi
jelas merupakan manifestasi dari pelaksanaan perintab itu karena sistem akuntansi dapat
menjaga agar aset yang dikelola terjaga accountibility-nya sehingga tidak ada pihak
terafiliasi yang dirugikan, jujur, adil, dan kepada yang berhak akan diberikan sesuai
haknya. Upaya untuk mencapai keadilan, baik dalam pelaksanaan utang-piutang maupun
dalam hubungan kerja sama berbagai pihak seperti dalam persekutuan, musyarakah,
mudharabah memerlukan sarana pencatatan yang menjaga agar satu sama lain saling
yakin dan tidak dirugikan sebagimana spirit ayat di atas. Dari usul fiqih disebutkan
untuk mencapai sesuatu yang diwajibkan, sarana untuk mencapainya pun menjadi wajib.
“Mala yummitul wajibu ila bihi fahua wajibun.” Jika untuk melaksanakan sesuatu yang
hukumnya wajib harus dengan dia, dia itu pun menjadi wajib. Oleh karena itu, dapat
95
disebutkan memelihara pencatatan baik sebagai informasi, untuk penyaksian, untuk
pertanggungjawaban, untu pemeliharaan hak, atau untuk keadilan, hukumnya termasuk
menjadi wajib.
Diatas sering penulis menggunakan perkataan wajar dan juga perkataan benar, dalam
tulisan ini penulis ingin mengingatkan kita tentang pemakaian kata ini. Dalam
permulaan sejarahnya sampai sekitar abad XX, laporan keuangan masih dikatakan benar
atau true. Namun, akhirnya, laporan keuangan tidak dikatakan benar lagi, tetapi dipakai
istilah wajar, layak atau fairly stated. Keadaan ini menunjukkan bahwa akuntansi
konvensional dengan berbagai instrumen dan sifatsifatnya merasa tidk bisa menjamin
“kebenaran” output akuntansi itu. Akuntansi Islam harus bisa menjamin bahwa
informasi yang disusun dan disajikan harus benar dan bebas dari unsur penipuan dan
ketidakadilan, bebas dari pemihakan kepada kepentingan tertentu. Informasi yang
diberikan harus transparan, teruji, dan dapat dipertanggungjawabkan dunia akhirat.
Setelah skandal Enron ada kecenderungan akan kembali ke konsep benar. Hal ini dapat
dilihat bunyi pernyataan akuntan sebagai berikut. Sesuai standar Profesional Akuntan
Publik, laporan auditor bentuk baku yang meliputi satu periode akuntansi disajikan
sebagai berikut: Laporan Auditor Independen [Pihak yang dituju oleh auditor] Kami
telah mengaudit neraca perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X5 serta laporan laba-
rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan.
Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar tersebut mengharuskan
kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi
pemeriksaan, atas dasar pengujian, buktibukti yang mendukung jumlah-jumlah dan
penngungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip
akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang disebut oleh manajemen, serta
penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa
audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Menurut pendapat
kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X5, dan
hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. [Tanda tangan, nama ekan, nomor
izin akuntansi publik, nomor izin kantor akuntansi publik] [Tanggal] Dari laporan
standar ini ditemukan kalimat “Laporan keuangan bebas dari salah saji, material.” Ini
menunjukkan bahwa laporan keuangan disajikan secara benar atau minimal mendekati
benar.
1. Islam dan Persepsi Masyarakat Islam dapat dijelaskan dalam berbagai sudut pandnag.
Ia sebagai agama, sistem nilai, ilmu, tata cara ritual, dan sistem kehidupan (way of life).
Dalam konteks ini kita kan menggunakan istilah Islam sebagai tata cara kehidupan.
Dalam pengertian kami, Islam bukan hanya tata cara ritual ibadah khusus, bukan hanya
persiapan mati, tetapi ia menyatu dalam kehidupan yang terintegrasi dan holistik tanpa
96
ada garis demarkasi antara persoalan dunia dan akhirat dan tanpa ada dikotomi antara
keduanya. Artinya, masalah ekonomi, manajemen, dan akuntansi pun ada dalam Islam.
Pengertian ini sejalan dengan pendapat Syed Muhammad Naquib Al-Attas (1989)
tentang Islam sebagai beikut: Pengertian agama dalam Islam sama dengan istilah “din”
yang berarti bukan saja semata suatu konsep, tetapi suatu yang harus dijabarkan ke
dalam realitas kehidupan secara mendalam dan kental dalam pengalaman hidup manusia.
Dari sisi lain, Islam disifati juga sebagai Rahmatan lil ‘Alamin, rahmat untuk sekalian
alam. Kalau sebelumnya agama, kitab atau kepercayaan yang dibawa para nabi dan
tokoh agama lainnya bersifat lokal, bangsa atau primordial. Misalnya Nabi Daud as.,
Luth as., Ibrahim as., Musa as., Isa (Yesus) as. Semuanya hanya untuk kaumnya. Islam
mengayomi semua makhluk itu. Kalau kapitalisme memiliki kaum pemilik modal dan
komunis memayungi kaum buruh, Islam memayungi keduanya bahkan semuanya
termasuk segala makhluk yang ada di bumi ini dan non-Muslim. Kenyataan di lapangan
persepsi masyarakat terhadap Islam menurut pengamatan penulis masih banyak yang
keliru, masih melihat Islam sebagai satu unit dari budaya atau merupakan subsistem
sosial. Kami memahami kesalahan persepsi ini karena banyaknya pemikiran yang
terpatri dalam literatur yang menilai Islam sama dengan cara menilai agama samawi
sebelumnya. Persepsi ini bermula dari sejarah mulanya sivilisasi di Eropa (abad ke14
Masehi) di mana gereja yang dinilai dogmatis bergumul dengan beberapa paham
sekular, seperti, feodalisme, kapitalisme, liberalisme, dan sekularisme. Dalam
pergumulannya akhirnya kapitalisme semakin menguat posisinya dalam masyarakat
sehingga gereja yang dianggap dogmatis, mengganggu kebebasan manusia akhirnya
masyarakat membuat gars pemisah antara urusan agama (gereja) dan urusan dunia.
Sikap sekularisme inilah yang terbawa sampai saat ini. Dalam sejarah dunia (Al-Dhaffa,
1977, 1988), kehancuran imperium Baghdad atau Dinasti Abbasiyah (1258 H) adalah
karena konflik intern dan haus kekuasaan. Dinasti ini dihancurkan secara mengenaskan
oleh bangsa Mongolia, yaitu Khulagu Khan dan Gengis Khan. Kehancuran ini
digambarkan oleh Al-Dhaffa (1977, 1988) sebagai berikut: ...harta kekayaan Baghdad
telah dirompak, perpustakaan yang amat bernilai dan hasil kesusasteraan dimusnahkan....
Pada akhirnya kekalahan ini menyebabkan Eropa mampu mengalahkan dan mengambil
alih peranan itu, dan akhirnya sivilisasi berlih secara pelan-pelan dan membawa
khazanah kemajuan imperium Baghdad atau Otthoman ke Eropa tanpa mengungkapkan
keberadaan sivilisasi Islam itu. Khazanah ini ditiru dan dikembangkan di Eropa tanpa
mengungkapkan kekerasan sivilisasi Islam itu. Perkembangan ilmu pengetahun yang
sangat spektakuler di Eropa khususnya Spanyol menyebabkan perkembangan
masyarakat yang demikian cepat. Kecepatan itu bahkan sempat dinilai sementara pihak
terhambat oleh pendapat dan sikap agamawan (gereja) waktu itu sehingga akhirnya
dalam pergumulannya sampai dicap agama sebagai penghambat kemajuan dunia modern
(Ingat kasus Co pernicus, Galileo yang dipaksa minum racun/diadili hanya karena
pendapatnya tidak sejalan dengan gereja). Dan ada juga anggapan bahwa agma sudah
dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Keadaan ini
menurunkan martabat agama di mata masyarakat waktu itu. Akhirnya, dalam
pergumulan itu agama dan kemajuan masyarakat feodalis berjalan dan berkembang
sendiri-sendiri dan agama dianggap menghambat atau anti modernisme. Wilayah agama
ditempatkan sebagai satu unit kecil dalam sistem kehidupan, ia hanya bergerak dalam
bidang ritualitas keagamaan seperti permasalahan kelahiran, perkawinan, peribadatan
khusu, dan kematian. Persepsi masyarakat terhadap agama seperti itulah yang terbawa
dalam pemikiran intelektual Barat terhadap agama Islam sampai sekarang. Islam
dianggap memili wilayah sendiri yang sangat kecil seperti peran agama waktu dulu.
97
Sehingga bagaimana mereka memperlakukan dan memahami fungsi agama waktu itu
begitulah mereka menganggap fungsi dan peran agama Islam ini. Bahkan dalam hal-hal
tertentu mereka menganggap lebih jelek lagi karena mengapa membikin agama yang
baru lagi? Mengapa kita menerima agama mereka yang terjajah atau dari negara miskin?
Dan hal ini ditambah lagi oleh perlawanan yang dilakukan oleh sebagian oknum Muslim
yang juga ada yang bersifat destruktif, teror, kekerasan, pembunuhan, dan sikap lainnya
yang mengurangi ketenangan hidup bangsa Eropa yang sudah mapan. Islam dianggap
mengganggu sifat konsumerisme, hedonisme, demokrasi, liberalisme, dan sifat bebas
lainnya termasuk free sex, hippies, dan lain sebagainya. (Montgomery Watt, 19985). 2.
Akuntansi Apa kaitan ini dengan akuntansi? Jawabannya adalah besar sekali.
Pengetahuan terhadap Islam mutlak perlu untuk melihat akuntansi dalam perspektif
Islam. Perlu diketahui bahwa akuntansi yang kita kenal sekarang ini diklaim
berkembang dari peradabab Barat (sejak Pacioli). Kendatipun setelah dilihat dari uraian
di Bab 2 proses lahirnya dan perkembangannya masih dapat dikaji dan terlihat sangat
dipengaruhi oleh keadaan masyarakat atau perkembangan peradaban sebelumnya baik
Yunani maupun Arab Islam. Hal ini digambarkan oleh Al-Dhaffa (1976, 1988) dapat
dilihat di bawah ini di Gambar 13.1. Perkembangan akuntansi sebagai domainnya
Arithmatic quality sangat ditopang oleh ilmu lain khususnya Arithmatic, Algebra,
Mathematics, Algoritma. Ilmu ini lebih dahulu berkembang sebelum perkembangan
bahasa. Ilmu yang penting ini ternyata dikembangkan oleh filosof Islam yang terkenal
Abu Yusuf Ya'kub bin Ishaq Al-Kindi ia lahir tahun 801 M. Juga Al-Karki (1020) dan
Alkharizm yang merupakan asal kata dari Algorithm, Algebra juga berasal dari kata
Arab: Al-Jabr. Demikian juga sistem nomor, desimal, dan angka “0” (zero, sifr, kosong,
nol) yang kita pakai sekarang yang disebut angka Arab sudah dikenal sejak 874 M, yang
sudah diakui oleh Hendriksen merupakan sumbangan Arab Islam terhadap akuntansi
(dan juga bagi ilmu komputer). Sistem ini baru dipakai Eropa 3 abad sesudahnya. Saya
tidak dapat membayangkan jika misalnya neraca disajikan dengan angka Romawi,
misalnya angka 1843 akan ditulis MDCCCXLIII. Bagaimana jika kita menyajikan
neraca IBM yang memerlukan angka triliunan? 3. Akuntansi Sekarang dan Sejarahnya
Akuntansi yang dikenal sekarang secara historis literatur yang ada menyatakan bahwa
akuntansi itu lahir dari tangan seorang pendeta Italia yang bernama Lucas Pacioli. Ia, di
samping sebagai pendeta, adalah ahli matematika. Dalam buku yang ditulisnya yang
terbit pada tahun 1494 dengan judul: Summa de Arithmatic geometris et
proporsionalitas, memuat suatu bab mengenai double entry accounting system. Menurut
penulis Barat asal mula akuntansi yang sekarang adalah dari buku Pacioli ini. Hal ini
dapat dilihat dari gambar Sejarah Awal Akuntansi (Kam, 1989) sebagai berikut. Namun,
belakangan setelah dilakukan berbagai penelitian sejarah dan arkeologi ternyata banyak
data yang membuktikan bahwa jauh sebelum penulisan ini sudah dikenal akuntansi.
Perlu diingat bahwa matematika dan sistem angka sudah dikenal Islam sejak abad ke-9
M. Ini berarti bahwa ilmu matematika yang ditulis Pacioli pada tahun 1491 bukan hal
yang baru lagi karena sudah dikenal Islam 600 tahun sebelumnya. Gambar di atas
menyembunyikan beberapa kemajuan peradaban yang telah maju sebelumnya seperti
peradaban Islam (600- 1250), kebudayaan India, Cina, dan Parsi. Akuntansi pada masa
kelahiran feodalisme di Eropa mulai berkembang dan saling menopang dengan
perkembangan ekonomi kapitalis. Akuntansi melakukan kegiatan pencatatan dan
pemberian informasi bagi investor atau kapitalistik sehingga ia dapat memilih alternatif
yang paling menguntungkan baginya. Dengan akuntansi investor dapat mengawasi aset
perusahaannya dan dapat mengembangkan modalnya sehingga semakin besar dan
meluas. Perkembangan ekonomi di Eropa menyebabkan para investor sampai menjelajah
98
ke USA dan akhirnya belahan bumi ini menjadi daerah tumbuh suburnya ilmu akuntansi
sampai sekarang. 4. Kapitalisme Kapitalisme lahir dari paham yang menganggap
kemakmuran masyarakat hanya timbul jika kegiatan produksi diserahkan pada individu.
Tokoh dibalik ini adalah Adam Smith, John Maynard Keynes, Alfred Marshal, Milton
Fridman, dan sampai pada Gunnar Myrdal, dan lain sebagainya. Ide konsep ini terus
berkembang dan mencari bentuk sampai pada saat sekarang ini. Menurut ideologi ini
untuk mendapatkan kemakmuran masyarakat bebaskan individu memiliki faktor
produksi, mengolahnya, dan memanfaatkannya untuk kepentingannya yang
dilaksanakannya secara rasional dan pertimbangan ekonomis. Dengan demikian,
pendapatan masyarakat akan dapat menikmati kemajuan si kapitalis tadi melalui
kegiatan produksi yang dihasilkannya, konsumsinya, serta kesempatan kerja yang
ditimbulkannya. Dengan demikian, pendapatan masyarakat meningkat, tabungan
bertambah, dan akhirnya investasi bertambah. Kondisi ini akan menimbulkan multiplier
effect yang akhirnya memakmurkan masyarakat. Apakah demikian kenyataannya kita
dapat menilai masing-masing. Namun, yang jelas perkembangan ekonomi kapitalis
sangat dipengaruhi oleh perkembangan akuntansi. Bahkan sampai saat ini model-model
akuntansi sangat banyak digunakan dalam membantu manajemen/kapitalis/investor
mengelola perusahaannya sehingga tercapai perusahaan konglomerasi, multinasional
yang sangat kompleks. 5. Tanggapan Ideologi Lain Bagi Karl Marx akuntansi ini adalah
bagian dari ideologi kapitalisml. Menurut beliau akuntansi adalah: ....alat untuk
melegitimasi keadaan, struktur sosial ekonomi, dan politik kapitalis. Akuntansi
merupakan bentuk kesadaran yang palsu dan merupakan alat untuk memistikkan bukan
memberikan informasi yang benar tentang hubungan sosial yang membentuk lembaga
produksi. (Harahap, 1995). 6. Akuntansi Islam dalam Sejarah Dalam buku-buku teori
akuntansi masalah sejarah ini telah banyak dibahas. Vernon Kam (1990) dalam buku
Accounting Theory-nya menyatakan sebagai berikut. Menurut sejarahnya, kita
mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry muncul di Italia pada abad ke-13.
Itulah catatan yang paling tua yang kita miliki mengenai sistem akuntansi double entry
sejak akhir abad ke-13 itu, namun adalah mungkin sistem double entry sudah ada
sebelumnya. Kita menggarisbawahi kalimat terakhir ini. Artinya, ada kemungkinan
akuntansi khususnya akuntansi Islam sudah ada sebelum Pacioli. Pendapat ini banyak
didukung oleh berbagai penemuan sebagai berikut. 1. Muhammad Lahir (Harahap, 1991)
Dalam menanggapi pendapat di atas menyatakan sepenuhnya setuju sikap itu. Namun, ia
menyatakan sebagai berikut. Saya ingin membahas lebih lanjut pemahaman terhadap
pertumbuhan double entry ini dari zaman sekarang ini. Sebagian besar para akuntansi
dan para ekonomi setuju bahwa faktor utama sebagai penyebab perkembangan teknologi
akuntansi adalah akibat pembentukan pertumbuhan perusahaan dalam lingkungan pasar
yang demikian kompleks. Pertanyaan lainnya adalah apa kekuatan yang menimbulkan
dan mendorong pembentukan dan pertumbuhan perusahaan, jawabnya adalah: a. Jiwa
kapitalis b. Aspek sosial c. Tujuan akhir bukan laba, tetapi kepuasan masyarakat.
Pendapat ini juga dapat menjadi dasar untuk menyatakan bahwa akuntansi sudah ada
sebelum Pacioli. 2. DR. Ali Shawki Ismail Shehata Menanggapi soal ini, Shehata (Lahir
dalam Harahap, 1991) menyatakan: “Suatu pengkajian selintas terhadap sejarah Islam
menyatakan bahwa akuntansi dalam Islam bukanlah merupakan seni dan ilmu yang
baru,” sebenarnya bisa dilihat dari peradaban Islam yang pertama yang sudah memiliki
Baitul Mal yang merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai “Bendahara
Negara” serta menjamin kesejahteraan sosial. Muslim sejak itu telah memiliki jenis
akuntansi yang disebutkan dalam beberapa karya tulis umat Islam. Tulisan ini muncul
lama sebelum double entry ditemukan oleh Lucas Pacioli di Italia tahun 1494.” 3.
99
Hendriksen Seorang guru besar akuntansi berkebangsaan Amerika menulis sebagai
berikut: “....the introducion of Arabic numerical greatly facilitated the growth of
accounting” (Harahap, 1995 dan lihat Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory
terbitan RD Irwin Inc. Illinois). (Penemuan angka Arab sangat membantu perkembangan
akuntansi) kutipan ini menandai bahwa anggapan tadi dapat kita catat bahwa
penggunaan angka Arab (1,2,3 dan seterusnya) mempunyai andil besar dalam
perkembangan ilmu akuntansi. Artinya besar kemungkinan bahwa dalam peradapan
Arab sudah ada metode pencatatan akuntansi. 4. Kitab Suci Al-Qur’an Pendapat di atas
ternyata didukung oleh kitab suci umat Islam. dalam Al-Qur’an surat AlBaqarah ayat
282 dapat kita baca sebagai berikut. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah seorang penuis
di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penuis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia
menulis,...... dan persaksikanlah dengan dua orang saksi..... (lihat Al-Qur’an dan
terjemahannya, YPPA, PT Bumi Restu). Kemudian, dalam catatan kakinya muamalah
diartikan seperti kegiatan jual-beli, berutang piutang, sewa-menyewa dan sebagainya.
Dari ayat ini dapat kita catat bahwa dalam Islam sejak munculnya peradaban Islam sejak
Nabi Muhammad Saw. Telah ada perintah untuk kebenaran, keadilan antara dua pihak
yang mempunyai hubungan muamalah tadi (tren sekarang disebut accountability).
Sementara itu pencatatan untuk tujuan lain seperti data untuk pengambilan keputusan
tidak diharuskan karena sudah dianggap merupakan urusan yang sifatnya tidak perlu
diatur oleh suatu kitab suci. Dan mengenai hal ini Rasulullah mengatakan “Kamu lebih
tahu urusan duniamu”. Kesimpulan lain akuntansi bagi Islam adalah kewajiban dan
mustahil Rasulullah, sahabatnya, serta para fisolof Islam terkenal 700 tahun kemudian
tidak mengenal akuntansi. 5. Robert Arnold Russel Russel (Harahap: 1995) sewaktu
menjelaskan perkembangan seorang pengusaha sukses di Italia yang bernama Alberto
pada zaman medival (pertengahna) pada saat Pacioli menerbitkan bukunya mengatakan
bahwa kemajuan ekonomi pada masa itu terletak pada penerapan sistem akuntansi
double entry Arab yang lebih canggih. Ia menyatakan (Harahap, 1993), sebagai berikut.
“Success of the new multiagent, long distance traiding and banking business depended
on the adoption of the new accounting system. By changing over from the old paragraph
style of entry of the small business age to the Arab’s more sophisticated double entry
system, merchant were able to keep an accurate picture sophisticated double entry
system, of the various dealings, keep track of a score of agents, and use their capital to
the best advantage. It took the Albert nearly a generation to get on top off the new
system, but once it was mastered, it made sure every florish was working for the firm.”
(Keberhasilan bisnis multiagen, perdagangan dan perbankan jarak jauh tergantung pada
penerapan sistem akuntansi yang baru. Dengan mengubah dari metode lama yang
diterapkan pada era bisnis skala kecil ke metode (sistem) akuntansi double entry Arab
yang lebih canggih, pedagang telah mampu menyusun gambaran yang tepat tentang
berbagai transaksi dagang, mampu mencatat posisi masing-masin agen, dan mampu
menggunakan modalnya untuk investasi (kegiatan) yang lebih menguntungkan. Hampir
satu generasi keluarga Albert baru dapat menguasai sistem baru ini, teteapi sesekali
sistem itu telah dikuasai maka dapat menjamin semua sistem yang ada akan bekerja
untuk kepentingan perusahaan). 6. W. Montgomery Watt Watt dalam bukunya The
Influence of Islam on Medieval Europe (1972, 1995) tampaknya sependapat dengan
Russel. Pengakuannya adalah sebagai berikut. Ketika kita menyadari segala keluasan
eksprimen, pikiran dan tulisan orang Arab kita akan berpendapat bahwa tanpa orang
Arab, ilmu pengetahuan dan filsafat orang Eropa tidak akan bisa berkembang seperti
100
dulu mereka pertama kali menggmbangkannya. Orang-orang Arab bukanlah sebagai
penyalur pikiran-pikiran Yunani, tetapi penciptapencipta sejati yang mempertahankan
disiplin-disisplin yang telah mereka ajarkan dan meluaskannya. Penemuan yang di Barat
termasuk akuntansi tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Arab. 7.
Zakat dan Baitul Maal Kewajiban zakat bagi Muslim merupakan bukti nyata betapa
pentinya peranan akuntansi bagi masyarakat, perusahaan lemabaga atau perseorangan.
Dalam konteks ini akuntansi akan dapat memberikan sumbangan dalam proses
perhitungan zakat yang tepat baik zakat maal, penghasilan, profesi, perdagangan, laba,
dan lain sebagainya. Nilai aset yang mana yang akan dijadikan sebagai dasar pengenaan
zakat. Bagaimana mungkin kita megetahui beban zakat tanpa bantuan dari akuntansi?
Justru dalam Islam dituntut lagi bidang-bidang khusus akuntansi seperti Akuntansi
Pertanian, Akuntansi Peternakan, Akuntansi Sosial, Akuntansi Jaminan Sosial,
Akuntansi Sumber Daya Manusia, dan lainlain untuk dapat menyelesaikan kewajiban
kita sebagai Muslim. Demikian juga masalah pengukuran efisiensi dan pemborosan
(yang dilarang keras dalam Islam) tidak akan dapat diketahui tanpa pencatatan atau
peran akuntansi. Pengola kekayaan negara melalui lembaga terkenal seperti Baitul Maal
juga memerlukan akuntansi yang lebih teliti karena menyangkut harta masyarakat yang
harus dipertanggungjawabkan baik kepada rakyat maupun kepada Tuhan. Pembagian
hak seperti dalam pembagian dividen, hasil likuidasi memerlukan catatan yang adil yang
dapat membagi hak-hak mereka yang berkongsi atau berserikat secara adil. Semua ini
mendukung hipotesis yang menyatakan akuntansi sangat mutlak dalam Islam. Mustahil
Islam tidak memiliknya. Allah sendiri menjelaskan bagaimana Dia memelihara catatan
tentang manusia dengan dua orang “akuntan” Malaikat Raqib dan Atid yang selalu
bertugas mencatat setiap kegiatan manusia baik yang baik maupun yang jahat, sampai
pada yang sekecilkecilnya, bahkan sebesar zarrah pun tidak luput dari pencatatannya.
Dan di akhirat catatan ini akan menjadi bahan laporan serta pertanggungjawaban
manusia di hadapan Allah dan akan menentukan apakah ia akan merasakan kebahagiaan
(sorga) atau penderitaan (neraka). Dari bukti-bukti ini jelas bahwa akuntansi sebenarnya
wajib diterapkan oleh Islam baik di lembaganya, di keluarga, di perusahaan, di negara
bahkan dalam perseorangan pun. Semua ini mendukung hipotesis yang menyatakan
akuntansi sengat mutlak dalam Islam. Kesimpulan berbagai fakta sejarah ini sudah
cukup kuat untuk menyatakan bahwa akuntansi sudah dikenal pada masa kejayaan Islam
artinya peradaban Islam tidak mungkin tidak memiliki akuntansi. Permasalahannya
adalah pemalsuan sejarah yang dilakukan beberapa oknum di Barat dan
ketidakmampuan umat Muslim untuk menggali khazanah kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologinya sendiri. Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan dua hal: 1.
Akuntansi sudah ada sebelum Pacioli, bahkan mungkin sebelum peradaban Islam; 2.
Mustahil sistem akuntansi Islam tidak ada semasa kejayaannya dari 610-1250 M. 8.
Konsep Akuntansi Islam Dalam menganalisis ini kita kesulitan dalam mendapatkan
bahan literatur yang tersedia dalam materi pustaka. Kemungkinan besar telah termasuk
dalam literatur yang dibakar oleh tentara Gengis Khan. Saat ini hanya diperoleh dari
hasil penelitian arkeologi dan untuk ini juga kita belum banyak menghasilkan hasil
konkret. Pendekatan yang akan kita pakai adalah rationing atau pendekatan logika.
Akuntansi sebenarnya merupakan domain muamalah dalam kajian Islam. artinya
diserahkan pada kemampuan akal pikiran manusia untuk mengembangkannya. Namun,
karena pentingnya permasalahan ini maka Allah Swt. bahkan memberikannya tempat
dalam kitab suci Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282. Penempatan ayat ini juga unik
dan relevan dengan sifat akuntansi itu. Ia ditempatkan dalam surat Sapi Betina sebagai
lambang komoditi ekonomi. Ia ditempatkan dalam surat ke-2 yang dapat dianalogikan
101
dengan double entry, ditempatkan pada ayat 282 yang menggambarkan angka
keseimbangan (angka di tenggarai angka 2) atau Neraca. Bahkan juga bisa dikaji
relevansi ayat berikut dalam konteks double entry atau sifat berpasangannya: Dan segala
sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan sepaya kamu mengingat kebesaran Allah
(Al-Dzariyat: 49) Dan juga ada surat Yasin ayat 36: Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi
dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. Inilah beberapa
kemungkinan yang kebenarannya hanya Allah yang mengetahui, Wallahu ‘alam
bishawab. Bahkan jika dikaji sistem jagad dan manajemen alam ini ternyata peran atau
fungsi akuntansi sangat besar. Allah memiliki akuntan malaikat yang sangat canggih,
yaitu Raqib dan Atid, malaikat yang menuliskan/menjurnal transaksi yang dilakukan
manusia, yang menghasilkan buku/neraca yang nanti akan dilaporkan kepada kita
(owner) di akhirat. Coba kita baca surat Al-Infithar (82) ayat 10-12 sebagai berikut.
Padahal sesungguhnya pada kamu ada malaikat yang memonitor pekerjaanmu (10).
Yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat pekerjaanmu itu (11). Mereka mengetahui
apa yang kamu kerjakan (12). Laporan ini didukung bukti (evidence) di mana satu pun
tidak akan ada transaksi yang dilupakan kendatipun sebesar zarrah seperti dilihat dari
surat Al-Zalzalah ayat 7-8: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun
niscaya dia akan melihatnya (7). Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah
pun dia akan melihatnya(8). Karena akuntansi ini sifatnya urusan muamalah maka
pengembangannya diserahkan pada kebijaksanaan manusia. Al-Qur’an dan Sunnah
hanya membekalinya dengan beberapa sistem nilai seperti landasan etika, moral,
kebenaran, keadilan, kejujuran, terpercaya, bertanggungjawab, dan sebagainya. Dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah (282) kita melihat bahwa tekanan Islam dalam kewajiban
melakukan pencatatan adalah: 1. Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah yang
menjadi dasar nantinya dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya; 2. Menjaga agar
tidak terjadi manipulasi, atau penipuan baik dalam transaksi maupun hasil dari transaksi
itu (laba). Penekanan ini didukung lagi oleh ratusan ayat yang dapat dijadikan sumber
moral akuntansi seperti kewajiban bertakwa, berlaku adil, jujur, menyatakan yang benar,
memilih yang terbaik, berguna, menghindari yang haram, jangan boros, jangan merusak,
jangan menipu. Instrumen kualitas ini sebenarnya sudah cukup sebagai landasan teoretis
dari akuntansi Islam. sementara itu, yang sifatnya teknis diserahkan sepenuhnya kepada
umatnya untuk merumuskannya sesuai kebutuhan. 9. Pengakuan Barat terhadap Peran
Akuntansi Islam Seorang guru besar Akuntansi berkebangsaan Amerika menulis sebagai
berikut: “...the introduction of Arabic numerical greatly facilitated the growth of
accounting” (lihat Hendrickson, 1992) dalam bukunya Accounting Theory. Penulis
sengaja mengutip ucapan seorang penulis Barat dalam membahas topik bab ini. Hal ini
dilakukan karena mengingat suatu anggapan bahwa penulis Timur khususnya yang
beragama Islam hanya mencocokcocokkan kemajuan teknologi yang dicapai sekarang
dengan konsep Islam itu sendiri. Kutipan ini menandai bahwa anggapan tadi dapat kita
catat bahwa penggunaan angka Arab (1,2,3 dan seterusnya) mempunyai andil besar
dalam perkembangan ilmu akuntansi. Dalam bab ini terdapat dua kata “akuntansi” dan
“Islam.” Yang kita maksudkan dengan akuntansi dalam tulisan ini adalah comprehensive
accounting yang hakikatnya adalah sistem informasi, penentuan laba, pencatatan
transaksi yang sekaligus pertanggungjawaban (accountability). Sementara itu, Islam
dalam konteks ini dihubungkan dengan sifat-sifat keadilan, kejujuran, dan kesejahteraan
yang dibawanya yang sesuai dengan ketentuan Ilahi. Antara akuntansi dan nilai Islam
terdapat hubungan dan kaitan yang erat dan mempunyai tujuan dan arah yang saling
mendukung atau komplementer. Akuntansi kapitalis adalah alat ideologi kapitalis untuk
102
mencapai tujuannya khususnya mencapai kesejahteraan material yang diinginkannya.
Akuntansi kapitalis lahir dari masyarakat kapitalis dengan sistem ekonomi kapitalis dan
ideologi sekuler rasional yang dianutnya. Jika awalnya sistem ekonomi kapitalisme
merupakan sistem ekonomi saja, namun pada saat ini sistem ini sudah merambah ruang
politik, kenegaraan dan bahkan ideologi atau tata cara kehidupan. Akuntansi kapitalis
sejalan dengan ide kapitalisme untuk mengakumulasi kekayaan dan memaksimalkan
kekayaan untuk kepentingan permodal. Dengan pandangan hidup ini, kapitalis pasti
memiliki perbedaan yang mencolok dengan sistem ideoogi lainnya misalnya yang
berbasis agama sehingga dapat dipastikan bahwa kapitalisme tidak sesuai dengan sistem
ekonomi agama mana pun. 10. Spirit Islam dalam Akuntansi Kalau kita katakan Islam
dalam Akuntansi maksudnya adalah apakah comprehensive accounting itu kelengkapan
yang sama sesuai dengan tujuan dan hakikat Islam. di muka telah dibatasi bahwa Islam
dalam konteks ini dimaksudkan sebagai yang mendorong menciptakan keadilan dan
kebenaran dalam pencatatan dan menjaga keadilan dalam berbisnis dan bekerja sama
atau berutang piutang. Jadi pernyataan kita adalah apakah dalam akuntansi itu kita
temukan keadilan dan kebenaran? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu kita perlu
membahas lebih dalam sifat dan ciri Akuntansi. Namun, dalam bab ini penulis hanya
memberikan poinpoinnya saja yang merupakan dasar bagi kita untuk menjawab
pertanyaan tadi. 1. Transaksi yang dicatat oleh akuntansi adalah transaksi (muamalah).
Transaksi adalah the accurrence of an event or of a condition that must be recorded atau
segala sesuatu yang mengakibatkan perubahan dalam aktiva dan passiva perorangan atau
perusahaan. 2. Dasar pencatatan transaksi adalah bukti (evidence) atau disebut juga
business paper seperti faktur, surat utang, cheque, dan kuitansi. Yang dianggap sebagai
bukti adalah bukti yang didukung oleh sifat-sifat kebenaran tanpa ada penipuan. Ini
menurut Islam. dalam akuntansi ada jenis dan tingkatan bukti yang menandakan kuat-
tidaknya suatu bukti, yaitu sebagai berikut. − Real evidence, yaitu bukti fisik; −
Testimonial evidence, yaitu bukti yang berasal dari kesaksian pihak luar. − Indirect
evidence, yaitu bukti yang diperoleh secara tidak langsung. Bukti yang diperoleh dari
luar perusahaan lebih kuat dibandingkan bukti yang diperoleh dari dalam sendiri. Bukti
yang diperoleh dari sistem internal control perusahaan yang baik lebih kuat dari yang
diperoleh dengan internal control yang lemah dan bukti yang diperoleh secara langsung
oleh akuntan lebih kuat dari bukti dari bukti yang diperoleh secara tidak langsung. Islam
menginginkan bukti yang benar sejajar dengan keinginan akuntansi yang hanya mencatat
bukti yang sah (valid). 3. Bukti yang menjadi dasar pencatatan akan diklasifikasikan
secara teratur melalui “Aturan Umum” atau General Accepted Accounting Principle
(GAAP), yang di Indonesia disebut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Standar
akuntansi dilahirkan melalui suatu panitia ahli melalui berbagai tahap pengujian sampai
menjadi prinsip yang diterima umum. Proses kelahiran prinsip ini teruji dan tetap
didasari oleh keadilab dan objektivitas. Proses pencatatan, sampai kepada klasifikasi
akan menghasilkan Laporan Keuangan (Neraca dan Laba Rugi) yang merupakan output
dari manajemen. Hanya masalahnya, dalam akuntansi kadang ada tuduhan bahwa
standar akuntansi selalu memerhatikan kelompok perusahaan besar. 4. Akuntansi
berprinsip pada substance over form. Artinya akuntansi lebih menekankan pada
kenyataan atau subsistensinya bukan formulirnya. Artinya kendatipun bukti menurut
form misalkan Rp1.000,00 namun nilai yang sebenarnya form Rp800,00 maka yang
harus dicatat adalah Rp800,00 bukan Rp1.000,00 berdasarkan form. 5. Tahap kelahiran
laporan keuangan di atas masih belum sampai pada titik “dipercaya”. Untuk sampai
kepada titik dipercayai, laporan itu masih perlu diuji atau disaksikan lagi oleh pihak
tertentu yang dianggap independent (tidak memihak) melalui pemeriksaan Laporan
103
Keuangan yang disebut audit atau general audit. Pemeriksaan ini dilakukan oleh
Akuntan Publik Terdaftar. Akuntan pemeriksa akan memberikan laporan
pemeriksaannya apakah laporan yang disajikan manajemen tadi wajar atau tidak, atau
ada sesuatu pos yang tidak wajar atau sama sekali tidak wajar. Opininya ini ada empat,
yaitu: 1. Opini wajar (unqualified); 2. Opini wajar dengan syarat (qualified); 3. Opini
tidak wajar (adversed opiniom); 4. Tidak ada opini (disclaimer of opinion). Dasar
pemberian opini ini adalah sampai di mana laporan keuangan menaati standar akuntansi,
pengungkapan, konsistensi, dan syarat-syarat lainnya. Demikianlah proses yang kita
temukan dalam comprehensive accounting dalam melakukan pencatatan sampai kepada
laporannya dan laporan pihak lainnya sehingga menjadi konsumsi umu. Dan jelaskan
kita lihat bahwa “secara ideal format” betapa ketatnya sistem itu menjaga agar output
akuntansi tetap dalam sifat kebenaran, keadilan, dan kejujuran (objektivitas),
sebagaimana halnya keingian Islam. kalau semua berjalan secara benar maka sistem
akuntansi juga menciptakan kebenaran dan keadilan. Bahkan dengan keluarnya UU
Sarbanes Osley Act seperti akuntan yang jujur semakin ditekankan. Islam adalah
ideologi, pedoman dan pandangan hidup yang mengatur tata cara hidup dan
merumuskan tujuan hidup pula yang berbeda dengan ideologi kapitalisme. Islam adalah
satu sistem hidup yang ditentukan Tuhan untuk menghadapi semua permasalahan hidup
di dunia dan juga setalahnya yaitu di akhirat. Islam memilik aturan tentang sistem
ekonomi dan tentunya juga sistem bisnis, manajemen, dan akuntansi harus juga mengacu
pada sistem ideologi Islam itu. Akuntansi juga harus bisa menompang dan sejalan
dengan ideologi itu. Karena Islam berbeda dengan ideologi kapitalisme, sudah dapat
dipastikan bahwa sistem akuntansinya juga akan berbedadengan sistem akuntansi
kapitalis kendatipun perbedaannya tentu tidak pada semua level. Barangkali dari aspek
teknik tidak banyak perbedaan modalnya dalam hal melakukan pencatatan. Namun,
dalam tataran filosofi dan prinsip tentu akan memiliki perbedaan mendasar. Namun, di
sinilah permasalahannya apakah internal sistem akuntansi sendiri sampai sekecil-
kecilnya mampu melahirkan keadilan dan kebenaran pada kondisi di mana filsafat ilmu
atau epistemologi akuntansi konvensional itu adalah value free (bebas nilai) tidak ada
yang mengontrol di luar sistem itu. Jawabannya relatif. Namun, kenyataan yang kita
lihat berbagai permasalahan profesi akuntansi masih selalu muncul, baik kasus
pemalsuan, penipuan, kesalahan, bahkan kerja sama antara akuntan ublik dengan
kliennya yang merugikan masyarakat. Salah satu alasan kemunculan Akuntansi Islam
sebagaimana yang dijelaskan Triyuwono (2000) adalah mendobrak hipotesis yang
menyatakan bahwa akuntansi itu adalah bebas nilai. Menurut Triyuwono, akuntansi itu
bukan bebas nilai, ia dipengaruhi oeh oknum-oknum yang ada dalam suatu organisasi.
Oleh karena itu, untuk mencapai keadilan dan kebenaran hakiki seyogianya akuntansi itu
harus diwarnai oleh etika, ukuran moral sehingga tercipta akuntansi dan informasi yang
benar dan adil.
Gambling dan Karim (Harahap, 1992) menarik hipotesis karena Islam memiliki syariah
yang dipatuhi semua umatnya, wajarlah bahwa masyarakat memiliki lembaga keuangan
dan akuntansinya yang diserahkan melalui pembuktian sendiri sesuai landasan agama.
Mereka merumuskan tiga model antara lain Colonial Model yang menyebutkan jika
masyarakatnya Islam, mestinya pemerintahnya akan menerapkan syariat islam dan
mestinya teori akuntansinya pun akan bersifat teori akuntan Islami. Mereka juga
menekankan bahwa sesuai sifatnya, mestinya Islam harus memiliki akuntansi karena
104
pentingnya penekanan pada aspek sosial dan perlunya penerapan sistem zakat dan baitul
maal. Akuntansi Islam merupakan konsep, sistem, dan teknik akuntansi yang membantu
suatu lembaga atau organisasi untuk menjaga agar tujuan, fungsi dan operasionalnya
berjalan sesuai dengan ketentuan syariah, dapat menjaga hak hal stakeholder yang ada di
dalamnya, dan mendorong menjadi lembaga yang dapat mencapai kesejahteraan hakiki
dunia dan akhirat. DR. Scott (Harahap, 1993, 1995) adalah seorang penulis yang banyak
memerhatikan masalah etika dan moral dalam melahirkan teori akuntansi. Ia selalu
menggunakan kriteria keadilan dan kebenaran dalam merumuskan setiap teori akuntansi,
model ini disebut Ethical Theory of Accounting. Menurut beliau dalam penyajian
laporan keuangan, akuntan harus memerhatikan semua pihak (user)dalam
memperlakukannya secara adil dan benar. Dan memberikan data yang akurat jangan
menimbulkan salah tafsir dan jangan pula bias. Dalam buku yang sama Harahap (1991)
mengemukakan bahwa akuntansi Islam itu pasti ada. Ia menggunakan metode
perbandingan antara konsp syariat Islam yang relevan dengan akuntansi dengan konsep
dan ciri akuntansi kontemporer (dalam nuansa komprehensif) itu sendiri, sehingga ia
menimbulkan bahwa nilai-nilai Islam ada dalam akuntansi dan akuntansi ada dalam
struktur hukum dan muamalat Islam. menurutnya keduanya mengacu pada kebenaran
kendatipun kadar kualitas dan dimensi dan bobot pertanggungjawabannya bisa berbeda.
Dan juga penekanan pada aspek tanggungjawab dan aspek pengambilan keputusan
berbeda. Shaari Hamid, Russel Craig, dan Frank Clarke (1993) dalam artikel mereka
yang berjudul Religion: A Confounding Cultural Element in the International
Harmonization of Accounting mengemukakan dua hal berikut. 1. Islam sebagai agama
yang memiliki aturan-aturan khusus dalam sistem ekonomi keuangan (misalnya free
interest banking system) pasti memerlukan teori akuntansi yang khusus pula yang dapat
mengakomodasi ketentuan syariah itu. 2. Kalau dalam berbagai studi disimpulkan bahwa
aspek budaya yang bersifat lokal (national boundaries) sangat banyak memengaruhi
perkembangan akuntansi, Islam sebagai agama yang melampaui batas negara tidak boleh
diabaikan. Islam dapat mendorong internasionalisasi dan harmonisasi akuntansi. Dalam
artikel tersebut dibahas dikemukakan bahwa etika dan perilaku bisnis didasarkan pada
tradisi dan filosofi Barat. Ada penulis yang menganggap bahwa tradisi ini dipengaruhi
etika Yahudi dan Kristiani, ada yang menganggap dipengaruhi oleh etika Protestan, ada
yang menganggap hanya tradisi Barat. Perilaku bisnis melahirkan prinsip dan teknik
akuntansi. Kalau konsep dasar bisnis berbeda, mestinya prinsip dan konsep dasar
akuntansinya juga harus berbeda. Menurut penulis banyak konsep bisnis Barat yang
tidak sesuai dengan syariat Islam sehingga konsep dan praktik akuntansinya juga ada
yang tidak sesuai dengan Islam. Artinya akuntansi berdasarkan Islam harus ada.
Toshikabu Hayashi (1989) dalam tesisnya yang berjudul: On Islamic Accounting
membahas dan mengakui keberadaan akuntansi Islam. Dalam tulisannya yang berasal
dari tesisnya mengambil S2, beliau mengisahkan akuntansi barat yang dinilainya
memiliki sifat yang dibuat sendiri dengan berpedoman pada filsafat kapitalisme. Sifat-
sifat akuntansi Barat ini menurut dia kehilangan arah bila dihubungkan dengan aspek
etika dan sosial dan bebas nilai. Sementara itu, trendnya harus bernuansa sosial
sebagaimana yang dimiliki akuntansi Islam dan diakui oleh Gambling dan Karim. Dalam
akuntansi Islam dia katakan bahwa ada meta rule yang berada di luar konsep akuntansi
yang harus dipatuhinya, yaitu hukum syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan
ciptaan manusia. (Harahap, 1997). Menurut beliau akuntansi Islam sesuai dengan
kecenderungan manusia yang menurut agar perusahaan juga memiliki etika dan
tanggung jawab sosial. Dalam tulisannya, Hayashi menjelaskan bahwa konsep akuntansi
sudah ada dalam sejarah Islam yang sangat berbeda dari konsep konvesional sekarang.
105
Dia menunjukkan istilah muhtasub sebagai seseorang yang diberikan kekuasaan besar
dalam masyarakat untuk memastikan setiap tindakan ekonomi berjalan sesuai syariah. Ia
menerjemahkan akuntansi sebagai muhasabah. Bahkan beliau menjelaskan bahwa dalam
konsep Islam ada pertanggungjawaban di akhirat, di mana setiap orang akan
mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Tuhan. Dan Tuhan memiliki akuntan
(Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja bidang ekonomi,
tetapi sosial dan pelaksanaan hukum syariah lainnya. Dalam hal zakat ia mengemukakan
bahwa dalam menghitung zakat sebagai kewajiban Muslim memiliki beberapa konsep
pengukuran, pengakuan, dan pelaporan yang berbeda dari konsep akuntansi Barat,
seperti penilaian persediaan yang harus menggunakan harga pasar, memakai konsep
accrual basis, dan konsep time period yang tegas. Dalam kesimpulannya beliau
menyatakan sebagai berikut. Akuntansi Islam yang memiliki makna implisit bidang
ekonomi, politik, agama, memiliki kas yang besar untuk menunjukkan kunci ke arah
akuntansi pasca Newtonian (pasca kemajuan Barat, pen). Muhammad Akram Khan
(Harahap, 1992) merumuskan sifat akuntansi Islam sebagai berikut. 1. Penentuan Laba
Rugi yang Tepat Walaupun penentuan laba rugi agak bersifat subjektif dan bergantung
nilai, kehati-hatian harus dilaksanakan agar tercapat hasil yang bijaksana (atau dalam
Islam sesuai dengan syariah) dan konsisten sehingga dapat menjamin bahwa
kepentingan semua pihak pemakai laporan dilindungi. 2. Mempromisikan dan Menilai
Efisiensi Kepemimpinan Sistem akuntansi harus mampu memberikan standar
berdasarkan hukum sejarah untuk menjamin bahwa manajemen mengikuti kebijaksanan-
kebijaksaan yang baik. 3. Ketaatan kepada Hukum Syariah Setiap aktivitas yang
dilakukan oleh unit ekonomi harus dinilai halal haramnya. Faktor ekonomi tidak harus
menjadi alasan tunggal untuk menentukan berlanjut tidaknya suatu organisasi. 4.
Keterikatan pada Keadilan Karena tujuan utma dalam syariah adalah penerapan keadilan
dalam masyarakat seluruhnya, informasi akuntan harus mampu melaporkan (selanjutnya
mencegah) setiap kegiatan atau keputusan yang dibuat untuk menambah ketidakadilan
dalam masyarakat. 5. Melaporkan dengan Baik Telah disepakati bahwa peranan
perusahaan dianggap dari pandangan yang lebi luas (pada dasarnya bertanggung jawab
pada masyarakat secara keseluruhan). Nilai sosial ekonomi dari ekonomi Islam harus
diikuti dan dianjurkan. Informasi akuntansi harus berada dalam posisi yang terbaik untuk
melaporkan hal ini. 6. Perubahan dalam Prakti Akuntansi Peranan akuntansi yang
demikian luas dalam kerangka Islam memerlukan perubahan yang sesuai dan cepat
dalam praktik akuntansi sekarang. Akuntansi harus mampu bekerja sama untuk
menyusun saran-saran yang tepat untuk mengikuti perubahan ini. Iwan Triyuwono
(2000), telah membuktikan bahwa ilmu akuntansi itu bukan bebas nilai. Akuntansi
konvensional saat ini sudah diwarnai oleh nilai-nilai kapitalisme yang didasari oleh
filsafat kapitalisme, yang materialis dan sekular. Islam sebagai suatu agama yang
memiliki nilai-nilai juga memiliki akuntansi jika penganutnya memiliki organisasi yang
dikelola dengan dasar-dasar syariah itu.
G. Tren Akuntansi
J. Islamisasi Akuntansi
Kalau diyakini bahwa alam semuanya diciptakan Tuhan, tentu juga konsep akuntansi ini
tidak lepas dari kekuasaannya, artinya tidak salah jika konsep itu dijadikan pedoman
dalam merumuskan teori yang Islami. Hal ini berarti bahwa konsep teori akuntansi yang
sekarang dapat dipakai sebagai dasar dan intelektual Muslim cukup menjadi tukang
pangkas untuk yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan tukang tambal untuk yang
perlu tambahan dan penekanan sesuai syariat. Hal ini dapat dilihat dari gambaran yang
telah dibuat sebelumnya. Akuntansi Islam akan dapat memberikan sumbangan besar
terhadap kemajuan akuntansi dunia (Hayashi, 1989). Islam adalah rahmat bagi sekalian
alam ini berarti juga dapat memberikan ide dan konsepnya untuk menciptakan
kedamaian, keadilan di bumi ini. Beberapa tren dalam akuntansi sudah dapat kita lihat
seperti adanya berbagai krisis yang melanda profesi, keinginan adanya akuntansi yang
semakin etis dan bertanggungjawab serta berbagai campur tangan politik untuk menjaga
dan melindungi kepentingan masyarakat. Salah satu kesimpulan Hayashi (1989) adalah:
Akuntansi Islam yang memiliki unsur pengertian ekonomi, politik, dan agama memiliki
kemungkinan besar untuk menunjukkan kunci ke arah akuntansi Pasca Newton.
Memang kalau kita mengakui keberadaan Tuhan maka sebenarnya kebenaran itu adalah
datang dari Tuhan sumbernya adalah satu sehingga kemungkinan konvergensi antara
kebenaran yang berasal dari agama dan kebenaran yang jujur diperoleh dari penelitian
manusia sangat mungkin terjadi. Stephen Covey (1993) mengakui sebagai berikut. Saya
yakin bahwa prinsip yang benar adalah hukum alam dan Tuhan Sang Pencipta dan Bapa
kita adalah sumber segala kebenaran dan juga sumber kesadaran. Dalam Islam juga
diyakini bahwa kebenaran itu dari Allah Swt. Jika akuntansi konvensional didesain dari
pengalaman dan hukum-hukum yang ditemukan oleh manusia dan akuntansi Islam
didesain dari prinsip dasar (awal) syariat maka sebenarnya tidak ada alasan bahwa
keduanya akan bertemu menjadi suatu sistem yang lebih bertanggungjawab, adil dan
lebih bermanfaat kepada sesama bukan hanya berpihak pada kepentingan kelompok
tertentu. Sejauh ini konsep akuntansi kapitalis didominasi tujuan mewujudkan
110
kepentingan kapitalis saja bukan lapisan masyarakat.
113
BAB X
AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI
A. Pengantar
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak
keuntungan bagi masyarakat. Ia bisa memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang
yang dibutuhkan masyarakat untuk dikonsumsi, ia membayar pajak, memberi sumbangan,
dan lain-lain. Karenanya perusahaan mendapatkan legitimasi bergerak leluasa melaksanakan
kegiatannya. Namun, lama kelamaan karena memang perusahaanini dikenal juga sebagai “
binatang ekonomi” yang mencari keuntungan sebesar-besarnya, akhirnya semakin disadari
bahwa dampak yang dilakukannya terhadap masyarakat cukup besar dan semakin lama
semakin besar yang sukar dikendalikan seperti polusi, keracunan, kebisingan, diskriminasi,
pemaksaan, kesewenang-wenangan, produksi makanan haram, bahkan mengatur kebijakan
publik untuk menguntungkan perusahaan, merusak moral birokrat,pejabat, sogok-
menyogok, dan sebagainya. Bahkan gempa bumi, banjir, tsunami dinilai disebabkan oleh
kegiatan manusia khususnya korporasi yang mengekspolitasi bumi secara besar-besaran
yang hanya untuk mengejar target ROI,ROA dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
dampak luar ini disebut externalites ( socialcost ) Karena besarnya dampak externalites
terhadap kehidupan masyarakat, masyarakat pun menginginkan agar dampak ini dikontrol
sehingga dampak negati, externaldiseconomy atau socialcost yang ditimbulannya tidak
semakin besar. Dari sini berkembanglah ilmu akuntansi yang selam ini dikenal hanya
memberi informasi tentang kegiatan perusahaan dengan pihak kedua. Dengan adanya
tuntunan ini, akuntansi bukan hanya merangkum informasi tentang hubungan perusahaan
dengan pihak kedua ( partner bisnis ), tetapi juga dengan lingkungannya pihak ketiga.
Hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non-reciprocal artinya transaksi itu
tidak menimbulkan prestasi timbal balik dari pihak yang berhubungan. Ilmu akuntansi yang
mencatat, mengukur, melaporkan externalites ini disebut dengan socioeconomicaccounting
(SEA). Istilah lain bisa juga dipakai misalnya environmentalaccounting,
socialresponsibilityaccounting, dan sebagainya. Dalam akuntansi konvensional yang
menjadi faktor perhatiannya adalah pencatatan dan pengukuran terhadap kegiatan atau
dampak yang timbul akibat hubungan antara perusahaan dengan pelanggan atau lembaga
lainya (reciprocaltransaction) . sedangkan socialeconomicaccounting menyoroti aspek sosial
atau dampak ( externalities ) dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Bidang ini terasa
penting saat ini khususnya bagi kita di indonesia karena banyaknya kegiatan pemerintah
maupun perusahaan yang justru ada yang menimbulkan penyakit sosial seperti kerusakan
ekosistem, polusi, kriminal, monopoli, keterbelakangan desa, meningkatnya utang,
diskriminasi, kemiskinan, dan lain-lain. Dan hal ini sangat disadari dan diperhatikan
sekarang khususnya oleh gerakan LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) seperti
Greenpeace di Eropa dan Amerika. Ilmu socioeconomicaccounting ( SEA) ini merupakan
bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengidentifikasian, mengukur, menilai,
melaporkan aspek-aspek scialbenefit dan socialcost yang ditimbulkan oleh lembaga.
Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang dijadikan dasar
dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran lembaga, baik perusahaan
atau yang lain untuk meningkatkan kualitas dan lingkungan secara keseluruhan.
B. TIMBULMYA SEA
kemajuan industri setelah perang II dan munculnya negara sebagai aktor dlam peningkatan
kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang justru dapat juga merusak kualitas
114
hidup. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam menilai penyakit sosial ini adlah ketiadaan
media pengukur arithmeticofquality. Hal ini tergambar dari pernyataan A.W. Clausen, bekas
direktur Word Bank sebagai berikut: “ saya samapikan bahwa salah satu alasan yang paling
kuat atas ketida respon, kita terhadap isu penyakit sosial itu dan penyebab kebingungan kita
terhadap penyelesainya adalah ketiadaan ukuran kualitas ( Belkaouni, SEA,hlm. 3)” Ukuran
itu penting sehingga setiap unit pemerintah maupun perusahaan mengetahui berapa jauh
efek kegiatan lembaganya memengaruhi kualitas hidup manusia, apakah berdampak posiif
atau negatif. Berapa kontribusi perusahaan untuk meningkatkan pendidikan pegawainya
ataupun masyarakat? Berapa jauh pengaruh polusi, pengrusakan lingkungan yang
ditimbulkannya? Hal-hal inilah mestinya yang diukur oleh SEA sebagai salah satu ukuran
kualitas.
E. Konsep SEA
Konsep pegukuran, penilaian dalam SEA ini masih dalam proses pembahasan para ahli. Dan
FSAB sendiri pun belum mengambil sikap yang tegas dalam persoalan ini. Namun SEA,
khususnya tentang polusi telah mewajibkan perusahaan untuk menyajikan pengungkapan.
Di phak lain AAA,AICPA telah membentuk komite dan telah mengeluarkan laporan yang
lumayan lengkap tentang SEA. Di USA kantor akuntan Ernst & Ernst telah melakukan
penelitian sejak 1971 tentang keterlibatan soaial perusahaan yang diungkapkan dalam
pelaporan tahuanan perusahaan. Beberapa hal yang diungkapkan adalah sebagai berikut:
Lingkungan - Polusi - Pencegahan kerusakan lingkingan, konvervasi sumber-sumber alam,
dan lain-lain Energi - Konservasi energi - Penghematan, dan lain-lain Praktik usaha yang
fair: - Merekrut pegawai dari minoritas dan peningkatan kemampuannya - Penggunaan
tenaga wanita sebagai karyawan - Pembukuan unit usaha diluar negeri, dan lain-lain Sumber
tenaga manusia - Kesehatan dan keamanan pegawai - Training, dan lain-lain Keterlibatan
terhadap masyarakat - Kegiatan masyarakat sekitar - Bantuan kesehatan - Pendidikan - Seni,
dan lain-lain Produksi: - Keamanan produksi - Mengurangi polusi - Keracunan, dan lain-lain
Disamping variabel diatas, penulis lain banyak lagi yang menyinggung antara lain:
Keterlibatan dengan kegiatan pemrintah, kejujuran terhadap konsumen, meningkatkan
informasi mengenai perusahaan dan produksi, peningkatan pendidikan masyarakat,
menghargai hak asasi, pembangunan prasarana kota/desa, pembangunan tempat rekreasi,
peningkatan perhatian terhadap kebudayaan dan seni dan lain-lain. Hal ini semua dapat kita
manfaatkan untuk mengukur keterlibatan perusahaan dalam kegiatan masyarakat dan tentu
ditambah lagi sesuai keadaaan kita di indonesia, seperti peingkatan prestasi olahraga,
kegiatan keagamaan dan dakwah, pendirian lembaga sosial dan pendidkan dan sebagainya
Etika Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Pernyataan yang selalu muncul dalam debet
ilmiah tentang peran bisnis adlah apakah perusahaan sebagai suatu lembaga unik yang
tujuannya mencari laba dan kadang disebut sebagai “ binatang ekonomi” wajib memiliki
etika dan tanggung jawab sosial sebagaiman manusia yang beragama; bagaimana menurut
paham kapitalis; dan bagaimanbagaiman pula paham kita sebagai negara pancasila?
Jawaban atas pertanyyan ini merupakan suatu hal yang yang akan menentukan kemungkinan
eksistensi SEA dalam lingkungan sosial masyarakat. Dengan kata lain, dalam masyarakat
yang berperan bahwa perusahaan tidak perlu memiliki etika dan tanggung jawab sosial,
maka SEA relatif tidak perlu. Sebaliknya, paham yang mengagap perusahaan memiliki etika
dan tanggung jawabsosial berpendapat bahwa SEA mempunyai peranan yang cukup
penting. SEA sebagaiman dijelaskan dimuka merupakan penerapan akuntansi dalam ilmu
117
sosial yang menyangkut pengaturan, pengukuran, analisis, dan pengungkapan pengaruh
ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Apabila perusahaan tidak mau
tahu dengan sosial dan dari akibat tindakannya serta tidak ada kemaunya untuk mengobati
penyakit sosial, maka SEA relatif tidak perlu. Walaupun secara konsepsional paham yang
demikian masih ada, kecenderungan menunjukan sekalipun dinegara kapitaslis,
perusahaanmasih dianggap punya etika dan tanggung jawab.
I. Pelaporan
Untuk melaporkan aspek sosial ekonomi yang diakibatkan perusahaan ada beberapa teknik
pelaporan SEA ini misalnya Diller (1970) mengungkapkan tekniknya sebagai berikut. 1.
Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan tahunan atau
bentuk laporan lainnya. 2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan. 3. Dibuat
dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun) penyisihan kerusakan
lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya. Pelaporan dalam SEA berarti
memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau negatif yang ditimbulkan oleh
perusahaan. Berikut ini sekedar contoh pelaporan SEA sebagai berikut (lihat halaman 416).
Disamping mereka yang mendukung penerapan akuntansi Socio Economic Accounting atau
akuntansi pertanggung jawaban sosial ini, ada juga yang mengkritiknya. Adapun kritiknya
adalah sebagai berikut. 1. Informasi pertanggung jawaban sosial itu hanya menambah biaya
saja dan tidak dibutuhkan oleh pemegang saham atau investor lainnya. 2. Ukuran dampak
sosial perusahaan dalam satuan moneter secara teknis tidak dapat dilakukan karena sangat
kompleks dan merupakan estimasi saja. PT Ezly Bazliyah Socio Economic Operating
Report 31 Desember 2005 (dalam ribuan) I. Kaitan dengan masyarakat: A. Perbaikan: 1.
Pelatihan orang cacat. Rp 20.000 2. Sumbangan pada lembaga pendidikan. Rp 8.000 3.
Biaya ekstra karena merekrut minoritas. Rp 10.000 4. Biaya penitipan bayi. Rp 22.000 Total
perbaikan Rp 60.000 B. kerusakan: penundaan pemasangan alat pengaman Rp 28.000
perbaikan (bersih) untuk masyarakat (I) Rp 32.000 II. kaitan dengan lingkungan A.
perbaikan 1. Reklemasi lahan dan pembuata taman Rp140.000 2. Biaya pemasangan kontrol
polusi Rp 8.000 3. Biaya pematian racun limbah Rp 18.000 Total perbaikan Rp166.000 B.
Kerusakan: 1. Biaya yang akan dikeluarkan untuk reklemasi pertambangan Rp160.000 2.
Taksiran biaya pemasangan penetralan racun air Rp200.000 Total kerusakan Rp360.000 C.
Defisit(II) (Rp194.000) III. Kaitan dengan produk: A. perbaikan: 1. gaji eksekutif sewaktu
melayani komisi pengamanan produk Rp 50.000 2. biaya pengganti cat beracun Rp 18.000
total perbaikan Rp 68.000 B. kerusakan 1. pemasangan alat pengaman produksi Rp 44.000
C. net perbaikan (III) Rp 24.000 total Socio Economic Defisit 1993 (I+II+III) Rp138.000
saldo komulatif net perbaikan 1.01.1993 Rp498.000 saldo komulatif net perbaikan
31.12.1993 Rp360.000 3. Faktor-faktor diluar perusahaan bukan merupakan tanggung jawab
perusahaan dan ia tidak dapat mengendalikannya. 4. Belum ada kesepakatan umum tentang
konsep, tujuan, pengukuran maupun pelaporannya. 5. Informasi tentang APS ini akan dapat
mengalihkan perhatian pada indikator bisnis intinya sehingga dapat menyulitkan para
pengambil keputusan. 6. Hal ini mengaburkan posisi perusahaan dan pemerintah dalam
melaksanakan tugas masing-masing yang saling berbeda. Jadi jangan dibebaskan tugas
pemerintahan kepada perusahaan. ROI dan ROS (Return on Social Objectives) Apakah
perusahaan atau lembaga ekonomi harus juga bertanggung jawab pada aspek sosial atau
urusan sosial? Milton Friedman dan pemikir kapitalis tulen khususnya dari Amerika
menyatakan NO. Itu urusan pemerintah dan rakyat. ″pemilik modal cukup bayar pajak, titik!
″ katanya. Namun, bagi kapitalis Eropa khususnya negara-negara Skandinavia jawabannya
lebih lunak makanya ini dinilai berpaham ekonomi kapitalis humanis. Perbedaan sifat
humanis antara kapitalis Amerka dengan negara Skandinavia misalnya dapat dilihat dari cuti
hamil. Di Amerika cuti hamil hanya diberikan satu hari, sedangkan dibeberapa negara
Skandinavia diberikan 8 bulan atau 240 hari, suatu perbedaan yang mencolok. Bahkan saat
ini sedang diperjuangkan cuti bagi suami yang tidak terpisahkan peranannya dalam proses
124
kelahiran anak yang juga ingin ikut berbagi kegembiraan atas datangnya sang bayi si
permata hati. Apakah masalah sosial ini hanya menjadi urusan negara?. Kenyataannya tidak.
Beberapa permasalahan sosial semakin hari semakin berat dan bukan hanya menjadi isu
nasional, tetapi telah menjadi masalah global baik dinegara kapitalis maupun dinegara dunia
ketiga. Social Ills ini dianggap sebagai bagian dari dampak negatif dari kapitalisme terutama
yang berkaitan dengan isu ketimpangan sosial dan kerusuhan sosia yang belakanga ini
marak di beberapa negara miskin termasuk di Indonesia, Brazil, Kolumbia, dan lain-lain.
PBB dan lembaga internasional lainnya sudah lama menjadi agenda kendatipun banyak
ditekan oleh Amerika dan negara G8 lainnya yang tentu berkat bisikan dan dukungan
konglomerat multinasional sekarang. Saat ini ada kesadaran baru yang sangat substantif.
Kesadaran akan bahaya ini sudah mulai merambas ke bidang pendidikan khususnya lembaga
pendidikan yang bertaraf internasional seperti Berkeley Haas School of Business University
of California, Columbia Business School, London Business School, bahkan yayasan yang
dibentuk oleh konglomerat juga ikut berperan seperti Goldman Sachs Foundation. Menurut
Lura D’Andrea Tyson, seorang akademisi dari London Business School yang juga seorang
kolumnis Business Week yang juga seorang penulis yang sangat kritis ia menulis dala
majalah Business Week edisi may 3,2004 dan menyatakan adanya pergeseran perhatian
sekolah-sekolah bertaraf internasional ini untuk memerhatikan aspek sosial dari perusahaan
besar. Menurut beliau saat ini sekolah bisnis mencoba melakukan pengukuran aspek sosial
atau tanggung jawab sosial dari bisnis jadi bukan hanya aspek keuangan seperti ukuran
Return on Investment(ROI), Return on Asset(ROA), Return on Equity(ROE), Earning Per
Share(EPS), dan rasio keuangan lainnya. Sebenarnya masalah ini sudah menjadi isu lama.
Dalam akuntansi sendiri sejak dekade80-an sudah dikenal Socio Economic Accounting yang
mencoba mengukur dampak sosial baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif
dari aktivitas perusahaan terhadap publik atau sosial.pengukuran ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana tanggung jawab entitas perusahaan terhadap publik atau sosial.
Dengan ukuran dan informasi ini, diharapkan masyarakat dan pengambil keputusan dapat
melihat sejauh mana komitmen perusahaan dianggap citizen yang baik artinya tidak boleh
merusak lingkungan dan masyarakat, dia harus bisa memberikan manfaat kepada sesama
kelompok sosial. Diluar informasi akuntansi yang disebutkan dimuka, dalam dunia bisnis
beberapa upaya untuk mengukur tanggung jawab sosial ini telah dilakukan. Misalnya,
Global Social Venture Competition atau kompetisi perusahaan yang berskala
globalmengenai komitmen sosial telah disponsori oleh gabungan dari sekolah bisnis
berprestise, yaitu Berkeley Haas School of Business University of California, Columbia
Business School, London Business School. Dalam kompetisi ini dicoba dirumuskan ukuran
atau kompetisi dari kinerja atau aspek keuangan saja. Namun, dalam konteks ini dinilai dua
kriteria; mengukur Social objectives dan menilai tingkat sustainability atau program
pencarian tujuan sosial yang berkelanjutan. Istilah lain, social enterpreneur muncul untuk
mnunjukkan komitmen seorang enterpreneur pengembangan sosial melalui proyek-proyek
sosial yang berkelanjutan. Dia tidak hanya memikirkan masalah mikro perusahaan dan
aspek keuangan melulu, tetapi ia juga harus memikirkan aspek sosial yang tidak bisa lepas
dari lingkungan bisnis secara menyeluruh. Standford social innovation review telah
mengembangkan ukuran-ukuran mengenai inovasi sosial. Global Enterpreneur
MonitorLondon Business School dan Babson College mencoba mengukur socio
enterpreneurship di seluruh dunia, dan sebagainya. Ide ini sebenarnya dipicu oleh berbagai
peristiwa antara lain dari buku yang berjudul; How to change the wold; social Enterpeneurs
and the power of new ideas yang ditulis oleh David Bornstein. Ide ini terus berkembang
dikalangan pemikir mainstrem kapitalis Amerika. Memang ide ini sudah lama menjadi topik
bahsan para pemikir sosialis, religious, dan critical thinker lainnya, tetapi tidak bisa
125
memasuki ring satu mainstream kapitalis Amerika. Namun, karena semakin besarnya
tekanan internasional maka kemudian menjadi bagian yang mau tidak mau harus menjadi
agenda kapitalis atau perusahaan besar, paling tidak di mata sekolah-sekolah berprestise
yang menelorkan eksekutif kelas kakap itu. Jika hal ini tidak menjadi perjuangannya,
kepercayaan publik terhadap perusahaan besar akan semakin menurun dan akhirnya dapat
meruntuhkan eksistensi dari perusahaan itu sendiri yang saat ini sangat rentan. Salah satu
yang bias mewajibkan ini adalah penyusun standar akuntansi (standar setting body)di IAI
disebut Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Bisa juga regulator industri apakah Bank
Indonesia untuk industri perbankan, Bapepam atau Bursa Efek Indonesia untuk perusahaan
yang sudah mendaftarkan diri di pasar modal atau lembaga pemerintahan lainnya seperti
Kementrian Keuangan untuk industri asuransi atau lembaga keuangan nonbank lainnya.
Dalam profesi akuntansi, ada dua standar yang memberikan aturan. Pengungkapan yang
bersifat wajib dan pengungkapan yang bersifat sukarela. Dalam berbagai penelitian
menunjukkan bahwa sudah banyak perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya yang
telah mengungkapkan aspek-aspek sosial yang dilakukan perusahaan walaupun belum
diwajikan oleh PSAK pernyataan standar akuntansi keuangan, yang dikeluarkan IAI. Ini
menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan itu ada. Untuk perusahan yang saat
ini maraca, yaitu perusahaan yang dikelola dan beroperasi secara syariah, ternyata tanggung
jawab sosial ini lebih kental karena visi misinya yang tidak bisa lepas dari tanggung jawab
sosial dan tanggung jawabnya kepada Allah Swt. Di tanah air semoga tren mengenai
kesadaran akan tanggung jawab sosial ini dapat menjadi perhatian regulator, ekonom,
profesional, dan para eksekutif sehingga perusahaan tidak menimbulkan hal-hal negatif bagi
masyarakat. Di indonesia perusahaan konglomerat sudah terlanjur rusak nama baiknya
karena telah dituding banyak menimbulkan kesusahan masyarakat baik karena korupsi,
pengrusakan hutan dan lingkungan, pembuangan limbah sembarangan yang menimbulkan
penyakit, keresahan sosial dan bahkan menimbulkan pengangguran dan ketimpangan sosial.
Para akademisi dapat berbuat banyak baik dalam memberikan pelajaran kepada mahasiswa
maupun dalam melakukan penelitian serta publikasi hasil-hasilnya.
126
BAB XI
AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSI
1. Pendahuluan
Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang cukup signifikan
terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing, para pelaku bisnis mulai
menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva
berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber
daya manusia yang dimilikinya. Pada beberapa dasa warsa terakhir, telah terjadi
perkembangan pemikiran yang luar biasa dalam bidang manajemen sumberdaya manusia
(SDM). Para pakar banyak yang menganjurkan, agar SDM suatu organisasi perusahaan tidak
lagi dipandang sebagai faktor produksi yang bisa dieksploitasi sedemikian rupa sebagaimana
mesin atau faktor produksi lain. Hal ini karena SDM mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan faktor produksi lain. Karakteristik yang menjadikan SDM berbeda adalah karena
SDM secara kodrati dilengkapi dengan perasaan dan harapan-harapan. Oleh karenanya, para
pakar Manajemen SDM menyarankan agar setiap pemimpin/manajer organisasi perusahaan
dapat mengubah paradigma terhadap SDMnya yaitu, SDM harus disikapi sebagai aset yang
harus diberdayakan, dikembangkan dan dijaga perasaan serta harapanharapannya,
maksudkan, agar SDM selalu dapat meningkatkan motivasi kerja dan kinerjannya. Pada
perusahaan jasa dan industri yang berskala besar, sumber daya manusia merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam proses pencapaian tujuan perusahaan, sumber daya
manusia yang berkualitas sangat berperan dalam menjalankan kegiatan operasional
perusahaan, mendayagunakan sumber daya-sumber daya lain dalam perusahaan, dan
menjalankan strategi bisnis secara optimal, hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa
beberapa saat yang lalu isu mengenai bajak-membajak manajer ramai dimuat di berbagai
media cetak di Indonesia bahkan tidak jarang adanya kontrak manajer yang nilainya sampai
mencapai milyaran rupiah. Fenomena ini menunjukkan kecenderungan meningkatnya
kesadaran pemilik perusahaan tentang pentingnya peranan sumber daya manusia dalam
mengembangkan perusahaannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa ternyata sumber daya
manusia yang berkualitas masih merupakan barang langka di Indonesia (Riyanto, 1990:11).
127
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa untuk sebagian besar perusahaan, sumber daya
manusia merupakan suatu aset yang sangat berharga, yang bisa melebihi aset-aset lain milik
perusahaan. Henry Ford dalam Ratnawati (2000:1), raja mobil Amerika Serikat pernah
mengatakan, bahwa: “Anda boleh ambil alih perusahaan-perusahaanku, hancurkan pabrik-
pabrikku, tapi kembalikan orangorangku, maka aku akan membangun lagi bisnisku”.
Pernyataan tersebut sungguh merupakan suatu pengakuan seorang usahawan besar, bahwa
sumber daya manusia adalah hal yang sangat berharga, karena jika perusahaan kehilangan
sumber daya manusia yang berkualitas maka perusahaan harus mengeluarkan biaya lagi
untuk proses perekrutan, seleksi, pelatihan dan pengembangan dan sebagainya, selain itu
diperlukan waktu yang lama untuk bisa mendapatkan SDM yang setara. Kerugian lainnya
adalah hilangnya kesempatan memanfaatkan sumber daya manusia tersebut untuk
meningkatkan keuntungan yang bisa diperoleh perusahaan dan bahkan mungkin dapat juga
mengancam kelangsungan hidup perusahaan yang belum mempunyai sistem perekrutan
serta pendidikan sumber daya manusia yang baik. Sayangnya, revolusi pemikiran dan
perlakuan terhadap SDM tersebut masih belum diikuti oleh perkembangan pemikiran yang
sepadan pada bidnag Akuntansi, khususnya Akuntansi Sumberdaya Manusia (ASDM). Pada
akuntansi konvensional, nilai dari sumber daya manusia ini tidak tampak dalam laporan
keuangan, pengeluaran untuk sumber daya manusia, misalnya perekrutan, seleksi, pelatihan
dan sebagainya langsung dibebankan ke dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya
pengeluaran tersebut, padahal pengeluaran tersebut merupakan pembentukan kapital
manusia karena akan memberikan manfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Hingga kini metode akuntansi yang ada tidak memperlakukan baik manusia atau investasi
dalam manusia sebagai aktiva (kecuali budak, yang dipandang sebagai properti). Akuntansi
konvensional yang digunakan sebagai dasar pembuatan laporan keuangan dirasa gagal
dalam memberikan informasi mengenai sumberdaya manusia yang sangat penting ini,
karena pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi baik kuantifatif maupun
kualitatif sebagai dasar evaluasi kinerja perusahaan serta informasi mengenai sumberdaya
manusia yang dimiliki perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian besar asetnya dalam
bentuk sumberdaya manusia seperti kantor akuntan publik, kantor pengacara, perserikatan
sepak bola dsb, dengan tidak adanya informasi ini dalam laporan keuangan tentunya akan
bisa sangat menyesatkan, karena informasi SDM tersebutlah yang sangat mempengaruhi
kebijakan perusahaan. Dengan semakin pentingnya kapital manusia pada tingkat
perekonomian secara keseluruhan, serta pada tingkatan perusahaan individual, sejumlah
besar riset telah dirancang untuk mengembangkan konsep dan metode akuntansi bagi
manusia sebagai aktiva. Perkembangan akuntansi sumber daya manusia tidak lepas dari
dukungan para ilmuwan untuk mengkapitalisasikan investasi sumber daya manusia dan
mengelompokkannya pada pos aktiva. Tetapi sementara itu, banyak pihak yang masih
meragukan konsep akuntansi sumber daya manusia dan bahkan menentang
dikelompokkannya akuntansi sumber daya manusia sebagai aktiva. Hal ini terlihat dari
praktek pelaporan keuangan selama ini yang mengabaikan informasi yang sangat penting
yaitu informasi tentang aktiva manusia (human assets) dan perlakuan akuntansi
konvensional terhadap pengeluaran-pengeluaran untuk sumber daya manusia selalu
dianggap sebagai beban.
128
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, konsep akuntansi sumberdaya manusia telah
mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan terutama para akuntan. Fenomena ini
menutut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pengelolaan sumberdaya manusia mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran
sampai dengan pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan. Gagasan mengenai
akuntansi sumberdaya manusia sebenarnya telah muncul sekitar tahun 1960-an, yang
dikemukakan oleh Rensis Linkert, direktur Institut for Social Research of the University of
Michigan (Bambang Riyanto, 13). Sejauh ini para pemikir akuntansi nampaknya sependapat
bahwa sumberdaya manusia merupakan bagian dari aset perusahaan, namun demikian,
gagasan mengenai akuntansi sumber daya manusia masih banyak menimbulkan
permasalahan, terutama pada masalah pengukuran dan penguasaannya. Kesulitan mengukur
nilai sumberdaya manusia secara obyektif merupakan salah satu sebab belum
dikeluarkannya satandar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi sumberdaya manusia
ini, meskipun berbagai riset tentang alternatif pengukuran sumberdaya manusia ini sudah
banyak dilakukan oleh para akademisi, namun tampaknya masih belum ada kesepakatan
mengenai kriteria pengukuran yang obyektif dari sumberdaya manusia Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut, maka penulisan ini merupakan upaya untuk turut memberikan
sumbangan pemikiran tentang sumberdaya manusia dan bagi perkembangan akuntansi
khususnya akuntansi sumberdaya manusia dalam hal perlakuan dan pengukurannya
129
Dari kedua pengertian tersebut sudah tidak disangsikan lagi bahwa sumberdaya manusia
memiliki manfaat ekonomi masa datang, seperti halnya dengan aset-aset yang lain yang
dikuasai entitas. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumberdaya manusia
adalah aset perusahaan, dan bahkan untuk perusahaan tertentu SDM merupakan aset yang
paling berharga dalam hal memberi manfaat ekonomiknya dibanding aset-aset yang lain.
Definisi FASB mendifinisikan aset dalam rerangka koseptualnya sebagai berikut (SFAC No.
6, prg. 25) Assets are probable future economic benetits obtained or controlled by a
particular entity as a result of past transactions or events (aset adalah manfaat ekonomik
masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas
sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu). Dengan makna yang sama IASC dan IAI
mendifinisikan aset sebagai berikut : An asset is a resource controlled by the enterprise as a
result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the
enterprise. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk bisa diakui sebagai aset
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Manfaat ekonomi masa datang untuk memenuhi definisi aset, suatu obyek harus
mengandung manfaat ekonomi di masa datang yang cukup pasti (probable), ini
mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut terukur dan dapat dikaitkan dengan
kemampuannya untuk mendatangkan pendapatan atau aliran kas di masa datang. FASB
mengajukan dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai apakah pada saat
tertentu suatu pos atau obyek masih dapat disebut aset yaitu : a) Apakah suatu pos yang
dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya mengandung manfaat ekonomik masa
datang b) Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap ada pada
saat penilaian? (manfaat mula-mula dapat berkurang karena pemakaian, dapat juga
manfaat berkurang karene penyusutan secara alami) Dari kriteria tersebut jelas kalau
sumberdaya manusia telah memenuhi definisi sebagai aset, karena sumberdaya manusia
130
memiliki manfaat ekonomi masa datang sama seperti halnya aset-aset yang lain, bahkan
untuk beberapa perusahaan sumberdaya manusia merupakan aset yang memiliki manfaat
ekonomi masa datang yang paling besar, dan semakin lama semakin dirasakan bahwa
aset yang paling berharga dalam perusahaan adalah sumberdaya manusia. Sikap ini
sudah dibuktikan dari berbagai perkembangan ilmiah dan literatur dalam manajemen
terutama dalam manajemn sumberdaya manusia. 2. Dikuasai oleh entitas Untuk dapat
disebut sebagai aset, suatu obyek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup
dikuasai oleh entitas. Konsep penguasaan lebih penting daripada konsep pemilikan, hal
ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk. Penguasaan di sini berarti
kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan,
menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat
tersebut. Lebih lanjut, pendefinisian aset lebih difokuskan pada manfaat ekonomik masa
datang yang dikuasai oleh entitas dan baru kemudian pada obyek fisis dan pihak yang
menyediakan manfaat. Karena pemilikan bukan bagian dari definisi aset, tetapi manfaat
ekonomi yang dikuasai oleh entitas, dan pengertian yang dikuasai disini tidak harus
mencakupi seluruh obyek fisis atau seluruh manfaat yang dimiliki/dikuasai pihak lain.
Dengan kriteria tersebut, menyiratkan kalau sumberdaya manusia dapat memenuhi
definisi sebagai aset perusahaan, karena meskipun tidak ada bukti kepemilikaanya
namun manfaat atau sebagian manfaat sumberdaya manusia tersebut dikuasai oleh
perusahaan selama dia menjadi karyawan perusahaan 3. Akibat Kejadian masa lalu
FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena trasaksi atau
kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset.
Aset atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau keadaan yang sebagian atau
seluruhnya dil luar kemampuan kesatuan usaha atau manajemnnya untuk
mengendalikan. Berbagai transaksi atau kejadian atau keadaan pada akhirnya akan
memicu pengakuan atau penghapusan manfaat ekonomik suatu obyek (aset). Aset harus
timbul akibat traksaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Kriteria ini juga bisa dipenuhi oleh sumberdaya
manusia untuk bisa memenuhi definisi sebagai aset, karena untuk bisa menguasai
sumberdaya manusia telah terjadi peristiwa atau kejadian yang menimbulkanya,
misalnya seleksi, pengangangkatan, pelatihan, pengembangan dsb.
131
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sumberdaya manusia telah
memenuhi definisi sebagai aset, baik dilihat dari manfaat ekonomik masa datang, dikuasai
oleh entitas maupun akibat kejadian masa lalu. Meskipun demikian, tidak berarti
sumberdaya manusia langsung bisa diakui sebagai aset dalam statemen keuangan, karena
untuk bisa diakui sebagai aset dalam statemen keuangan masih harus dilihat kriteria
berikutnya yaitu. keterukuran, relevan dan reliabel Pengukuran Pengukuran (measurement)
adalah penentuan besarnya unit pengukur (jumlah rupiah) yang akan dilekatkan pada suatu
obyek (elemen atau pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk
merepresentasi makna atau atribut (atribute) obyek tersebut (Suwardjono). Dengan makna
yang sama menurut Stevens, sebagaimana dikutip oleh Vernon Kam, pengukuran
merupakan pemberian angka-angka terhadap obyek-obyek atau kejadian-kejadian. Dalam
akuntansi, agar data-data yang akan disampaikan mempunyai kegunaan, pengukuran
dinyatakan dalam moneter. Menurut FASB pos-pos yang sekarang dilaporkan dalam
statemen keuangan diukur dengan berbagai atribut pengukuran bergantung pada ciri pos
tersebut, kerelevanan dan keterandalan atribut pos-pos yang diukur. FASB juga
mengidentifikasi atribut pengukuran yang sekarang diterapkan dan masih dapat dilanjutkan
penggunaannya (SFAC Nol 5 pfg. 67) yaitu : (1) historical cost atau proceeds, (2) current
cost, (3) current market value, (4) net realizable/settlement value dan (5) presnt or
discounted value of future cash flows). Pendekatan pengukuran untuk sumberdaya
manunisia sebenarnya telah banyak dikembangkan baik untuk kepentingan informasi
akuntansi maupun untuk kepentingan lain, baik dengan pendekatan pengukuran moneter
maupun non moneter. Dalam tulisan ini kami hanya akan membahas beberapa metode
pengukuran yang bisa diterapkan yaitu metode pengukuran dengan menggunakan ukuran-
ukuran moneter. Pendekatan pengukuran yang bersifat moneter ini dibagi menjadi dua yaitu
: pendekatan kos (cost approach) dan pendekatan nilai (value approach). Pendekatan kos
bisa dengan menggunakan historical cost, replacement cost dan opportunity cost.
Sedangkan untuk pendekatan nilai bisa dengan menggunakan compensation model,
adjusted discounted future wages method, present monetary value method, unpurchased
goodwill method, discounted future value, dan economic value approach Penjelasan dari
setiap pendekatan tersebut adalah sebagai berikut : Historical Cost, Dalam metode ini nilai
sumberdaya manusia dihitung dengan mengkapitalisasi biaya yang telah dikeluarkan untuk
melakukan rekruitment, seleksi, hiring, pelatihan, penempatan, dan pembinaan personil
yang bersangkutan. Akumulasi ini merupakan harga kos yang akan diamortisasikan selama
masa kerja personil yang bersangkutan dengan memperhatikan loss yang timbul waktu
menghasupkan asset ini atau kenaikan nilai karena adanya tambahan biaya yang
meningkatkan potensi mafaat aset tersebut.
132
Menurut Flamholtz, seperti yang dikutip oleh Harahap bahwa biaya awal sumberdaya
manusia ini terdiri dari acquisition cost, dimana termasuk di dalamnya biaya rekruitment,
seleksi, biaya wawancara, penempatan dan learning cost, termasuk didalamnya trainning
dan orientasi, on-the-job trainning, trainer’s time, kerugian produktivitas selama masa
training. Dengan demikian perlakuannya sama seperti aset tetap lainnya, dan perlakuan
historical cost ini disamping bersifat praktis (mudah diterapkan dan konsisten dengan
akuntansi konvensional), verifiable (karena berdasarkan apa yang benar-benar terjadi) juga
lebih obyektif (sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya), tetapi disamping itu
penggunaan metode ini juga memiliki kelemahan antara lain : nilai ekonomis suatu
sumberdaya manusia tidaklah musti bertalian dengan historical costnya (tidak selalu
sepadan antara kos dengan nilai SDM tersebut), setiap peningkatan nilai SDM atau
amortisasi bersifat subyektif (tanpa mesti ada hubungannya dengan naik turunnya
produktifitas SDM) dan karena kos yang berhubungan dengan rekruitment, seleksi, hiring,
pelatihan, penempatan, dan pembinaan personil berbeda antara satu pegawai dengan
pegawai yang lain, maka historical cost ini tidak dapat memberikan nilai SDM yang dapat
dibandingkan.
Replacement Cost,
Dalam metode ini nilai SDM dikukur dengan menaksir kos yang harus dikeluarkan untuk
mengganti SDM yang sekarang ada dalam perusahaan. Artinya, nilai dari sumber daya
manusia adalah sebesar taksiran seluruh pengeluaran yang terjadi apabila para karyawan
yang ada sekarang digantikan dengan karyawankaryawan baru sampai mencapai tingkat
kecakapan dan keterampilan yang sama dengan para karyawan lama tersebut. Pengeluaran-
pengeluaran ini meliputi taksiran pengeluaran yang diandaikan terjadi sekarang untuk
perekrutan, penyeleksian, penggajian, pelatihan, penempatan dan pengembangan para
karyawan baru tersebut sampai mereka mencapai tingkat kecakapan dan keterampilan yang
sama dengan karyawan yang digantikan. Keuntungan utama metode ini adalah karena
replacement cost merupakan surrogate yang baik untuk nilai ekonomis aset tersebut. Karena
pertimbanganpertimbangan mengenai harga pasar sangat penting dalam menentukan hasil
akhir, dimana hasil akhir ini umumnya, secara konseptual dimaksudkan sebagai ekuivalen
dengan gagasan manajemen nilai ekonomis seseorang. Metode ini juga memiliki kelemahan
yakni: perusahaan mungkin mempunyai pegawai yang nilainya dianggap lebih besar
daripada replacement cost-nya, untuk sebagian aset sumber daya manusia mungkin tidak
ada ekuivalen replacement cost-nya, para manajer yang diminta menaksir biaya untuk
menggantikan seluruh bawahannya mungkin akan mengalami kesulitan untuk memberikan
taksiran biaya dalam hal penggantian seluruh organisasi mereka, dan manajer yang satu
dengan manajer yang lain mungkin dapat memberikan taksiran biaya yang berbeda-beda.
Opportunity Cost
Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan replacement cost Hekimian dan Jones seperti
yang dikutip oleh Tuanakota (1984) menyarankan Opportunity cost.
133
Metode ini digunakan agar nilai sumber daya manusia ditentukan melalui suatu proses
penawaran yang bersifat kompetitif yang dilakukan secara intern dan didasarkan pada
konsep opportunity cost. Seorang investment center manager mengajukan bid untuk
karyawan yang langka yang harus di recruit, harga penawaran maksimum terhadap
karyawan yang berkualitas tersebut dianggap sebagai nilai sumber daya manusia dalam
perusahaan tersebut dan dimasukkan sebagai basis investasi jika perusahaan tersebut
merupakan sebuah investment center. Apabila karyawan untuk jenis tugas tertentu tidak
langka jumlahnya, ia dapat diabaikan dari human asset base. Keuntungan dari metode ini
adalah dapat mendorong persaingan di antara investment center agar dapat memberikan
sumbangan pendapatan income (ROI) yang paling besar, tetapi metode ini juga memiliki
kelemahan yang mendasar, yakni: dengan dimasukkannya karyawan yang langka saja
dalam asset base dapat diinterpretasikan sebagai diskriminasi terhadap karyawan yang lain,
Investment center yang tingkat keuntungannya kurang menjadi korban karena tidak mampu
memenangkan bid untuk dapat merekrut karyawan yang lebih baik, dan metode ini dapat
dipandang sebagai mengada-ada dan bahkan tidak bermoral. Compensation Model Model
kompensasi didasari oleh teori konsep ekonomi human capital, yaitu bahwa sumber daya
manusia merupakan sumber arus pendapatan dan nilainya adalah sebesar nilai sekarang
manfaat masa datang yang didiskonto dengan rate tertentu bagi pemilik sumber daya
tersebut. Lev dan Schwartz (1971:103) menyarankan penggunaan pembayaran balas jasa
atau kompensasi seseorang karyawan di masa depan sebagai surrogate mengenai nilai orang
tersebut. Nilai sumber daya manusia yang terkandung dalam seorang karyawan yang
berumur x tahun adalah nilai sekarang (present value) dari sisa penghasilan yang akan
diterimanya dari pekerjaannya sampai pensiun. Kelemahan dari metode ini terletak pada
subjektivitas dalam menentukan besarnya penghasilan seorang karyawan di kemudian hari,
lamanya orang bekerja dalam perusahaan itu dan discount rate. Adjusted Discounted Future
Wages Method Metode ini juga disarankan oleh Hermanson, seperti yang ditulis Tuanakota
(1984). Saran Hermanson didasarkan pada asumsi bahwa ada hubungan antara gaji
seseorang dengan nilai orang tersebut bagi organisasi. Menurut metode ini, nilai seorang
individu bagi organisasi adalah nilai sekarang dari aliran gaji/upah di masa depannya, yang
disesuaikan dengan suatu rasio efisiensi. Rasio efisiensi merupakan rata-rata tertimbang
dari rasio ROI (Return On Investment) suatu perusahaan terhadap ROI seluruh perusahaan
yang ada dalam ekonomi untuk suatu periode tertentu. Pengakuan akan perlunya rasio ini,
didasarkan pada thesis bahwa perbedaan dalam tingkat profitabilitas pada dasarnya
disebabkan oleh perbedaan dalam human asset performance. Oleh karena itu maka
compensation value harus di-adjust dengan suatu faktor efisiensi Kelemahan dari metode
ini terletak pada subjektivitas dalam menentukan besarnya gaji di kemudian hari, lamanya
orang bekerja dalam perusahaan itu dan discount rate serta dalam penentuan faktor
efisiensinya.
134
Present Monetary Value Method
Dalam metode ini akan dihitung present value dari sumber daya manusia dengan
mempertimbangkan faktor nilai jasa baik secara total maupun individu, waktu, kompensasi
baik langsung maupun tidak langsung, dan tingkat bunga. Nilai yang didapatkan dari
perhitungan ini adalah nilai total sumber daya manusia bagi suatu organisasi. Kelemahan
dari metode ini terletak pada subjektivitas dalam menentukan besarnya nilai jasa dan
kompensasi di kemudian hari baik total maupun individual, lamanya orang bekerja dalam
perusahaan itu dan discount rate.
Goodwill Method
Hermanson seperti yang ditulis oleh Brummet (1978:37-12) menyatakan bahwa: value of
human resources of an organization may be assessed by capitalizing earning in excess of
normal earning for industry or group of companies of which is a part. Dalam metode ini
disarankan untuk mendiskontokan kelebihan diatas normal expected earning berdasarkan
perbandingan perusahaan dalam suatu sektor industri dan mengalokasikannya ke aset yang
belum ada misalnya pada aset sumber daya manusia. Atau dengan kata lain nilai goodwill
dialokasikan pada aset sumber daya manusia dan aset nonsumber daya manusia berdasarkan
rasionya terhadap total aset. Brummet menjelaskan metode ini dengan contoh sebagai
berikut : Tingkat hasil pengembalian rata-rata dari owned assets (aset yang dimiliki,
maksudnya aset yang tercantum dalam neraca) untuk industri selama 5 tahun terakhir
adalah sebesar 12%. Suatu perusahaan menikmati tingkat hasil pengembalian dari owned
asset-nya sebesar 15%, yaitu sebesar Rp. 6.000.000,-. Maka unowned asset (aset yang tidak
tercantum dalam neraca), yaitu nilai sumber daya manusia dapat dihitung. Laba adalah
sebesar Rp. 900.000,- yaitu 15% dari Rp. 6.000.000. Diasumsikan bahwa ini adalah laba
yang diperoleh dari total aset (owned assets dan unowned assets) pada tingkat hasil
pengembalian industri. Berarti total aset adalah sebesar Rp. 7.500.000 (yaitu Rp. 900.000 :
12%). Maka, nilai sumber daya manusia (selisih antara total aset dan owned assets) adalah
sebesar Rp. 1.500.000. Kelemahan metode ini juga terletak pada subyektifitas dalam
menentukan expected earning, dan perbandingan aset sumberdaya manusia dan non
sumberdaya manusia.
135
Economic Value Approach
Dalam metode ini akan digunakan nilai masa depan yang diharapkan dari service levels
dan service group. Tingkat gaji dan jabatan merupakan service level sedangkan perbedaan
tingkat prestasi menggambarkan service group. Dengan mempertimbangkan probabilitas
individu untuk menduduki tiap keadaan dalam susunan service yang ada maka Nilai
expected service output = Jumlah produk dari jumlah jasa yang diharapkan diperoleh dari
setiap kemungkinan service x expected probabilitas terjadi. Probabilitas ini juga dapat
dihitung dengan probabilitas masa lalu yang diperoleh dari perhitungan aktuaris atau
probabilitas berdasarkan pertimbangan pribadi Kelemahan metode ini juga terletak pada
subyektifitasnya dlam menentukan jasa yang diharapkan dan probabilitas terjadinya. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu pos atau obyek untuk bisa diakui dalam arti
dilaporkan dalam statemen keuangan harus memenuhi kriteria definisi, keterukuran, relevan
dan reliable. Dari aspek definisi SDM sudah dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai aset,
sedangkan untuk keterukuran, seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa sebenarnya
telah cukup banyak upaya yang telah dilakukan untuk mencari cara atau metode
pengukuran yang dapat diterapkan dalam menilai SDM sebagai aset perusahaan, yang
menjadi pertanyaan adalah apakah alternatif pengukuran tersebut ada yang dapat memenuhi
kriteria reliable dan relevan? Meskipun telah banyak usulan altenatif pengukuran atas SDM
sebagai aset, kalau kita kaji dari bergai alternatif pengukuran tersebut tidak satupun yang
dapat memenuhi pengukuran yang benar-benar reliable dan relevan. Dalam metode
historical cost, harga kos sumber daya manusia yang akan diamortisasikan selama masa
kerja yang bersangkutan digunakan biaya historis sebagi dasar pencatatannya, perlakuannya
sama dengan aset tetap lainnya, metode ini mengkapitalisasi seluruh biaya yang berkaitan
dengan proses perekrutan, seleksi, pendidikan dan pelatihan, sedangkan gaji, tunjangan dan
bonus tidak termasuk dalam kelompok biaya yang dikapitalisasi, karena ketiganya
merupakan pengeluaran untuk mempertahankan atau memelihara pegawai agar tetap
bekerja dan berprestasi seperti yang diharapkan perusahaan. Tatapi metode ini tidak bisa
menggambarkan nilai manfaat ekonomi masa datang yang akan dapat disumbangkan ke
perusahaan, padahal iniformasi inilah yang sebenarnya dibutuhkan oleh stakehorders. Pada
metode replacement cost kerumitannya terletak pada biaya pengganti dari masing-masing
individu akan berbeda, adanya unsur persepsi yang menjadikan penilaiannya masih
subyektif, dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai suatu keterampilan tertentu akan
berbeda dari satu orang dengan lainnya. Metode opportunity cost terlalu diskriminatif dan
apabila tidak disikapi dengan baik akan menimbulkan suasana yang negatif dan persaingan
yang tidak sehat serta kesulitannya dalam menaksir harga pasar. Dalam discounted certainty
equivalent net benefit model dari penggunaan rumus yang ada untuk diaplikasikan masih
terlalu rumit dan adanya faktor probabilitas menunjukkan penilaian yang
subyektif.demikian juga metode-metode yang lain memiliki kerumitan dan subyektifitas
dalam penilaiannya.
136
Menurut penulis yang paling memenuhi kriteria, dalam arti tidak bertentangan dengan
konsep yang digunakan dalam kerangka kerja akuntansi yang diterapkan saat ini adalah
metode historical cost.
Historical Cost sebagai nilai masukan merupakan pengukur potensi jasa yang paling
obyektif untuk pos aset yang baru diperoleh. Kos ini menunjukkan harga pertukaran pada
saat terjadinya, salah satu keunggulan historical cost dari sudut penilaian adalah dapat
diujinya hasil penilaian tersebut (verifiable) karena historical cost terjadi dari hasil
kesepakatan dua pihak yang independen. Karena dapat diuji validitas penilaiannya,
historical cost dapat diandalkan sebagai informasi (reliable) Historical cost method penulis
anggap sebagai metode yang paling memungkinkan dan mudah untuk diterapkan karena :
1. Adanya bukti pendukung atas pengeluaran sumber daya manusia. Dalam proses
perekrutan, seleksi, pendidikan dan pelatihan semua biayabiaya yang dikeluarkan dicatat
berdasarkan bukti transaksi yang jelas dan lengkap. Jumlahnya akan digunakan sebagai
dasar pencatatan.
2. Kemudahan penelusuran biaya-biaya yang dikapitalisasi Biaya-biaya sumber daya
manusia yang telah dicatat kemudian akan dikapitalisasi sesuai dengan konsep akuntansi
sumber daya manusia dengan menggunakan jurnal kapitalisasi. Penelusuran atas biaya-
biaya ini mudah dilakukan karena mengacu pada adanya bukti transaksi.
3. Penilaian yang cukup obyektif Peneliti anggap cukup obyektif karena pengukurannya
tidak hanya berdasarkan pada persepsi tertentu dan dapat diperoleh jumlah yang jelas dari
bukti transaksi yang ada.
4. Dapat dipertanggungjawabkan Dengan dasar pencatatan yang jelas dan berasal dari bukti
transaksi yang sah, maka jumlahnya dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini dibuktikan
dengan adanya bukti transaksi yang mempunyai kekuatan hukum yang jelas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ini lebih realistis dengan adanya bukti transaksi,
lebih aplikatif karena tidak hanya berdasarkan persepsi yang bersifat subyektif, lebih mudah
diterapkan karena bagian akuntansi dapat menerapkan konsep ini hanya dengan
menggunakan jurnal kapitalisasi, dan nilainya dapat dipertanggungjawabkan apabila kita
bandingkan dengan metodemetode pengukuran lain metode ini juga merupakan suatu
ukuran untuk menghitung nilai individual yang konsisten dengan penerapan akuntansi
konvensional.
137
BAB XII
RISET-RISET AKUNTANSI
1. Pendahuluan
Riset akuntansi adalah Metode penelitian akuntansi dan keuangan adalah
metode ilmiah yang diguankan dalam memecahkan masalah atau fenomena
yang berhubungan dengan masalah akuntansi dan keuangan dengan
menggunakan data baik data primer maupun data sekunder dengan analisis
kuantitatif maupun kualitatif.
Cakupan Riset Akuntansi keperilakuan meliputi tiga hal, yaitu: pertimbangan
dan pengambilan keputusan oleh akuntan dan auditor; pengaruh
fungsi akuntansi dan fungsi auditing terhadap perilaku; pengaruh output
fungsi akuntansi, yaitu informasi akuntansi, terhadap pertimbangan dan
pengambilan keputusan pemakai. Dalam disiplin ilmu akuntansi, riset akuntansi
memiliki peran yang sangat penting. Pertama, riset akuntansi berperan
untuk memberikan pengaruh terhadap praktik akuntansi, sehingga praktik
akuntansi tidak sekedar asal jalan akan tetapi didasarkan atas riset yang
kemudian dielaborasikan dalam teori.
Pengembangan suatu disiplin ilmu tidak dapat dilepaskan dari peran riset yang hasilnya
terpublikasikan dalam literatur dan jurnal akademik. Riset akuntansi bukanlah tujuan
akhir akan tetapi adalah proses untuk membangun teori dan praktik. Peran riset
akuntansi yang kedua adalah untuk memperbaiki pemahaman terhadap lingkungan
akuntansi agar praktik akuntansi tidak dipahami sebagai sesuatu yang diterima begitu
saja (taken for granted). Riset akuntansi dalam hal ini berperan untuk memahami
fenomena akuntansi dan memperbaiki praktik akuntansi yang terjadi. Akuntansi
merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh
para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Begitu pula dengan kemajuan dalam
teknologi computer akuntasi yang memungkinkan informasi dapat tersedia dengan
cepat. Tetapi seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat
disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut
adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling baik untuk
mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Baridwan,
Zaki (2000) menyatakan hasil survey yang dilakukan di Amerika Serikat tentang
motivasi menjelaskan bahwa apa yang diinginkan oleh pemberi kerja tidak hanya
keterampilan teknik saja melainkan dibutuhkan kemampuan dasar untuk belajar dalam
pekerjaan yang bersangkutan. Di antaranya, adalah kemampuan mendengarkan dan
berkomunikasi lisan, adaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan,
kepercayaan diri, kerjasama tim dan keinginan memberi kontribusi terhadap
perusahaan. Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi akan mampu mengendalikan
emosinya sehingga dapat menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerjanya.
138
Dalam audit, riset akuntansi telah berkembang, tujuan literatur lebih difokuskan pada
atribut motivasi riset spesifik seperti proses kognitif atau riset keperilakuan pada satu
topik khusus seperti audit sebagai tinjauan analitis. Sebagai bidang riset yang sering
memberi kontribusi bermakna, riset akuntansi keperilakuan ini dapat
membentukkerangka dasar serta arah riset di masa yang akan datang.
Banyaknya volume riset atas akuntansikeperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi
riset, serta tinjauan studi secara periodik akanmemberikan manfaat untuk beberapa
tujuan berikut ini:
a) Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru
yang ingin diperkenalkan.
b) Membantu dan mengidentifikasi kesenjangan riset.
c) Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui
subbidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan, sehingga para
peneliti dapat mempelajarinya walaupun subbidang lain.
Penelitian akuntansi berbasis motivasi diartikan pencarian atas sesuatu secara sistematis
dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-akuntansi yang
berkaitan dengan motivasi dapat dipecahkan (problem solving). Pada dasarnya
penelitian akuntansi berbasis motivasi ini merupakan suatu proses penyelidikan atau
pencarian sesuatu (fakta dan prinsip-prinsip) yang dilakukan secara sistematis, hati-hati,
kritis (critikal thinking), dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dari pengertian
tersebut penelitian ini penting dilakukan, karena penelitian akuntansi berbasisis
motivasi merupakan suatu metode untuk menentukan kebenaran, sehingga penelitian
akuntansi berbasis motivasi sebagai metode berfikir secara kritis. Tulisan ini akan
membahas motivasi dalam riset akuntnasi dalam berbagai pendekatan filosofi penelitian
dan pengaruhnya terhadap perkembangan riset akuntansi di Indonesia.
139
2. Studi Kasus Sebagai Strategi Riset Untuk Mengembangkan Akuntansi
Seiring dengan semakin berkembangan riset-riset akuntansi, teori akuntansi pun juga
ikut mengalami perkembangan yang pesat. Banyak bidang- bidang baru dalam
akuntansi yang muncul, misalnya munculnya disiplin ilmu akuntansi keperilakuan,
akuntansi lingkungan, akuntansi sumber daya manusia, dan akuntansi sektor publik
yang menjadikan akuntansi sebagai alat untuk menciptakan good governance
(accounting for governance). Sebagian besar riset akuntansi yang dilakukan sejak era
teori akuntansi normatif adalah untuk orientasi dunia bisnis (komersial). Orientasi riset
akuntansi adalah untuk memperbaiki kebijakan (policy). Dalam akuntansi, dihapakan
terdapat integrasi antara riset yang dilakukan dengan perencanaan dan pembuatan
kebijakan. Kebijakan yang diambil hendaknya didasarkan atas hasil riset yang
dilakukan (Muhadjir, 2003). Inferensi tingkat satu merupakan generalisasi analitis
(analityc generalization), sedangkan inferensi tingkat dua merupakan generalisasi
statistic (statistical generalization). Di dalam generalisasi statistik, inferensi dibuat
terhadap populasi berdasarkan pada data empiris yang diperoleh mengenai suatu
sampel. Studi kasus tunggal (single-case study) dalam hal ini dijadikan sebagai
laboratorium yang oleh peneliti digunakan untuk meneliti topik eksperimen baru.
Multiple cases dengan demikian merupakan suatu bentuk multiple experiments. Terkait
dengan penelitian terhadap New Public Management sebagai suatu perubahan
sistematik terhadap manajemen sektor publik, Barzelay menyarankan untuk
membangun pemahaman terhadap perubahan dalam manajemen sektor publik tersebut
dengan mengikuti riset yang berorientasi studi kasus dalam bentuk explanatory case
study yang disertai dengan metode analitis. Desain riset berorientasi kasus yang
ditawarkan Barzelay terdiri atas tiga bagian, yaitu: 1) memilih case outcome; 2)
memilih explanatory framework/model; dan 3) memilih kasus. Sementara itu, fokus
studi adalah pada kandungan kebijakan (policy content) dan proses pembuatan
kebijakan (Barzelay, 2001). Studi kasus memiliki beberapa bentuk, yaitu: 1)
explanatory case study, 2) exploratory case study, dan 3) desriptive case study.
Beberapa menambahkan adanya narrative case study. Studi kasus juga dapat
dikategorikan sebagai grounded research karena riset studi kasus membangun teori dari
140
data empiris yang diperoleh secara mendalam dan dalam waktu yang panjang.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Menggunakan metode penelitian studi pustaka, yaitu dengan
membaca dan Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara
mengumpulkan data atau contoh adalah mengkaji penelitian motivasi dalam
pemahaman akuntansi. Tujuan dari survei literatur adalah untuk memperoleh informasi
yang kita butuhkan dalam proses penelitian yang kita lakukan sesuai dengan motivasi
dalam riset akuntnasi. Selain itu dengan adanya survei literatur maka kita dapat
meyakinkan pembaca bahwa apa yang sedang kita teliti merupakan sesuatu yang
penting. Dalam penelitian ini diharapkan mendapatkan “peta” tentang domain penelitian
motivasi riset tersebut yang akan dilaksanakan. Peta domain ini akan diperoleh
pengetahuan tentang riset-riset yang dilakukan oleh peneliti lain dalam kaitan penelitian
motivasi. Pengetahuan ini tidak hanya berupa pemahaman terhadap riset-riset tersebut,
tetapi juga saling-kait yang terbentuk antar riset-riset tadi.
3.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu suatu
metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Dalam
metode deskriptif ini membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga
merupakan suatu studi komparatif. Peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian
terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma
tertentu, sehingga banyak ahli meamakan metode ini dengan nama survei normatif
(normatif survei). Karenanya metode ini juga dinamakan studi kasus (status study).
Dalam penelitian ini menggunakan metode pemetaan dalam SNA berdasarkan tahun
2002 s/d 2004 yang di jelaskan dengan diagram alur.
141
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil beberapa penelitian maka dapat di jelaskan sebagai berikut konseptual
riset tentang motivasi sebagai berikut : Riset Akuntansi Suatu Proses Penelitian akuntansi
merupakan suatu proses yang panjang, dimana setiap penelitian akuntansi bertujuan untuk
menemukan sesuatu pengetahuan baru atau untuk menjawab suatu pertanyaan dalam
mencari pemecahan permasalahan yang dihadapi. Manusia tidak pernah bebas dari
generalisasi, karena tujuan pokok penelitian tentang akuntansi atau suatu pemikiran yang
sistematik adalah menemukan generalisasi baru yang lebih berguna. Ada generalisasi, teori
dan konsep yang lebih baik daripada yang dipakai sekarang, dan tugas pelaku penelitian
akuntansi adalah mengukuhkan dan mensyahkannya. Penelitian akuntansi perlu ditinjau
kembali sepanjang waktu dalam bentuk mengdadakan penelitian akuntnasi pada masalah
yang sama tetapi dikembangkan secara terus menerus sepanjang proses penelitian akuntnasi.
Hal ini berarti setiap pelaku penelitian akuntansi harus mampu mengambil pelajaran dari
setiap pengalaman penelitian akuntansi sebelumnya untuk lebih memperbaiki pelaksanaan
penelitian akuntansi selanjutnya. Proses penelitian akuntnasi harus diadakan revies atau
peninjauan kembali secara terus menerus terhadap situasi dan perkembangan penelitian
akuntansi.
Pelaku penelitian akuntansi harus setiap saat untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian
dalam hipotesis utama, data yang dikumpulkan, metode analisis dan bahkan ruang lingkup
studi secara keseluruhan. Pelaku penelitian akuntansi harus bertanya pada diri sendiri: (a)
apakah yang menjadi masalah utama yang sedang diteliti; (b) pertanyaan utama apa yang
sedang akan dijawab; dan (c) hipotesis utama apa yang sedang diuji. Keingin tahun manusia
diwujudkan dalam bagimana mendapatkan suatu pengetahuan yang baru. Orang dapat
memperoleh pengetahuan baru melalui beberapa cara: (a) wahyu, cara yang diyakini ada
ketika para nabi mendapat petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa; (b) otoritas, cara yang di
gunakan orang ketika ia mempercayai kebenarannya adanya sesuatu karena
mendapatkannya dari dari pihak-pihak yang mempunyai kompetensi; (c) intuisi, cara yang
digunakan oleh orang ketika ia mempercayai kebenaran pengetahuan karena pengetahuan itu
muncul dari hatinya; (d) falsifikasi, cara yang digunakan orang ketika ia mendapatkan
142
pengetahuan atas dasar logika, tanpa harus memperoleh bukti-bukti dialam yang nyata; dan
(e) metode ilmiah, adalah cara ketika orang mendapatkan pengetahuan dengan cara-cara
yang disepakati oleh pengamat-pengamat mashab tertentu yang ada dalam sejarah
perkembangan metode ilmiah. Secara keseluruhan hasil penelitian ini tidak mendukung
hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial dengan
variabelk intervening keadilan distributive, keadilan prosedur, komitmen terhadap tujuan
dan motivasi karena hubungan tidak langsung yang memediasi antara partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinarja manajerial menunjukan nilai rendah dan sangat lemah.
Factor budaya juga ikut andil dalam hal ini karena penurunan anggaran yang terjadi tidak
bisa ditolak oleh manajer karena factor sungkan dan menganggap segala sesuatu yang sudah
ditetapkan oleh atasan adalah baik tetapi kemusian direspon secara negative. Temuan
empiris penelitian ini perlu skritis untuk penelitian berikutnya karena dalam kondisi
downsizing dan terjadi pemotongan jumlah anggaran departemen, partisipasi penyusunan
anggaran untuk meningkatkan kinerja manajerial dalam penelitian ini tidak dapat diterima
sehingga variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini juga tidak terbukti. Hasil
analisis data dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa komitmen organisasional dan
komitmen profesional berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi. Untuk penelitian
tersebut belum ada penelitian lainnya. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa
motivasi mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja. Temuan ini
mendukung hasil penelitian Rahardja (2000). Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa
komitmen organisasional dan komitmen profesional mempunyai pengaruh secara tidak
langsung melalui variabel intervening motivasi terhadap kepuasan kerja. Untuk penelitian
tersebut belum ada penelitian sebelumnya.
Berdasarkan pada hasil pengolahan data diketahui bahwa pengaruh langsung variabel
komitmen organisasional dan komitmen profesional lebih besar dibandingkan dengan
pengaruh tidak langsung dengan melalui variabel intervening motivasi, maka pengaruh
variabel intervening dalam penelitian ini diabaikan, sehingga hasil penelitian ini tetap
konsisten dengan penelitian terdahulu, yaitu Aranya et al. (1982). Meneliti Akuntansi
Berbasis Motivasi Penting Pengertian penelitian akuntansi diterjemahkan dari “Research
Accounting” yaitu re artinya kembali dan to research artinya mencari kembali di bidang
akuntansi. Penelitian akuntansi merupakan suatu metode studi melalui penyelidikan yang
harti-hati dan sempurna terhadap suatu masalah akuntansi, sehingga diperoleh pemecahan
yang tepat terhadap masalah tersebut. Penelitian akuntansi berbasis motivasi dapat pula
diartikan pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini
dilakukan terhadap masalah-akuntansi yang berkaitan dengan motivasi dapat dipecahkan
(problem solving). Pada dasarnya penelitian akuntansi adalah suatu proses penyelidikan atau
pencarian sesuatu (fakta dan prinsip-prinsip) yang dilakukan secara sistematis, hati-hati,
kritis (critikal thinking), dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dari pengertian
tersebut, penelitian akuntansi merupakan suatu metode untuk menentukan kebenaran,
sehingga penelitian akuntansi sebagai metode berfikir secara kritis. Penelitian akuntansi
adalah suatu proses penyelidikan atau pencarian berkaitan dengan perilaku manusia
dipandang dari sudut system dan prosedur akuntansi yang dilakukan secara sistematis, hati-
hati, kritis (critikal thinking), dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pelaku teknis
akuntansi yang umumnya pelaksana system merupakan fenomena tidak dapat begitu saja
dimanipulir serta jauh lebih komplek dari penelitian Laboratorium, kimia misalnya.
Kekhususan obyek akuntansi adalah sebagai berikut :
1) Kejujuran dan keterbukaan manusia tidak dapat dijamin. Pelaksanaan teknis misalnya,
responden dapat menyembunyikan fakta, dapat berbohong atau menyesuaikan jawaban
143
dengan apa yang dipandangnya harapan dari peneliti dan sebagainya.
2) Tindakan dan sikap manusia tidak dapat disederhanakan menjadi kegiatan sebab akibat,
seperti gejala alam yang diatur oleh hukum-hukum alam.
3) Berbeda dengan variabel pada ilmu alam yang berciri konstan, dalam Penelitian
akuntansi variabel tidak berciri konstan, tetapi menurut kondisi lingkungan kerja, waktu dan
tempat tinggal. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Akuntansi Pada waktu ini kita sedang
menyaksikan perkembangan ilmu pengetahuan akuntnasi dan teknologi yang sangat
dinamis. Perkembangan ilmu pengetahuan itu bertujuan untuk mengungkapkan kaedah-
kaedah baru mengenai fenomena alam, sosial atau kemanusiaan serta penerapannya untuk
meningkatkan ksejahteraan umat manusia. Ilmu pengetahuan akuntansi dan teknologi
merupakan masukan yang sangat penting dalam pembangunan nasional.
Ilmu pengetahuan akuntansi berawal dari rasa ingin tahun mengenai suatu fenomena yang
kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa ingin tahu tersebut merangsang kita untuk
mengetahui lebih mendalam mengenai apa, mengapa atau bagaimana fenomena yang kita
temukan. Dengan demikian, ilmu pengetahuan akuntansi barawal dari adanya fenomena,
baik fenomena itu terjadi di alam, masyarakat atau diri manusia. Fenomena dapat pula
timbul dari gagasan yang berupa praduga (konjektur), tanpa adanya kejadian yang konkrit.
Fenomena itu dapat pula diciptakan melalui percobaan dalam lingkungan yang terkendali.
Selanjutnya fenomena itu diamati dan dinalar untuk mencari hubungan sebabakibat
(kausalitas) antara variabel dalam fenomena tersebut. Proses pengamatan dan penalaran
tersebut dilakukan secara sistematis dengan cara yang disebut metode ilmiah. Jadi, ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan tentang hubungan sebab-akibat suatu fenomena yang
disusun secara sistematis dari pengamatan, penalaran atau percobaan. Kaedah ilmu
pengetahuan akuntansi tersebut dapat diterapkan untuk memecahkan suatu masalah.
Teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan yang dikaitkan dengan
akuntansi. Dalam konteks tulisan ini, teknologi dipandang sebagai cabang ilmu
pengetahuan. Pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi dimulai dengan menetapkan
postulat-postulat, yaitu asumsi yang dianggap benar tanpa harus dibuktikan. Selanjutnya
disusun logika, yaitu aturan berpikir yang berlaku dalam cabang ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Logika tersebut diterapkan dengan sistematis untuk membangun tesis
(pendapat) atau teori tentang hubungan sebab-akibat sebagai hasil postulat dan logika dalam
sistem berpikir tersebut diatas. Dalam membangun ilmu pengetahuan akuntansi, kebenaran
hubungan sebab-akibat dijabarkan dari fakta-fakta yang diamati dari fenomena yang diteliti.
Dan kebenaran tersebut harus bersifat universal dan dapat diuji kembali. Cara
pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi seperti diuraikan di atas disebut metode ilmiah
akuntansi. Dengan demikian ilmu pengetahuan akuntansi dan metode ilmiah akuntansi
mempunyai sifat: (a) logis; (b) obyektif; (c) sistematis; (d) andal; (e) dirancang; dan (f)
akumulatif.. Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang
ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Definisi, aturan, inferensi
induktif, probabilitas, kalkulus, dll. merupakan bentuk logika yang menjadi landasan ilmu
pengetahuan. Logika dalam ilmu pengetahuan adalah definitif. Obyektif atau sesuai dengan
fakta. Fakta adalah informasi yang diperoleh dari pengamatan atau penalaran fenomena.
144
Obyektif dalam ilmu pengetahuan akuntansi berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung
pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung
arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari
pengamatan dan penalaran fenomena. Sistematis yaitu adanya konsistensi dan keteraturan
internal. Kedewasaan ilmu pengetahuan akuntansi dicerminkan oleh adanya keteraturan
internal dalam teori, hukum, prinsip dan metodenya. Konsistensi internal dapat berubah
dengan adanya penemuan-penemuan baru di bidang akuntnasi. Sifat dinamis ini tidak boleh
menghasilkan kontradiksi pada azas teori ilmu pengetahuan akuntansi. Andal yaitu dapat
diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan hasil yang dapat
diandalkan. Ilmu pengetahuan akuntnasi bersifat umum, terbuka dan universal. Dirancang,
yaitu pengetahuan akuntansi tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan
akuntansi dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah.
Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan akuntansi. Akumulatif.
yaitu Ilmu pengetahuan akuntansi merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang
terkumpul sedikit demi sedikit. Apabila ada kaedah yang salah, maka kaedah itu akan
diganti dengan kaedah yang benar. Kebenaran ilmu akuntansi bersifat relatif dan temporal,
tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis
dan terbuka.
Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hal ini didukung oleh beberapa hasil
penelitian yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara motivasi dan kinerja.
Sehingga semakin besar motivasi yang diberikan, maka kinerjanya juga akan meningkat.
Penelitian akuntansi merupakan suatu proses penyelidikan atau pencarian sesuatu (fakta dan
prinsip-prinsip) yang dilakukan secara sistematis, hati-hati, kritis (critikal thinking), dan
harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dari pengertian tersebut, penelitian
akuntansimerupakan suatu metode untuk menentukan kebenaran, sehingga penelitian
akuntansi sebagai metode berfikir secara kritis. Motivasi perilaku akuntansi bertujuan untuk
memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia sampai pada generalisasi yang
ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh empiris yang dikumpulkan
secara impersonal melalui prosedur yang terbuka, baik untuk peninjauan maupun replikasi
dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik. Mengkaji perkembangan riset
akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research) mengelompokkan perkembangan
hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi enam
fokus penelitian, antara lain akuntansi dalan konteks organisasi (accounting in an
organizational context), penganggaran (budgeting), pemikiran psikologi (early psychology
thoughts), pemrosesan informasi manusia (human information proccesing), kontingensi teori
(contingency teory), dan konferensi dan peristiwa (conferences and events).
145