AUDITTING II
PEMERIKSAAN PERSEDIAAN (INVENTORIES)
OLEH KELOMPOK 5:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Pemeriksaan
Pemeriksaan Persediaan”.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dari pada mata kuliah
Auditting II. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen pada mata kuliah Auditting II yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUN
A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 3
C. Tujuan................................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Persediaan........................................................................................................ 4
B. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objictives) Persediaan.......................................................... 6
C. Standar Audit Pemeriksaan Persediaan............................................................................. 10
D. Prosedur Pemeriksaan Persediaan..................................................................................... 13
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 27
B. Saran................................................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persediaan merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan yang bisa mempengaruhi neraca atau laporanrugi laba baik diperusahaan
dagang maupun diperusahaan manufaktur. Elemen asset ini juga sangat peka dalam
mempengaruhi pendapatan perusahaan sehingga perlu tekhnik pencataan dan penilaian yang
tepat untuk menjaga keberadaan asset ini sangat diperlukan suatu pemeriksaan yang intensif
untuk menjamin keberadaan persediaan secara fisik dan pecatatan serta penilaiannya benar-
benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku yang diterapkan secara
konsisten. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi akuntansi
barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses pengujian tersebut dikenal dengan
istilah Auditing yang dilakukan oleh akuntan publik sebagai pihak yang indipenden dari
penyelenggaraan kegiatan, pemilikan dan hubungan baik lainnya dengan organisasi perusahaan
Akun persediaan merupakan akun yang kompleks dan memerlukan pengendalian yang
kuat karena persediaan adalah bagian yang utama dalam neraca dan sering kali merupakan
perkiraan yang terbesar yang melibatkan modal kerja. Selain itu persediaan juga sering tersebar
di beberapa lokasi yang menyulitkan perhitungan fisik. Untuk penilaian juga sulit karena
Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup
material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya
1
akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan
keuangan perusahaan.
pemeriksaan. Pemeriksaan yang di lakukan tidak hanya pemeriksaan keuangan saja tetapi juga
pemeriksaan yang menekankan penilaian sistematis dan objektif serta berorientasi pada tujuan
untuk memperoleh keyakinan tentang keaktifan dan memberikan pendapat atas kewajaran
laporan keuangan yang di periksa. Pada sebuah perusahaan dagang salah satu informasi yangb
disajikan dalam laporan keuangan adalah nilai persediaan barang dagangan yaitu persediaan
barang yang di miliki dengan tujuan utama untuk di jual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan.
Secara intern, kesalahan penyajian nilai persediaan barang dagang dapat menimbulkan
perusahaan. Bagi pihak ekstern, kesalahan tersebut dapat memberikan informasi yang
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi akuntansi
mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesusaian antara praktek akuntansi
persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses pengujian tersebut di
kenal dengan istilah Auditing yang di lakukan oleh akuntan publik sebagai pihak yang
indipenden dari penyelenggaraan kegiatan, pemilikan dan hubungan baik lainnya dengan
2
Pemaparan singkat di atas melatarbelakangi tim penyusun untuk menyusun makalah
berjudul “Pemeriksaan Persediaan (Inventories)”. Judul tersebut diambil dari judul pada bab 12
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Persediaan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: No. 14, hal 14,1 s/d 14.2 dan 14.9-IAI,
c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau
pemberian jasa.
biasanya merupakan aset lancar (current assets) karena masa perputarannya biasanya
merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri.
mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan
perhitungan laba rugi, karena kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode
akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aset lancar dan total aset, beban pokok
penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, pembagian dividen dan
laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan keuangan periode
berikutnya.
Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang sudah dikirim oleh
Barang konsinyasi: consignment out (barang perusahaan yang dititip jual pada
perusahaan lain). Sedangkan consignment in (barang perusahaan lain yang dititip jual di
Entitas harus menentukan biaya persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk-
pertama keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Rumus biaya yang sama harus
digunakan untuk seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk persediaan
dengan sifat atau pemakaan yang berbeda, penggunaan rumus biaya yang berbeda dapat
dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP) tidak diperkenankan oleh SAK
ETAP.
Entitas harus mengukur biaya persediaan untuk jenis persediaan yang normalnya tidak
dapat dipertukarkan, dan barang atau jasa yang dihasikan dan dipisahkan untuk proyek tertentu
Entitas harus menguji pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan menurun nilainya
yaitu nilai tercatatnya tidak dapat dipulihkan secara penuh (misalnya karena kerusakan,
keusangan atau penurunan harga jual). Jika suatu jenis (atau kelompok jenis) dari persediaan
menyelesaikan dan menjual, serta mengakui kerugian penurunan nilai. Paragraf tersebut juga
5
B. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Persediaan
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan.
Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas perolehan,
penyimpanan dan pengeluaran persediaan berjalan efektif, maka luasnya pemeriksaan dalam
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab (segregation of duties) antara bagian
permintaan pembelian (purchase requisition), order pembelian (purchase order), surat slan
(delivery order), laporan penerimaan barang (receiving report), order penjualan (sales
d. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank, maupun
pengeluaran kas/bank.
g. Digunakannya perpetual inventory system dan stock card, terutama di perusahaan yang
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca)
betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal laporan posisi keuangn (neraca).
6
Dahulu di Amerika pemah terjadi "Robinson Case”, yaitu adanya perusahaan yang
melaporkan saldo persediaannya sangat besar, padahal sebenarnya jumlah tersebut banyak
yang fiktif. Sejak kasus itu akuntan publik diharuskan untuk melakukan pengamatan terhadap
persedaan perusahaan per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), untuk meyakinkan
keberadaan persediaan tersebut, Dalam hal ini saldo peorsediaan termasuk barang dalam
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan.
dalam hal ini bisa dipilih metode first in first out (FIFO), last in first out (LIFO), atau
Untuk barang-barang yang harga jualnya sudah pasti (logam mulia) atau cepat rusak
(hasil pertanian seperti sayuran dan buah-buahan) bisa di nilai berdasarkan harga jual. Untuk
barang-barang yang usang, rusak atau bergerak lambat bisa diadakan penyisihan (allowance)
sehingga sesuai dengan metode lower of cost or market (mana yang lebih rendah antara harga
perolehan dan harga pasar). Dalam keadaan inflasi, penggunaan FIFO akan mengakibatkan
beban pokok penjualan rendah dan laba kotor menjadi tinggi; penggunaan LIFO akan
menghasilkan laba kotor yang rendah; penggunaan AVERAGE COST akan menghasilkan
laba kotor yang lebih kecil dibandingkan FIFO tetapi lebih besar dari penggunaan LIFO.
berarti pajak yang terutang akan lebih kecil dibandingkan penggunaan FIFO dan AVERAGE
COST.
7
4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan standar akuntansi
Ada dua sistem pencatatan persediaan yang biasa digunakan, yaitu perpetual system
dan physical (periodical) system. Dalam perpetual system, setiap ada pembelian, perkiraan
persediaan akan didebit, setiap ada penjualan, perkiraan persediaan akan dikredit. Jika
digunakan physical system, perkiraan persediaan tidak pernah didebit waktu pembela dan
tidak pernah dikredit waktu ada penjualan. Karena itu jika perusahaan ingin mengetahui
berapa saldo persediaan pada akhir periode, harus dilakukan stock opname (perhitungan fisik
persediaan).
Jika perusahaan ingin memperkirakan berapa saldo persediaan pada akhir bulan atau
tanggal tertentu bisa digunakan Retail Inventory Method atau Gross Profit Method. Namun
demikian pada akhir tahun tetap terus dilakukan stock opname, agar bisa diketahui berapa
Perpetual system biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaannya tidak
banyak tetapi nilai persediaan per unitnya besar, misalnya dealer mobil dan toko emas.
Phisycal system biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaan per unitnya kecil,
5. Untuk mengetahui apakah terhadap barang-barang yang rusak, bergerak lambat dan
Barang-barang tersebut di atas tidak mungkin lagi dijual dengan harga normal, supaya
bisa terjual harus dijual dengan harga obral yang umumnya lebih rendah dari harga
perolehannya.
8
Karena itu harus dibuatkan allowance dalam jumlah yang cukup, dalam arti tidak
terlalu kecil (karena akan mengakibatkan laba terlalu besar) dan tidak terlalu besar (akan
Salah satu bentuk barang jaminan dari kredit yang diperoleh dari bank adalah
persediaan. Jika ada persediaan yang dijadikan jaminan, hal ini harus diungkapkan (didisclose)
ganti rugi dari perusahaan asuransi dan perusahaan bisa terhindar dari kerugian karena
kobakaran tersebut. Nilai pertanggungan asuransi harus cukup, dalam arti tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil. Yang harus diwaspadai adalah, jika perusahaan mengasuransikan
persediaan dengan insurance coverage yang terlalu besar, terutama dalam keadaan bisnis yang
Jika hal tersebut ditemukan, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
dengan salah satu pelanggannya untuk menjual 10.000 unit barang X dengan harga jual Rp.
100.000,- per unit, penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 13 Februari 2011,
Termyata di bulan Februari 2011 harga pasar barang X tersebut meningkat mau tidak mau
9
harus tetap menjual barang fersebut ke pelanggannya sebanyak 10.000 unit dengan harga
sesuai kontrak, yaitu Rp. 100.000,- per unit. Dalam hal ini perusahaan rugi sebesar 10.000 X
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan
Dalam hal ini harus diketahui sistem pencatatan persediaan yang digunakan
perusahaan (perpetual atau physical system) dan metode penilaian persediaan yang digunakan
perusahaan (apakah berdasarkan harga perolehan, dengan FIFO atau LIFO atau Average cost
method), apakah sudah diterapkan lower of cost or market atas persediaan tersebut.
Entitas harus menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan turun nilainya.
Entitas harus membuat penilaian dengan membandingkan jumlah tercatat setiap jenis persediaan
(atau kelompok persediaan yang sama) dengan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan
dan menjual. Jika suatu jenis persediaan (atau kelompok jenis persediaan) turun nilainya, maka
entitas harus mengakui kerugian dalam laporan laba rugi atas perbedaan antara jumlah tercatat
Jika tidak praktis untuk menentukan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan
menjual setiap jenis persediaan, maka entitas diperkenankan mengelompokkan jenis persediaan
dalam lini produk yang sama tujuan dan pemakaiannya serta diproduksi dan dipasarkan dalam
tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkenaan dengan kriteria atau ukuran
10
mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Dalam
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
c. Standar Pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor harus
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut
11
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Laporan auditor harus
memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan
tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai
sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi empat usaha
entitas tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi
12
seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar
h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan. Supervisi mencakup pengarahan
usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut
tercapai.
Jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui perhitungan fisik, dan semua
penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal dalam periode yang
tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka perlu bagi auditor untuk hadir pada
saat penghitungan fisik sediaan dan melalui pengamatan, pengujian dan permintaan
fisik sediaan dan mengukur keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang
Prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan
yang diaudit.
persediaan, karena berkaitan dengan siklus pembelian, utang dan pengeluaran kas serta siklus
13
Lakukan tes transaksi (complain test) atas pembelian dengan menggunakan purchase
b. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan, jika dari tes transaksi auditor
tidak menemukan kesalahan, maka bisa disimpulkan bahwa internal control atas persediaan
a) Lakukan observasi atas perhitungan fisik (stock opname) yang dilakukan perusahaan
(klien).
Prosedur cut-off
b) Minta Final Inventory List ( Inventory Complain), lakukan prosedur pemeriksaan berikut:
d) Periksa unit price dari bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan bahan
pembantu.
14
e) Rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal
f) Periksa cukup tidaknya barang-barang yang bergerak lambat, barang-barang yang rusak,
i) Periksa sales atau purchase commitment per tanggal laporan keuangan posisi (neraca)
k) Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit dan notulen rapat.
persediaan
m) Periksa penyajian perseediaan di laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang
Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang perusahaan,
Untuk barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di public warehouse jika
jumlahnya material harus dilakukan stock opname, jika tidak material, cukup dikirim
konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun atau beberapa waktu sebelum/
15
Untuk perusahaan yang internal controhya lemah, stock opname sebaiknya dilakukan
pada tanggal neraca. Untuk perusahaan yang internal controlnya baik, stock opname bisa
dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca. Namun demikian, sebaiknya
tidak terlalu jauh dari tanggal neraca, untuk memudahkan auditor pada waktu melakukan trace
pertanggal neraca).
Ada beberapa hal yang harus dilakukan auditor sebelum pelaksanaan stock opname:
stock opname.
Prosedur cut-off, yaitu mencatat nomor dan tanggal terakhir dari receiving report dan
di setiap jenis barang. Bin-tag tersebut mencantumkan: nama dan jenis barang, nomor
kode barang, satuan dan jumlah unit, dan diberi nomor urut tercetak (prenumbered).
tercampur antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya, auditor bisa meminta
menunda pelaksanaan stock opname, agar bisa diperoleh hasil perhitungan yang
akurat.
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persediaan merupakan bagian dari asset perusahaan yang nilainya cukup material dan
rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalagunaan. Sebab itu, akun persediaan menjadi salah
B. Saran
Karena persediaan memiliki nilai yang sangat material dan rawan, hendaknya di lakukan
minimalisir.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, 2018, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik,
Edisi Ke-5, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Per 1 Juli 2009, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik, Per 1 Maret
2011. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
28