Anda di halaman 1dari 18

AUDIT KAS DAN SETARA KAS

Oleh
KELOMPOK 3
1. GABRIELA A. ALA (1810020006)
2. IIS FITRIANTI (1810020015)
3. IKSAN LANI (1810020019)
4. HILARIUS I. PAU (1810020033)
5. JEANERITA P.C.TUNIAMA (1810020036)
6. INRIKE C. TARI (1810020039)
7. INTAN S. TARAPANJANG (1810020041)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan pimpinan dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul "Audit Kas Dan Setara Kas".
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
pengauditan 2. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Kami berharap dengan adanya makalah ini
kami dapat menambah ilmu pengetahuan dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini belum sempurna.
Untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari teman-
teman semua demi penyempurnaan makalah ini.

Kupang, 27 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  .........................................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................

1.1  Latar Belakang ...............................................................................................................

1.2  Rumusan Masalah  .........................................................................................................

1.3  Tujuan  ...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN  .....................................................................................................

2.1  Pengertian Kas Dan Setara Kas .....................................................................................

2.2  Sifat Dan Contoh Kas Dan Setara Kas...........................................................................

2.3 Tujuan Pemeriksaan Kas Dan Setara Kas.......................................................................

2.4 Prosedur Pemeriksaan Kas Dan Setara Kas....................................................................

2.5 Contoh Kasus Kas Dan Setara Kas.................................................................................

BAB III PENUTUP  .............................................................................................................

3.1  Kesimpulan  ...................................................................................................................

3.2 Saran  .............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA  ..........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan sebuah entitas, baik entitas yang berorientasi pada laba (profit)
maupun non-laba (profit), tidak dapat dipisahkan dari kas. Di dalam suatu
perusahaan, kas adalah suatu elemen penting dalam aktivitas operasional,
investasi, maupun pendanaan perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan
mengalami kesulitan likuiditas atau ketersediaan kas, maka kehidupan
perusahaan tersebut akan terganggu. Di samping itu, kas adalah aset
perusahaan yang paling mudah untuk diselewengkan dikarenakan sifatnya
yang sangat likuid dan bebas dipergunakan kapanpun untuk semua kegiatan
perusahaan.
Menurut L. Suparwoto (1990:70), untuk menghindari terjadinya berbagai
macam penyelewengan terhadap kas, maka diperlukan adanya sistem
pengendalian (pengawasan) yang cukup terhadap kas. Sistem pengendalian
intern (SPI) yang baik akan mengurangi potensi penyelewengan terhadap kas
perusahaan. Contoh metode klasik dalam penerapan SPI terhadap kas, yaitu
penggunaan sistem voucher, pemisahan tanggung jawab antara pencatat dan
pemegang kas, dan pemberian cuti untuk menghindari fraud.
Pemeriksaan pada kas dan setara kas menjadi salah fokus utama auditor
dalam tugasnya melakukan audit kepada perusahaan/entitas non-laba. Apabila
auditor tidak mendapatkan temuan-temuan yang janggal pada saat
pemeriksaan kas dan setara kas dan penilaian yang baik terhadap pengendalian
internal kas perusahaan, auditor akan lebih mudah untuk melanjutkan
pemeriksaan pada elemen neraca perusahaan yang lainnya. Sebaliknya, jika
auditor menilai bahwa pengendalian internal terhadap kas perusahaan tidak
berjalan dengan baik, auditor akan melakukan uji substantif secara intensif
terhadap kas perusahaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, tim penyusun membuat topik
permasalahan terkait makalah “Pemeriksaan Kas dan Setara Kas” sebagai
berikut:
a. Apakah pengertian dari kas dan setara kas?
b. Bagaimanakah sifat kas dan setara kas?
c. Apa saja contoh kas dan setara kas?
d. Apa saja tujuan pemeriksaan (audit objective) kas dan setara kas?
e. Apa saja prosedur pada pemeriksaan kas dan setara kas?

1.3 TUJUAN
a. untuk mengetahui apa itu kas dan setara kas
b. untuk mngetahui sifat ks dan setara kas
c. untuk mengetahui contoh kas dan setara kas
d. untuk mengetahui tujuan pemeriksaan dan setara kas
e. untuk mengetahui prosedur kas dn setara kas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kas dan Setara Kas


a. Menurut SAK 1994
Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk
membiayai kegiatan perusahaan.
b. Menurut SAK ETAP (IAI, 2009 : 28)
Setara Kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki
untuk memenuhi komitmen jangka pendek dan bukan untuk tujuan
investasi dan lainnya.
c. Menurut PSAK No.2 hal. 2.2 dan 2.3 (IAI:2002)
Kas terdiri dari Saldo Kas (Cash On Hand) dan Rekening Giro. Setara Kas
(Cash Equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu
tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.
2.2 Sifat dan Contoh Kas dan Setara Kas
A. Sifat kas dan setara kas
 Merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah di
selewengkan. Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam arti
istilah kas sehari-hari dapat disamakan dengan uang tunai yang dapat
dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah. Persediaan kas yang
cukup maka perusahaan akan beroperasi dengan lancar terutama dalam
kegiatan pengeluaran kas yang meliputi pembelian barang dan jasa,
memiliki harta, membayar hutang, membiayai operasi serta kegiatan-
kegiatan lainnya.
 Banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengel
uaran kas. Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang
paling penting dalam neraca. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam
perekonomian kita, kas terlihat secara langsung atau tidak langsung
dalam hampir semua transaksi usaha.

B. Contoh kas
 Kas Kecil [rupiah/asing],
 Saldo rekening giro di Bank [rupiah/asing],
 Bon sementara (IOU),
 Bon kas kecil yang belum direimbursed,
 Cek tunai yang akan di depositokan.
C. Contoh bukan kas
 Deposito Berjangka (Time Deposit) yang jatuh tempo lebih dari 3
bulan,
 Check mundur dan check kosong,
  Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund),
 Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik didalam
maupun diluar negeri.
D. Contoh setara kas
Setara kas adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek,
dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Pada umumnya, hanya
investasi dengan jatuh tempo asli tiga bulan atau kurang yang memenuhi
syarat sebagai setara kas.
a. Persyaratan Setara Kas:
 Investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah
yang telah diketahui (jatuh tempo dalam waktu ≤ 3 bulan dari
tanggal perolehan) tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang
signifikan,
  Cerukan (Bank Overdraft),
 Dapat dicairkan segera dengan bentuk kas,
 Jatuh tempo pendek, kecil kemungkinan terjadi perubahan nilai
akibat perubahan suku bunga.   
b. Contoh setara kas
 Deposito berjangka,
 Sertifikat deposito,
  Sertifikat Bank Indonesia,
  Comercial Paper,
  Sekuritas Utang Pemerintah
c. Contoh bukan setara kas:
 Investasi dalam bentuk saham (saham preferen yang dibeli dan
akan segera jatuh tempo serta tanggal penebusan/redemption
date telah ditentukan),
 Surat utang pemerintah yang dibeli 3 tahun lalu tidak dapat jadi
setara kas selama 3 bulan menjelang jatuh tempo,
 Marketable securities.

2.3 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objective) Kas dan Setara Kas


Kas dan setara kas memiliki arti penting bagi sebuah perusahaan / entitas,
yaitu sebagai elemen yang digunakan dalam menjalankan aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan. Di sisi lain, auditor perlu meyakini diri dalam
melakukan pemeriksaan pada sebuah perusahaan/entitas, bahwa pengelolaan
kas dan setara kas pada perusahaan / entitas telah berjalan baik. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian yang efektif
terhadap kas dan setara kas, serta dalam menentukan luasnya lingkup uji
substantif terhadap kas dan setara kas. Berikut adalah tujuan pemeriksaan
(audit objectives) kas dan setara kas, antara lain:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan
bank. Beberapa ciri internal control yang baik atas kas dan setara kas serta
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank, yaitu :
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang menerima
dan mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan,
b. Adanya otorisasi atas pengeluaran dan penerimaan kas dan bank.
Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus berbeda dari pegawai
yang mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan
dan harus ditelaah ( di-review ) oleh kepala bagian akuntansi,
c. Digunakannya imprest fund system untuk mengelola kas kecil.
d. Penerimaan kas, check, dan giro harus disetor ke bank dalam jumlah
seutuhnya ( Intact )  paling lambat keesokan harinya.
e. Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash box,
brankas atau bank.
f. Uang kas harus dikelola dengan baik, jangan dibiarkan
menganggur (idle) atau terlalu banyak disimpan di rekening giro. Jika
ada uang kas yang idle sebaiknya disimpan dalam deposito berjangka
atau dibelikan surat berharga yang sewaktu – waktu bisa diuangkan.
g. Blangko check dan giro harus disimpan ditempat aman dan harus
dihindari penandatanganan check dalam bentuk blangko.
Penandatanganan check harus dilampirkan bukti – bukti pendukung
yang lengkap.
h. Sebaiknya  check dan giro ditulis atas nama dan ditandatangani oleh 2
orang untuk menghindari penyalahgunaan.
i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang
jaminan, untuk back up seandainya terjadi kehilangan atau kecurangan
yang dilakukan oleh kasir
j.  Menggunakan kwitansi yang bernomor urut tercetak (pre-numbered),
k. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus
di stempel lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk diproses
pembayaran dua kali (double payment ).
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per
tanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan (existence). Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan Cash Opname baik pada cash on hand
maupun pada cash on bank pada periode audit. Selain itu dapat dilakukan
konfirmasi rekening bank yang dimiliki perusahaan dan konfirmasi
terhadap investasi pada saham/efek “diperdagangkan” (trading) yang
sifatnya jangka pendek jika perusahaan memilikinya.
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan
setara kas. Biasanya pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara
kas terjadi pada entitas non-laba, sebagai contoh sebuah yayasan akan
menyajikan hadiah berupa kas sebagai sumbangan terikat, jika hadiah itu
diterima dengan persyaratan yang membatasi penggunaan aset tersebut.
4. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta
asing, apakah saldo tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah BI (hasil dari penjumlahan kurs jual penutupan
dengan kurs beli penutupan kemudian dibagi 2) pada tanggal neraca
(pukul 16.00) dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau
dikreditkan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan.
Contoh : Per 31 Desember 2010 perusahaan mempunyai saldo bank
sebesar US $ 10.000 yang dibuku besar dicatat dalam rupiah sebesar Rp.
100.000.000,- Misalkan kurs BI per 31 Desember 2010 : kurs jual 1 US $
9.600,- dan kurs beli 1 US $ 9.400,-.  Maka saldo US $ 10.000 tersebut
dikonversikan dalam rupiah dengan menggunakan kurs 1 US $ = 9.500,-.
Karena itu harus dibuat adjustment:
Dr. Rugi selisih kurs                                 Rp. 5.000.000,-
                      Cr. Bank                                                                      Rp. 5.000.000,-
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS) dalam hal penyajian
dan pengungkapan (Presentation and Disclosure).
Menurut SAK :
- Kas dan setara kas diklasifikasikan sebagai aset lancar (current
assets) jika penggunaannya tidak dibatasi (PSAK No. 1),
-  Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera dapat
diubah menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa menghadapi
risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru
dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh
tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya
(PSAK No. 2),
-  Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban
sebagai kewajiban jangka pendek,
-  Pinjaman bank pada umumnya merupakan aktivitas pendanaan.
Namun demikian, cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan. Dalam keadaan
tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan setara kas. Karakteristik
dari pengaturan perbankan tersebut timbul, flukuasi saldo bank dari
positif ke overdraf.

Tujuan-tujuan di atas menjadi pedoman auditor dalam menentukan


prosedur pemeriksaan terhadap kas dan setara sehingga diperoleh
kesimpulan dalam menentukan apakah pos kas dan setara kas dalam
sebuah perusahaan/entitas dapat dinyatakan wajar atau tidak wajar.
Kemudian, hasil dari pemeriksaan kas dan setara kas akan memberikan
pertimbangan kepada pemeriksaan pos neraca lainnya ataupun pada
laporan laba-rugi, misalnya terdapat ketidakwajaran dalam alur proses
penerimaan kas dari penjualan akan membuat auditor lebih concern  dalam
memeriksa pos piutang dan pendapatan penjualan dari sebuah perusahaan.
Hal ini dikarenakan kas adalah bagian dari siklus “dari awal sampai akhir”
(cradle-to-grave).

2.4 Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas


Menurut pendapat Soekrisno Agoes (2012:169), prosedur pada
pemeriksaaan kas dan setara kas mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Memahami dan mengevaluasi internal control atas kas dan setara kas serta
transaksi penerimaan kas dan bank. Istilah siklus “dari awal sampai akhir”
(cradle-to-grave) membuat auditor sangat menaruh perhatian terhadap
internal control perusahaan / entitas. Internal control questionnaire (ICQ)
dapat digunakan sebagai sebuah alat untuk mendapatkan pandangan
terhadap internal control perusahaan. Selanjutnya auditor dapat
membuat flowchart dan penjelasan narrative sebagai tidak lanjut dari
proses tanya jawab kepada klien dengan ICQ tersebut. Hasil
pengujian internal control atas kas dan setara kas akan menentukan
luasnya lingkup uji substantif yang akan dilakukan auditor. Semakin besar
resiko internal control suatu perusahaan, atau dapat dikatakan bahwa
internal control perusahaan tersebut tidak berjalan efektif, maka lingkup
uji substantif akan diperluas serta bukti audit yang diperlukan
kuantitasnya menjadi lebih banyak.
2. Membuat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (misal per
31-12-2011), atau kalau belum selesai, boleh per 31-10-2011 atau 31-11-
2011; penambahan mutasi akan diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal
yang unusual (di luar kebiasaan) atau tidak. Top Schedule adalah salah
satu Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang berfungsi sebagai lembar awal
yang menunjukkan hasil pemeriksaan auditor secara umum atau
kesimpulan atas pos yang bersangkutan.
3. Melakukan cash count (perhitungan fisik uang kas)/ kas opname per
tanggal neraca, bisa juga sebelum atau sesudah tanggal neraca. Cash
count/kas opname selain dapat digunakan pada kas besar
perusahaan/entitas, dapat dilakukan juga pada petty cash/kas kecil yang
dimiliki perusahaan/entitas tersebut, dengan memperhatikan sistem yang
digunakan, yaitu imprest fund system atau fluctuating fund system.
4. Mengirim konfirmasi atau mendapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam
hal tidak dilakukan kas opname. Hal ini terkait dengan pertimbangan cost-
benefit oleh auditor atas saldo kas pada cabang perusahaan yang jauh tidak
terlalu besar.
5. Mengirim konfirmasi untuk seluruh bank yang dimiliki perusahaan. Surat
konfirmasi atas saldo kas bank biasanya juga berisi jumlah kredit
perusahaan tersebut, pendiskontoan wesel tagih, dan lain-lain.
6. Meminta rekonsiliasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31-12-2011),
kalau terpaksa, kalau belum selesai yang Desember, dapat diminta untuk
tanggal neraca per 31-11-2011.
7. Melakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut. Hal ini dilakukan
untuk memeriksa rekonsiliasi tersebut serta mengusulkan audit
adjustment jika terdapat kesalahan.
8. Melakukan pengkajian ulang (review) jawaban konfirmasi bank, notulen
rapat dan perjanjian kredit untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari
rekening bank yang dimiliki perusahaan. Pembatasan dapat terjadi karena
pembekuan rekening bank yang dimiliki perusahaan oleh pihak Dirjen
Pajak sehubungan dengan permasalahan pajak perusahaan. Selain itu juga
terdapat kemungkinan pembatasan yang disebabkan oleh pembentukan
“sinking fund” untuk pelunasan obligasi atau ekspansi perusahaan.
9. Memeriksa interbank transfer (transfer antarbank) ± 1 minggu sebelum
dan sesudah tanggal neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan
tujuan window dressing. Kasus kitting dapat terjadi jika perusahaan
memiliki lebih dari satu rekening bank dan perusahaan melakukan transfer
antarbank namun pencatatan pembukuan terkait mutasi pada salah satu
bank belum dilakukan, khususnya mutasi berkurangnya saldo kas bank
karena transfer dana. Hal tersebut menimbulkan overstated yang
selanjutnya akan menimbulkan window dressing agar laporan keuangan
terlihat lebih “cantik”.
10. Memeriksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent
payment dan subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya
pemeriksaan lapangan. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah
kewajaran angka piutang per tanggal neraca atau terdapat unrecorded
liabilities (kewajiban yang belum tercatat).
11. Memeriksa pengakuan dan konversi kas dan setara kas (jika ada) dalam
mata uang asing. Konversi kas dalam mata uang asing harus
menggunakan kurs tengah BI per tanggal neraca pukul 16.00 dan mencatat
selisih kurs yang timbul akibat konversi tersebut.
12. Memeriksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas
laporan keuangan (CALK), sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Menurut SAK ETAP Bab 7 tentang
Laporan Arus Kas, Giro yang mengalami overdraft/cerukan bank  akibat
kelebihan penarikan melebihi saldo pada umumnya termasuk aktivitas
pendanaan sejenis dengan pinjaman. Oleh karena itu giro bersaldo kredit
perlu direklasifikasi ke dalam pos utang lancar.
13. Membuat kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau memo
tersendiri mengenai kewajaran dari cash on hand dan cash on bank,
setelah seluruh pekerjaan dalam prosedur pemeriksaan kas dan setara kas
pada poin 1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) telah dijalankan.
Kesimpulan pada Top Schedule memberikan gambaran menyeluruh terkait
hasil pemeriksaan kas dan setara kas perusahaan/entitas. Kewajaran atau
ketidakwajaran kas dan setara kas perusahaan/entitas akan menjadi tolok
ukur siklus “dari awal sampai akhir” (cradle-to-grave) sudah berjalan baik
atau belum bagi perusahaan tersebut. Hal tersebut selanjutnya dapat
menjadi masukan dalam management letter KAP kepada manajemen
perusahaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kas dan Setara Kas merupakan salah satu aset strategis yang dimiliki
sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Pemeriksaan yang
dilakukan terhadap kas dan setara kas menjadi salah satu penilaian penting
bagi auditor dalam meyakinkan diri untuk memberikan opini terhadap laporan
keuangan perusahaan yang diperiksa. Pengelolaan kas dan setara kas tidak
dapat dipisahkan dari struktur pengendalian internal (SPI) yang baik. Semakin
baik SPI terkait kas dan setara kas, akan semakin memudahkan auditor dalam
memeriksa kas dan setara kas perusahaan sehingga kewajaran kas dan setara
kas menjadi hasil yang memuaskan bagi perusahaan.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan, tim penyusun memberikan saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya  riset atau pembahasan lebih lanjut terkait best
practices (praktek terbaik) mutakhir pada pemeriksaan kas dan setara kas
yang saat ini digunakan oleh auditor, terutama auditor pada KAP Big
Four.
2. Perlu adanya pembahasan lebih lanjut terkait pemeriksaan kas dan setara
kas yang berbasis teknologi informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 2012, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik, Edisi ke- 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Per 1 Juli 2009, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Per Mei 2009, Jakarta.
Suparwoto, L., 1990, Akuntansi Intermediate 1, UPP AMP YKPN, Jakarta.
_________, 2012, Audit Proses Pendanaan: Kas dan Investasi, [online],
(http://zetzu.blogspot.com/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.html, diakses
tanggal 2 November 2012).
_________,2012,ModulAuditing,1[online],(www.ilab.gunadarma.ac.id/Info/.../Modul
%20Auditing1.doc, diakses 2 November 2012).
_________, 2012, Audit Internal, [online], (http://www.scribd.com/doc/19019381/Tugas-
Seminar-Auditing, diakses tanggal 2 November 2012).
_________, 2012, Management Letter, [online], (http://fadly-
vousaime.blogspot.com, diakses 2 November 2012).
LAMPIRAN
STUDI KASUS PADA AUDIT KAS DAN SETARA KAS

Laporan Fiktif Kas Di Bank BRI Unit Tapung Raya


Kepala Bank rakyat Indonesia atau BRI unit Tanjung raya, masril 40 tahu
ditahan polisi.iya terbukti melakukan transfer uang Rp 1,6 miliar dan merekayasa
dokumen laporan keuangan titik perbuatan tersangka diketahui oleh tim pemilik
atau pemeriksaan dan pengawasan dari BRI cabang Bangkinang pada hari Rabu
23 Februari 2011 Tommy saat melakukan pemeriksaan di BRI unit Tapung.
tim ini menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo
neraca dengan kas tidak seimbang titik setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
dan cermat diketahui adanya transaksi gantung yaitu adanya pembukuan setoran
kas Rp 1,6 miliar yang berasal dari BRI unit pasir pengaraian 2 ke BRI unit
tabung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukan masril namun tidak disertai
dengan pengiriman fisik uangnya.
Kapolres Kampar AKBP MZ Muttaqien yang dikonfirmasikan mengatakan,
kepala BRI Lampung raya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di sel
mapolres Kampar karena mentransfer uang Rp 1,6 miliar dan merekayasa laporan
pembukuan.
kasus ini dilaporkan oleh Sudarman atau kepala BRI cabang Bangkinang
dan Russian Martha pegawai BRI cabang Bangkinang " mas ril telah melakukan
tindak pidana membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau laporan maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha titik
laporan transaksi atau rekening bank (TP perbankan). Tersangka dijerat pasal
yang disangkakan yakni pasal 49 ayat 1 UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan dengan ancaman hukuman 10 tahun.
" kata Kapolres, polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti
dokumen BRI serta melakukan koordinasi koordinasi dengan instansi terkait
memeriksa dan menahan tersangka dan 6 orang saksi telah diperiksa dan meminta
keterangan ahli.
(Sumber : www , Pekanbaru, tribunnews.com)

Anda mungkin juga menyukai