Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RUANG LINGKUP AUDIT KAS DAN SETARA KAS

DOSEN PEMBIMBING

Azwirman, Dr, SE. M. Acc., CPA

DISUSUN OLEH:

Ardhiya Cahyani

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ruang Lingkup
Audit Kas dan Setara Kas” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Auditing II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Ruang Lingkup Audit Kas dan Setara Kas bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Azwirman, Dr, SE. M. Acc., CPA,
selaku dosen mata kuliah Auditing II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Dumai, 1 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1 Definisi Pemeriksaan Kas dan Setara Kas......................................................................3
2.2 Sifat dan Contoh Kas dan Setara Kas.............................................................................3
2.3. Sistem Pengendalian Intern Atas Kas dan Setara Kas...................................................5
2.4 Tujuan Pemeriksaan Kas dan Setara Kas.......................................................................7
2.5 Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas.....................................................................9
2.6 Kertas Kerja Pemeriksaan............................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................12
3.1 Simpulan......................................................................................................................12
3.2 Saran............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk memperoleh laba yang optimal dan mempertahankan kelangsungan
hidup bagi usaha yang dikelola, serta dapat mewujudkan tujuan perusahaan maka
diperlukan kas, dimana kas diperlukan untuk membiayai operasional perusahaan.
Kas memegang peranan penting dan menjadi salah satu bagian yang perlu
dilakukan pengawasan, alasannya karena kas merupakan salah satu aktiva yang
paling mudah diselewengkan. Hal tersebut dikarenakan sifat kas yang mudah
dipindahtangankan dan sangat likuid, maka sangat diperlukan adanya
pengendalian kas dalam perusahaan, sebab dengan adanya pengendalian baik
dalam aliran kas masuk maupun dalam aliran kas keluar akan dapat
mempengaruhi tingkat kecurangan kas yang terjadi dalam perusahaan.

Pemeriksaan pada kas dan setara kas menjadi salah fokus utama auditor dalam
tugasnya melakukan audit kepada perusahaan/entitas non-laba. Apabila auditor
tidak mendapatkan temuan-temuan yang janggal pada saat pemeriksaan kas dan
setara kas dan penilaian yang baik terhadap pengendalian internal kas perusahaan,
auditor akan lebih mudah untuk melanjutkan pemeriksaan pada elemen neraca
perusahaan yang lainnya. Sebaliknya, jika auditor menilai bahwa pengendalian
internal terhadap kas perusahaan tidak berjalan dengan baik, auditor akan
melakukan uji substantif secara intensif terhadap kas perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu pemeriksaan kas dan setara kas?
b. Bagaimana sifat dan contoh kas dan setara kas?
c. Apa yang dimaksud dengan pengendalian intern atas kas dan setara kas?
d. Apa tujuan dari pemeriksaan kas dan setara kas?

1
e. Bagaiamana prosedur pemeriksaan kas dan setara kas?
f. Apa yang dimaksud dengan kertas kerja pemeriksaan (Documentation)?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemeriksaan kas dan setara kas
b. Untuk mengetahui bagaimana sifat dan contoh kas dan setara kas
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengendalian intern atas kas dan
setara kas
d. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan kas dan setara kas
e. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan kas dan setara kas
f. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kertas kerja pemeriksaan
(Documentation)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemeriksaan Kas dan Setara Kas


Definisi kas dan setara kas adalah sebagai berikut:
a. Menurut SAK 1994, Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas
dipergunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan. Sedangkan Bank
adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas
guna membiayai kegiatan umum perusahaan.

b. Menurut SAK ETAP (IAI, 2009 : 28) Bahwa Setara kas adalah investasi
jangka pendek dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen
jangka pendek dan bukan untuk tujuan investasi dan lainnya.

c. Menurut PSAK No.2 dan 2.3 (IAI:2002) Kas terdiri dari Saldo Kas (Cash On
Hand) dan Rekening Giro, sedangkan Setara Kas (Cash Equivalent) adalah
investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan
cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko
perubahan nilai yang signifikan.

2.2 Sifat dan Contoh Kas dan Setara Kas


Sifat kas dan setara kas yaitu:
a. Merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah
diselewengkan. Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam arti istilah
kas sehari-hari dapat disamakan dengan uang tunai yang dapat dijadikan
sebagai alat pembayaran yang sah. Persediaan kas yang cukup maka
perusahaan akan beroperasi dengan lancar terutama dalam kegiatan
pengeluaran kas yang meliputi pembelian barang dan jasa, memiliki harta,
membayar hutang, membiayai operasi serta kegiatan-kegiatan lainnya.

3
b. Banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran
kas. Kas dapat dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting
dalam neraca, karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian kita,
kas terlihat secara langsung atau tidak langsung dalam hampir semua
transaksi usaha.

Contoh dari golongan kas dan setara kas:


1. Kas kecil (Petty Cash) dalam rupiah maupun mata uang asing
2. Saldo rekening giro di bank
3. Bon sementara (I O U)
4. Bon-bon kas kecil yang belum direimbursed
5. Check tunai yang akan didepositokan

Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan bank dalam neraca
adalah:
1. Deposito berjangka yang jatuh tempo lebih dari 3 bulan (time deposit)
2. Check kosong dan check mundur
3. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
4. Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di
luar negeri, misalnya karena dibekukan.

Contoh setara kas yaitu


1. Deposito berjangka
2. Sertifikat deposito
3. Sertifikat Bank Indonesia
4. Comercial Paper
5. Sekuritas Utang Pemerintah.

Contoh bukan setara kas:

4
1. Investasi dalam bentuk saham (saham preferen yang dibeli dan akan segera
jatuh tempo serta tanggal penebusan/redemption date telah ditentukan),
2. Surat utang pemerintah yang dibeli 3 tahun lalu tidak dapat jadi setara kas
selama 3 bulan menjelang jatuh tempo,
3. Marketable securities.

2.3. Sistem Pengendalian Intern Atas Kas dan Setara Kas


Standar pengerjaan lapangan yang kedua menyebutkan pemahaman
memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit d a n menentukan sifat saat dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
IAI mendefinisikan SPI sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris,manajemen dan personel lain entitas yang didisain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan
berikut ini;
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. efektifitas dan efesiensi operasi
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengendalian intern terdiri dari 5 komponen:


1. Lingkungan Pengendalian
Menetapkan corak suatu organisasi mempengaruhi kesadaran pengendalian
orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua
komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur
lingkungan pengendalian mencakup integritas dan nilai etika komitmen
terhadap kompetisi partisipasi dewan komisaris atau komite audit, struktur
organisasi, pemberian wewenang dan tanggungjawab, dan kebijakan dan
praktek SDM.

5
2. Penaksiran Resiko
Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk
mncapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana
resiko harus dikelola. Resiko dapat timbul atau berubah karena perubahan
dalam lingkungan operasi personel baru, system informasi yang baru/yang
diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk atau aktivitas baru,
restrukturisasi korporasi, operasi luar negeri, standar akuntansi baru.

3. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan
bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi resiko dalam
pencapaian tujuan entitas sudah dilaksanakan. Umumnya aktivitas
pengendalian berkaitan dengan review terhadap kinerja, pengolahan
informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan tugas.

4. Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan
yang meliputi system akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang
dibangun untuk mencatat, mengolah, ,meringkas, dan melaporkan transaksi
entitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran
dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern
terhadap pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan
memadai tentang system informasi yang relevan dengan pelaporan
keuangan untuk memahami:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi LK 
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam LK
yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.

6
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai
dengan dimasukkan ke dalam LK termasuk alat elektronik yang
digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses
informasi.

5. Pemantauan
Proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang
waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi
pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,
evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.

2.4 Tujuan Pemeriksaan Kas dan Setara Kas


Tujuan pemeriksaan kas dan setara kas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas
dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank. Jika
akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas
kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank
berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test
bisa dipersempit. Beberapa ciri internal kontrol yang baik atas kas dan setara
kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank adalah :
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggungjawab antara yang menerima dan
menegeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan
otorisasi atas pengeluaran dan penerimaan kas dan bank.
b. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang
mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus
ditelaah (direview) oleh kepala bagian akuntansi.
c. Digunakannya imprest fund system untuk mengelolah kas kecil.

7
d. Penerimaan kas, check dan giro, harus disetor ke bank dalam jumlah
seutuhnya (intach) paling lambat keesokan harinya.
e. Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash box,
brandkas atau di bank.
f. Uang kas harus dikelolah dengan baik, dalam arti jangan dibiarkan
menganggur atau terlalu banyak disimpan di rekening giro, karena tidak
memberikan hasil yang optimal. Jika ada uang kas yang menganggur
sebaiknya disimpan dalam deposito berjangka atau dibelikan surat
berharga yang sewaktu-waktu bisa diuangkan (marketable) sehingga bisa
menghasilkan bunga atau deviden.
g. Blanko cek dan giro harus disimpan ditempat yang aman supaya tidak
disalahgunakan, selain itu harus dihindari penandatanganan check dalam
bentuk blanko. Pada saat penandatanganan check, harus dilampirkan
bukti-bukti pendukung yang lengkap.
h. Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan check/giro ditandatangani
oleh 2 orang untuk menghindari penyalahgunaan
i. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan,
untuk back up seandainya terjadi kehilangan uang atau kecurangan yang
dilakukan oleh kasir.
j. gunakan kwitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered).
k. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus di
stempel lunas, untuk menghindari kemungkinan untuk di proses
pembayarannya dua kali (double payment) untuk memeriksa apakah saldo
kas dan setara kas yang ada dineraca per tanggal neraca betul-betul ada di
dimiliki perusahaan.

2. Auditor harus meyakinkan dirinya bahwa kas dan setara kas yang dimiliki
perusahaan (cash on hand dan cash in bank) betul-betul ada dan dimiliki

8
perusahaan dan bukan milik pribadi direksi atau pemegang saham. Karena itu
auditor harus melakukan kas opname dan mengirim konfirmasi bank.

3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan
setara kas. Jika perusahaan menyisihkan sebagian dana yang dimiliki untuk
keperluan pelunasan obligasi berikut bunganya (sinking fund) maka dana
tersebut tidak dapat dilaporkan sebagai bagian dari kas di harta lancar. Begitu
juga jika ada saldo rekening giro yang dibekukan karena perusahaan
tersangkut suatu masalah hukum, maka saldo tersebut tidak boleh dilaporkan
sebagai bagian dari kas di harta lancar. Hal tersebut harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan

4. Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas/setara kas dalam valuta asing,
apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam Rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada tanggal neraca dan
apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba
rugi (komprehensif) tahun berjalan.

5. Untuk memeriksa apakah penyajiannya di neraca sesuai dengan standar


akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

2.5 Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas


 Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran dan kas dan bank.
 Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (misal per 31-12-
2010), atau kalau belum selesai, boleh per 31-12-2010; penambahan mutasi
akan diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal yang unsual (diluar kebiasaan)
atau tidak.
 Lakukan cash count (prehitunan fisik uang kas) per tanggal neraca, bisa juga
sebelum atau sesudah tanggal neraca.

9
 Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak
dilakukan kas opname.
 Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan.
 Minta rekonsiliasi bank pertanggal neraca (misalkan per 31-12-2010), kalau
terpaksa, karena belum selesai yang Desember, dapat diminta per 31-12-2010.
 Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut.
 Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit
untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki
perusahaan.
 Periksa inter bank transfer kurang lebih satu minggu sebelum dan sesudah
tanggal neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window
dressing.
 Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequen payment dan
subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan
lapangan.
 Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal
neraca , periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan kedalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisi
kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditakan pada laba rugi tahun
berjalan.
 Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas laporan
keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS).
 Buat kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri
mengenai kewajaran dari cash on hand dan in bank, setelah kita menjalankan
seluruh prosedur audit di atas.

10
2.6 Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh
auditor dalam menjalankan pemeriksaan yang berasal dari pihak klien, analisa
yang dibuat auditor, dan dari pihak ketiga.
Kertas kerja pemeriksaan yang merupakan dokumentasi auditor atas prosedur-
prosedur audit yang dilakukannya. Tes-tes yang diadakan informasi yang
didapatkan kesimpulan yang dibuat atas pemeriksaan, analisa, memorandum,
surat-surat konfirmasi dan representasi, ikhtisar dokumen-dokumen perusahaan ,
rincian rincian pos neraca dan laba rugi serta komentar-komentar yang dibuat atau
diperoleh oleh auditor mempunyai beberapa tujuan:
1. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Opini yang
diberikan harus sesuai dengan pemeriksaan yang dicantumkan dalam kertas kerja
di perusahaan.
2. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan
standar professor akuntan public. Dalam kertas kerja pemeriksaan harus
terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah diikuti dengan baik oleh
auditor.
3. Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari pihak pajak, pihal bank, pihak
klien.
4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten sehingga dapat dibuat evaluasi
mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner sesudah selesai suatu
penugasan.
5. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya. Kertas kerja tersebut dapat
dimanfaatkan untuk mengecek saldo awal, untuk dipelajari oleh staf yang baru
ditugaskan untuk memeriksa klien tersebut, untuk mengetahui masalah-
masalah yang terjadi di tahun lalu, dan berguna untuk penyusunan audit plan
tahun berikutnya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Jadi pemeriksaan yang dilakukan terhadap kas dan setara kas menjadi salah
satu penilaian penting bagi auditor dalam meyakinkan diri untuk memberikan
opini terhadap laporan keuangan perusahaan yang diperiksa. Pengelolaan kas dan
setara kas tidak dapat dipisahkan dari struktur pengendalian internal (SPI) yang
baik. Semakin baik SPI terkait kas dan setara kas, akan semakin memudahkan
auditor dalam memeriksa kas dan setara kas perusahaan sehingga kewajaran kas
dan setara kas menjadi hasil yang memuaskan bagi perusahaan. Kas terdiri dari
Saldo Kas (Cash On Hand) dan Rekening Giro, sedangkan Setara Kas (Cash
Equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan
yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
resiko perubahan nilai yang signifikan.

3.2 Saran
1.   Perlu adanya  riset atau pembahasan lebih lanjut terkait best practices (praktek
terbaik) mutakhir pada pemeriksaan kas dan setara kas yang saat ini
digunakan oleh auditor.
2.   Perlu adanya pembahasan lebih lanjut terkait pemeriksaan kas dan setara kas
yang berbasis teknologi informasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2012). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan


Publik.Jakarta: Salemba Empat.
http://emantw.blogspot.com/2016/10/pemeriksaan-kas-dan-setara-kas.html
https://www.academia.edu/4303577/tugas_auditing_PEMERIKSAAN_KAS_DAN_S
ETARA_KAS_edit

13

Anda mungkin juga menyukai