Anda di halaman 1dari 17

lOMoARcPS13 Mata Kuliah: Auditing II

Dosen Pengampu: Nurmawaddah,SE.,M.Ak.,AAAIJ

AUDIT SALDO KAS

Oleh Kelompok 3 :

Nurul Utami Syam 2001014

Nur Azizah Indah Rahmadhani 2001012

Asriani N 2001004

POGRAM STUDI AKUNTANSI


POLITEKNIK INDONESIA
202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Audit Saldo Kas ini tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen pengampuh Nurmawaddah,SE.,M.Ak.,AAAIJ pada mata kuliah
Auditing II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Audit Saldo Kas bagi para pembaca serta bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Nurmawaddah,SE.,M.Ak.,AAAIJ, selaku dosen mata kuliah Auditing II yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Selain itu, penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan materinya.
Penulis menyadari bahwa makalah yang ditulis masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman dari
penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 17 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................6
2.1 Kas di Bank dan Siklus Transaksi...........................................6
2.2 Jenis Akun Kas........................................................................6
2.3 Audit Akun Kas Umum...........................................................7
2.4 Prosedur yang Berorientasi Kecurangan..................................11
2.5 Audit Akun Bank Penggajian Imprest.....................................11
2.6 Audit Kas Kecil Imprest..........................................................13
2.7 Audit Atas Instrumen Keuangan..............................................13
BAB III PENUTUP......................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................15
3.2 Saran........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kas merupakan aset yang paling likuid adalah media standar pertukaran dan dasar untuk
akuntansi dan pengukuran untuk semua barang-barang lainnya. Perusahaan umumnya
mengklasifikasikan kas sebagai aset lancar. Kas terdiri dari koin, mata uang, dan dana yang
tersedia di bank. Instrumen negotiable seperti wesel, cek bersertifikat, cek kasir, cek pribadi,dan
bank draft juga dipandang sebagai kas. (Kieso et al, 2012)
Kas paling rentan terjadi penyelewengan, penipuan dan pencurian. Hal itu terjadi karena
banyaknya transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Selain itu, kas
menjadi objek potensi kecurangan dan pencurian dibandingkan dengan jenis aset lainnya karena
kebanyakan asset harus dikonversikan terlebih dahulu ke kas agar dapat diuangkan. Oleh karena
itu, sangatlah perlu dilakukan audit terhadap saldo kas.
Tujuan utama audit saldo kas adalah untuk memastikan saldo kas telah diidentifikasi dan
diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca, sehingga kas tersebut dapat memenuhi kebutuhan
entitas. Dengan audit atas saldo kas maka akan memudahkan perusahaan dalam mengembangkan
anggaran kas. Dengan pengelolaan anggaran kas yang baik perusahaan dapat memproyeksikan
peramalan yang baik atas penerimaan dan pengeluaran kas. Dengan teknik peramalan kas,
manajemen dapat merencanakan untuk menginvestasikan kelebihan kas, dan bila terdapat
kebutuhan akan kas mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang menguntungkan.
Akun kas umum adalah titik fokus bagi banyak perusahaan karena semestinya seluruh
penerimaan kas dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini pada suatu waktu (Arens, 2012).
Misalnya, pengeluaran dalam siklus akusisi dan pembayaran biasanya dibayar melalui akun kas
umum, dan penerimaan kas dalam siklus penjualan dan penagihan juga disetorkan ke dalam akun
tersebut. Di samping itu, setoran dan pengeluaran untuk semua akun kas lainnya biasanya
dilakukan melalui akun kas umum. Sebagian besar perusahaan kecil hanya memiliki satu
rekening bank yaitu akun kas umum.

1.2 Rumusan Masalah


Berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
A. Bagaiman kas di bank dan siklus transaksi pada audit saldo kas?
B. Bagaimana jenis akun kas pada audit saldo kas?
C. Bagaimana audit akun kas umum?
D. Bagaimana prosedur yang berorientasi kecurangan?
E. Bagaimana audit akun bank penggajian imprest?

3
F. Bagaimana audit kas kecil imprest?
G. Bagaimana audit atas instrument keuangan?

1.3 Tujuan
Dari perumusan masalah di atas maka dapat ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut:
a. Menjelaskan mengenai kas di bank dan siklus transaksi
b. Menjelaskan mengenai jenis akun kas
c. Menjelaskan audit kas umum
d. Menjelaskan prosedur yang berorientasi kecurangan
e. Menjelaskan mengenai audit akun bank penggajian imprest
f. Menjelaskan mengenai audit kas kecil imprest
g. Menjelaskan audit atas instrument keuangan

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini yang diharapkan peneliti untuk ke depannya adalah manfaat
teoritis dan akademis, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan serta dapat digunakan
untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pemahaman mengenai judul yang diteliti.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kas di Bank dan Siklus Transaksi
Dalam audit atas kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi saldo
laporan bank oleh klien dengan saldo buku besar, dan verifikasi bahwa pencatatan kas dalam
buku besar merefleksikan dengan benar seluruh transaksi kas yang terjadi sepanjang tahun.
Verifikasi rekonsiliasi klien ke akun saldo bank dan buku besar lebih mudah, tetapi bagian
terpenting dalam total audit dalam perusahaan adalah adanya verifikasi bahwa pencatatan
transaksi kas dilakukan dengan benar. Misalnya, setiap salah saji berikut ini menghasilkan
kesalahan dalam pembayaran atau menyebabkan kesalahan dalam penerimaan kas, tetapi tak
satupun dapat ditemukan dalam audit atas rekonsiliasi bank:
- Kesalahan dalam menagih konsumen
- Pencurian kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen sebelumnya dicatat,
dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih
- Duplikasi pembayaran faktur vendor
- Pembayaran tidak benar atas biaya pribadi pejabat perusahaan
- Pembayaran atas bahan baku yang tidak pernah diterima
- Pembayaran atas karyawan lebih besar daripada jam kerja aktualnya
- Pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar dibandingkan tingkat
bunga sebenarnya

Seluruh jenis salah saji biasanya ditemukan sebagai bagian dari pengujian atas
rekonsiliasi bank. Hal ini meliputi :
- Kesalahan dalam memasukkan cek yang tidak dicairkan didalam daftar cek beredar,
meskipun telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
- Kas yang diterima dari klien masih dalam perjalanan pada tanggal neraca, tetapi sudah
dicatat dalam penerimaan kas pada tahun berjalan
- Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan pada bank
dibulan yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran dalam
perjalanan
- Pembayaran atas wesel bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank, tetapi tidak
dimasukkan dalam catatan klien.

2.2 Jenis Akun Kas


Sebelum membahas mengenai pengujian klien atas rekonsiliasi bank klien, akan dibahas
terlebih dahulu tentang jenis akun kas yang digunakan oleh banyak perusahaan karena

5
pendekatan yang digunakan akan berbeda pada setiap akunnya. Berikut adalah jenis-jenis dari
akun kas :
a. Akun Kas Umum
b. Akun Impres
c. Akun Bank Cabang
d. Dana Kas Kecil Impres
e. Setara Kas
f. Instrumen Keuangan
2.3 Audit Akun Kas Umum
Pada pengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus
mengakumulasikan bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas, sebagaimana
dinyatakan dalam neraca, dinyatakan dan diungkapkan dengan wajar sesuai lima dari keenam
tujuan audit-terkait saldo untuk seluruh pengujian perincian saldo (keberadaan, kelengkapan,
akurasi , pisah batas, dan kecocokan perincian). Hak atas kas umum, klasifikasinya dalam
neraca, dan nilai realisasi kas tidak dapat diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun
sama dengan saldo akun neraca lainya.
a. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang mempengaruhi Kas (Tahap I)
Banyak perusahaan yang tidak memiliki risiko bisnis yang cukup signifikan dalam
memengaruhi saldo kas. Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan manajemen kas
yang tidak memadai atau penanganan dana yang dilakukan pihak luar.
Risiko bisnis klien lebih banyak muncul dari setara kas dan jenis investasi lainnya.
Beberapa perusahaan yang menyediakan jasa keuangan mengalami kerugian besar akibat
aktivitas perdagangan oleh perorangan yang disembunyikan dengan salah menyajikan saldo
investasi dan kas. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien,
sama halnya dengan pengendalian manajemen yang dapat memperburuk risiko tersebut.

b. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Menilai Risiko Bawaan (Tahap I)
Saldo kas tidak material dalam kebanyakan audit, tetapi transaksi kas yang memengaruhi
saldo ini sifatnya hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul potensi salah
saji material dalam kas. Oleh karena kas lebih mudah dicuri dibandingkan aset lainnya,
terdapat risiko bawaan cukup tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan dan akurasi.
Tujuan ini biasanya akan berfokus pada audit saldo kas. Risiko bawaan relatif kecil untuk
tujuan lainnya.

c. Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)


Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi menjadi
dua kategori, yaitu:
a. Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan kas dan
pengeluaran kas.
b. Rekonsiliasi
c. pengendalian pembagian tugas yang memadai antara penandatangan cek dan bank
independent

6
Pada bagian ini, membahas pengendalian yang memengaruhi pencatatan transaksi kas,
yang penting dalam penelitian dan pengendalian untuk kas. Misalnya dalam siklus akuisisi,
pengendalian utama meliputi fungsi utang dagang, penandatanganan cek hanya dilakukan oleh
personel yang berwenang, menggunakan cek yang bernomor urut yang dicetak pada kertas
khusus, adanya telaah yang seksama atas dokumen pendukung sebelum cek ditandatangani oleh
personel yang berwenang, dan verifikasi internal yang memadai. Jika pengendalian yang
memengaruhi kas terkait transaksi beroperasi efektif, maka risiko pengendalian berkurang
sebagaimana pengujian audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.
Pengendalian yang penting atas saldo akhir kas adalah rekonsiliasi bank secara bulanan
dari akun bank umum berbasis waktu oleh personel yang independen dari pihak yang menangani
atau mencatat transaksi kas. Jika suatu perusahaan melakukan rekonsiliasi bank dengan
memakan waktu lama, maka nilai pengendalian akan turun dan memengaruhi penilaian auditor
atau risiko pengendalian kas. Rekonsiliasi membantu mencatat akuntansi agar mencerminkan
saldo kas yang lama antar saldo kas aktual di bank setelah mempertimbangkan transaksi-
transaksi yang memerlukan rekonsiliasi. Lebih penting lagi, verifikasi atas transaksi penerimaan
dan pengeluaran kas dapat dilakukan dalam rekonsiliasi yang independen. Jika laporan bank
diterima dalam keadaan tertutup oleh pihak yang merekonsiliasi dan pengendalian fisik
dilakukan atas laporan bank tersebut sampai rekonsiliasi diselesaikan, maka cek dibatalkan,
duplikat slip setoran, dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank dapat diperiksa tanpa
perlu khawatir akan diganti, dihapus atau ditambahkan. Rekonsiliasi bank dilakukan dengan hati-
hati oleh pihak klien dengan melakukan tindakan berikut ini:
a. Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas atas tanggal,
dibayarkan kepada siapa, dan berapa jumlahnya.
b. Memeriksa tanda tangan, personel otorisasi, dan pembatalan atas cek dibatalkan.
c. Membandingkan setoran ke bank dengan tanggal, pembeli, dan jumlah pada pencatatan
setoran kas.
d. Memeriksa urutan nomer pada cek dan memeriksa jika ada yang hilang.
e. Merekonsiliasi seluruh bagian yang menyebabkan perbedaan antara saldo buku dengan saldo
bank dan memeriksa kewajarannya dalam bisnis klien.
f. Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran kas.
g. Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan kas.
h. Menindaklanjuti cek beredar dan peringatan penghentian pembayaran.
Banyak paket peranti lunak akuntansi yang menyediakan rekonsiliasi bank sebagai
bagian dari prosedur bulanan. Meskipun peranti lunak mengurangi tindakan klerikal dalam
melakukan rekonsiliasi bank, pihak yang menyiapkan harus tetap melakukan banyak prosedur
pada daftar di atas. Pengendalian atas rekonsiliasi bank dilakukan pada saat personel yang
kompeten menelaah rekonsiliasi bank sesegera mungkin setelah selesai.
d. Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas
Transaksi (Tahap II)
Oleh karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan
pergudangan, maka sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas. Dalam bab-bab
sebelumnya, telah membahas secara terperinci mengenai pengujian pengendalian dan pegujian
substansif yang memadai untuk audit setiap siklus. Misalnya, pengendalian atas penerimaan kas.
Transaksi kas diaudit melalui pengujian siklus transaksi tersebut.

7
e. Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)
Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan
menggunakan prosedur analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak terlalu penting
dibandingkan area audit lainya. Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi
bank, setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya dengan rekonsiliasi
yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Auditor juga membandingkan saldo akhir kas
dengan saldo bulan-bulan sebelumnya. Prosedur analitis ini dapat ditemukan salah saji pada kas.
f. Mendesain Pengujian Perincian Saldo Kas (Tahap III)
Titik awal verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah dengan mendapatkan
rekonsiliasi bank dari klien dengan memasukkan dokumentasi auditor. Untuk mengaudit kas
dibank, auditor melakukan verifikasi apakah rekonsiliasi bank yang diterima klien sudah benar.
Tujuan audit-terkait saldo dan pengujian perincian saldo dalam audit kas yang paling penting
adalah keberadaan, kelengkapan, dan akurasi, oleh karena itu harus diperhatikan. Auditor juga
melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan penyajian dan pengungkapan,
seperti menelaah hasil pertemuan dewan direksi dan penyajian utang untuk menentukan apakah
ada restriksi atas kas yang harus diungkapkan. Dalam area audit lainya, prosedur audit aktual
bergantung pada materialitas dan risiko dalam kas yang sudah diidentifikasi auditor pada audit di
bagian lainnya.
Ketiga prosedur ini harus ditambahkan dalam pembahasan permintaan konfirmasi bank
sangat penting dan kompleks: laporan bank atas pisah batas dan pengujian rekonsiliasi bank.
g. Permintaan atas Konfirmasi Bank
Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta konfirmasi dari
setiap bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika terdapat
sejumlah besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak menjawab permintaan konfrimasi, maka
auditor perlu mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien berkomunikasi dengan bank
untuk meminta mereka melengkapi dan mengembalikan konfirmasi kepada auditor, agar
memudahkan auditor maupun pihak bank yang diminta mengisi konfirmasi. Pentingnya
konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank mengonfirmasi
informasi pinjaman dan saldo bank dalam formulir yang sama. Informasi pada wesel bayar pada
bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan jumlah dan tanggal pinjaman, tanggal
jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya jaminan.
Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari pencatatan atas saldo bank atau pinjaman
selain yang dimasukkan dalam formulir dari klien KAP. Laporan di bagian bawah formulir
meminta bank menginformasikan kepada KAP semua pinjaman yang tidak dimasukkan dalam
konfirmasi dari bank yang memiliki informasi tersebut. Dampak dari tanggung jawab yang
terbatas ini dalah untuk mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan kelengkapan atas saldo dan
utang bank yang tidak tercatat dengan cara lain. Sama halnya, bank tidak perlu
menginformasikan kepada auditor mengenai persyaratan kredit, persyaratan saldo kompensasi,
atau kewajiban kontinjen ketika kewajiban dijaminkan. Jika auditor menginginkan konfirmasi
atas jenis informasi ini, maka mereka harus mendapatkan konfirmasi yang terpisah dari institusi
keuangan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.

8
Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank yang
dikonfirmasi oleh bank harus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi bank. Sama
halnya dengan informasi lain, dalam konfirmasi, juga harus ditelusuri ke skedul audit lainnya.
Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor harus memeriksa selisihnya.

h. Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas


Laporan bank atas pisah batas adalah laporan bank pada periode tertentu dan pembatalan
cek terkait, duplikat slip setoran, dan dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank,
dikirimkan oleh bank ke kantor KAP. Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk
memberikan verifikasi bagian yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun
dengan bukti yang tidak dapat diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta
klien agar bank mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 sampai 10 hari
setelah tanggal neraca.
Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan pisah batas tidak
diterima langsung dari pihak bank. Tujuan adalah untuk menguji apakah karyawan klien tidak
memasukkan, menambahkan, atau menggantikan dokumen sesuai dengan laporan. Pengujian ini
jelas dilakukan untuk salah saji yang disengaja. Auditor melakukan verifikasi berikut ini dalam
bulan setelah tanggal neraca:
a. Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo kredit.
b. Melakukan verifikasi saldo laporan bank saat penjumlahan dilakukan.
c. Menelaah bagian dari penjumlahan untuk memastikan sudah dibatalkan oleh bank pada
periode yang tepat dan tidak ada penghapusan atau penggantian.
i. Pengujian Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen merupakan
pengendalian internal penting atas kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan
apakah pihak klien sudah menyiapkan rekonsiliasi dengan hati-hati dan melakukan verifikasi
apakah saldo bank yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di bank, kecuali bila ada
setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya.
Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam laporan bank atas
pisah batas untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor dalam
rekonsiliasi meliputi beberapa prosedur:
a. Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.
b. Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas ke saldo per
bank pada rekonsiliasi bank untuk memastikan jumlahnya sama.
c. Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke laporan
bank atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan juga jurnal
pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode sebelumnya. Seluruh cek yang dikliring

9
bank setelah tanggal neraca dan dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas harus dimasukkan
dalam daftar cek beredar. Jika cek dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas, maka
seharusnya dianggap cek beredar karena tidak dikliring di bank sebelum tanggal neraca,
maka tidak boleh dimasukkan dalam rekonsiliasi bank.
d. Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk dalam daftar cek beredar yang
belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah pertama dalam pemeriksaan ini
harus dilakukan dengan menelusuri jumlah yang belum dikliring dalam jurnal pengeluaran
kas. Alasan mengapa cek belum diuangkan, harus dibahas dengan klien, dan jika auditor
khawatir telah terjadi kecurangan, maka vendor yang termasuk dalam saldo utang dagang
harus dikonfirmasi untuk menentukan apakah vendor tersebut sudah mengakui penerimaan
kas dalam pecatatannya. Ditambah lagi, cek yang dibatalkan perlu diperiksa sebelum tanggal
terakhir audit jika memang ada.
e. Menerima kas yang tidak disetorkan ke bank di akhir tahun harus ditelusuri ke laporan pisah
batas untuk memastikan bahwa kas tersebut disetorkan segera di awal tahun berikutnya.
f. Memperhatikan jenis rekonsiliasi lain ke laporan bank dan rekonsiliasi bank. Hal ini meliputi
biaya jasa bank, kesalahan dan pembetulan bank, dan transaksi tak tercatat yang didebet atau
dikredit langsung ke akun bank oleh pihak bank. Jenis rekonsiliasi ini perlu di investigasi
untuk memastikan sudah diperlukan dengan benar oleh klien.

2.4 Prosedur yang Berorientasi Kecurangan


Kecurangan atas saldo kas umum ini terjadi karena tidak memadainya pemisahan tugas
antara pemegang kas dan pencatatan transaksi kas dalam pencatatan akuntansi dan kurangnya
rekonsiliasi bank bulanan yang independen. Prosedur yang harus dilakukan auditor untuk
menemukan kecurangan atas penerimaan kas meliputi, mempertimbangkan sifat dari kurangnya
pengendalian internal, jenis kecurangan yang dapat terjadi dari kekurangan tersebut, potensi
materialitas kecurangan, konfirmasi piutang dagang, pengujian yang dilakukan untuk
menemukan pencurian uang, penelaahan aktivitas akun kas atas transaksi yang tidak lazim,
pemeriksaan persetujuan dan dokumen pendukung untuk piutang tidak tertagih dan retur dan
cadangan penjualan, serta prosedur audit yang paling efektif untuk menemukan kecurangan.
Prosedur untuk menemukan kecurangan berikut langsung terkait dengan saldo kas akhir tahun;
Perluasan Pengujian atas Rekonsiliasi Bank
Jika rekonsiliasi bank dapat dengan sengaja salah saji, maka perlu dilakukan perluasan
pengujian atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang dilakukan auditor :
1. Memulai rekonsiliasi bank untuk bulan/tahun tertanggal, dan membandingkan seluruh bagian
rekonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lainnya dalam laporan bank
tertanggal.
2. Membandingkan sisa cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan bank tertanggal
dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan/tahun tertanggal.
3. Menelusuri seluruh bagian yang tidak jelas dalam rekonsiliasi bank dan jurnal penerimaan
dan pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk memastikan semua sudah dimasukkan.
4. Melakukan verifikasi seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari jurnal untuk
rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.

10
Pembuktian Kas
Auditor menggunakan pembuktian kas untuk menentukan apakah,
1. Seluruh penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan.
2. Seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi
3. Seluruh pengeluaran kas dibayarkan oleh bank
4. Seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat.

Pembuktian kas meliputi empat rekonsiliasi berikut ini:


1. Rekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periode pembuktian
kas.
2. Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang tercatat
dalam jurnal penerimaan kas pada periode tertentu.
3. Rekonsiliasi cek yang dibatalkan di kliring bank dengan yang dicatat dalam jurnal
pengeluaran kas untuk periode tertentu.
4. Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir periode pembuktian kas.
Saat melakukan pembuktian kas, auditor menggabungkan pengujian susbtantif atas
transaksi dan pengujian perincian saldo. Pembuktian kas merupakan metode yang sangat baik
dalam membandingkan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dengan akun bank dan
rekonsiliasi bank.
Pengujian Transfer Antarbank
Ada beberapa hal yang perlu diaudit atas jadwal transfer antarbank, yaitu sebagai berikut:
a. Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi. Auditor harus
mempertimbangkan informasi pengeluaran dan penerimaan pada skedul ke pencatatan
pengeluaran dan penerimaan kas untuk memastikan akurasinya.
b. Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank pengirim. Asumsikan
terdapat Rp 10.000.000 dipindahkan dari bank A ke bank B, tetapi hanya pengeluarannya
yang dicatat, maka ini adalah bukti pencurian uang yang ditutupi.
c. Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus dilakukan di
tahun fiskal yang sama. Jika penerimaan kas dicatat pada tahun fiskal berjalan dan
pengeluaran kas dicatat setelah tanggal neraca, maka hal tersebut bisa saja dilakukan untuk
menutupi berkurangnya kas.
d. Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan dengan benar
dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar. Dalam akun kas umum harus
dimasukkan sebagai cek beredar pada transfer rekonsiliasi bank. Kurang saji cek beredar
pada rekonsiliasi bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
e. Skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan dengan benar dari rekonsiliasi
bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan. Untuk akun tabungan dan penggajian
harus mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk transfer rekonsiliasi bank. Lebih saji
atas setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank mengindikasikan adanya kemungkinan
kiting.
Meskipun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya dimaksudkan untuk
menemukan kecurangan, tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa

11
memerhatikan pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat mengakibatkan
salah perhitungan antara kas dan utang dagang.

2.5 Audit Akun Bank Penggajian Imprest


Pengujian atas rekonsiliasi bank untuk penggajian tidak akan memakan waktu jika
terdapat akun impres untuk penggajian dan rekonsiliasi independen atas akun bank, seperti yang
dijelaskan pada akun umum. Biasanya, bagian yang direkonsiliasi adalah cek beredar. Cek
beredar tersebut akan langsung jelas ketika cek diterbitkan. Dalam pengujian saldo akun bank
untuk penggajian, auditor harus mendapatkan rekonsiliasi bank, konfirmasi bank, dan laporan
bank atas pisah batas. Prosedur rekonsiliasi sama dengan kas umum, kecuali pengujian pada cek
beredar yang biasanya terbatas untuk pengujian kewajarannya. Biasanya, diperlukan perluasan
prosedur bila pengendalian tidak memadai atau jika akun bank tidak direkonsiliasi dengan saldo
kas impres pada buku besar.

2.6 Audit Kas Kecil Imprest


Kas kecil adalah akun yang unik. Meskipun jumlahnya tidak material, banyak auditor
melakukan verifikasi kas kecil karena terdapat potensi kecurangan dan klien mengharapkan
auditor memeriksa akun tersebut meski jumlahnya tidak material.
Pengendalian Internal atas Kas Kecil
Pengendalian internal yang paling penting dalam kas kecil adalah penggunaan dana
impres yang merupakan tanggung jawab perorangan. Dana untuk kas kecil tidak dapat
digabungkan dengan penerimaan lainnya, dan dana harus disimpan terpisah dari aktivitas
lainnya. Pembatasan juga harus dilakukan atas pengeluaran dari kas kecil, sama halnya dengan
jumlah total dana. Jenis pengeluaran yang dilakukan dari transaksi kas kecil harus jelas
didefinisikan sesuai kebijakan perusahaan.
Saat pengeluaran kas dilakukan dari kas kecil, pengendalian internal yang memadai
mensyaratkan adanya tanda tangan personel yang berwenang pada formulir kas kecil yang
bernomor urut. Total dari kas aktual dan cek dananya, ditambah total formulir kas kecil yang
disebut dalam buku besar. Perhitungan mendadak secara periodik dan rekonsiliasi dana kas kecil
harus dilakukan oleh auditor internal atau personel lain yang berwenang.
Saat saldo kas kecil tinggal sedikit, cek dari akun kas umum harus dibuat untuk mengisi
kas kecil. Cek harus ditulis dengan jumlah yang sama dengan voucher bernomor urut yang
dijadikan bukti pengeluaran aktual sebelumnya. Voucher ini harus diverifikasi oleh petugas utang
dagang dan dibatalkan agar tidak digunakan kembali.
Pengujian Audit atas Kas Kecil
Penekanan dilakukan pada verifikasi kas kecil atas pengujian transaksi kas kecil
dibandingkan saldo akhir tahun. Bahkan jika dana kas kecil jumlahnya kecil, terdapat potensi
kecurangan transaksi jika dana sering dikeluarkan atau digunakan.
Dalam pengujian kas kecil, auditor pertama kali harus menentukan prosedur klien dalam
menangani dana. Hal ini dilakukan dengan mendiskusikan pengendalian internal bersama

12
pemegang kas kecil dan memeriksa dokumen atas beberapa transaksi. Saat hasil penilaian risiko
pengendalian adalah rendah dan hanya sedikit pengeluaran dilakukan selama tahun berjalan,
biasanya auditor tidak melakukan pengujian lebih lanjut karena tidak material. Ketika auditor
menguji kas kecil, dua prosedur utamanya adalah menghitung saldo kas kecil dan melanjutkan
dengan pengujian terperinci atas satu atau dua transaksi pengeluaran. Prosedur utama harus
meliputi:
a. Menjumlahkan voucher pendukung kas kecil yang menunjukkan jumlah pengeluaran
b. Memperhatikan urutan voucher kas kecil
c. Memeriksa otorisasi dan pembatalan voucher kas kecil
d. Memeriksa kewajaran dokumen pendukung, biasanya terdiri atas gulungan register kas,
faktur, dan bukti penerimaan.
Pengujian kas kecil dapat dilakukan sewaktu-waktu selama tahun berjalan, tetapi agar
memudahkan, biasanya dilakukan pada tanggal interim. Jika saldo dana kas kecil diperkirakan
material, hal ini jarang terjadi, maka saldo tersebut harus diperhitungkan pada akhir tahun.
Pengeluaran yang belum diganti harus diperiksa sebagai bagian dari penentuan apakah biaya
yang belum tercatat jumlahnya material.
2.7 Audit Atas Instrumen Keuangan
Auditor harus mengakumulasi bukti yang cukup dan memadai untuk mengevaluasi
apakah instrumen keuangan (surat berharga) dalam LK telah disajikan secara wajar dan
diungkapkan dengan memadai sesuai dengan 8 tujuan audit atas tes saldo yaitu existence,
completeness, accuracy, classification, cutoff, detail tie in, realizable value dan right.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan dari audit saldo kas yaitu tujuan utama audit saldo kas adalah untuk
memastikan saldo kas telah diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca,
sehingga kas tersebut dapat memenuhi kebutuhan entitas. Dengan audit atas saldo kas maka akan
memudahkan perusahaan dalam mengembangkan anggaran kas. Dengan pengelolaan anggaran
kas yang baik perusahaan dapat memproyeksikan peramalan yang baik atas penerimaan dan
pengeluaran kas. Dengan teknik peramalan kas, manajemen dapat merencanakan untuk
menginvestasikan kelebihan kas, dan bila terdapat kebutuhan akan kas mendapatkan pinjaman
dengan tingkat bunga yang menguntungkan.
Kas harus diidentifikasi dengan benar karena kas paling rentan terjadi penyelewengan,
penipuan dan pencurian. Hal itu terjadi karena banyaknya transaksi yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas. Selain itu, kas menjadi objek potensi kecurangan dan
pencurian dibandingkan dengan jenis aset lainnya karena kebanyakan asset harus dikonversikan
terlebih dahulu ke kas agar dapat diuangkan. Oleh karena itu, sangatlah perlu dilakukan audit
terhadap saldo kas.
Pengujian substantif terhadap saldo kas ditujukan untuk memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kas, membuktikan keberadaan kas dan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas yang dicantumkan dineraca, membuktikan
kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo kas yang
disajikan dalam neraca, membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di
neraca, membuktikan kewajaran penilaian kas yang dicantumkan di neraca, membuktikan
kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di neraca.
Dalam prosedur audit, ada tiga prosedur standar yang harus dilakukan yaitu dengan
penerimaan konfirmasi bank, kemudian penerimaan rekening koran pada titik pisah batas, dan
pengujian atas rekonsiliasi bank.

14
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh terdapat saran yang diberikan yaitu dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat atau para pembaca berupa ilmu yang bermanfaat. Selain
itu, juga diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang Audit Saldo Kas, sehingga dapat
dijadikan sebagai pengetahuan dasar bagi masyarakat luas dan para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Auditing and Assurance Services - Arens, Elder and Beasley – ch.23


Simamora, Henry, 2002, auditing II, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

16

Anda mungkin juga menyukai