Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

AUDITING II

PROGRAM AUDIT SALDO KAS

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

10
Fakultas Ekonomi S1 Akuntansi 01610003 Syafdinal, S.E., M.M.Ak
dan Bisnis Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., C.A.
Dr. Rita Yuniarti, S.E., M.M., Ak.
Aida Wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA.
Rini Susiani, S.E,. M.Ak., Ak., C.A.
Mirna Dianita, S.E., M.M., Ak., CA.

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Mahasiswa mampu menjelaskan
program Audit Saldo Kas dan menguraikan program Audit
Saldo Kas
Kas merupakan satu-satunya akun yang dimasukkan dalam setiap siklus
kecuali persediaan dan pergudangan dan juga kas merupakan hal yang penting
karena kerentanannya terhadap pencurianserta kas juga dapat salah saji secara
signifikan .

I. JENIS AKUN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN (Mengidentifikasi jenis


akun kas dan instrumen keuangan utama yang digunakan entitas bisnis)
1. Akun kas umum
Akun kas umum adalah titik fokus bagi banyak perusahaan karena
semestinya seluruh penerimaan kas dan pengeluaran kas mengalir melalui
akun ini. Misalnya, pengeluaran dalam siklus akusisi dan pembayaran
biasanya dibayar melalui akun kas umum, dan penerimaan kas dalam
siklus penjualan dan penagihan juga disetorkan ke dalam akun tersebut.
2. Akun imprest
Pada umumnya banyak perusahaan yang mengunakan akun impres.
Misalnya, membuat akun penggajian impres terpisah untuk meningkatkan
pengendalian internal pembayaran gaji. Saldo tetap, misalkan Rp.
5.000.000,- dibuat dalam akun bank penggajian. Segera sebelum setiap
periode pembayaran, suatu cek atas transfer elektronik ditarik pada akun
kas umum untuk menyetorkan total jumlah penggajian bersih ke akun
penggajian. Setelah cek untuk gaji dilakukan pada akun penggajian impres,
akun bank seharusnya memiliki saldo Rp. 5.000.000,-. Satu-satunya
setoran ke dalam akun adalah untuk penggajian mingguan dan semi
bulanan dan satu-satunya pengeluaran adalah pembayaran cek kepada
karyawan.
Terdapat jenis akun impres lain yang terdiri atas satu akun bank untuk
penerimaan dan pengeluaran. Perusahaan bisa saja memilikin akun ini
untuk setiap divisi berbeda. Seluruh penerimaan disetorkan ke dalam akun
impres dan totalnya dipindahkan ke akun umum secara periodik. Akun
pengeluaran dibentuk berbasis impres, tetapi dengan cara yang berbeda
dengan akun pengajian impres.
3. Akun bank cabang

‘20 Modul Auditing II


2 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Akun bank cabang berguna untuk membangun relasi dengan bank dalam
komunitas lokal dan memungkinkan sentralisasi operasional pada tingkat
cabang. Dalam beberapa perusahaan, penyetoran dan pengeluaran untuk
setiap cabang dibuat dalam akun yang berbeda, dan kelebihan kas secara
periodik dikirimkan ke akun bank umum pada kantor pusat. Akun cabang
dalam ini seperti akun umum, tetapi pada tingkat cabang.
4. Dana kas kecil imprest
Dana kas kecil impres bukan merupakan akun bank, tetapi hampir sama
dengan kas pada bank. Kun kas kecil biasanya merupakan akun kas yang
simpel untuk keperluan biaya yang mendadak. Akun ini digunakan untuk
pengeluaran kas berjumlah kecil yang lebih mudah dibayarkan jika
menggunakan uang tunai dibandingkan dengan cek atau untuk
memudahkan karyawan dalam mencairkan cek gaji atau pribadi.
5. Ekuivalen kas/setara kas
Perusahaan ini biasanya menginvestasikan kelebihan akumulasi kas dalam
bagian tertentu dalam suatu siklus, dimana kas tersebut akan diperlukan
dalam waktu dekat dan bisa disebut setara kas yang sangat likuid. Setara
kas meliputi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan dana pasar uang.
Setara kas bisa sangat material dan dimasukan dalam laporan keuangan
sebagai keuangan dari akun kas jika merupakan investasi jangka pendek
yang siap dikonversikan menjadi kas dalam jumlah yang pasti, dan tidak
dapat dirisiko signifikan atas perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga.
Sekuritas yang dapat diperdagangkan dan investasi berbunga dengan
jangka waktu yang lebih panjang bukan merupakan setara kas.
6. Instrumen keuangan
Akun instrumen keuangan mencakup investasi dalam sekuritas yang dapat
dipeperdagangkan seperti saham, obligasi, instrumen derivatif dan aktivitas
lindung nilai (hedging).

‘20 Modul Auditing II


3 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Gambar 10.1
Hubungan Kas Umum dengan Akun Kas Lainnya

II. KAS DI BANK DAN SIKLUS TRANSAKSI


Pada gambar 10.2 tampak jelas mengapa akun kas umum dianggap signifikan
dalam hampir semua audit, meskiun saldo akhirnya tidak material. Jumlah aks yang
mengalir masuk ke dalam dan keluar dari akun aks sering kali lebih besar ketimbang
jumlah kas yang mengalir untuk akun lainnya dalam laporan keuangan. Lebih lanjut,
kas lebih rentan digelapkan ketimbang jenis aset lainnya karena sebagian besar
aset lainnya itu harus dikonversikan menjadi kas (uang) agar dapat digunakan.

‘20 Modul Auditing II


4 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Gambar 10.2
Hubungan Antara Kas di Bank dan Siklus Transaksi

III. AUDIT AKUN KAS UMUM (Merancang dan Melaksanakan Pengujian Audit
atas Akun Kas Umum)
Pada pengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus
mengakumulasikan bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas,
sebagaimana dinyatakan dalam neraca, dinyatakan dan diungkapkan dengan wajar
sesuai lima dari keenam tujuan audit-terkait saldo untuk seluruh pengujian perincian
saldo (keberadaan, kelengkapan, akurasi , pisah batas, dan kecocokan perincian).
Hak atas kas umum, klasifikasinya dalam neraca, dan nilai realisasi kas tidak dapat
diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun sama dengan saldo akun
neraca lainya, yaitu:
Tahap I
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang mempengaruhi Kas

‘20 Modul Auditing II


5 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Banyak perusahaan yang tidak memiliki risiko bisnis yang cukup signifikan
dalam memengaruhi saldo kas. Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan
menajemen kas yang tidak memadai atau penanganan dana yang dilakukan
pihak luar.
Risiko bisnis klien lebih banyak muncul dari setara kas dan jenis investasi
lainya. Beberapa perusahaan yang menyediakan jasa keuangan mengalami
kerugian besar akibat aktivitas perdagangan oleh perorangan yang
disembunyikan dengan salah menyajikan saldo investasi dan kas. Auditor
harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien, sama halnya
dengan pengendalian manajemen yang dapat memperburuk risiko tersebut.
2. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Menilai Risiko Bawaan
Saldo kas tidak material dalam kebanyakan audit, tetapi transaksi kas yang
memengaruhi saldo ini sifatnya hampir selalu sangat material. Oleh karena itu,
sering muncul potensi salah saji material dalam kas.
Oleh karena kas lebih mudah dicuri dibandingkan aset lainya, terdapat risiko
bawaan cukup tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan dan akurasi.
Tujuan ini biasanya akan berfokus pada audit saldo kas. Risiko bawaan relatif
kecil untuk tujuan lainya.
3. Menilai Risiko Pengendalian

Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1) Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan


penerimaan kas dan pengeluaran kas.
2) Rekonsiliasi bank independen

Pada bab ini, kita membahas pengendalian yang memengaruhi pencatatan


transaksi kas, yang penting dalam penelitian dan pengendalian untuk kas.
Misalnya dalam siklus akuisisi, pengendalian utama meliputi pengendalian
pembagian tugas yang memadai antara penandatangan cek dan fungsi utang
dagang,penandatanganan cek hanya dilakukan oleh personel yang berwenang,
menggunakan cek yang bernomor urut yang dicetak pada kertas khusus,
adanya telaah yang saksama atas dokumen pendukung sebelum cek
ditandatangani oleh personel yang berwenang, dan verifikasi internal yang

‘20 Modul Auditing II


6 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
memadai. Jika penegendalian yang memengaruhi kas terkait transaksi
beroperasi efektif, maka risiko pengendalian berkurang sebagaimana pengujian
audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.

Pengendalian yang penting atas saldo akhir kas adalah rekonsiliasi bank
secara bulanan dari akun bank umum berbasis waktu oleh personel yang
independen dari pihak yang menangani atau mencatat transaksi kas. Jika
suatu perusahaan melakukan rekonsiliasi bank dengan memakan waktu lama,
maka nilai pengendalian akan turun dan memengaruhi penilaian auditor atau
risiko pengendalian kas. Rekonsiliasi membantu mencatat akuntansi agar
mencerminkan saldo kas yang lama antar saldo kas aktual di bank setelah
mempertimbangkan transaksi-transaksi yang memerlukan rekonsiliasi. Lebih
penting lagi, verifikasi atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dapat
dilakukan dalam rekonsiliasi yang independen. Jika laporan bank diterima
dalam keadaan tertutup oleh pihak yang merekonsiliasi dan pengendalian fisik
dilakukan atas laporan bank tersebut sampai rekonsiliasi diselesaikan, maka
cek dibatalkan, duplikat slip setoran, dokumen lain yang termasuk dalam
laporan bank dapat diperiksa tanpa perlu khawatir akan diganti, dihapus atau
ditambahkan. Rekonsiliasi bank dilakukan dengan hati-hati oleh pihak klien
dengan melakukan tindakan berikut ini:

• Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas


atas tanggal, dibayarkan kepada siapa, dan berapa jumlahnya.
• Memeriksa tanda tangan, personel otorisasi, dan pembatalan atas cek
dibatalkan.
• Membandingkan setoran ke bank dengan tanggal, pembeli, dan jumlah
pada pencatatan setoran kas.
• Memeriksa urutan nomer pada cek dan memeriksa jika ada yang hilang.
• Merekonsiliasi seluruh bagian yang menyebabkan perbedaan antara
saldo buku dengan saldo bank dan memeriksa kewajaranya dalam
bisnis klien.
• Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan
pengeluaran kas.

‘20 Modul Auditing II


7 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
• Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan
penerimaan kas.
• Menindaklanjuti cek beredar dan peringatan penghentian pembayaran.

Banyak paket peranti lunak akuntansi yang menyediakan rekonsiliasi bank


sebagai bagian dari prosedur bulanan. Meskipun peranti lunak mengurangi
tindakan klerikal dalam melakukan rekonsiliasi bank, pihak yang menyiapkan
harus tetap melakukan banyak prosedur pada daftar di atas. Pengendalian atas
rekonsiliasi bank dilakukan pada saat personel yang kompoten menelaah
rekonsiliasi bank sesegera mungkin setelah selesai.

Tahap II
4. Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substansif Atas Transaksi
Oleh karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan
dan pergudangan, maka sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas.
Dalam bab-bab sebelumnya, telah membahas secara terperinci mengenai
pengujian pengendalian dan pegujian substansif yang memadai untuk audit
setiap siklus. Misalnya, pengendalian atas penerimaan kas. Transaksi kas
diaudit melalui pengujian siklus transaksi tersebut.

Tahap III
5. Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis
Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan
menggunakan prosedur analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak
terlalu penting dibandingkan area audit lainya.
Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran
dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainya dengan
rekonsiliasi yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Auditor juga
membandingkan saldo akhir kas dengan saldo bulan-bulan sebelumnya.
Prosedur analtis ini dapat ditemukan salah saji pada kas.
6. Mendesaian Pengujian Perincian Saldo Kas

‘20 Modul Auditing II


8 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Titik awal verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah dengan
mendapatkan rekonsiliasi bank dari klien dengan memasukkan dokumentasi
auditor. Untuk mengaudit kas dibank, auditor melakukan verifikasi apakah
rekonsiliasi bank yang diterima klien sudah benar. Tujuan audit-terkait saldo
dan pengujian perincian saldo dalam audit kas yang paling penting adalah
keberadaan, kelengkapan, dan akurasi, oleh karena itu harus diperhatikan.
Auditor juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan
penyajian dan pengungkapan, seperti menelaah hasil pertemuan dewan
direksi dan penyajian utang untuk menentukan apakah ada restriksi atas kas
yang harus diugkapkan. Dalam area audit lainya, prosedur audit aktual
bergantung pada materialitas dan risiko dalam kas yang sudah diidentifikasi
auditor pada audit di bagian lainya.
Berikut adalah 3 (tiga) prosedur dalam pengujian atas rincian saldo kas:
1) Penerimaan konfirmasi bank
Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya
meminta konfirmasi dari setiap bank atau institusi keuangan lainnya
yang berbisnis dengan klien, kecuali jika terdapat sejumlah besar akun
yang tidak aktif. Jika bank tidak menjawab permintaan konfrimasi,
maka auditor perlu mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien
berkomunikasi dengan bank untuk meminta mereka melengkapi dan
mengembalikan konfirmasi kepada auditor, agar memudahkan auditor
maupun pihak bank yang diminta mengisi konfirmasi, di Amerika
Serikat, AICPA menyetujui penggunaan formulir bank standar.
Pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi
saldo kas aktual. Bank mengonfirmasi informasi pinjaman dan saldo
bank dalm formulir yang sama. Infromasi pada wesel bayar pada bank,
hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan jumlah dan tanggal
pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya
jaminan.
Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari untuk mencari
pencatatan atas saldo bank atau pinjaman selain yang dimasukkan
dalam formulir dari klien KAP. Laporan di bagian bawah formulir
meminta bank menginformasikan kepada KAP semua pinjaman yang
tidak dimasukkan dalam konfirmasi dari bank yang memiliki informasi

‘20 Modul Auditing II


9 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
tersebut. Dampak dari tanggung jawab yang terbatas ini dalah untuk
mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan kelngkapan atas saldo
dan utang bank yang tidak tercatat dengan cara lain. Sama halnya,
bank tidak perlu menginformasikan kepada auditor mengenai
persyaratan kredit, persyaratan saldo kompensasi, atau kewajiban
kontinjen ketika kewajiban dijaminkan. Jika auditor menginginkan
konfirmasi tas jenis informasi ini, maka mereka harus mendapatkan
konfirmasi yang terpisah dari institusi keuangan yang dapat menjawab
pertanyaan tersebut.
Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo
dalam akun bank yang dikonfirmasi oleh bank garus ditelusuri ke saldo
yang disebutkan dalam konfirmasi bank. Sama halnya dengan
informasi lain, dalam konfirmasi, juga garus ditelusuri ke skedul audit
lainnya. Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka
auditor harus memeriksa selisihnya
2) Penerimaan laporan pisah batas bank

Laporan bank atas pisah batas adalah laporan bank pada periode
tertentu dan pembatalan cek terkait, duplikan slip setoran, dan
dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank, dikirimkan oleh bank
ke kantor KAP. Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk
memberikan verifikasi bagian yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank
klien di akhir tahun dengan bukti yang tidak dapat diakses ke klien.
Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar bank
mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 samoai
10 hari setelah tanggal neraca.

Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan


pisah batas tidak diterima langsung dari pihak bank. Tujuan adalah
untuk menguji apakah karyawan klien tidak memasukkan,
menambahkan, atau menggantikan dokumen sesuai dengan laporan.
Pengujian ini jelas dilakukan untuk salah saji yang disengaja. Auditor
melakukan verifikasi berikut ini dalam bulan setelah tanggal neraca:

‘20 Modul Auditing II


10 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
• Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet,
setoran, dan memo kredit.
• Melakukan verifikasi saldo laporan bank saat penjumlahan
dilakukan.
• Menelaah bagian dari penjumlahan untuk memastikan sudah
dibatalkan oleh bank pada periode yang tepat dan tidak ada
penghapusan atau penggantian.

3) Pengujian rekonsiliasi bank

Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen


merupakan pengendalian internal penting atas kas. Auditor menguji
rekonsiliasi bank untuk menentukan apakah pihak klien sudah
menyiapkan rekonsiliasi denga gati-hati dan melakukan verifikasi
apakah saldo bank yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di
bank, kecuali bila ada setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis
rekonsiliasi lainnya.

Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam


laporan bank atas pisah batas untuk melakukan verifikasi kewajaran
rekonsiliasi. Verifikasi auditor dalam rekonsiliasi meliputi beberapa
prosedur:

• Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara


matematis.
• Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada
laporan pisah batas ke saldo per bank pada rekonsiliasi bank
utnuk memastikan jumlahnya sama.
• Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan
dimasukkan ke laporan bank atas pisah batas ke daftar cek
beredar pada rekonsiliasi bank dan juga jurnal pengeluaran kas
dalam periode neraca atau periode sebelumnya. Seluruh cek
yang dikliring bank setelah tanggal neraca dan dimasukkan
dalam jurnal pengeluaran kas harus dimasukkan dalam daftar

‘20 Modul Auditing II


11 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
cek beredar. Jika cek dimasukkan dalam jurnal pengeluaran
kas, maka seharusanya dianggap cek beredar karena tidak
dikliring di bank sebelum tanggal neraca, maka tidak boleh
dimasukkan dalam rekonsiliasi bank.
• Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk
dalam daftar cek beredar yang belum dikliring oleh bank pada
laporan pisah batas. Langkah pertama dalam pemeriksaan ini
harus dilakukan dengan menelusuri jumlah yang belum dikliring
dalam jurnal pengeluaran kas. Alasan mengapa cek belum
diuangkan, harus dibahas dengan klien, dan jika auditor
khawatir telah terjadi kecurangan, maka vendor yang termasuk
dalam saldo utang dagang harus dikonfirmasi untuk menentukan
apakah vendor tersebut sudah mengakui penerimaan kas dalam
pecatatannya. Ditambah lagi, cek yang dibatalkan perlu
diperiksa sebelum tanggal terakhir audit jika memang ada.
• Menerima kas yang tidak disetorkan ke bank di akhir tahun
harus ditelusuri ke laporan pisah batas untuk memastikan
bahwa kas tersebut disetorkan segera di awal tahun berikutnya.
• Memperhatikan jenis rekonsiliasi lain ke laporan bank dan
rekonsiliasi bank. Hal ini meliputi biaya jasa bank, kesalahan
dan pembetulan bank, dan transaksi tak tercatat yang didebet
atau dikredit langsung ke akun bank oleh pihak bank. Jenis
rekonsiliasi ini perlu di investigasi untuk memastikan sudah
diperlukan dengan benar oleh klien.

‘20 Modul Auditing II


12 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Gambar 10.3
Tujuan Audit yang berkaitan dengan Saldo dan Pengujian atas Rincian
Saldo Untuk Kas Umum di Bank

IV. PROSEDUR YANG BERORIENTASI KECURANGAN (Mengakui kapan


memperluas pengujian audit atas akun kas umum untuk menguji lebih
lanjut kecurangan yang material)

Kecurangan atas saldo kas umum ini terjadi karena tidak memadainya
pemisahan tugas antara pemegang kas dan pencatatn transaksi kas dalam
pencatatan akuntansi dan kurangnya rekonsiliasi bank bulanan yang independen.
Prosedur yang harus dilakukan auditor untuk menemukan kecurangan atas
penerimaan kas meliputi, mempertimbangkan sifat dari kurangnya pengendalian
internal, jenis kecurangan yang dapat terjadi dari kekurangan tersebut, potensi
materialitas kecurangan, konfirmasi piutang dagang, pengujian yang dilakukan untuk

‘20 Modul Auditing II


13 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
menemukan pencurian uang, penelaahan aktivitas akun kas atas transaksi yang
tidak lazim, pemeriksaan persetujuan dan dokumen pendukung untuk piutang tidak
tertagih dan retur dan cadangan penjualan, serta prosedur audit yang palin efektif
untuk menemukan kecurangan. Prosedur untuk menemukan kecurangan berikut
langsung terkait dengan saldo kas akhir tahun.

Untuk mengungkapkan kecurangann yang berhubungan secara langsung


dengan saldo kas akhir tahun, maka auditor dapat melakukan prosedur seperti:

1. Memperluas Pengujian atas Rekonsiliasi Bank

Jika rekonsiliasi bank dapat dengan sengaja salah saji, maka perlu dilakukan
perluasan pengujian atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang
dilakukan auditor :

1) Memulai rekonsiliasi bank untuk bulan/tahun tertanggal, dan


membandingkan seluruh bagian rekonsiliasi dengan cek yang dibatalkan
dan dokumen lainnya dalam laporan bank tertanggal.
2) Membandingkan sisa cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan
bank tertanggal dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas
bulan/tahun tertanggal.
3) Menelusuri seluruh bagian yang tidak jelas dalam rekonsiliasi bank dan
jurnal penerimaan dan pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk
memastikan semua sudah dimasukkan.
4) Melakukan verifikasi seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank
dari jurnal untuk rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.

2. Bukti Kas

Auditor menggunakan pembuktian kas untuk menentkan apakah,

• Seluruh penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan.

• Seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi

• Seluruh pengeluaran kas dibayarkan oleh bank

‘20 Modul Auditing II


14 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
• Seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat.

Pembuktian kas meliputi empat rekonsiliasi berikut ini :

1) Rekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo buku besar pada
awal periodepembuktian kas.
2) Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan
penerimaan yang tercatat dalam jurnal penerimaan kas pada periode
tertentu.
3) Rekonsiliasi cek yang dibatalkan di kliring bank dengan yang
dicatatdalam jurnal pengeluaran kas untuk periode tertentu.
4) Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir
periode pembuktian kas.

Saat melakukan pembuktian kas, auditor menggabungkanpengujian susbtantif


atas transaksi dan pengujian perincian saldo. Pembuktian kas merupakan
metode yang sangat baik dalam membandingkan pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas dengan akun bank dan rekonsiliasi bank.

3. Pengujian Transfer Antarbank

Ada beberapa hal yang perlu diaudit atas jadwal transfer antarbank, yaitu
sebagai berikut :

• Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi.


Auditor harus mempertimbangkan informasi pengeluaran dan
penerimaan pada skedul ke pencatatan pengeluaran dan penerimaan
kas untuk memastikan akurasinya.
• Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank
pengirim. Asumsikan terdapat Rp 10.000.000 dipindahkan dari bank A
ke bank B, tetapi hanya pengeluarannya yang dicatat, maka ini adalah
bukti pencurian uang yang ditutupi.
• Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer
harus dilakukan di tahun fiskal yang sama. Jika penerimaan kas dicatat
pada tahun fiskal berjalan dan pengeluaran kas dicatat setelah tanggal

‘20 Modul Auditing II


15 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
neraca, maka hal tersebut bisa saja dilakukan untuk menutupi
berkurangnya kas.
• Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau
dikeluarkandengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek
beredar. Dalam akun kas umum harus dimasukkan sebagai cek beredar
pada transfer rekonsiliasi bank. Kurang saji cek beredar pada
rekonsiliasi bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
• Skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan dengan
benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam
perjalanan. Untuk akun tabungan dan penggajian harus
mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk transfer rekonsiliasi
bank. Lebih saji atas setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank
mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.

Meskipun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya dimaksudkan untuk


menemukan kecurangan, tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer
antarbank tanpa memerhatikan pengendalian internal. Bila ada kemungkinan
kiting, maka dapat mengakibatkan salah perhitungan antara kas dan utang
dagang.

V. AUDIT ATAS AKUN INSTRUMEN KEUANGAN


Dalam menguji saldo akhir tahun instrumen keuangan, auditor harus
mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat untuk mengevaluasi apakah akun
instrumen keuangan, sebagaimana tercantum dalam neraca telah disajikan secara
wajar dan diungkapkan secara layak sesuai dengan 8 (delapan) tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo yang digunakan dalam pengujian atas rincian saldo yaitu:
eksistensi, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, pisah batas, detail tie-in, nilai
realisasi dan hak.
Metodologi untuk mengaudit akun insrumen keuangan adalah:
Tahap 1
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi instrumen keuangan
2. Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risikok inheren
3. Menilai risiko pengendalian
Tahap II

‘20 Modul Auditing II


16 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi
5. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis
Tahap III
6. Merancang pengujian atas rincian saldo instrumen keuangan

Gambar 10.4
Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo dan Pengujian atas Rincian Saldo
bagi Akun Instrumen keuangan

‘20 Modul Auditing II


17 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

• Arens, A.A., R.J. Elder, M.S. Beasley, dan C.E. Hogan (2017), Auditing and
Assurance Services, 16th ed., Harlow: Pearson Education.
• Hayes, Rick,. Wallage, Philip dan Gortemaker, Hans. 2017. Prinsip-prinsip
Pengauditan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
• Theodorus M, Tuanakotta. (2013). Audit Berbasis ISA (International Standards on
Auditing). Jakarta: Salemba Empat.
• Theodorus M, Tuanakotta. (2015). Audit Kontemporer). Jakarta: Salemba Empat.
• Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). IAPI, 2014

‘20 Modul Auditing II


18 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai