Manajemen
Stratejik
Modul 1 :
Konsep Dasar Manajemen Stratejik
01
Ekonomi dan Bisnis Program 121701 Dr. Syafrizal Ikram.,S.E.,M.Si.,Ak.,CA.,CPA.
Studi S1 Daniel Nababan, S.E., M.Acc
Muhammad Ali.,S.E.,M.T.
Drs. Rudy Lizwaril.,S.E.,M.M.,Ak.,CA .,
CPMA.,CPA, CTA,CPAI,PIA,ASEAN,CPA, AB
M. Kohar Mudzakar.,S.E.,M.Si..
Abstract Kompetensi
Modul ini berisi materi mengenai Mahasiswa memiliki kemampuan
manfaat, model-model dasar memahami model-model dasar
manajemen stratejik, serta manajemen stratejik.
bagaimana globalisasi dan
keberlanjutan lingkungan
mempengaruhi manajemen stratejik.
MEMPELAJARI MANAJEMEN STRATEJIK
Berdasarkan Kamus Webster, strategi adalah “a careful plan or method for achieving a
particular goal usually over a long period of time: the skill of making or carrying out plans to achive a
goal”( www.merriam-webster.com), artinya rencana dan metode yang hati-hati untuk mencapai tujuan
dalam jangka waktu panjang, dan keterampilan membuat dan melaksanakan rencana untuk mencapai
tujuan. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan strategi sebagai berikut: 1) Ilmu dan
seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam
perang dan damai, 2) Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang,
dalam kondisi yang menguntungkan, contohnya sebagai komandan dan seorang perwira yang
menguasai betul kondisi di medan perang, 3) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus, dan 4) tempat yang baik menurut siasat perang.
Manajemen berasal dari bahasa Inggris “management” dengan kata dasar “to manage” yang
menurut kamus Oxford adalah 1) “to be in charge or make decisions in a business or an
organization”, artinya pengendalian dan pembuatan keputusan dalam usaha atau organisasi. 2) “the
process of dealing with or controlling people or things”, artinya proses berurusan dengan atau
mengendalikan orang atau benda. Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno “ménagement”,
artinya seni melaksanakan dan mengatur. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
membedakan manajemen menjadi dua pengertian, yaitu 1) manajemen adalah penggunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan 2) manajemen merujuk pada pimpinan
yang bertanggung jawab atas jalannya organisasi.
David dan David (2015) mendefinisikan manajemen strategik sebagai seni dan pengetahuan
untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuan dan sasaran. Seperti tersirat, fokus
manajemen strategik terletak pada memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai
keberhasilan organisasi.
Menurut Whellen dan Hunger (2012), manajemen strategik adalah seperangkat keputusan
dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang dari sebuah perusahaan. Ini
termasuk pemindaian lingkungan (baik eksternal dan internal), formulasi strategi (strategis atau
perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi dan kontrol. Oleh karena itu, kajian
manajemen stratejik menekankan monitoring dan evaluasi peluang dan ancaman eksternal dengan
mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Semula dinamakan Kebijakan Bisnis
(Business Policy), Manajemen Stratejik memasukkan topik perencanaan stratejik, pengamatan
lingkungan, dan analisis industri.
Awalnya, manajemen stratejik adalah konsep yang paling berguna bagi perusahaan-
perusahaan besar yang beroperasi di berbagai industri.Peningkatan risiko kesalahan, kesalahan dalam
hal biaya, dan bahkan kehancuran ekonomi menyebabkan manajer profesional saat ini di semua
organisasi untuk menerapkan manajemen stratejik secara serius untuk menjaga perusahaan mereka
tetap kompetitif dalam lingkungan yang semakin tidak stabil.
Sebagai manajer berusaha untuk membuat kesepakatan yang lebih baik dengan dunia bisnis
yang sering kali berubah, perusahaan umumnya berkembang melalui empat fase manajemen
stratejik :
Fase 1 - Dasar Perencanaan Keuangan
Manajer memulai perencanaan serius ketika mereka dituntut untuk mengurus anggaran tahun
berikutnya. Program tersebut diusulkan pada dasar analisis yang sangat sedikit , dengan kebanyakan
informasi yang datang dari dalam perusahaan. Tenaga penjualan biasanya memberikan sedikit
informasi tentang lingkungan. Perencanaan operasi yang disederhanakan hanya berpura-pura untuk
pengelolaan strategis, namun hal ini sangat menyita waktu. Kegiatan perusahaan pada umumnya
Pada dasarnya, manajemen stratejik memiliki tujuan yang penting dan strategis untuk setiap
organisasi. Strategi yang dikembangkan organisasi melalui proses manajemen strategik bertujuan
untuk menciptakan keunggulan kompetitif (competitive advantages) bagi organisasi. Beberapa
indikator yang dapat dijadikan acuan untuk menuai keunggulan kompetitif organisasi antar lain
indikator kinerja akuntansi dan kinerja ekonomi. Melalui analisis terhadap laporan keuangan suatu
organisasi, maka akan diperoleh informasi mengenai kinerja keuangan dan akuntansi baik dilihat dari
sisi profitabilitas maupun rasio-rasio keuangan (Solihin, 2012).
Manfaat manajemen strategik menurut David dan David (2015) adalah memungkinkan suatu
organisasi untuk lebih proaktif daripada reaktif dalam menghadapi masa mendatang, memungkinkan
suatu organisasi untuk mengawali dan mempengaruhi aktivitas manajemen, sehingga dapat berupaya
mengendalikan tujuan. Apabila dilihat dari sejarahnya, manfaat utama manajemen strategik adalah
membantu organisasi membuat strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih
sistematis, logis, dan rasional dengan pilihan strategis. Dalam hal ini, komunikasi merupakan kunci
terhadap keberhasilan manajemen strategik. Oleh karena terlibat dalam proses, maka manajemen dan
karyawan bersedia mendukung organisasi dan dialog dan partisipasi merupakan faktor yang penting.
Akdon (2006) juga menyatakan manfaat menggunakan manajemen strategik sebagai kerangka
kerja (framework) organisasi dalam mencapai tujuan dan mendorong para manajer berpikir kreatif dan
strategik. Adapun manfaat penerapan manajemen strategik bagi organisasi adalah:
memberikan arah dalam pencapaian tujuan jangka panjang,
membantu organisasi dalam beradaptasi terhadap perubahan,
menjadikan organisasi lebih efektif,
mengidentifikasi keunggulan komparatif organisasi dalam lingkungan yang semakin
kompleks,
mengantisipasi masalah yang akan timbul di masa mendatang,
meningkatkan motivasi karyawan dengan melibatkan dalam pembuatan strategi,
menghindari kegiatan duplikasi, mengurangi keengganan karyawan untuk melakukan
perubahan.
Survei terhadap hampir 50 organisasi di berbagai negara menemukan 3 (tiga) manfaat paling tinggi
dari manajemen stratejik:
Manajemen stratejik sangat penting untuk organisasi belajar untuk menghindari stagnasi
melalui pemeriksaan diri dan eksperimen terus menerus. Orang di semua tingkatan, tidak hanya
manajemen puncak, berpartisipasi dalam manajemen strategis - membantu mengamati lingkungan
untuk mendapatkan informasi penting, menyarankan perubahan pada strategi dan program untuk
memanfaatkan perubahan lingkungan, dan bekerja dengan orang lain untuk terus meningkatkan
metode kerja, prosedur, dan teknik evaluasi. Penelitian menunjukkan bahwa melibatkan lebih banyak
orang dalam proses strategi menghasilkan orang-orang tidak hanya melihat proses lebih positif, tetapi
juga bertindak dengan cara yang membuat proses lebih efektif (Wheelen & Hunger, 2012).
Manfaat manajemen stratejik dapat dilihat dari dua aspek, yaitu manfaat finansial dan non finansial,
sebagai berikut.
Manfaat Finansial. Penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan konsep
manajemen strategik lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi lain yang tidak
menggunakannya. Organisasi yang menggunakan konsep manajemen strategik menunjukkan
perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas dan produktivitas dibandingkan dengan
organisasi tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis, serta menunjukkan kinerja keuangan
jangka panjang yang lebih baik.
Manfaat Non Finansial. Manajemen strategik menawarkan manfaat yang nyata seperti
meningkatnya kesadaran atas ancaman eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi
pesaing, meningkatnya produktivitas karyawan, mengurangi keengganan untuk berubah, dan
pengertian yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan. Manajemen strategik
meningkatkan kemampuan organisasi untuk menghindari masalah, karena membantu interaksi
antar manajer pada semua divisi dan fungsi. Manajemen strategik dapat memperbaiki
kepercayaan atas strategi saat ini, dan menunjukkan kapan dibutuhkannya tindakan korektif
(Yunus, 2016).
Survei dari McKinsey & Company terhadap 800 eksekutif menemukan bahwa proses
perencanaan strategis formal meningkatkan kepuasan keseluruhan dengan pengembangan strategi.
Agar efektif, bagaimanapun, manajemen strategik tidak perlu selalu menjadi proses formal.
Pertanyaan yang harus dijawab terkait manajemen strategik sebagai berikut.
Dalam menghadapi era globalisasi ekonomi dewasa ini, maka setiap aktivitas usaha bukan
saja dibatasi oleh lingkup batas negara nasional tetapi internasional, sehingga pada tingkat perubahan
lingkungan dan dinamikanya yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi
manajemen dan proses pekerjaan yang menjadi tanggung jawab pemimpin organisasi. Pemimpin
organisasi harus dapat menyikapinya dengan melakukan penyesuaian yang penuh kebijakan. Dengan
demikian, setiap pemimpin, seharusnya akan melaksanakan proses manajemen strategik bagi
organisasi.
Manajemen stratejik berperan penting dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi, namun
apabila tidak dilakukan dengan baik akan mengalami kegagalan. Campbell dan Alexander seperti
dikutip Taufikqurokhman (2016) telah mengidentifikasi alasan mengapa suatu strategi dalam
manajemen dapat gagal dalam mengantar suatu organisasi untuk mencapai tujuan dan sasarannya.
1. Strategi Tanpa Arah (Directionless Strategies). Kegagalan membedakan antara tujuan-tujuan
(apa yang akan dilakukan organisasi) dan kendala-kendala (apa yang harus dilakukan suatu
organisasi agar dapat bertahan). Organisasi yang gagal memahami kendala yang dimilikinya dan
salah membacanya sebagai maksud dan tujuan, akan cenderung terlempar dari arena usaha.
2. Kelumpuhan Perencanaan (Planning Paralysis). Kegagalan menentukan pijakan awal untuk
bergerak (dari strategi atau tujuan?) menyebabkan terjadinya rencana yang ‘lumpuh’ akibat
kebingungan terhadap pelibatan ‘proses’ dalam penyusunan suatu strategi. Menentukan tujuan
dan kemudian menyusun strategi untuk mencapainya ataukah meniru strategi yang telah terbukti
berhasil dan kemudian menentukan tujuan yang dapat/ingin dicapai berdasarkan strategi tersebut.
3. Terlalu Fokus pada Proses (Good Strategy vs Planning Process). Seringkali manajer berharap
untuk dapat menyusun suatu strategi yang baru dan lebih baik. Sayangnya keberhasilan
seringkali tidak semata bergantung pada proses perencanaan yang baru atau rencana yang
didesain dengan lebih baik, tetapi lebih kepada kesanggupan manajer untuk memahami faktor-
faktor yang mendasar, yaitu: keuntungan atas dimilikinya tujuan yang stabil dan terartikulasi
dengan baik; serta pentingnya penemuan, pemahaman, pendokumentasian, dan eksploitasi
informasi-informasi penting tentang bagaimana menciptakan nilai lebih banyak dibandingkan
organisasi lain.
Dahulu, sebuah perusahaan bisnis bisa sukses dengan hanya fokus pada pembuatan dan
menjual barang dan jasa dalam batas-batas nasional. Pertimbangan internasional sangat minim.
Keuntungan yang diperoleh dari ekspor produk ke negara-negara asing dianggap hanya sebagai
hiasan, tidak benar-benar penting untuk keberhasilan perusahaan. Selama tahun 1960, misalnya,
sebagian besar perusahaan AS mengorganisasi diri di sejumlah divisi produk yang dibuat dan dijual
barang hanya di Amerika Serikat. Semua manufaktur dan penjualan di luar Amerika Serikat biasanya
dikelola melalui satu divisi internasional. Tugas internasional biasanya benar-benar dipertimbangkan
bahwa orang tersebut tidak lagi dipromosikan dan harus mencari pekerjaan lain.
Demikian pula, sampai akhir abad ke-20, sebuah perusahaan bisnis bisa sangat sukses tanpa
peka terhadap lingkungan. Perusahaan membuang limbah produk mereka di dekat sungai atau danau
dan bebas polusi udara dengan asap yang mengandung gas beracun. Menanggapi keluhan, pemerintah
akhirnya meloloskan undang-undang yang membatasi kebebasan untuk mencemari lingkungan.
Tuntutan hukum memaksa perusahaan untuk menghentikan praktik praktik lama. Namun demikian,
sampai abad ke-21, sebagian besar eksekutif menganggap langkah pengurangan polusi menjadi biaya
perusahaan yang harus dikurangi atau dihindari. Daripada harus membersihkan polusi pabrik yang
mencemari lingkungan, mereka sering menutup pabrik dan pindah ke luar negeri dengan pembatasan
peduli lingkungan yang lebih kecil. Selanjutnya, sebagai istilah, digunakan untuk menggambarkan
keunggulan kompetitif, bukan lingkungan.
DAMPAK GLOBALISASI
Dampak dari perubahan iklim terhadap industri dan perusahaan di seluruh dunia dapat
dikelompokkan menjadi enam kategori risiko: peraturan, rantai pasokan, produk dan teknologi,
litigasi, reputasi, dan secara fisik.
1. Risiko Peraturan: Perusahaan di sebagian besar dunia sudah tunduk pada Protokol Kyoto, yang
mengharuskan negara-negara maju (dan dengan demikian perusahaan yang beroperasi dengan
mereka) untuk mengurangi karbondioksida dan gas rumah kaca dengan rata-rata 6% dari tingkat
tahun 1990 pada tahun 2012. Uni Eropa memiliki program perdagangan emisi yang
memungkinkan perusahaan yang mengeluarkan gas rumah kaca di luar titik tertentu untuk
membeli tunjangan tambahan dari perusahaan lain yang emisi lebih rendah dari yang
memungkinkan. Perusahaan juga dapat memperoleh kredit terhadap emisi mereka dengan
berinvestasi dalam proyek-proyek pengurangan emisi di luar perusahaan mereka sendiri.
Meskipun Amerika Serikat menarik diri dari Protokol Kyoto, berbagai regional, kebijakan
negara, dan pemerintah daerah mempengaruhi kegiatan perusahaan di Amerika Serikat. Sebagai
contoh, tujuh negara Northeastern, enam negara-negara Barat, dan empat provinsi Kanada
memiliki adopsi proposal untuk menutupi emisi karbon dan membangun program perdagangan
karbon.
2. Risiko Rantai Pasokan : Pemasok akan semakin rentan terhadap peraturan pemerintah
menyebabkan komponen dan energi lebih tinggi akan biaya karena mereka menyampaikan
Gambar 1-1 menggambarkan bagaimana keempat unsur ini berinteraksi; Gambar 1-2
memperluas masing-masing elemen dan berfungsi sebagai model untuk buku ini. Kedua model ini
rasional dan preskriptif. Ini adalah model perencanaan yang menyajikan apa yang harus perusahaan
lakukan dalam hal proses manajemen stratejik, bukan pada apa yang mungkin setiap perusahaan
benar-benar melakukannya. Model perencanaan rasional memprediksi bahwa dengan meningkatnya
ketidakpastian lingkungan, perusahaan yang bekerja lebih rajin untuk menganalisis dan memprediksi
lebih akurat perubahan situasi di mana mereka beroperasi akan mengungguli dari pada yang tidak
melakukannya. Studi penelitian empiris mendukung model ini. Istilah yang digunakan dijelaskan
dalam Gambar 1-2.
PENGAMATAN LINGKUNGAN
Pengamatan Lingkungan (Environmental Scanning) adalah pemantauan, evaluasi, dan
menyebarkan informasi dari lingkungan eksternal dan internal untuk orang-orang penting dalam
sebuah perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi unsur-unsur faktor eksternal dan
internal strategis yang akan menentukan masa depan perusahaan. Cara paling mudah untuk
melakukan environmental scanning adalah melalui Analisis SWOT. SWOT adalah singkatan
digunakan untuk menggambarkan Strenghts (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities
(Peluang), dan Threats (Ancaman) yang merupakan faktor strategis bagi perusahaan tertentu.
Lingkungan eksternal terdiri dari variabel (Peluang dan Ancaman) yang berada di luar organisasi dan
biasanya tidak dalam kendali jangka pendek dari manajemen puncak.Variabel-variabel tersebut
membentuk konteks di mana korporasi ada. Gambar 1-3 menggambarkan variabel utama dari
lingkungan. Mereka mungkin sebagai kekuatan umum dan tren dalam lingkungan alam atau sosial
atau faktor- faktor khusus yang beroperasi dalam tugas tertentu dari lingkungan organisasi yang sering
disebut industri.
Lingkungan internal perusahaan terdiri dari variabel (Kekuatan dan Kelemahan) yang
berada di dalam organisasi itu sendiri dan biasanya tidak dalam kontrol jangka pendek manajemen
puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk konteks di mana pekerjaan dilakukan. Mereka
termasuk korporasi struktur, budaya, dan sumber daya. Kunci kekuatan membentuk satu set
kompetensi inti bahwa korporasi dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif.
FORMULASI STRATEGI
Formulasi Strategi (Strategic Formulation) adalah pengembangan rencana jangka panjang
untuk manajemen yang efektif dari peluang dan ancaman lingkungan, kekuatan dan kelemahan
perusahaan (SWOT). Ini termasuk mendefinisikan misi perusahaan, menetapkan tujuan yang dicapai,
mengembangkan strategi, dan pengaturan kebijakan.
Misi
Misi organisasi adalah tujuan atau alasan keberadaan organisasi. Ini memberitahu apakah
perusahaan menyediakan layanan yang baik kepada masyarakat seperti produk pembersih rumah atau
mobil. Pernyataan sebuah misi yang fundamental mendefinisikan hal yang unik. Tujuan yang
membedakan sebuah perusahaan dari perusahaan lainyaitu jenis dan ruang lingkup atau domain
operasi perusahaan dalam hal produk (termasuk jasa) yang ditawarkan dan disajikan oleh pasar.
Penelitian mengungkapkan bahwa perusahaan dengan misi yang mengandung deskripsi eksplisit
pelanggan yang dilayani dan teknologi yang digunakan memiliki pertumbuhan yang signifikan lebih
tinggi daripada perusahaan tanpa kejelasan misi. Seperti misi sebuah pernyataan dapat mencakup
nilai-nilai perusahaan dan filosofi tentang bagaimana melakukan bisnis dan memperlakukan
Strategi
Sebuah strategi korporasi membentuk rencana induk komprehensif yang menyatakan
bagaimana korporasi akan mencapai misi dan tujuannya. Ini memaksimalkan keunggulan kompetitif
dan meminimalkan kerugian kompetitif. Sebagai contoh, meskipun Cadbury Schweppes adalah
Kebijakan
Sebuah kebijakan adalah pedoman luas untuk pengambilan keputusan yang menghubungkan
perumusan strategi dengan pelaksanaannya.Perusahaan menggunakan kebijakan untuk memastikan
bahwa karyawan di seluruh perusahaan membuat keputusan dan mengambil tindakan yang
mendukung korporasi misi, tujuan, dan strategi.
IMPLEMENTASI STRATEGI
Implementasi Strategi (Strategic Implementation) adalah suatu proses dimana strategi dan
kebijakan yang dimasukkan ke dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan
prosedur. Proses ini mungkin melibatkan perubahan dalam budaya, struktur, dan / atau sistem
manajemen keseluruhan dari seluruh organisasi. Kecuali ketika perubahan corporatewide drast is
tersebut diperlukan, namun, pelaksanaan strategi biasanya dilakukan oleh menengah dan tingkat
bawah manajer, dengan review oleh manajemen puncak.Kadang-kadang disebut sebagai perencanaan
operasional, implementasi strategi sering melibatkan sehari-hari keputusan dalam alokasi sumber
daya.
Program
Suatu program adalah pernyataan dari kegiatan atau langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai rencana sekali pakai.Ini mungkin melibatkan restrukturisasi korporasi, mengubah budaya
internal perusahaan, atau memulai usaha penelitian baru.
Anggaran
Anggaran adalah pernyataan dari program perusahaan dalam hal dolar. Digunakan
dalam perencanaan dan pengendalian, anggaran terdiri atas rincian biaya dari masing-masing
program. Banyak perusahaan menuntut persentase ROI tertentu, seringnya disebut "hurdle rate,"
sebelum manajemen akan menyetujui program baru. Hal ini memastikan bahwa program baru secara
Daftar Pustaka
Akdon. (2006). Strategic Management for Educational Management: Manajemen Strategik untuk
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
David, F. R. & David, F., R. (2015). Strategic Management Concepts and Cases, A Competitive
Advantage Approach, 15th edition. London: Pearson Education Limited
Kaplan, R.S., & Norton D.P. (2001). The Strategy-Focused Organization. Boston, Mass.: Harvard
Business School Press.
Nawawi, H. (2012). Manajemen Strategik: Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, Dengan
Ilustrasi Di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Taufikqurokhman. (2016). Manajemen Strategik. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama. ISBN 9781234-567897. Diakses pada 23 Agustus
2018 di https://moestopo.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/MANAJEMENSTRATEGIK-
Oleh-Dr.-Taufiqurokhman.-M.Si_.pdf
Wheelen, T.L., and J.D. Hunger. (2012). Strategic Management and Business Policy. Upper Saddle
River, NJ: Prentice-Hall.