MICE
Ringkasan Kompetensi
Dilihat dari segi positifnya, kegiatan konferensi dan event merupakan kegiatan yang
berdampak besar dan berantai dalam satu kegiatan sekaligus, tergantung kepada skala dan
ukuran konferensi dan event tersebut. Selain mampu mendatangkan wisatawan dalam
jumlah besar dan durasi yang relatif pendek, liputan media yang luas, perbaikan fasilitas di
destinasi dan lainnya, yang kemudian memberikan sebaran dampak lain, yang bisa dibagi
ke dalam tiga kelompok besar, yaitu dampak sosial budaya, ekonomi dan politik.
Bagi client, sebuah konferensi, dan event akan memberikan akses bagi networking
dengan para kolega, terbangunnya informasi, pertukaran dan kerja sama bisnis,
kesempatan bisnis, dan memaksimalkan peserta dari anggota dari profesi lokal melalui
kemudahan biaya yang rendah (khususnya di negara-negara dunia ketiga atau negara lain
yang rendah atau tidak ada dukungan industri).
Bagi sebuah negara, dampak konferensi dan event meliputi peningkatan income
masyarakat lokal melalui pra dan post tour, meningkatnya penghasilan pajak komersial
(toko, restoran, hotel dan lainnya), para pemimpin opini membicarakan waktu mereka di
negara tuan rumah, peningkatan GDP negara, dan peningkatan jumlah wisatawan yang
berkunjung ke negara penyelenggara. Menariknya, kegiatan konferensi dan event biasanya
diikuti oleh para delegasi yang baru pertama kali berkunjung ke negara ini. Mereka didorong
untuk belajar mengenai lokasi geografis, iklim, atraksi, budaya, makanan, dan orang-orang
khususnya negara tuan rumah. Ketika mereka memperoleh berbagai jaringan dan
meningkatnya pengetahuannya, maka mereka juga akan tertarik untuk kembali mengunjungi
negara itu, dan atau menceritakannya kepada orang lain di negaranya (word of mouth
marketing).
a. Faktor Ekonomi
Kegiatan konferensi yang berada dalam konteks kegiatan pariwisata dan didukung
oleh banyak sektor industri lainnya ternyata dipengaruhi oleh kondisi ekonomi suatu negara
dan ekonomi dunia secarakeseluruhan. Bukti yang paling kuat adalah ketika terjadi resesi
pada akhir tahun 1990-an di banyak negara Asia, banyak terjadi pembatalan kegiatan MICE
yang berakibat terjadinya penurunan Pendapatan dari kegiatan MICE atau penyelenggaraan
kegiatan MICE tetap berlangsung tetapi dengan penekanan biaya yang jauh dari biaya
sebelumnya. Pada saat seperti itu, perusahaan juga Mengalami penurunan
keikutsertaannya pada kegiatan MICE, pengurangan jumlah delegasi dari setiap
perusahaan, pengurangan jumlah biaya yang harus dikeluarkan, mengurangi biaya katering
dan perubahan penggunaan akomodasi menjadi tempat dengan biaya sewa lebih rendah
(hotel bintang tiga kebawah lebih sering digunakan daripada hotel berbintang lima).
Sejalan dengan itu, nilai tukar mata uang suatu negara berpengaruh terhadap
penyelenggaran. kegiatan MICE misalnya dengan tingginya nilai tukar mata uang mungkin
akan lebih sedikit kegiatan MICE diselenggarakan oleh negara-negara yang memiliki nilai
tukar mata uang lebih rendah, hal ini berpengaruh terhadap keseluruhan biaya yang harus
ditanggung oleh peserta untuk perjalanannya ke luar negeri. Hal sebaliknya juga terjadi di
negara dengan nilai tukar mata uang rendah ini akan menciptakan peluang untuk
diselenggarakannya kegiatan MICE dengan pasar dari negara bernilai mata uang tinggi.
Bagaimanapun industri MICE masih memiliki karakteristik positif karena kegiatan konferensi
suatu asosiasi atau perusahaan dan pemerintahan harus tetap berlangsung walaupun
dengan banyak keterbatasan.
b. Faktor Keamanan
Faktor keamanan suatu negara dan internasional berpengaruh terhadap penyelenggaraan
kegiatan MICE 11 September merupakan satu tindakan yang diidentifikasi sebagai kegiatan
c. Pengaruh Teknologi
Perkembangan teknologi seperti adanya satelit, video dan tele-conference telah
meningkatkan jumlah permintaan pada bisnis penyelenggaraan konferensi. Meskipun
perkembangannya perlahan, tetapi jelas sekali penggunaan teknologi dalam kegiatan MlCE
terus berkembang. Dalam satu survey di Inggris, konferensi video digunakan oleh 61,7%
dari total responden pada tahun 2001, sementara di Amerika teIe-conference telah
digunakan oleh 50% asosiasi sepanjang tahun 2001. Banyak tempat penyelenggara mulai
memfasilitasi dengan kelengkapan video dan teleconference, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan pasar yang khusus dan terus berkembang. Adanya anggapan bahwa dengan
munculnya globalisasi, dunia menjadi semakin sempit di mana hal ini juga dialami bisnis
MlCE sehingga kemajuan teknologi telah memberikan warna tersendiri pada
penyelenggaraan kegiatan MICE. Dengan perkembangan teknologi, tidak semua peserta
harus hadir dalam sebuah konferensi, sehingga munculah istilah ”teleconference'. Bahkan
pada salah satu olimpiade Musim Dingin di Nagano, Jepang, acara pembukaan olimpiade
Referensi
Abdullah, Alan Iqbal. (2009). Manajemen Konferensi Dan Event: Gadjah Mada Univerity
Press
Andini, Dini Nyoman. (2014). Pengelolaan Wisata Konvensi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kesrul. (2004). Meeting, Incentive, Conference, Exhibition. Yogyakarta: Graha Ilmu
Noor, Any. (2009). Management Event. Bandung: Alfabeta
Pendit, Nyoman. (2002), Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradya Paramita