Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

MICE

PENTINGNYA MEMPELAJARI MICE

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Bisnis & Manajemen D3 01 04510005 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A
Manajemen

Ringkasan Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian tentang Mahasiswa mengerti sejarah
Meeting, Incentives, Conference, perkembangan industri MICE,
Exhibition memahami meningkatnya kebutuhan
2. Menjelaskan keuntungan MICE akan konferensi dan event
dan bisnis wisata
PENTINGNYA MEMPELAJARI MICE

Perkembangan industri MICE menjadi fenomena menarik hingga awal abad ke-21.
MICE merupakan industri yang baru dan sedang berkembang dengan angka pertumbuhan
yang cepat. Industri ini berasal dari Eropa dan Amerika Utara, dan sekarang menjadi
internasional yang ditandai dengan adanya investasi lintas benua. Sejak fondasi industri ini
diletakkan di Eropa dan Amerika Utara akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kebutuhan _
akan pertemuan (meeting) meningkat seiring dengan lahirnya berbagai asosiasi dan
perusahaan-perusahaan. Kini semua bergerak semakin lebih memiliki “keahlian khusus”,
lebih terkoneksi, dan lebih up date. Tak dapat disangsikan bahwa semua perkembangan ini
terjadi akibat dinamisnya perkembangan teknologi transportasi khususnya transportasi
udara. MICE telah dikenal sebagai salah satu sektor bisnis dalam industri pariwisata. Dalam
perkembangannya dewasa ini, sektor MICE sedang menjadi prioritas bagi banyak negara di
dunia. Karakteristik segmen MICE yang sangat spesifik, dengan peluang revenue yang
tinggi, dampak yang minimal, jangkauan promosi. yang luas, dan kemampuan multiplier
effect nya yang sangat besar_ adalah fakta-fakta yang sangat menjanjikan. Tidak hanya di
negara-negara Amerika dan Eropa yang merupakan acuan industri MICE dunia,
perkembangan MICE kini telah merambah negara-negara di wilayah Afrika dan Asia Pasifik
termasuk Indonesia. Negara-negara seperti Jepang, India, China, Singapura, Malaysia, dan
Thailand bahkan juga Vietnam, Sri Lanka dan Afrika Selatan kini telah menjadikan MICE
sebagai lokomotif industri pariwisatanya.

Menurut data yang dikeluarkan oleh International Congress and Convention


Association (ICCA) untuk kawasan Asia misalnya, telah teijadi pertumbuhan yang sangat
signifikan di sektor MICE. Pada tahun 1954, share penyelenggaraan MICE Asia terhadap
dunia hanya 4%, tetapi pada tahun, 1968 meningkat menjadi 8%, tahun 1974 naik menjadi
9%, tahun 1982 meningkat lagi menjadi 11%. Selanjutnya pada tahun 1992 naik lagi
menjadi 12%, tahun 1999 meningkat menjadi 13% dan pada tahun 2004 share
penyelenggaraan MICE di Asia sudah berada pada posisi 18%. Dengan kata lain dalam satu
dekade terakhir MICE di Asia telah tumbuh lebih dari 600%.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat,


kegiatan MICE sangat diperlukan oleh banyak perusahaan untuk mengembangkan
usahanya yang dapat dilakukan dengan cara bertukar informasi atau saling bekerjasama
yang ditempuh dengan cara pertemuan-pertemuan yang dilakukan disuatu tempat yang
dapat dijangkau dengan mudah. Dengan banyak nya pertemuan yang dilakukan antar

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
negara, maka munculah bisnis MICE dan semakin meluas keseluruh dunia karena adanya
permintaan yang tinggi. Permintaan tempat penyelenggaraan yang ini mulai banyak
dibangun di hampir setiap negara karena secara ekonomi memberikan kontribusi yang
besar terhadap penyelenggara kegiatan ini.

Istilah MICE di Indonesia juga di kenal dengan nama wisata konvensi, kegiatan
wisata konvensi ini merupakan bagian dari kegiatan pariwisata, karena banyak sekali
menggunakan fasilitas pariwisata dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan ini merupakan
kegiatan yang berkarakteristik padat karya, memberikan kontribusi baik dari sisi penyediaan
tenaga kerja maupun dalam memberikan devisa negara. Gambaran tentang meningkatnya
wisata dunia ditandai dengan kenaikan jumlah peserta yang terus menerus, data WTO
(World Tourism Organization) menunjukan peningkatan wisata dunia setiap tahunnya
mencapai 4,9%. Dengan total jumlah wisatawan yang berkunjung ke Asia Pasifik sebesar
15% merupakan peserta-peserta konvensi yang menghadiri berbagai seminar, konvensi,
kongres, konferensi dan sebagainya (Noor, 2007).

Sejak tahun 1980-an kegiatan MICE di Indonesia menunjukan peningkatan jumlah


peserta yang tinggi dengan jumlah pengeluaran rata-rata perhari sebesar US$ 210 untuk
setiap konvensi. Dibandingkan dengan wisatawan yang sengaja datang ke Indonesia untuk
berwisata, pengeluaran mereka hanya sebesar US$ 400 untuk 7-12 hari. Dengan demikian
pengeluaran peserta wisata konvensi adalah sebesar 2-3 kali lipat dari wisata biasa.
Beberapa peserta wisata konvensi juga membawa spouse (istrinya), anak atau bahkan
temannya yang berdampak pada pengeluaran peserta selama mengikuti kegiatan konvensi
menjadi lebih besar (Pendit, 1999). PATA (Pacific Asia Travel Agencies) melaporkan bahwa
pada tahun 1991 ada 663 juta wisatawan yang melakukan perjalanan ke Asia Pasific dan
sedikitnya tinggal semalam diluar negara asalnya serta menghabiskan $453 juta dan
mengunjungi 166 juta tujuan wisata, dari keseluruhan jumlah itu, sepertiganya berasal dari
kegiatan MICE (Kesrul, 2004).

1.1 Sekilas Sejarah


Tidak banyak catatan yang bisa menjelaskan kapan sebuah konferensi pertama kali
diselenggarakan oleh sebuah organizer/ planner profesional. Beberapa orang percaya, usia
meeting sama dengan keberadaan manusia itu sendiri, namun banyak yang mengakui
bahwa dasar perkembangan konferensi dan event bermula dari Amerika Serikat dan Eropa
barat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke20, yang berkembang sangat pesat secara
global sejak 1960-an. Khusus untuk Asia Pasifik, perkembangan cepat konferensi dan event
terjadi tahun 1980-an.

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
Bukti kuatnya fondasi konferensi dan event di Eropa, dapat dilihat dari bukti-bukti
sejarah pada kerajaan Roma, melalui banyaknya bangunan yang secara khusus digunakan
untuk melangsungkan debat dan pertemuan. Roman F orum, sebuah bangunan publik yang
berlokasi di pusat kota, digunakan untuk diskusi publik, hal-hal yang terkait dengan
pengadilan dan bisnis lainnya. Debat politik, pidato bersejarah diadakan di Rostra,
sedangkan pertemuan Senat mengambil tempat di Comitium. Tempat-tempat ini dapat
disebut sebagai awal convention center seperti yang ada pada saat ini.
Catatan lain diberikan Gaitrell (1994) yang menyebut bahwa biro konvensi pertama
kali lahir di Detroit, Amerika Serikat, pada 1896, ketika asosiasi perdagangan nasional dan
profesional menunjukkan ketertarikan mereka membawa anggota mereka pada konvensi di
lokasi seputar kota. Ketika itu, manajemen hotel mempromosikan kota atau wilayah mereka
ke dalam iklan layanan dan fasilitas untuk penyelenggaraan konvensi dan meeting.
Meski begitu, banyak juga yang memercayai bahwa konferensi pertama di dunia
dilangsungkan di Vienna tahun 1814. Dalam perkembangan berikutnya, biro-biro konvensi
kemudian lahir di Cleveland (1994), Atlantic City (1908), Denver dan St Louis (1909) dan di
Los Angeles (1910) (Rogers, 1998 atau lihat juga dalam Karin Weber dan Kye-Sung Chon,
1992). Sedangkan di London, Inggris, biro konvensi pertama lahir tahun 1980.
Menurut catatan Union of Intemasional Association (UIA), lebih dari 184 negara
dunia dewasa ini telah mengadakan kegiatan konferensi dan event. Pertumbuhan sangat
cepat terjadi di Asia, Afrika, dan Eropa Timur, yang perlahan menggantikan pasar tua
konferensi dan event Amerika dan Eropa Barat.

1.2 Definisi MICE


Beberapa pengertian untuk kegiatan MICE dihubungkan dengan kegiatan pariwisata.
Definisi juga diberikan untuk Wisata Konvensi, seperti yang di‘ berikan oleh Pendit (1999):
Usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan
memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompo orang ( negarawan, usahawan,
cendekiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan
kepentingan bersama. Pada umumnya kegiatan konvensi berkaitan dengan usaha
pariwisata lain, seperti transportasi, akomodasi, hiburan (entertainment), perjalanan pradan
pascakonferensi ( preand postconference tours).
Arti Konvensi yang dikeluarkan pemerintah melalui Keputusan Menteri Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi No. KM lO8/HM.703/MPPT-9l merumuskan: Kongres, konferensi
atau konvensi merupakan suatu kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang (
negarawan, usahawan, cendekiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan kepentingan bersama.

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
Kepanjangan MICE sebagai Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition yang
telah dikenal secara luas didunia dan menjadi istilah umum dalam industn' pariwisata.
Beberapa definisi untuk MICE diberikan oleh para ahli;

1.3 Bentuk-Bentuk MICE :


1.3.1 Meeting
Meeting adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat. pertemuan atau
persidangan. Meeting merupakan suatu kegiatan yang termasuk di dalam MICE. Menurut
Kesrul (2004:8), Meeting Suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh
kelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan dengan
tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya manusia, menggalang
kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan infomasi terbaru, publikasi, hubungan
kemasyarakatan.
Menurut (Pendit, 1999), “Meeting berarti rapat, pertemuan, atau persidangan yang
diselenggarakan Oleh kelompok orang yang tergabung dalam suatu asosiasi, perkumpulan
atau serikat dengan adanya tujuan yang hendak dicapai dalam organisasi”.

Menurut Kesrul (2004:3), “Meeting adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang


aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan orang
secara bersama-sama”.
Sementara itu menurut Rogers (2003) mendefinisi Meeting sebagai berikut: Meeting:
A general term indicating the coming together of a number of people in one place, to confer
or carry out a particular activity. Can be on an ad hoc basis or according to a set pattern.

Rapat merupakan salah satu cara berkomunikasi dalam sebuah organisasi. Di


sebuah perusahaan, rapat juga berfungsi untuk membantu manajer dalam memantau
kinerja Operasional anak buahnya, atau dalam melakukan koordinasi dengan bawahan atau
tim yang lain, walaupun demikian penting, rapat juga dapat menjadi kegiatan yang menyita
energi dan banyak waktu. Ini terjadi jika rapat tidak berjalan efektif.

Efektivitas dan keberhasilan sebuah rapat. secara langsung dipengaruhi oleh


kecermatan pemimpin rapat dan peserta rapatnya. Sering kali sebuah rapat tidak
menghasilkan keputusan atau kesimpulan apa-apa. Rapat yang tidak menghasilkan
keputusan, merupakan rapat yang tidak didukung dengan perencanaan yang baik.
1. Tentukan apakah memang perlu diadakan rapat. ini penting diketahui, karena sering
kali beberapa permasalahan atau kordinasi dapat diselesaikan melalui diskusi
singkat. Bila tidak ada yang sangat perlu dibahas, didiskusikan atau dievaluasi
bersamasama, maka sebaiknya tidak perlu mengadakan rapat.
2. Tetapkan tujuan atau target rapat. Ini perlu membuat rapat berjalan pada koridornya.

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
3. Tentukan waktu rapat, sesuaikan waktu rapat dengan agenda pembicaraan. Jangan
sampai waktu rapat jadi berlama-lama sehingga memakan jatah waktu untuk
mengerjakan yang lain.
4. Siapkan agenda atau daftar acara. Mintalah salah satu rekan kerja anda untuk
mempersiapkan daftar acara rapat secara tertulis. Dalam agenda itu cantumkan juga
topik yang ingin di bahas dalam rapat, nama peserta yang akan hadir, waktu dan
tempat lokasi rapat, dan hal-hal yang perlu dibawa oleh para peserta.
5. Mulai dan akhiri rapat tepat waktu. Ciptakan reputasi sebagai seseorang yang
memulai dan mengakhiri rapat sesuai jadwal. Dengan demikian rekan kerja akan
menaruh respek kepada anda. Jika ada peserta rapat yang datang terlambat,
peserta yang lain tidak perlu menunggu.
6. Minimalkan jumlah peserta yang hadir. Rapat akan lebih efektif jika menghadirkan
peserta tidak lebih dari 6-7 orang. Hasil keputusan akan sulit dicapai bila pesera
yang hadir terlalu banyak.
7. Catatlah jalannya rapat. Pastikan semua topik dibahas, dan arahkan rapat ke arah
pengambilan keputusan. Tataplah berada pada agenda yang telah disiapkan.
Pastikan semuanya terkendali.
8. Peserta rapat mungkin memiliki pandangan yang berbeda mengenai sesuatu. Untuk
dapat mengakomodasi kepentingan organisasi, galilah potensi semua peserta. Rapat
akan timpang dan kurang sehat jika semua topik didominasi olehh satu-dua orang
saja. Rapat harus dapat mengakomodasi suara semua peserta rapat.
9. Kelola konflik dengan bijak. Bila rapat cenderung diselingi perdebatan antara sesama
rekan kerja, pertimbangkan untuk mengundang seseorang yang bersikap netral
untuk jadi penengah dalam rapat tersebut.
10. Take a break. Kerumitan agenda rapat dapat membuat peserta jenuh atau otak
mereka jadi lelah. Izinkan peserta untuk keluar, agar sekembalinya mereka dari
rehat, rapat dapat dilanjutkan kembali dengan ide-ide segar.
11. Buat kesimpulan hasil rapat. Mintalah salah satu rekan kerja anda untuk membuat
catatan hasil rapat. Catatan tersebut berupa keputusan yang telah diambil dan
ditetapkan, beberapa hal yang telah disetujui, serta beberapa strategi yang patut
dijalani. Bagikan salinan catatan tersebut kepada peserta rapat yang hadir.
12. Kembangkan rencana tindak lanjut dan berikan penugasan atas strategi yang telah
detetapkan.
13. Evaluasi hasil rapat. Biasakan untuk mengavaluasi setiap rapat yang telah dijalani.
lni penting agar anda bisa mencari tahu letak kekurangan rapat tersebut dan dapat
memperbaiki dikemudian hari.

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
1.3.2 Incentives
Istilah Insentif diberikan oleh pemerintah Indonesia yang tercantum dalam Surat
Keputusan Menparpostel Nomor KM.108/HM.703/MPPT-9l, Bab I Pasal 1
Ayat b: Perjalanan Insentif merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh
suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas
prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan
kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Undang-undang No.9 tahun 1990 yang dikutip
oleh Pendit (1999:27), Menjelaskan bahwa perjalanan incentive merupakan suatu kegiatan
perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra
usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan
konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Kesrul (2004:18), bahwa incentive merupakan hadiah atau penghargaan
yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan, klien, atau konsumen. Bentuknya
bisa berupa uang paket wisata atau barang.
Menurut Any Noor (2007:5) yang dikutip dari SITE 1998 dalam Rogers 2003, juga
memberikan definisi mengenai incentive adalah incentive travel is a global management tool
that uses an exceptional travel experience to motivate and/or recognize participants for
increased levels of performance in support of the organizational goals.

Definisi Incentive Menurut Para Ahli :


1. Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Hasnan (1984:1) : incentive adalah
pengupahan yang memberikan imbalan yang berbeda karena memang prestasi yang
berbeda. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat menerima intensive yang
berbeda karena bergantung pada prestasi. lntensife adalah suatu bentuk dorongan
finansial kepada karyawan sebagai balas jasa perusahaan kepada karyawan atas
prestasi karyawan tersebut. lntensife merupakan sejumlah uang yang di tambahkan
pada upah dasar yang di berikan perusahaan kepada karyawan.
2. Menurut Nitisentito ( I996: I65), incentive adalah pcnghasilah tambahan yang akan
diberikan kepada para karyawan yang dapat memberikan prestasi sesuai dengan
yang ditetapkan.
3. Menurut Pangabean (2002:93 ), incentive adalah kompensasi yang mengaitkan gaji
dengan prduktivitas. Incentive merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang
diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah
ditentukan.
4. Fungsi utama dan incentive adalah “untuk memberikan dorongan dan tanggung
jawab dan dorongan kepada karyawan. lnsentif menjamin bahwa karyawan akan
mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan tujuan utama

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
pemberian incentive adalah untuk meningkatkan produktifitas kerja individu maupun
kelompok (Pangabean, 2002)”.

Secara lebih spesifik tujuan pemberian incentive dapat dibedakan dua golongan yaitu :
a. Bagi Perusahaan Tujuan dari pelaksanaan incentive dalam perusahaan khususnya
dalam kegiatan produksi adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan
dengan jalan mendorong/merangsang agar karyawan :
1) Bekerja lebih semangat dan cepat.
2) Bekerja lebih disiplin
3) Bekerja lebih kreatif
b. Bagi Karyawan Dengan adanya pemberian incentive karyawan akan mendapat
keuntungan:
1) Standar prestasi dapat diukur secara kuantitatif.
2) Standar prestasi diatas dapat di gunakan sebagai dasar pemberian balas jasa
yang diukur dalam bentuk uang.
3) Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.

Jenis/Tipe Incentive
Menurut Kesrul (2004), tipe incentive ada dua yaitu :
a. Financial Incentive Merupakan dorongan yang bersifat keuangan yang bukan saja
meliputi gaji-gaji yang pantas. Tetapi juga termasuk didalamnya kemungkinan
memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan dan soal-soal kesejahteraan yang
meliputi pemeliharaan jaminan hari tua, rekreasi, kesehatan dan lain-lain.
b. Non financial IncentiveAda dua elemen utama dari nonfinansial incentive :
1) Keadan pekerjaan yang memuaskan yang meliputi tenpat ketja, jam kerja, tugas
dan rekan kerja.
2) Sikap pimpinan terhadap keinginan masing-masing karyawan seperti jaminan
pekerjaan, promosi, keluhan-keluhan, hiburan-hiburan dan hubungan dengan
atasan.
Sedangkan jenis rencana incentive secara umum adalah:
a. Program incenentive individual memberikan pemasukan lebih dan diatas gaji pokok
kepada karyawan individual yang memenuhi satu standar kinerja individual spesifik.
Bonus ditempat diberikan, umumnya untuk karyawan individual, atas prestasi yang
belum diukur oleh standar, seperti contoh mengakui jam kerja yang lama yang
digunakan karyawan tersebut bulan lalu.
b. Program incentive kelompok adalah seperti rencana incentive individual namun
memberikan upah lebih dan diatas. gaji pokok kepada semua anggota tim ketika

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
kelompok atau tim secara kolektif mencapai satu standar khusus kinerja.
produktivitas atau prilaku sehubungan dengan kerja lainnya.
c. Rencana pembagian laba secara umum merupakan program incentive diseluruh
organisasi yang memberikan kepada karyawan satu bagian (share) dari laba
organisasi dalam satu priode khusus.
d. Program pembagian perolehan (gainsharing) adalah rencana upah diseluruh
organisasi yang di rancang untuk memberi imbalan kepada karyawan atas perbaikan
dalam produktivitas organisasi.

1.3.3 Conference
Conference atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Konferensi,
didefinisikan oleh pemerintah yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos
dan Telekomunikasi Nomor: KM.108/HM.703/MPPT-91 sebagai Konferensi, Kongres, atau
Konvensi merupakan suatu kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang (negarawan,
usahawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan
kepentingan bersama.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rogers (2003):
Conference is an event used by any organization to meet and exchange views, convey a
message, open a debate or give publicity to some area of opinion on a specific issue. N0
tradition continuity or periodicity is required to convene a conference. Although not generally
limited in time, conference are usually of short duration with specific objectives.
Istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam bahasa Indonesia yang
mengandung pengertian sama. Dalam prakteknya, arti meeting sama dengan conference,
maka secara teknis akronim MICE sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan
seseorang untuk mengingatnya, bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai
perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan sebuah meeting, incentive, conference
dan exhibition hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah produk paket-paket
wisata yang siap dipasarkan, kegiatan-kegiatan ini dalam industri pariwisata dikelompokkan
dalam satu kategori yakitu MICE.
Menurut Kesrul (2004). Conference atau konferensi adalah mata penemuan yang
diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tata krama, adat atau kebiasaan yang
berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian antara negara-negara para penguasa
pemerintahan atau penjanjian international mengenai topik tawanan perang dan sebagainya.

1.3.4 Exhibition
Menurut Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi RI Nomor KM.
mil / HM. 703 / MPPT-9l, Bab l, Pasal 1c tentang Exhibition atau Pameran: merupakan suatu

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan
penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata.
Unsur yang terkandung dalam MICE sama pentingnya dalam konteks penyelenggaraan
suatu events. Peningkatan yang terjadi di Eropa dari kegiatan MICE ini dibuktikan dengan
kemajuan sektor MICE sejak tahun 1994-1998, menurut EIBTM (The European Incentive &
Business Travel & Meeting Exhibition) peningkatan industri ini setiap tahunnya mencapai
31%.
Karena pentingnya bisnis ini; banyak negara mulai memiliki tempat untuk
berlangsungnya kegiatan MICE, dimana tempat penyelenggaraan tersebut telah memiliki
fasilitas lengkap serta infrastruktur yang menunjang penyelenggaraan kegiatan MICE.
Berikut beberapa gambar tempat penyelenggaraan kegiatan MICE di beberapa negara dan
tempat penyelenggaraan kegiatan MICE dalam satu kawasan atau resort.
Menurut Kesrul (2004). exhibition adalah ajang pertemuan yang dihadiri secara
bersama-sama yang diadakan di mata ruang pertemuan atau ruang pameran dimana
sekolompok produsen atau pembeli lainnya dalam suatu pameran dengan segmentasi pasar
yang berbeda.
Contoh kegiatan dari Exhibition itu sendiri adalah:
• Kompetisi ' Seminar

• Workshop ' Expo

1.4 Pertimbangan pelaksanaan MICE


Menurut Kesrul (2004:9)dalam penyelenggara kegiatan MICE, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Penetapan lokasi dan ruang MICE
Dalam penentuan terjadi 2 kemungkinan sebagai berikut :
• Pihak klien yang menetapkan dan mcngkonfirmasikan lokasi tempat
pcnyelenggaraannya.
• Pihak perencana tidak meneruskan proses lebih lanjut.
• Perencana mutlak menentukan lokasi dan tempat pertemuan, misalnya
menyelenggarakan suatu seminar atau workshop atau konferensi.
• Pertimbangan tempat penyelenggaraan secara geografis dengan spread of
the person attending : terlalu jauh dari tempat peserta, kecuali khususnya
seperti no. hp peserta yang memerlukan sekali seminar dan konferensi
tersebut.
• Pertimbangan dalam menentukan kondisi sekitar lokasi dimana pertemuan
akan digelar.

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
1.5 Perlengkapan Fasilitas MICE
Menurut Kesrul (2004) Perlengkapan fasilitas dan pelayanan kesekretariatan dari
penemuan atau konfirmasi amat beragam sehingga tidak ada standar yang berlaku umum
dalam menentukan perlengkapan suatu pertemuan perlu memahami dengan seksama
beberapa hal berikut :
• Jenis pertemuan dan lamanya
• Jumlah peserta
• Jumlah ruangan yang dibutuhkan
• Jenis dan jumlah equipment yang diperlukan
• Bentuk pengaturan tempat duduk
• Akomodasi peserta mice
Penanganan Transportasi
Meeting planner atau PCO bertanggung jawab dalam pengaturan transportasi bagi
keseluruhan peserta MICE. Menurut Kesrul (2004), ada enam point dalam pengaturan
transportasi yaitu :
• Transprtasi udara
• Airport shuttle service
• Multiple property shuttle
• VIP transportation
• Local tour
• Staff transportation
Pelayanan makanan dan minuman Menurut Kesrul (2004), Mengemukakan bahwa agar
acara penemuan atau konferensi berjalan dengan lancar dan mengurangi complaint
makanan dan minuman. Seorang meeting manager perlu memeriksa lokasi dan
penempatan reguler food and beverage, room service and banquet capabilities. Evaluasi
kualitas makanan dan minuman meliputi appearance and attractiveness, cleanliness, dan
jenis serta variasi makanan dan minuman pada saat ramai (peak hours) untuk mengetahui
ketersediaan stok pelayanan dan keterampilan. Termasuk harga yang sesuai dengan
penawaran. di samping itu apakah perlu melakukan pemesanan terlebih dahulu. Apakah
restaurant tersebut melayani permintaan khusus atau tambahan menyangkut lay out dan
jenis makanan dan minuman.
Akomodasi
Berikut ini daftar penanganan akomodasi yang harus di cek:
• Akomodasi sesuai harapan peserta
• Penginapan : Jumlah kamar, tipe kamar dan tempat tidur
• Kamar gratis untuk panitia atau komite : jumlah, tipe, dan fasilitas yang harus dibayar

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
• Kamar khusus untuk organisasi dan tamu resmi : jumlah, tipe, dan harga

1.6 Bisnis dan Wisata


Industri MICE merupakan salah satu sektor dalam bisnis pariwisata. MICE
merupakan kegiatan bisnis wisata karena dalam kegiatan ini tujuan utama peserta/delegasi
adalah melakukan perjalanan dan menghadiri suatu kegiatan atau event yang berhubungan
den bisnisnya sambil menikmati kegiatan wisata secara bersama-sama.
Meeting, Incetive, Conferences dan Exhibition merupakan empat bisnis sektor
pariwisata dengan fokus utama menyelenggarakan kegiatan serta pemasaran tempat
penyelenggaraan kegiatan MICE, karena pada kegiatan ini biasanya tempat dimana
diselenggarakannya MICE akan mempengaruhi jumlah pengunjung pada setiap kegiatan,
sehingga penyelenggara harus mampu memutuskan dimana kegiatan MICE akan
diselenggarakan dan dapat menarik banyak pengunjung.
Kegiatan MICE merupakan kegiatan bisnis dan wisata yang dilakukan secara
bersama. Hal ini terlihat dari penyelenggaraan bisnis dalam konteks MICE tetap memiliki
unsur perjalanan wisatanya, misalnya berupa kegiatan sport atau hiburan. Bagi peserta atau
delegasi yang menghadiri kegiatan MICE, juga menggunakan jasa lain untuk memenuhi
kebutuhannya diluar kegiatan MICE, misalnya mengunjungi restoran lokal, berbelanja
produk lokal, dan hal-hal lainnya yang diperlukan selama perjalanan dilakukan.
Dalam satu penyelenggaraan kegiatan MICE, tidak sedikit atau tidak jarang setiap
daerah atau negara menginginkan menjadi tuan rumah, karena dalam setiap
penyelenggaraan MICE, keterkaitan industri pariwisata seperti budaya, destinasi wisata dan
hiburan merupakan tempat kegiatan untuk setiap peserta atau delegasi melakukan kegiatan
lain seperti berbelanja, melakukan kegiatan olahraga dan tempat makan yang akan
memberikan dampak besar pada perekonomian setempat.
Kegiatan bisnis dan wisata dalam konteks MICE merupakan kegiatan yang dilakukan
secara bersama, karena keduanya menggunakan banyak infrastruktur dan fasilitas yang
sama. Kedua sektor tersebut secara bersama menggunakan jasa akomodasi, menggunakan
alat transportasi, jalur komunikasi, destinasi / wisata, hiburan, informasi, kesehatan,
keamanan serta lingkungan yang baik dan aman.

1.7 Keuntungan MICE dan Bisnis Wisata


Meskipun bisnis dan wisata menggunakan infrastruktur yang sama, bisnis MICE
telah membawa banyak keuntungan lainnya pada daerah tujuan wisata. Kegiatan MICE atau
bisnis wisata merupakan bisnis yang high cost dan high yield. Dengan jumlah pengeluaran
yang besar dari peserta kegiatan MICE berarti bisnis ini telah memberikan keuntungan yang

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
tinggi secara ekonomi pada penyelenggara kegiatan MICE dan pelaku usaha yang terkait
dengan adanya kegiatan MICE.
Berbeda dengan kegiatan wisata, kegiatan MICE berlangsung sepanjang tahun. Di
banyak negara empat musim, kegiatan MICE mencapai puncaknya pada musim semi dan
musim gugur, meskipun pada musim dingin hanya kegiatan MICE yang berskala kecil lebih
sering diselenggarakan, tetapi kegiatan ini tidak pernah berhenti sepanjang tahun. Di negara
dengan dua musin, kegiatan MICE tidak pernah berhenti, karena faktor cuaca juga menjadi
salah satu faktor diselenggarakannya kegiatan ini.
Kegiatan bisnis MICE telah membuka lapangan kerja baru, tidak hanya menciptakan
tenaga kerja musiman saja, tetapi juga telah menciptakan pekerjaan tetap bagi banyak
masyarakat yang memiliki kemampuan tidak berbeda dengan bisnis pariwisata yang banyak
diciptakan di negara-negara sedang berkembang.
Kunjungan pertama peserta MICE pada satu daerah wisata dapat berlanjut ketika
peserta tersebut merasa puas dengan apa yang dia rasakan selama mengikuti kegiatan
MICE, sehingga tidak jarang terjadi kunjungan berikutnya beserta keluarga atau teman
untuk ikut menikmati pengalaman tersebut. Bisnis MICE dapat dikatakan sebagai investasi
masa depan untuk satu daerah wisata karena pengalaman yang didapat oleh peserta ingin
dibagi kepada kerabatnya.
Kegiatan konferensi dan bisnis MICE merupakan bisnis yang memiliki dampak
negatif lebih kecil pada lingkungan daripada yang dilakukan mass tourism, karena bisnis ini
fokus pada jumlah peserta yang tidak terlalu banyak, sehingga penggunaan transportasi
akan lebih berkurang sehingga akan mengurangi kemacetan serta polusi yang ditimbulkan
(Rogers 2003).

Ringkasan
Bab ini membahas tentang perkembangan sejarah indusri MICE yang dimulai pada
akhir abad ke 19 hingga kini. Dalam sejarah kebudayaan dan kesenian dari berbagai agama
dan suku bangsa di Indonesia terdapat beragam perayaan yang memiliki karakteristik
tersendiri, sehigga merupakan suatu event yang unik. Di Indonesia kegiatan event yang
bersifat internasional adalah pada saat diadakannya Konferensi Asia Afria di Bandung tahun
1955. Meningkatnya kebutuhan akan konferensi dan event disebabkan adanya revolusi
transportasi dan kependudukan. Sejak tahun 1980-an kegiatan MICE di Indonesia
menunjukkan peningkatan jumlah peserta yang tinggi dengan juumlah pengeluaran 2-3 kali
lipat dari wisatawan biasa. Beberapa wisata konvensi juga membawa serta spouse
(istrinya), anak atau bahkan temannya yang berdampak pada pengeluaran peserta selama
mengikuti kegiatan konvensi menjadi lebih besar.

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id
Referensi
Abdullah, Alan, Iqbal. (2009). Manajemen Konferensi Dan Event: Gadjah Mada Univerity
Press.
Kesrul. (2004). Meeting, Incentive Trip Conference, Exhibition. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Noor, Any. (2007). Globalisasi Industri MICE. Bandung: Alfabeta
Noor, Any. (2009). Management Event. Bandung: Alfabeta
Pangabean, Mutiara.(2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor : Ghalia Indonesia.
Rogers. T.(2003). Conference and Convention, A Global Industry. London, Butterworth-
Heinemann.

MICE Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Desy Oktaviani, S.E.,M.T.A http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai