Anda di halaman 1dari 3

Bagan -1-

Pola Pengeluaran Wisatawan Di Suatu Daerah Tujuan Wisata

Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa pengeluaran wisatawan akan diterima oleh beberapa
komponen penunjang kegiatan pariwisata.
Setiap komponen pariwisata itu, selanjutnya akan mengeluarkan lagi biaya-biaya untuk hal-hal
lain yang berkaitan dengan proses produksi, begitu pula selanjutnya.

Sebagai contoh lanjutan dari ilustrasi sebelumnya, dapat secara lebih jelas dilihat bagaimana
timbulnya peningkatan pendapatan masyarakat setempat sebagai hasil pengeluaran wisatawan
atas kegiatan pariwisata.
Bagan -2-
Peningkatan Pendapatan Masyarakat Akibat Pengeluaran Wisatawan Atas Kegiatan
Pariwisata

Tahap I Wisatawan membayar kegiatan pariwisata Rp. 100.000,00


Tahap II Pengusaha usaha pariwisata membayar biaya Rp. 65.000,00
untuk gaji, pajak dan bahan baku

Tahap III Pegawai usaha pariwisata akan membelanjakan Rp. 41.000,00


gajinya bagi sandang, pangan dan papan,
pemerintah akan menggunakan pajak untuk
pembangunan daerah.

Tahap IV Sama seperti tahap III namun berbeda pelakunya Rp. 17.000,00

Perkiraan JumlahPengeluaran >>>> Rp.223.000,00

Sumber : Tourism Economic, Physical and Social Impact, 1982

Dapat dilihat bahwa pengeluaran awal wisatawan sebesarRp.100.000,00 akan menimbulkan


pengeluaran akhir yang besarnya Rp.223.000,00. Hal ini berarti terjadi peningkatan jumlah
pengeluaran yang besarnya 2,23 Kali dari pengeluaran awal.

Meningkatnya pengeluaran wisatawan yang berakibat meningkatnya pendapatan serta


pengeluaran masyarakat setempat seperti pada kedua ilustrasi di atas dikenal sebagaiEfek
Berganda atau Multiplier Effect.

Oleh sebab itu Efek Berganda, dapat didefinisikan sebagai jumlah peningkatan pandapatan
masyarakat setempat yang dihasilkan dari pengeluaran awal wisatawan pada suatu periode waktu
tertentu.

Besaran atau koefisien Efek Berganda pariwisata ini akan berbeda di setiap daerah atau negara.
Perbedaan ini terjadi karena berbedanya kondisi serta sifat perekonomian daerah atau negara
yang satu dengan daerah yang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran atau koefisien Efek Berganda adalah


a.besarnya barang dan jasa lokal yang digunakan bagi kegiatan pariwisata
b.besarnya barang dan jasa impor yang digunakan untuk kegiatan pariwisata dan
c.kecenderungan masyarakat setempat untuk menabung.
Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak barang impor digunakan akan
memperkecil koefisien Efek Berganda, yang disebabkan karena terjadi kebocoran
devisa(Leakage of Devisa)
6.JENIS EFEK BERGANDA
Secara teoritis, efek berganda dapat dibedakan ke dalam 4 (empat) jenis besar :
6.1.Efek Berganda Pendapatan (Income Multiplier)
Merupakan jenis efek berganda yang paling umum. Efek berganda ini menghitung perbandingan
pengeluaran awal wisatawan terhadap pengeluaran langsung (direct spending), pengeluaran tidak
langsung (indirect spending) serta pengeluaran ikutan (induce spending) bagi penduduk di suatu
daerah wisata tertentu.

Secara nyata diketahui bahwa pengeluaran awal wisatawan di suatu daerah tujuan wisata
mengakibatkan timbulnya 3 (tiga) jenis pengeluaran, yaitu :
a. Pengeluaran langsung (Direct Spending)
Pengeluaran pengusaha-pengusaha industri pariwisata yang dikeluarkan untuk membayar biaya
operasi usahanya.
b. Pengeluaran tidak langsung (Indirect Spending)
Pengeluaran pihak industri pendukung/masyarakat yang terlibat secara nyata dalam menunjang
kegiatan pariwisata.
c. Pengeluaran Ikutan (Induced Spending)
Pengeluaran industri lainnya/masyarakat umum yang secara nyata tidak ada kaitannya dengan
kegiatan pariwisata.

6.2.Efek Berganda Penjualan (Sale/Transaction Multiplier)


Dalam pendekatan ini dapat diketahui akibat bertambahnya penjualan produk atau jasa karena
pengeluaran wisatawan di suatu daerah.
6.3.Efek Berganda Keluaran (Output Multiplier)
Pendekatan efek berganda ini menekankan pada rasio meningkatnya jumlah produksi suatu
daerah karena adanya pengeluaran atau permintaan wisatawan.
6.4.Efek Berganda Lapangan Kerja (Employment Multiplier)
Suatu jenis efek berganda yang menghitung perbandingan dari keseluruhan tenaga kerja yang
dapat tertampung bagi kegiatan pariwisata (baik tenaga kerja langsung maupun tidak langsung)
terhadap tenaga kerja yang secara langsung bekerja pada sektor pariwisata.

Masing-masing jenis efek berganda ini mampu menghitung gejala-gejala yang berbeda satu sama
lainnya dan setiap jenis memiliki kegunaan tertentu dalam pembahasan mengenai dampak
kegiatan pariwisata di suatu daerah atau negara.

Anda mungkin juga menyukai