Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR EKONOMI INTERNASIONAL

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (MODERN)

Disusun Oleh:

Hiras Martua (2107511044/ No.05)


Novita Ramadhani Heriani Putri (2107511047/ No. 06)
Novia Ramadhani Savitri (2107511051/ No. 07)
Kadek Yuni Ariningsih (2107511052/ No. 08)

Disampaikan Kepada:
Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M. Si.
Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Internasional

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala anugrah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan paper yang
berjudul “Teori Perdagangan Internasional (Modern)” tepat pada waktunya.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam proses pembuatan paper ini khususnya kepada Bapak
Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Ekonomi Internasional kelas B3.
Besar harapan penulis, semoga dengan adanya paper ini dapat
menambah wawasan mengenai materi Teori Perdagangan Internasional
(Modern) bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman penulis, penulis menyadari bahwa dalam pembutan paper ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan baik dari segi penulisan maupun substansi
materi, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun, yang dapat menyempurnakan kembali paper ini. Akhir kata,
penulis ucapkan terima kasih.

Jimbaran, 3 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
1.5. Ruang Lingkup Materi ........................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4
2.1. Konsep Teori H-O (Heckscher-Ohlin) ................................................ 4
2.1.1. Latar belakang munculnya Teori H-O (Heckscher-Ohlin) ........ 4
2.1.2. Kurva Isocost dan Isoquant ........................................................ 7
2.1.3. Kelemahan dari Teori H-O (Heckscher-Ohlin) ....................... 10
2.2. Teori Opportunity Cost...................................................................... 13
2.3. Teori Offer Curve .............................................................................. 16
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 19
3.2. Saran .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perdagangan Internasional merupakan aspek penting bagi suatu negara.
Perdagangan Internasional terjadi karena adanya perbedaan sumber daya manusia,
sumber daya alam, seperti iklim dan letak geografis serta perbedaan ekonomi dan sosial
yang tersedia pada suatu negara. Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada masing-
masing negara tersebut yang menimbulkan perbedaan barang yang dihasilkan, biaya
yang diperlukan, serta mutu dari barang yang dihasilkan. Perdagangan Internasional
dibagi menjadi dua kategori yaitu perdagangan barang dan perdagangan jasa. Kegiatan
perdagangan Internasional dilakukan bertujuan untuk meningkatkan standar hidup
negara tersebut. Salah satu cara suatu negara melakukan perdagangan Internasional
adalah dengan cara melakukan kegiatan ekspor.
Suatu negara yang melakukan ekspor akan memiliki keunggulan komparatif,
kompetitif, dan kemandirian dalam mengelola sumber daya alam, kemajuan
spesialisasi pada industrialisasi serta tenaga kerja. Keuntungan yang dapat dilihat dari
nilai ekspor impor negara terlihat dalam neraca pembayaran. Jika nilai ekspor yang
lebih tinggi dibandingkan nilai impor maka menunjukkan majunya perekonomian
suatu negara dari segi kegiatan perdagangan Internasional, demikian sebaliknya jika
nilai ekspor lebih rendah menunjukkan rendahnya perekonomian negara yang berasal
dari kegiatan perdagangan Internasional.
Menurut Adam Smith melalui perdagangan, sumber daya dunia dapat
digunakan secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan dunia. Hal ini juga
dijelaskan oleh Todaro dan Adam Smith bahwa perdagangan internasional sangat
berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Ketika keuntungan
perdagangan internasional didapatkan melalui ekspor dengan meningkatkan produksi
barang dan jasa dalam negeri untuk dijual ke luar negeri maka akan terjadi
pertumbuhan ekonomi atau konsep ini lebih dikenal sebagai hypothesis export-led
growth yaitu kegiatan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan paper ini, yakni
1. Bagaimana konsep terbentuknya Teori H-O (Heckscher-Ohlin)?
2. Bagaimana teori mengenai Opportunity Cost?
3. Bagaimana teori mengenai Offer Curve?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan paper ini, yakni
1. Mengetahui dan memahami konsep mengenai terbentuknya Teori H-O
(Heckscher-Ohlin).
2. Mengetahui dan memahami teori mengenai Opportunity Cost.
3. Mengetahui dan memahami teori mengenai Offer Curve.

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa, dapat mengetahui dan menambah wawasan
mengenai mata kuliah Pengantar Ekonomi Internasional, khususnya
mendalami materi mengenai teori perdagangan ekonomi internasional
(modern).
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, dapat lebih memahami konsep mengenai
perdagangan internasional (modern) yang dapat diimplementasikan
dengan peralihan arus globalisasi atau teknologi yang memudahkan
informasi terkait pertukaran barang dan jasa antar negara.

2
1.5. Ruang Lingkup Materi

Dalam penyusunan paper ini, penulis membatasi ruang lingkup materi yang
dibahas, yakni menjelaskan mengenai Teori Heckscher-Ohlin, Kurva Isocost dan
Isoquant, Kelemahan dari Teori H-O (Heckscher-Ohlin), Teori Opportunity Cost
dan Teori Offer Curve.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Teori H-O (Heckscher-Ohlin)


2.1.1. Latar belakang munculnya Teori H-O (Heckscher-Ohlin)
Teori perdagangan internasional modern muncul sebagai reaksi terhadap teori
keunggulan komparatif (teori klasik) yang mendapat kritik tajam dan pukulan hebat
terutama dengan munculnya depresiasi yang cukup besar pada tahun 1930-an. Teori
perdagangan internasional modern yang diajukan oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933
dan selanjutnya dikembangkan oleh Eli Heckscher yang kemudian dikenal sebagai
teori H-O (Heckscher-Ohlin). Bahkan kemudian setelah disempurnakan oleh
Samuelson, dan teori tersebut kemudian juga dikenal sebagai teori H-O-S (Heckscher-
Ohlin-Samuelson). Teori keunggulan komparatif dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor endowment adalah kepemilikan berbagai faktor produksi suatu negara dan faktor
intensity adalah teknologi yang dipakai dalam proses produksi. Teori klasik
comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi
karena adanya perbedaan dalam productivity of labor antarnegara. Namun teori ini
tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut.
Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya
perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan
produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
(endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan
terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan, oleh karena itu disebut teori
modern
Teori H-O ini juga dikenal sebagai The Proportional Factor Theory yang
artinya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam
memproduksi barang akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian
mengekspor barang dalam negara tersebut. Sebaliknya, masing-masing negara akan
mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
langka atau mahal dalam memproduksi barang tersebut.

4
Teori H-O mencoba mengadakan modifikasi terhadap teori klasik untuk
mengkaji lebih lanjut akan faktor-faktor yang menentukan adanya keunggulan
komparatif. Modifikasi yang dilakukan oleh teori H-O meliputi antara lain:
1. Pengaruh ongkos transportasi yang dalam teori klasik dianggap tidak ada atau
nol.
2. Pemakaian tiga faktor produksi neoklasik, tanah, modal dan tenaga kerja.
3. Pemberian arti ongkos sebagai harga faktor-faktor produksi dalam bentuk uang
sebagai pengganti teori nilai berdasarkan tenaga kerja.
4. Menitikberatkan pentingnya pengertian tentang produk yang saling
ketergantungan dan pasar serta harga faktor produksi lain yang mendorong
perdagangan. Sehingga memberi jangkauan analisis yang jauh lebih luas
dibandingkan dengan teori klasik yang lebih menitikberatkan pada
perdagangan barter.
5. Pernyataan bahwa perdagangan akan mempengaruhi harga-harga yang harus
dibayar untuk berbagai faktor produksi yang dipakai dalam menghasilkan
barang-barang yang diekspor. Jadi asumsi ini berarti bahwa distribusi
pendapatan konstan tidak lagi digunakan.
Teori Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa penentu utama perdagangan
internasional adalah pertama yaitu dasar perdagangan internasional yang melandasi
keunggulan atau keuntungan komparatif adalah bahwa setiap negara memiliki hadiah
alam dari Tuhan yang berbeda-beda baik secara kualitas maupun kuantitas. Sehingga
faktor-faktor produksi itu akan memiliki distribusi yang tidak merata secara
proporsional. Kedua yaitu perbedaan dalam jumlah faktor-faktor produksi yang
dimiliki setiap negara akan mendorong pemakaian faktor produksi dalam kombinasi
yang memiliki intensitas yang berlainan. Heckscher-Ohlin berpendapat bahwa pola
perdagangan diawali dengan mengungkapkan perbedaan berbagai harga antar negara
secara spesifik. Penyebab perbedaan harga adalah perbedaan proporsi dalam
menggunakan faktor produksi.
Dalam bukunya yang sangat terkenal dalam lapangan ekonomi internasional,
yaitu “Interregional and Internasional Trade” yang diterbitkan untuk pertama kalinya

5
pada tahun 1933, Bertil Ohlin yang juga dikenal sebagai ahli ekonomi yang berasal
dari Swedia ini berpendapat bahwa perdagangan internasional pada dasarnya adalah
masalah harga. Jelasnya, perbedaan hargalah yang menyebabkan timbulnya kegiatan
perdagangan internasional. Oleh karena itu Bertil Ohlin membahas perdagangan
internasional mengikuti jalur proses mekanisme pembentukan harga. Pembahasan
tersebut dengan sendirinya membawan pada penyelidikan faktor-faktor yang
menentukan atau yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. Sebab harga sesuatu
barang itu terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas barang tersebut.
Perbedaan harga barang yang menjadi dasar dan timbulnya perdagangan internasional,
menurut Bertil Ohlin adalah disebabkan oleh perbedaan komposisi dan proporsi faktor-
faktor produksi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia.
Bertil Ohlin juga berpendapat bahwa kenyataan-kenyataan alamiah dari
berbagai faktor produksi seperti alam, tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh
negara-negara di dunia ini, besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan perekonomian
bangsa-bangsa yang bersangkutan. Kenyataan-kenyataan alamiah itu sedemikian rupa,
yaitu bahwa alam telah memberikan suatu kenyataan bahwa sesuatu negara memiliki
faktor-faktor produksi sebagai faktor penunjang kegaitan ekonomi yang berbeda
dengan faktor produksi yang dimiliki oleh negara lain baik mengenai kwalitet,
kwantitet, proporsi maupun komposisinya. Perbedaan faktor-faktor produksi dengan
sendirinya akan menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat produktivitas, jumlah
penawaran faktor dan hasil, serta perbedaan dalam kebutuhan atau permintaan.
Pada dasarnya teori Heckscher-Ohlin menyampaikan bahwa perdagangan
internasional tidak memiliki banyak perbedaan dan merupakan kelanjutan perdagangan
antar daerah, yang menjadi pembeda utama dari perdagangan internasional dan
perdagangan antar daerah adalah masalah jarak. Teori H-O (Heckscher-Ohlin) juga
menguraikan dengan baik berbagai pola perdagangan dan berbagai negara mengekspor
secara intensif berbagi barang dengan faktor produksi melimpah. Heckscher-Ohlin
berpendapat bahwa sebuah negara akan melaksanakan perdagangan dengan negara
lainnya karena negara tersebut mempunyai keunggulan komparatif yaitu keunggulan
dari segi faktor produksi dan teknologi.

6
2.1.2. Kurva Isocost dan Isoquant
Dalam analisisnya, teori H-O (Heckscher-Ohlin) menggunakan dua kurva
pendukung yaitu kurva isocost yang merupakan kurva yang mendeskripsikan
kesamaan total biaya produksi dan yang kedua adalah kurva isoquant, yaitu kurva yang
mendeskripsikan kesamaan total kuantitas produk. Keseimbangan akan terjadi apabila
kurva isocost bersinggungan dengan kurva isoquant, jadi pada titik persinggungan
tersebut akan terjadi produksi yang optimal dengan biaya tertentu.
a. Kurva Isocost
Misalkan suatu negara A mempunyai tenaga kerja dengan jumlah yang besar
dan kapital yang cenderung sedikit sehingga dengan mengeluarkan sejumlah uang
tertentu akan diperoleh tenaga kerja dengan jumlah yang lebih banyak daripada kapital.
Sebagai contoh uang Rp 200.000.000 dapat digunakan untuk membeli 10 unit mesin
atau 40 unit tenaga, jadi 40 unit tenaga sama dengan 10 unit mesin. Contoh kurva
isocost dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar Kurva Isocost

7
Gambar diatas mendeskripsikan bahwa:
1. Negara A dengan mengeluarkan Rp 100.000.000 akan mendapatkan 5
unit mesin atau 20 unit tenaga kerja.
2. Negara A dengan mengeluarkan Rp 200.000.000 akan mendapatkan 10
unit mesin atau 40 unit tenaga kerja.
3. Negara A dengan uang sebanyak Rp 300.000.000 dapat membeli
kombinasi mesin yang dilihat dari sumbu horizontal (mesin) dan titik
pada sumbu vertikal (tenaga kerja). Kurva isocost dibentuk dengan
menghubungkan kedua titik ini dan membentuk suatu garis lurus. Kurva
isocost juga dapat dibentuk dari berbagai kombinasi dari dua faktor
produksi yang sejumlah uang tertentu bisa membeli faktor produksi
tersebut. Perbandingan harga antara mesin dengan tenaga kerja
ditunjukkan dari sudut arah isocost yaitu 15:60 atau 1:4, artinya 1 unit
mesin. nilainya sama dengan 4 unit tenaga kerja.
4. Negara B dengan mengeluarkan Rp 100.000.000 akan mendapatkan 20
unit mesin atau 10 unit tenaga kerja.
5. Negara B dengan mengeluarkan Rp 200.000.000 akan mendapatkan 40
unit mesin atau 20 unit tenaga kerja.
6. Negara B mempunyai sedikit tenaga kerja dan lebih banyak kapital atau
mesin sehingga di negara B dengan mengeluarkan Rp 300.000.000 akan
mendapatkan 60 unit mesin atau 30 unit tenaga. Harga 2 unit mesin
sama dengan 1 unit tenaga kerja sehingga perbandingan harga mesin
dengan tenaga adalah 2:1. Negara B yang memiliki perbandingan harga
antara tenaga dan kapital yaitu 1:2 akan membuat semua isocost dari
berbagai alternatif pengeluaran akan paralel.
7. Negara B lebih murah jika barang yang diproduksi cenderung memakai
sedikit tenaga kerja dan banyak kapital, sedangkan negara A akan lebih
murah jika barang yang diproduksi cenderung memakai sedikit kapital
dan banyak tenaga.

8
b. Kurva Isoquant
Uraian teori dalam faktor proporsi belum lengkap apabila belum mengetahui
bagaimana suatu barang dihasilkan. Untuk mengetahui hal ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan kurva isoquant. Kurva Isoquant adalah kurva yang menggambarkan
kombinasi dua input produksi, yaitu tenaga kerja dan modal, yang menghasilkan
jumlah produksi yang sama. Contoh kurva isoquant dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:

Gambar Kurva Isoquant

Isoquant Negara A berada di dekat sumbu vertikal (tenaga kerja). Hal ini
mendeskripsikan bahwa barang X yang diproduksi bersifat padat tenaga kerja karena
Negara A mempunyai lebih banyak faktor produksi tenaga kerja. Sedangkan isoquant
Negara B berada di dekat sumbu horizontal (mesin). Hal ini mendeskripsikan bahwa
barang Y yang diproduksi bersifat padat modal karena negara B mempunyai lebih
banyak mesin.
Biaya terendah untuk memproduksi sejumlah barang yang ditunjukkan oleh
isoquant yang menyinggung isocost. Pada gambar dibawah ini, terlihat bahwa negara
A memakai 2 unit mesin dan 32 unit tenaga kerja untuk memproduksi 20 unit barang
X dengan biaya Rp 200,00. Negara B untuk memproduksi 20 unit barang X
menghabiskan biaya lebih besar karena negara B mempunyai sedikit faktor produksi
tenaga kerja sedangkan barang X tersebut bersifat padat tenaga kerja.

9
Berdasarkan konsep titik singgung antara isocost dan isoquant sebagai suatu
titik optimal untuk memproduksi sejumlah barang dapat digambarkan dengan grafik
dibawah ini:

Gambar Teori Proporsi Faktor Produksi

Negara A untuk memproduksi 50 unit barang Y menghabiskan biaya sebesar


Rp 300,00 dengan memakai 8 unit mesin dan 32 unit tenaga kerja, sedangkan negara
B untuk memproduksi 50 unit barang Y hanya menghabiskan biaya sebesar Rp 200,00
dengan memakai 20 unit mesin dan 8 unit tenaga kerja. Negara A spesialisasi
memproduksi barang X dan negara B spesialisasi memproduksi barang Y. Berdasarkan
penjelasan diatas dapat dibuat kesimpulan bahwa proporsi berbagai faktor produksi
dari suatu negara berbeda yang menyebabkan harga di berbagai negara ikut berbeda.

2.1.3. Kelemahan dari Teori H-O (Heckscher-Ohlin)


Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan dikemukakan
hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:
Analisis hipotesis Heckescher-Ohlin meliputi beberapa hal yaitu (Lilimantik,
2015)
1. Proporsi dan struktur faktor produksi yang dimiliki menentukan keunggulan
komparatif dari suatu jenis produk setiap negara.
2. Jumlah faktor produksi setiap negara menentukan biaya atau harga produksi
suatu barang.

10
3. Negara yang mempunyai faktor produksi yang cukup banyak dan memiliki
biaya produksi yang murah maka setiap negara akan mengekspor barang
tertentu dengan melaksanakan spesialisasi produksi.
4. Negara dengan faktor produksi yang sedikit dan memiliki biaya produksi yang
mahal akan memilih untuk mengimpor berbagai barang tersebut.
5. Teori Heckscher-Ohlin memiliki kelemahan ialah perdagangan internasional
tidak terjadi jika suatu negara memiliki jumlah faktor produksi yang relatif
sama yang menyebabkan kesamaan harga barang yang sejenis.
6. Penurunan produksi barang impor dan peningkatan produksi barang ekspor.
7. Harga tenaga kerja yang sama di kedua negara menyebabkan barang yang sama
memiliki harga yang cenderung sama di kedua negara.
8. Negara yang kaya tenaga kerja akan melaksanakan perdagangan dengan negara
yang kaya kapital
Kelemahan Teori H-O (Heckscher-Ohlin)
Berikut merupakan beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Teori Heckscher-
Ohlin dalam mendeskripsikan perdagangan internasional, yaitu:
1. Semua faktor produksi dan pasar produk memiliki masalah pada asumsi
persaingan sempurna karena perdagangan sebagian besar merupakan produk
dari negara industri yang melakukan diferensiasi produk dan skala ekonomi
yang tidak dapat dideskripsikan menggunakan model faktor endowment
Heckscher-Ohlin.
2. Kesamaan teknologi yang digunakan kedua negara dalam memproduksi barang
merupakan asumsi yang tidak valid. Realita di lapangan menunjukkan bahwa
sering terdapat perbedaan teknologi yang dipakai suatu negara.
3. Asumsi suatu negara dalam berdagang melakukan spesialisasi penuh untuk
memproduksi suatu komoditi tidak sepenuhnya benar karena banyak negara
memproduksi komoditi yang sebagian besar berasal dari impor.
4. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor secara
internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang
menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antar negara.

11
Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi
validitas model H-O.
5. Menurut teori ini, perbedaan harga barang sejenis dapat terjadi jika adanya
perbedaan jumalah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing
negara, dengan demikian, jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang
dimiliki masing-masing negara relatif sama maka tidak akan terjadi
perdagangan internasional. Tetapi pada kenyataanya, mesipun jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara sama sehingga
harga barang sejenis pun sama, ternyata tetap terjadi perdagangan internasional.
Untuk menjelaskan hal ini dan sebagai penyempurnaan dari teori H-O, maka
teori opportunity cost dari G. Harberler akan menjelaskan atau menganalisi
tentang terjadinya perdagangan internasional.
Pengujian Empiris dari Teori H-O (Heckscher-Ohlin)
Adapun salah satu pengujian empiris dari teori Heckescher-Ohlin adalah pada
saat Wassily Leontief menguji data Amerika Serikat, Wassily Leontief menggunakan
teori Heckescher-Ohlin pada data Amerika Serikat tahun 1947. Amerika Serikat
dianggap sebagai negara yang mempunyai lebih sedikit tenaga kerja dan lebih banyak
modal jika dibandingkan dengan negara lainnya. Berdasarkan teori Heckescher-Ohlin,
Amerika Serikat akan mengimpor barang padat tenaga kerja dan mengekspor barang
padat modal.
Namun berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa Amerika Serikat
mengimpor barang padat modal dan mengekspor barang padat tenaga kerja. Hasil
pengujian ini tidak sesuai dengan teori Heckescher-Ohlin dan hal ini dikenal sebagai
Leontief Paradoks. Namun beberapa ekonom berpendapat bahwa analisa yang lemah
dan metodologi yang terbatas menjadi penyebab munculnya Leontief Paradoks.
Leontief Paradoks didukung oleh beberapa faktor yaitu perang Dunia II pada tahun
1947 sehingga situasi tersebut belum mewakili secara umum dan tepat kondisi
perdagangan Amerika Serikat.

12
2.2. Teori Opportunity Cost
Teori opportunity cost G. Harberler yang biasa digambarkan dengan production
possibility curve (PPC) yang menunjukkan berbagai kombinasi dari output yang dapat
dihasilkan dengan sejumlah faktor produksi tertentu yang dapat dikerjakan dengan
sepenuhnya (full employment). Opportunity cost theory atau teori biaya alternatif
menyatakan bahwa biaya dari satu komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang harus
dikorbankan, sehingga diperoleh faktor-faktor produksi atau sumber-sumber produksi
yang memadai untuk menghasilkan satu unit tambahan dari komoditi pertama. Suatu
negara yang mempunyai biaya alternatif lebih rendah untuk suatu komoditi, berarti
memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut dan kerugian komparatif
dalam komoditi lain. Bentuk dari kurva ini tergantung dari anggapan tentang ongkos
alternatif (opportunity cost) yang digunakan, yaitu PPC Constant Costs dan PPC
Increasing Costs.
a. Constant cost
Keadaan constant costs dapat dijelaskan dengan tabel berikut ini:

Setiap tambahan 1 unit T pengorbanan barang N (barang N yang tidak lagi


diproduksi) adalah tetap, yakni 8 unit. Sejumlah faktor produksi tertentu yang dapat
menghasilkan 8 unit N harus dialihkan untuk menambahkan produksi T sebesar 1 unit.
Jadi untuk menambah 1 unit T diperlukan pemindahan faktor produksi dari produksi
barang N ke barang T dan pengorbanan barang N tetap 8 unit. Ini berarti marginal rate

13
of transformation-nya 8 unit, constant cost berarti marginal rate of transformation-nya
adalah tetap, ini sebagai akibat bahwa efisiensi faktor produksi tersebut sama baik
untuk produksi barang N maupun barang T.
Tabel di atas kemudian dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut ini:

Lereng kurva kemungkinan produksi adalah marginal rate of transformation


yakni sebesar 8/1 dan selama marginal rate of transformation tetap maka kurva
kemungkinan produksi berupa garis lurus. Dalam keadaan constant cost dapat juga
terjadi pertukaran antara 2 negara, asal masing-masing negara memiliki marginal rate
of transformation yang berbeda.
b. Increasing cost
Dalam hal increasing cost maka setiap tambahan 1 unit T pengorbanan W selalu
bertambah besar. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan tabel berikut ini:

14
Tabel tersebut kemudian dapat digambarkan dengan suatu kurva sebagai berikut:

Lereng kurva tersebut adalah marginal rate of transformation dan dalam hal ini
semakin besar dengan semakin banyaknya barang T yang dihasilkan. Dari berbagai
kombinasi tersebut mana yang akan dipilih tergantung dari harga barang-barang di
pasar.
Untuk analisa selanjutnya selalu dipakai suatu production possibility curve
(PPC) dengan keadaan increasing costs karena keadaan ini lebih mendekati realita.
Bersamaan dengan penggunaan suatu indifference curve (IC) dapat digunakan untuk
menjelaskan tentang terjadinya perdagangan internasional. Perdagangan internasional
dapat timbul apabila antara dua negara itu memiliki:
a. PPC yang sama dan IC yang berbeda,
b. PPC yang berbeda dan IC sama,
c. PPC dan IC berbeda.
Prinsip ketiga keadaan ini sama saja pada dasarnya, perbedaan IC disebabkan
oleh perbedaan dalam pendapatan, rasa atau preferensi (selera), sedangkan PPC
menunjukkan kesamaan dalam faktor-faktor produksi serta teknik produksi yang
digunakan. Keuntungan perdagangan (gains from trade) adalah bahwa masing-masing
negara dapat mencapai indifference curve yang lebih tinggi, yang menggambaran suatu
tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

15
2.3. Teori Offer Curve
Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom asal Inggris yaitu
Marshall dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan
kesediaan suatu negara untuk menawarkan atau menukarkan suatu barang dengan
barang lainnya pada berbagai kemungkinan harga. Teori perdagangan yang baik untuk
diterapkan adalah teori modern yaitu teori offer curve. Kelebihan dari offer curve yaitu
masing-masing negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional yaitu
mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Permintaan dan penawaran pada faktor
produksi akan menentukan harga faktor produksi tersebut dan dengan pengaruh
teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan berpacu
kepada penentuan comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu
negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa
diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional.
Seorang ahli ekonom asal Inggris bernama James Meade mengemukakan alat
analisa offer curve untuk menjelaskan terjadinya keseimbangan harga internasional,
menentukan harga serta volume perdagangan dalam keadaan seimbang, yang mana
offer curve dan trade indifference curve harus saling berkaitan. Dimana trade
indifference curve merupakan posisi perdagangan yang sama-sama diperlukan untuk
suatu negara dan oleh karena itu, acuh tak acuh tentang mereka. Dengan kata lain, trade
indifference curve mewakili kombinasi ekspor dan impor yang negara tersebut tidak
peduli.
Offer Curve menunjukkan berbagai jumlah Y yang bersedia dikorbankan untuk
mendapatkan X pada berbagai tingkat harga. Makin banyak jumlah X yang ditawarkan,
maka nilai Y makin bertambah besar. Teori perbandingan biaya ini bisa diterima
dengan catatan apabila faktor-faktor dibawah ini dapat dipertimbangkan, antara lain
adalah:
1. Labour atau tenaga yang tidak homogeny baik mutu maupun keahlian.
2. Tingkat upah yang berbeda-beda
3. Kapital

16
Gambar Offer Curve

Garis OW1, OW2 dan seterusnya menggambarkan harga relative dari barang X
dan Y, atau sering disebut dengan terms of trade. Makin tegak garis ini berarti harga
barang X (dinyatakan dengan barang Y) semakin tinggi. Titik O, D, E dan F merupakan
titik singgung antara garis harga dengan trade indifference curves. Garis OB yang
menghubungkan titik-titik tersebut disebut offer curve, yang menunjukkan kesediaan
negara B untuk menukar barang X dan Y pada berbagai kemungkinan harga. Misalnya
pada harga OW4 negara B bersedia menukarkan X sebanyak OX4 dengan Y sebanyak
OX4. Maka dari itu, kesejahteraan negara B makin bertambah apabila letaknya makin
jauh dari O pada offer curve tersebut. Pada harga X yang rendah (garis OW makin
datar) negara B hanya memperoleh barang Y dalam jumlah kecil, sehingga volume
perdagangan mengecil. Konsekuensinya keuntungan dari perdagangan juga akan
semakin kecil dan bahkan jika harganya di bawah OW1 negara B tidak mendapatkan
keuntungan. Hal ini akan mengakibatkan offer curve tidak ada pada harga di bawah
OW, bentuk offer curve yang lengkung balik (backward bending) disebabkan karena
adanya hukum diminishing marginal rate of transformation tercemin pada lereng PPC
(production possibility curve) dan diminishing marginal rate of substitution (tercermin
pada lereng indifference curve).
Secara logika hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, sampai pada sejumlah
tertentu ekspor barang X, barang tersebut menjadi sangat sedikit (jarang) di dalam
negeri dan impor barang Y menjadi semakin besar, sehingga impor Y selanjutnya
hanya akan diterima dengan penurunan ekspor barang X. Offer curve seperti halnya

17
kurva permintaan menunjukkan berapa jumlah sesuatu barang yang ingin ditukarkan
dengan barang lain pada harga tertentu. Harga keseimbangan ditentukan oleh
perpotongan antara permintaan dan penawaran. Dalam hal ini penawarannya adalah
offer curve dari negara lain yaitu negara A. Offer curve negara A dapat diperoleh
dengan menggunakan cara yang sama dengan negara B, agar offer curve negara A
dapat disatukan dalam satu diagram dengan negara B, maka PPC negara A diletakkan
dengan arah berbalikan dengan negara B, sehingga diperoleh offer curve yang
berkaitan juga.

18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teori perdagangan internasional modern muncul sebagai reaksi terhadap teori
keunggulan komparatif (teori klasik) yang mendapat kritik tajam dan pukulan hebat
terutama dengan munculnya depresiasi yang cukup besar pada tahun 1930-an. Teori
perdagangan internasional modern diajukan oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933 dan
selanjutnya dikembangkan oleh Eli Heckscher yang dikenal sebagai teori H-O
(Heckscher-Ohlin). Bahkan disempurnakan oleh Samuelson dan teori tersebut
kemudian dikenal sebagai teori H-O-S (Heckscher-Ohlin-Samuelson). Teori
Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa penentu utama perdagangan internasional adalah
pertama yaitu dasar perdagangan internasional yang melandasi keunggulan atau
keuntungan komparatif adalah bahwa setiap negara memiliki hadiah alam dari Tuhan
yang berbeda-beda baik secara kualitas maupun kuantitas. Sehingga faktor-faktor
produksi itu akan memiliki distribusi yang tidak merata secara proporsional. Dalam
analisisnya, teori H-O (Heckscher-Ohlin) menggunakan dua kurva pendukung yaitu
kurva isocost yang merupakan kurva yang mendeskripsikan kesamaan total biaya
produksi dan yang kedua adalah kurva isoquant, yaitu kurva yang mendeskripsikan
kesamaan total kuantitas produk. Keseimbangan akan terjadi apabila kurva isocost
bersinggungan dengan kurva isoquant, jadi pada titik persinggungan tersebut akan
terjadi produksi yang optimal dengan biaya tertentu. Teori H-O ini sendiri juga
memiliki beberapa kelemahan, yang dimana sebelum melakukan kritik terhadap teori
H-O, perlu diketahui terlebih dahulu hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O.
Adapun salah satu pengujian empiris dari teori Heckescher-Ohlin adalah pada saat
Wassily Leontief menguji data Amerika Serikat tahun 1947 dan hasil pengujiannya
tidak sesuai dengan teori Heckescher-Ohlin dan hal ini dikenal sebagai Leontief
Paradoks.
Analisis perdagangan internasional dengan menggunakan teori opportunity cost G.
Harberler yang biasa digambarkan dengan production possibility curve (PPC) yang
menunjukkan berbagai kombinasi dari output yang dapat dihasilkan dengan sejumlah

19
faktor produksi tertentu yang dapat dikerjakan dengan sepenuhnya (full employment).
Bentuk dari kurva ini tergantung dari anggapan tentang ongkos alternatif (opportunity
cost) yang digunakan, yaitu PPC Constant Costs dan PPC Increasing Costs. Teori yang
terakhir yakni Teori Offer Curve, diperkenalkan oleh dua ekonom asal Inggris yaitu
Marshall dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan
kesediaan suatu negara untuk menawarkan atau menukarkan suatu barang dengan
barang lainnya pada berbagai kemungkinan harga. Offer Curve menunjukkan berbagai
jumlah Y yang bersedia dikorbankan untuk mendapatkan X pada berbagai tingkat
harga. Makin banyak jumlah X yang ditawarkan, maka nilai Y makin bertambah besar.

3.2. Saran
3.2.1. Saran Bagi Mahasiswa
Saran yang diambil dalam penulisan paper ini bagi mahasiswa adalah
mahasiswa dapat mengetahui serta memahami bagaimana konsep dan teori dari
perdagangan internasional modern.
3.2.2. Saran Bagi Masyarakat
Saran yang dapat diambil dalam penulisan paper ini bagi masyarakat yaitu
masyarakat dapat mengetahui dan memahami teori perdagangan internasional modern
dan sehingga dapat mengimplementasikan pengelolaan dan tata cara serta
penerapannya ke dalam sistem perekonomian Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Salvatore, D. (2018) ‘Ekonomi Internasional Edisi 9’.


Jhingan, M. . (2018) Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Pertama. Depok:
Rajawali Pers.
Mankiw, N. Gregory. (2019). “Pengantar Ekonomi Makro,” Jakarta: Salemba Empat
Soelistyo, M. B. A. and Nopirin, M. A. (2020) ‘Teori Perdagangan Internasional’.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Siregar, B. W. (2020) ‘Modul Pertemuan 8, Ekonomi Internasional - Perusahaan
Multinasional”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi International Golden Institute,
Jakarta, https://stie-igi.ac.id/wp-content’.
Munthe R.N., Mardia, Nur A.N., Edwin B., Ahmad S., Anita F.P., Yuliasnita V., Eko
S., Arfandi S.N., Abdul R., Darwin D., Bonaraja P., Hasyim, (2021) ”Sistem
Perekonomian Indonesia”, Yayasan Kita Menulis, Medan, pp 41-62
Nur A.N., Edwin B., (2021) ”Ekonomi Pembagunan” Yayasan Kita Menulis, Medan.
Pratama, C. D. (2020) ‘Hambatan Perdagangan Internasional: Definisi Tarif dan
Jenisnya’, Kompas.com, 12 November. Available at:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/12/090000769/.

iv

Anda mungkin juga menyukai