Anda di halaman 1dari 21

PAPER MATA KULIAH PENGANTAR EKONOMI INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI INTERNASIONAL

DISUSUN
OLEH :

Ni Komang Purnamianty 2107511076; 13


Wirdatama Sasmita 2107511078; 14
Nyoman Diah Praba Anggari 2107511079; 15
Pande Putu Selvi Ari 2107511080; 16

PROGRAM STUDI EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul KEBIJAKAN
EKONOMI INTERNASINOAL ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Putu Krisna Adwitya Sanjaya pada mata kuliah Pengantar Ekonomi
Internasional. Selain itu, paper ini juga menambah wawasan tentang kebijakan-
kebijakan ekonomi internasional yang diterapkan Indonesia bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Putu Krisna Adwitya
Sanjaya yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini.
Kami menyadari, paper yang kami tulis jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan paper ini.

Denpasar, 25 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
2.1 Kebijakan Ekonomi Internasional .............................................................. 2
2.1.1 Pengertian Kebijakan Ekonomi Internasional ................................... 2
2.1.2 Instrumen Kebijakan Ekonomi Internasional.................................... 3
2.1.3 Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional ........................................ 3
2.1.4 Kebijakan Ekspor dalam Perdagangan Internasional ........................ 4
2.1.5 Kebijakan Impor dalam Perdagangan Internasional ......................... 5
2.2 Kebijakan Tarif .......................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian Kebijakan Tarif ............................................................... 6
2.2.2 Kebijakan Hmbatan Tarif .................................................................. 6
2.2.3 Macam Macam Penentuan Tarif ....................................................... 6
2.2.4 Jenis Jnis Tarif .................................................................................. 7
2.3 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Tarif .................................................... 8
2.3.1 Sistem Tarif ....................................................................................... 8
2.3.2 Cara PengenaanTarif ......................................................................... 8
2.3.3 Kelebihan, dan Kelemahan Pengenaan Sistem Tarif ........................ 9
2.3.4 Dampak Sistem Tarif ........................................................................ 10
2.4 Kebijakan Perdagangan Lainnya................................................................11
2.4.1 Politik Proteksi .................................................................................. 11
2.4.2 Politik Autarki ................................................................................... 13
2.4.3 Politik Dagang Bebas ........................................................................ 13
2.4.4 Devisa................................................................................................ 14
2.4.5 Dampak Perdagangan Internasional .................................................. 14

iii
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 16
3.2 Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap aktivitas Ekonomi, baik secara nasional maupun global, pasti tidak
lepas dari suatu kebijakan. Kebijakan atau policy merupakan rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
untuk tercapainya suatu tujuan. Dalam perdagangan Internasional, yang ruang
lingkupnya luas, tentu dibutuhkan suatu kebijakan untuk mengatur kegiatan
perekonomian tersebut. Tanpa sebuah kebijakan, roda perekonomian akan berjalan
dengan tidak teratur atau justru akan sewenang-wenang. Penyusunan ini dilatar
belakangi oleh pentingnya suatu kebijakan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam
penyusunan makalah ini akan dijelaskan mengenai kebijakan ekonomi
Internasional secara lebih luas, instrumen dan tujuan-tujuan kebijakan ekonomi
Internasional, juga kebijakan yang berkenaan dengan ekspor-impor dan tarif serta
kebijakan perdagangan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian kebijakan ekonomi internasional?
1.2.2 Bagaimana pengertian kebijakan tarif?
1.2.3 Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan Sistem Tarif
1.2.4 Bagaimana Pengertian Kebijakan lainnya

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami pengertian kebijakan ekonomi
internasional
1.3.2 Mengetahui dan memahami pengertian kebijakan tarif
1.3.3 Mengetahui dan memahami kelebihan dan kelemahan sistem tarif
1.3.4 Mengetahui dan memahami pengertian kebijakan perdagangan
lainnya
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan paper ini adalah menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai kebijakan-kebijakan ekonomi internasional dalam
perdagangan internasional.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Ekonomi Internasional


2.1.1 Pengertian Kebijakan Ekonomi Internasional
Kebijakan ekonomi internasional dalam artian luas merupakan sebuah
tindakan atau kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah yang
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi segala bentuk
perdagangan dan pembayaran internasional baik itu dari sisi komposisi, arah
dan kegiatan ekspor dan impor barang dan jasa yang dilaksanakan oleh
pemerintah tersebut. Perlu digaris bawahi bahwasannya kebijakan ini tidak
berfokus pada tarif, quota, namun juga mencakup kebijakan pemerintah
dalam negeri yang secara tidak langsung akan memberikan pengaruh
terhadap roda perdagangan serta pembayaran internasional, misalnya peran
kebijakan fiskal dan peran kebijakan moneter.
Sedangkan arti kebijakan ekonomi internasional secara sempit yaitu
sebuah tindakan atau kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan
memberikan dampak dan pengaruh secara langsung pada perdagangan dan
pembayaran internasional. Kebijakan ekonomi internasional dalam arti
sempit ini berkaitan dengan ekspor barang dan jasa, oleh karena itu
cakupannya sangat luas mengingat banyaknya barang atau jasa yang
diekspor atau jasa yang diekspor maupun diimpor, mulai dari barang
konsumsi, produksi, sampai pada tenaga kerja.
Jadi, kebijakan ekonomi internasional merupakan keseluruhan
tindakan pemerintah suatu negara yang bertujuan untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan negaranya dengan
melalui kegiatan yang mendorong ekspor dan mengatur atau mengendalikan
impor. Keseluruhan tindakan tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung akan memperoleh komposisi, arah, serta bentuk dari perdagangan
dan pembayaran internasional.

2
2.1.2 Instrumen Kebijakan Ekonomi Internasional
Instrumen kebijakan ekonomi internasional dibedakan berdasarkan
kegiatan atau tindakan yang dilakukan. Berikut merupakan instrumen dari
kebijakan ekonomi internasional tersebut yaitu :
1) Kebijakan Perdagangan Internasional
Ruang lingkup kebijakan perdagangan internasional meliputi segala
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sebuah rekening yang
masih atau sedang berjalan transaksinya dari neraca pembayaran
internasional, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan ekspor
dan impor suatu produk baik barang ataupun jasa. Jenis dari kebijakan ini
seperti kebijakan tarif terhadap impor, bilateral trade agreement dan
sebagainya.
2) Kebijakan Pembayaran Internasional
Kebijakan pembayaran internasional mencakup beberapa hal
mengenai kebijakan pemerintah terhadap rekening modal dalam neraca
pembayaran internasional tepatnya pada pengawasan terhadap pembayaran
internasional. Contoh dari kebijakan ini seperti pengawasan yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap lalu lintas devisa atau pengawasan terhadap lalu
lintas modal jangka panjang.
3) Kebijakan Bantuan Luar Negeri
Kebijakan bantuan luar negeri merupakan sebuah tindakan atau
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang berhubungan dengan
bantuan, pinjaman dan lainnya. Bantuan tersebut berupa bantuan dengan
tujuan untuk membantu rehabilitasi serta pembangunan dan bantuan
meiliter kepada negara lain.
2.1.3 Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional
Tujuan kebijakan ekonomi internasional antara lain meliputi :
1) Kesejahteraan (welfare)
Kesejahteraan merupakan tujuan yang dimana nantinya akan
memperoleh keuntungan maksimal dari terjadinya spesialisasi produksi dan
meningkatnya tingkat konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat di suatu
negara. Maka, untuk mendorong perdagangan internasional, hambatan atau

3
restriksi dalam perdagangan internasional seperti tarif, quota, dan
sebagainya akan dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
2) Keseimbangan Neraca Pembayaran
Salah satu tujuan kebijakan ekonomi internasional ini adalah
keseimbangan neraca pembayaran. Karena pada dasarnya penerapan
kebijakan ekonomi internasional ini akan mempengaruhi keadaan neraca
pembayaran pula. Contoh ketika pemerintah menerapkan kebijakan
stabilitas ekonomi internasional pada negara dengan kelebihan valuta asing
atau devisa maka yang tidak akan terjadi apa-apa pada neraca pembayaran.
Sedangkan jika pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi internasional di
negara yang valuta asingnya kurang, maka hal berbeda akan terjadi akan
ada sebuah perubahan baik dari proses maupun lalu lintas uang. Contoh
kebijakan yang dilakukan yakni pengawasan tidak hanya pada devisa
namun juga pada lalu lintas barang dan jasa serta modal.
3) Pembangunan Ekonomi
Untuk menunjang pembangunan ekonomi suatu negara, pemerintah
dapat mengarahkan perdagangan internasionalnya dengan kebijakan
sebagai berikut :
- Perlindungan terhadap industri dalam negeri yang baru tumbuh (infant-
industries).
- Mengurangi impor barang yang nonesensial dan mendorong impor
barang-barang yang lebih esensial.
- Mendorong ekspor.
2.1.4 Kebijakan Ekspor dalam Perdagangan Internasional
Adapun kebijakan ekspor dalam perdagangan internasional meliputi :
1) Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga merupakan suatu tindakan dalam penetapan harga
barang yang berbeda untuk suatu negara dengan negara yang lain. Dalam
barang yang sama, harga yang diberikan antara negara satu lebih mahal dari
pada negara yang lainnya. Hal ini dilakukan dengan dasar perjanjian untuk
perang tarif.

4
2) Larangan Ekspor
Larangan ekspor merupakan sebuah kebijakan yang dilakukan negara
untuk melarang ekspor ke luar negeri dengan alasan yang digunakan adalah
ekonomi, politik, dan sebagainya. Sebagai contoh, larangan ekspor kayu
gelondongan ke luar negeri, dan larangan pengiriman minyak bumi ke Irak.
Hal tersebut tentunya larangan yang bernuansa politik. Sehingga larangan
tersebut dilakukan bukan atas dasar dari negara itu tersendiri namun akibat
dari campur tangan negara yang berkepentingan seperti PBB dan juga
Amerika Serikat yang sedang menjalankan embargo ekonomi.

2.1.5 Kebijakan Impor dalam Perdagangan Internasional


1) Kuota
Kuota merupakan jumlah total suatu barang yang bisa diimpor dalam
satu periode tertentu dan telah diprediksi sebelumnya. Dengan demikian,
barang-barang tersebut tidak akan mengganggu industri dalam negeri.
Namun, jika suatu negara sedang memberlakukan sistem perdagangan
bebas, maka kebijakan kuotanya tidak akan terpakai lagi. Sebab, hal ini bisa
menghambat proses perdagangan internasional itu sendiri.
2) Tarif
Kebijakan tarif merupakan penerapan tarif yang terbilang tinggi untuk
impor barang-barang tertentu agar daya saing barang produksi dalam negeri
meningkat. Diketahui bahwa ada beberapa hal yang membedakan antara
negara dengan sistem perdagangan bebas dan proteksi mengenai kebijakan
satu ini.
3) Larangan Impor
Kebijakan larangan impor akan dilakukan oleh suatu negara apabila
negara tersebut diharuskan untuk menghemat devisanya. Namun tidak
hanya itu, barang-barang yang dianggap berbahan juga akan dikenakan
kebijakan larangan impor tersebut. Dengan kata lain, tidak semua barang
bisa diimpor begitu saja.
4) Devaluasi, kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan
pemerintah untuk menurunkan mata uang dalam negeri terhadap mata
uang asing dengan sengaja. Dengan devaluasi menyebabkan harga

5
barang impor menjadi lebih mahal, sehingga akan mengurangi
pembelian barang impor

2.2 Kebijakan Tarif

2.2.1 Pengertian Kebijakan Tarif

Tarif merupakan sistem pungutan yang diberlakukan oleh


pemerintah atas barang-barang impor atau ekspor. Tarif merupakan bentuk
kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah
digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Namun,
maksud utama pengenaan tarif ini biasanya tidak semata-mata
memperoleh pendapatan untuk pengisi kas pemerintah, malainkan juga
sebagai suatu alat untuk melindungi sektor-sektor tertentu di dalam negeri
dari tekanan persaingan produk impor. Tarif yang merupakan kebijakan
perdagangan yang paling umum, adalah sejenis pajak yang dikenakan atas
barang-barang yang diimpor.

2.2.2 Kebijakan Hambatan Tarif (Tariff Barrier)

Kebijakan hambatan tarif (tariff barrier) adalah suatu kebijakan


proteksionis terhadap barang-barang produksi dalam negeri dari ancaman
membanjirnya barang-barang sejenis yang diimpor dari luar negeri, dengan
cara menarik atau mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap barang
impor yang masuk untuk dipakai atau dikonsumsi habis di dalam negeri.

2.2.3 Macam-Macam Penentuan Tarif

Macam-macam penentuan tarif dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1) Bea ekspor (export duties)


Bea ekspor (export duties) adalah pajak atau bea yang dikenankan
terhadap barang yang diangkut menuju negara lain (diluar custom
area). Custom area adalah daerah di mana barang-barang bebas
bergerak dengan tidak dikenai bea pabean. Batas custom area ini
biasanya sama dengan batas wilayah suatu negara.

6
2) Bea transito (transit duties)
Bea transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan
terhadap barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara
dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain.
3) Bea impor (import duties)
Bea impor (import duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan
terhadap barang-barang yang masuk dalam suatu negara dengan
ketentuan bahwa negara tersebut merupakan negara akhir (didalam
custom area).
2.2.4 Jenis - Jenis Tarif
Menurut jenisnya tarif dibedakan menjadi dua, yaitu:
• Berdasarkan asal komoditi
Tarif berdasarkan asal komoditi terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Tarif ekspor (Export Tarif), merupakan tarif yang dikenakan
untuk setiap komoditi ekspor.
2) Tarif impor (Import Tarif), merupakan tarif yang dikenakan
untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain.
• Berdasarkan mekanisme perhitungannya.
Berdasarkan mekanisme perhitungannya, tarif dibedakan menjadi
tiga jenis, sebagai berikut:
1) Ad Valorem, merupakan tarif yang dikenakan berdasarkan
angka presentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor.
2) Specific, merupakan tarif yang dikenakan berdasarkan ukuran
fisik barang.
3) Specific Ad – Valorem, merupakan gabungan antara tarif Ad –
Valorem dan tarif dengan tarif Specific.

7
2.3 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Tarif
2.3.1 Sistem Tarif
Sistem tarif dalam export dan import digunakan untuk menentukan
besarnya tarif yang berlaku ke setiap barang atau komoditi yang
diperdagangkan secara internasional. Sistem tarif dalam export import
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta
bentuk dari perdagangan dan pembayaran internasional. Para pelaku
perdagangan internasional (eksportir-importir) menggunakan pedoman
berdasarkan sistem tarif yang berlaku.
Ada 3 sistem tarif, yaitu :
1) Tarif Tunggal (Single Column Tariff)
Yaitu pengenaan satu tarif untuk satu jenis barang atau komoditi yang
besarnya berlaku sama untuk impor komoditi tersebut dari negara mana
saja tanpa terkecuali.
2) Tarif Umum atau Konvensional (General Conventional Tariff)
Dikenal jugan dengan istilah berganda (double coloum tariff), yaitu
pengenaan satu tarif untuk satu komoditi yang besar presentase tarifnya
berbeda antara satu negara dengan negara lain.
3) Tarif Preferensi (Preferensi Tariff)
Yaitu tarif yang ditentukan oleh lembaga tarif internasional GATT yang
presentasenya diturunkan. Bahkan untuk beberapa komoditi sampai
menjadi 0% yang diberlakukan oleh negara terhadap komoditi yang
diimpor dari negara-negara tertentu. Itu karena adanya hubungan khusus
antara negara pengimpor dengan negara pengekspor.

2.3.2 Cara Pengenaan Tarif


Dalam pelaksanaannya, sistem atau cara pemungutan tarif dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain :
1) Dasar Nilai (Ad Valeroom)
Besarnya pungutan bea masuk atas barang impor ditentukan oleh tingkat
prosentase tarif dikalikan harga CIF dari barang tersebut. Sebagai
contoh, harga CIF suatu barang adalah US$100 dan besarnya tarif bea
masuk 10%, sedangkan kurs US$1 = Rp. 5.000,- . Maka besarnya bea

8
masuk yang dikenakan sebesar = 10% x US$100 x Rp. 5.000,- = Rp.
50.000,-
2) Dasar Jumlah Barang (Ad Specific)
Pungutan bea masuk ini didasarkan pada ukuran atau satuan tertentu dari
barang impor. Sebagai contoh, bea masuk yang dikenakan atas barang-
barang atau komoditi seperti dibawah ini :
a. Semen : Rp. 3.000,- per ton
b. Sepatu : Rp. 14.500,- per pasang
c. Piring : Rp. 5.000,- per lusin
d. Jeruk : Rp. 500 per kg
e. VCR : Rp. 250.000,- per unit
3) Compound Duties
Pengenaan tarif yang merupakan kombinasi dari ad valeroom dan ad
specific. Contoh : sejenis barang tertentu dikenakan bea 10 % Ad
valeroom ditambah dengan Rp. 50.000,- setiap unit.

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Masing-masing Sistem Pengenaan


Tarif

1) Dasar Nilai (Ad Valeroom) bersifat proprsional.


Keuntungan :
a. Dapat mengikuti perkembangan tingkat harga atau inflasi.
b. Terdapat diferensiasi harga produk sesuai lualitasnya.
Kerugian :
a. Memberikan beban yang cukup berat bagi administrasi
pemerintah, khususnya bea cukai karena memerlukan data dan
perincian harga yang lengkap.
b. Sering menimbulkan perselisihan dalam penetapan harga untuk
perhitungan bea masuk antara importir dan bea cukai, sehingga
dapat menimbulkan stagnasi atau kemacetan arus barang di
pelabuhan.
2) Dasar Jumlah Barang (Ad Specific) bersifat regresif.
Keuntungan :

9
a. Mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan perincian harga
barang sesuai kualitasnya.
b. Dapat digunakan sebagai alat kontrol proteksi industri dalam
negeri.
Kerugian :
a. Pengenaan tarif dirasakan kurang atau tidak adil karena tidak
membedakan harga dan kualitas barang.
b. Hanya dapat digunakan sebagai alat kontrol proteksi yang
bersifat statis.

2.3.4 Dampak Sistem Tarif


Pembebanan tarif terhadap suatu komoditi atau barang dapat
mempunyai dampak (effect) terhadap perekonomian suatu negara,
khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa macam dampak
(effect) tarif tersebut adalah :
1) Dampak terhadap harga (Price Effect), menyebabkan harga barang di
dalam negri naik.
2) Dampak terhadap konsumsi (Consumption Effect), menyebabkan
jumlah barang yang diminta di dalam negeri (demand) menjadi
berkurang.
3) Dampak terhadap produksi (Protective/Import Subtitution Effect),
pengenan tarif dapat meningkatkan jumlah produksi yang ada di dalam
negeri.
4) Dampak terhadap redistribusi pendapatan (Redistribution Effect),
pendapatan yang diterima pemerintah akan meningkat, juga adanya
ekstra pendapatan yang dibayarkan oleh konsumen didalam negri
kepada produsen di dalam negeri.

10
2.4 Kebijakan Perdagangan Lainnya

Sesungguhnya, tarif itu adalah bentuk atau jenis kebijakan kebijakan


perrdagangan yang paling sederhana. Dalam praktek perdagangan dunia di
era modern ini, kebanyakan pemerintah melakukan campur tangan dalam
kegiatan perdagangan Internasional dengan menggunakan instrument-
instrumen kebijakan lainnya yang lebih kompleks. Ada tiga kebijakan
ekonomi/perdagangan internasional lainnya, antara lain

2.4.1 Politik Proteksi

Politik Proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri


dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-
persaingan barang-barang impor. Tujuan Kebijakan proteksi adalah :

1. Mengoptimalkan produksi dalam negeri


2. Memelihara tradisi nasional
3. Memperluas lapangan kerja
4. Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan dapat terganggu jika
bergantung pada negara lain.
5. Menghindari risiko yang mungkin terjadi jika hanya menggantungkan
diri pada satu komoditi andalan

Politik Proteksi dalam kebijakan perdagangan internasional dapat


dilakukan melalui kebijakan sebagai berikut :

a) Tarif dan Bea Masuk


Tarif adalah sebuah pembebanan atas barang-barang yang melintasi
daerah pabean (costum area). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke
wilayah negara dikenakan bea masuk. Bentuk umum kebijakan tarif adalah
penetapan pajak impor dengan prosentase tertentu dari harga barang yang
diimpor. Akibat dan pengenaan tarif dan bea masuk barang impor adalah :
Harga barang impor naik, Sehingga produksi dalam negeri menjadi lebih
bisa bersaing (karena lebih murah), Kemudian karena produksi dalam

11
negeri mampu menyaingi barang impor maka diharap impor barang menjadi
turun.Ada 3 macam penentu tarif bea masuk:
a) Bea ekspor (export duties) merupakan pajak / bea yang dikenakan
kepadabarang yang diangkut menuju negara lain (diluar costum area)
b) Bea impor (import duties) merupakan pajak / bea yang dikenakan
kepada barang-barang yang masuk dalam suatu negara (tom area)
c) Bea transito (transit duties) merupakan pajak / bea yang dikenakan kepada
barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan
akhir barang tersebut ke negara lain.

b) Subsidi

Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu


mengurangi sebagian biaya produksi per unit barang produksi dalam
negeri. Sehingga produsen dalam negeri bisa memasarkan barangnya lebih
murah dan dapat bersaing dengan barang impor. Subsidi yang diberikan
dapat berupa tenaga ahli, mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit,
keringanan pajak, Kebijakan subsidi biasanya juga diberikan untuk
menurunkan biaya produksi barang yang menjadi komoditas ekspor,
sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan dapat
bersaing di pasar internasional. Namun tindakan ini dianggap sebagai
persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus kea rah perang subsidi. Hal
ini karena semua negara ingin mendorong ekspornya dengan cara
memberikan subsidi.

c) Dumping

Dumping merupakan kebijakan pemerintah untuk mengadakan


diskriminasi harga, yakni produsen menjual barang di luar negeri dengan
harga yang lebih murah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya
produksi. Contoh dumping adalah China yang seringkali menjual produk
seperti baja, tekstil, hingga produk elektronik yang lebih murah di
Indonesia ketimbang di negara asalnya. Seperti diketahui, menjual barang
di luar negeri dengan harga yang lebih murah daripada di dalam negeri
disebut curang. Dumping seringkali sebagai praktik curang yang dapat

12
menimbulkan kerugian dan menjadi penghambat perdagangan
internasional. Biasanya praktik ini dilakukan dengan tujuan untuk
mematikan persaingan di luar negeri. Dumping juga dianggap sebagai
bentuk diskriminasi harga. Hal ini karena produsen menurunkan harga
barang yang memasuki pasar luar negeri dari harga yang dibayarkan oleh
pelanggan domestik di negara asal.

2.4.2 Politik Autarki

Politik Autarki adalah kebijakan ekonomi untuk membatasi


perdagangan yang hanya dilakukan di dalam suatu negara. dengan tujuan
untuk menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik
pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga kebijakan ini
bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang
menganjurkan adanya perdagangan bebas. Autarki adalah sistem
perekonomian swasembada dan perdagangan terbatas. Kondisi ini dapat
terjadi jika suatu entitas dapat melakukan swasembada terhadap
kebutuhannya sehingga tidak perlu melakukan perdagangan internasional.
Contoh: yaitu seorang importir dalam melaksanakan pembayarannya harus
membeli uang dolar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs
yang berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika. Dalam era
globalisasi masa kini, sistem autarki sudah jarang dilakukan. Namun masih
ada negara yang melakukan autarki, salah satunya adalah Korea Utara.
Negara ini menutup diri dari dunia internasional sehingga membatasi
perdagangan internasional.

2.4.3 Politik Dagang Bebas

Politik dagang bebas adalah kebiijakan dimana pemerintah


tidak melakukan diskriminasi terhadap impor atau ekspor. yaitu
pemerintah mengadakan perdagangan bebas antarnegara. Pihak-pihak
yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan alasan bahwa
perdagangan bebas akan memungkinkan bila setiap negara berspesialisasi
dalam memproduksi barang dimana suatu negara memiliki keunggulan
komparatif. Perdagangan bebas dicontohkan oleh area Ekonomi Uni Eropa

13
dan perjanjian bebas Amerika Utara yang telah mendirikan pasar terbuka
dengan sangat sedikit pembatasan perdagangan. Contoh pasar bebas
NAFTA, AFTA, INDO-JEPANG(EPA), CAFTA

2.4.4 Devisa

Devisa merupakan total valuta asing yang dimiliki oleh pemerintah


swasta. yang berfungsi sebagai medium pembiayaan transaksi
perdagangan antarnegara (perdagangan internasional). Pada definisi yang
lain, devisa dapat diartikan sebagai nilai kekayaan yang dimiliki oleh suatu
negara dalam bentuk mata uang asing, yang mana nilai kekayaan tersebut
perlu diakui secara global oleh negara-negara lainnya. Sebagai contoh, di
Indonesia. Mata uang asing yang bisa dijadikan nilai devisa adalah mata
uang seperti Dollar (Amerika), Yen (Jepang), Yuan (Tiongkok), Euro
(negara-negara eropa), dan Poundsterling (Inggris).
2.4.5 Dampak Perdagangan Internasional

1) Dampak Positif

a) mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian di suatu


negara. Dengan adanya perdagangan internasional, permintaan
dan penawaran ekspor produk untuk negara lain akan semakin
meningkat, ini akan meningkatkan perekonomian negara juga.
Contohnya berkembangnya industri tekstil, kerajinan, udang,
kopi, karet dan lain-lain.
b) menambah sumber devisa negara. Devisa adalah sumber valuta
asing sebagai alat pembayaran dari perdagangan internasional
antar negara. Karena dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi karena perdagangan internasional, devisa negara pun
akan bertambah.
c) mendorong peningkatan lapangan kerja. Jika aktivitas ekonomi dan
jumlah produk yang diekspor dalam kegiatan perdagangan
internasional meningkat, maka industri-industri semakin padat
kerjanya. Karena itu diperlukan tenaga kerja tambahan untuk

14
membantu aktivitas industri agar lebih cepat bergerak. Untuk
menambah tenaga kerja maka dibukalah lapangan pekerjaan untuk
masyarakat di negara tersebut.

2) Dampak Negatif
b) Adanya persaingan tidak sehat. Pemerintah dalam memenangkan
perdagangan internasional seringkali menciptakan persaingan yang
tidak sehat antar industri. Pemerintah menerapkan banyak sekali
kebijakan seperti dumping, kemudian juga praktik tarif impor yang
memicu munculnya pungutan liar jelas sangat tidak sehat.
c) Cenderung ketergantungan pada negara-negara. munculnya
ketergantungan negara miskin atau negara berkembang pada
negara maju. Hal ini karena faktor produksi terutama teknologi,
dimana negara maju jauh lebih canggih di bidang teknologi
sehingga memiliki produk yang lebih berkualitas. Akibatnya warga
negara lokal dibanding berupaya berinovasi menciptakan produk
serupa, lebih memilih impor dari negara maju tersebut.
d) Munculnya penjajahan ekonomi dari negara lain. negeri sendiri
akan dijajah secara ekonomi oleh negara lain. Ketika produk dalam
negeri tidak mampu mengimbangi pasar dan penjualan barang
impor dari luar negeri, pada akhirnya produk buatan Indonesia
sendiri mengalami penurunan permintaan.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan ekonomi internasional merupakan keseluruhan tindakan
pemerintah suatu negara yang bertujuan untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan negaranya dengan
melalui kegiatan yang mendorong ekspor dan mengatur atau mengendalikan
impor. Adapun instrumen dari kebijakan ekonomi internasional yaitu
kebijakan perdagangan internasional, kebijakan pembayaran internasional,
dan kebijakan bantuan luar negeri. Tujuan dari kebijakan ekonomi
internasional yaitu autarki, kesejahteraan (welfare), proteksi, keseimbangan
neraca pembayaran, dan pembangunan ekonomi. Beberapa kebijakan
ekspor dalam perdagangan internasional yaitu diskriminasi harga,
pemberian premi (subsidi), dumping, politik dagang bebas, dan larangan
ekspor. Kemudian adapun kebijakan impor dalam perdagangan
internasional yaitu tarif, quota, subsidi, dan larangan impor.
3.2 Saran
3.2.1 Saran Bagi Mahasiswa
Saran yang diambil dalam penulisan paper ini bagi mahasiswa adalah
mahasiswa dapat mengetahui serta memahami bagaimana kebijakan
ekonomi internasional dalam perdagangan internasional.
3.2.2 Saran Bagi Masyarakat
Saran yang dapat diambil dalam penulisan paper ini bagi masyarakat
adalah masyarakat dapat mengetahui dan memahami kebijakan ekonomi
internasional dan sehingga dapat mengimplementasikan pengelolaan dan
tata cara serta penerapannya dalam perdagangan internasional.

16
DAFTAR PUSTAKA

Julianti, N. (2020). KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN


INTERNASIONAL . 4-12.

Kuncoro, H. (2020, Desember 1). Kebijakan Perdagangan Internasional di Bidang


Ekspor Impor.

Manjakan. (2022, April 4). Retrieved from Manjakan Web site:


https://manjakan.com/perdagangan-internasional/

Markijar.com (2017,2013). Kebijakan Perdagangan Internasional web site:


https://www.markijar.com/2017/03/3-kebijakan-perdagangan-internasional.html

17

Anda mungkin juga menyukai