Anda di halaman 1dari 26

PAPER MATA KULIAH PENGANTAR EKONOMI INTERNASIONAL

“KEBIJAKAN NON TARIF”

Dosen Pengampu : Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

KELOMPOK 05

Putu Sindy Riananda Puteri (2107511081)


Ryan Cristiano V.N Purba (2107511088)
Christo Fanre Parlindungan Sembiring (2107511098)
I Wayan Liga Pramana (2107511101)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat,
karunia dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
paper yang berjudul “Kebijakan Non Tarif” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari paper ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Internasional.
Selain itu, paper ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Apa saja yang menjadi
Kebijakan Non-Tarif.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E.,
M.Si.selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ekonomi Internasional yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam menyusun paper ini. Oleh
sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah untuk dimasa
mendatang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut
membantu dalam menyelesaikan paper ini. Diharapkan paper ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca. Terima Kasih.

Jimbaran, 29 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................ii
BAB I ....................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II...................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
2.1 Kuota .................................................................................................................. 6
2.2 Subsidi ................................................................................................................ 9
2.3 Dumping ........................................................................................................... 13
2.4 Kasus Kebijakan Non Tarif (Kuota Impor) ................................................. 19
BAB III .................................................................................................................................. 24
PENUTUP ............................................................................................................................. 24
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 24
3.2 Saran................................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan perdagangan internasional adalah berbagai tindakan dan peraturan yang
dijalankan suatu negara, baik secara lansung maupun tidak langsung, yang akan
mempengaruhi struktur,komposisi, dan arah perdagangan internasional negara tersebut.
Kebijakan perdagangan internasional dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan ekonomi nasional,industri dalam negeri, dan lapangan kerja serta menjaga
stabilitas ekonomi nasional. Akan tetapi,dalam praktek perdagangan internasional saat ini,
kebanyakan pemerintah melakukan campurtangan dalam kegiatan perdagangan
internasional menggunakan kebijakan lainnya yang lebihrumit, yaitu Kebijakan Nontarif
Barrier (NTB).
Hal ini dilakukan negara tersebut untuk menyembunyikan motif proteksi atau sekedar
mengecoh negara lainnya. Oleh karena itu, sampai saat ini masih banyak negara yang
memberlakukankebijakan nontarif barrier walaupun beberapa ahli beranggapan bahwa
kebijakan nontarif barrierdapat menjadi penghalang untuk tercapainya keterbukaan dalam
perdagangan internasional.
Kuota merupakan jumlah batas maksimal atau minimal yang diberlakukan oleh suatu
negara untuk mematok jumlah barang ekspor maupun impor. Dimana kebijakan
perdagangan internasional yang satu ini ditujukan untuk menciptakan stabilitas harga
pasar dan juga meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negara.
Subsidi merupakan alokasi anggaran yang disalurkan melalui
perusahaan/lembaga yang memproduksi,menjual barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sehingga harga jualnya dapat terjangkau.Belanja subsidi terdiri dari
subsidi energi (BBM,BBN,LPG tabung 3 kg, dan LGV serta subsidi listrik) dan subsidi
nonenergi (subsidi pangan,subsidi pupuk,subsidi benih,subsidi PSO,subsidi bunga kredit
program,dan subsidi pajak/DTP). Kebijakan subsidi yang dilakukan pemerintah selalu
menimbulkan pendapat pro dan kontra.Ada kalangan yang berpendapat bahwa subsidi itu
tidak sehat sehingga berapapun besarnya subsidi harus dihapuskan dari APBN.Sementara
pihak lain berpendapat bahwa subsidi masih diperlukan untu mengatasi masalah
kegagalan pasar.Pelaksanaan subsidi perlu pengubahasan pola subsidi sesuai dengan
kondisi.Misalkan,pengalihan subsidi secara bertahap dari subsidi harga yang kurang
efektif dan tidak tepat sasaran kepada subsidi bahan-bahan kebutuhan pokok bagi

4
masyarakat kurang mampu(targeted subsidy).
Praktek dumping merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh eksportir dengan
menjual barang di pasar internasional dengan harga yang sangat rendah atau lebih rendah
dari harga wajar barang tersebut di negera asal maupun di negara importir . Dumping dapat
dikategorikan sebagai persaingan tidak sehat dalam bentuk diskriminasi harga karena
kerap kali menimbulkan kerugian (injury) bagi dunia usaha di suatu negara karena dapat
merusak pasar dengan merugikan produsen lokal barang sejenis.
Indonesia sebagai salah satu negara yang sering dituduh melakukan dumping produk
kertas A4 menimbulkan sebuah pertanyaan karena Australia menjadi negara terkini yang
menuduh tindakan dumping atas produk Kertas A4 asal Indonesia, yang mana sebelumnya
Indonesia pernah mendapat tuduhan dari Korea Selatan (2002), Afrika Selatan (2003) dan
Jepang (2012). Hal yang seharusnya menjadi perhatian oleh produsen dan pemerintah
Indonesia dalam kasus tuduhan dumping oleh negara luar adalah masalah like product
serta kekaburan hukum atas klausul PMS (particular market situation), yang mana selama
proses persidangan, baik Indonesia, Australia maupun pihak ketiga memiliki argumentasi
masing-masing terkait interpretasi dalam menentukan definisi dari PMS karena belum
adanya definisi yang jelas.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Definisi Kuota
1.2.2 Apa Definsisi Subsidi
1.2.3 Apa Definisi Dumping
1.2.4 Apa Contoh dari Kasus Kebijakan Non Tarif Negara Berkembang vs Negara Maju.

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami mengenai definisi kuota beserta tujuan, manfaat, serta
kelebihan dan kekurangan.
1.3.2 Mengetahui dan memahami mengenai definisi subsidi beserta tujuan, manfaat, dan
dampak.
1.3.3 Mengetahui mengenai definisi dumping beserta tujuan,manfaat dan dampak.
1.3.4 Membahas contoh kasus kebijakan non tarif negara berkembang vs negara maju

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kuota
2.1.1 Definisi Kuota Menurut Para Ahli
Dalam buku Perdagangan Internasional (2018) karya Wahono Diphayana, kuota
adalah pembatasan terhadap jumlah fisik barang yang masuk. Kebijakan kuota dianggap
menghambat karena dianggap tidak adil dan tidak transparan, serta dalam praktiknya
seringkali menimbulkan tindakan diskriminasi. Meskipun begitu, adanya kebijakan kuota
bisa juga dimanfaatkan untuk memperbaiki neraca pembayaran yang defisit, serta untuk
meningkatkan harga produk.

2.1.2 Definisi Kuota Secara Umum


Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang masuk
dari luar negeri. Akibat dari kebijakan kuota dan pembatasan impor biasanya akan terjadi,
yaitu jumlah barang di pasar turun, harga barang naik, produksi dalam negeri meningkat,
dan impor barang turun.

2.1.3 Jenis Kuota


Jenis kuota, yakni kuota impor. Kuota impor adalah batas jumlah barang impor
yang diperbolehkan masuk dalam suatu negara. Tetapi pada perdagangan Internasional
kuota ini lebih berada pada kebijakan impor, yakni kuota impor. Kuota impor dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu:
1. Absolute atau Unilateral Kuota, merupakan kuota yang besar kecilnya ditetapkan
sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara lain.
2. Negotiated atau Bilateral Kuota, merupakan kuota yang besar kecilnya ditetapkan
berdasarkan perjanjian antara dua negara atau lebih.
3. Tariff Kuota, merupakan gabungan antara tarif dengan kuota. Contohnya, untuk
jumlah tertentu impor barang diizinkan dengan tarif tertentu. Tambahan jumlah barang
impor bisa diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.
4. Mixing Kuota, bahan mentah yang diimpor dalam jumlah tertentu dibatasi
penggunaannya dalam produksi barang akhir.
Jenis lain dari kuota impor adalah:

6
1. Voluntary export restraints
Pengekangan ekspor sukarela atau voluntary export restraints (VERs) adalah
kuota sukarela yang diadopsi oleh negara pengekspor. Itu kontras dengan kuota
konvensional, di mana negara pengimpor adalah yang memberlakukan kuota. VER
merupakan taktik yang efektif untuk mengurangi sengketa perdagangan. Itu
mengurangi ketegangan geopolitik. Dan karena perdagangan internasional terus
berubah, negara-negara yang terlibat biasanya akan memperbarui VER agar tetap
berguna.
2. Kuota tersembunyi
Pemerintah dapat membatasi pasokan barang impor tanpa secara eksplisit
memberlakukan kuota impor. Sebagai contoh, pemerintah dapat menerapkan
persyaratan atau kontrol kualitas yang lebih ketat terhadap produk impor tertentu.
Meskipun relatif sederhana, namun, kebijakan semacam itu cukup efektif, terutama
jika kebijakan menargetkan barang-barang berkualitas rendah. Bentuk kuota
tersembunyi lainnya adalah meningkatkan kampanye propaganda untuk mendorong
konsumen dalam negeri mengurangi konsumsi barang impor. Misalnya, pemerintah
dapat menyebarkan propaganda tentang bagaimana impor dapat menyebabkan
gangguan kesehatan. Salah satu contoh adalah kampanye Uni Eropa tentang minyak
nabati yang ramah lingkungan. Kampanye semacam ini terbukti efektif untuk
mengurangi permintaan minyak sawit dari negara-negara seperti Indonesia, yang
dianggap tidak ramah lingkungan dalam produksinya.

2.1.4 Tujuan Kuota Impor


Pemerintah berusaha untuk melindungi industri dalam negeri dengan
membatasi kuantitas impor. Produsen di negara mitra mungkin menerapkan praktik
perdagangan yang tidak adil. Produsen asing mungkin dengan sengaja mencoba memaksa
produsen dalam negeri kalah bersaing. Mereka menjual harga di bawah harga pasar
domestik. Sebagai akibatnya, produk impor mulai menggeser posisi produk domestik.
Konsumen domestik mulai beralih dari produk domestik untuk mendapatkan harga yang
lebih murah. Produk impor kemudian menangkap penjualan yang lebih besar dan
menyisakan sedikit pangsa bagi produsen domestik. Dalam jangka panjang, kondisi
kemungkinan besar mematikan produsen domestik. Untuk mencegahnya, pemerintah
dapat menerapkan hambatan perdagangan. Salah satu opsinya adalah dengan menerapkan
kuota impor.

7
2.1.5 Cara Kerja Kuota Impor
Pemerintah membatasi kuantitas impor. Pemerintah biasanya menunjuk
beberapa importir untuk mengapalkan barang dari luar negeri. Pemerintah kemudian
memberikan batas berapa banyak yang dapat mereka impor.
Tingginya impor meningkatkan pasokan di pasar domestik. Merasa posisi
mereka terancam oleh produk impor, produsen domestik menekan pemerintah untuk
memberlakukan kuota impor.
Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, turunnya pasokan
mendorong harga barang di pasar domestik naik. Itu tentu saja merugikan konsumen.
Mari kita gambarkan situasi tersebut ke dalam sebuah grafik.

Sebelum kuota berlaku, pasokan di pasar domestik berada pada Q1. Dan, setelah kebijakan
kuota berlaku, pasokan berkurang menjadi Q2 karena kuantitas impor yang lebih sedikit.
Sebagai hasilnya, kurva penawaran bergeser ke kiri. Mengasumsikan permintaan konstan,
pasokan yang lebih sedikit akan mendorong harga naik dari P1 ke P2. Sebagai hasilnya,
konsumen domestik harus membayar harga yang lebih tinggi. Konsumen juga memiliki
pilihan yang lebih sedikit. Barang impor mungkin menawarkan beberapa fitur yang tidak
ada di produk domestik
Untuk mengatasi kenaikan harga, pemerintah seharusnya mendorong produsen
domestik untuk meningkatkan produksi. Katakanlah, produksi domestik meningkat
sebanyak penurunan kuantitas impor (Q1 minus Q2). Harga pasar seharusnya akan
kembali turun ke tingkat sebelumnya, mengasumsikan permintaan tidak berubah.

2.1.6 Keuntungan dan Kerugian Kuota Impor


- Keuntungan Kuota Impor

8
1. Kuota bisa lebih efektif dalam membatasi perdagangan daripada tarif.
Pemerintah dapat menentukan berapa jumlah impor yang masuk ke pasar
domestik. Sebaliknya, tarif mungkin tidak efekti dalam membatasi kuantitas
impor. Negara pengekspor mungkin mensubsidi produk ekspor mereka.
Tujuannya adalah membuat produk tetap kompetitif meski negara tujuan
menerapkan tarif impor.
2. Kuota impor juga tidak tergantung pada elastisitas permintaan atau perubahan
nilai tukar. Depresiasi, misalnya, membuat produk impor turun. Jika produk
adalah elastis dalam permintaan, penurunan harga akan meningkatkan
permintaan impor yang lebih tinggi. Tapi, karena kuantitas dibatasi, maka
depresiasi tidak akan memberikan efek.
- Kerugian Kuota Impor
1. Pemerintah tidak memperoleh pendapatan. Fokus utama kebijakan adalah
kuantitas produk. Itu kontras dengan tarif, yang mana merupakan bentuk pajak
atas barang. Kenaikan tarif meningkatkan pendapatan pemerintah. Tapi, itu
tidak berlaku untuk kuota.
2. Konsumen domestik menanggung harga yang lebih tinggi. Jika produsen
dalam negeri tidak meningkatkan produksi untuk mengimbangi penurunan
impor, itu mengurangi pasokan di pasar domestik. Sebagai hasilnya, harga
akan naik.
3. Kuota mungkin menguntungkan bagi beberapa importir tapi tidak bagi yang
lain. Penjatahan mungkin tidak merata di antara para importir. Pemerintah
mungkin lebih memihak importir milik negara daripada importir swasta
dengan memberikan mereka kuota yang lebih tinggi.

2.2 Subsidi
2.2.1 Definisi Menurut Para Ahli
Menurut Habib Nazir (2004) subsidi adalah cadangan keuangan dan
sumbersumber daya lainnya untuk mendukung suatu kegiatan usaha atau kegiatan
perorangan oleh pemerintah .
Menurut Muhammad Hassanudin (2004) “Subsidi dapat mendorong
peningkatakan output produk-produk yang dibantu akan tetapi mengganggu proses
alokasi sumber daya domestik secara umum dan memberi dampak yang merugikan
terhadap perdagangan internasional”.

9
Menurut Milton H. Spencer dan Orley M.Amos, jr. Dalam bukunya
contemporary Economics Edisi ke 8 halaman 464 sebagaimana dikutip oleh Rudi
Handoko dan dan Pandu Patriadi menulis bahwa subsidi adalah pembayaran yang
dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai tujuan
tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi suatu produk
dalam kuantitas yang lebih besar ataupada harga yang lebih murah.Secara ekonomi,
tujuan subsidi adalah untuk mengurangi harga atau menambah keluaran (output).

2.2.2 Definisi Subsidi Secara Umum


Arti kata subsidi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bantuan uang
dan sebagainya kepada yayasan, perkumpulan, dan sebagainya (biasanya dari pihak
pemerintah).
Secara umum pengertian subsidi merupakan suatu pemberian uang dari
pemerintah yang dimaksudkan untuk membantu dan mempergiat pekembangan usaha
kelompok tani yang dianggap penting sekali bagi kepentingan umum dan yang tidak
sanggup berjalan tanpa bantuan pemerintah. Subsidi juga dapat di artikan sebagai suatu
pemberian (kontribusi) dalam bentuk uang atau finansial yang diberikan oleh
pemerintah atau suatu badan umum (publik body). Kontribusi pemerintah tersebut dapat
berupa antara lain.
1. Penyerahan dana secara langsung seperti hibah, pinjaman,dan penyertaan,
pemindahan dana atau jaminan langsung atas hutang.
2. Hilangnya pendapatan pemerintah atau pembebasan fiskal (seperti keringanan
pajak) penyediaan barang atau jasa diluar prasarana umum atau pembelian barang.
3. Pemerintah melakukan pembayaran pada mekanisme pendanaan atau memberikan
otorisasi kepada suatu badan swasta untuk melaksanakan tugas pemerintah dalam
hal penyediaan dana.
4. Disamping hal tersebut, semua bentuk income dan price support juga merupakan
subsidi apabila bantuan tersebut menimbulkan suatu keuntungan.
2.2.3 Tujuan Subsidi
Tujuan Subsidi Menurut Habib Nazir (2004) dan Muhammad Hassanudin
(2004) ada bebarapa hal tujuan subsidi yaitu sebagai berikut :
1. Subsidi Produksi
Pemberian subsidi pada para pemasok oleh pemerintah untuk
mendorong mereka meningkatkan output dari produk tertentu yang tujuannya

10
untuk memperluas produksi beberapa poduk dengan harga rendah yang
dianggap sangat penting.
2. Subsidi Ekspor
Pemberian subsidi oleh pemerintah untuk produk tertentu yang di ekspor
atau ekspor secara umum, sebagai suatu alat untuk membantu neraca
pembayaan negara selain itu, subsidi ekspor diberikan sebagai upaya
peningkatan perdagangan.
3. Subsidi Pekerjaan
Pemberian subsidi pada upah oleh pemerintah sebagai suatu insentif
pada perusahaan-perusahaan untuk dapat member lebih banyak kesempatan
kerja, sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran dalam perekonomian.
4. Subsidi Pendapatan
Pemberian subsidi pada masyarakat melalui system pembayaran transfer
pemerintah dalam usaha untuk memungkinkan mereka menikmati suatu
standart hidup minimum. Subsidi pendapatan diberikan oleh pemerintah aga
kesejahteraan masyarakat semakin terjamin, sehingga perekonomian
diahrapkan dapat lebih lanjut.

2.2.4 Jenis Jenis Subsidi

1. Subsidi Langsung
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, subsidi bisa
diberikan secara langsung ataupun tidak langsung. Subsidi langsung
adalah suatu subsidi yang di dalamnya melibatkan pembayaran
berupa dana aktual untuk individu, kelompok, ataupun untuk suatu
industri tertentu. Subsidi langsung ini mampu memberikan
keuntungan untuk pihak penerima karena mereka akan merasakan
manfaat subsidi secara langsung. Selain itu, mereka juga akan
merasakan manfaat yang tidak langsung pada bidang lainnya, seperti
lapangan pekerjaan. Contoh sederhana dari subsidi langsung adalah
pemberian uang tunai untuk pengusaha kecil agar bisa
mengembangkan bisnisnya. Dari bantuan tersebut, mereka bisa
merekrut pegawai yang lebih banyak agar bisa menghasilkan barang
yang lebih banyak dari biasanya.

11
2. Subsidi Tidak Langsung
Subsidi tidak langsung adalah suatu subsidi yang mempunyai nilai
moneter yang sudah ditentukan sehingga tidak akan melibatkan pengeluaran
secara aktual.
Kebijakan subsidi tidak tidak langsung ini meliputi berbagai kebijakan
penurunan harga produk barang atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat
luas. Artinya, masyarakat yang menjadi target penerima subsidi bisa membeli
suatu komoditas atau barang berada dibawah harga pasar. Kebijakan subsidi
tidak langsung ini umumnya digunakan pada bidang industri energi dan juga
pangan. Contoh sederhananya adalah pemerintah memberikan potongan harga
untuk bahan bakar minyak yang lebih dikenal dengan produk premium.
Premium sendiri adalah bahan bakar minyak yang disubsidikan oleh
pemerintah secara langsung. Dengan bahan bakar yang murah ini, diharapkan
pengeluaran masyarakat dalam melakukan mobilitas sehari-hari akan semakin
terbantu.
3. Subsidi Pemerintah
Ada banyak bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah di berbagai
belahan dunia. Di luar negeri misalnya, ada subsidi yang diberikan untuk
mendukung kesejahteraan dan untuk tunjangan pengangguran. Contoh subsidi
lain adalah subsidi suku bunga untuk pinjaman mahasiswa. Adanya subsidi ini
bertujuan mendorong masyarakat untuk melanjutkan pendidikan. Di Indonesia,
bentuk subsidi pemerintah juga cukup beragam. Beberapa contoh subsidi
langsung pemerintah adalah:
1. BLT (Bantuan Langsung Tunai)
2. Subsidi langsung seperti BPUM (BLT untuk pelaku UMKM)
3. Paket sembako bansos
4. Subsidi Kartu Indonesia Pintar
5. Kartu Indonesia Sehat.
Sementara itu subsidi tidak langsung yang diberikan pemerintah
contohnya adalah:
1. Subsidi BBM dan gas 3 kilogram
2. Subsidi pajak bagi para pelaku industri
3. Subsidi KPR rumah
4. Untuk sektor pertanian ada subsidi benih dan pupuk

12
5. Insentif untuk tagihan listrik dan masih banyak lagi

2.2.5 Manfaat dan Efek Buruknya Pelaksanaan Subsidi


• Dampak Positif Subsidi
Dalam memberlakukan subsidi, adapun dampak positif atau manfaat yang
diperoleh:
1. Meningkatkan kemampuan ekonomi, dengan adanya subsidi objek subsidi
dapat mengalami penurunan dalam harga dibawah atau setara dengan harga
keseimbangannya yang mana akan menjaga daya beli masyarakat.
2. Jika subsidi ditujukan untuk masyarakat yang berekonomi bawah atau tidak
mampu, tentunya akan membantu mereka memenuhi kebutuhan ekonominya
dengan harapan ekonomi mereka akan secara bertahap membaik.
3. Di sisi pelaku usaha, subsidi dapat mencegah kebangkrutan usaha mereka
karena subsidi harus tetap memandang keseimbang pasar dan meningkatkan
kualitas ekonominya di atas daya saing dari produk usaha dari luar negeri.
• Dampak Negatif Subsidi
Sedangkan dampak negatif dari adanya subsidi ialah:
1. Adanya kecenderungan ketika konsumen dapat membayar atas produk yang
disubsidi dibawah harga pasarnya, mereka akan melakukan pengeluaran
berlebihan ketimbang berhemat akan kenikmatan yang diterimanya. Jika ini
tidak diregulasi, subsidi akan menyebabkan ketidak efisienan dalam
distribusinya.
2. Penyimpangan harga, subsidi dapat menimbulkan penyimpangan harga karena
subsidi hanya bertujuan untuk program populis saja tanpa melihat efisiensinya,
target subsidinya atau orang yang berhak mendapatkan subsidi berpotensi tidak
dapat menikmatinya.
3. Mengganggu jalannya mekanisme pasar, dikarenakan subsidi memerlukan
biaya ekonomi yang sangat besar dan juga melumpuhkan pasar persaingan yang
akan merugikan pihak swasta.

2.3 Dumping
2.3.1 Definisi Dumping Menurut Para Ahli

13
Menurut Sumadji P. Yudha Pratama dan Rosita Dumping adalah
politik ekonomi yang dilakukan suatu negara untuk menjual hasil produksinya
di luar negeri dengan harga lebih murah daripada penjualan dalam negeri,
dengan tujuan menguasai pasaran luar negeri
Menurut Muhammad Ashri Dumping adalah bentuk persaingan
perdagangan yang curang yaitu dalam bentuk diskriminasi harga.

2.3.2 Definisi Dumping Secara Umum


Dumping adalah suatu kegiatan menjual barang di pasar internasional
dengan memasang harga yang lebih murah atau lebih rendah dari harga pasar
yang ada di dalam negeri. Dalam dunia perdagangan internasional tentu kita tau
adanya istilah eksportir dan importir.
Kegiatan dumping ini kerap kali dilakukan oleh pihak eksportir yang menjual
produk atau komoditasnya ke negara lain dengan harga yang lebih rendah, baik
itu di pasar dalam negeri importir ataupun eksportir. Eksportir adalah pihak
berupa badan usaha atau negara yang menjual produk atau komoditasnya ke
pasar luar negeri atau negara lainnya. Sedangkan importir adalah pihak yang
membeli produk atau komoditas dari luar negeri atau negara sahabatnya.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa berbagai negara yang sudah
tergabung dalam World Trade Organization (WTO) sudah menyetujui adanya
perdagangan bebas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa setiap hambatan yang
terjadi pada perdagangan internasional, baik itu dalam bentuk tarif ataupun
nontarif harus bisa ditiadakan, oleh karena itu, siap tidak siap atau mau tidak
mau setiap produsen harus menghadapi adanya persaingan di dalam negeri dan
di luar negeri. Karena, perdagangan bebas akan berefek pada lebih mudahnya
barang yang keluar dan masuk pada negara-negara yang sudah tergabung dalam
anggota WTO .
Ketatnya persaingan pasar seringkali menimbulkan kegiatan dumping yang
menjadi isu di dalam dunia perdagangan internasional. Kegiatan dumping ini
dianggap sebagai bentuk persaingan yang tidak sehat karena bisa
mengakibatkan kerugian pada industri dalam negeri yang menjadi tempat
kegiatan penjualan curang tersebut.
Dalam perjanjian yang disebut Agreement on Trade in Goods dan sudah
disetujui oleh negara-negara anggota WTO, memang tidak ada larangan dalam

14
kegiatan dumping ini. namun WTO melarang tindakan dumping yang
menimbulkan kerusakan,kerugian atau bahkan melemahkan industri domestik
negara pengimpor. Dari berbagai negara juga sudah menyetujui untuk berusaha
menanggulangi kegiatan dumping dengan cara mengaplikasikan Bea Masuk
Anti Dumping atau BMAD. BMAD bisa diaplikasikan jika kegiatan dumping
bisa memberikan dampak yang mampu merusak dan juga merugikan pasar
produsen pesaing pada negara pengimpor.

2.3.3 Tujuan Dumping


Praktik dumping dilakukan dengan berbagai motivasi dan juga tujuan.
Beberapa diantara tujuan dilakukannya praktik dumping tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Memperoleh keuntungan yang maksimal dengan adanya diskriminasi harga
dengan cara mengekspor ataupun menjual suatu produk ataupun komunitas pada
negara lain dengan memasang harga yang lebih rendah daripada harga produk
yang dijual pada negara eksportir ataupun importir.
2. Mencegah adanya penumpukan stok barang yang ada di pasar dalam negeri
karena kelebihan produksi, sehingga perlu melakukan ekspor atau dijual ke
negara lain dengan harga yang jauh lebih murah.
3. Melakukan monopoli pasar dengan cara melumpuhkan atau mematikan bisnis
kompetitor lain dengan cara merusak pasar dengan memasang harga produk yang
lebih murah, sehingga kompetitor menjadi tidak kuat secara modal dan strategi
kompetitor akan runtuh dengan sendirinya.
Dengan runtuhnya para kompetitor, maka pihak produsen bisa lebih menguasai
pangsa pasar sehingga akan lebih mudah dalam memasang harga, walaupun pada
awalnya mereka harus menerima kerugian dalam jangka waktu yang relatif
singkat.

2.3.4 Kerugian dan Keuntungan Praktik Dumping


• Keuntungan Praktik Dumping
Sebagai suatu strategi persaingan yang dianggap curang dan tidak sehat,
memang harus kita akui bahwa kegiatan dumping ini bisa memberikan
keuntungan dan kerugian. Beberapa keuntungan dari kegiatan dumping adalah
sebagai berikut:

15
1. Membantu Krisis Pangan Negara Lain
Untuk memenuhi keperluan produk ataupun komoditas antar negara.
Ada kalanya sebuah negara memang mengalami krisis produksi atau komoditas
tertentu, sehingga untuk bisa memenuhi ketersediaan produk dalam negeri harus
dilakukan kegiatan impor. Namun disisi lain, ada juga negara yang mengalami
kelebihan produksi suatu komoditas, sehingga mereka mampu memenuhi
kebutuhan pasar dalam negaranya dan juga pasar luar negeri dengan kegiatan
eksporJadi, tidak selamanya penjualan suatu komoditas ke pasar luar negeri
dengan memasang harga yang murah dianggap sebagai kegiatan yang negatif.
Adanya perbedaan pasar antar setiap negara importir dan eksportir mampu
memengaruhi harga jual komoditas yang lebih murah.
2. Memperluas dan Meningkatkan Pangsa Pasar
Dalam memperluas dan meningkatkan pangsa pasar, harus diakui bahwa
ada banyak sekali kompetitor di dalam sektor ekonomi, terlebih lagi jika ruang
lingkupnya sudah internasional. Hal tersebut akan menyebabkan persaingan
yang sangat ketat, sehingga usaha dalam menjangkau dan memperluas pasar
akan terasa makin susah.
Nah, kegiatan dumping ini mampu meningkatkan dan juga memperluas
pangsa pasar. Lebih rendahnya suatu harga produk yang ditawarkan pada pasar
luar negeri mampu menarik perhatian pihak importir untuk bisa terjun langsung
dalam kegiatan perdagangan internasional.
3. Menambah Pendapatan Devisa Bagi Negara Eksportir

16
Perlu digaris bawahi bahwa pembayaran suatu produk di dalam
perdagangan internasional dilakukan dengan menggunakan mata uang asing.
Kegiatan dumping yang mampu meningkatkan pangsa pasar ini mampu
meningkatkan pendapatan devisa ataupun mata uang asing yang didapatkan dari
negara asal eksportir.
• Kerugian Praktik Dumping
Walaupun harus diakui bahwa kegiatan ini memiliki keuntungan
tertentu, namun praktik dumping juga memiliki kerugian tersendiri. Kerugian
tersebut sebenarnya tidak hanya akan dirasakan oleh pihak importir saja, namun
juga dirasakan oleh pihak eksportir. Beberapa kerugian dari praktik dumping
adalah sebagai berikut:
1. Merusak Tatanan Harga Produk Sejenis
Rendahnya harga ekspor komoditas pada produk sejenis yang ada di
dalam negara importir bisa menimbulkan diskriminasi harga. Hal tersebut
pastinya bisa menimbulkan kerugian untuk negara importir.
2. Mematikan Produsen Kompetitor Lain
Kegiatan dumping yang dianggap sebagai bentuk persaingan yang tidak
sehat berpotensi memiliki tujuan untuk mematikan bisnis kompetitor yang ada
di dalam negeri ataupun luar negeri. Mereka berharap dengan memasang harga
yang lebih rendah dan dijual ke pasar internasional, mereka bisa mencuri pangsa
pasar tersebut.
3. Eksportir Berpotensi Mengalami Kebangkrutan
Kenyataanya, kerugian dari aktivitas dumping ini tidak hanya akan bisa
dirasakan oleh produsen kompetitor yang ada pada negara importir saja, namun
juga untuk pihak eksportir. Penjualan produk yang terlalu rendah justru akan
membuat pihak eksportir tidak akan sanggup untuk menutup biaya produksi
yang sebelumnya sudah dikeluarkan.

2.3.5 Jenis Politik Dumping


Dumping adalah tindakan curang guna merebut pasar negara lain. Nah,
berikut jenis-jenis dumping untuk dikenali lebih lanjut.
1. Persistent
Persistent dumping adalah sebuah tindakan memberi harga lebih murah

17
daripada harga dalam negeri secara terus menerus yang dimaksudkan untuk
menguasai pasar dalam jangka panjang.
2. Sporadic
Berbeda dengan persistent dumping, sporadic dumping adalah tindakan
diskriminasi harga yang dilakukan dalam jangka pendek karena ingin
menghabiskan stok produk.
3. Predatory
Sesuai namanya, predatory dumping adalah tindakan untuk memangsa pesaing
usahanya menggunakan pemberlakukan harga murah. Setelahnya, pelaku
predatory dumping akan menaikkan harga sesuai keinginannya ketika pesaing
sudah berhasil menyingkir dari pasar.
4. Reverse
Reverse dumping adalah diskriminasi harga yang dapat dilakukan pada produk
bersifat inelastis (permintaan cenderung tidak berubah ketika harga berubah) di
pasar luar negeri. Kata reverse merujuk pada pemberlakukan harga yang lebih
tinggi di pasar luar negeri dan harga rendah untuk pasar lokal.

2.3.6 Peraturan di Indonesia Tentang Praktik Dumping


Pada dasarnya, Indonesia sendiri memang sudah melarang praktik
dumping, hal ini tertuang pada Undang-undang N0 5 pada tahun 1999.
Indonesia melarang praktik ini agar bisa menciptakan suatu persaingan yang
lebih sehat dan adil. Pihak importir juga tidak boleh mempermainkan harga
semaunya, karena penetapan harga jual pada produk ekspor harus bisa
disesuaikan dengan ketentuan yang sudah berlaku. Selain itu, larangan praktik
dumping ini juga dilakukan agar bisa menjaga stabilitas harga produk sejenis,
baik itu di pasar dalam negeri ataupun luar negeri.
Walaupun termasuk dalam sektor ekonomi, tapi kegiatan dumping di dalam
perdagangan internasional juga memiliki nuansa politis tertentu. Berbagai
negara yang melakukan praktik curang ini biasanya ingin menguasai pangsa
pasar luar negeri, mencapai target penjualan, dan menghindari penimbunan
suatu barang atau cuci gudang. Menurut mereka, menjual barang dengan harga
yang jauh lebih murah akan mampu memberikan keuntungan yang lebih banyak
daripada hanya menimbunnya saja dan tidak bisa dijadikan uang. Beberapa
negara lainnya yang pernah melakukan kegiatan dumping ini adalah Jepang,

18
Singapura, dan juga China. Tapi, apapun alasan dilakukannya praktik dumping,
dalam dunia perdagangan internasional praktik ini bukanlah suatu tindakan
yang bisa dibenarkan. Karena selain bisa menyebabkan kerugian, dumping juga
bisa merusak tatanan harga di pasar dalam negeri dan luar negeri. Selain itu,
dumping juga bisa memicu adanya persaingan yang tidak adil dan tidak sehat.

2.3.7 Contoh Negara yang Melakukan Praktik Dumping


Dugaan praktik dumping ini pernah terjadi di dalam perdagangan yang
dilakukan oleh pihak Indonesia dengan pihak Korea Selatan. Negara Korea
Selatan mengklaim bahwa Indonesia sudah melakukan praktik dumping dalam
hal penjualan produk kertasnya. Kasus dugaan dumping tersebut berawal saat
produsen kertas asal Korea Selatan tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan
kertas dalam negeri sehingga harus melakukan impor dari negara Indonesia.
Nah, produk kertas asal Indonesia ternyata lebih banyak digemari
daripada produk dalam negeri, karena kualitasnya lebih bagus dan harganya
juga lebih murah. Oleh karena itulah Korea Selatan mengklaim Indonesia
melakukan praktik Dumping. Untuk bisa menanggulanginya, maka saat itu
Korea Selatan menerapkan tarif BMAD yang sangat mahal sehingga akan
merugikan pihak eksportir dari Indonesia.
Indonesia pun tidak tinggal diam dan melakukan pengajuan gugatan ke
mahkamah internasional. Indonesia berhasil memenangkan sengketa anti-
dumping dalam keputusan panel ini. Dimana fakta dilapangan membuktikan
bahwa marjin dumping yang dilakukan Indonesia.
2.4 Kasus Kebijakan Non Tarif (Kuota Impor)
ANALISIS DAMPAK PEMBATASAN KUOTA IMPOR TERHADAP PT GREAT GIANT
LIVESTOCK
PT Great Giant Livestock merupakan salah satu perusahaan yang berkonsentrasi pada
sapi impor yang kemudian dipasarkan di Indonesia. Kegiatan bisnis dari PT Great Giant
Livestock adalah mendatangkan sapi dari Australia dengan jenis Brahman cross (Bx) dan
menjualnya kepada para costumer di seluruh sumatera dan jabodetabek. PT Great Giant
Livestock sangat tergantung akan keberadaan dari sapi impor di Indonesia. Hal ini dikarenakan
sapi impor merupakan objek utama dari kegiatan bisnis dari PT Great Giant Livestock,
meskipun perusahaan ini juga memiliki kegiatan penggemukan pada sapi lokal.
Ketergantungan PT Great Giant Livestock akan keberadaan sapi impor tentu tidak lepas dari

19
peranan pemerintahan yang memiliki andil dalam setiap kegiatan perdagangan internasional.
Setiap kegiatan impor ataupun ekspor tentu akan berhubungan dengan pemerintah, baik itu
pemerintah home country maupun host country (Government to Company).
Pada tahun 2011 pemerintah menetapkan kebijakan pembatasan kuota impor sapi
dalam rangka rencana swasembada daging nasional (PSDS 2014). Hal ini yang kemudian
mempengaruhi kinerja perusahaan - perusahaan yang berkonsentrasi pada sapi impor, termasuk
PT Great Giant Livestock. Pembatasan kuota impor sapi tentu akan menguras keberadaan atau
produksi dan pasar sapi impor yang ada di Indonesia. Populasi Sapi Kebijakan pembatasan
kuota impor sapi yang ditetapkan kementrian perdagangan tentu mempengaruhi populasi sapi
pada perusahaan Great Giant Livestock. Keberadaan sapi impor yang semakin menipis dari
tahun ke tahun menjadikan perusahaan semakin tertekan oleh adanya kebijakan tersebut
Data populasi PT Great giant Livestock menyebutkan bahwa terjadi penurunan populasi dari
tahun 2011 hingga 2013 baik untuk sapi impor maupun lokal.
Tabel 2 Populasi Sapi PT Great Giant Livestock 2010-2013
Jenis Sapi Impor (Brahmana Sapi Lokal (PO)
Sapi Cross)
Tahun
2010 23.500 ekor 2500 ekor
2011 15.300 ekor 1700 ekor
2012 15.300 ekor 1700 ekor
2013 11.700 ekor 1300 ekor
Sumber : Arsip GGLC 2014 (data diolah)
Sapi Masuk (Impor)
Sapi masuk atau impor adalah komponen atau objek yang terkena dampak paling
signifikan. Kebijakan pemerintah yang membatasi kuota impor secar otomatis membuat
pemasukan sapi PT Great Giant Livestock mengalami penurunan drastis dan dapat diasumsikan
bahwa nantinya akan terjadi penurunan profit atau target perusahaan karena perusahaan Great
Giant Livestock sangat tergantung pada penjualan dan keberadaan sapi impor. Penurunan profit
dan tidak tercapainya target perusahaan kemudian membuat kinerja perusahaan secara
menyeluruh mengalami penurunan, baik sarana prasarana ,usaha, tenaga kerja, hingga
panjualan dan pasar PT Great Giant Livestock.
Jumlah Sapi Masuk atau Impor PT Great Giant Livestock 2013
Bulan Jumlah Sapi Masuk/Impor (Ekor)

20
Tahun 2010 2011 2012 2013
Jumlah 60.000 50.000 17.000 15.000
Sumber : Marketing GGLC 2013
Dari tabel 2 dijelaskan bahwa terjadi penurunan drastis paska penetapan kebijakan
pembatasan kuota impor dari tahun 2011 hingga 2013. Pada tahun 2011, data menyebutkan
bahwa jumlah sapi impor yang masuk PT Great Giant Livestock mengalami penurunan sebesar
7% dari penjualan tahun 2010. Memasuki tahun 2012 dan 2013 angka penurunan sapi impor
kembali mengalami penurunan hingga mencapai 40 % dibanding pada tahun 2010 dimana
kebijkaan pembatsan kuota impor belum di tetapkan pada tahun 2010. Selisih jumlah sapi
impor yang mencapai angka 45.000 ekor dari tahun 2010 hingga 2013 tentu membuktikan
bahwa kebijakan pembatasan impor sangat memiliki dampak bagi pemasukan sapi PT Great
Giant Livestock.
Semakin minimnya sapi yang masuk ,tentu juga membuat perusahaan untuk membatasi
sisi penjualannya agar tidak terjadi kelangkaan sapi impor. Hal inilah yang membuat para
konsumen dan para petani merubah konsentrasi bisnis mereka pada sapi lokal. Keterbatasan
sapi impor dan ketersediaan sapi yang tidak menentu atau pasti ditambah semakin sulitnya
mendapatkan atau membeli sapi impor dari Feedloot yang tersedia adalah permasalahan yang
kemudian membuat pasar sapi impor semakin berkurang.

Pokok permasalahan
1. Dampak Pembatasan Kuota Impor bagi PT Great Giant Livestock
2. Dampak kebijakan Kuota terhadap selera konsumen
3. Dampak Kebijakan Kuota terhadap Ekspor Sapi Lokal

Pembahasan:
1. Dampak Pembatasan Kuota Impor bagi PT Great Giant Livestock
Dari latar belakang perusahaan yang bergerak di bidang penjualan daging sapi, PT
Great Giant Livestock sangat bergantung pada daging sapi impor yang berasal dari Australia
(Brahmana Cross) yang cenderung memiliki kualitas daging yang tinggi karena sudah diakui
oleh berbagai negara dan memiliki sistem peternakan yang baik serta system keamanan ternak
yang terjaga. Hal ini lah yang menjadi salah satu keunggulan dari produksi daging sapi oleh
PT Great Giant Livestock. Namun, angka impor yang dilakukan PT Great Giant Livestock
terbilang cukup tinggi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah terhadap pasar sapi
lokal yang kalah saing dari sapi impor. Untuk mengatasi kekhawatiran ini, pemerintah

21
mengeluarkan kebijakan pembatasan kuota impor. Dampak yang timbul dari kebijakan ini
adalah jumlah produksi PT Great Giant Livestock yang menurun akibat bahan baku yang
terbatasi. Karena produksi yang menurun, penjualan dari PT Great Giant Livestock juga ikut
menurun. Akibatnya pendapatannya juga menurun sehingga biaya tetap yang di keluarkan
lebih besar dari total pendapatan yang diperoleh. Karena itu PT Great Giant Livestock
melakukan kebijakan pengurangan karyawan yang mendorong naiknya angka pengangguran.
2. Dampak Kebijakan Kuota terhadap selera konsumen
Selera konsumen yang sudah lama mengonsumsi daging sapi impor, membuat
konsumen enggan untuk mengonsumsi daging sapi lokal. Alasan yang kebanyakan
disampaikan adalah system peternakan sapi lokal yang kurang higienis dan kurang terjaga
keamanannya. Hal ini mengakibatkan kuantitas daging sapi lokal sangat sedikit beredar di
pasaran. Para peternak sapi lokal yang mengandalkan sektor ini, sangat bergantung kepada
campur tangan pemerintah dalam pasar daging sapi. Kebijakan kuota yang dikeluarkan
pemerintah berdampak positif bagi para peternak sapi lokal karena berpotensi menaikkan
jumlah penjualan sapi mereka. Sedangkan untuk selera konsumen, harus beralih pada konsumsi
daging sapi lokal. Untuk mengatasi kendala keraguan konsumen terhadap kualitas daging sapi
lokal, sudah menjadi tugas pemerintah untuk berkontribusi dalam mengembangkan peternakan
sapi lokal supaya produk hasil daging sapi lokal tidak kalah saing dari kualitas sapi impor.
3. Dampak Kebijakan Kuota terhadap Ekspor Sapi Lokal
Tujuan utama kebijakan pembatasan kuota impor adalah untuk melindungi produk
dalam negeri atau produk lokal. Kebijakan kuota impor daging sapi sangat berpengaruh bagi
peternakan sapi lokal. Campur tangan pemerintah dalam pengembangan kualitas daging lokal
juga sangat berpengaruh agar daging sapi lokal ini dapat diminati oleh konsumen dan keraguan
konsumen akan kualitas daging sapi lokal dapat hilang sehingga produksi sapi lokal meningkat,
dan bahkan berpotensi menjadi daging sapi yang di ekspor keluar negeri.
Solusi :
1. Dampak Pembatasan Kuota bagi PT Great Giant Livestock
Dalam mengatasi pembatasan kuota impor daging sapi, PT Great Giant Livestock harus
mengalihkan bahan baku produksi mereka ke produk daging sapi lokal agar produksi tetap
berjalan dan bisa memulihkan pendapatan yang sempat menurun akibat kebijakan pambatasan
kuota. Sumber daya manusia PT Great Giant Livestock juga dapat bekerja kembali dan tidak
menimbulkan pertambahan angka pengangguran. Kebijakan pemerintah untuk
mengembangkan ternak sapi lokal juga menjadi tumpuan utama agar produksi dari PT Great
Giant Livestock tetap berjalan dengan bahan baku daging sapi lokal.

22
2. Dampak Kebijakan Kuota terhadap selera konsumen
Selera konsumen terhadap daging sapi yang dulu nya berkiblat pada daging sapi impor,
harus beralih ke daging sapi lokal dalam rangka mendukung produk lokal agar bisa
berkembang di pasaran. Dukungan dari pada konsumen dengan cara mengonsumsi produk
daging sapi lokal mendorong jumlah produksi daging sapi dan meningkatkan jumlah produksi
yang bisa berpotensi sebagai daging sapi ekspor.
3. Dampak Kebijakan Kuota terhadap Ekspor daging sapi lokal
Campur tangan pemerintah dalam mengintervensi kuota daging sapi impor berdampak
baik bagi tingkat ekspor daging sapi lokal. Dengan memberikan perlindungan terhadap
produksi daging sapi lokal membuat produksi daging sapi lokal meningkat dan mengurangi
dampak ketergantungan terhadap daging sapi impor. Oleh karena itu kebijakan pembatasan
kuota bagi ekspor daging sapi lokal sangat berdampak baik bagi peternak sapi lokal.
Kesimpulan :
Kebijakan non-tarif berbentuk pembatasan kuota impor memiliki 2 dampak yang
diakibatkan bagi perekenomian suatu negara. Kebijakan ini dapat berdampak positif bagi
produk daging sapi lokal yang akan meningkatkan ekspor daging lokal dan menambah devisa
negara. Namun, dibalik itu bagi perusahaan yang mengandalkan produk impor dapat
mengakibatkan kelumpuhan produksi karena bahan baku yang terbatasi. Oleh karena itu
kebijakan pemerintah untuk mengatasi hal in sangat diperlukan agar perkonomian dalam negeri
dapat terlindungi dan perusahaan yang mengandalkan sektor impor masih dapat beroperasi
dengan baik.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan non-tarif berbentuk pembatasan kuota impor memiliki 2 dampak yang
diakibatkan bagi perekenomian suatu negara. Kebijakan ini dapat berdampak positif bagi
produk daging sapi lokal yang akan meningkatkan ekspor daging lokal dan menambah
devisa negara. Namun, dibalik itu bagi perusahaan yang mengandalkan produk impor dapat
mengakibatkan kelumpuhan produksi karena bahan baku yang terbatasi. Oleh karena itu
kebijakan pemerintah untuk mengatasi hal in sangat diperlukan agar perkonomian dalam
negeri dapat terlindungi dan perusahaan yang mengandalkan sektor impor masih dapat
beroperasi dengan baik. Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-
barang yang masuk dari luar negeri. Akibat dari kebijakan kuota dan pembatasan impor
biasanya akan terjadi, yaitu jumlah barang di pasar turun, harga barang naik, produksi
dalam negeri meningkat, dan impor barang turun.
Tujuan Kouta Impor ialah pemerintah berusaha untuk melindungi industri dalam
negeri dengan membatasi kuantitas impor. Produsen di negara mitra mungkin menerapkan
praktik perdagangan yang tidak adil. Produsen asing mungkin dengan sengaja mencoba
memaksa produsen dalam negeri kalah bersaing. Mereka menjual harga di bawah harga

24
pasar domestik. Sebagai akibatnya, produk impor mulai menggeser posisi produk
domestik. Arti kata subsidi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bantuan uang
dan sebagainya kepada yayasan, perkumpulan dan sebagainya (biasanya dari pihak
pemerintah). Secara umum pengertian subsidi merupakan suatau pemberian uang dari
pemerintah yang dimaksudkan untuk membantu dan mempergiat pekembangan usaha
kelompok tani yang dianggap penting sekali bagi kepentingan umum dan yang tidak
sanggup berjalan tanpa bantuan pemerintah. Dumping adalah suatu kegiatan menjual
barang di pasar internasional dengan memasang harga yang lebih murah atau lebih rendah
dari harga pasar yang ada di dalam negeri. Dalam dunia perdagangan internasional tentu
kita tau adanya istilah eksportir dan importir.

3.2 Saran
3.2.1 Saran Bagi Mahasiswa
Saran yang dapat diambil dalam paper bagi mahasiswa yaitu mahasiswa dapat
mengetahui serta memahami bagaimana pentingnya kegiatan kebijakan ekonomi
internasional dan sehingga dapat mengimplemansikan pengelolaan dan taat cara
penerapannya dalam perdagangan Internasional.
3.2.2 Saran Bagi Masyarakat
Saran yang dapat diambil dalam paper bagi masyarakat yaitu masyarakat dapat
mengetahui serta memahami bagaimana pentingnya kebijakan ekonomi Internasional
dan sehingga dapat mengimplementasikan pengelolaan dan tata cara serta
penerapannya dalam perdagangan Internasional.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nasrudin. 2022. Kuota Impor. https://cerdasco.com/kuota-impor/

Cahya Dicky Pratama, Serafica Gischa. 2020. Hambatan Perdagangan Internasional: Kuota
Impor. https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/12/110000469/hambatan-perdagangan-
internasional--definsi-kuota-dan-jenisnya

Santika, Ana Ahira. 2015.Pengertian Dumping. (online). Dapat di akses pada laman;
http://www.anakunhas.com/2011/05/pengertian-dumping.html. Diakses pada tanggal 30 Sep
2022.

Danny. 2012 Analisa Politik Dumping (online). Dapat diakses pada laman;
http://makalah8.blogspot.com/2012/09/contoh-analisa-politik-dumping.html. Diakses pada
tanggal 30 Sep 2022.

Raditya Wardana(2020).Subsidi

26

Anda mungkin juga menyukai