Anda di halaman 1dari 13

KREDIT SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL

UNTUK MENGATASI INFLASI

MAKALAH

Oleh:
1. Janice Belinda
2. Michele Pranata
3. Nathanael steve
4. Stefano Gracia

SMA XAVERIUS LUBUKLINGGAU


Jl. Tapak Lebar II No. 449 Telp. 073332210 Kel. Sidoarjo
Lubklinggau Barat 1 Pos 31616 Lubuklinggau Sumatera Selatan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kredit Sebagai Kebijakan
Fiskal Untuk Mengatasi Inflasi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas guru pada mata
pelajaran ekonomi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Kredit Sebagai Kebijakan Fiskal Untuk Mengatasi Inflasi” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak selaku guru mata pelajaran ekonomi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kamia nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau, 27 September 2022

Penulis

i
ABSTRAK

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebagai kebijakan fiskal untuk
mengatasi inflasi. Yang memeperlihatkan hubungan antara intrumen kebijakan fiskal dengan
kredit perbankan dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dewasa ini krisis ekonomi
merupakan sebuah ancaman bagi kehidupan ekonomi bangsa. Inflasi yang tinggi akibat krisis
menurunkan kualitas hidup masyarakat. Krisis ekonomi dan inflasi merupakan hal yag tidak
dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena krisis ekonomi dan inflasi merupakan hasil dari
kegiatan ekonomi global. Ketimpangan pada sebuah negara dapat menyebabkan ketimpangan
pada negara lain sehingga tidak jarang menimbulkan efek domino. Oleh sebab itu jalan yang
dapat ditempuh pemerintah adalah dengan menjaga kestabilan perekonomian agar tidak
terjeremus terlalu dalam ketika krisis terjadi.
Dalam rangka menanggulangi dampak-dampak negatif dari inflasi, pemerintah ikut
mengambil andil dalam menciptakan kestabilan dalam sistem perekonomian negara melalui
penetapan berbagai kebijakan untuk menanggulangi dampak negatif inflasi. Kebijakan tersebut
terbagi menjadi kebijakan fiskal yang berperan dalam penetapan besaran pengeluaran pemerintah
dan pajak, sementara kebijakan moneter berperan untuk mengendalikan jumlah uang beredar
melalui penetapan tingkat suku bunga. Perkembangan ekonomi suatu negara, termasuk pula di
Indonesia tentu tidak terlepas dari kebijakan fiskal yang ditempuh oleh setiap negara yang
bersangkutan. Tetapi kebijakan fiskal yang ditempuh berbeda-beda oleh setiap negara
bergantung kepada kondisi ekonomi riil, arah, dan tujuan pembangunan yang hendak dicapai.
Pengelolaan kebijakanmoneter dan fiskal pada prinsipnya bertujuan untuk menjaga tingkat
inflasi dengan cara mengatur peredaran uang dan suku bunga yang cenderung semakin
bertambah di masyarakat.

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
ABSTRAK...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.1 Tujuan............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
II. PEMBAHASAN...................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Kredit ............................................................................................. 2
2.1.1 Jenis-Jenis Kredit .................................................................................... 3
2.1.2 Tahapan Pengajuan Kredit dan Syarat...................................................... 3
2.2 Kebijakan fisikal............................................................................................... 4
2.2.1 Hubungan Kebijakan Fiskal dan Kredit.................................................... 4
2.3. Kebijakan Fisikal dalam Mengatasi Inflansi ...................................................... 6
III. PNUTUP.................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank menjadi penyedia dana dan penyalur dana bagi masyarakat melalui pinjaman,
pemenuhan dana melalui pinjaman relatif lebih mudah dan cepat dibandingkan dari modal
sendiri, selama memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan oleh bank. Kelancaran pemberian
kredit sangatlah tergantung pada peranan bank itu sendiri maupun kesadaran dari pihak nasabah
untuk menyelesaikan kreditnya sebagaimana yang telah disepakati. Pinjaman dana dari pihak
perbankan memiliki beban bunga yang harus dibayar.
Besarnya beban bungan ini tergantung dari kebijakan kreditur sebagai pemberi pinjaman,
jangka waktu pinjaman, jaminan, dan faktor lainnya. Dengan adanya prosedur pemberian kredit
yang efisien dan efektif diharapkan dapat terpenuhinya kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh
perusahaan maupun masyarakat luas. Penggunaan kredit tergantung pada bentuk usaha debitur
bank tersebut.
Kedudukan kredit yang diperlukan menjadi sangat istimewa terutama bagi bank-bank yang
ada di negara-negara berkembang (Handayani, 2009), posisi istimewa tersebut menjadi alasan
bagaimana kredit juga mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Kredit
perbankan memiliki peran penting dalam pembiayaan perekonomian nasional dan merupakan
motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan kredit memungkinkan rumah tangga
untuk melakukan konsumsi yang lebih baik dan memungkinkan perusahaan untuk melakukan
investasi yang tidak bisa dilakukan dengan dana sendiri. (Utari dan Arimurti, 2012).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian kredit
2. Uuntuk mengetahui bagaimana kebijakan fisikal untuk mengatasi inflansi
1.3. Rumusan Masalah
1. Apa itu kredit ?
2. Bagaimana manfaat, tujuan, dan fungsi dari kebijakan fisikal dalam mengatasi inflansi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari kata credere yang artinya ”kepercayaan”. Tujuan kredit dari pihak bank
adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat peminjam
dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bunga tanpa dikuatirkan oleh
adanya kredit macet. (Rimsky , 2002). Sejalan apa yang tertulis dalam UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 (UU Perbankan)
mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga (Ginting, 2005). Kredit sendiri memiliki banyak keterkaitan dalam
hubungannya dengan beberapa variabel dari sektor moneter. Penelitian ini juga menggunakan
beberapa variabel kontrol yang digunakan. Terdapat jumlah uang beredar (JUB), suku bunga
(interest rate), serta nilai tukar (official exchange rate). Dalam masyarakat pemerintah dan pelaku
usaha kredit memiliki beberapa fungsi yakni, kredit dapat meningkatkan daya guna daru modal,
dapat meningkatkan daya guna suatu barang, sebagai alat stabilitas ekonomi, sebagai jembatan
untuk meningkatkan pendapatan nasional, dapat memajukan arus tukar menukar barang-barang
dan jasa-jasa, dapat mengaktifkan pembayaran yang ideal, menciptakan alat pembayaran yang
baru, dan sebagai alat pengendali harga.
selain memiliki fungsi kredit juga memiliki tujuan yakni, Profitability bertujuan untuk
memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga dan
Safety adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin
sehingga profitability dapat benar – benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.

2.1.2. Jenis-Jenis Kredit


1) Kartu Kredit (Credit Card)
Kartu kredit ini banyak jadi primadona masyarakat karena pengajuannya paling mudah.
Tidak diperlukan jaminan apapun saat mengajukan kartu kredit. Dan plafon pinjaman yang
disediakan juga beragam.

2
2) Kredit Tanpa Agunan
Hampir sama seperti kartu kredit. Bedanya kartu kredit memberikan kita pinjaman atas
survey dan pertimbangan profesi kita, maka Kredit Tanpa Agunan (KTA) biasanya
surveinya tidak mendetail seperti kartu kredit. KTA memiliki bunga lebih tinggi daripada
kartu kredit. Tapi KTA ini plafonnya bisa lebih tinggi daripada kartu kredit.
3) Kredit Usaha Rakyat (KUR)
KUR adalah jenis pinjaman yang diberikan kepada nasabah khusus bagi yang memiliki
usaha. Syarat mengajukan KUR adalah usaha Anda layak untuk didanai dan Anda memiliki
jaminan yang cukup untuk diagunkan oleh bank. Jika permohonan kredit Anda disetujui,
maka surat jaminan Anda akan disimpan oleh bank. Jika Anda tidak mampu melunasi alias
kena kredit macet, maka jaminan Anda yang akan dilelang oleh bank untuk melunasi sisa
hutang Anda.

4) Kredit Multiguna
Kredit multiguna adalah gabungan antara KUR dengan kredit lain yang berfungsi untuk
mendanai pembelian barang bergerak atau tidak bergerak seperti mobil untuk usaha atau
pembelian ruko untuk kantor.
5) Kredit Investasi
Kredit investasi ini ditujukan juga khusus bagi pelaku usaha. Namun jangka waktu
pengembaliannya lebih lama (bisa mencapai 10 tahun). Plafon yang dipinjamkan juga lebih
banyak dan berfungsi sebagai investasi usaha, seperti untuk menyewa toko, membeli kantor,
dan sebagainya.
6) Kredit Rekening Koran (KRK)
Kredit rekening Koran juga salah satu jenis kredit yang membutuhkan agunan/jaminan.
Bedanya dengan kredit-kredit lainnya, nasabah yang meminjam dengan jenis KRK hanya
diwajibkan membayar bunga pinjaman dari jumlah uang yang dipinjam/ditarik. Pokok
pinjamannya boleh dilunasi di akhir pelunasan.
Selain jenis kredit analisis penyaluran kredit juga menerapkan prinsip analisa 5C yang meliputi
Character (Watak), Capacity(Kemampuan), Condition(kondisi ), Collateral (jaminan), dan
Capital (modal).

3
2.1.3. Tahapan Pengajuan Kredit dan Syarat
Proses pengajuan kredit bisa diajukan secara tertulis dengan mengisi formulir dan
melengkapi berkas yang dibutuhkan. Berkas harus lengkap, benar dan akurat, dan dalam banyak
kasus salah satu berkas yang sering disepelekan adalah dokumen nomor pokok wajib pajak
(NPWP). NPWP penting bagi bank untuk mengecek kondisi keuangan pemohon kredit. Dalam
laporan pajak terlihat kondisi kekayaan seseorang dan pajak yang dia bayarkan sehingga kalau
pinjam dalam jumlah besar tapi ternyata suka ngemplang pajak, bukan tidak mungkin cicilan
juga dikemplang. Bank bisa cross check laporan NPWP dan berkas tidak pengajuan kredit yang
diajukan.
Salah satu berkas yang penting untuk dianalisa adalah laporan keuangan bagi debitur
perusahaan atau slip gaji utnuk debitur perorangan. Dokumen ini penting sebagai bukti konkret
bagi analis untuk melakukan perhitungan secara terstruktur. Laporan ini penting saat analis
melakukan cross check terhadap kondisi keuangan pemohon. Setelah semua berkas masuk dan
apabila permohonan kredit dinilai layak, maka pihak bank akan melakukan pengumpulan data
lapangan baik menyangkut data pribadi maupun reputasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
bisnis calon debitur.

2.2. Kebijakan fisikal


Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja negara
yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, kebijakan fiskal bukan hanya
kebijakan perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana mengelola pemasukan dan
pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian. Kebijakan fiskal juga dapat diartikan
sebagai perencanaan perpajakan dan pengeluaran pemerentah agar membantu pemerintah
mengurangi atau menambah lingkaran bisnis dan memberikan kontribusi kearah pencapaian
pertumbuhan, kesempatan kerja penuh dan bebas dari bahaya inflasi yang tinggi. Kebijakan fis-
kal dalam kerjasamanya dengan kebijakan moneter mempunyai tujuan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi dengan kesempatan kerja penuh dan juga stabilitas harga-harga
komoditas.
Dalam perekonomian negara berkembang selalu terdapat ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran dari sektor riil. Dengan bertambahnya injeksi daya beli ke dalam
perekonomian, permintaan meningkat tetapi penawaran relatif tetap karena kekakuan struktural,

4
ketidaksempurnaan pasar. Ini menyebabkan kenaikan harga yang inflasioner (Jhingan, 2003).
Selain dampak pengeluaran pemerintah terhadap output, aspek lain yang penting adalah masalah
sinkronasi kebijakan fiskal dengan siklus bisnis perekonomian. Idealnya, kebijakan fiskal
memiliki sifat sebagai automatic stabilizer perekonomian. Artinya, dalam kondisi perekonomian
sedang mengalami ekspansi, maka pengeluaran pemerintah seharusnya berkurang atau
penerimaan pajak yang bertambah. Sebaliknya jika perekonomian sedang mengalami kontraksi,
ke bijakan fiskal seharusnya ekspansif melalui peningkatanbelanja atau penurunan penerimaan pajak,
dengan demikian automatic stabilizer kebijakan fiskal masyarakat adanya fungsi countercyclical dari ke-
bijakan fiskal (Surjaningsih dkk, 2012). Salah satu tujuan dari kebijakan fiskal adalah untuk
menanggulangi inflasi yang terjadi di negara berkembang.

2.2.1. Hubungan Kebijakan Fiskal dan Kredit


Dalam kaitannya hal-hal diatas menunjukkan bagaimana pemerintah dalam menentukan
kebijakan fiskal akan memepengaruhi peningkatan penyaluran kredit pada masyarakat. Hal
pertama yang bisa dikaitkan adalah bagaimana beban pajak menjadi menjadi bahan
pertimbangan perbankan untuk mengeluarkan kredit serta bagaimana tetap mempertahankan
keuntungannya. Salah satu cara bank mempertahankan atau meningkatkan keuntungan adalah
dengan menggeser beban pajak dengan meminta suku bunga lebih tinggi, akan tetapi hal ini
beresiko pada merosotnya permintaan kredit atau meningkatnya NPL pada bank. Hal ini bisa
bergerak pada dua sisi, ketika misal jika debitur adalah sebuah perusahan maka mereka akan
mencoba menggeser beban pinjaman dan pajak mereka pada kosumen. Itu bisa saja tetap akan
mempertahankan jumlah penyaluran kredit.
Hal sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh peneliti lain, dimana beban pajak akan
mempengaruhi pergeseran pada suku bunga pinjaman perbankan (Albertazzi dan Gambacorta,
2006). Seperti apa yang sudah dijelaskan pada latar belakang, hal-hal tentang pajak dan pinjaman
bisa berpengaruh melalui sisi permintaan dan penawaran. Permintaan kredit pada sisi debitur
dengan mempertimbangkan pendapatannya setelah dipotong pajak, hal itu memberatkan dibitur
untuk mengambil kredit karena resiko untuk bisa melunasinya semakin berat. Hal yang sama
dilihat oleh sisi penawaran dimana bank akan berpikir ulang untuk melepas investasi kredit pada
debitur yang pendapatannya kecil atau saving yang diterima sedikit karena hal ini bisa bersiko
pada NPL.

5
Dalam pendekatan Keynes, kebijakan fiskal dapat menggerakkan perekonomian karena
peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak mempunyai efek multiplier dengan
cara menstimulasi tambahan permintaan untuk barang konsumsi pada rumah tangga. Dalam teori
yang dikemukakan oleh Collin Clark, hipotesis tentang batas kritis perpajakan. Toleransi tingkat
pajak dan pengeluaran pemerintah diperkirakan kurang dari 25 persen dari GNP, meskipun
anggaran belanja pemerintah tetap seimbang. Dikatakan bahwa jika kegiatan sektor pemerintah,
yang diukur dengan pajak dan penerimaan-penerimaan lain, melebihi 25% dari total kegiatan
ekonomi, maka yang terjadi adalah inflasi (Prasetya, 2012). Maksudnya adalah kebijakan untuk
mengenakan pajak lebih tinggi akan mengurangi gairah untuk bekerja, hal ini berimbas pada
penurunan produktivitas dan akan megurangi penawaran agregat dan sisi lain pengeluaran
pemerintah yang tinggi akan berimbas pada permintaan agregat yang tinggi.
Hal itu menjadi acuan bagi produsen untuk meningkat produksi untuk memenuhi
permintaan dari sisi kosumen. Stimulus modal melalui kredit perbankan menjadi salah satu cara
untuk menambah produksi memenuhi permintaan agregat tersebut agar tujuan dari pemerintah
untuk meningkatkan output bisa tercapai. Hal-hal tersebut harusnya bisa menjadi acuan untuk
produsen meningkatkan produktivitasnya dengan menambah modal yang bisa melalui pinjaman
modal dari kreditur. Atau dengan sendirinya permintaan agregat yang terus meningkat oleh
konsumen akan mendorong atau menekan produsen untuk meningkatkan produksinya.

2.3. Kebijakan Fisikal dalam Mengatasi Inflansi


Kenaikan harga barang secara umum disebut sebagai inflasi. Apabila kenaikan terjadi
hanya pada beberapa barang tertentu saja maka peristiwa tersebut tidak dapat dikategorikan
sebagai inflasi (Direktorat Penyusunan APBN, 2014:78). Menurut Nugroho (2012) inflasi terjadi
akibat kelebihan jumlah uang ya ng beredar di masyarakat sehingga harga barang mengalami
kenaikan dan daya beli masyarakat menurun karena berkurangnya pendapatan riil masyarakat.
Inflasi disebabkan oleh kenaikan permintaan, bertambahnya biaya produksi, dan berlebihnya
jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal-hal tersebut dapat bersumber dari dalam Indonesia
sendiri atau pun dari luar Indonesia (inflasi kiriman). Untuk menanggulangi permasalahan
ekonomi yang disebabkan oleh inflasi, pemerintah menerapkan kebijakankebijakan untuk
menekan laju inflasi yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

6
Menurut Kurniawan (2010) kebijakan fiskal merupakan tindakan pemerintah dalam bidang
anggaran belanja negara untuk memengaruhi jalannya perekonomian yang meliputi penerimaan
atas pajak, pengeluaran pemerintah, dan transfer pemerintah.
Pengertian serupa juga dikemukakan oleh Salmon (2015) Ia berpendapat bahwa kebijakan
fiskal (fiscal policy) adalah kebijakan atau pemilihan instrumen yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam bidang penerimaan serta pengeluaran pemerintah. Dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal merupakan pemilihan instrumen yang diambil
pemerintah dalam bidang penerimaan dan pengeluaran negara meliputi penerimaan pajak,
pengeluaran pemerintah, dan transfer pemerintah.
Secara garis besar kebijakan fiskal memiliki 3 fungsi, yaitu fungsi alokasi, distribusi dan
fungsi stabilitas (Putrapradhana, 2012). Fungsi alokasi bertujuan untuk mengalokasikan dan
mengatur faktor-faktor produksi yang telah ada agar dapat digunakan secara maksimal. Fungi
distribusi mengatur pemerataan pendapatan negara, sedangkan fungsi stabilitas berfungsi untuk
menjaga kestabilan tingkat harga barang kebutuhan pokok, pertumbuhan ekonomi, dan
kesempatan kerja. Dalam hubungannya dengan tingkat inflasi, fungsi stabilitas merupakan fungsi
utama untuk menekan tingginya inflasi. Selain kebijakan fiscal.

7
BAB III
KESIMPULAN

Tujuan kredit dari pihak bank adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga
pada saatnya masyarakat peminjam dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya
berikut bunga tanpa dikuatirkan oleh adanya kredit macet. 10 Tahun 1998 (UU Perbankan)
mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
Dalam masyarakat pemerintah dan pelaku usaha kredit memiliki beberapa fungsi yakni,
kredit dapat meningkatkan daya guna daru modal, dapat meningkatkan daya guna suatu barang,
sebagai alat stabilitas ekonomi, sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional,
dapat memajukan arus tukar menukar barang-barang dan jasa-jasa, dapat mengaktifkan
pembayaran yang ideal, menciptakan alat pembayaran yang baru, dan sebagai alat pengendali
harga. Kebijakan fisikal Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran
dan belanja negara yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, kebi¬jakan
fiskal bukan hanya kebijakan perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana mengelola
pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian.
Hubungan kebijakan fiskal dan kredit dalam kaitannya hal-hal diatas menunjukkan
bagaimana pemerintah dalam menentukan kebijakan fiskal akan memepengaruhi peningkatan
penyaluran kredit pada masyarakat. kebijakan fiskal merupakan pemilihan instrumen yang
diambil pemerintah dalam bidang penerimaan dan pengeluaran negara meliputi penerimaan
pajak, pengeluaran pemerintah, dan transfer pemerintah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Albertazzi, Ugo dan Leonardo Gambacorta. (2006). Bank Profitability and Taxation, Economic
Research Department. Journal of Banking and Finance. 34: 2801-2810
Kurniawan, Dhani. 2010. “Domestic Resources Policies : Dukungan Kebijakan Fiskal dan
Moneter dalam Pembentukan Modal” dalam
http://journal.unisfat.ac.id/index.php/ge/article/download/92/18 diunduh, 26 September
2022
Handayani, Eka Fitri. (2009). Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Tingkat Profitabilitas Dan
Likuiditas Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Paper.
Universitas Lampung.
Nugroho, Primawan.W. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di
Indonesia Periode 2000.1 – 2011.4” http://eprints.undip.ac.id/36801/1/NUGROHO.pdf
diunduh, 27 September 2022
Putrapradhana, Indrawan I.. 2012. “Manajemen Keuangan Publik” dalam
https://www.academia.edu/4727782/Ekonomi_Pemerintahan diunduh 26 September 2022
Prasetya, Ferry. (2012). Teori Pengeluaran Pemerintah. Modul Ekonomi Publik. Universitas
Brawijaya.
Salmon, Hendrik. 2015. “Tinjauan Terhadap Anggaran Negara dan Kebijakan Fiskal dalam
Penggelolaan Keuangan Negara” dalam http://fhukum.unpatti.ac.id/artikel/hukum-
tatanegara/
291-tinjauan-terhadap-anggaran-negara-dan-kebijakan-fiskal-dalam-
penggelolaankeuangan-
negara diunduh 27 September 2022
Utari et., al. (2012). Pertumbuhan Kredit Optimal. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
15:113-146.

Anda mungkin juga menyukai