Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TINGKAT BUNGA

“ MANAJEMEN KEUANGAN I “
SUSANA RAHAILJAAN

201861201136

KELAS A/MANAJEMEN

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Musamus

Merauke

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Tingkat Bunga “ demi terpenuhinya nilai tugas pada
mata kuliah Manajemen Keuangan ini dengan baik.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Karena itu, saya mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga pembuatan makalah serupa
diwaktu mendatang dapat menjadi lebih baik lagi.

Dan saya berharap, semoga makalah ini dapat menambah wawasan


kepada para pembaca memberikan informasi kepada pembaca serta bermanfaat
bagi kita semua.

Merauke,22 Mei 2019

Penulis

Susana Rahailjaan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii

BAB I....................................................................................................................................................2

PENDAHULUAN.................................................................................................................................2

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2

BAB II...................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN...................................................................................................................................2

2.1 Teori Suku Bunga........................................................................................................................2

2.2 Pengertian Suku Bunga dan Bunga Bank................................................................................2

2.3  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga........................................................................2

2.4  Komponen-Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit.........................................................2

2.5 Jenis-jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit...............................................................................2

BAB III..................................................................................................................................................2

PENUTUP.............................................................................................................................................2

3.1 Simpulan......................................................................................................................................2

3.2 Saran............................................................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................2

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia yang ditandai dengan merosotnya sendi-sendi
perekonomian termasuk perbankan yang diakibatkan oleh nilai tukar rupiah yang jatuh
terhadap nilai tukar dollar. Inflasi merupakan salah satu dampak dari terjadinya krisis
ekonomi berkepanjangan yang melanda suatu negara. Inflasi adalah suatu keadaan dimana
terjadi kenaikan harga secara tajam(absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam
jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai rill(intrinsik)
mata uang suatu negara (Tajul Kahalyawaty,2000:5).
Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis nilai tukar semakin
mencuat karena tingkat inflasi sudah mencapai angka dua digit yaitu sekitar 11,05 persen dan
menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot tajam. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang
Negara terhadap luar negeri meningkat secara tajam. Selain itu berpengaruh terhadap timbul
Non Performing Loans (NPL) atau kredit macet yang secara langsung dan tidak langsung
akan mengganggu (dalam jumlah yang besar bahkan akan menghentikan) operasional bank.
Masalah lain yang ditimbulkan adalah perginya para investor asing dalam hal menanamkan
modalnya di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan
menekan uang beredar baik dalam arti sempit (M1) maupun arti luas (M2) atau likuiditas
perekonomian. Efek dari kebijakan ini, bank-bank swasta maupun bank-bank pemerintah
berlomba-lomba menaikan suku bunga. Bunga yang diberikan bank-bank pada masyarakat
merupakan daya tarik yang utama bagi masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya
dibank, sedangkan bagi bank, semakin besar dana masyarakat yang bisa dihimpun, akan
meningkatkan kemampuan bank untuk membiayai operasional aktivanya yang sebagian besar
berupa pemberian kredit pada masyarakat. Untuk itu pemerintah melakukan kebijakan
moneter dengan menekan jumlah uang beredar melalui peningkatan suku bunga bank.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian dari tingkat suku bunga?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga?
3. Jelaskan peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori tingkat suku bunga
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga.
3. Untuk mengetahui peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Suku Bunga


Pada prinsipnya, tingkat suku bunga adalah harga atas penggunaan uang yang
biasanya dinyatakan dalam persen (%) untuk jangka waktu tertentu. Terdapat banyak teori
tentang suku bunga, akan tetapi pada tulisan ini oleh penulis hanya akan dikemukakan teori-
teori yang dianggap penting untuk diketahui
2.1.1 Teori Klasik
Menurut Teori Klasik, teori tingkat suku bunga merupakan teori permintaan
penawaran terhadap tabungan.  Teori ini membahas tingkat suku bunga sebagai suatu
faktor pengimbang antara permintaan dan penawaran daripada investable fund yang
bersumber dari tabungan.Fungsinya yang menonjol dari uang dalam teori ekonomi
klasik, adalah sebagai alat pengukur nilai dalam melakukan transaksi, sebagai alat
pertukaran untuk memperlancar transaksi barang dan jasa, maupun sebagai alat
penyelesaian hubungan hutang-piutang yang menyangkut masa depan.

Teori ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian senantiasa berada


dalam keadaan full employment.  Dalam keadaan full employment itu seluruh
kapasitas produksi sudah dipergunakan penuh dalam proses produksi.  Oleh karena
itu, kecuali meningkatkan efisiensi  dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan,
uang tidak dapat mempengaruhi sektor produksi.  Dengan  perkataan lain sektor
moneter, dalam teori ekonomi klasik terpisah sama sekali dari sektor riil dan tidak ada
pengaruh timbal balik antara kedua sektor tersebut.
Hubungan antara sektor moneter dan riil, dalam teori ekonomi klasik hanya
dijembatani  oleh  tingkat  harga. Jika  jumlah  uang  beredar  lebih  besar  daripada
nilai barang-barang yang tersedia, maka tingkat harga meningkat, jika sebaliknya
menurun.

Konsep tabungan menurut klasik dikatakan, bahwa seorang dapat melakukan


tiga hal terhadap selisih antara pendapatan dan pengeluaran komsumsinya yaitu:
pertama, ditambahkan pada saldo tunai yang ditahannya. Kedua, dibelikan obligasi
baru dan ketiga, sebagai pengusaha, dibelikan langsung kepada barang-barang modal.
Asumsi yang digunakan disini adalah bahwa penabung yang rasional tidak akan
menempuh jalan yang pertama.  Berdasarkan pada pertimbangan bahwa akumulasi
kekayaan dalam bentuk uang tunai adalah tidak menghasilkan.

Menurut teori klasik, bahwa tabungan masyarakat adalah fungsi dari tingkat
suku bunga.  Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan
masyarakat untuk menabung.  Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi
masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi guna menambah tabungannya.  Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat
suku bunga.  Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan masyarakat untuk
melakukan investasi menjadi semakin kecil.  Hal ini karena biaya penggunaan dana
(cost of capital) menjadi semakin mahal,  dan sebaliknya makin rendah tingkat suku
bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi akan semakin meningkat.

2
2.1.2 Teori Keynessian, Preferensi Liquiditas
Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity
prefence. Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan
fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang.  Artinya tingkat
suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang.
Dalam Konsep Keynes, alternatif penyimpangan kekayaan terdiri dari surat berharga
(bonds) dan uang tunai. Asumsi Teori Keynes adalah dasar pemilikan bentuk
penyimpangan kekayaan adalah perilaku masyarakat yang selalu menghindari resiko
dan ingin memaksimumkan keuntungan.

Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang


mengatakan bahwa tingkat tabungan maupun tingkat investasi sepenuhnya ditentukan
oleh tingkat bunga, dan perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan
menyebabkan tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut
Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari
tinggi rendahnya tingkat bunga.  Ia terutama tergantung dari besar kecilnya tingkat
pendapatan rumah tangga itu.  Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh
suatu rumah tangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan diperolehnya.
Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau
penurunan, peubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan
pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah
tangga dan bukannya tingkat bunga.

Teori permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar proporsi


kekayaan yang dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori klasik, teori
Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full
employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah
tingkat upah maupun tingkat harga-harga. Dengan menurunkan tingkat suku bunga,
investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi nasional.  Dengan demikian,
setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam teori Keynes, berperan
untuk meningkatkan produksi nasional.  Setelah perekonomian berada dalam keadaan
full employment, barulah kebijaksanaan moneter tidak dapat lagi berperan untuk
meningkatkan produksi nasional.  Dengan demikian jelaslah bahwa teori Keynes
adalah teori ekonomi jangka pendek sebelum mencapai full employment.
Dalam teori Keynes dikenal tiga motif yang mendasari permintaan uang
masyarakat, yaitu :
1. Keperluan Transaksi (Transaction Motive). Yaitu motif memegang uang untuk
keperluan transaksi sehari-hari. Besarnya uang untuk keperluan ini tergantung
kepada besarnya pendapatan.
2. Keperluan Berjaga-jaga. Yaitu motif memegang uang karena adanya
ketidakpastian mengenai masa datang. Motif transaksi dan motif  berjaga-jaga
merupakan fungsi positif dari tingkat pendapatan.
3. Keperluan Spekulasi. Yaitu motif memegang uang untuk keperluan spekulasi dan
mencari keuntungan sebagaimana motif berjaga-jaga, motif permintaan uang
untuk spekulasi ini timbul akibat adanya ketidakpastian di masa yang akan datang.
Keynes mengatakan bahwa motif ini berdasarkan kepada keinginan untuk

3
mendapatkan keuntungan dengan mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang.

2.2 Pengertian Suku Bunga dan Bunga Bank

a). Pengertian Bunga dan Suku Bunga

Bunga adalah imbalan jasa atas pinjaman uang, imbal jasa ini merupakan
suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat ke depan dari uang
pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut “pokok
utang” (principal).
Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga)
dalam suatu periode tertentu disebut “suku bunga”. Miller, RL dan Vanhoose,
mengataka bahwa suku bungan adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang
diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari
bunga terhadap jumlah pinjaman.
Tingkat Suku Bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu
atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan dan akan dikembalikan pada saat
mendatang. 

b). Pengertian Bunga Bank

Menurut RIMSKY J. JUDISSENN, Bunga bank adalah penghasilan yang


diperoleh sebagai imbalan dari pihak yang meminjam atau memanfaatkan uang (bank)
 FACHMI BASYAIB, mengatakan Bunga Bank adalah sesuatu yang dihasilkan dari
keuntungan aset keuangan, tujuannya adalah untuk memberikan pada investor
keuntungan bagi investasi dana yang dimilikinya.
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang dibayar kepada nasabah
(yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank
(nasabah yang memperoleh pinjaman).

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan
kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut:
1.    Bunga simpanan.
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uangnyadi bank. Bunga simpanan merupakan harga yang dibayar
bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan
bunga deposito.
2.    Bunga pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus
dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dn pendapatan
bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada
nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari
nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi,
maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula
sebaliknya.

4
2.3  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah
sebagai berikut :
1.    Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan peminjam meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis
akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun, apabila dana yang ada disimpanan
banyak sementara permohonan simpanan sedikit, maka bunga simpanan akan turun.
2.    Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disaping faktor promosi, yang
paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.
Dalam arti jika bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana
cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikan diatas bunga pesaing misalnya 16%.
Namun, sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah pesaing.
3.     Kebijakan pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun unga pinjaman kita tidak
boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4.    Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang di inginkan, jika laba yang di inginkan besar,
maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5.    Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bungnganya,
hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula
sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunga relatif lebih rendah.
6.    Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda
dengan jaminan sertifikat tanah. Alasannya utama perbedaan ini adalah dalam hal
pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang
likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah
untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.
7.    Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya
perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif
kecil dan sebaliknya.
8.    Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk
produk yang kompetetif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan
dengan produk yang kurang kompetitif.

9. Jaminan pihak ketiga


Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit.
Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan
membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang
dibebankan berbeda.

5
2.4  Komponen-Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit

Komponen dalam menentukan suku bunga kredit yaitu:


1.    Total Biaya Dana (Cost of Fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana
simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito.Total biaya
dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana
yang diinginkan. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau
Reserve Requrement (RR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2.    Biaya Operasi
Dalam melakukan kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan
prasarana baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini
memerlukan sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi.
3.    Cadangan Risiko Kredit
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini
disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu risiko tidak terbayar.
4.    Laba yang diinginkan
Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang
maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat
penentuan besarnya laba sangat memengaruhi besarnya bunga kredit.
5.    Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang
memberikaan fasilitas kredit kepada nasabahnya.

2.5 Jenis-jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit

Metode pembebanan bunga antara lain:


1.    Sliding rate
Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya sehingga
jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan turunnya
pokok pinjaman. Jenis sliding rate ini biasanya diberikan kepada sektor produktif.
2.    Flat rate
Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula
pokok pinjaman setiap bulan juga dibayar sama sehingga cicilan setiap bulan sama
sampai kredit tersebut lunas. Jenis Flat rate biasanya diberikan kepada kredit yang
bersifat konsumtif.
3.    Floating rate
Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang
sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang
padaa bulan tersebut.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari Uraian materi diatas dapat disimpulkan bahwa Bunga Bank merupakan
balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada
nasabah yang membeli atau menjual produknya. Dalam hal ini Bunga juga dapat
diartikan sebagai harga yang dibayar kepada nasabah dengan yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecinya penetapan suku bunga
simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga
simpanan dan bunga pinjaman saling mempengaruhi di samping pengaruh factor-
faktor lainnya.
Dalam kegiatannya terdapat dua macam bunga yaitu bunga simpanan dan bunga
pinjaman. Metode penghitungan bunga terdapat tiga jenis yaitu Sliding Rate, Flat
Rate, dan Floating Rate.

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan agar pembaca dapat


memiliki wawasan yang lebih luas mengenai suku bunga sehingga mampu
mengaplikasikan sesuai dengan teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
sebaiknya penetapan suku bunga haruslah sesuai dengan prosedur dan situasinya, hal
ini juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia sebagai Induknya bank di
Indonesia yang mengatur kebijakan tentang tingkats uku bunga. Sehingga pihak-pihak
lain yang terkait harusnya patuh dan melaksanakannya agar tidak saling merugikan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Dr. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Lodwick, Filipus. 2013. “Materi-materi Kuliahl”. [online]. Tersedia :


http://filipuslodwick.blogspot.com/2013/06/bab-5-suku-bunga.html [12 2014].

http://waromuhammad.blogspot.com/2012/02/tingkat-dan-struktur-suku-bunga.html
[ 12 Maret 2014].

http://www.referensimakalah.com/2013/02/pengertian-bunga-dan-suku-bunga.html
[14 Maret 2014].
http://sukubungadan.blogspot.com/2014/03/makalah-suku-bunga.html [13 November 2014]
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/teori-suku-bunga.html [13 November 2014]

Anda mungkin juga menyukai