Anda di halaman 1dari 63

PengantarEkono

mi Makro
PERTEMUAN KE-5-6

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2019
CARA MENGHITUNG
PENDAPATAN NASIONAL
1. HARGA KONSTAN
2. HARGA BERLAKU

Harga Konstan
• nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
Harga Berlaku
dihitung menggunakan harga yang berlaku • nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
pada satu tahun tertentu sebagai tahun menggunakan harga pada tahun berjalan
dasar • harga yang di tentukan pemerintah dalam jangka
• harga yang dipengaruhi oleh faktor faktor waktu tertentu
produksi dan permintaan sehingga tidak • sudah termasuk inflasi (memberi hasil yang
tetap menyesatkan, karena pengaruh inflasi)
• Tidak termasuk inflasi • menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi
• Menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. nilai PDB dan
secara keseluruhan atau setaipa sektor dari PNB per kepala atau per satu orang penduduk
tahun ke tahun (mengetahui pertumbuhan nyata • PDB yang dihitung dengan menggunakan harga
ekonomi per kapita penduduk suatu negara) berlaku disebut sebagai PDB Nominal
ADD A FOOTER
• PDB yang dihitung menggunakan harga
konstan disebut sebagai PDB Riil. 2
PDB Riil

PDB Riil = PDB Nominal / Deflator


Dimana :
Deflator = (Harga tahun t: harga tahun t-1) x 100%

Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga


dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang
jadi, dan jasa

ADD A FOOTER
3
PDB DEFLATOR

PDB deflator adalah ukuran tingkat harga yg dihitung


sebagai perbandingan PDB nominal terhadap PDB Riil
dikalikan 100. Rumus:

Deflator PDB= ( PDB Nominal / PDB Riil ) x 100

Sebagai indikator untuk melihat perkembangan PDB atau


tingkat inflasi yang mencerminkan apa yang terjadi pada
seluruh tingkat harga dalam perekonomian.
ADD A FOOTER
4
PERTEMUAN KE-4
KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL
PEREKONOMIAN DUA SEKTOR

• Perekonomian dua sektor


yaitu perekonomian yang
terdiri dari sektor rumah
tangga dan perusahaan
(Diasumsikan tidak terdapat
kegiatan pemerintah
maupun perdagangan Luar
Negeri).
ADD A FOOTER
6
DIAGRAM PEREKONOMIAN 2 SEKTOR
KESIMPULAN PEREKONOMIAN 2 SEKTOR

1. Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi


yang dimiliki rumah tangga.
2. Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga
akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang
dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
3. Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk
konsumsi akan ditabung dalam institusi-institusi keuangan.
4. Pengusaha yang ingin melakukan investasi akan
meminjam tabungan rumah tangga yang dikumpulkan oleh
institusi-institusi keuangan
Hubungan Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan
Pendapatan Disposibel Pengeluaran Konsumsi (C) Tabungan (S)
(Yd)
0 125 -125
100 200 -100
200 275 -75
300 350 -50
400 425 -25
500 500 0
600 575 25
700 650 50
800 725 75
900 800 100
1000 875 125
KESIMPULAN

1. Pada pendapatan yang rendah rumah tangga mengambil


tabungan. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan
harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai konsumsi.
2. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi.
Sisa pertambahan pendapatan ditabung.
3. Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung.
KECONDONGAN KONSUMSI
KECONDONGAN MENABUNG
FUNGSI KONSUMSI
FUNGSI TABUNGAN
FUNGSI INVESTASI

Merupakan fungsi yang menunjukkan hubungan antara


tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional.
a) Fungsi Investasi Otonomi, merupakan investasi yang
besarnya tetap atau jenis investasi yang tidak
terpengaruh dengan besarnya pendapatan.
b) Investasi Terpengaruh, merupakan investasi yang
besarnya dipengaruhi oleh besarnya pendapatan
nasionalnya. Semakin tinggi pendapatan nasionalnya,
semakin tinggi investasinya
KESEIMBANGAN
Contoh Angka Keseimbangan Pendapatan Nasional
(dalam triliun rupiah)
Pend. Konsums Tabungan Investasi Pengeluaran Keadaan
Nasional i (C) (S) (I) Agregat (AE) Perekonomi
Persamaan Pertama (Y) *C+I an

Y = C+I 0 90 -90 120 210 EKSPANSI


120 180 -60 120 300 EKSPANSI
Y = 90 + 0,75Y +120
240 270 -30 120 390 EKSPANSI
Y – 0,75Y = 210 360 360 0 120 480 EKSPANSI
Y = 210/0,25 480 450 30 120 570 EKSPANSI
Y = 840 600 540 60 120 660 EKSPANSI

Persamaan Kedua 720 630 90 120 750 EKSPANSI


840 720 120 120 840 SEIMBANG
S=I
960 810 150 120 930 KON TRAKSI
-90 + 0,25Y = 120
0,25Y = 210 1080 900 180 120 1020 KONTRAKSI

Y = 210/0,25 1200 990 210 120 1110 KONTRAKSI


Y = 840
Soal 1
Diketahui sebuah fungsi konsumsi C = 500+0,8 Y dan
investasi otonomi negara tersebut sebesar 750. tentukan
pendapatan nasional pada keseimbangan. Selanjutnya
apakah yang terjadi apabila pendapatan nasional (Y)
tersebut sebesar 3500 (ekspansi, seimbang atau kontraksi)
Soal 2
Diketahui perekonomian pada suatu negara tertentu memiliki
data seperti dibawah ini (angka-angka dalam Miliar Rupiah):
C = 150 + 0,6 Yd T = 0,15 Y
I = 40 X= 50
G = 60 M= 0,15 Y
a. Tentukan besarnya keseimbangan pendapatan nasional jika
negara tersebut menganut perekonomian dua sektor dengan
menggunakan pendekatan Y=AE dan pendekatan suntikan-
bocoran
b. Berapa besarnya nilai konsumsi dan tabungan pada
perekonomian dua sektor!
Soal III
• Dalam Perekonomian dua sektor fungsi konsumsi adalah C = 20 +0,2
Y. seterusnya dimisalkan jumlah investasi yang akan dilakukan
pengusaha adalah 30 (triliun rupiah). Berdasarkan pemisalan-
pemisalan di atas lengkapilah tabel berikut:(angka-angka dalam
triliun rupiah)
Y C S I AE Keadaan
Ekonomi
0 …… …… 30 …… …….

100 …… …… 30 …… ……..

120 …… …… 30 …… ……..

150 …… …… 30 …… ……..

200 …… …… 30 …… ……..
PERTEMUAN KE-5
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR
PENDAHULUAN
• Sektor Perekonomian tertutup tiga sector adalah perekonomian
yang terdiri dari rumah tangga, perusahaan dan Pemerintah. Tokoh
Keynes mengharapkan adanya campur tangan pemerintah setelah
adanya great Depresion ekonomi yang melanda Amerika Serikat.
Kebijakan pemerintah yang paling popular adalah kebijakan fiscal.
Adapula kebijakan moneter yang di lakukan oleh bank sentral.
• Sektor pemerintah akan muncul pengeluaran pemerintah pada sisi
pengeluaran dan pajak pada sisi pendapatan. Pajak yang dikenakan
oleh pemerintah akan mengurangi tingkat pendapatan yang siap
dikonsumsikan. Pendapatan yang siap dikonsumsi dikurangi dengan
pajak, disebut dengan pendapatan disposibel.

ADD A FOOTER
22
KESEIMBANGAN TIGA SEKTOR

ADD A FOOTER
23
PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP OUTPUT

• Adanya pengeluaran pemerintah mengakibatkan


keseimbangan pendapatan ekonomi berubah menjadi
C+I+G.
• GDP = Disposible Income (DI) + Pajak
• Jika diasumsikan pajak tetap, maka selisih antara GDP
dan DI tetap.
• Asumptions: no foreign trade, transfers or depreciation

ADD A FOOTER
24
Pengaruh Pajak terhadap DI dan Konsumsi

Dengan pajak $300 dan DI $3000, maka


GDP=$3300. Konsumsi masih sebesar
Konsumsi (m $)

$3000 saat GDP=$3300 karena DI=


$3000.
Oleh karenanya Konsumsi merupakan
C fungsi dari GDP dengan cara
menggerakkan kurva CC ke kanan (C’C’).
W C’ Besarnya pergeseren sebesar UV
C 200 yang = jumlah pajak=$300.
3000 U 300
V Cara lain dengan menurunkan sebesar
C’ $200= MPC=2/3 x turunnya
Pendapatan
45o
3000 3300
GDP (m $)
Next…

Konsumsi (m $)
Konsumsi (m $)

C+I+G

C C+I
G
W C’ C
I
200
C 3000
3000 U 300
V
C’ C

45o
45o
3000 3300 3000
GDP (m $) GDP (m $)
Dampak Pajak Terhadap Aggregate Demand (AD)/Permintaan
Agregat

Disposable Total
Paja Spending
GDP Income Tendensi
k C I G
Output
(Y) (T) (Yd) = Y - T C+I+G
4200 300 3900 3600 200 200 4000 Turun

3900 300 3600 3400 200 200 3800 Turun

3600 300 3300 3200 200 200 3600 Equlibrium

3300 300 3000 3000 200 200 3400 Naik

3000 300 2700 2800 200 200 3200 Naik


Keseimbangan Pendapatan
• Secara Matematis:
• Jika pajak yang dipungut oleh pemerintah adalah pajak lump
sum (lump sum tax) yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan.
Y = C + I + G
• Y = C0 + bYd + I + G
• Y = C0 + b(Y – T) + I + G
• Y = C0 + bY – bT + I + G
• Y = 1/(1-b) (C0 – bT + I + G)
I + G = S + T
• I + G = - C0 + (1 – b)Yd + T
• I + G = - C0 + (1 – b)(Y – T) + T
• I + G = - C0 + (1 – b)Y + bT
• Y = 1/(1-b) (C0 – bT + I + G)
• Jika pajak yang dipungut oleh pemerintah adalah pajak
sebagai fungsi dari pendapatan: T = T0 + tY
• Y=C+I+G
• Y = C0 + bYd + I + G
• Y = C0 + b(Y – T0 – tY) + I + G
• Y = C0 + bY – b T0 – btY + I + G
• Y = 1/(1-b+bt) (C0 – b T0 + I + G)
• I+G=S+T
• I + G = - C0 + (1 – b) Yd + (T0 + tY)
• I + G = - C0 + (1 – b)(Y – T0 – tY) + (T0 + tY)
• I + G = - C0 + (1 – b)Y – (1 – b) T0 – (1 – b)tY + (T0 + tY)
• I + G = - C0 + (1 – b)Y + b T0 + btY
• Y = 1/(1-b+bt) (C0 – b T0 + I + G)
Fiscal Policy Multipliers

Y=C+I+G
Y = C0 + bY + I + G
Y = 1/(1-b) (C0 + I + G)
Jika ada perubahan pengeluaran pemerintah/G (∆G), maka besarnya
perubahan pendapatan/Y (∆Y) :
Y+ Y = 1/(1-b) (C0 + I + G + G)
Y = 1/(1-b) G
dimana: Y = perubahan GDP, G = perubahan pengeluaran pemerintah,
dan 1/(1-b) = koefisien pengganda fiskal.
Pengganda Pajak (tax multiplier)
• Y = 1/(1-b) (C0 – bT + I + G)
• Y + Y = 1/(1-b) (C0 – bT – bT + I + G)
• Y = - 1/(1-b) bT
• Perubahan GDP akibat adanya perubahan T : Y/T = - 1/(1-
b) b
• dimana: 1/(1-b) b adalah tax multiplier. Dengan kata lain
tax multiplier = expenditure multiplier X MPC.
Next…
• Prosedur yang sama dapat digunakan untuk menghitung
pengganda pengeluaran pemerintah dan pajak untuk
pajak sebagai fungsi dari pendapatan: T = T0 + tY,
sehingga:
• Pengganda Pengeluaran Pemerintah (government
expenditure multiplier)
• Y/G = 1/(1-b+bt)
• Pengganda Pajak (tax multiplier)
• Y/T0 = -1/(1-b+bt) b
• Sedangkan untuk menghitung pengaruh perubahan tarip pajak (t)
terhadap GDP dapat dilakukan dengan partial derivative:
• Recall: GDP ekuilibrium
• Y = 1/(1-b+bt) (C0 – bT0 + I + G)
• Y = (1-b+bt)-1 (C0 – bT0 + I + G)
• ∆Y/∆t = - (1-b+bt)-2 (C0 – bT0 + I + G)
• ∆Y/∆t = - b/(1-b+bt) [1/(1-b+bt) (C0 – bT0 + I + G)]
• ∆Y/∆t = - b/(1-b+bt) Y
KESEIMBANGAN TIGA SEKTOR
• Pendapatan yang diterima RT (Y) dalam perekonomian 3
sektor dibelanjakan untuk: Konsumsi (C), Saving (S), Pajak (T)
•Y=C+S+T
• Pengeluaran Agregat (AE) dalam perekonomian 3 sektor
adalah: Konsumsi (C), Investasi (I), dan Pengeluaran
Pemerintah (G)
• AE = C + I + G
• Syarat Keseimbangan:
• Penawaran Agregat = Pengeluaran Agregat
PAJAK
▸ Pajak Adalah Pungutan Yang Dikenakan Oleh Pemerintah Atas Profit
Perusahaan, Pendapatan Individu, Nilai Jual Sesuatu Barang.
▸ Jenis – Jenis Pajak:
▸ Pajak Langsung  Pajak Yang Dipungut Langsung Dari Pihak Yang Wajib
Membayar Pajak (C. Pph)
▸ Pajak Tidak Langsung  Pajak Yang Bebannya Dapat Dipindahkan Kepada
Pihak Lain (C. Pajak Penjualan)
▸ Bentuk Pajak Pendapatan:
▸ Pajak Regresif  Pajak Yang % Pungutannya Menurun Apabila Pendapatan
Bertambah Tinggi
▸ Pajak Proporsional  Pajak Yang % Pungutannya Tetap Besarnyapada
Berbagai Tingkat Pendapatan
▸ Pajak Progresif  Pajak Yang % Pungutannya Bertambah Apabila
Pendapatannya Bertambah
Efek Pajak Terhadap Konsumsi Dan
Tabungan
▸ Dampak pajak:
▸ Mengurangi pendapatan disposibel (Yd)  Yd = Y - T
▸ Penurunan Yd akan menurunkan komponen C dan S 
menurunnya kemampuan konsumsi dan tabungan, karena Yd
=C+S
Pengaruh Pajak Tetap Terhadap Konsumsi dan Tabungan Rumah
Tangga

Bagian I  Pemerintah tidak memungut pajak


Y = pendapatan nasional; T = pajak; Yd = Y-T
C=90+0.75 Y 90+0.75Y
S= -90+0.25Y  -90+0.25Yd
• Tidak ada pajak  Kenaikan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan
konsumsi (C) dan tabungan (S)
• ∆ C = MPC x ∆ Yd = 0.75 x 240 = 180
• ∆ S = MPS x ∆ Yd = 0.25 x 240 = 60
Pengaruh Pajak Tetap Terhadap Konsumsi dan Tabungan
Rumah Tangga

Bagian I  Pemerintah tidak memungut pajak


Y = pendapatan nasional; T = pajak; Yd = Y-T
C=90+0.75 Y 90+0.75Y
S= -90+0.25Y  -90+0.25Yd
• Tidak ada pajak  Kenaikan pendapatan akan
mengakibatkan kenaikan konsumsi (C) dan tabungan (S)
• ∆ C = MPC x ∆ Yd = 0.75 x 240 = 180
• ∆ S = MPS x ∆ Yd = 0.25 x 240 = 60
Pengaruh Pajak Tetap Terhadap Konsumsi dan Tabungan
Rumah Tangga

Bagian II  pajak tetap (40)


Yd = Y -T
• ∆ C = MPC x ∆ Yd = 0.75 x - 40 = -30
• ∆ S = MPS x ∆ Yd = 0.25 x -40 = - 10
Dengan adanya pajak sebesar 40  menurunkan C & S
(bila dibandingkan dengan tidak ada pajak) menurunkan
tingkat konsumsi sebesar 30 dan tabungan sebesar 10
Efek Pajak Proporsional Terhadap Konsumsi dan
Tabungan
Bagian I (T=0)
▸ Se ap kenaikan pendapatan 240, maka kenaikan pendapatan disposabel juga 240
Bagian II (T=20%Y)
▸ Pajak proporsional yang dipungut adalah  20% dari pendapatan
▸ T = 0.2Y
Δ Yd= ΔY – ΔT = 1 – 0.2 ΔY = 0.8ΔY = 0.8 (240) = 192
▸ Se ap kenaikan pendapatan 240, maka kenaikan pendapatan disposabel hanya 192
(turun 20%)
▸ Bila dibandingkan dengan keadaan bila  dak dikenakan pajak, maka pemungutan pajak akan
mengakibatkan konsumsi dan tabungan berkurang sebesar:
▸ Δ C= MPC *T  0.75*48 = 36 (dari 270 jadi 234)
▸ Δ T= MPS*T  0.25*48=12 (dari ‐30 jadi ‐42)
Kecenderungan konsumsi dan menabung
C
MPC 
Yd
S
MPS 
Yd
MPC   C
Y
S
MPS  
Y
Kecenderungan konsumsi
dan menabung
Untuk perekonomian 2 sektor dan perekonomian 3 sektor, pajak
tetap.
MPC = MPCY, MPS = MPSY

Untuk perekonomian 3 sektor, pajak proporsional,


T = tY
MPC > MPCy
MPS > MPSy
Efek pajak terhadap
konsumsi
Pajak Tetap Pajak Proposional
C
Y=C Y=C
C 30 C=90+0,
75Y
C=90+0,
C=90+0,75Y C=60+0,75Y 6Y

90 90

60
45
0
Y Y
240 360
225 360
Efek pajak terhadap
tabungan
Pajak Tetap Pajak Proposional
S S

360 S= - 90+0,
0 Y 25Y
360
400 0 Y
S= - 90+0,
25Y
- 90 S= - 90+0,2Y
S= -100+0,
-100 25Y - 90
Pengeluaran
pemerintah (G)
Penentu :
▸ Proyeksi jumlah pajak yang diterima
Semakin besar jumlah pajak yang dikumpulkan  semakin besar
pengeluaran pemerintah
▸ Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai
c. untuk mengatasi pengangguran & pertumbuhan ekonomi yang lambat,
pemerintah perlu membiayai pembangunan infrastruktur
▸ Pertimbangan polkam
Semakin tidak stabil suatu negara, maka pengeluaran pemerintah
semakin besar
Pengeluaran pemerintah (G)
Fungsi G   Pengeluaran pemerintah
‐ Perbelanjaan otonomi :

G
+G G1
Go
- G2
G
Y
NEXT…

Syarat :
Pendekatan penawaran agregat –
(i) Y = AE Y = C+I+G
pengeluaran agregat

(i) I+G=S+T Pendekatan suntikan - bocoran


PAJAK TETAP DAN KESEIMBANGAN PENDAPATAN (DALAM TRILIUN RUPIAH)

Keadaan
Y T C S I G AE=C+I+G
ekonomi
0 40 60 - 100 120 60 240

240 40 240 - 40 120 60 420 EKSPANSI

480 40 420 20 120 60 600

720 40 600 80 120 60 780

960 40 780 140 120 60 960


SEIMBANG

1200 40 960 200 120 60 1040


KONTRAKSI

1440 40 1040 260 120 60 1220


NEXT…
Bila I=120; G=60; C = 60+0.75Y; S = ‐100+0.25Y; T = 40
(i)  Y = AE  Y = C+I+G
Y  = 60+0,75Y+120+60
0,25Y = 240
     Y    = 960
(ii) I+G = S+T
   120+60 = ‐100+0,25Y + 40
        0,25Y = 240
              Y=960
PAJAK PROPORSIONAL DAN KESEIMBANGAN
PENDAPATAN

Y T C S I G AE=C+I+ Keadaa
G n
ekonom
i
0 0 90 - 90 150 240 480
EKSPANS
240 48 234 - 42 150 240 624 I

480 96 278 6 150 240 768


720 144 522 54 150 240 912
SEIMBANG
960 192 666 102 150 240 1056
KONTRAKSI
1200 240 810 150 150 240 1200
1440 288 954 198 150 240 1344
PERTEMUAN KE-5
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR

ADD A FOOTER
51
PENDAHULUAN
• Sektor Perekonomian Terbuka empat sector
disebut sebagai perekonomian terbuka karena
melakukan transaksi perekonomian dunia melalui
ekspor dan impor barang.
• Pelaku ekonominya terdiri dari: Rumah Tangga (C),
Perusahaan (I), Pemerintah (G) dan Luar Negeri (N-
X)
• Perekonomian 4 sektor disebut juga negara
dengan perekonomian terbuka (open economy)
ADD A FOOTER
52
PEREKONOMIAN 4 SEKTOR
EKSPOR VS IMPOR
• Impor
• Ekspor • Variabel Endogen
• Variabel Eksogen • Besar kecil impor ditetukan
• Bukan merupakan fungsi oleh besar kecilnya
dari pendapatan nasional (Y) Pendapatan Nasional (Y)
justru berpengaruh thd Y atau M=f(Y)
atau Y=f(X) • Hubungan antara M dengan Y
• Lebih dipengaruhi oleh: tidak proporsional
• world demand • MPM berpengaruh terhadap \
• hubungan politik besarnya Impor
• etc
MPM=∆M/∆Y

MPM (Marginal Propensity to Import)


menunjukkan bagian dari tambahan
pendapatan nasional (Y) yg dipakai untuk
menambah impor barang dan jasa.

M = Mo + mY

M = total Impor suatu negara


Mo = Autonomous Import / Intercept
m = MPM / slope
Y = Pendapatan Nasional
GRAFIS FUNGSI IMPOR
M
M = Mo + mY

Mo

0 Y
KESEIMBANGAN 4 SEKTOR

Aggregate Supply:
Y = C+S+T+M

Aggregate Demand:
Y = C+I+G+X

Aggregate Supply = Aggregate Demand:


C+S+T+M = C+I+G+X

atau bisa disederhanakan menjadi:


S+T+M = I+G+X
(I - S) + (G - T) + (X – M) = 0
(I – S) disebut dengan Resource Gap,
(G -T) disebut dengan Internal Gap,
(X – M) disebut dengan Trade Gap
S+T+M = I+G+X

Secara matematis bisa dirubah menjadi:

(I - S) + (G - T) + (X – M) = 0
Untuk mencapai keseimbangan moneter (No Infation, No
Deflation) resource gap, internal gap & trade gap harus saling
mengimbangi agar penjumlahan ketiganya = 0

(I - S) + (G - T) + (X – M) = 0

bila;
(I - S) + (G - T) + (X – M) > 0
maka berarti Aggregate Demand melebihi Aggregate Supply
atau terjadi Inflasi dalam perekonomian.

(I - S) + (G - T) + (X – M) < 0
maka berarti Aggregate Supply melebihi Aggregate Demand
atau terjadi deflasi dalam perekonomian
MENGHITUNG PDB
• Syarat keseimbangan:
Y = C + I + G + (X – M) I + G + X =S + T + M
Ekspor adalah suntilkan (Injection atau J) kedalam aliran pendapatan
Impor adalah bocoran (withdrawal atau W).
• Keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka :
C = a + bYd’
• I = Io, yaitu investasi nilainya tetap
• G = Go, yaitu pengeluaran pemerintah nilainya tetap
• T = To (nilai tetap) atau T = tY(pajak proposional)
• X = Xo, yaitu ekspor nilainya tetap
• M = mY, atau M = Mo + mY
PENDAPATAN NASIONAL
HUBUNGAN DENGAN LUAR NEGERI BERKAITAN DENGAN EKSPOR DAN IMPOR

Impor Ekspor
 Tingkat pendapatan nigari Apabila barang tersebut diperlukan negara
lain dan mereka tidak dapat memproduksi
Inflasi dalam negeri
barang tersebut atau produksinya tidak
Kemampuan suatu negara untuk dapat memenuhi keperluan dalam negeri
membuat barang Mutu barang
Cita rasa konsumen Cita rasa masyarakat LN thd barang yang
diekspor
Kemajuan teknologi dan ekonomi negara

ADD A FOOTER
61
Lanjutan Keterangan

• Secara grafik dalam pendekatan pengeluaran agregat


penawaran agregat, keseimbangan pendapatan
nasioanal dalam perekonomian terbuka dicapai apabila
Fungsi pengeluaran agregat : AE = C + I + G + (X –M)
memotong garis 45 derajat.
• Dalam pendekatan suntikan dan bocoran
keseimbangan pendapatan nasional dicapai apabila :
• fungsi suntikan I + G + X berpotongan dengan
• fungsi bocoran S + T + M
Thank You!
DWI HASTUTI,S.E.,M.Sc

Phone Number
082378038688
Email
dwihastuti@unja.ac.id

Anda mungkin juga menyukai