Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN UMUM

(tiga kelompok pemikiran terdahulu dalam ilmu manajemen)

Oleh:

WAHYUNI
171925071 030

JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA

AKADEMIK MANAJEMEN INFORMATIKADAN KOMPUTER


AMIK TOMAKAKA MAJENE
2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya bukti adanya manajemen telah lama ada jauh sebelum
Indonesia Merdeka. Salah satu bukti betapa manajemen telah ada adalah dengan
adanya bukti Piramida di Mesir, tembok besar Cina, Ka’bah di Makkah dan masih
banyak contoh lainnya yang membuktikan adanya kegiatan manajemen (dalam bentuk
bagaimanapun kegiatan manajemen tersebut) yang dilakukan sehingga bangunan-
bangunan megah tersebut bisa berdiri kokoh hingga sekarang.
Kesemua bukti tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya manajemen bukan
merupakan ilmu baru, bahkan dalam konsep yang paling tradisional sekalipun, telah
dikenal dan dijalankan oleh orang-orang terdahulu.
Secara umum makalah ini berisi tentang proses perkembangan Manajemen dari
waktu kewaktu serta tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya dan kontribusi-kontribusi
yang diberikan oleh masing-masing tokoh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori-Teori yang dikemukakan oleh kelompok pemikir dalam ilmu
manajemen?
2. Apa yang termasuk dalam isu seputar perkembangan ilmu manajemen?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami berbagai pemikiran atau teori-teori manajemen dari
waktu ke waktu.
2. Mengetahui berbagai isu seputar perkembangan ilmu manajemen.
A. Kelompok Pertama: Perspektif Manajemen Klasik Merupakan perkembangan awal
teori manajemen, dengan tokoh-tokohnya:

a. Robert Owen (1771-1858)


Seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lanark Skotlandia.
Mengemukakan bahwa melalui perbaikan kondisi karyawanlah yang akan menaikkan
produksi dan keuntungan (laba).[1] Ia menekankan pada pentingnya unsur manusia
dalam produksi. Dia membuat perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja, seperti
pengurangan hari kerja standar, pembatasan anak-anak dibawah umur yang bekerja,
dll. Selain itu owen juga mengembangkan prosedur kerja yang memungkinkan untuk
meningkatkan produktivitas.

b. Charles Babbage (1972-1871)


Seorang ahli matematika dari Inggris adalah orang yang pertama kali berbicara
mengenai pentingnya efisiensi dalam proses produksi. Ia juga sebagai penganjur
prinsip pembagian kerja melalui spesialisasi.

1. Manajemen Ilmiah
Menurut mazhab ini, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan,
memimpin/mengatur, dan lain sebagainya dilakukan berdasarkan metode-metode
ilmiah.[3] Penerapan mazhab ini relative lebih baik, karena didasarkan atas hasil
analisis ilmiah dari data, informasi, situasi, dan kondisi yang dihadapi saat ini.

Frederick W. Taylor (1856-1915) merupakan “Bapak Manajemen Ilmiah”. Dia


menuangkan gagasannya dalam judul makalah “Shop Management”. “The Principle of
Scientific Management”, dan “Testimony Before the Special House Committee ” yang
dirangkum dalam bukunya Scientific Management.

Empat prinsipnya:
1. Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan
3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan
4. Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.

Diantara kontribusi yang pernah diberikan Taylor adalah apa yang dinamakan
dengan Time and Motion Studies atau studi mengenai penetapan standard kerja yang
didasarkan pada penghitungan waktu. Ide ini dirumuskan pada saat Taylor bekerja di
Midvale Steel Company di Philadelpia. Ide ini berangkat dari kenyataan bahwa para
pekerja di perusahaan bekerja di bawah standard dari apa yang sebenarnya mampu
mereka kerjakan. Secara ringkas, apa yang diperkenalkan oleh Taylor.
Taylor menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan, misalnya
meningkatkan profit perusahaan, maka produktivitas perlu ditingkatkan. Produktivitas
dapat diukur dari tingkat output dan prestasi kerja. Produktivitas yang baik tercapai
manakala prestasi kerja yang dihasilkan oleh pekerja dapat menghasilkan output
produk sesuai dengan yang ditargetkan, baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas
yang memenuhi standard produk yang telah ditetapkan.
Untuk dapat meningkatkan prestasi kerja, bagi Taylor, perlu diberikan upah
insentif agar motivasi pekerja menjadi tinggi sehingga tingkat output menjadi meningkat.
Upah insentif bagi Taylor dinamakan sebagai upah intensif diferensial (piecework pay
system), yaitu upah yang diberikan kepada pekerja secara berbeda ditentukan
berdasarkan kemampuan pekerja dalam memenuhi standard yang telah ditetapkan.
Bagi mereka yang mampu memenuhi standard maka diberikan upah yang lebih baik,
sedangkan bagi mereka yang tidak mampu memenuhi standard maka diberikan upah
yang diberikan di bawah mereka yang mampu memenuhi standard. Pendekatan ini
dilakukan agar produktivitas meningkat sehingga terjadi peningkatan produksi sekaligus
efisiensi, yang pada akhirnya akan memberikan kemungkinan peningkatan profit.

Selain Taylor, dikenal juga seorang bernama Henry L. Gantt (1861-1919) yang
memperkenalkan 4 gagasan untuk peningkatan kegiatan manajemen, yaitu:
1. Kerja sama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan pimpinan.
2. Seleksi ilmiah tenaga kerja atau karyawan.
3. Sistem insentif untuk merangsang produktivitas karyawan dan organisasi.
4. Penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci
Gantt juga memperkenalkan apa yang dinamakan sebagai “Bagan Gantt” (Chart
Gantt) yang kemudian banyak dikenal sebagai sebuah bagan scheduling atau kita kenal
dengan time scheduling (penjadwalan kerja). Bagan Gantt ini dibuat untuk kegiatan
perencanaan, koordinasi, dan pengawasan produksi. Sekalipun bagan ini telah berumur
sangat panjang, akan tetapi dalam banyak kegiatan masih relevan untuk dipergunakan,
karena pada dasarnya setiap pekerjaan memerlukan perencanaan pengerjaan dan
waktu. Ciri-Ciri Pokok Manajemen Ilmiah:

1. Metode ilmiah yang diterapkan terhadap problem-problem produksi.


2. Studi tentang waktu.
3. Studi tentang gerakan.
4. Organisasi fungsional.

2. Manajemen Administrasi
Berbeda dengan kelompok manajemen ilmiah yang memiliki pandangan
bahwa peningkatan produktivitas suatu organisasi dapat dicapai ketika
produktivitas individu ditingkatkan, kelompok manajemen administrasi melihat
bahwa perubahan produktivitas tersebut harus dilakukan secara menyeluruh
dalam sebuah organisasi. Perubahan produktivitas pekerja secara individual,
menurut kelompok ini, tak akan berarti apa-apa jika faktor-faktor lain dalam
organisasi secara keseluruhan tidak juga diperhatikan dan dilakukan perubahan.
Di antara contributor kelompok ini adalah Henry Fayol (1841-1925), Lyndall
Urwick (1891-1983), dan Max Weber (1864-1920).

Henry Fayol, seorang industrialis Perancis, sesungguhnya merupakan contributor


utama dalam kelompok ini. Menariknya, dia tidak dikenal oleh para pebisnis dan praktisi
manajemen selama hidupnya hingga bukunya yang berjudul General and Industrial
Management diterjemahkan ke bahasa inggris pada tahun 1930. Berdasarkan
pengalamannya, manajemen sangat memerlukan proses pengarahan yang dilakukan
secara sistematis di antara pekerja dan manajer agar produktivitas organisasi secara
keseluruhan meningkat.

Selain kontribusinya tersebut, Fayol juga termasuk tokoh pertama yang


memperkenalkan kegiatan-kegiatan operasional dari sebuah perusahaan, yaitu
kegiatan teknis, kegiatan komersil, kegiatan keuangan, kegiatan keamanan, kegiatan
akuntansi, dan kegiatan manajerial. Adapun kegiatan manajerial yang dimaksud adalah
kegiatan yang terdiri dari fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemberian perintah, pengoordinasian, serta pengawasan dan
pengendalian. Fayol meyakini bahwa keseluruhan fungsi manajemen ini merupakan inti
dari kegiatan manajemen.
Selain Fayol, Lyndall Urwick juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi manajemen
dalam kegiatan organisasi. Setelah menyelesaikan kariernya sebagai kepala angkatan
bersenjata di Inggris, Urwick lebih dikenal sebagai ahli dan konsultan manajemen. Dia
melakukan integrasi atau penggabungan teori manajemen ilmiah sebagaimana
dikenalkan oleh Taylor dan pasangan Gilberth dengan apa yang telah dikenalkan oleh
Fayol. Di antara kontribusinya adalah lahirnya semacam panduan atau guidelines bagi
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi. Namun kemudian, Urwick
lebih dikenal sebagai seseorang yang mampu menggabungkan teori-teori dari
kelompok-kelompok manajemen terdahulu daripada kontribusinya mengenai fungsi-
fungsi manajemen dalam organisasi.

Sekalipun Max Weber hidup sezaman dengan Fayol dan Urwick, namun
kontribusinya dalam teori manajemen baru dikenali setelah tahun 1947, di mana
karyanya diterjemahkan ke bahasa inggris pada tahun tersebut. Weber, seorang ahli
sosiologi dari German, memberikan kontribusi mengenai pentingnya birokrasi dan
prosedur dalam kegiatan manajemen. Birokrasi dan prosedur merupakan salah satu
kegiatan manajemen yang harus dilakukan agar keseluruhan organisasi bisa dijalankan
dengan lancer dan mencapai tujuannya.

Kesimpulan Mengenai Perspektif Manajemen Klasik


Perspektif manajemen klasik yang terdiri dari kelompok manajemen ilmiah dan
manajemen administrasi telah memberikan kontribusi berharga bagi dunia manajemen,
dan memberikan dasar-dasar bagi pengembangan teori manajemen selanjutnya.
Diantara kontribusi yang berharga adalah mengenai spesialisasi pekerjaan, studi
mengenai masa dan beban kerja, serta metode ilmiah mengenai kegiatan manajemen
yang secara ringkas terepresentasikan melalui apa yang kita kenal sebagai fungsi-
fungsi manajemen. Prosedur dan birokrasi juga termasuk kontribusi berharga dari
kelompok manajemen klasik ini.

Akan tetapi harus diakui bahwa salah satu kelemahan perspektif dari kelompok ini
adalah bahwa mereka kurang memerhatikan aspek kemanusiaan sebagai salah satu
aspek penting dalam organisasi. Aspek manusia yang tidak hanya dilihat dari faktor
pemberian upah atau insentif, akan tetapi dari karakteristik kemanusiaan secara lebih
menyeluruh, di mana manusia memiliki kebutuhan, motif, tujuan, dan perilaku yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

B. Kelompok Kedua: Perspektif Manajemen Perilaku (Teori Neo Klasik)

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, salah satu kelemahan perspektif


manajemen klasik adalah belum masuknya faktor manusia sebagai faktor penting
dalam manajemen dan organisasi. Berbeda dengan perspektif manajemen klasik,
perspektif manajemen perilaku (behavioral management perspective) justru
menekankan pada pentingnya manajemen dalam memerhatikan perilaku dan
kebiasaan individu manusia yang terdapat dalam sebuah organisasi dan pentingnya
pula manajemen melakukan perubahan perilaku dan kebiasaan manusia yang ada
dalam organisasi agar organisasi dapat berjalan dengan baik.

Perspektif manajemen perilaku banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep psikologi


yang diaplikasikan dalam sebuah industri. Tidak heran, diantara kontributornya adalah
seorang psikolog Jerman yang bernama Hugo Munstberg (1863-1916). Munstberg juga
dikenal sebagai the father of industrial psychology.[6] Munstberg menyatakan bahwa
para psikolog bisa memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam sebuah
kegiatan bisnis atau industri dalam hal seleksi pekerja dan upaya-upaya yang dapat
memotivasi kerja. Kegiatan pemotivasian pekerja sangatlah diperlukan agar perilaku
dan kebiasaan para pekerja yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya dapat
diperhatikan namun sekaligus diarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi.
Kegagalan pemberian motivasi bagi para pekerja akan menyebabkan perbedaan yang
ada pada pekerja dari sisi perilaku dan kebiasaan mendorong ke arah kegagalan
organisasi dalam mencapai tujuannya daripada semestinya.
Selain Munstberg, Mary Parker Follet termasuk kontributor utama dalam perspektif
manajemen perilaku.7 Definisinya mengenai manajemen, seni dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan melalui orang lain, menunjukkan bahwa tugas manajemen tidak hanya
melakukan kegiatan sistematis dalam rangka pencapaian tujuan, tetapi merupakan juga
seni dalam memahami perilaku orang lain sehingga dapat diarahkan kepada
pencapaian tujuan.

The Howthorne Studies

Salah satu kontribusi berharga dalam dunia manajemen adalah apa yang telah
dihasilkan oleh studi yang dilakukan di perusahaan Western Electric di Howthorne
antara tahun 1927 hingga 1932 yang disponsori oleh perusahaan besar General
Electric dan dilakukan oleh Elton Mayo dan rekan-rekannya. Studi ini terdiri dari dua
eksperimen. Eksperimen pertama dilakukan bagi kelompok pekerja yang memperoleh
manipulasi atas penerangan di tempat kerjanya. Sedangkan eksperimen kedua
dilakukan bagi kelompok pekerja yang memasang telepon di bank-bank di mana
dijanjikan bahwa jika para pekerja memasang sambungan telepon lebih banyak maka
akan diberikan insentif lebih.

Kedua eksperimen ini menyimpulkan bahwa ternyata pemberian insentif dan juga
nyala lampu atau penerangan tidak menentukan produktivitas pekerja, akan tetapi
adanya perlakuan yang sama oleh manajer serta perhatian khusus lah yang akan
menentukan produktivitas para pekerja. Tentunya tidak berarti bahwa mereka tidak
membutuhkan insentif atau penerangan secukupnya dalam bekerja, akan tetapi
perhatian dan penerimaan sosial rupanya lebih menjadi faktor yang mempengaruhi
perilaku mereka dalam bekerja daripada faktor insentif dan faktor individu.

Teori Relasi Manusia (Abraham Maslow) .

Teori relasi manusia merupakan pengembangan dari eksperimen Howthorne


studies. Teori relasi manusia berargumentasi bahwa pada dasarnya manusia selalu
melakukan respons terhadap konteks sosial dimanapun dia berada. Salah satu
kontributor teori relasi manusia ini adalah seorang yang bernama Abraham Maslow. Dia
menyatakan bahwa perilaku manusia dimotivasi oleh keragaman kebutuhan yang
dihadapinya. Keragaman kebutuhan ini direpresentasikannya melalui apa yang
dinamakan dengan Hierarki Kebutuhan.

Menurut Maslow ada lima tingkatan kebutuhan yaitu kebutuhan fisik (physical
needs), kebutuhan keamanan (safety and security needs), kebutuhan sosial
(social/belongingness needs), kebutuhan penghargaan (esteem needs), dan kebutuhan
aktualisasi diri (self-actualization needs).

Maslow menyatakan bahwa kelima kebutuhan tersebut berlaku secara hierarkis,


artinya pemenuhannya berawal dari tingkatan yang paling bawah, yaitu kebutuhan fisik,
hingga tingkatan yang paling tinggi, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan
yang hierarkinya lebih tinggi cenderung tidak akan memotivasi tenega kerja sekiranya
kebutuhan pada hierarki yang lebih bawah belum terpenuhi.
Selain Maslow, Douglas McGregor memberikan kontribusi berharga mengenai
dinamika dalam relasi manusia. McGregor memperkenalkan kepada kita bahwa pada
dasarnya manusia dapat diklasifikasikan menjadi tipe X dan tipe Y. Mereka yang bertipe
X cenderung bersifat pasif, malas, tidak mau bekerja kecuali kalau disuruh, kurang
inisiatif, dan kurang menyukai tantangan, serta akan berdisiplin jika diawasi. Untuk yang
dikategorikan tipe X ini, pendekatan manajemen yang harus dilakukan adalah yang
terkait dengan pengawasan dan pengarahan yang menyeluruh dan terus-menerus.
Adapun klasifikasi yang kedua adalah tipe Y di mana mereka yang bertipe Y memiliki
karakteristik proaktif, menyukai tantangan dan pekerjaan, memiliki banyak ide dan
inisiatif, serta berdisiplin adalah bagian dari tantangan prestasi yang ingin dicapainya.
Untuk mereka yang berkategori Y ini, pendekatan manajemen lebih kepada pemberian
delegasi dan kepercayaan daripada pengawasan terus-menerus dan menyeluruh.

B. Kelompok Ketiga: Perspektif Manajemen Kuantitatif


Kelompok ketiga dalam melakukan pendekatan studi manajemen adalah
perspektif manajemen kuantitatif, yaitu perspektif yang mulai tumbuh dan
berkembang setelah perang dunia kedua. Diantara dua perspektif yang muncul dalam
kelompok manajemen kuantitatif ini adalah perspektif manajemen sains dan
manajemen operasi. Perspektif Manajemen Sains
Penggunaan istilah manajemen sains ini agak mirip dengan manajemen saintifik
atau ilmiah yang diperkenalkan oleh Taylor. Akan tetapi, perlu dicatat perbedaannya
bahwa perspektif manajemen sains di sini lebih menekankan pada penggunaan
model matematika dalam penyelesaian seluruh kegiatan dan persoalan manajemen.
Sebuah model matematika pada dasarnya merupakan representasi dari sebuah
sistem, proses, dan hubungan antar subsistem dalam sistem tersebut. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa perspektif ini mencoba menjelaskan realitas dalam kegiatan
manajemen organisasi melalui model.

Perspektif Manajemen Operasi


Berbeda dengan perspektif manajemen sains, pendekatan manajemen operasi
merupakan salah satu bentuk aplikasi manajemen sains yang lebih memfokuskan pada
kegiatan tertentu dalam kegiatan manajemen secara operasional. Manajemen operasi
membantu manajemen agar dapat melakukan kegiatan produksi secara lebih efektif
dan efisien.

Teori Manajemen Kontemporer


Apa yang dihasilkan pada beberapa waktu lalu telah memberikan kontribusi berharga
bagi perkembangan dunia manajemen, terutama aplikasinya dalam organisasi. Pada
dasarnya, ketiga kelompok pemikiran tersebut tidak sepenuhnya kontradiksi satu sama
lain, namun pada dasarnya justru dengan kelebihan dan kekurangan serta
keterbatasannya dapat saling melengkapi satu sama lain.
Sebagai tambahan, ilmu manajemen berkembang hingga kini (kontemporer) yang
pengembangannya terjadi dalam berbagai bentuk dan konsep manajemen. Secara
garis besar, pengembangannya ini dapat terbagi menjadi dua, yaitu perspektif sistem
dalam manajemen dan perspektif kontingensi dalam manajemen.

Perspektif Sistem dalam Manajemen Perspektif sistem merupakan salah satu


konsep penting dalam ilmu manajemen kontemporer. Sistem didefinisikan sebagai
kesatuan elemen-elemen dalam organisasi yang memiliki fungsinya masing-masing,
terintegrasi satu sama lain secara menyeluruh dan melalui sebuah proses diarahkan
untuk pencapaian suatu tujuan. Perspektif manajemen sistem pada dasarnya berupaya
untuk mewujudkan tujuan organisasi berupa output yang bermanfaat bagi lingkungan
dengan melakukan proses transformasi dari faktor input yang juga diperoleh dari
lingkungan. Adapun yang termasuk dalam subsistem- subsistem atau elemen-
elemennya adalah dari mulai sumber daya manusia, bahan baku, informasi, uang
(input), dan kemudian sistem administrasi, sistem operasi, teknologi, dan sistem kontrol
(proses transformasi) dan barang atau jasa, output informasi, maupun tanggapan
apakah apa yang dihasilkan oleh organisasi sesuai dengan permintaan atau keinginan
mereka.

Salah satu perspektif dalam manajemen yang juga cukup populer saat ini adalah
perspektif kontingensi. Pendekatan seperti klasik, perilaku dan kuantitatif dalam
manajemen dapat dikatakan sebagai perspektif yang universal dalam manajemen
karena memberikan semacam “jalan yang tepat dan umum” (one best and general way)
untuk melakukan kegiatan manajemen. Pendekatan kontingensi justru merupakan
kebalikannya. Pendekatan kontingensi memandang bahwa dikarenakan karakteristik
organisasi berbeda dengan yang lainnya, maka pendekatan manajemen yang harus
diberikan juga secara otomatis akan berbeda. Dari sisi kepemimpinan misalnya, dapat
dikatakan bahwa pendekatan demokratis cukup baik untuk digunakan dalam sebuah
organisasi, karena pendekatan demokratis memberikan kesempatan kepada semua
orang dalam organisasi untuk dapat memberikan pandangannya dan terlibat aktif dalam
memberikan masukan bagi kemajuan organisasi.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya terdapat tiga kelompok besar dalam melihat teori dan praktik
manajemen. Ketiga kelompok tersebut (Kelompok Manajemen Klasik, Manajemen
Perilaku, Manajemen Kuantitatif) memiliki latar belakangnya masing-masing sekaligus
kelebihan dan kekurangannya. Dalam prakteknya, para manajer tidak hanya mengikuti
satu aliran atau mazhab tertentu, mereka biasanya menggunakan konsep-konsep atau
kombinasi konsep-konsep yang dikembangkan oleh aneka macam mazhab
manajemen.
Ada berbagai isu kontemporer yang terkait dengan dunia teori dan prakrik
manajemen. Berbagai isu tersebut meliputi isu seputar DOWNSIZING, DIVERSITY
MANAGEMENT, INFORMATION TECHNOLOGY, GLOBALISASI, ETIKA DAN
TANGGUNG JAWAB SOSIAl, MANAGING FOR QUALITY, dan SERVICE ECONOMY.
B. Saran
Teori-Teori Manajemen ini hendaknya dipelajari dengan sungguh- sungguh agar
pengaplikasiannya dalam kehidupan nyata menjadi maksimal serta bisa juga dijadikan
referensi. Cukup kiranya bahasan kami tentang materi ini, kami sadar sepenuhnya
makalah ini masih jauh dari sempurna. Mohon kiranya saudara pembaca memberikan
masukan demi adanya perbaikan di tugas kami selanjutnya. Akhir kata kami sampaikan
terima kasih.
Daftar Pustaka

Diana, Irine Sari Wijayanti. 2008. Manajemen. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Dr. Winardi, S.E. Pengantar Ilmu Manajemen (Suatu Pendekatan Sistem). Bandung:
Nova. Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
Bumi Aksara. Tisnawati , Ernie Sule & Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar
Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Handoko, Hani. 2012. Manajemen. Jogjakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai