Dosen Pengampu :
Erna Puspita, M.Ak
Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2021
Kata Pengantar
i
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan
kuasaNya-lah kami bisa menyelesaikan makalah Akuntansi Manajemen ini,
yakni berupa makalah dengan judul “KARTU NILAI KESEIMBANGAN
(BALANCED SCORECARD)”.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengalami berbagai hambatan,
namun hambatan itu bisa kami lalui karena pertolongan Allah dan berbagai
pihak lainnya. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada segala
pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih dari jauh dari
sempurna, baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami
miliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................25
3.2 SARAN............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
competitiveness dan efektivitas organisasi. Konsep ini memperkenalkan suatu
sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria
tertentu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Balanced scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan
(2) berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja perusahaan. Kartu skor juga dapat digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan. Melalui kartu ini
skor yang hendak diwujudkan perusahaan di masa depan dibandingkan dengan
hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan
evaluasi atas kinerja perusahaan diukur serta berimbang dari dua aspek keuangan
dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, maupun internal dan
eksternal.
Keseimbangan (balanced) disini menunjuk pada adanya kesetimbangan
pada perspektif-perpektif yang akan diukur, yaitu antara perpektif keuangan dan
perspektif nonkeuangan sebagai berikut:
1. Perspektif pelanggan, yaitu untuk menjawab pertanyaan bagaiman
customer memandang perusahaan.
2. Perspektif internal, untuk memjawab pertanyaan pada bidang apa
perusahaan memiliki keahlian.
3. Perspektif inovasi dan pembelajaran, untuk menjawab pertanyaan
apakah perusahaan mampu berkelanjutan dan menciptakan value.
4. Perspektif keuangan, untuk menjawab pertanyaan bagaimana
perusahaan memandang pemegang saham. (Hayati, 2011, hal. 63)
4
strategis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut (1) komprehensif, (2)
koheren, (3) seimbang dan (4) terukur. (Widilestari, 2011, hal. 87)
Pengukuran kinerja perusahaan yang menggunakan pendekatan kinerja
tradisional di era perekonomian saat ini sudah tidak efektif, karena hanya meniali
dari segi keuangan, sedangkan kondisi pada non keuangan belum terpenuhi dan
tidak difokuskan penyebab dan dampaknya untuk kelangsungan perusahaan.
Kenyataannya, kondisi non keuangan yang berkaitan dengan manajemen kinerja
pada intern perusahaan berpengaruh besar pada keuntungan perusahaan, salah
satunya berkaitan dengan kepuasan pelanggan dan loyalitas pegawai dalam suatu
proses bisnis. Kelemahan dari pengukuran kinerja tradisional atau dalam segi
kauangan adalah ketidakmampuannya memberikan gambaran yang komprehensif
mengenai kinerja perusahaan.
Pengukuran kinerja yang efektif mampu menilai keseluruhan perspektif
dalam perusahaan di mana pengukuran kinerja tersebut terangkum dalam suatu
sistem pengukuran strategis yakni Balanced Scorecard. Balanced
Scorecard (BSC) merupakan alat manajemen kontemporer yang didesain untuk
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan
secara berkesinambungan (sustainable outstanding financial
performance). (Solichah, 2015, hal. 2)
Kapla and Norton (1992) menyatakan bahwa strategi yang berhasil harus
mencakup empat prespektif.
1. Perspektif keuangan: menggunakan ukuran kerja keuangan seperti laba
bersih dan pendapatan.
2. Perspektif pelanggan: mempertimbangkan kepuasan pelanggan dan
seberapa baik perusahaan bersaing melawan pesaingnya dalam
memenuhi kepuasan pelanggan.
3. Perspektif proses bisnis internal: mempertimbangkan seberapa baik
perusahaan mengembangkan, memproduksi, dan menyerahkan produk
dan jasa.
5
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan: mengevaluasi kemampuan
karyawan untuk berubah dan melakukan perbaikan diri. (Salman, 2016,
hal. 256)
6
effectivennes). Dari aspek keuangan, untuk sektor bisnis akan mengutamakan
keuntungan, pertumbuhan dan pangsa pasar, sedangkan sektor publik
dimaksudkan untuk pengukuran produktivitas dan tingkat efisien. (Tillah, 2010,
hal. 2-3)
Ada dua perbedaan yang mendasar antara pengukuran tradisional dengan
pendekatan balance scorecard pada perspektif internal, yaitu pendekatan
tradisional lebih menekankan pada controlling dan melakukan perbaikan
terhadap proses yang ada dengan lebih memfokuskan pada variance reports,
sebalinya pada pendekatan balance scorecard, penekanannya diletakkan pada
penciptaan proses baru yang ditujukan pada customer and financial
objectives. (Rivai, 2010, hal. 619)
Sebagai konsekuensi dari perbedaan antara sistem manajemen tradisional
dan sistem manajemen tradisional semata-mata digunakan sebagai alat
pengendalian, sedangkan pelaporan pada sistem manajemen strategis balance
scorecard digunakan sebagai alat strategis. Perbedaan keduan bentuk sistem
manajemen ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
7
fungsi dalam organisasi. (Rivai,
2010, hal. 609)
1. Komprehensif ( comprehensive)
Sebelum konsep balanced scorecard lahir, perusahaan beranggapan
bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk
mengukur kinerja perusahaan. Setelah balanced scorecard berhasil
diterapkan, para eksekutif perusahaan baru menyadari bahwa perspektif
keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari tiga perspektif lainnya, yaitu
pelanggan, proses bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran
yang lebih holistik, luas, dan menyeluruh (komprehensif) ini berdampak pada
perusahaan untuk lebih bijak dalam memilih strategi perusahaan dan
memberikan kemampuan bagi perusahaan itu untuk memasuki area bisnis
yang lebih kompleks.
2. Koheren (coherence)
8
Di dalam balanced scorecard ada istilah hubungan sebab akibat
(causal relationship). Setiap perspektif (keuangan, customer, proses bisnis,
dan pembelajaran-pertumbuhan) mempunyai tujuan atau sasaran strategis
(strategic objective). Tujuan atau sasaran strategis ini merupakan keadaan atau
kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang yang merupakan
penjabaran dari tujuan perusahaan. Tujuan atau sasaran strategis untuk setiap
perspektif harus dapat dijelaskan dengan hubungan sebab akibat. Misalnya
pertumbuhan Return on Investment (ROI) ditentukan oleh meningkatnya
kualitas pelayanan kepada customer, pelayanan kepada customer bisa
ditingkatkan karena perusahaan menerapkan teknologi informasi yang tepat
guna dan keberhasilan penerapan teknologi informasi ini didukung oleh
kompetensi dan komitmen dari karyawan. Hubungan sebab akibat ini
disebut koheren.
3. Seimbang (balanced)
Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan dalam empat
perspektif meliputi sasaran jangka pendek dan sasaran panjang yang berfokus
pada faktor internal dan eksternal. Keseimbangan dalam balanced
scorecard juga tercermin dengan selarasnya scorecard karyawan
dengan scorecard perusahaan sehingga sehingga setiap personal yang ada di
dalam perusahaan bertanggung jawab memajukan perusahaan.
4. Terukur (measured)
Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya
keyakinan bahwa ‘if we can measure it, we can manage it, if we can manage
it, we can achieve it’ artinya ketika perusahaan dapat mengukur sesuatu,
perusahaan dapat mengelolanya dan jika perusahaan dapat mengelola sesuatu,
perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sasaran strategis yang
sulit diukur seperti pada perspektif customer, proses bisnis internal, serta
pembelajaran dan pertumbuhan, melalui balanced scorecard dapat dikelola
karena setiap perspektif dapat ditentukan ukuran yang tepat.
9
2.3 Evolusi Pemikiran Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton menjelaskan bahwa BSC digunakan untuk mengukur
kinerja perusahaan. Kaplan dan Norton memperkenalkan empat perspektif, yaitu
perspektif keuangan , perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Setelah pemikiran Kaplan dan Norton
yang menjadikan BSC sebagai sistem baru pengukuran kinerja, BSC mengalami
evolusi atau perkembangan pemikiran sampai dengan saat ini. Terdapat tiga
pemikiran penting tentang hasil riset yang menunjukkan adanya perubahan
kinerja atau pemikiran BSC.
Studi pertama dilakukan Lipe Salteno, studi mereka berdua bertujuan
untuk menguji pengaruh karakteristik BSC (ukuran umum untuk banyak unit
versus ukuran unik untuk unit tertentu) terhadap evaluasi atasan atas kinerja unit.
Studi tersebut menjelaskan bahwa ukuran umum (common work wear division),
sedangkan ukuran unik (unique measures) adalah ukuran BSC yang hanya
berlaku untuk satu divisi saja (rad wear division atau work wear division).
Selanjutnya riset yang dilakukan oleh Andrew Neely pada tahun 2008.
Dari buku yang ditulis Bob Kaplan dan David Norton yang diterbitkan oleh
Harvard Business Review tahun 1992 dapat diketahui adanya fakta bahwa 30%
hingga 60% dari perusahaan besar AS telah mengadopsi BSC. Penelitian yang
dilakukan Andrew Neely ini bertujuan mengeksplorasi dampak kinerja balanced
scorecard dengan menggunakan desain kuasi-eksperimental. Studi Neely (2008)
menggunakan data laporan keuangan selama tiga tahun dari dua perusahaan
besar yang berbasis di Inggris, dimana perusahaan satu telah
menerapkan balanced scorecard sementara perusahaan yang lain yang belum
menerapkan BSC. Perusahaan yang pertama telah menerapkan BSC mulai
Januari 2001 memberikan data sebanyak 122 cabang, sementara perusahaan
kedua, terus menggunakan metode tradisional dalam pelaporan kinerja selama
periode penelitian dan data yang disediakan sebanyak 190 cabang. Kedua
10
sekumpulan data tersebut dibandingkan menurut cabang yang berbasis di lokasi
yang sama. Pencocokan dengan lokasi ini memungkinkan penelitian untuk
membandingkan perubahan kinerja organisasi selama masa penerbitan,
sementara mengontrol kondisi ekonomi lokal, berbagai produk, dan basis
pelanggan.
Studi ini membuat beberapa kontribusi pada literatur BSC dalam
pengukuran kinerja. Hasil studi ini menyediakan beberapa bukti berbasis
lapangan yang pertama pada potensi balanced scorecard perusahaan untuk
memberikan informasi yang berguna pada pengujian strategi dan validasinya.
Penelitian sebelumnya telah mengabaikan peran potensial BSC dan lebih
terfokus pada penggunaannya dalam mengkomunikasikan tujuan strategis
karyawan, mengevaluasi kinerja unit bisnis, dan menyelaraskan insentif
karyawan diseluruh unit bisnis dan fungsi. Meskipun bukti akademik bahwa
ukuran kinerja non-keuangan biasanya mengarah ke kinerja keuangan, hasil studi
ini menunjukkan bahwa hubungan antara ukuran kinerja non-keuangan dan
kinerja keuangan tergantung pada karakteristik strategi yang ditangkap oleh
beberapa ukuran seperti telah diuraikan sebelumnya.
Dalam dua puluh tahun terakhir, Balanced Scorecard (BSC) telah
dianggap sebagai sistem pengukuran kinerja efektif. Dalam dekade terakhir, BSC
secara bertahap terhubung dengan tujuan manajemen strategis dan pengendalian
kinerja. Namun, para ahli masih tidak pasti tentang hubungan sebab akibat antara
BSC dan peningkatan prestasi tujuan atau sasaran strategis dan kinerja.
11
tema strategis: pertumbuhan pendapatan, penurunan biaya, dan pemanfaatan aset.
Ketiga tema ini merupakan blok bangunan untuk pengembangan tujuan dan
ukuran operasional khusus.
Pertumbuhan pendapatan
beberapa kemungkinana tujuan berhubungan dengan pertumbuhan
pendapatan. Diantara kemungkinan-kemungkinan inii adalah sebagai berikut:
peningkatan jumlah produk baru, pembuatan aplikasi baru produk yang sudah
ada, pengembangan pelanggan dan pasar baru, dan pengadopsian strategi
penentuan harga yang baru. Setelah tujuan operasional diketahui, ukuran
kinerja dapat dirancang.Sebagai contoh, ukuran yang mungkin untuk daftar
tujuan diatas (dalam urutan yang diberikan) adalah persentase pendapatan dari
produk baru, persentase dari pendapatan dari pelanggan dan segmen pasar
baru, serta profitabilitas produk atau pelanggan.
Penuruana biaya
Penurunan biaya per unit produk, per pelanggan, atau per jalur
distribusi adalah contoh tujuan penurunan biaya. Ukuran yang tepat sudah
jelas: biaya per unit objk biaya khusus. Trend dalam ukuran ini akan
menyatakan apakah biaya telah berkurang atau tidak. Untuk tujuan ini,
keakuratan pembebebanan biaya memegang peran yang penting,
penghitungan biaya berdasarkan aktivitas dapat memainkan peranan
pengukuran yang penting, khususnya untuk biaya penjualan dan administrasi
biaya yang biasanya tidak dibebankan pada objek biaya seperti pelanggan dan
jalur distribusi.
Penggunaan asset
12
Perbaikan pemanfaatan aseta adalah tujuan utama.Ukuran keuangan
seperti laba atas investasi dan nilai tambah ekonomi digunakan. Karena
ukuran laba atas investasi dan nilai tambah ekonomi.
Menurut Kaplan dan Norton (1996) balanced scorecard tetap
mempertahankan ukuran finansial sebagai suatu ringkasan penting kinerja
manajerial dan bisnis. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan modal/ ekuitas, serta laporan arus kas tetap
memegang peranan penting dimana informasi yang disediakan bersifat
kuantitatif sehingga dapat selalu mengingatkan manajer untuk mengadakan
tindakan perbaikan di sektor-sektor yang penting. Sofyan S. Harahap [1999],
menguraikan jenis-jenis laporan keuangan yang telah dikemukakan di atas,
yaitu:
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal
4. Laporan Arus Kas
13
umumnya terdiri dari :
Current Ratio
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang/
kewajiban lancar Rasio ini memperbandingkan jumlah aktiva lancar
dengan kewajiban lancar.
Current assets
Current ratio =
Current liabilities
14
Receivables
Receivables Sales Outstanding Days = =
Average sales per day
Receivables
Annual sales/360
Sales
Fixed assets turnover ratio = assets ¿
Net ¿
Debt Ratio
Rasio ini mengukur prosentase total dana yang di sediakan para kreditor,
yaitudengan membandingkan antara total hutang dengan total asset.
total debt
Debt Ratio :
total assets
Ties Interest Earned (TIE) Ratio
Rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak
(Earning Before Interest and Taxes = EBIT)dengan beban bunga. Rasio
15
ini mencerminkan sejauh mana laba perusahaan boleh menurun karena
tidak mampu membayar beban bunga tahunan
EB IT
Time Interest Earned (TIE) :
Interest c h anger
4. Profitability Ratio
Profit Margin Ratio
Dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak (net Income) dengan
penjualan
ProfitMargn Ratio :
16
Perspektif pelanggan adalah sumber komponen pendapatan dari tujuan
keuangan.Perspektif ini mendefinisikan dan memilih pelanggan dan segmen
pasar di mana perusahaan memilih untuk bersaing.Tujuan dan Ukuran Utama
setelah pelanggan dan segmen didefinisikan, maka tujuan dan ukuran utama
dikembangkan.Tujuan dan ukuran utama adalah sesuatu yang umum di semua
organisasi. Ada lima tujuan utama: peningkatan pangsa pasar, peningkatan
retensi pelanggan, peningkatan pembelian pelanggan. Ukuran utama yang
mungkin untuk tujuan ini secara berurutan, adalah pangsa pasar (persentase
pasar), persentase pertumbuhan bisnis dari pelanggan yang ada dan persentase
pelanggan yang kembali, jumlah pelanggan baru, tingkat dari survey kepuasan
pelanggan, dan profitabilitas individual dan segmen.Penghitungan biaya
berdasarkan aktivitas adalah alat kunci dalam penilaian profitabilitas pelanggan.
Ada dua kelompok pengukuran pelanggan yang dimiliki oleh perspektif ini yaitu
customer core measurement dan customer value propositions.
17
c) Customer Acquistion (akuisisi pelanggan). Pengukuran ini menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam menarik dan memenangkan pelanggan baru
di segmen pasar yang ada. Hal ini dapat ditunjukkan oleh pengukuran
terhadap banyaknya jumlah pelanggan baru atau jumlah penjualan kepada
pelanggan baru.
d) Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan). Pengukuran ini menilai
tingkat kepuasan pelanggan atas kriteria kinerja tertentu di dalam value
proposition. Kepuasan pelanggan yang diukur ini memberikan umpan balik
mengenai seberapa baik perusahaan menjalankan bisnisnya.
e) Customer Profitability (profitabilities pelanggan). Pengukuran ini
menghitung laba bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen tertentu
setelah dikurangi dengan berbagai pengeluaran yang dibutuhkan untuk
mendukung pelanggan tersebut. Hal ini dapat memberikan yang baik bagi
manajer mengenai efektifitas strategi segmen pasar perusahaan.
18
a. Product/ Service attributes (atribut produk/ jasa). Fungsionalitas
produk jasa, harga, serta kualitas tercakup dalam atribut ini. Tiap
pelanggan memiliki preferensi yang berbeda terhadap produk atau jasa
yang diinginkannya. Contoh preferensi pelanggan terhadap produk/
jasa misalnya harga yang rendah, produk yang unik, produk yang
bermutu tinggi, pengiriman yang tepat waktu dan sebagainya
b. Customer Relationship (Hubungan pelanggan). Menyangkut
penyampaian produk/ jasa kepada pelanggan yang meliputi dimensi
waktu tanggap dan penyerahan serta perasaan pelanggan setelah
membeli produk/ jasa tersebut yang responsif dengan ketepatan waktu
merupakan faktor penting bagi kepuasan pelanggan.
c. Image and reputation (citra dan reputasi). Image dan reputasi
perusahaan dapat dibangun melalui iklan atas produk/ jasa yang
ditawarkan serta menyediakan mutu yang baik atas produk / jasa
tersebut. Image and reputation menggambarkan faktor-faktor tak
terwujud yang menarik pelanggan untuk berhubungan dengan
perusahaan.
Proses inovasi: tujuan dan ukuran. Tujuan proses inovasi meliputi hal
berikut: peningkatan jumlah produk baru, peningkatan presentase pendapatan
dari produk yang dimiliki, dan penurunan waktu untuk mengembangkan
19
produk baru, peningkatan persentase pendapatan dari produk yang dimiliki,
dan penurunan waktu untuk mengembangkan produk baru. Ukuran yang
berhubungan adalah produk baru aktual yang dikembangkan versus produk
yang dirancangkan, presentase pendapatan dari produk yang dimiliki dan
waktu siklus pengembangan (waktu untuk pasar).
Proses operasional: Tujuan dan ukuran. Ada tiga tujuan proses operasional
yang hampir selalu disebutkan dan ditekankan yaitu: peningkatan kualitas
proses, peningkatan efisiensi proses dan penurunan waktu proses. Contoh
ukuran kualitas proses adalah biaya kualitas, hasil output (output bagus/input
bagus), dan persentase unit yang cacat (output bagus/output total).
Waktu siklus dan velositas. Waktu untuk merespons suatu pesanan
pelanggan disebut responssiveness. Waktu siklus dan velositas adalah dua
ukuran operasional untuk responssiveness. Waktu siklus adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi unit output dari waktu bahan
diterima (titik permulaan siklus) hingga barang dikirim ke persediaan barang
jadi (titik akhir siklus). Jadi, waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan
untuk memproduksi suatu produk (waktu/unit yang diproduksi). Velositas
adalah jumlah unit output yang dapat diproduksi dalam suatu periode waktu
tertentu (unit yang diproduksi/waktu). Dengan menggunakan waktu produksi
teoritis yang tersedia untuk suatu periode (dalam menit), biaya standar bernilai
tambah per menit dapat dihitung :
Untuk memperoleh biaya konversi per unit, biaya standar per unit ini
dikalikan dengan waktu siklus aktual yang digunakan untuk memproduksi
unit selama periode tersebut.
20
- Efisiensi siklus manufaktur (MCE). Ukuran operasional berdasarkan
waktu yang lain menghitung efisiensi siklus manufaktur (MCE) sebagai
berikut :
Waktu proses
MCE =
(waktu proses+ waktu pindah+ waktuinspeksi+ waktu penantian)
Dimana waktu proses adalah waktu yang dipakai untuk mengubah material
menjadi barang jadi.
- Mutu
Program peningkatan mutu yang umum dilakukan setiap perusahaan
sangat memerlukan suatu pengukuran seperti persentase produk cacat,
reworks, jumlah pengembalian barang dan seterusnya. Selain itu, untuk
meningkatkan mutu, pengukuran juga harus dilaksanakan disetiap
tahapan sebelum suatu produk berhasil dibuat atau suatu jasa selesai
dilaksanakan.
- Biaya
Biaya memegang peranan penting dalam setiap segmen dalam
perusahaan termasuk dalam hal proses operasi. Penekanan biaya tanpa
harus menurunkan kualitas produk atau jasa, sangat penting dilakukan
oleh para manajer sesuai dengan strategi dan tujuan perusahaan.
21
Proses pelayanan pasca penjualan: tujuan dan ukuran. Peningkatan
kualitas, peningkatan efisiensi, dan penurunan waktu proses adalah juga
merupakan tujuan yang dibutuhkan pada proses pelayanan pasca penjualan.
22
Jumlah aktiva perusahaan pada tahun 2004 adalah sebesar Rp.
102.338 juta, yang merupakan peningkatan Rp. 4.429 juta atau
sebesar 7,52%, bila dibandingkan dengan aktiva tahun 2003.
Peningkatan aktiva disebabkan oleh meningkatnya jumlah aktiva
tidak lancar terutama peningkatan biaya penyertaan serta aktiva lain-
lain.
b. Kewajiban (Liabilities)
Jumlah kewajiban perusahaan pada tahun 2004 adalah sebesar Rp.
49.340 juta, yang merupakan penurunan sebesar Rp. 2.847 juta atau
sebesar 5.45% bila dibandingkan dengan kewajiban pada tahun
2003.
c. Ekuitas (Equities)
Jumlah ekuitas perusahaan pada tahun 2004 adalah sebesar Rp.
52.998 juta, yang merupakan peningkatan sebesar Rp. 7.278 juta
atau sebesar 15,91%, bila dibandingkan dengan ekuitas pada tahun
2003. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya tambahan
modal disetor 2004.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan pada laporan laba rugi antara lain :
a. Penjualan Bersih
Total penjualan bersih tahun 2004 adalah Rp. 190, 625 juta, yang
merupakan peningkatan sebesar Rp. 24.714 juta, atau sebesar
14,89% bila dibandingkan dengan penjualan bersih pada tahun 2003.
Peningkatan tersebut dikonstribusi oleh peningkatan volume
penjualan sebagai dampak program Makro HoReKa Extravaganza
dan promosi mingguan.
b. Laba usaha
23
Laba usaha tahun 2004 adalah Rp. 8.355 juta, yang merupakan
penurunan sebesar Rp. 298 juta atau sebesar 3,44% bila
dibandingkan tahun 2003. Laba usaha tidak mengalami penurunan
yang berarti. Penurunan laba usaha terutama disebabkan oleh
perubahaan struktur harga jual, promosi yang agresif dan
peningkatan beban usaha serta administrasi antara lain biaya sewa
sehubungan dengan program Makro HoReKa Extravaganza.
c. Laba Bersih
Laba bersih tahun 2004 adalah Rp. 6.135 juta, yang merupakan
penurunan sebesar Rp. 891 juta atau sebesar 12,68%, bila
dibandingkan dengan laba bersih pada tahun 2003.
d. Beban Usaha
Total beban usaha tahun 2004 adalah 38.320 juta, yang merupakan
peningkatan sebesar Rp. 11.057 juta atau sebesar 40,55%, bila
dibandingkan dengan beban usaha pada tahun 2003. Peningkatan
tersebut disebabkan oleh program peningkatan kualitas fisik toko
yang mengakibatkan kenaikan beban transportasi pengiriman barang
serta beban umum dan administrasi.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan
kuat-tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum,
penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan sumber daya alam
akan tergantung pada:
3.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
https://16aksyaclompat.blogspot.com/2018/03/makalah-balanced-scorecard.html
https://www.academia.edu/29842860/MAKALAH_BALANCED_SCORCARD_
FIX.docx
iv