Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PENGUKURAN KINERJA DENGAN BALANCED SCORECARD”

DISUSUN OLEH:

KELAS C1

NURUL ANDINY FAUZIAH HASYIM

09120190131

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESA
MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang


Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Makalah telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
kita pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang Pengukuran Kinerja dengan
Balanced Scorecard.
Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan
mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf
bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa
kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.

Makassar, 18 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR I SI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 5
1.3 TUJUAN ....................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
2.1 PENGERTIAN BALANCED SCORECRAD ............................................. 9
2.2 EMPAT PERSPEKTIF PADA BALANCED SCORECARD ................. 12
2.3 INDIKATOR KINERJA PADA TIAP PERSPEKTIF .......................... 14
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 19
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 19
3.2 SARAN ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Zaman sekarang persaingan bisnis semakin kompetitif dan variatif. Persaingan


bisnis juga mendorong terciptanya banyak bidang usaha yang baru dan lebih
moderen, salah satunya adalah bisnis properti. Persaingan dan perkembangan
bisnis properti di Indonesia saat ini semakin ketat dan semakin pesat, hal ini
terlihat dari sibuknya pengembang bisnis besar dan kecil yang membangun
berbagai jenis produk properti baru yang ditawarkan kepada masyarakat, seperti
rumah, apartemen, tanah, dan jenis lainnya. Untuk itu dalam memenangkan proses
persaingan bisnis, para pengembang bisnis perlu mengevaluasi kinerja
perusahaan. Hal ini tentunya dengan meninjau pengukuran kinerja masing-masing
perusahaan. Terdapat banyak alat atau metode yang dapat digunakan dalam
melakukan pengukuran kinerja (Dasum et al., 2021).
Salah satunya adalah Balanced Scorecard. Balanced Scorecard (BSC) adalah
alat pengukur kinerja yang pemahamannya dalam mencatat rencana kerja akan
dicapai pada masa yang akan datang, dengan menerapkan keseimbangan antara
faktor finansial dan non-finansial, strategi jangka panjang dengan jangka pendek,
serta keseimbangan antara perspektif internal dan eksternal (Dasum et al., 2021).
Pengukuran kinerja juga menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen
perusahaan untuk mengetahui seberapa tingkat keberhasilan yang di capai,
sebagai bahan evaluasi terhadap performa perusahaan dan perencanaan tujuan di
masa yang akan datang. Gambaran mengenai kinerja perusahaan bisa didapatkan
dari dua sumber, yakni informasi finansial dan informasi nonfinansial (Ulum,
2008).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara
lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Balanced Scorecard?

4
2. Apa saja 4 perspektif pada Balanced Scorecard?
3. Apa saja indikator-indikator kinerja pada tiap perspektif tersebut?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah


ini sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengukuran Kinerja
2. Untuk mengetahui terkait apa itu Balanced Scorecard
3. Untuk mengetahui ke-4 perspektif pada Balanced Scorecard
4. Untuk mengetahui indikator kinerja pada tiap perspektif tersebut

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BALANCED SCORECARD


Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategi yang
menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan
tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap 4 (empat) perspektif
yaitu: a) perspektif keuangan, b) perspektif pelanggan, c) perspektif bisnis
internal, dan d) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Hamdalah et al.,
2021).
Istilah Balanced Scorecard terdiri dari 2 kata yaitu Balanced (berimbang) dan
Scorecard (kartu skor). Kata berimbang (Balanced) dapat diartikan kinerja diukur
secara berimbang dari sisi, yaitu sisi keuangan dan nonkeuangan, mencakup
jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan bagian internal dan eksternal.
Sedangkan pengertian kartu skor (Scorecard) adalah suatu kartu yang digunakan
untuk mencatat skor hasil kinerja, baik untuk kondisi sekarang ataupun untuk
perencanaan di masa yang akan datang. Balanced Scorecard dikembangkan untuk
merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektivitas perusahaan
melalui empat perspektif yang menjadi komponen utama, dan selanjutnya akan
dilakukan pengukuran terhadap masing-masing perspektif tersebut dengan
beberapa alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan secara
keseluruhan baik untuk kategori keuangan maupun nonkeuangan (Astawa et al.,
2020).
Balanced scorecard merupakan perencanaan strategis dan sistem manajemen
yang digunakan secara luas baik dalam organisasi, meningkatkan komunikasi
internal dan eksternal dan mengawasi kinerja organisasi sesuai dengan tujuan
strategi perusahaan. Balanced Scorecard juga merupakan Alat bantu dalam
melakukan penilaian kinerja dan konsepnya berupa keseimbangan antara
perspektif keuangan dan perspektif non keuangan, sebagai bagian dari strategi
organisasi dimasa mendatang (Pawan et al., 2018).
Balanced scorecard merupakan bagian dari sistim manajemen, pengukuran
dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif sehingga dapat
menjadi referensi bagi manajer untuk mengetahui performa bisnis. Pengukuran

6
kinerja ini melihat unit bisnis dari empat perspektif yaitu perspektif keuangan,
pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan serta proses pembelajaran dan
pertumbuhan. Melalui sebab akibat (cause and effect) perspektif keuangan
menjadi perspektif utama yang dijelaskan oleh tolak ukur operasional pada tiga
perspektif lainnya sebagai driver (lead indicator) (Permana, 2020).
Penggunaan Balanced Scorecard (BSC) telah menyebar luas sebagai
pengukuran kinerja dan sistem manajemen. Premis dasar bahwa evaluasi dari
suatu instansi seharusnya tidak terbatas pada evaluasi keuangan tradisional tetapi
harus dilengkapi dengan langkah-langkah mengenai kepuasan pelanggan, proses
internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Dalam perkembangan selanjutnya,
Balanced Scorecard tidak hanya dipakai untuk mengukur kinerja organisasi saja,
namun berkembang menjadi inti sistem manajemen strategi. Lebih dari sekadar
pengukuran, Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen yang memotivasi
breakthrough improvement dalam semua bidang kritis, seperti produk, proses,
customer, dan pengembangan pasar. Ada empat proses managing strategi yang
mengkombinasikan tujuan jangka panjang dan jangka pendek secara optimal yaitu
proses menterjemahkan visi (translating the vision), communication and linking,
proses business planning, dan proses feedback and learning (Pawan et al., 2018).
Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu alat pengukur kinerja
perusahaan yang mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan, baik secara
keuangan maupun nonkeuangan dengan menggunakan empat perspektif yaitu,
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (Zuniawan, 2020).

2.2 EMPAT PERSPEKTIF PADA BALANCED SCORECARD


Dalam konsep Balanced Scorecard ini dikembangkan untuk melengkapi
pengukuran kinerja keuangan (atau dikenal dengan pengukuran kinerja
tradisional) dan kinerja non keuangan sebagai alat yang cukup penting bagi
organisasi koperasi untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetisi dan
efektivitas organisasi. Konsep ini memperkenalkan suatu sistem pengukuran
kinerja koperasi dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut
sebenarnya merupakan penjabaran dari apa yang menjadi misi dan strategi

7
koperasi dalam jangka panjang, yang digolongkan menjadi empat perspektif yang
berbeda yaitu (Astawa et al., 2020):
1. Perspektif keuangan : Bagaimana kita berorientasi pada para pemegang
saham.
2. Perspektif pelanggan : Bagaimana kita bisa menjadi supplier utama yang
paling bernilai bagi para pelanggan.
3. Perspektif proses bisnis internal : Proses bisnis apa saja yang terbaik yang
harus kita lakukan, dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk
mencapai tujuan finansial dan kepuasan pelanggan.
4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran : Bagaimana kita dapat
meningkatkan dan menciptakan value secara terus menerus, terutama dalam
hubungannya dengan kemampuan dan motivasi karyawan.
Menurut Kaplan & Norton, empat perspektif balanced scorecard terdiri atas
perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan dan perspektif pelanggan (Sari & Arwinda, 2015). Adapun
jenisnya sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
Dari perspektif keuangan ini, kinerja keuangan tetap digunakan dalam
mengukur apakah dalam strategi organisasi, implmentasi strategi hingga
pelaksanaan akan membawa dampak positif bagi organisasi. Pada perspektif
ini, tujuan dan ukuran keuangan harus dapat berperan ganda, sehingga
pada akhirnya dapat menentukan strategi, sasaran akhir dari sebuah tujuan
yang telah disusun.
2. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan memungkinkan organisasi melakukan identifikasi
dan pengukuran proporsi nilai yang akan diberikan organisasi kepada
pelanggan dan pasar sasaran.
3. Perspektif Bisnis Internal
Pada perspektif proses bisnis internal dibutuhkan perhitungan dengan
cara Network Growth Ratio (NGR) yang akan melakukan perbandingan atas
jaringan pada unit kerja dengan perbandingan peningkatan jaringan unit.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

8
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran, yaitu: tingkat kepuasan dan produktivitas kerja karyawan
serta persentase pelatihan karyawan.

2.3 INDIKATOR KINERJA PADA MASING-MASING PERSPEKTIF


1. Perspektif keuangan
Perspektif keuangan tetap digunakan dalam BSC, karena ukuran keuangan
dapat menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi perusahaan
memberikan perbaikan atau tidak bagi peningkatan keuntungan perusahaan
saham. Terdapat berbagai macam indikator yang digunakan dalam pengukuran
perspektif keuangan, misalnya seperti :
a. NPM (Net Profit Margin)
Menurut Hery (2015 : 235) mengemukakan bahwa Net profit margin
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentasi laba
bersih atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
bersih terhadap penjualan bersih. Menurut Werner R. Muhardi (2013 : 64)
mengemukakan bahwa NPM mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba neto dari setiap penjualannya. Semakin tinggi
nilai net profit margin maka menunjukan semakin baik.
b. ROA (Return On Assets)
Menurut Fahmi (2014 : 135), ROA adalah suatu alat yang digunakan
untuk menilai sejauh mana modal investasi yang ditanamkan mampu
menghasilkan laba yang sesuai dengan harapan investasi. Return on Asset
(ROA) memiliki kegunaannya tersendiri bagi berbagai pihak. Kegunaan
ROA adalah mencari tahu profitabilitas dan efisiensi perusahaan dan
membandingkan performa perusahaan dengan perusahaan saingan.
c. ROE (Return On Equity)
Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri, Kasmir (2015 : 204). Sementara itu, menurut Kasmir
(2015 : 197) Tujuan penggunaan rasio Return on equity bagi perusahaan
maupun pihak luar perusahaan, yaitu: untuk menilai besarnya laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri, untuk mengukur produktivitas seluruh
dana perusahaan yang digunakan baik pinjaman maupun modal sendiri,

9
serta untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri maupun pinjaman.
2. Perspektif pelanggan atau konsumen
Dalam perspektif pelanggan, Kaplan dan Norton menjelaskan terdapat
kedua kelompok pengukuran (Sumarsan, 2010 : 25), yaitu:
a. Pengukuran Inti Pelanggan (Customer Core Measurement)
b. Proposisi Nilai Pelanggan (Customer Value Proposition)
Merupakan atribut yang diberikan perusahaan kepada barang dan
jasanya untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas perusahaan. Proposisi
nilai pelanggan didasarkan pada atribut sebagai berikut:
3. Perspektif proses bisnis internal
Dalam proses bisnis internal, perusahaan pada umumnya tidak terlepas dari
kegiatan inovasi, operasi, dan layanan purna jual (Sumarsan, 2010 : 229).
Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga hal tersebut di atas:
a. Inovasi (Innovation), pada proses ini perusahaan berusaha menggali
pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan produk
atau jasa yang mereka butuhkan.
b. Operasi (Operation), proses untuk memproduksi dan mendistribusikan
produk atau jasa ke tangan konsumen. Proses operasi menekankan kepada
penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien, dan tepat waktu.
c. Layanan Purna Jual (Post Sales Service), pada proses ini merupakan jasa
pelayanan kepada pelanggan setelah dilakukan penjualan produk atau jasa.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 kategori yang dapat
digunakan perusahaan sebagai tolak ukur (Sumarsan, 2010 : 232), yaitu :
a. Kemampuan pekerja Kemampuan pekerja merupakan bagian kontribusi
pekerja pada perusahaan.
b. Kemampuan sistem informasi, untuk mencapai tujuan perusahaan maka
keahlian pekerja saja tidak cukup tetapi masih diperlukan sistem informasi
yang yang baik, yaitu tingkat ketersediaan informasi, tingkat ketepatan
informasi yang tersedia, serta jangka waktu untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan.

10
c. Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan merupakan hal yang sangat
penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan terhadap
upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi para
pekerja, agar para pekerja mempunyai wewenang yang memadai untuk
mengambil keputusan. Sudirman (2013) menyebutkan, bahwa untuk
meningkatkan efektifitas kinerja karyawan dapat dilakukan dengan
pemberian motivasi. berupa pemberian insentif, pemberian penghargaan,
pemberian pendidikan dan pelatihan, serta promosi jabatan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Balanced scorecard merupakan perencanaan strategis dan sistem manajemen
yang digunakan secara luas baik dalam organisasi, meningkatkan komunikasi
internal dan eksternal dan mengawasi kinerja organisasi sesuai dengan tujuan
strategi perusahaan. Balanced Scorecard juga merupakan Alat bantu dalam
melakukan penilaian kinerja dan konsepnya berupa keseimbangan antara
perspektif keuangan dan perspektif non keuangan, sebagai bagian dari strategi
organisasi dimasa mendatang.
2. Menurut Kaplan & Norton, empat perspektif balanced scorecard terdiri atas
perspektif keuangan yaitu bagaimana kita berorientasi pada para pemegang
saham, perspektif pelanggan yaitu bagaimana kita bisa menjadi supplier
utama yang paling bernilai bagi para pelanggan, perspektif proses bisnis
internal yaitu proses bisnis apa saja yang terbaik yang harus kita lakukan,
dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk mencapai tujuan finansial
dan kepuasan pelanggan, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
yaitu bagaimana kita dapat meningkatkan dan menciptakan value secara terus
menerus, terutama dalam hubungannya dengan kemampuan dan motivasi
karyawan.
3. Adapun indikator-indikator pada masing-masing perspektif yaitu:
a. Perspektif keuangan: NPM, ROA dan ROE
b. Perspektif pelanggan: Pengukuran Inti Pelanggan (Customer Core
Measurement) dan Proposisi Nilai Pelanggan (Customer Value
Proposition)
c. Perspektif proses bisnis internal: Inovasi, Operasi dan Layanan Purna Jual
d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan: Kemampuan pekerja
(kepuasan pekerja, retensi pekerja dan produktivitas pekerja),
Kemampuan sistem informasi dan Motivasi.

12
3.2 SARAN
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.

13
DAFATAR PUSTAKA

Alimudin, A., Falani, A. Z., Mudjanarko, S. W., & Limantara, A. D. (2019). Analisis
Pengaruh Penerapan Perspektif Balanced Scorecard Terhadap Peningkatan
Kinerja UMKM. EkoNiKa Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri, 4(1), 1-17.

Astawa, I. G. P. B., Julianto, I. P., & Dewi, L. G. K. (2020). Penilaian Kinerja


Koperasi Unit Desa (KUD) Penebel Tabanan Dengan Pendekatan Balanced
Scorecard. Monex: Journal of Accounting Research, 9(1), 18-29.

Dasum, A. A., Manossoh, H., & Gerungai, N. Y. (2021). EVALUASI KINERJA PT.
CIPUTRA DEVELOPMENT TBK CABANG CITRALAND MANADO
DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 9(1).

Hamdalah, M. R., & Muhammad, K. (2021). Analisis Kinerja Perusahaan Sebagai


Upaya Meningkatkan Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced
Scorecard (Studi Kasus: PT. XYZ). Jurnal Pendidikan dan Teknologi
Indonesia, 1(1), 27-33.

Lesmana, I. S. (2021). Analisis Balanced Scorecard Sebagai Pendekatan Penilaian


Kinerja Pada Koperasi Kartika Sultan Ageng Tirtayasa Serang. Jesya
(Jurnal Ekonomi dan Ekonomi Syariah), 4(1), 24-36.

Pawan, E., Utami, E., & Nasiri, A. (2019). Mengukur Tingkat Kematangan Tata
Kelola Sistem Informasi Akademik Menggunakan COBIT 4.1 dan Balanced
Scorecard. Creative Information Technology Journal, 5(2), 127-137.

Zuniawan, A., Julyanto, O., Suryono, Y. B., & Ikatrinasari, Z. F. (2020).


Implementasi metode balanced scorecard untuk mengukur kinerja di
perusahaan engineering (Study Case PT. MSE). Journal Industrial
Servicess, 5(2), 251-256.

Anda mungkin juga menyukai