MANAGEMENT
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Akuntansi Manajemen
Dosen Pengampu : Rigel Nurul Fathah, S.E., M.Ak., Akt
Disusun Oleh :
Hanifah Adhe Amalia (2110701013)
Suviana Ningrum (2110701016)
Dwi Indah Ferika (2110701017)
Raisya Nuraini Putri (2110701027)
Muhammad Jujun Nurjaman (2110701033)
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman cover ………………………………………………………………………..i
Kata pengantar ……………………………………….………………….……………1
Daftar isi …………………………………………….………………….…………….2
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….………………3
A. Latar Belakang ………………………………………….…….………………3
B. Batasan Masalah……………………………………………………………….3
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………3
D. Sistematika Penulisan…………………………………………….……………4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….…………..5
A. BALANCED SCORECARD………………………………………………….5
B. ENVIRONTMENTAL COST MANAGEMENT…………………..…………9
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..……17
A. Kesimpulan …………………………………………………………………..17
B. Saran …………………………………………………………………………17
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan yang sangat pesat pada dunia bisnis menyebabkan banyak
perubahan dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan SDA, dan
penanganan transaksi antara perusahaan dengan pelanggan dan perusahan dengan
perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam menyebabkan terjadinya
penciutan laba yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang berhasil adaptasi dengan
perkembangan zaman biasanya dibuktikan dengan mampu memuaskan konsumen,
menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effective.
Dalam akuntansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk
menunjang proses manahemen yang disebut dengan balanced Scorecard. Balanced
Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan
suatu bentuk transformasi strategi secara total kepada seluruh tingkatan dalam
organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya merupakan
ukuranukuran keuangan, tetapu penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan non
keuangan. Maka perusahaan dapat menjalankannya dengan baik.
Selain itu, banyak perusahaan yang sedang mengembangkan dan mewujudkan
eco-efficiency yang lebih baik, dimana mereka secara bersamaan meningktkan
produksi barang maupun service mereka dan juga sekaligus mengurangi efek yang
merusak terhadap lingkungan dari produk tersebut. Bagaimana caranya agar biaya-
biaya yang timbul akibat kegiatan ini diaplikasikan dalam akuntansi managerial?
Yaitu dengan cara pengaplikasian biaya perusahaan yang berhubungan dengan
lingkungan atau biasa disebut dengan environmental cost (EC). untuk lebih jelasnya,
maka penulis akan memaparkan kedua materi tersebut di dalam makalah ini.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini terkait dengan Balanced Scorecard dan
Environmental Cost Management baik dalam pengertian, tujuan, dan lainlain yang
berkaitan dengan materi di atas.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian, tujuan, dan
hal lainnya terkait Balanced Scorecard dan Environmental Cost Management.
3
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini akan dibagi dalam tiga bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Berisi materi yang kami angkat, yaitu Balanced Scorecard dan Environmental Cost
Management.
BAB III : PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran dari materi yang diangkat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. BALANCED SCORECARD
1. Pengertian
Balanced scorecard dikembangkan pada tahun 1993 oleh Prof. Robert Kaplan
dan David Norton, dari Harvard Businesss School dan hingga kini masih terus
diperbaiki (David, 2006 : 226). Kaplan & Norton (2000 : 17) mengemukakan,
Balanced scorecard adalah suatu kerangka kerja untuk mengintegrasikan berbagai
ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan, yaitu ukuran kinerja finansial masa
lalu dan memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan, yang meliputi
perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan,
diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara
eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata.
Pearson and Robinson (2007 : 254) mendefinisikan balanced scorecard
sebagai satu kumpulan dari empat ukuran yang berkaitan langsung dengan strategi
suatu perusahaan: kinerja keuangan, pengetahuan mengenai pelanggan, proses bisnis
internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard merupakan suatu
sistem manajemen strategi yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke
dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk
setiap 4 (empat) perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses usaha dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
5
Balanced scorecard memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan proses
manajemen dan seluruh organisasi berfokus pada pelaksanaan strategi jangka
panjang.Manfaat balanced scorecard bagi perusahaan menurut (Robert S. Kaplan,
2001) adalah sebagai berikut:
1. Balanced scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk
mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang;
2. Balanced scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam
perspektif keuangan dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal,
dan belajar dan bertumbuh), dan
3. Balanced scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka
investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan
prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan di masa mendatang.
6
Yaitu serangkaian aktivitas yang ada dalam organisasi untuk
menciptakan produk/jasa dalam rangka memenuhi harapan pelanggan.
Perspektif ini menjelaskan proses bisnis yang dikelola untuk memberikan
layanan dan nilai-nilai kepada stakeholder dan customer. Dalam perspektif ini
perusahaan mengidentifikasi segmen pasar di mana perusahaan akan
berkompetisi. Ukuran yang sering dipakai adalah customer satisfaction,
customer retention, new customer aqcuisition, customer profitability, dan lain-
lain.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Yaitu perspektif yang menggambarkan kemampuan organisasi untuk
melakukan perbaikan dan perubahan dengan memanfaatkan sumber daya
internal organisasi. Kesinambungan suatu organisasi dalam jangka panjang
sangat tergantung pada perspektif ini.
2. Koheren
berarti Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan
sebab akibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan
strategis. Kekoherenan itu akan memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam
mencari inisiatif strategis yang menghasilkan sasaran strategis yang bermanfaat untuk
menghasilkan kinerja keuangan.
3. Seimbang
7
berarti empat perspektif yang ada di dalam Balanced Scorecard mencerminkan
keseimbangan antara pemusatan ke dalam (internal focus) dengan ke luar (external
focus). Keseimbangan antara proses bisnis intern dan pertumbuhan dan pembelajaran
sebagai internal focus dengan kepuasan customer dan kinerja keuangan sebagai
external focus.
4. Terukur
berarti sasaran strategis yang sulit diukur secara tradisional dalam Balanced
Scorecard dilakukan pengukuran agar dapat dikelola dengan baik. Sasaran strategis
yang sulit diukur adalah customer, proses bisnis intern serta pertumbuhan dan
pembelajaran. Kaplan dan Norton menjelaskan beberapa kelemahan alat ukur kinerja
tradisional, sebagai berikut:
a. Ukuran finansial tidak cukup untuk mengevaluasi perjalanan perusahaan di
dalam lingkungan yang kompetitif.
b. Ukuran finansial menceritakan hanya sebagian, tidak semua tindakan masa
lalu dan tidak mampu memberikan pedoman yang memadai bagi upaya
penciptaan nilai finansial masa depan yang dilaksanakan saat ini dan masa
yang akan datang.
c. Sistem tradisional kurang mendukung investasi jangka panjang dan hanya
menekankan pada usaha pengembalian investasi jangka pendek yang
tujuannya mempengaruhi harga saham saat ini.
d. Sistem tradisional lebih menyukai bentuk investasi yang mudah diukur
dibandingkan investasi pada aktiva tidak berwujud seperti inovasi,
kemampuan pekerja, dan kepuasan pelanggan yang lebih sulit diukur secara
kuantitatif.
8
2. Sistem manajemen yang digunakan oleh perusahaan tidak pas dengan tuntutan
lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan.
3. Sistem pengelolaan kinerja personil tidak selaras dengan sistem manajemen
strategik.
9
sebagai contoh adalah biaya yang di tanggung oleh pembayar pajak untuk
membayar gaji pegawai sungai atau danau yang tercemar, atau biaya yang
ditanggung oleh individu, maupun pihak swasta dan asuransi dan asuransi
kesehatan masyarakat berkaitan dengan masalah kesehatan yang di timbulkan
oleh polusi.
Salah satu kejadian tragis ditahun 2010 adalah kebocoran minyak di
Teluk Meksiko yang berasal dari ledakan kilang minyak lepas pantai
Deepwater Horizonmenjadi contoh nyata dari private maupun social
environmental cost. Social environmental cost ditunjukkan oleh kerusakan
besar yang dimasa yang akan datangtermasuk biaya yang timbul untuk
membersihkan pantai dan lahan basah yang ada,rusaknya wilayah rekresasi
dan juga industri perikanan lokal, serta juga masalahkesehatan masyarakat
akibat kontaminasi hydrocarbon di air sekitar teluk, rawa dan pantai.
Sedangkan private environmental cost kan ditanggung oleh perusahaan-
perusahaan yang ikut serta dalam pengoperasian pengeboran Deepwater
Horizon seperti British Petroleum dan rekanannya dimana total cost yang
harus ditanggung oleh BP sendiri secara estimasi di tahun 2010 adalah sebesar
USD 40 Milliar.
2. Visible dan Hidden Environmental Cost
Setelah kita mengerti mengenai private dan social environmental cost,
maka perlu juga dipahami mengenai visible dan hidden environmental cost
karena bisa jadi private maupun social environmental cost itu sifatnya visible
atau hidden.
Visible environmental cost adalah biaya-biaya yang dapat
teridentifikasi, terukurdan dihubungkan kepada masalah-masalah lingkungan
yang terjadi, seperti contoh adalah biaya pajak untuk membayar pegawai
pemerintah yang mengawasi masalah lingkungan,atau juga biaya yang
dikeluarkan untuk membersihkan sungai dan danau yang tercemar.
Hidden environmental cost adalah biaya-biaya yang sangat susah
teridentifikasidan dihubungkan dengan masalah-masalah lingkungan yang
terjadi seperti biaya yangditanggung oleh individu, serta asuransi kesehatan
mengenai dampak kanker pada penggunaan sun-block, atau karena semakin
menipisnya lapisan ozon dimana kedua halini masih menjadi perdebatan dan
10
belum ada yang meyakinkan secara pasti hubunganantara kanker dan kedua
hal ini.
11
dan biaya depresiasi untuk peralatan yang digunakan untukmengurangi polusi. Tetapi
biaya incremental material yang disebabkan oleh penggantian penggunaan bahan
Sinter menjadi less-polluting pellet untuk menyesuaikan dengan peraturan lingkungan
yang ketat tidak dapat dilaporkan secara terpisah oleh system akuntansi sebagai
environmental cost sehingga sekali lagi biaya ini dianggap sebagai hidden cost.
Kenapa masalah visible cost dan hidden cost kemudian menjadi sangat
penting ? karena begitu banyak penelitian menyebutkan bahwa sistem akuntansi
hanya mampu menyajikan visible cost dan hanya menjadi bagian yang kecil saja dari
hidden cost , dan jika dikembalikan pada contoh perusahaan pengolahan baja diatas,
maka hidden costnya bisa mencapai 10 kalilipat dari visible costnya.
3. Prevention strategy.
Strategy utama untuk memaksimalkan nilai dari sebuah kegiatan yang
berhubungan dengan polusi adalah dengan tidak menghasilkan polusi sejak
dari awal proses produksi. Dengan strategi ini, perusahaan sejak awal
menghindari permasalahan yang berlawanan dengan peraturan pemerintah
mengenai lingkungan, dan pada akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan.
12
5. Pembebanan Biaya Lingkungan
Hansen Mowen (2005), produk dan proses merupakan sumber-sumber
biaya lingkungan. Proses yang memproduksi produk dapat menciptakan residu
padat, cair, dan gas yang selanjutnya dilepas ke lingkungan. Residu ini memiliki
potensi mendegradasi lingkungan. Dengan demikian, residu merupakan penyebab
biaya kegagalan lingkungan internal dan eksternal (misalnya, investasi pada
peralatan untuk mencegah penyebaran residu lingkungan dan pembersihan residu
setelah memasuki lingkungan). Proses produksi bukanlah satu-satunya sumber
biaya lingkungan. Pengemasan juga merupakan sumber biaya lingkungan.
Produk sendiri dapat menjadi sumber biaya lingkungan. Setelah menjual
produk penggunaan dan pembuangannya oleh pelanggan dapat mengakibatkan
degradasi lingkungan. Hal ini adalah contoh biaya lingkungan pascapembelian
(environmental postpurchase cost). Biaya lingkungan pascapembelian sering kali
ditanggung oleh masyarakat, dan bukan oleh perusahaan, sehingga merupakan
biaya sosial. Akan tetapi, kadang-kadang biaya lingkungan pascapembelian
dikonversi menjadi biaya eksternal yang direalisasikan
1. Biaya Produk Lingkungan
Biaya lingkungan dari proses produksi, pemasaran, dan pengiriman
produk serta biaya lingkungan pasca pembelian yang disebabkan oleh
penggunaan dan pembuangan produk merupakan contoh-contoh biaya produk
lingkungan. Penghitungan biaya lingkungan penuh (full environmental costing)
adalah pembebanan semua biaya lingkungan, baik yang bersifat privat maupun
sosial ke produk. Penghitungan biaya privat penuh (full privat costing) adalah
pembebanan biaya privat ke produk individual. Biaya privat dapat dibebankan
dengan menggunakan data yang dihasilkan di dalam perusahaan, sedangkan
biaya penuh memerlukan pengumpulan data yang dihasilkan di luar
perusahaan, yaitu dari pihak ketiga.
2. Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Fungsi
Dengan menggunakan definisi biaya lingkungan dan kerangka kerja
klasifikasi yang baru dikembangkan, biaya lingkungan harus dipisahkan ke
dalam kelompok biaya lingkungan dan tidak lagi disembunyikan di dalam
overhead seperti halnya dalam kebanyakan sistem akuntansi. Dalam
penghitungan biaya berbasis fungsi, dibentuk suatu kelompok biaya
lingkungan dan tingkat atau tarifnya dihitung dengan menggunakan penggerak
13
tingkat unit seperti jumlah jam tenaga kerja dan jam mesin. Biaya lingkungan
kemudian dibebankan kepada setiap produk berdasarkan pemakaian jam
tenaga kerja langsung atau jam mesin. Pendekatan ini dapat berjalan baik
untuk produk yang homogen. Namun, dalam perusahaan yang memiliki
banyak produk yang bervariasi, pembebanan biaya semacam ini dapat
mengakibatkan distorsi biaya.
3. Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Aktivitas
Munculnya penghitungan biaya berbasis aktivitas (activity-based
costing) ikut memfasilitasi penghitungan biaya lingkungan. Untuk perusahaan
yang menghasilkan beragam produk, pendekatan berbasis aktivitas lebih tepat.
ABC membebankan biaya ke aktivitas lingkungan dan kemudian menghitung
tingkat atau tarif aktivitas. Tingkat ini digunakan untuk membebankan biaya
lingkungan ke produk. Untuk aktivitas-aktivitas lingkungan ganda, setiap
aktivitas akan dibebankan biaya, dan tingkat aktivitas akan dihitung. Tingkat
ini kemudian digunakan untuk membebankan biaya lingkungan ke produk
berdasarkan penggunaan aktivitas. Penelusuran biaya lingkungan ke produk-
produk yang menyebabkan biaya-biaya tersebut merupakan syarat utama dari
sistem akuntansi lingkungan yang baik.
14
PT Numade
Laporan Biaya Lingkungan
Berakhir hingga 31 Desember 2006
Biaya Lingkungan %dari biaya
operasi
1.Biaya pencegahan
1.1 pelatihan karyawan $ 60.000
1.2 merancang produk 180.000
1.3 memilih peralatan 40.000 $ 280.000 14,0%
2. Biaya deteksi
2.1 memeriksa proses $ 240.000
2.2mengukur perkembangan 80.000 320.000 1,60%
3. Biaya kegagalan internal
3.1 polusi operasi peralatan $ 400.000
3.2mempertahankan peralatan 200.000 600.000 3,00%
polusi
4. biaya kegagalan eksternal
4.1 membersihkan danau $ 900.000
4.2 memulihkan tanah 500.000
4.3menimbulkan klaim 400.000 1.800.000 9%
kerusakan properti
Jumlah $ 3.000.000 15%
Tabel II.1 Sumber: Hansen Mowen (2005). Managerial Accounting. Seven Edition. Thomson
South-Wester
15
pihak pemegang saham setiap tahunnya. Berikut ini adalah contoh laporan keuangan
lingkungan.
PT. Numade
Laporan Keuangan Lingkungan
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006
Keuntungan Lingkungan
Pengurangan biaya, pencemaran
$ 3.000.000
Pengurangan biaya, pembuangan limbah yang berbahaya 4.000.000
Pemasukan daur ulang
2.000.000
Penghematan biaya konservasi energy
1.000.000
Pengurangan biaya pengemasan 1.500.000
Total keuntungan lingkungan
$11.500.000
Biaya Lingkungan
Biaya pencegahan
$ 2.800.000
Biaya deteksi 3.200.000
Biaya kegagalan internal 6.000.000
Biaya kegagalan eksternal 18.000.000
Total biaya lingkungan
$30.000.000
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan :
1. Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategi yang
menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional
dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap 4 (empat)
perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses
usaha dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
2. Environmental cost adalah biaya yang timbul dalam internal maupun
eksternal perusahaan dan seluruh biaya yang terjadi berhubungan dengan
kerusakan maupun perlindungan lingkungan.
3. Environmental Cost Management (Biaya Lingkungan) merupakan biaya yang
ditimbulkan akibat adanya kuantitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat
dari proses produksi yang dilakukan perusahaan.
B. Saran
Perusahaan harus mampu mengembangkan Balance Scorecard dan mengelola
Environmental Cost Manajement sesuai dengan kebutuhan perusahaan supaya
perusahaan menjadi lebih baik dan berkembang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alimudin, A. (2017). Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis: Analisis Pencapaian
Strategi Menggunakan Balanced Scorecard, 5(2) 200-204.
Panjaitan, P. (2021). Jurnal Ilmiah Kohesi: Sistem Manajemen Strategi dalam
Pengukuran Kinerja Perusahaan, 5(1) 115-121.
Hilton & Platt, Managerial Accounting: Creating Value in a Global Business
Environment, 9th Edition: McGraw-Hill
http://e-journal.uajy.ac.id/1555/3/2EA16011.pdf
18