Dosen Pembimbing :
Dr. Alih Germas, SKM,MARS
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga tugas
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
Daftar Isi
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
yang memuaskan, professional dengan harga bersaing sehingga strategi dan
kinerja rumah sakit tersebut harus berorientasi pada keinginan pelanggan
(pasien). Untuk itu, diperlukan pengukuran dengan Balanced Scorecard (BSC)
yang diharapkan dapat menjawab tuntutan dan tantangan zaman.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penulisan
Merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan
masalah dengan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam pengukuran kerja tentunya memiliki suatu kendala. Pengukuran kinerja pada
sector swasta bertumpu pada aspek finansial karena tujuannya adalah mencari laba sehingga
mudah diukur karena bersifat kuantitatif fan nyata. Namun, kondisi ini berbeda dengan
organisasi sector public dalam menjalankan fungsinya adalah kepuasan yang dirasakan oleh
masyarakat atas penyediaan barang dan jasa public yang bersifat kualitatif.
Dalam pengukuran kinerja tentunya ada hal yang sangat berpengaruh didalamnya,
yaitu visi, misi dan strategi. Pengertian visi menurut Mulyadi (2001) sebagai “gambaran
kondisi organisasi yang akan diwujudkan dimasa depan”. Visi yang baik adalah yang
realistis untuk dicapai, mempersatukan dan memotivasi seluruh anggota yang akan berperan
sebagai sumber inspirasi dan komitmen yang mendorong perilaku dan kinerja baru bagi
setiap personel organisasi dan menunjukkan jalan mereka mencapai solusi. Karenanya,
tantangan terbesar bagi organisasi pada decade mendatang adalah bagaimana menerjemahkan
visi strategiknya ke dalam berbagai praktek yang dapat dieksekusi di semua jajaran
perusahaan. Sedangkan misi itu adalah tujuan yang unik yang dimiliki organisasi yang
membedakan dari organisasi lain yang sejenis yang akan mencerminkan cakupan organisasi
kegiatan dari organisasi yang bersangkutan.
Perbedaan antara visi dan misi adalah bahwa visi yang telah ditetapkan dapatlah
berganti bila enitas sudah dapat mencapainya. Sedangkan misi lebih menekankan pada situasi
masa kini tetapi cenderung relative tetap dan relevan sepanjang waktu.
Sedangkan strategi adalah cara yang dipilih oleh manajemen puncak untuk
mewujudkan visi organisasi melalui misi. Strategi yang baik adalah adanya Tindakan
fungsional bukan memberikan gambaran rinci tentang apa yang harus dilakukan pada setiap
keadaan.
Untuk itu untuk mewujudkannya, dibutuhkan pengukuran kinerja yang diaplikasikan
melalui alat ukur yang memalui suatu pendekatan yang akan menilai kinerja keuangan dan
kinerja bukan keuangan yaitu dengan konsep balanced scorecard.
Pada konsep balanced scorecard tidak hanya aspek keuangan (finance) saja yang
menjadi tolak ukur kinerja perusahaan, ada tiga sudut pengukuran lain yang juga
diperhitungkan aspek tersebut yaitu Customer, Internal Business Process dan Learning and
Growth.
Menurut Kaplan dan Norton (1996) Balanced Scorecard terdiri dari 2 kata, yaitu:
a. Scorecard
Yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang yang
nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil kinerja yang
sesungguhnya.
b. Balanced
Menunjukkan bahwa kinerja personel atau karyawan diukur secara seimbang
dan dipandang dari 2 aspek yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek
dan jangka Panjang dan dari segi intern maupun ekstern.
4
Dari definisi tersebut pengertian sederhana dari balanced scorecard adalah kartu skor
yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi
keuangan dan non keuangan, jangka Panjang dan pendek.
Balanced scorecard merupakan suatu kerangka kerja, suatu Bahasa yang
mengkomunikasikan visi, misi, dan strategi kepada seluruh karyawan tentang kunci penentu
sukses saat ini dan masa dating. Selain itu, balanced scorecard juga menekankan bahwa
pengukuran kinerja keuangan maupun non keuangan tersebut haruslah merupakan bagian dari
system informasi seluruh karyawan baik manajemen tingkat atas maupun tingkat bawah,
semua para pekerja di semua tingkat perusahaan.
Menurut Kaplan dan Norton, Langkah-langkah balanced scorecard meliputi 4 proses
manajemen baru. Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka Panjang
dan peristiwa jangka pendek. Keempat proses tersebut adalah:
1. Menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis.
3. Merencanakan, menetapkan, sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif
strategis.
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
5
2. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan memiliki dua kelompoj pengukuran ( Kaplan dan
Norton, 1996: 63-73, yaitu:
1) Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran,
yaitu:
a) Pangsa pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan
proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu.
Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan, uang yang
dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.
b) Retensi pelanggan ( customer retention) : menunjukkan tingkat
dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan
pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui
besarnya presentase pertumbuhan bisnsi dengan pelanggan yang
ada saat ini.
c) Akuisisi pelanggan ( customer acquisition): pengukuran ini
menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik
pelanggan baru memenangkan bisnis baru, akuisisi ini dapat diukur
dengan membandingkan jumlah pelanggan baru di segmen yang
ada.
d) Kepuasan pelanggan (custumor satisfaction): pengukuran ini
berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait
dengan kriteria spesifik dalam value proportion.
6
3. Daya tanggap (responsiveness) adalah kemampuan pegawai untuk
membantu pelanggan dan memberi pelayanan dengan tanggap.
4. Jaminan ( assurance) adalah pengetahuan dan keramahan pegawai yang
dapat menimbulkan kepercayaan diri pelanggan terhadap organisasi.
5. Empati (emphaty) adalah ketersediaan pegawai perusahaan untuk peduli,
memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan dan kenyamanan dalam
melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan
pelanggan.
2) Proses Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi
bisnis lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan
ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada
pelanggan.
7
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitis
yang terkait dengan kondisi internal perusahaan ( Kaplan dan Norton, 1996: 127),
yaitu:
1) Kapabilitas pekerja
Merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan. Sehubungan
dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh
manajemen:
a) Kepuasan pekerja
Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan
produktivitas, tanggung jawab, kualitas, dan pelayanan kepada
konsumen. Unsur yang dapat diukur dalam kepuasan pekerja
adalah keterlibatan pekerja dalam mengambil keputusan,
pengakuan, akses untuk mendapatkan informasi, dorongan untuk
bekerja kreatif fan menggunakan inisiatif serta dukungan dari
atasan.
b) Retensi pekerja
Adalah kemampuan untuk mempertahankan pekerja terbaik dalam
perusahaan. Dimana kita mengetahui pekerja merupakan investasi
jangka Panjang bagi perusahaan. Jadi, keluarnya seorang pekerja
yang bukan karena keinginan perusahaan. Retensi pekerja diukur
persentase turnover di perusahaan.
c) Produktivitas pekerja
Merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari peningkatan
keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan
pelanggan. Tujuannya adalah unutk menghubungkan output yang
dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang seharusnya
untuk menghasilkan output tersebut.
8
Sedangkan menurut Mahsun (2006), keempat perspektif yang digunakan untuk
mengukur kinerja menggunakan model BSC adalah sebagai berikut:
a. Perspektif Finansial
Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang profitabilitas ketercapaian target
keuangan, sehingga didasarkan atas sales growth, return on investment, operating
income, dan cash flow.
b. Perspektif Pelanggan
Merupakan factor-faktor seperti customer satisfaction, customer retention,
customer profitability, dan market share.
c. Perspektif Proses Internal
Mengidentifikasi factor kritis dalam proses internal organisasi dengan berfokus
pada pengembangan proses baru yang menjadi kebutuhan pelanggan.
d. Perspektif Inovasi dan Pembelajaran
Menggunakan factor-faktor yang berhubungan dengan teknologi, pengembangan
pegawai, system dan prosedur, dan factor lain yang perlu diperbaharui,
Dari hasil Tinjauan Pustaka diatas, berikut ini adalah contoh indicator kinerja yang kami
buat:
Sasaran Hasil Pemacu Kinerja Target Langkah
Strategis (Parameter) Startegis
Perspektif
Keuangan
Realisasi % Rasio Program
Kehematan pengeluaran Ekonomis <100 % setiap peningkatan
Penggunaan lebih kecil tahun kehandalan
Anggaran daripada managerial
anggaran
Perspektif
Pelanggan Survey
Kepuasan % Data Survey >75% / bulan Program
Kecepatan pelanggan kepuasan peningkatan
Respon meningkat pelanggan kehandalan
Terhadap laporan, keluhan manajerial
Komplain rekapitulasi
(KRK) komplain atau
keluhan
berkurang
9
Perspektif
Proses Bisnis
Internal
Optimalisasi % jumlah <3% insiden Program
Persentase perawatan pasien jatuh di pasien jatuh / peningkatan
Kejadian Pasien berbasis mutu rawat inap bulan standart
Jatuh dan pelayanan
keselamatan
pasien
Perspektif
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
% staff nakes di Program
area kritis yang >70% per-tahun pengembangan
Persentase staff Peningkatan mendapat SDM dan
di area kritis kompetensi dan pelatihan 20 Keselamatam
yang mendapat kapabilitas staff jam per orang pasien.
pelatihan 20 per tahun
jam / orang /
tahun
10
Untuk dapat menghemat anggaran kemungkinan dapat dilakukan dengan
survey harga pasar untuk perbandingan harga sehingga bisa menentukan harga
terendah suatu pembelian barang/jasa dengan kualitas tertentu yang
diinginkan. Atau bisa dengan system tender pengadaan barang dan jasa public
yang telah diatur menurut ketentuan perundang-undangan.
11
Kecepatan dan ketepatan waktu pelayanan rumah sakit untuk merespon
sangatlah penting dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Hal ini dapat
mencerminkan tingkat profesionalisme rumah sakit dalam menanggapi kritik
dan complain customer supaya tidak menimbulkan kekecewaan dan juga dapat
menjadi masukan dalam perbaikan pelayanan supaya dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap RS.
Ketika pasien baru pertama kali masuk perawatan maka dalam 24 jam harus
dilakukan asesmen awal keperawatan dimana dalam asesmen tsb dapat diketahui
kemungkinan pasien berisiko jatuh dengan skoring tertentu menggunakan
instrument penilaian resiko jatuh.
Penilaian resiko jatuh menggunakan skala Morse untuk pasien dewasa, skala
Humpty Dumpty untuk pasien anak-anak , dan skala jatuh untuk pasien geriatric.
Tujuannya untuk dilakukan intervensi dan monitoring yang intensif terhadap
pasien berisiko jatuh dan harus dilakukan re-asesmen jatuh dengan waktu sesuai
derajat skornya.
Sumber yang didapat dari data rekam medik yang dikumpulkan dalam waktu 1
bulan. Dengan rumus (jumlah kejadian pasien jatuh : jumlah pasien rawat inap) x
100%.
Pada perspektif ini kami menggambarkan mengenai persentase staff di area kritis
yang mendapat pelatihan 20 jam/ orang/ tahun. Dengan tujuan tersedianya staff
rumah sakit yang kompeten, kapabel dan berkinerja tinggi.
Staff di area kritis mendapatkan pelatihan 20 jam / orang per tahun adalah staf
tenaga Kesehatan yang bertugas di area kritis seperti IGD, HCU/ICU, HD, ICCU,
unit pelayanan kritikal lainnya sesuai kebutuhan RS yang telah mendapat
pelatihan khusus sesuai gap kompentemsi dan kebutuhan unit kerjanya sebanyak
minimal 20 jam/staff/tahun.
Sumber data diambil dari data kepegawaian unit kerja area kritis, daftar agenda
diklat tahunan, data staff yang ikut pelatihan, laporan evaluasi kinerja staff,
12
dengan frekuensi pengumpulan data selama setahun, dengan menggunakan
hitungan (staf nakes di area kkritis yang mendapat pelatihan 20 jam/orang/ tahun :
jumlah nakes di area kritis RS ) x 100%
Target kehandalan
Program Peningkatan < 100% / tahun
Managerial
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
14
keinginan pelanggan (pasien). Untuk itu, diperlukan pengukuran dengan Balanced Scorecard
(BSC) yang diharapkan dapat menjawab tuntutan dan tantangan zaman.
15