Anda di halaman 1dari 22

TEORI

BSC STAI
Kinerja
• Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingka dengan berbagai kemungkinan seperti standar hasil
kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan disepakati bersama. (Rivai 2005:14)
• Kinerja adalah suatu hasil yang dicapai karena termotivasi dengan
pekerjaan dan puas dengan pekerjaan yang mereka lakukan.
(Maharjan 2012)
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
• Faktor kemampuan (ability)
Secara psikologis, kemampuan teridiri dari kempuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pimpinan dan karyawan yang
memiliki IQ diatas rata-rata apalagi superior, very superior, gifted, dan genius
dengan pendidikan memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah mencapai kinerja
maksimal.
• Faktor motivasi (motivation)
Motivasi diartikan sebagai suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi
kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi
kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya.
Sejarah BSC
• Awal 1992, Robert Kaplan dan David Norton mempublikasikan dalam Harvard
Business Review metode pengukuran mereka: ‘The Balanced Scorecard –
Measures That Drive Performance’. Norton dan Kaplan menempatkan BSC
sebagai alat bagi organisasi. Lebih jauh mereka menyarankan BSC sebagai alat
untuk memperbaiki aliran informasi dan komunikasi antara top eksekutif dan
manajemen menengah dalam perusahaan.
• Norton dan Kaplan (1997, h.184) merekomendasikan integrasi sistematis BSC
kedalam sistem manajemen perusahaan yang telah ada. Asumsi dasar dalam
penerapan BSC adalah pada dasarnya organisasi adalah institusi pencipta
kekayaan, karena itu semua kegiatannya harus dapat menghasilkan tambahan
kekayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Definisi Balance Scorecard
• Balance scorecard adalah suatu sistem manajemen yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, memantau
perkembangan kinerja tersebut serta menjalin strategi dengan
program-program kerja perusahaan dalam rangka mencapai visi yang
telah ditetapkan perusahaan. (Kaplan dan Norton 2006:8)
• Balance scorecard merupakan serangkaian ukuran yang memberi
manajer puncak pandangan bisnis yang cepat tetapi komprehensif.
(Wibowo 2007:339)
Konsep Umum BSC
• Balanced Scorecard terdiri dari 2 suku kata yaitu kartu nilai (scorecard) dan
balanced (berimbang). Maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur
kinerja personil yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan,
serta dapat digunakan sebagai evaluasi. Serta berimbang (balanced)
artinya kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan
dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
• Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan skor
yang hendak diwujudkan di masa depan, personil tersebut harus
memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan
non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara
kinerja bersifat internal dan kinerja eksternal (fokus komprehensif).
Manfaat dan Keunggulan BSC
• Mampu memberi para eksekutif kerangka kerja yang komprehensif untuk
menterjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran
kinerja yang terpadu.
• Mampu menterjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan
ukuran
• Memberi kerangka kerja, bahasa untuk mengkomunikasikan misi, strategi
• Menggunakan pengukuran yang mampu memberikan informasi kepada para
pekerja tentang faktor yang mendorong keberhasilan saat ini dan yang akan
datang
• Mampu memberikan keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka
panjang
Kelemahan BSC
Setiap sistem tetap ada kelemahannya, demikian juga BSC. Kelemahan
BSC antara lain (Lee et.al., 2000):
• perangkat yang lebih secara efektif mengukur implementasi strategi
daripada mengukur penentuan strategi
• Meski berperan penting dalam memperkuat hubungan antara inisiatif
perbaikan pelanggan dan strategi organisasi, namun tidak
mengindikasikan bagaimana pelanggan baru dan pasar baru dapat
diidentifikasi.
Perspektif-perspektif BSC
1. Perspektif keuangan
2. Perspektif pelanggan
3. Perspektif proses bisnis internal
4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
Perspektif Keuangan
Menurut Kaplan dan Norton (1996: 48-49) ada 3 (tiga) tahapan siklus kehidupan bisnis yaitu:
• Perkembangan (Growth)
Perkembangan merupakan tahap awal. Seorang manajer harus terikat komitmen untuk:
1.) Mengembangkan suatu produk atau jasa baru, 2.) Membangun dan mengembangkan fasilitas
produksi, 3.) Menambah kemampuan operasi, 4.) Mengembangkan sistem, infrastruktur dan
jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta 5.) Mengasuh dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan
• Bertahan (Sustain stage)
Sustain stage adalah tahapan kedua dimana organisasi masih melakukan investasi dan reinvestasi
dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, suatu organisasi
mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada bahkan mengembangkannya jika mungkin
• Panen (Harvest)
Pada tahapan ini organisasi telah memperoleh kembali modal yang telah diinvestasikan,
sebelumnya organisasi tersebut telah melakukan analisis kondisi keuangan sehingga dapat
diketahui tentang kemanfaatan dana.
Perspektif Pelanggan
• Pada perspektif pelanggan sebuah organisasi non profit berusaha
untuk mencari tahu pangsa pasar dan para pesaing mereka kemudian
membuat suatu strategi agar organisasi tersebut menjadi lebih
unggul.
• Kaplan (1996) Pada perspektif pelanggan, organisasi harus
memperhatikan kepuasan pelanggan, keinginan pelanggan untuk
menggunakan jasa organisasi, bertambahnya pelanggan baru dan
keuntungan pelanggan
5 Determinan dalam Meningkatkan Kualitas Jasa
Menurut Kotler (1997)
1. Tangible (Berwujud), yaitu tampilan fasilitas fisik, peralatan, personel
dan media komunikasi
2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa
yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya
3. Responsiveness (Kerresponsifan), yaitu kemampuan untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau tanggap
4. Assurance (Jaminan), yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan
5. Emphaty (Jaminan), yaitu syarat peduli, memberi perhatian pribadi bagi
pelanggan
Perspektif Proses Bisnis Internal
• Hansen dan Mowen (2003) perspektif proses bisnis internal
mengidentifikasikan proses-proses yang penting bagi organisasi untuk
melayani pelanggan (perspektif pelanggan) dan pemilik organisasi (perspektif
finasial). Komponen utama dalam proses bisnis internal adalah sebagai berikut:
1. Proses inovasi yang diukur dengan banyaknya produk baru yang dihasilkan
organisasi, waktu penyerahan produk ke pasar dan lainnya
2. Proses operasional yang diukur dengan peningkatan kualitas produk, waktu
proses produksi yang lebih pendek dan lainnya
3. Proses pelayanan yang diukur dengan pelayanan purna jual, waktu yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan dan lainnya
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
• Perspektif ini mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong
pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan yang ditetapkan
dalam perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal
mengidentifikasikan apa yang harus dikuasai perusahaan untuk
menghasilkan kinerja yang istimewa. Tujuan di dalam perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur
yang memungkinkan tujuan yang ambisius dalam ketiga perspektif
lainnya dapat terwujud.
3 Kategori Pokok yang Harus diperhatikan dalam
Perspektif Pertumbuhan dan Pengajaran
1. Kemampuan karyawan. Kemampuan karyawan dalam hal ini ialah semua yang berkaitan
dengan kemampuan karyawan dalam bekerja yang terdiri dari 3 (tiga) bagian:
• Tingkat kepuasan karyawan
• Tingkat mempertahankan karyawan (retensi karyawan)
• Produktivitas karyawan
2. Kemampuan sistem informasi. Karyawan di bidang operasional memerlukan informasi
yang cepat, tepat waktu dan akurat sebagai umpan balik, oleh sebab itu karyawan
membutuhkan suatu sistem informasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Motivasi, Pemberdayaan dan Pembelajaran. Untuk dapat meningkatkan kemampuan
para karyawan harus mempunyai motivasi, diberdayakan dan mengetahi serta
memahami visi dan misi organisasi.
Alasan Perusahaan Menerapkan BSC
Dorongan untuk menyusun sebuah Balanced Scorecard dapat timbul
dari kebutuhan untuk:
1. mengklarifikasi dan memperoleh konsensus tentang visi dan strategi,
2. membangun sebuah tim manajemen,
3. mengkomunikasikan strategi,
4. mengaitkan imbalan dengan pencapaian tujuan strategis,
5. menentukan target strategis,
6. menyelaraskan sumber daya dengan inisiatif strategis,
7. mempertahankan investasi di dalam aktiva intelektual dan tidak berwujud, atau
8. menyediakan dasar bagi pembelajaran strategis.
Proses Penyusunan Balanced Scorecard
• Bangunan Balanced Scorecard dimulai dari visi perusahaan. Kemudian visi ini diuraikan
dalam perspektif-perspektif pengukuran. Pada masing-masing perspektif tersebut
ditetapkan tujuan-tujuan strategis yang lebih spesifik yang merupakan penjabaran dari
visi perusahaan. Atas dasar tujuan strategis ini, perusahaan kemudian menetapkan
faktor-faktor keberhasilan kritikal agar visi perusahaan bisa diwujudkan.
• Setelah penetapan factor-faktor keberhasilan kritikal ini, kemudian ditentukan ukuran-
ukuran strategis yang mencerminkan strategi perusahaan. Terakhir, perusahaan
menyiapkan langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan pada masa mendatang agar
tercapai tujuan-tujuan strategis yang merupakan syarat bagi pencapaian misi
perusahaan.
Proses Penerapan Balanced Scorecard
• Tahap ini membutuhkan pengembangan sistem dan IT (Information
Technology) untuk mengimbangi perubahan lingkungan bisnis yang terus
terjadi. Pengendalian strategis mengantarkan organisasi untuk terus belajar
menyempurnakan ukuran-ukuran agar selalu merefleksikan strategi
perusahaan.
• Model Balanced Scorecard hanya memberikan perusahaan sebuah struktur
yang menyatakan visi dan strategi perusahaan ke dalam sasaran dan ukuran
yang nyata. Perusahaan masih menghadapi tantangan untuk membangun
sebuah sistem serta prosedur yang mampu mengumpulkan informasi sekaligus
mengkomunikasikannya kepada karyawan dan pihak-pihak yang memerlukan.
Sustainability Balanced Scorecard (SBSC)
SBSC adalah penggunaan BSC untuk mengukur penerapan strategi
berkelanjutan di suatu organisasi. Berkelanjutan artinya
memperhatikan unsur lingkungan dan sosial selain ekonomi dalam
setiap pertimbangan bisnis yang dilakukan. Sustainability (kemampuan
untuk bertahan / berkelanjutan) gigunakan untuk:
• Menterjemahkan strategi-strategi sustainabilitas perusahaan menjadi
aksi
• Mengintegrasikan sustainabilitas perusahaan lebih baik kedalam
sistem manajemen intinya.

Anda mungkin juga menyukai