Anda di halaman 1dari 12

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Kelompok 6

Dosen Pengampu:
Putu Putri Prawitasari S.E., M.S.I., AK

DISUSUN OLEH :
1. Ida Ayu Putri Antari Aishwarya 121211852
2. Jessica Anastasya Christi P 121211839
3. I Gede Nandika Agastya 121211845
4. I Putu Bayu Andre Wicaksana 121211853
5. Freddo Barens 121211844

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang telah diberikan
Makalah disusun untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampu Mata Kuliah
Akuntansi Sektor Publik. Selain itu, makalah ini bertujuan juga untuk menambah wawasan tentang
pengukuran kinerja Akuntansi Sektor Publik dan sebagainya
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuanya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
untuk mengerjakan serta berkolaborasi untuk terciptanya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa sanya makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
sebagai kelompok 6 sangat terbuka terhadap kritikan dan masukan yang nantinya dapat membantu
kami kedepanya agar dapat membuat makalah yang lebih baik lagi, sekian dari dari apa yang dapat
kami sampaikan sekali kami ucapkan terimakasih atas perhatinya.

Denpasar, 19 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................ 4
1.1 Latar belakang ............................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................ 5
2.1 Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik .............................................................................. 5
2.2 Informasi Yang Digunakan Pengukuran Kerja.............................................................................. 6
2.3 Peranan Indikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja ................................................................. 6
2.4 Indikator Kinerja Dan Pengukuran Valie For Money ................................................................... 7
2.5 Pengukuran Value For Money ....................................................................................................... 7
2.6 Pengukuran Value For Money ....................................................................................................... 8
2.7 Langkah-Langkah Pengukuran Value For Money ........................................................................ 8
2.8 Studi Kasus....................................................................................................................................10
2.9 Ikhtisar..........................................................................................................................................11
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 12
3.2 Saran...............................................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam
menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekadar kemampuan
menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan
bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien dan efektif. Pusat
pertanggungjawaban berperan untuk menciptakan indikator kinerja sebagai dasar untuk menilai
kinerja. Dimilikinya sistem pengukuran kerja yang andal (reliable) merupakan salah satu faktor kunci
suksesnya organisasi. Pengukuran kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya
diinginkan melalui umpan balik hasil kerja, serta sebagai landasan untuk memberikan penghargaan
kepada orang yang telah mencapai atau melebihi tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja
sangat penting sekali dalam suatu organisasi baik yang sifatnya Profit Oriented atau Non Profit
Oriented, karena untuk mengetahui tingkat efektivitas dari suatu organisasi perlu diukur secara ilmiah
dangan metode-metode ilmiah yang sudah ada sehingga dari pengukuran kinerja tersebut dapat kita
pastikan bahwa sistem dalam implementasinya masih banyak ditemukan kekurangan yang perlu
diperbaiki. bahwa sistem pengukuran kinerja yang diterapkan perusahaan sangat penting dan
mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perilaku manusia didalam maupun diluar organisasi.
Untuk berhasil dan tumbuh dalam persaingan abad informasi, perusahaan harus menggunakan sistem
pengukuran dan manajemen yang diturunkan dari strategi dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan.
1.2 Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dilakukan perumusan masalah
sebagai berikut:
“Bagaimana melakukan pengukuran kinerja perspektif keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal, dan belajar & pertumbuhan dengan menggunakan metode yang ada
1.3 Tujuan penelitian
1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi. Penilaian kinerja berfungsi sebagai
tonggak yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan dan menunjukkan apakah organisasi
berjalan sesuai arah atau menyimpang dari tujuan yang ditetapkan.
2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai. Penilaian kinerja merupakan sarana untuk
pembelajaran pegawai tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak dan memberikan
dasar dalam perubahan perilaku, sikap, ketrampilan atau pengetahuan kerja yang harus
dimiliki pegawai untuk mencapai hasil kerja terbaik.
3. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya. Penerapan penilaian kinerja dalam
jangka panjang bertujuan untuk membentuk budaya berprestasi di dalam organisasi dengan
menciptakan keadaan dimana setiap orang dalam organisasi dituntut untuk berprestasi.
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan, pemberian
penghargaan dan hukuman. Organisasi yang berkinerja tinggi berusaha menciptakan sistem
penghargaan seperti kenaikan gaji/tunjangan, promosi atau hukuman seperti penundaan
promosi atau teguran, yang memiliki hubungan yang jelas dengan pengetahuan, ketrampilan
dan kontribusi terhadap kinerja organisasi.
5. Memotivasi pegawai. Dengan adanya penilaian kinerja yang dihubungkan dengan
manajemen kompensasi, maka pegawai yang berkinerja tinggi atau baik akan memperoleh
penghargaan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik

Sistem pengukuran kinerja publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mem bantu manajer
publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem
pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja
diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system,
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran
kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja
dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.
Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam
pemberian pelayanan publik.Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian
sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat
digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena
sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran
finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
ukuran kinerja nonfinasial.

Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja


Secara umum, tujuan sitem pengukuran kinerja adalah:
a. Untuk mengomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up)
b. Untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang sehingga dapat
ditelusuri perkembangan pencapaian strategi
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
memotivasi untuk mencapai goal congruence
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan
kolektif yang rasional.
Manfaat Pengukuran Kinerja
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen;
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan
target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) secara
objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang
telah disepakati;
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja
organisasi;
f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah
5
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

2.2 Informasi yang Digunakan untuk Pengukuran Kinerja

1. Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.
Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara
kinerja aktual dengan yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada:
a. Varians pendapatan (revenue variance)
b. Varians pengeliaran (expenditure variance)
o Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
o Varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance)

2. Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolok ukur lainnya. Informasi non finansial
dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik
pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi
dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Dengan Balanced Scorecard kinerja organisasi
diukur tidak hanya berdasarkan aspek finansialnya saja, akan tetapi juga aspek nonfinansial.
Pengukuran dengan metode Balanced Scorecard melibatkan empat aspek, yaitu:
1. Perspektif finansial (financial perspective),
2. Perspektif kepuasan (customer perspective),
3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency perspective), dan
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).
Jenis informasi nonfinansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci (key variable) atau
sering dinamakan sebagai key success factor, key result factor, atau pulse point. Variabel
kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi sebab kesuksesan
organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan, maka variabel ini harus segera
disesuaikan. Suatu variabel kunci memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
a. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
b. Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat
c. Perubahannya tidak dapat diprediksi
d. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera; dan
e. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara
(surrogate). Sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung
akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan, dan
demonstrasi dapat dijadikan variabel

2.3 Peranan Idikator Kinerja Dalam Pengukuran Kinerja

indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Indikator
kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi (critical success factors)
kinerja kunci (key performance indicator)
6
• Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan
kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan
memperhatikan variable-variabel kunci finansial dan nonfinansial pada kondisi waktu
tertentu
• Faktor kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai
ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial untuk
melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis.
• Pengembangan indikator kinerja
Pengukuran indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas
atau program telah dilakukan secara efesien dan efektif

Penentuan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen berikut:


a. Biaya pelayanan ( cost of service)
b. Penggunaan ( utllization)
c. Kualitas dan standar pelayanan ( quality and standards )
d. Cakupan pelayanan ( coverage )
e. Kepuasan ( satisfaction)

Peran indikator kinerja bagi pemerintah, antara lain:


a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial
d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan
e. Untuk menunjukan efektivitas

2.4 Indikator Kinerja Dan Pengukuran Value For Money

Value of money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah kinerja pemerintah
tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja,akan tetapi harus mempertimbangkan
intiput,output,dan outcome secara Bersama-sama. Istilah “ ukuran kinerja “ pada dasarnya berbeda
dengan istilah “ indikator kinerja “. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung
,sedangkan indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang
sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.

Pengukuran value of money


Tingkat input, output dan outcome harus diketahui terlebih dahulu agar dapat mengukur ekonomi,
efisien dan efektivitas pada pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan dengan metode value for
money.
Adapun penjelasanya adalah :
1. Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program
dan aktivitas.
2. Output merupakan hasil yang dicapai dalam suatu program dan kebijakan, ukuran output ini
menunjukan hasil implementasi dari program atau aktivitas.
3. Outcome merupakan dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu, outcome
seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang dikehendaki.

7
2.5 Pengukuran Value For Money

Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa ini adalah ekonomi, efisiensi,
efektifitas, transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat
mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu ekonomis (hemat
cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber
daya alam arti penggunaanya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefits and
minimizing costs), serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.

Agar dalam menilai kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif, maka diperlukan indikator
kinerja. Indikator kinerja yang ideal harus terkait pada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.
Sementara itu, kualitas terkait dengan kesesuaian dengan maksud dan tujuan (fitness for purposes
),konsistensi, kepuasan publik ( public satusfaction ) Kepuasan masyarakat dalam konteks tersebut
dapat dikaitkan dengan semakin rendahya complaint dari masyarakat

2.6 Pengembangan indikator Value for money

Pertama indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk
membuat keputusan. Hal ini tidak berarti bahwa suatu Indikator value for money dibagi menjadi dua
Bagian, yaitu
1. indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi)
2. indikator kualitas pelayanan (efektifitas)
Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal. Pihak internal
dapat menggunakanya dalam mengingatkanya kuantitas dan kualitas pelayanan serta efisiensi biaya.
Dengan kata lain, indikator kinerja berperan untuk menunjukan, memberi indikasi atau memfokuskan
perhatian pada bidang yang relevan dilakukan tindakan perbaikan
Pihak eksternal dapat menggunakan indikator kinerja sebagai sekaligus informasi dalam rangka
mengukur tingkat akuntabilitas publik. Pembuatan dan penggunaan indikator kinerja tersebut dapat
membantu setiap pelaku utama dalam proses pengeluaran publik indikator kinerja akan membantu
para manajer publik mengindentifikasi masalah yang penting
Selain itu, indikator kinerja juga akan membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan
anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran.
Tiga pokok belajar dalam indikator value for money
Pengembangan indikator kinerja sebaiknya memusatkan perhatian pada pertanyaan mengenai
ekonomi, efisiensi dan efektivitas program dan kegiatan. Pengertian efisiensi berhubungan erat
dengan konsep produktivitas pengukuran efisiensi dengan menggunakan output yang dihasilkan
terhadap 2 yang digunakan.
1. Perbaikan efisiensi
a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama
b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan
c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan
output
2. Pengukuran efektivitas
Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa
besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut
3. Pengukuran outcome
8
Memiliki 2 perab peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait kinerja penilaian
masa llalu, sedangkan peran prospektif terkait dengan perencanaan kinerja di masa datang

2.7 Langkah - Langkah Pengukuran Value for Money

Langkah- langkah pengukuran value for money dibagi menjadi 4, yaitu:


1. Pengukuran Ekonomi
Merupakan ukuran relatif. Dimana pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran
yang di dapat, sedangkan pengeluaran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang
dipertimbangkan.
2. Pengukuran Efisiensi
Merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money. Efisiensi diukur dengan
rasio antara outlet dengan input, dimana semakin besar output dibanding input, maka semakin
tinggi tingkat efesiensi suatu organisasi.
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Efisiensi
dapat diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat
dilakukan dengan cara :
a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar dari pada proporsi peningkatan
input.
c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar dari pada proporsi penurunan
output.
Penyebut atau input sekunder sering kali diukur dalam bentuk satuan mata uang, sedangkan
Pembilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah uang ataupun satuan fisik. ( catatan:
efisiensi sering kali juga dinyatakan dalam bentuk output/input, dengan interpretasi yang sama
dengan bentuk output/input, contoh : biaya per unit output )
Efisiensi dapat dibagi mejadi dua yaitu : efisiensi alokasi dan efisiensi teknis/manajerial.
3. Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Hal
terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar
biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi efektivitas hanya melihat
apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Pengukuran
outcome memiliki dua peran, yaitu peran retrospektif dan prospektif. Yang dimana peran
retrospektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangkan peran prospektif terkait
dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang.

Elemen - elemen pengukuran kinerja VFM


Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome digunakan untuk mengarahkan keputusan alokasi
sumber daya publik. Analisis retrospektif memberikan bukti terhadap praktik yang baik ( golf
management )

Estimasi Indikator Kinerja


Suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi untuk menentukan target kinerja yang ingin dicapai
pada periode mendatang. Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :
9
1. Kinerja tahun lalu. Kinerja unit tahun lalu dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
mengestimasi indikator kinerja. Alasan lainnya adalah karena terdapatnya time log antara
aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak ( outcome ) yang timbul dari aktivitas tersebut.
2. Expert judgement. Expert judgement digunakan karena kinerja tahun lalu akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja berikutnya. Expert judgement biasanya digunakan untuk
melakukan estimasi kinerja. Selain penggunaannya yang sederhana, dari segi biaya juga tidak
terlalu mahal. Namun demikian, kelemahannya adalah bahwa teknik ini sangat tergantung
pada pandangan subjektif para pengambil keputusan.
3. Trend. Trend digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu
dalam pencapaian kinerja unit kerja.
4. Regresi. Regresi ini menggunakan rumus :
Dengan menggunakan rumus regresi sederhana dapat dilakukan estimasi kinerja unit kerja.
Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah pertama dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efektivitas adalah
memahami operasi dengan menganalisis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan.
Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu: keluaran ( output ), akibat ( tujuan fungsional ) dan dampak (
outcome / tujuan akhir ), dan distribusi manfaat ( distribution of benefits ). Contoh Indikator Kinerja
di Perguruan Tinggi.

2.9 Studi Kasus


Sebagai contoh kasus yang terjadi pada Kantor Pemadam Kebakaran. Kebakaran yang menimpa
19 rumah penduduk Desa Jetiskapuan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus, merupakan bukti betapa
loyo dan amburadulnya pelayanan mobil pemadam kebakaran (MPK). Sekaligus juga
diungkapkan persiapan aparat pemerintah kabupaten (Pemkab) mengantisipasi musim kemarau.
Hal itu diungkapkan oleh penduduk setempat maupun tokoh masyarakat di Kudus menanggapi
kebakaran di desa tersebut. Selain 19 rumah ludes terbakar dan rata dengan tanah, tiga rumah
penduduk dirobohkan untuk mencegah rumah lain ikut terbakar. Menurut salah satu warga setelah
mengetahui adanya kebakaran, ia bergegas meminjam telepon ke rumah dealer sepeda motor yang
terletak sekitar 700 meter dari lokasi kebakaran. Lalu menelepon ke pemadam kebakaran Pemkab
Kudus, namun baru satu jam kemudian muncul dua unit MPK (Harian Kompas 12 Oktober).

Ilustrasi kasus ini menunjukan belum adanya kejelasan tentang indikator kinerja atau kelebihan
suatu Dinas Pemadam Kebakaran. Sistem pengukuran kinerja formal nampaknya belum
diterapkan sehingga tidak ada kriteria yang jelas bagaimana sebenamya Dinas Pemadam
Kebakaran ini dinilai berprestasi atau gagal. Keluhan masyarakat seperti yang terjadi di Kudus
tersebut membuktikan tingkat pelayanan yang tidak memuaskan. Suatu pelayanan dinilai
memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Kasus
diatas memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa formulasi pengukuran kinerja harus
memperhatikan keinginan dan harapan publik. Sungguh ironis jika suatu instansi dalam laporan
pertanggungjawabannya dinilai cukup berhasil tetapi masyarakat yang menikmati langsung
jasanya justru banyak yang mengeluh atas pelayanan yang diberikan.

Permasalahan di atas memerlukan solusi berupa perumusan sistem pengukuran kinerja yang
mengintegrasikan kepentingan manajemen instansi dengan harapan stakeholders eksternal
terutama direct users. Dengan formulasi sistem pengukuran kinerja yang harmonis dan responsive
terhadap banyaknya keinginan stakeholders ini, diharapkan bisa mengurangi gap (kesenjangan)
antara apa yang dharapkan masyarakat dengan apa yang di lakukan publik servants sebagai abdi
10
masyarakat.

2.8 Ikhtisar

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer
publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem
pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pengendalian organisasi karena diperkuat dengan
adanya mekanisme reward dan punishment. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
membantu memperbaiki kinerja pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan, serta untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik.

Inti pengukuran kinerja pemerintah adalah pengukuran value for money. Tujuan pengukuran value
for money, yaitu mengukur tingkat keekonomian dalam alokasi sumber daya, efisiensi dalam
penggunaan sumber daya dan hasil yang maksimal, serta efektivitas dalam penggunaan sumber daya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam melakukan penilaian terhadap akuntabilitas sebuah organisasi dan manjaer unyuk
memberikan kontribusi publik yang baik, harus adanya sistem kerja yang andal merupakan
salah satu kunci keberhasilan sebuah organisasi. Pengukuran kinerja juga dilakukan untuk
menghindari umpan balik yang bersifat negatif melainkan sebuah organisasi dapat
mendapatkan umpan balik yang positif maka dari itu harus adanya pengukuran kinerja dan
manajemen strategi.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan disampaikan kepada kami. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami tidak luput
dari kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

12

Anda mungkin juga menyukai