Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENGUKURAN KINERJA MANAJEMEN


Dosen Pengampu : Andri Zainal SE., M.Si., Ph.D., Ak., CA.
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen”

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Indah Anggraini (7201220005)
Rievananda Amalia Lubis (7203520021)
Tazkiyah Mastura Panggabean (7203520020)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah dengan tepat
waktu.
Dalam penyelesaian tugas makalah ini, kami banyak mendapatkan dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Sistem
Pengendalian Manajemen yaitu Bapak Andri Zainal SE., M.Si., Ph.D., Ak., CA.. dan kepada
semua pihak yang telah mendukung kelancaran penyusunan makalah ini, baik secara
materi maupun pemikirannya.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya kami memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan
pembuatan tugas makalah selanjutnya. Kami juga berharap semoga tugas makalah ini dapat
diterima oleh Bapak dosen dan teman - teman semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih
semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 14 Oktober 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Operational Tools ...................................................................................................... 3
2.1.1. Costing Tools (Alat Penetapan Biaya) ................................................................. 3
2.1.2. Pricing Tools (Alat Penetapan Harga) ................................................................. 7
2.1.3. Budgeting Tools (Alat Penganggaran) ................................................................. 8
2.1.4. Profitability Analysis Tools (Alat Analisis Profitabilitas) ................................. 11
2.1.5. Investment Decision Making (Pengambilan Keputusan Investasi) .................... 14
2.1.6. Other Operational Tools (Alat Operasional Lainnya) ....................................... 15
2.2 Managerial Management Accounting ................................................................... 16
2.2.1. Performance Measurement Tools (Alat Pengukuran Kinerja) .......................... 17
2.2.2. Performance Management Tools ....................................................................... 18
2.2.3. Reward system (system penghargaan) ............................................................... 20
2.3 Strategic Management Accounting ......................................................................... 21
2.3.1 Performance Reporting Tools (Alat Pelaporan Kinerja) ................................... 21
2.3.2 Strategic Tools (Alat Strategis) .......................................................................... 23
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 25
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 25
3.2 Saran......................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era yang terus berkembang dan kompetitif ini, penting bagi perusahaan untuk
memiliki sistem akuntansi manajemen yang efektif untuk mengelola kinerja mereka.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi sebuah
perusahaan. Setiap perusahaan yang memiliki manajemen berbasis kinerja pasti
membutuhkan alat yang disebut pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan
sebagai dasar untuk melakukan penilaian kinerja, yaitu untuk menilai sukses atau
tidaknya suatu organisasi, program, atau kegiatan. Dengan kata lain pengukuran kinerja
merupakan elemen pokok manajemen berbasis kinerja (Mahmudi, 2005).
Dari paper tersebut, dapat dipahami bahwa pengukuran kinerja manajemen
melibatkan penggunaan berbagai alat manajemen akuntansi untuk mengukur, mengelola,
dan memberikan penghargaan terhadap kinerja organisasi. Alat-alat ini mencakup
pengukuran keuntungan sebelum pajak, pengembalian modal yang diinvestasikan, arus
kas, dan sebagainya.
Teori singkat yang dapat diambil adalah bahwa pengukuran kinerja manajemen
merupakan proses penting dalam manajemen organisasi. Dengan menggunakan alat-alat
pengukuran yang tepat, organisasi dapat memantau dan mengelola kinerja mereka dengan
lebih efektif. Pengukuran kinerja juga menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen
perusahaan untuk mengetahui seberapa tingkat keberhasilan yang di capai, sebagai bahan
evaluasi terhadap performa perusahaan dan perencanaan tujuan di masa yang akan
datang.
Dalam hal pelaporan kinerja, organisasi menggunakan berbagai metode pengukuran
seperti margin kotor setelah biaya penjualan, margin laba bersih setelah alokasi overhead,
dan kontribusi setelah biaya variabel. Balanced Scorecard adalah alat pengukuran kinerja
yang paling banyak digunakan oleh organisasi dari berbagai sektor.
Secara keseluruhan, paper ini menunjukkan bahwa pengukuran kinerja manajemen
merupakan aspek penting dalam manajemen organisasi dan penggunaan alat-alat
pengukuran yang tepat dapat membantu organisasi dalam mengelola kinerja mereka
dengan lebih efektif.
Dalam paper tersebut, terdapat tiga sudut perusahaan tools yang dibahas, yaitu
operasional, manajerial, dan strategis.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengukuran Kinerja Manajemen?
2. Bagaimana Sudut Pperusahaanng Operational Tools Terhadap Pengukuran Kinerja
Manajemen?
3. Apa Saja Jenis Operational Tools Untuk Mengukur Kinerja Manajemen?
4. Bagaimana Sudut Perusahaan Managerial Management Accounting Terhadap
Pengukuran Kinerja Manajemen?
5. Apa Saja Jenis Managerial Management Accounting Untuk Mengukur Kinerja
Manajemen?
6. Bagaimana Sudut Pperusahaanng Strategic Management Accounting Terhadap
Pengukuran Kinerja Manajemen?
7. Apa Saja Jenis Strategic Management Accounting Untuk Mengukur Kinerja
Manajemen?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Pengendalian Manajemen tentang Pengukuran Kinerja Manajemen. Selain itu tujuan
penulisan makalah ini adalah agar para pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan
memahami tentang Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh perusahaan dalam menilai
kinerja manajemen para karyawannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Operational Tools
Operational Tools (Alat operasional) memiliki peran penting dalam pengukuran
kinerja pegawai. Alat - alat ini digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan dan target,
serta memberikan informasi yang objektif tentang kinerja individu dan organisasi secara
keseluruhan.
Sudut pperusahaanng alat operasional ini melibatkan pengukuran kinerja individu
berdasarkan hasil kerja yang dapat diukur secara objektif. Berikut ini beberapa alat
operasional yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen, yaitu :
1. Alat Penetapan Biaya (Costing Tools)
2. Alat Penetapan Harga (Pricing Tools)
3. Alat Penganggaran (Budgeting Tools)
4. Alat Analisis Profitabilitas (Profitability Analysis Tools)
5. Pengambilan Keputusan Investasi (Investment Decision Making)
6. Alat Operasional Lainnya (Other Operational Tools)

2.1.1. Costing Tools (Alat Penetapan Biaya)


Penetapan Biaya adalah suatu metode untuk menentukan dan mengalokasikan
biaya yang akan dikeluarkan suatu usaha/organisasi. Alat – alat yang digunakan
untuk menentukan penetapan biaya yaitu sebagai berikut :
1. Activity Base Costing (ABC)
Menurut Mulyadi (2010:40) “Activity Based Costing adalah sistem informasi
biaya yang menyediakan informasi yang lengkap tentang aktivitas untuk
memungkinkan suatu perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas-
aktivitas.”
Sedangkan, menurut Garrison, Noreen, Brewer (2013:342) metode ABC
adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi
manajer untuk pembuatan keputusan strategis dan keputusan lain yang
mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap.
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa sistem ABC merupakan suatu
metode mengenai sistem perhitungan biaya produk dan membebankan biaya
produk tersebut sesuai dengan objek biayanya berdasarkan aktivitas untuk
menghasilkan produk atau jasa.

3
Adapun fungsi utama dari metode activity based costing, yaitu :
1. Untuk membantu pihak perusahaan dalam mengambil beragam keputusan
penting terkait harga pokok penjualan dan berbagai sumber daya dan
penyusunannya.
2. Harga pokok penjualan yang dihasilkan nantinya akan lebih akurat dan
mampu bersaing dengan perusahaan lainnya yang sejenis.
3. Metode ABC juga mampu membantu perusahaan dalam hal melakukan
analisa terkait menentukan jumlah harga pokok yang harus diproduksi
untuk bisa mencapai BEP (Break Event Point) secara lebih akurat.
Rumus perhitungan Activity Base Costing, yaitu :
Activity-based costing = Cost pool total / Cost driver
Contoh :
Intelligent Tech adalah perusahaan perangkat lunak yang tertarik untuk
menyiapkan peralatan manufaktur baru di seluruh fasilitas mereka. Mereka
memiliki total 250 fasilitas, dan sedang mempertimbangkan satu peralatan
baru per lokasi. Aktivitas pengaturan peralatan adalah satu-satunya entitas
dalam kumpulan biaya produksi saat ini. Ini memiliki biaya yang
dianggarkan sebesar 250.000, dan karena peningkatan biaya dan
peningkatan jumlah jam kerja yang dibutuhkan, Intelligent Tech
memutuskan untuk menggunakan sistem ABC dan menghitung biaya
berdasarkan aktivitas untuk strategi manufaktur ini.
Mereka menentukan bahwa pemicu biaya untuk aktivitas ini adalah
jumlah pemasangan mesin, karena hal ini merupakan alasan kemungkinan
peningkatan biaya. Ini berarti cost driver nya adalah 250, karena itulah
jumlah mesin yang mereka perlukan untuk memasang satu mesin per
fasilitas. Saat memasukkan variabel ke dalam rumus ABC, mereka
menemukan :
250.000
Penetapan biaya berdasarkan aktivitas =
250
ABC = 1.000
2. Target Costing
Menurut Hansen dan Mowen (2006), mendefinisikan target costing sebagai
metode untuk menentukan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (target
price) yang rela dibayar oleh konsumen. Sedangkan, menurut Himawan dan

4
Pendajaya (2013) target costing adalah suatu metode penentuan biaya produk
berdasarkan harga yang bersedia dibayar oleh konsumen, yang bertujuan untuk
mengurangi biaya agar target laba yang dikehendaki dapat tercapai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa target costing itu merupakan sistem akuntansi
biaya yang menyediakan informasi bagi manajemen untuk memungkinkan
manajemen memantau kemajuan yang dicapai dalam pengurangan biaya
produk menuju target costing yang telah ditetapkan.
Fungsi utama Target Costing adalah penetapan harga pokok produk sebagai
dasar penetapan harga sehingga target laba yang diinginkan akan tercapai.
Penetapan biaya target juga dapat membantu perusahaan mengurangi biaya
produksinya dengan memperpendek waktu siklus produk dan menghapus
langkah-langkah siklus yang tidak menciptakan nilai bagi pelanggan. Terakhir,
target costing dapat membantu perusahaan untuk tetap berfokus pada
pelanggan, karena penetapan biaya target mendasarkan biaya produk pada
harga yang diharapkan pelanggan.
Rumus perhitungan Target Costing, yaitu :
Target Costing = Sales – Margin Profit
Contoh :
ABC Cosmetics tertarik untuk memproduksi produk maskara baru, dan
perusahaan menggunakan strategi target costing untuk menemukan biaya
target per unit maskara baru mereka. Pertama, ABC Cosmetics melakukan
riset pasar dan menemukan bahwa pelanggan akan membayar rata-rata
maksimum 9.000 untuk maskara di pasar saat ini.
Ini berarti harga target ABC untuk produk barunya adalah 10.000. Margin
keuntungan yang diinginkan perusahaan pada produk maskara baru adalah
20% dari harga target, yang sama dengan 2.000.
Target Costing = 10.000 – 2.000
= 8.000
Dengan mengurangkan margin keuntungan dari harga target, ABC
Cosmetics menghitung target costing per unit sebesar 8.000.
3. Quality Costing
Menurut Hansen dan Mowen (2009), “Quality Costing adalah biaya - biaya
yang timbul karena mungkin terdapat produk yang buruk kualitasnya”.
Sedangkan, menurut Blocher (2007:220), “Quality Costing adalah biaya - biaya
5
yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan
pembetulan produk yang berkualitas rendah dan dengan opportunity cost dari
hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Quality Costing merupakan
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya barang cacat, dengan
kata lain biaya tersebut dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas produk atau
mencapai stperusahaanr yang telah ditetapkan.
Manfaat Quality Costing adalah untuk mempermudah proses keputusan
manajemen. Selain itu juga, agar perusahaan dapat memproyeksikan kapan
biaya terjadi, serta agar perusahaan dapat mengefisiensikan biaya.
Menurut Gasperz dalam Gantino dan Erwin (2010), ada empat katagori biaya
kualitas yang disebut cost of quality, yaitu :
1. Prevention Cost (Biaya Pencegahan)
2. Appraisal Cost (Biaya Penilaian)
3. Internal Failure (Biaya Kegagalan Internal)
4. External Failure (Biaya Kegagalan External)
Rumus perhitungan Quality Costing, yaitu :
Quality Costing = PC + AC + IF + EF
Contoh :
Sebuah perusahaan manufaktur ingin menentukan berapa banyak biaya yang
mereka keluarkan dengan memproduksi produk bebas cacat dan dengan
memproduksi produk cacat. Departemen keuangan mengumpulkan biaya
terkait. Mereka menentukan biaya pencegahan sebesar 7.000, biaya penilaian
sebesar 6.000, biaya kegagalan internal sebesar 4.000, dan biaya kegagalan
eksternal sebesar 3.000.
Dik :
Biaya pencegahan = $7,000
Biaya penilaian = $6.000
Biaya kegagalan internal = $4.000
Biaya kegagalan eksternal = $3.000
Quality Costing = 7.000 + 6.000 + 4.000 + 3.000
= 20.000
4. Overhead Allocation

6
Alokasi overhead (Overhead Allocation) adalah pembagian biaya tidak
langsung ke barang yang diproduksi. Hal ini diwajibkan berdasarkan aturan
berbagai kerangka akuntansi. Pada berbagai bisnis, jumlah biaya overhead
yang harus dialokasikan jauh lebih besar dibandingkan harga pokok barang
langsung, sehingga metode alokasi overhead dapat menjadi hal yang
penting.
Ada dua jenis overhead, yaitu overhead administrasi dan overhead
manufaktur. Biaya overhead administratif mencakup biaya-biaya yang tidak
terlibat dalam pengembangan atau produksi barang atau jasa, seperti biaya
administrasi kantor depan dan penjualan atau pada dasarnya adalah semua
biaya overhead yang tidak termasuk dalam biaya overhead produksi.
Sedanglan, overhead manufaktur adalah semua biaya yang dikeluarkan
pabrik, selain biaya langsung.
Fungsi alokasi biaya overhead adalah untuk menentukan besarnya biaya yang
terlibat dalam produksi suatu produk atau jasa.
Rumus perhitungan Overhead Allocation, yaitu :
𝑪𝒐𝒔𝒕 𝑷𝒐𝒐𝒍
Overhead Allocation = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒄𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒚 𝑴𝒆𝒂𝒔𝒖𝒓𝒆

Contoh :
Misalnya, Perusahaan ABC mempunyai total biaya tidak langsung
sebesar $100.000 dan memutuskan untuk menggunakan biaya tenaga kerja
langsung sebagai ukuran alokasi. ABC mengeluarkan biaya tenaga kerja
langsung sebesar $50.000, sehingga tarif overhead dihitung sebagai :
$100,000
Overhead Allocation =
$50,000

=2
Sehingga, hasil tarif overhead sebesar 2.

2.1.2. Pricing Tools (Alat Penetapan Harga)


Alat penetapan harga merupakan salah satu alat operasional yang digunakan
dalam pengukuran kinerja pegawai. Alat penetapan harga digunakan untuk
menentukan harga yang tepat untuk produk atau layanan yang ditawarkan oleh
perusahaan . Alat yang digunakan untuk menentukan penetapan harga yaitu
sebagai berikut :
 Cost – plus pricing

7
Cost – plus pricing adalah strategi penetapan harga yang menentukan harga
jual suatu produk dengan menambahkan persentase tetap tertentu ("markup")
ke biaya per unit produk.
Fungsi cost – plus pricing yaitu agar dapat memastikan bahwa perusahaan
berhasil menutupi semua biaya dan menghasilkan keuntungan yang perusahaan
inginkan.
Berikut ini contoh perhitungan cost – plus pricing, yaitu :
Misalnya, jika suatu perusahaan ABC menjual sepatu keds dan ingin
menggunakan metode cost plus pricing untuk menentukan harga produknya,
mereka mungkin menentukan:
 Biaya total :
Perusahaan ABC menambahkan biaya material mereka sebesar 22.000.000
biaya tenaga kerja mereka sebesar 6.000.000 dan overhead yang
dialokasikan sebesar 8.000.000 untuk menentukan biaya total mereka
sebesar 34.000.000.
 Biaya per unit :
Untuk langkah selanjutnya, perusahaan membagi biaya totalnya dengan
outputnya. Dalam contoh ini, mereka memproduksi 20 pasang sepatu keds.
34.000.000
Biaya per unit = = Rp. 1.700.000
20

 Biaya penjualan
Jika perusahaan sepatu menerapkan markup 30% untuk produk mereka,
yaitu :
Harga produk = 1.700.000 + 30%
= Rp. 2.210.000
Maka, perusahaan ABC mendapatkan harga produk yaitu sebesar Rp.
2.210.000.

2.1.3. Budgeting Tools (Alat Penganggaran)


Alat penganggaran merupakan salah satu alat operasional yang digunakan dalam
pengukuran kinerja pegawai. Alat penganggaran ini digunakan untuk
mengalokasikan sumber daya secara efektif dan menentukan anggaran yang
diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Berikut ini alat penganggaran yang
paling sering digunakan perusahaan, yaitu :

8
 Financial Year Forecasts (Perkiraan/peramalan keuangan tahunan)
Financial year forecasts adalah alat yang digunakan untuk meramalkan
kinerja keuangan perusahaan dalam jangka waktu tertentu, seperti satu tahun ke
depan. Peramalan tahun keuangan membantu perusahaan dalam merencanakan
kegiatan operasional.
Fungsi dari perkiraan tahun keuangan dalam pengukuran kinerja adalah
sebagai berikut:
1. Untuk membantu suatu perusahaan/organisasi dalam menetapkan tujuan
dan objektif keuangan untuk tahun mendatang.
2. Sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja aktual terhadap target yang
telah direncanakan.
3. Untuk pengambilan keputusan strategis.
4. Membantu membimbing keputusan alokasi sumber daya dengan
memberikan wawasan tentang arus kas yang diharapkan dan kebutuhan
keuangan.
5. Komunikasi dengan pemangku kepentingan, dilakukan agar memberikan
transparansi dan membantu pemangku kepentingan memahami prospek
keuangan organisasi,
Berikut ini contoh penetapan Financial year forecasts, yaitu :
1. Menentukan tujuan perkiraan keuangan
Menentukan tujuan perkiraan keuangan sangat penting untuk menentukan
metrik dan faktor mana yang perlu dipertimbangkan saat melakukannya.
2. Mengumpulkan laporan keuangan masa lalu dan data historis
Salah satu komponen peramalan keuangan melibatkan analisis data
keuangan masa lalu, seperti yang dijelaskan. Oleh karena itu, penting
untuk mengumpulkan semua data dan catatan historis yang relevan ,
termasuk :
1. Pendapatan
2. Kerugian
3. Kewajiban
4. Investasi
5. Ekuitas
6. Pengeluaran

9
7. Pendapatan komprehensif
8. Laba per saham
9. Biaya tetap
3. Pilih kerangka waktu untuk perkiraan Perusahaan
Prakiraan keuangan dirancang untuk memberikan pemilik bisnis wawasan
tentang masa depan perusahaan. Perusahaan harus memutuskan seberapa
jauh masa depan yang akan Perusahaan lihat, dan itu bisa berkisar dari
beberapa minggu hingga beberapa tahun. Namun, sebagian besar
perusahaan melakukan perkiraan untuk satu tahun fiskal.
Prakiraan keuangan berubah seiring waktu seiring dengan perubahan
faktor-faktor seperti tren bisnis dan pasar. Oleh karena itu, perlu dicatat
bahwa peramalan keuangan lebih akurat dalam jangka pendek
dibandingkan jangka panjang.
4. Pilih metode perkiraan keuangan
Ada dua metode peramalan keuangan:
1. Peramalan kuantitatif menggunakan informasi dan data historis untuk
mengidentifikasi tren, pola yang dapat diperusahaanlkan, dan tren.
2. Peramalan kualitatif menganalisis opini dan sentimen para ahli tentang
perusahaan dan pasar secara keseluruhan.
Setiap metode cocok untuk kegunaan yang berbeda dan memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun, peramalan
kualitatif lebih cocok untuk startup yang tidak memiliki data masa lalu
yang dapat dijadikan referensi.
5. Dokumentasikan dan pantau hasilnya
Perkiraan keuangan tidak pernah 100% akurat dan cenderung berubah
seiring waktu. Oleh karena itu, penting untuk mendokumentasikan dan
memantau hasil perkiraan Perusahaan dari waktu ke waktu, terutama
setelah perkembangan besar internal dan eksternal. Penting juga untuk
memperbarui perkiraan perusahaan agar mencerminkan perkembangan
terkini. Menggunakan perangkat lunak perkiraan untuk mengotomatiskan
tugas terkait juga dapat membantu.
6. Menganalisis data keuangan
Menganalisis data keuangan secara teratur adalah cara terbaik untuk
mengetahui apakah perkiraan keuangan Perusahaan akurat. Selain itu,
10
pengelolaan dan analisis keuangan berkelanjutan membantu Perusahaan
mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk perkiraan keuangan
berikutnya dan memberi Perusahaan wawasan penting mengenai kinerja
keuangan perusahaan saat ini.
7. Ulangi berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya
Perusahaan yang cerdas melakukan peramalan keuangan secara teratur
agar tetap mengetahui dan memegang kendali. Oleh karena itu, disarankan
untuk mengulangi proses ini setelah jangka waktu yang ditetapkan untuk
perkiraan keuangan saat ini telah berlalu. Sebaiknya Perusahaan juga terus
mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis data untuk meningkatkan
akurasi perkiraan keuangan Perusahaan.

2.1.4. Profitability Analysis Tools (Alat Analisis Profitabilitas)


Alat analisis profitabilitas adalah kategori lain yang pola penggunaannya
terlihat meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran organisasi. Alat analisis
profitabilitas mengacu pada serangkaian teknik dan metode yang digunakan oleh
organisasi untuk menilai dan menganalisis profitabilitas produk, layanan, atau
pelanggan mereka. Alat-alat ini membantu dalam mengidentifikasi sumber
keuntungan dan memahami faktor-faktor yang berkontribusi atau mengurangi
profitabilitas. Alat analisis profitabilitas ini memberikan wawasan tentang kinerja
keuangan berbagai aspek bisnis dan membantu dalam membuat keputusan
mengenai harga, manajemen biaya, alokasi sumber daya, dan perencanaan
strategis. Berikut ini alat analisis profitabilitas yang paling sering digunakan
perusahaan, yaitu :
 Product/Service profitability analysis (Analisis profitabilitas produk/layanan)
Analisis profitabilitas produk/layanan mengacu pada proses mengevaluasi
profitabilitas masing-masing produk atau layanan yang ditawarkan oleh suatu
organisasi. Ini melibatkan analisis biaya yang terkait dengan produksi dan
pengiriman produk atau layanan, serta pendapatan yang dihasilkan dari
penjualannya.
Analisis ini membantu dalam mengidentifikasi produk atau layanan yang
paling menguntungkan, memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
profitabilitasnya, dan membuat keputusan yang tepat mengenai harga,
manajemen biaya, dan alokasi sumber daya.

11
Fungsi-fungsi dari analisis profitabilitas produk/layanan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengidentifikasi produk atau layanan yang memberikan
keuntungan yang paling besar bagi bisnis.
2. Dapat membantu dalam memahami margin kontribusi masing-masing
produk atau layanan.
3. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang produk atau layanan mana
yang menguntungkan, perusahaan dapat membuat keputusan strategis.
4. Untuk mengoptimalkan portofolio produk atau layanan.
5. Dapat membantu dalam menentukan dan menetapkan harga yang memadai
untuk memaksimalkan keuntungan dan kompetitif di pasar.
Berikut ini contoh analisis profitabilitas produk/layanan :
Perusahaan ABC memproduksi dan menjual tiga produk: A, B, dan C.
Perusahaan ABC ingin menentukan profitabilitas setiap produk dan membuat
keputusan berdasarkan data untuk mengoptimalkan strategi penetapan harga
dan produksinya.
Untuk melakukan analisis profitabilitas produk, Perusahaan ABC
mengumpulkan data berikut:
Produk A
 Harga jual Rp 100
 Unit terjual 1.000 unit
 Pendapatan total Rp 100.000
 Biaya langsung Rp 50.000
 Biaya tidak langsung Rp 20.000
Produk B
 Harga jual Rp 80
 Unit terjual 2.000 unit
 Pendapatan total Rp 160.000
 Biaya langsung Rp 70.000
 Biaya tidak langsung Rp 30.000
Produk C
 Harga jual Rp 120
 Unit terjual 500 unit

12
 Pendapatan total Rp 60.000
 Biaya langsung Rp 40.000
 Biaya tidak langsung Rp 10.000
Dengan menggunakan data tersebut, perusahaan ABC dapat menghitung
profitabilitas setiap produk sebagai berikut:
Produk A :
- Total biaya : biaya langsung + biaya tidak langsung
Rp 50.000 + Rp 20.000 = Rp 70.000
- Keuntungan : pendapatan total – total biaya
Rp 100.000 – Rp 70.000 = Rp 30.000
Produk B
- Total biaya : biaya langsung + biaya tidak langsung
Rp 70.000 + Rp 30.000 = Rp 100.000
- Keuntungan : pendapatan total – total biaya
Rp 160.000 – Rp 100.000 = Rp 60.000
Produk C
- Total biaya : biaya langsung + biaya tidak langsung
Rp 40.000 + Rp 10.000 = Rp 50.000
- Keuntungan : pendapatan total – total biaya
Rp 60.000 – Rp 50.000 = Rp 10.000
Berdasarkan analisis ini, Perusahaan ABC dapat menentukan bahwa
Produk B adalah produk mereka yang paling menguntungkan, dengan
keuntungan sebesar Rp 60.000. Mereka kemudian dapat menggunakan
informasi ini untuk mengoptimalkan strategi penetapan harga dan produksi
Produk B guna meningkatkan profitabilitasnya lebih lanjut.
Perusahaan ABC juga dapat menggunakan informasi ini untuk membuat
keputusan berdasarkan data tentang produk lainnya. Misalnya, mereka dapat
menganalisis mengapa Produk A memiliki profitabilitas yang lebih rendah
dibandingkan Produk B dan mengidentifikasi peluang untuk mengurangi biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Mereka juga dapat menggunakan
informasi ini untuk menentukan apakah mereka harus terus memproduksi
Produk C, yang memiliki profitabilitas lebih rendah dibandingkan produk
lainnya.

13
2.1.5. Investment Decision Making (Pengambilan Keputusan Investasi)
Pengambilan keputusan investasi mengacu pada proses evaluasi dan pemilihan
peluang investasi yang akan menghasilkan laba atas investasi tertinggi. Ini
melibatkan analisis potensi risiko dan manfaat yang terkait dengan berbagai
pilihan investasi dan membuat keputusan berdasarkan analisis keuangan, riset
pasar, dan pertimbangan strategis. Berikut ini alat pengambilan keputusan
investasi yang paling sering digunakan perusahaan, yaitu :
 Net present value
Net present value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang arus kas
masuk dan nilai sekarang arus kas keluar selama periode waktu tertentu. NPV
digunakan dalam penganggaran modal dan perencanaan investasi untuk
menganalisis profitabilitas suatu proyeksi investasi atau proyek. Kelayakan
atas sebuah investasi yang berjalan dapat perusahaan lihat dari hasil
perhitungan net present value yang telah berjalan, yaitu :
Jika Berarti Maka
Investasi yang akan Proyek direkomendasikan untuk
Nilai
dijalankan,diproyeksikan akan dijalankan.
NPV
mendatangkan keuntungan bagi
>0
perusahaan.
Investasi yang akan dijalankan, Perlu didiskusikan lebih lanjut
Nilai
diproyeksikan tidak mendatangkan mengenai keuntungan lain yang
NPV
keuntungan maupun kerugian bagi akan didapatkan jika investasi
=0
perusahaan. tetap dijalankan.
Investasi yang akan dijalankan, Investasi pasti menguntungkan.
Nilai
diproyeksikan akan mendatangkan Jika merugikan maka hal tersebut
NPV
kerugian bagi perusahaan. bukanlah investasi. Sehingga
<0
proyek direkomendasikan untuk
dibatalkan.

Rumus NPV :
C1 C2 C 3 Ct
𝑁𝑃𝑉 = + (1+r)2
+ (1+r) 3
+⋯+ (1+r)t
− C0
1+r

𝑎𝑡𝑎𝑢
C
𝑁𝑃𝑉 = ∑tt−1 (1+r)
t
t − C0

14
Keterangan :
NPV : net present value
Ct : arus kas per tahun pada periode t
C0 : nilai investasi awal pada tahun ke 0
𝑟 : suku bunga atau discount rate (%)
Berikut ini contoh NPV :
Sebuah perusahaan XYZ akan membeli sebuah mesin untuk kebutuhan
produksi. Harga perkiraan mesin tersebut adalah Rp 160.000.000 dengan
aturan suku bunga pinjaman yaitu sebesar 12% per tahun. Arus kas yang
masuk pada perushaan sekitar Rp 60.000.000 per tahun yang akan berjalan
selama 5 tahun. Berapakah nilai net present value nya?
Penyelesaian :
Diketahui :
Ct = Rp 60.000.000
C0 = Rp 160.000.000
r = 12% (0,12)
Ditanya : NPV?
Jawaban :
C1 C2 C
3 4 C C5
𝑁𝑃𝑉 = + (1+r)2
+ (1+r) 3 + (1+r)4 + (1+r)5
− C0
1+r
60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000
𝑁𝑃𝑉 = + (1+0,12)2
+ (1+0,12)3
+ (1+0,12)4
+ (1+0,12)5

1+0,12

160.000.000
𝑁𝑃𝑉 = 53.571.428,6 + 47.831.632,6 + 42.706.814,8 + 38.131.084,7 +
34.045.611,4 – 160.000.000
𝑁𝑃𝑉 = Rp 56.286.572
Jadi, nilai Net Present Value (NPV) dari investasi pembelian mesin
tersebut adalah sekitar Rp 56.286.572. Nilai positif menunjukkan bahwa
investasi ini diharapkan menghasilkan laba bersih sekitar Rp 56.286.572 saat
tingkat diskonto 12% digunakan.

2.1.6. Other Operational Tools (Alat Operasional Lainnya)


Alat operasional lainnya mengacu pada serangkaian alat akuntansi manajemen
yang digunakan untuk berbagai tugas operasional dalam suatu organisasi. Salah
satu alat yang mencakup filosofi kualitas seperti benchmarking.

15
 Benchmarking (Pembandingan)
Mengutip e-book Manajemen Kualitas Terpadu oleh Nilda Tri Putri, Ph.D,
dalam proses bisnis, maksud dari benchmarking adalah teknik manajemen
untuk mengukur hasil kerja (performa) organisasi/perusahaan, dengan
membandingkannya pada ukuran terbaik yang dikenal di lingkungan eksternal
organisasi/perusahaan. benchmarking bisa diartikan sebagai patokan atau alat
analisis untuk melihat kinerja organisasi/perusahaan. Fungsi-fungsi dari
benchmarking adalah sebagai berikut :
- Membantu organisasi dalam menilai dan memahami sejauh mana mereka
telah mencapai tujuan dan stperusahaanr tertentu dalam berbagai aspek
operasional, seperti produktivitas, efisiensi, dan kualitas.
- Membantu mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan dalam operasi
internal perusahaan.
- Membantu dalam mengidentifikasi tren industri terbaru dan praktik
inovatif.
- Memahami bagaimana pesaing berhasil dan berkinerja dapat membantu
perusahaan dalam memahami pasar mereka dengan lebih baik, termasuk
preferensi pelanggan dan tren yang sedang berlangsung.
Berikut ini contoh benchmarking :
Upaya yang dilakukan Honda terhadap Yamaha. Setelah Yamaha
mengeluarkan sepeda motor matik Mio, Honda melakukan benchmarking
dengan meluncurkan produk Honda Beat dengan jenis yang sama, namun
dengan keunggulan berbeda. Hingga kini, produk Honda Beat mampu
bersaing dengan produk Yamaha Mio, baik dari sisi keunggulan atau fitur,
maupun dari sisi penjualan. Pada awalnya, benchmarking mungkin terdengar
“buruk” dan “jahat”, sebab sejumlah perusahaan meniru kompetitor supaya
dapat bertahan di industri bisnis. Namun, sebenarnya, benchmarking yang
dilakukan dengan baik, terstruktur, dan mematuhi koridor-koridor hukum,
justru bisa membawa beragam manfaat untuk perusahaan tersebut.
2.2 Managerial Management Accounting
Akuntansi manajerial adalah praktik mengidentifikasi, mengukur, menganalisis,
menafsirkan, dan mengkomunikasikan informasi keuangan kepada manajer untuk
mencapai tujuan organisasi. Bagian ini berkaitan dengan bagaimana kinerja diukur,

16
dikelola dan dihargai. Sifat dari beberapa alat akuntansi manajemen ini yang mengacu
pada laba, atau modal yang digunakan menunjukkan perlunya penyesuaian terhadap
pengaruh sektor industri. Berikut ini beberapa alat akuntansi manajerial yang digunakan
untuk mengukur kinerja, yaitu :
1. Alat Pengukuran Kinerja (Performance Measurement Tools)
2. Alat Manajemen Kinerja (Performance Management Tools)
3. Sistem Penghargaan (Reward Systems)

2.2.1. Performance Measurement Tools (Alat Pengukuran Kinerja)


Alat pengukuran kinerja mengacu pada serangkaian teknik dan metode yang
digunakan oleh organisasi untuk menilai dan mengevaluasi kinerja mereka dalam
mencapai tujuan dan sasarannya. Alat-alat ini membantu dalam mengukur dan
memantau indikator kinerja utama dan memberikan wawasan mengenai
efektivitas dan efisiensi berbagai proses dan aktivitas dalam organisasi.
Alat-alat ini memungkinkan organisasi untuk melacak kemajuan,
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, dan membuat keputusan
berdasarkan data untuk meningkatkan kinerja. Berikut ini alat pengukuran kinerja
yang paling sering digunakan perusahaan, yaitu :
 Profit before tax (Laba sebelum pajak)
Laba sebelum pajak mengacu pada ukuran keuangan yang mewakili laba
atau laba perusahaan sebelum dikurangi pajak. Itu dihitung dengan
mengurangkan semua biaya, termasuk biaya operasional, biaya bunga, dan
penyusutan, dari total pendapatan yang dihasilkan perusahaan. Laba sebelum
pajak merupakan indikator penting mengenai kinerja keuangan dan
profitabilitas suatu perusahaan sebelum mempertimbangkan dampak pajak.
Fungsi-fungsi dari laba sebelum pajak adalah sebagai berikut:
- Membantu dalam mengukur seberapa baik perusahaan dalam
menghasilkan laba dari operasi inti mereka, sebelum mempertimbangkan
pengaruh pajak.
- Membantu sebagai tolok ukur kinerja bisnis. Perusahaan dan investor
dapat mengamati apakah laba yang dihasilkan sebelum pajak telah
meningkat atau menurun dari tahun ke tahun. Ini memberikan gambaran
tentang arah bisnis.

17
- Membantu dalam menilai sejauh mana perusahaan bersaing secara efektif
dalam pasar.
- Membantu dalam analisis keuangan untuk pengambilan keputusan.
- Dasar untuk menghitung pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh
perusahaan.
Berikut ini contoh laba sebelum pajak :
Perusahaan ABC mencatat pendapatan penjualan sebesar Rp 1.000.000.000
dalam satu tahun. Biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp
600.000.000 selain itu, perusahaan juga membayar bunga sebesar Rp
100.000.000 dan depresiasi sebesar Rp 50.000.000.
Maka laba sebelum pajak dapat dihitung dengan cara pendapatan penjualan –
beban.
Laba sebelum pajak = Rp 1.000.000.000 – (Rp 600.000.000 + 100.000.000 +
50.000.000)
Laba sebelum pajak = Rp 250.000.000
Jadi, laba sebelum pajak perusahaan ABC adalah Rp 250.000.000.

2.2.2. Performance Management Tools


Menurut pendapat Amstrong (2004), performance management adalah berupa
pendekatan yang bersifat lebih strategis dan terpadu untuk menyampaikan
kesuksesan yang secara terus berkelanjutan terhadap internal organisasi
perusahaan dengan cara untuk memperbaiki kinerja dari para karyawan yang
sudah bekerja di dalamnya serta dengan cara mengembangkan kemampuan dari
setiap masing-masing tim dan kontribusi mereka secara individual. Adapun salah
satu alat manajemen kinerja berdasarkan ukuran organisasi sebagai berikut:
 Activity based management
Menurut Hansen and Mowen (2004:487) Activity Based
Management (ABM) adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang
memfokuskan perhatian manajemen berpusat pada aktivitas yang dilakukan,
dengan tujuan perbaikan nilai pelanggan dan laba yang diperoleh karena
memberikan nilai tersebut.
Adapun fungsi utama activity based management yaitu:
1. ABM membantu organisasi mengidentifikasi dan mengelola biaya dengan
lebih akurat dengan fokus pada aktivitas yang mendukung proses bisnis.

18
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya
dengan lebih efisien.
2. ABM membantu perusahaan menentukan harga produk atau layanan
berdasarkan pemahaman yang lebih baik tentang biaya yang terkait dengan
setiap aktivitas. Hal ini memungkinkan penetapan harga yang lebih akurat
dan menguntungkan.
3. ABM memberikan informasi yang lebih baik untuk pengambilan
keputusan manajerial. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana biaya berkaitan dengan aktivitas tertentu, manajer dapat
membuat keputusan yang lebih baik terkait harga, alokasi sumber daya,
dan strategi bisnis.
Contoh :
Perusahaan Manufaktur Produsen Peralatan Elektronik ABC.
Produsen Peralatan Elektronik ABC adalah perusahaan yang memproduksi
peralatan elektronik rumah tangga, seperti televisi, mesin cuci, dan peralatan
dapur. Mereka menghadapi tekanan untuk meningkatkan efisiensi operasional
dan mengurangi biaya produksi untuk tetap bersaing di pasar yang ketat.
Langkah 1 : Identifikasi Aktivitas
- Perusahaan ABC mengidentifikasi sejumlah aktivitas yang terlibat dalam
produksi peralatan elektronik mereka, termasuk:
1.Pemrosesan pesanan pelanggan.
2. Pemilihan komponen elektronik.
3. Perakitan produk.
4. Pengujian kualitas.
5. Pengemasan produk dan pengiriman.
Langkah 2 : Penentuan Biaya Aktivitas
- Perusahaan menghitung biaya yang terkait dengan setiap aktivitas, seperti
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead, dan biaya
manajerial yang terkait dengan setiap tahap produksi.
Langkah 3 : Pengukuran Konsumsi Sumber Daya
- Perusahaan mengukur seberapa banyak sumber daya yang digunakan untuk
setiap aktivitas, seperti berapa banyak waktu tenaga kerja langsung yang
dibutuhkan untuk merakit satu unit produk atau berapa banyak bahan baku
yang digunakan untuk menguji kualitas setiap produk.
19
Langkah 4 : Penentuan Harga Produk
Dengan data biaya yang spesifik, perusahaan dapat menentukan harga produk dengan
lebih akurat. Ini memungkinkan mereka untuk menghitung biaya produk berdasarkan
konsumsi sumber daya yang sebenarnya.
Langkah 5 : Identifikasi Aktivitas yang Tidak Bernilai Tambah
Perusahaan mengidentifikasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah kepada
produk akhir. Misalnya, jika ada dua langkah pengujian kualitas yang sebenarnya
berulang, perusahaan dapat menggabungkannya untuk menghemat waktu dan biaya.
Langkah 6 : Optimasi Proses
Dengan data yang diperoleh dari ABM, perusahaan mulai mengoptimalkan proses
produksi mereka. Mereka dapat merencanakan restrukturisasi aliran kerja, investasi
dalam teknologi yang lebih efisien, dan mengidentifikasi area di mana perbaikan
dapat dibuat untuk mengurangi biaya.

2.2.3. Reward system (system penghargaan)


Mondy dan Noe (2005): Menurut Mondy dan Noe, sistem penghargaan
mencakup "gaji, insentif, manfaat, dan kebijakan lain yang digunakan oleh
organisasi untuk memberikan penghargaan kepada karyawan dalam pertukaran
atas kinerja yang diharapkan. Adapun salah satu alat system penghargaan sebagai
berikut:
 Profit sharing schemes (skema pembagi keuntungan)
Dennis L. Prince (dalam buku "Human Resource Management and
Performance : A Global Perspective"): "Profit sharing adalah suatu program
di mana sebagian dari laba yang dihasilkan oleh organisasi disisihkan dan
dibagi kepada karyawan berdasarkan formula yang telah ditentukan."
Jadi, skema pembagi keuntungan mengacu pada program atau mekanisme
yang digunakan oleh perusahaan untuk membagikan sebagian dari laba
kepada karyawan atau pihak terkait sebagai insentif atau imbalan atas kinerja
mereka. Profit sharing schemes atau skema pembagi keuntungan adalah
program yang dapat memiliki beberapa fungsi dalam konteks organisasi dan
manajemen sumber daya manusia. Beberapa fungsi utamanya meliputi :
1. Untuk memotivasi karyawan dengan memberikan insentif finansial atas
kinerja mereka. Karyawan cenderung bekerja lebih keras dan lebih

20
produktif ketika mereka tahu bahwa keuntungan perusahaan akan
berdampak langsung pada gaji atau bonus mereka.
2. Untuk mempertahankan karyawan yang berharga dan menarik bakat baru.
Karyawan akan lebih cenderung tetap setia pada perusahaan yang
memberikan imbalan atas kinerja mereka.
3. Skema pembagi keuntungan dapat membantu dalam menciptakan budaya
kerja yang berorientasi pada hasil dan kerjasama. Karyawan merasa bahwa
mereka berada dalam perjalanan yang sama untuk mencapai kesuksesan
bersama.
Contoh dari profit sharing schemes, yaitu :
Ketika sebuah perusahaan membagikan sebagian dari keuntungannya
kepada karyawan sebagai bentuk insentif atau penghargaan. Misalnya,
perusahaan XYZ mengimplementasikan skema profit sharing di mana setiap
karyawan menerima 10% dari keuntungan tahunan perusahaan. Jika
keuntungan tahunan perusahaan sebesar $100.000, maka setiap karyawan akan
menerima $10.000 sebagai bagian dari profit sharing schemes.

2.3 Strategic Management Accounting


Strategic management accounting mengacu pada penggunaan informasi dan teknik
akuntansi untuk mendukung pengambilan keputusan strategis dan formulasi serta
implementasi strategi organisasi. Ini melibatkan analisis data keuangan dan non-keuangan
untuk memberikan wawasan tentang posisi kompetitif, kinerja, dan prospek masa depan
organisasi.
Fungsi dari Strategic management accounting membantu organisasi mengidentifikasi
dan mengevaluasi opsi strategis, mengalokasikan sumber daya secara efektif, memantau
kinerja, dan menilai dampak keputusan strategis terhadap hasil keuangan.
Adapun alat-alat strategic management accounting meliputi alat pelaporan kinerja,
seperti margin kotor setelah biaya penjualan penuh dan margin laba bersih setelah alokasi
overhead, serta teknik strategis seperti analisis SWOT, analisis rantai nilai, dan
perencanaan strategis.
2.3.1 Performance Reporting Tools (Alat Pelaporan Kinerja)
Alat pelaporan kinerja (performance reporting tools) merujuk pada metode
dan teknik yang digunakan oleh organisasi untuk mengukur, menganalisis, dan
mengkomunikasikan kinerjanya kepada pemangku kepentingan internal dan

21
eksternal. Alat-alat ini membantu organisasi melacak dan mengevaluasi
kinerjanya dalam berbagai area, seperti kinerja keuangan, efisiensi operasional,
kepuasan pelanggan, produktivitas karyawan, dan keberlanjutan. Adapun salah
satu performance reporting tools yaitu:
 Contribution after variable costs (kontribusi setelah biaya variabel)
adalah istilah yang merujuk pada sejumlah pendapatan atau keuntungan yang
tersisa setelah semua biaya variabel yang terkait dengan produksi atau
penjualan suatu produk atau layanan telah dikurangkan. Ini adalah kontribusi
yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap perusahaan dan
menciptakan laba bersih. Adapun fungsi dari contribution after variable costs
meliputi :
1. Untuk membantu dalam mengukur sejauh mana pendapatan dari penjualan
produk atau layanan melebihi biaya variabel yang terkait dengan produksi
atau penjualan. Ini memberikan gambaran tentang profitabilitas suatu
produk atau layanan.
2. Untuk menutupi biaya tetap perusahaan, seperti gaji karyawan, sewa, dan
biaya administrasi. Dengan demikian, ini adalah salah satu langkah
menuju perhitungan laba bersih perusahaan.
Adapun rumus contributions after variable costs :
Contribution after Variable Costs = Total Revenue - Total Variable Costs
Contoh :
Perusahaan manufaktur PT ABC mencetak pendapatan bersih sejumlah
Rp150.000.000 dalam satu tahun. Rincian biaya variabel PT ABC adalah:
 Ongkos Angkut Barang = Rp5.000.000
 Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp20.000.000
 Biaya Bahan Baku Langsung = Rp30.000.000
Maka total biaya variabel PT ABC adalah Rp55.000.000.
Jika dimasukkan dalam formulasi Margin Kontribusi, maka hasilnya
adalah :
Margin Kontribusi PT ABC = Rp150.000.000 – Rp55.000.000 =
Rp95.000.000
Nilai dari pendapatn bersih tersebut bisa di kurangkan dengan biaya tetap
untuk melihat apakah Margin kontribusi bernilai positif atau negatif.

22
Katakanlah biaya tetap PT ABC dalam satu tahun sejumlah
Rp80.000.000. Maka bisa dibilang PT ABC masih mencetak profit
Rp15.000.000 (Rp95.000.000 – Rp80.000.000). Implikasinya, PT ABC
masih mampu meng-cover biaya tetap setelah pendapatan bersih
dikurangi dengan biaya variabel yang terjadi.Jika ingin mencari Margin
Kontribusi per unit. Dapat di cari dengan formulasi yang sama, berikut
perhitungannya
Margin Kontribusi per unit = Harga jual produk per unit – biaya variabel
per unit
Misalnya, jika satu produk dari PT ABC seharga Rp20.000 dan biaya
variabel per unitnya Rp6.000. Maka nilai per unitnya adalah Rp20.000 –
Rp6.000 = Rp14.000.
2.3.2 Strategic Tools (Alat Strategis)
Strategic tools, atau alat-alat strategis, adalah berbagai teknik, metodologi,
kerangka kerja, dan pendekatan yang digunakan dalam manajemen strategi
bisnis untuk membantu organisasi merencanakan, mengembangkan, dan
mengimplementasikan strategi mereka.
Alat - alat strategis digunakan untuk memahami lingkungan bisnis,
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, mengevaluasi peluang dan ancaman,
dan merumuskan rencana aksi yang akan mencapai tujuan strategis perusahaan.
Adapun salah satu strategic tools yaitu :
 SWOT analysis (analisis SWOT)
Analisis SWOT adalah suatu metode yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) yang dihadapi oleh suatu organisasi atau proyek. Analisis
ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
yang dapat mempengaruhi kinerja dan strategi mereka.adapun fungsi dari
analisis SWOT yaitu :
1. Membantu organisasi dalam mengidentifikasi kekuatan yang dapat
dimanfaatkan, kelemahan yang perlu diperbaiki, peluang yang dapat
dimanfaatkan, dan ancaman yang perlu diatasi. Dengan pemahaman yang
lebih baik tentang faktor-faktor ini, organisasi dapat mengembangkan
strategi yang lebih efektif untuk mencapai tujuan mereka.
Contoh :

23
Analisis SWOT Usaha Keripik Kentang
Usaha keripik kentang ternyata memiliki analisis kekuatan yang harus
diperhatikan, antara lain:
1. Bahan baku berkualitas, karena menanamnya secara mandiri.
2. Sistem pengolahan memiliki stperusahaanr tinggi dan terjamin
higienisnya.
3. Karyawan yang dipekerjakan banyak.
4. Tanpa pengawet, pewarna dan pemanis buatan.
5. Ada aneka rasa yang tersedia untuk keripik kentang.
Analisis kelemahan dari usaha keripik kentang juga banyak yakni:
1. Produk keripik kentang memiliki durasi waktu untuk kelayakan konsumsi
tidak lebih dari satu tahun.
2. Pengemasan belum memakai kemasan modern yang terstperusahaanr.
3. Lokasi produksi jauh dan sistem pemasaran kurang mengena sasaran.
Analisis peluang tersedia beberapa jenis, antara lain:
1. Usaha ini merupakan salah satu jenis cemilan Indonesia yang difavoritkan
banyak orang.
2. Harga super terjangkau
3. Pemesanan dapat secara banyak atau sedikit.
4. Bahan baku kentang yang mudah diperoleh.
Analisis Ancaman untuk bisnis keripik kentang bisa diuraikan seperti ini:
1. Pesaing semakin banyak yang menawarkan keunggulan tersendiri.
2. Lahan untuk menanam kentang rentan terserang hama merugikan.
Strategi yang dibuat berupa pemeliharaan cita rasa khas, harga tetap
terjangkau, bungkus keripik kentang lebih terstperusahaanr, sistem pemasaran
kuat berbasis teknologi, lahan kentang dibuat supaya tidak mudah kena hama.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran kinerja manajemen merupakan hal yang penting dalam sebuah
perusahaan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan dan target serta memberikan
informasi objektif tentang kinerja individu dan organisasi secara keseluruhan.
2. Alat operasional, seperti key performance indicators (KPIs), balanced scorecard
(BSC), dan performance appraisal, digunakan dalam pengukuran kinerja pegawai
untuk mengukur pencapaian tujuan dan target serta memberikan informasi objektif
tentang kinerja individu dan organisasi secara keseluruhan.
3. Alat pelaporan kinerja (performance reporting tools) digunakan oleh organisasi untuk
mengukur, menganalisis, dan mengkomunikasikan kinerjanya kepada pemangku
kepentingan internal dan eksternal. Alat-alat ini membantu organisasi melacak dan
mengevaluasi kinerjanya dalam berbagai area, seperti kinerja keuangan, efisiensi
operasional, kepuasan pelanggan, produktivitas karyawan, dan keberlanjutan.
4. Analisis SWOT dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dalam usaha perusahaan. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang faktor-faktor ini, perusahaan dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif
untuk mencapai tujuan mereka.
5. Peramalan kualitatif dapat digunakan untuk mengumpulkan opini dan sentimen para
ahli tentang perusahaan dan pasar secara keseluruhan. Metode ini cocok untuk startup
yang tidak memiliki data masa lalu yang dapat dijadikan referensi.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan pembahasan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Perusahaan sebaiknya menggunakan alat operasional yang sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan mereka dalam mengukur kinerja pegawai, seperti key performance
indicators (KPIs), balanced scorecard (BSC), dan performance appraisal.
2. Penting bagi perusahaan untuk menggunakan alat pelaporan kinerja yang efektif
untuk mengukur, menganalisis, dan mengkomunikasikan kinerja mereka kepada
pemangku kepentingan internal dan eksternal. Perusahaan dapat mempertimbangkan

25
penggunaan software atau platform yang dapat membantu dalam proses pelaporan
kinerja.
3. Dalam melakukan analisis SWOT, perusahaan sebaiknya memperhatikan kekuatan
yang dimiliki, seperti bahan baku berkualitas dan sistem pengolahan yang terjamin
higienisnya, serta memperbaiki kelemahan yang ada, seperti mengurangi aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah. Perusahaan juga harus memanfaatkan peluang,
seperti pengembangan rasa khas dan sistem pemasaran berbasis teknologi, serta
mengatasi ancaman, seperti perlindungan lahan dari hama.
4. Dalam melakukan peramalan kualitatif, perusahaan sebaiknya melibatkan para ahli
dan mengumpulkan opini mereka untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
Perusahaan juga harus terus memantau dan memperbarui perkiraan mereka sesuai
dengan perkembangan terkini

26
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. 2019. Akuntansi Manajemen Dasar-dasar Konsep Biaya dan


Pengambilan Keputusan. Depok : PT Raja Grafindo Persada
https://www.aicpa-cima.com/
https://repository.um-surabaya.ac.id/4060/3/BAB_II.pdf
https://benjaminwann.com/blog/product-profitability-analysis-definition-how-to-do-and-
example
https://www.investopedia.com/terms/n/npv.asp
https://www.hashmicro.com/id/blog/rumus-net-present-value-npv-adalah/
https://finance.detik.com/solusiukm/d-6321433/benchmarking-adalah-tujuan-dan-bagaimana-
cara-melakukannya
https://blog.rumahweb.com/benchmarking-adalah/
https://www.indeed.com/career-advice/career-development/how-to-calculate-activity-based-
costing
https://repository.stie-mce.ac.id/939/3/BAB%20II.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/kelola,+02+-
+JIAKES+Vol+2+No+1+Elmer+dan+Muanas%20(1).pdf
https://www.paddle.com/resources/financial-forecasting
https://kledo.com/blog/biaya-kualitas/

iii

Anda mungkin juga menyukai