Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKUNTANSI MANJEMEN TENTANG

BALANCE SCORECARD

Disusun oleh :

Iwa kartiwa

Rama haris hidayat

Srie astute hayati

Wulan wiiarti

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS BALE BANDUNG

2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan kuasaNya-lah
kami bisa menyelesaikan makalah Akuntansi Manajemen ini, yakni berupa makalah dengan
judul “Balanced Scorecard”.

Dalam penyusunan makalah ini kami mengalami berbagai hambatan, namun hambatan itu bisa
kami lalui karena pertolongan Allah dan berbagai pihak lainnya. Oleh karena itu, kami ucapkan
terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih dari jauh dari sempurna, baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

17 Januari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………

KATA PENGNTAR ………………………………………………………………………………………………………….

PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………………

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………………
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………………………………..

2.1 Pengertian Pengukuran Kinerja ………………………………………………………………………….

2.2 Tujuan sistem pengukuran kerja …………………………………………………………………………

2.3 Kelemahan Pengukuran Kinerja ………………………………………………………………………….

2.4 Pengertian Balanced Scorecard ………………………………………………………………………….

2.5 Manfaat Balanced Scorecard ……………………………………………………………………………..

2.6 Kriteria Balanced Scorecard ………………………………………………………………………………..

2.7 Langkah - Langkah Balanced Scorecard …………………………………………………………………

2.8 Empat Perspektif Balanced Scorecard …………………………………………………………………

2.9 Implementasi Balanced Scorecard …………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………………….

3.2 Saran ………………………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar luar biasa
dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi
antara perusahaan dengan pelanggan dan perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang
bersifat global dan tajam menyebabkan terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan
perusahaan yang memasuki persaingan tingkat dunia. Hanya perusahaan perusahaan yang memiliki
keunggulan pada tingkat dunia yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen, mampu
menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effevtive.

Perubahan-perubahan tersebut mendorong perusahaan untuk mempersiapkan dirinya agar bisa


diterima di lingkungan global. Keadaan ini memaksa manajemen untuk berupaya menyiapkan,
menyempurnakan ataupun mencari strategi-strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu
bertahan dan berkembang dalam persaingan tingkat dunia. Oleh karena itu perusahaan dalam hal ini
manajemen harus mengkaji ulang prinsip - prinsip yang selama ini digunakan agar dapat bertahan dan
bertumbuh dalam persaingan yang semakin ketat untuk dapat menghasilkan produk dan jasa bagi
masyarakat.

Kunci persaingan dalam pasar global adalah kualitas total yang mencakup penekanan -
penekanan pada kualitas produk, kualitas biaya atau harga, kualitas pelayanan, kualitas penyerahan
tepat waktu, kualitas estetika dan bentu– bentuk kualitas lain yang terus berkembang guna memberikan
kepuasan terus menerus kepada pelanggan agar tercipta pelanggan yang loyal. Sehingga meningkatnya
persaingan bisnis memacu manajemen untuk lebih memperhatikan sedikitnya dua hal penting yaitu
"keunggulan" dan "nilai"

. Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam
perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusaan, misalnya untuk
menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat
menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.

Dalam akuntansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang proses
manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat
pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada
seluruh tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya
merupakan ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan
maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan lebih baik.
B.Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan Pengukuran Kinerja ?


2) Apa tujuan Sistem Penilaian Kinerja ?
3) Apa Kelemahan Pengukuran Kinerja ?
4) Apa yang dimaksud dengan Balanced Scorecard (BSC)?
5) Apa saja manfaat dengan menggunakan system Balance Scorecard (BSC)
6) Apa saja Kriteria dalam Balance Scorecard ?
7) Apa saja Langkah– Langkah dalam menyusun Balance Scorecard ?
8) Mengetahui empat Perspektif dari Balance Scorecard.
9) Mengetahui Implementasi dalam menggunakan Balanced Scorecard.

C.Tujuan

1) Menambah wawasan mengenai Balanced Scorecard.


2) Mengetahui lebih lanjut mengenai arti Balanced Scorecard.
3) Mengetahui konsep dari BSC.
4) Mengetahui 4 Perspektif di dalam Balance Scorecard
5) Mengetahui Manfaat serta Kelemahan dalam menggunakan Balance Scorecar
6) Memberikan pemahaman mengenai Langkah – Langkah dalam menyusun Balance Scorecard.
7) Mengetahui Implementasi dalam menggunakan Balance Scorecard
BAB II

PEMBAHASANA

A.Pengertian Pengukuran Kinerja

Pengertian penilaian kinerja (pengukuran kinerja) menurut Mulyadi (2007: 419) adalah sebagai
penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran kinerja
dibutuhkan suatu penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem
penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh
organisasi.

B. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Menurut Robert & Anthony (2001: 52), tujuan dari sistem pengukuran kinerja adalah untuk
membantu dalam menetapkan strategi. Dalam penerapan system pengukuran kinerja terdapat empat
konsep dasar :

1) Menentukan strategi

Dalam hal ini paling penting adalah tujuan dan target organisasi dinyatakan secara ekspilit dan
jelas. Strategi harus dibuat pertama kali untuk keseluruhan organisasi dan kemudian dikembangkan
ke level fungsional dibawahnya.

2) Menentukan pengukuran strategi

Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasikan strategi ke seluruh anggota organisasi.


Organisasi tersebut harus focus pada beberapa pengukuran kritikal saja. Sehingga manajemen tidak
terlalu banyak melakukan pengukuran indikator kinerja yang tidak perlu.

3) Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem manajemen

Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal maupun informal, juga
merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber daya manusia perusahaan.

4) Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan

Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi apakah masih valid untuk
ditetapkan dari waktu ke waktu.

Pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan
cara membandingkan hasil actual dengan sasaran dan tujuan strategis. Sistem pengukuran kinerja
biasanya terdiri atas metode sistematis dalam penempatan sasaran dan tujuan serta pelaporan periodik
yang mengidentifikasikan realisasi atas pencapaian sasaran dan tujuan.

C. Kelemahan Pengukuran Kinerja

Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000: 75) menyatakan bahwa kelemahan - kelemahan
pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan yaitu :

1) Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak tampak (intangible Assets) dan harta-
harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.
2) Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak
mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik.

D. Pengertian Balanced Scorecard

Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik atau lebih tepat dinamakan"
Strategic Based Responsibility Accounting System ”yang menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi
ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja perusahaan tersebut.Balanced Scorecard terdiri dari
dua kata yaitu balanced dan scorecard .Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang
akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan datang, sedangkan
Balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk mengukur kinerja seseorang atau organisasi
diukur secara berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan
jangka panjang, intern dan ekstern (Mulyadi, 2005).

Balanced Scorecard merupakan suatu system management strategi yang menjabarkan visi dan
strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur
dikembangkan untuk setiap 4 (empat) perspektif yaitu : Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan,
Perspektif Proses Usaha Internal dan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

E. Manfaat Balanced Scorecard

Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan menurut Kaplan dan Norton (2000: 122) adalah sebagai
berikut :

1) Balanced Scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan jangka
pendek dan jangka panjang.
2) Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan dan
non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan belajar dan bertumbuh)
3) Balanced Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan
dimasa mendatang.

F. Kriteria Balance Scorecard

Balanced Scorecard yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain:

1) Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang dari masing-masing perspektif (outcomes)
dan mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut (performance driver).
2) Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam suatu hubungan sebab akibat (cause and
effect relationship).
3) Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan seperti peningkatan kualitas, pemenuhan
kepuasan pelanggan, atau inovasi yang dilakukan harus berdampak pada peningkatan pendapatan
perusahaan.

G. Langkah - Langkah Balanced Scorecard

Langkah-langkah Balanced Scorecard meliputi empat proses manajemen baru. Pendekatan ini
mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka panjang dengan peristiwa jangka pendek. Kempat
proses tersebut menurut (Kaplan dan Norton, 1996) antara lain :

1) Menterjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.


Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah
gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan di masa datang. Tujuan juga menjadi
salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya. Dalam proses perencanaan
strategik, tujuan ini kemudian dijabarkan dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
2) Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis balanced scorecard.

Dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan kepada tiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan
untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham dan konsumen. Hal ini bertujuan
untuk mencapai kinerja karyawan yang baik.

3) Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif rencana bisnis.

Memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka.
Balanced scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih
penting untuk diprioritaskan, akan menggerakkan kearah tujuan jangka panjang perusahaan secara
menyeluruh.
4) Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis

Proses keempat ini akan memberikan strategis learning kepada perusahaan. Dengan balanced
scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan melakukan monitoring terhadap apa yang
telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek.

H. Empat Perspektif Balanced Scorecard

Balanced Scorecard adalah konsep yang mengukur kinerja suatu organisasi dari empat perspektif yaitu
perspektif finansial, perspektif customer, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran. Konsep Balanced Scorecard ini pada dasarnya merupakan penerjemahan strategi dan
tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan
dimonitor secara berkelanjutan. Menurut Kaplan dan Norton (1996), Balanced Scorecard memiliki
empat perspektif, antara lain :

1)Perspektif Keuangan ( financial perspective )

Balanced Scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti laba bersih dan ROI
(Return on Investment), karena tolok ukur tersebut secara umum digunakan dalam organisasi yang
mencari keuntungan / profit. Tolok ukur keuangan memberikan bahasa umum untuk menganalisis
perusahaan. Orang-orang yang menyediakan dana untuk perusahaan, seperti lembaga keuangan dan
pemegang saham, sangat mengandalkan tolok ukur kinerja keuangan dalam memutuskan hal yang
berhubungan dengan dana.

Tolok ukur keuangan yang didesign dengan baik dapat memberikan gambaran yang akurat
untuk keberhasilan suatu organisasi. Tolok ukur keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup untuk
mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok ukur non keuangan juga tidak memadai
untuk menyatakan angka paling bawah (bottom line). Balanced scorecard mencari suatu keseimbangan
dari tolok ukur kinerja yang multiple, baik keuangan maupun non keuangan untuk mengarahkan kinerja
organisasional terhadap keberhasilan.

2)Perspektif Pelanggan ( customer perspective )

Perspektif pelanggan berfokus pada bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar


berhasil. Mengetahui pelanggan dan harapan mereka tidaklah cukup, suatu organisasi juga harus
memberikan insentif kepada manajer dan karyawan yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill
Mariot mengatakan "Take care of your employee and they take care of your customer”. Perhatikan
karyawan anda dan mereka akan memperhatikan pelanggan anda. Perusahaan umumya menggunakan
tolok ukur kinerja berikut, pada waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan yaitu :

a) Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)


b) Retensi pelanggan (customer retention)
c) Pangsa Pasar (market share)
d) Pelanggan yang profitable
3) Perspektif proses usaha internal (internal business process perspective)

Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan perspektif
usaha internal dan proses produksi. Karyawan yang melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru
yang terbaik untuk proses usaha yang lebih baik. Hubungan pemasok adalah kritikal untuk keberhasilan,
khususnya dalam usaha eceran dan perakitan manufacturing. Perusahaan tergantung pemasok
mengirimkan barang dan

jasa tepat pada waktunya, dengan harga yang rendah dan dengan mutu yang tinggi. Perusahaan dapat
berhenti berproduksi apabila terjadi problema dengan pemasok. Pelanggan menilai barang dan jasa
yang diterima dapat diandalkan dan tepat pada waktunya. Pemasok dapat memuaskan pelanggan
apabila mereka memegang jumlah persediaan yang banyak untuk meyakinkan pelanggan bahwa
barang-barang yang diminati tersedia ditangan. Akan tetapi biaya penanganan dan penyimpanan
persediaan menjadi tinggi, dan kemungkinan mengalami keusangan persediaan. Untuk menghindari
persediaan yang berlebihan, alternatif yang mungkin adalah membuat pemasok mengurangi throughput
time. Throughput time adalah total waktu dari waktu pesanan diterima oleh perusahaan sampai dengan
pelanggan menerima produk. Memperpendek throughput time dapat berguna apabila pelanggan
menginginkan barang dari jasa segera mungkin.

4)Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learn and growth infrastructure perspective)

Untuk tujuan insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada kemampuan manusia.
Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolok ukur kunci untuk
menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan.
Kepuasaan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki
produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur
kepuasan karyawan dengan mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada
saat bekerja.

I. Implementasi Balanced Scorecard

Organisasi sangat membutuhkan untuk menerapkan Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran
kinerja yang multi dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua bidang kinerja
yang penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas dikenal sebagai pengukuran
kinerja. Balanced Scorecard sekarang banyak digunakan sebagai untuk pengembangan strategi dan
sebagai alat eksekusi yang dikembangkan dalam lingkungan operasional. Balanced Scorecard
menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang
dimengerti (indikator), sehingga strategi dapat dipahami, dikomunikasikan dan diukur, dengan demikian,
berfungsi untuk semua kegiatan.

Selain itu, indikator memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan strategi (Kaplan &
Norton, 1996). Balanced Scorecad telah banyak diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis
manufaktur dan jasa. Penerapannya adalah dengan berfokus pada empat perspektif Balanced
Scorecard. Pembahasan mengenai pengukuran kinerjadengan menggunakan Balanced Scorecard lebih
sering dilakukan dalam konteks penerapannya pada perusahaan atau organisasi yang bertujuan mencari
laba (profit-seeking organisations).

Jarang sekali ada pembahasan mengenai penerapan Balanced Scorecard pada organisasi nirlaba
(not-for-profit organisations) atau organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi, yang ditandai
relational contracting, yakni saat owner dan consumer adalah orang yang sama, serta di mana mutual
benefit anggota menjadi prioritasnya yang utama (Merchant, 1998). Pada organisasi-organisasi
semacam ini, keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi secara luas
daripada sekedar perolehan keuntungan.

Pengukuran aspek keuangan ternyata tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas yang


menciptakan nilai (value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak berwujud seperti :

1) Keterampilan, kompetensi, dan motivasi para pegawai


2) Database dan teknologi informasi
3) Proses operasi yang efisien dan responsive
4) Inovasi dalam produk dan jasa
5) Hubungan dan kesetiaan pelanggan
6) Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan
Norton, 2000)
Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur
bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard
memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber
daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode
yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam intangible assets seperti merk dan
loyalitas pelanggan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang
memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang
diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC
adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur
aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi
dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin.

Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam
lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis
organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya
budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC
dalam pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada :

1) Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut
berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama)
2) Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif
3) Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi
masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor
eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.

B. Saran

Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan
penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar penerapan BSC dapat berjalan
dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi
juga untuk jangka panjang.
Daftar Pustaka

Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into
Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert
dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive
Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School
Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all
employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999).
The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem
Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu,
Yogyakarta:Aditya Media.

Anda mungkin juga menyukai