Anda di halaman 1dari 32

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU


TOPIK “BALANCED SCORECARD"

Dosen :
1. Asmaripa Ainy, S.Si, M.Kes
2. Dr. dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS

Nama Mahasiswa (NIM) :


1. Rekha Alpatana (10011381924182)
2. Shintania Dwi Putri (10011181924032)
3. Tri Megawati Rahayu (10011381924169)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Oktober 2021
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
ISI...............................................................................................................................................4
A. Pengertian Balance Scorecard.........................................................................................4
B. Manfaat Balance Scorecard.............................................................................................5
C. Tujuan Balanced Scorecard.............................................................................................6
D. Perspektif dalam Balance Scorecard...............................................................................7
E. Keunggulan Balance Scorecard....................................................................................11
F. Kelemahan Balanced Scorecard....................................................................................12
G. Keberhasilan Pengunaan Balanced Scorecard..............................................................13
J. Kendala Utama dalam Sosialisasi Balanced Scorecard................................................16
BAB III.....................................................................................................................................30
PENUTUP................................................................................................................................30
A. Kesimpulan...................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31
SURAT PERNYATAAN.........................................................................................................32

2
BAB I

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan pada masa sekarang telah banyak mengalami perkembangan dan
tantangan terhadap globalisasi, hal itu menyebabkan meningkatnya tingkat persaingan antar
lembaga. Dunia pendidikan dituntut untuk untuk lebih berpikir kreatif, inovatif dan
responsive untuk mempertahankan dan meningkatkan eksistensinya. Salah satu yang
termasuk faktor pendukung dalam dunia pendidikan adalah manusia (human) atau SDM-nya,
lembaga pendidikan akan berhasil dan meningkat jika mempunyai SDM yang berkualitas dan
professional.
Kinerja sangat penting bagi pegawai, karena kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai oleh pegawai secara kualitas dan kuantitas ketika melaksanakan tanggungjawabnya
terhadap tugas yang diberikan. Pentingya kinerja pegawai karena pegawai dapat mengukur
seberapa besar kinerja yang sudah dilakukan melalui tanggapan positif dari mitra kerja.
Kinerja pegawai yang baik dapat mencapai tujuan (goals) dari organisasi sehingga
terciptanya suatu konsep manajemen kerja.
Manajemen kinerja adalah suatu tahapan yang strategis yang mendukung keberhasilan
organisasi dengan mengembangkan SDM nya. Manajemen kinerja itu bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan, kemampuan dan keahlian serta potensi yang ada pada SDM
nya dengan cara memperkuat dan meningkatkan budaya. Manajemen kinerja dapat dijadikan
dasar dan patokan dalam promosi dan evaluasi serta dalam penentuan kompensasi dan
pembuatan program pelatihan.
Focus evaluasi kerja berbeda pada tiap jenjang manajemennya. Evaluasi kerja bagi
manajemen senior lebih difokuskan pada sasaran organisasi dan kemampuannya dalam
mencapai hasil. Focus evaluasi kerja bagi jenjang manajer madya seimbang antara
pencapaian sasaran, kemampuan serta tugas-tugas baku. Sedangkan focus evaluasi kerja bagi
karyawan administrasi yaitu pada kemampuan melakukan tugas-tugas baku dan keluaran
serta focus evaluasi kerja bagi jenjang operator yaitu pada pengeluaran.
Ada lima komponen pokok dalam melaksanakan manajemen kinerja, antara lain
perencanaan kinerja yaitu atasan dan bawahan bersama-sama berupaya untuk mencapai target
dalam tujuan organisasi sesuai batasan anggaran yang tersedia, komunikasi
berkesinambungan antara atasan dan bawahan agar apa yang sedang dilakukan selalu
mengarah dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan, pengumpulan data dan informasi
oleh pihak-pihak yang terkait, pertemuan tatap muka antara atasan dan bawahan pada periode
tersebut dan yang terakhir diagnosis berbagai hambatan efektivitas kinerja bawahan untuk
menghilangkan hambatan yang ada agar kinerja bawahan dapat meningkat.
Mengendalikan risiko secara alternative yang dapat melindungi organisasi dari suatu
dampak kegagalan dengan cara melakukan ukuran kinerja. Keunggulan kompetitif di masa
depan dapat terhambat apabila ukuran kinerja keuangan yang tidak mampu mendorong
kinerja masa depan dan menciptakan nilai yang sesungguhya. Oleh sebab itu, diperlukan
adanya perspektif yang seimbang dalam pengukuran kinerja. Adanya Balance Scorecard
(BSC) yang kuat dan seimbang yang dapat menerjemahkan misi dan tahapan organisasi yang
menyediakan kerangka kerja untuk pengukuran strategis dan system manajemen. Balanced
Scorecard mengukur kinerja organisasi di berbagai perspektif yaitu keuangan, pelanggan,
proses dan pembelajaran serta pertumbuhan.

3
BAB II

ISI

A. Pengertian Balance Scorecard


Konsep Balance Scorecard mulai dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan
David P. Norton pada 1990. Balance Scorecard adalah system manajemen yang
strategis yang kuat dan seimbang guna memfasilitasi implementasi strategi, serta
memastikan bahwa visi dan strategi organisasi diimplementasikan dan dicapai.
Pendekatan Balance Scorecard ini untuk menyempurnakan kelemahan dari
pendekatan manajemen sebelumnya. Dalam pendekatan Balance Scorecard, guna
menyeimbangkan perspektif keuangan, adanya suatu penjelasan yang jelas terkait apa
yang harus diukur oleh organisasi. Balance Scorecard dapat mempengaruhi
perubahan dan peningkatan organisasi berskala besar tetapi butuh keahlian dalam
pelaksanaannya (Lestari, 2014).
Premis utama dari pendekatan Balanced Scorecard yaitu metrik akuntansi
keuangan yang secara tradisional diikuti perusahaan untuk memantau tujuan strategis
mereka tidak cukup untuk menjaga perusahaan tetap pada jalurnya. Hasil keuangan
menjelaskan apa yang telah terjadi di masa lalu, bukan ke mana arah bisnis atau
seharusnya
Kata Balance Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balance yang artinya seimbang
dan scorecard yang artinya kartu skor. Istilah balance (seimbang) artinya kinerja yang
dapat diukur dari 2 sisi yaitu keuangan dan non keuangan yang terdiri dari jangka
pendek dan jangka panjang dan mengikutsertakan bagian internal dan eksternal.
Sedangkan scorecard (kartu skor) dapat berarti kartu yang dapat mencatat skor hasil
kinerja baik kondisi saat ini maupun perencanaan yang akan datang. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Balance Scorecard adalah kartu yang dapat mencatat skor hasil
kinerja organisasi dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non
keuangan, antara jangka panjang dan jangka pendek serta juga melibatkan faktor
internal dan eksternal (Lestari, 2014).
Balance Scorecard tidak hanya system pengukuran kinerja, namun juga system
manajemen organisasi untuk memberikan informasi dengan jelas terkait visi dan
strategi karyawan dalam organisasi dan menerjemahkannya dalam bentuk tindakan.
Menurut Kaplan dan Norton, bahwa Balance Scorecard selalu mempertahankan
ukuran keuangan yang tradisional. Balance Scorecard dapat mengubah perencanaan
strategis dari kegiatan yang rutin menjadi lebih terfokus ke arah strategis organisasi
jika telah dipergunakan sepenuhnya. Dengan adanya Balanced Scorecard perusahaan
jadi lebih tahu sejauh mana pergerakan dan perkembangan yang telah dicapai, dengan
adanya Balanced Scorecard sangat membantu perusahaan untuk memberikan
pandangan menyeluruh mengenai kinerja perusahaan. Agar kinerja lebih efektif dan
efisien dibutuhkan sebuah informasi akurat yang mewakili sistem kerja yang
dilakukan (Gawankar, 2015).
Kaplan dan kawan-kawannya menunjukkan bahwa model Balance Scorecard
didasarkan pada deskripsi yang tepat dan tepat waktu. Berhubungan dengan tema-
tema strategis dan oleh karena itu dengan visi strategis, mereka memungkinkan
individu yang efisien dari tujuan-tujuan operasional tersebut yang mewakili garis
operasi pelaksanaan dan memungkinkan tindakan kesatuan (Gawankar, 2015).
4
Evaluasi menurut model Balance Scorecard merupakan indicator kinerja yang
harus seimbang artinya agar dapat mencerminkan semua dimensi yang menciptakan
nilai, serta harus sejalan dengan strategi. Penerapan metodologi Balance Scorecard
berarti menerjemahkan strategi ke dalam istilah operasional, menselaraskan organisasi
kegiatan dengan strategi sehingga terciptanya sinergi, memotivasi entitas, membuat
strategi menjadi tanggungjawab masing-masing, menyesuaikan strategi terhadap
perubahan yang terjadi dalam proses yang berkesinambungan dan mengaktifkan
perubahan melalui kepemimpinan manajemen (Nu, Roudlotul and Kutoarjo, 2020).
Syarat agar suatu system pengukuran kinerja dikatakan efektif apabila :
1. Sesuai perspektif pelanggan, maka didasarkan pada aktivitas dan ciri atau
karakteristik organisasi itu sendiri
2. Ukuran-ukuran kinerja yang customers-valited dipergunakan dalam evaluasi
atas berbagai aktivitas
3. Menghasilkan penilaian yang komprehensif karena sesuai dengan seluruh
aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan
4. Dapat diberikannya umpan balik (feedback) agar seluruh anggota organisasi
dapat mengenai masalah-masalah yang kemungkinan bisa diperbaiki.

BSC (Balance Scorecard) merupakan suatu system manajemen yang telah


banyak membantu perusahaan dalam mengimplementasikan strateginya, karena
dengan Balanced Scorecard maka mampu untuk menerjemahkan visi dan strategi
suatu organisasi ke dalam bentuk tindakan yang nyata di lapangan. Sistem Balanced
Scorecard bertujuan untuk memberikan pandangan yang lebih komprehensif kepada
para manajer dengan melengkapi ukuran finansial melalui metriks tambahan yang
mengukur kinerja di berbagai bidang. Bidang-bidang yang termasuk meliputi bidang
kepuasan pelanggan, inovasi produk, dan lainnya (Gawankar, 2015).
Jika Balance Scorecard (BSC) diterapkan dalam dunia pendidikan, maka akan
membantu sekolah-sekolah dalam mengatur visi dan misi, menerjemahkan sasaran
yang operasional dan sesuai ukuran dalam bertindak agar sesuai dengan misi sekolah
tersebut (Gawankar, Kamble and Raut, 2015).

B. Manfaat Balance Scorecard


Balance Scorecard dikembangkan dari sebuah system pengukuran kemudian menjadi
system manajemen yang banyak digunakan oleh perusahaan dalam kerangka kerja
proses manajemen perusahaan.
Beberapa manfaat yang yang dapat diperoleh dari Balance Scorecard yaitu :
1. Untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan strategi ke semua perusahaan
2. Untuk menyamakan berbagai tujuan dengan strategi perusahaan
3. Untuk melibatkan berbagai tujuan strategis dengan anggaran tahunan dan sasaran
jangka panjang
4. Untuk mendapatkan feedback yang diperlukan agar dapat mempelajari dan
memperbaiki strategi
5. Untuk melakukan peninjauan ulang strategi secara sistematik dan periodic
6. Sebagai alat ukur perusahaan untuk mencapai visi dan misi yang dianut telah
tercapai.
7. Sebagai alat ukur keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan tersebut.
8. Sebagai panduan strategis untuk menjalankan bisnis.
9. Sebagai alat analisis efektifitas strategi yang telah digunakan.

5
10. Memberikan gambaran kepada perusahaan terkait SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats).
11. Sebagai alat key performance indikator perusahaan, indikator kinerja utama suatu
perusahaan.

Intinya Balanced Scorecard (BSC) dikatakan sebagai alat ukur yang paling
sederhana dalam perusahaan sehingga banyak kelemahan-kelemahannya. Salah satu
contoh kelemahannya adalah informasi yang disajikan terbatas dan kurang akurasi,
sehingga tidak bisa melihat faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi perusahaan.
Jadi, cakupan yang kurang luas membuat gerakan terbatas dalam mengetahui faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi hal tersebut, sehingga harus mencari cara lain
untuk memecahkan suatu persoalan tersebut hingga menemukan cara yang tepat
(Daqar and Constantinovits, 2020).

C. Tujuan Balanced Scorecard


Balanced scorecard memiliki beberapa tujuan, diantaranya :
1. Balanced Scorecard dipergunakan oleh organisasi untuk menghasilkan berbagai
proses manajemen yang jauh lebih baik (Kaplan dan Norton, 1996)
2. Melalui implementasi Balanced Scorecard dapat memperjelas dan
menerjemahkan visi dan strategi, mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai
tujuan dan ukuran strategis, merencanakan, menetapkan sasaran, dan
menselaraskan berbagai inisiatif strategis, serta meningkatkan feedback dan
pembelajaran strategi (Lestari, 2013)

Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang pening dalam
sebuah perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan,
pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem gaji
dalam perusahaan, contohnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun
reward yang layak. Pemakaian penialian kinerja tradisional yaitu ROI, Profit Margin
dan Rasio Operasi, sebenarnya belum cukup mewakili dalam menyimpulkan apakah
kinerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan sudah bbaik atau belum. Hal ini
disebabkan karena ROI, Profit Margin, dan Rasio Operasi hanya menggambarkan
pengukuran efektivitas penggunaan aktiva serta laba dalam mendukung penjualan
selama periode tertentu
Balanced Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam
mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan dicapai perusahaan bersifat
jangka panjang. Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja
perusahaan tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada
seluruh tingkatan dalam organisasi. Balanced Scorecard sendiri merupakan inovasi
dengan banyak keunggulan dibandingkan dengan strategi manajemen lainnya karena
dapat memberikan gambaran keseimbangan pada performance keuangan dan non-
keuangan.

D. Perspektif dalam Balance Scorecard


Terdapat empat perspektif dalam mengukur kinerja perusahaan, antara lain :
6
1. Perspektif Financial (keuangan)
Kaplan membagi tiga tahapan dalam perkembangan industry, yaitu : growth
(bertumbuh), sustain (bertahan), dan harvest (menuai). Dalam perspektif
keuangan, terdapat tiga aspek strategi yang dilakukan perusahaan, antara lain :
1) Suatu organisasi bisnis memiliki pertumbuhan pendapatan dan kombinasi
pendapatan
2) Penurunan biaya dan peningkatan produktivitas
3) Penggunaan asset optimal dan strategi investasi.

Kaplan dan Norton mengatakan bahwa “perspektif keuangan adalah


peningkatan pendapatan, penurunan biaya, peningkatan produktivitas,
peningkatan pemanfaatan aktiva, dan penurunan risiko yang menghasilkan suatu
keterkaitan yang diperlukan yaitu growth, sustain dan harvest yang mempunyai
tujuan financial yang berbeda-beda (Lestari, 2014).
System Balance Scorecard mencoba untuk menangani penekanan pada data
keuangan yang mengarah pada situasi yang tidak seimbang sehubungan dengan
perspektif lain. Data yang akurat yang tersedia pada saat dibutuhkan harus selalu
menjadi prioritas.
Balanced Scorecard mampu menjelaskan tentang pencapaian visi yang berperan
dalam mewujudkan pertambahan kekayaan, antara lain :
 Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui peningkatan revenue
 Meningkatkan produktivitas dan komitmen karyawan melalui Cost
Effectiveness sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan laba
 Meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan financial
returns melalui pengurangan modal yang digunakan dalam melakukan
investasi
Tujuan keuangan :
o Menghemat biaya dan efisiensi

o Meningkatkan margin laba operasi

o Sebagai sumber pendapatan

Dalam perspektif keuangan diperlukan adanya keseimbangan antara perspektif


keuangan dan non keuangan. Perspektif keuangan tidak dapat bekerja sendiri
tanpa perspektif non-keuangan, sebagai contoh laba dapat diperoleh oleh
perusahaan karena produk yang dipasarkan tersebut mempunyai nilai manfaat
bagi konsumen atau juga karena faktor sumber daya manusianya dan proses
bisnis dari perusahaan tersebut.

2. Perspektif Customer (pelanggan)


Pada perspektif ini diidentifikasikannya bagaimana keadaan customer
(pelanggan) dan segmen pasar bagaimana yang telah dipilih oleh perusahaan
untuk bersaing dengan yang lain. Menurut (Kapplan,1996) terdapat lima aspek
utama dalam pengukuran, antara lain:
1) Pengukuran pangsa pasar, pengukuran dalam bentuk uang, banyak
pelanggan, atau unit volume yang terjual dari setiap produk yang terjual

7
2) Customer retention, dapat dilakukannya pengukuran apabila diketahui
besarnya persentase pertumbuhan bisnis dengan banyaknya pelanggan
3) Customer acquisition, dapat dilakukannya pengukuran dengan adanya
persentase jumlah penambahan pelanggan baru dan perbandingan total
penjualan dengan banyaknya pelanggan baru
4) Customer satisfaction, dapat dilakukannya pengukuran terhadap tingkat
kepuasan pelanggan dengan ttteknik survey melalui surat (pos),
wawancara melalui telepon, atau wawancara pribadi.
5) Customer profitability, pengukurannya dapat dilakukan dengan teknik
Activity Based Costing (ABC).

Terdapat dua kelompok pengukuran dalam perspektif customer (pelanggan),


antara lain :
a. Icore measurement group (kelompok pengukuran dini)
Kelompok ini dapat mengetahui bagaimana kebutuhan pelanggan dapat
terpenuhi dan mencapai kepuasan oleh perusahaan, mempertahankan,
memperoleh, dan mengambil pangsa pasar yang telah menjadi target.
Terdapat lima tolak ukur, yaitu : pangsa pasar, akuisisi customer (perolehan
pelanggan), retensi customer (pelanggan yang dipertahankan), kepuasan
customer, dan profitabilitas customer.
b. Customer value proposition (kelompok pengukuran nilai pelanggan)
Kelompok ini dapat mengetahui bagaimana nilai pasar yang mereka kuasai
diukur oleh perusahaan dan pasar potensial yang mungkin bisa dimasuki.
Customer value proposition terdiri dari :
1) Atribut produk/jasa, seperti : fungsi, harga, dan kualitas produk
2) Hubungan dengan customer, seperti : waktu pengiriman, distribusi
produk ke customer
3) Citra dan reputasi, perusahaan dapat menarik customer untuk
menjalin hubungan dengan perusahaan

Pentingnya kepuasan pelanggan terhadap produk apapun, jika pelanggan tidak


puas mereka akan mencari pemasok lain yang akan memenuhi kebutuhan mereka.
Kinerja yang buruk dari perspektif pelanggan dapat menjadi indicator potensi
penurunan bisnis di masa depan meskipun situasi keuangan terlihat baik
(Kurniasari et al., 2017).

3. Perspektif Proses Bisnis Internal


Pada perspektif ini, dilakukannya pengukuran terhadap seluruh aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan, baik itu manajer ataupun karyawan agar terciptanya
produk yang memberikan rasa kepuasan bagi pelanggan dan para pemegang
saham. Perspektif proses bisnis internal ini dapat menampilkan proses kritis yang
memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang dapat
mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan (Kurniasari et
al., 2017).
Perusahaan terfokus terhadap tiga proses bisnis utama, yaitu :

a. Proses inovasi
Proses ini adalah yang terpenting dalam keseluruhan proses produksi.
Terdapat dua komponen dalam proses inovasi, antara lain : identifikasi
8
keinginan customer, dan melakukan proses perancangan produk yang sesuai
keinginan customer. Jika hasil inovasi berlawanan dengan keinginan customer,
maka produk tidak akan ada tanggapan positif dan tidak adanya tambahan
pendapatan bagi perusahaan. Proses inovasi ini harus memberikan nilai yang
diinginkan oleh para customernya sehingga kita harus mengetahui apa saja
yang saat ini menjadi trend di kehidupan masyarakat.

b. Proses operasi
Proses ini merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan,
mulai dari menerima orderan customer sampai ketahap pengiriman produk ke
customer. Proses operasi mengutamakan pada pengiriman produk kepada
customer secara efisien dan tepat waktu. Proses operasi ini dimulai dari
perencanaan, pembentukan bahan mentah sampai menjadi produk jadi, proses
marketing, hingga proses transaksi antara perusahaan dan pembeli.

c. Proses pasca penjualan


Proses ini dapat berupa garansi, mengganti produk yang rusak, dan lain-lain.
Pelayanan pasca penjualan ini merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan kepada para customer untuk memberikan jaminan terhadap
kualitas produk yang telah dibeli sebelumnya.

Perspektif proses bisnis ini memungkinkan manajer untuk menentukan seberapa


efektif bisnis mereka berjalan dan apakah produk yang dihasilkan dan
pelayanannya memenuhi persyaratan customer. Contoh tujuan dari proses bisnis
internal, yaitu :
o Untuk perbaikan proses
o Untuk mengoptimalisasi kualitas
o Untuk pemanfaatan kapasitas

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran


Dalam perspektif ini, Kaplan mengatakan bahwa dalam organisasi penting
untuk memperhatikan para karyawan, memantau kesejahteraan karyawan serta
meningkatkan pengetahuan bagi karyawan agar dapat meningkatnya kemampuan
para karyawan untuk berpartisipasi dan ikut serta dalam pencapaian hasil
perspektif yang lain dan tujuan dari perusahaan (Kurniasari et al., 2017).
Tiga prinsip kapabilitas dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, antara
lain :
a. Kapabilitas pekerja
Kapabilitas pekerja merupakan suatu bagian dari kontribusi pekerja terhadap
perusahaan.
Terdapat hal-hal yang menjadi perhatian bagi manajemen, yaitu :
1) Kepuasan pekerja, meningkatkan produktivitas, tanggungjawab,
kualitas, dan pelayanan ke konsumen. Yang menjadi tolak ukur dalam
kepuasan pekerja adalah adanya keikutsertaan pekerja dalam
mengambil keputusan, pengakuan, akses untuk mendapatkan
informasi, dorongan untuk bekerja kreatif dan menggunakan inisiatif,
serta dukungan dari atasan
2) Retensi pekerja, yaitu mempertahankan pekerja terbaik dalam
perusahaan, kita tahu bahwa pekerja adalah investasi jangka panjang
bagi perusahaan.
9
3) Produktivitas pekerja, diperoleh dari pengaruh keseluruhan dari
peningkatan keahlian, moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan
pelanggan. Produktivitas pekerja itu dapat menghubungkan output
yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang seharusnya
untuk menghasilkan output.

b. Kapabilitas system informasi


Yang menjadi tolak ukur adalah tingkat ketersediaan informasi, tingkat
ketepatan informasi, dan jangka waktu dalam mendapatkan informasi yang
diperlukan.

c. Iklim organisasi
Yang menjadi tolak ukurnya adalah banyak saran yang diberikan pekerja.
Iklim organisasi ini mendukung munculnya motivasi dan pemberdayaan.
Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, Balanced Scorecard itu
lebih menekankan pada aspek organisasi, bagaimana cara perusahaan bisa
memanfaatkan sumber daya manusia yang ada menjadi faktor keunggulan
dalam persaingan.

Perspektif ini terdiri dari pelatihan karyawan dan sikap budaya perusahaan
yang berkaitan dengan peningkatan diri individu dan perusahaan. Perspektif ini
dapat memandu manajer dalam memfokuskan dana pelatihan karyawan di tempat
yang dapat mereka bantu. Pembelajaran dan pertumbuhan sangat penting bagi
keberhasilan setiap organisasi berbasis pengetahuan.
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ini menyediakan infrastruktur demi
tercapainya ketiga perspektif sebelumnya (perspektif keuangan, perspektif
customer, dan perspektif proses bisnis internal) serta untuk menghasilkan
pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang. Suatu badan usaha penting untuk
melakukan suatu investasi, tidak hanya terhadap peralatan untuk menghasilkan
suatu produk atau jasa tetapi juga pada infrastrukturnya, seperti : sumber daya
manusia (SDM), sistem, dan prosedur (Lestari, 2014).

Learningand
andGrowth
Growth
Learning

InternalBusiness
Business Four
Internal Four Customer
Process Customer
Process Perspectives
Perspectives

Financial
Financial

10
E. Keunggulan Balance Scorecard

Terdapat dua keunggulan utama dari pendekatan empat perspektif Balanced


Scorecard yang dikemukakan oleh Kaplan dan Norton, yaitu :
1. Balanced Scorecard itu dapat menyatukan berbagai elemen yang berbeda dari
agenda persaingan perusahaan dalam satu laporan.
2. Balanced Scorecard itu dapat menggabungkan semua metrik operasional, manajer
per divisi atau departemen yang dipaksa untuk mempertimbangkan suatu
pencapaian dengan risiko-risiko yang berpotensi terjadi.
Dalam hal ini, Kaplan dan Norton menyatakan bahwa misi atau strategi terbaik
perusahaan bisa saja direalisasikan dengan buruk. Contohnya, perusahaan
mencanangkan suatu goals yaitu memasarkan produk dengan cepat. Hal tersebut
dicapai dengan peningkatan dari pengenalan produk baru (Tinggi, no date)
Balanced Scorecard membuat manajemen system strategic kontemporer
mempunyai karakteristik terukur dan seimbang yang tidak dimiliki oleh system
manajemen strategic tradisional yang lainnya (Lestari, 2014). Keunggulan dari
Balance Scorecard terhadap system manajemen strategic yaitu dapat membuat
rencana strategic yang berkarakteristik berikut :
1. Komprehensif
Pada awalnya, perencanaan strategic hanya berfokus pada perspektif keuangan,
kemudian Balance Scorecard memperluas perencanaan strategic dengan
menambahkan tiga perspektif yang lain, yaitu : customer (pelanggan), proses
bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Dengan adanya penambahan
tiga perpektif tersebut (perspektif non keuangan) memiliki beberapa manfaat,
yaitu :
a. Dijanjikannya kinerja keuangan yang berjangka panjang dan berlipat ganda
b. Menjadikan perusahaan agar mampu untuk ikut serta dalam lingkungan bisnis
yang kompleks.

2. Koheren
Didalam Balance Scorecard diharuskan adanya hubungan sebab akibat yang
terbangun antara personel dan berbagai sasaran strategic yang diperoleh dari
perencanaan strategic. Masing-masing sasaran strategic yang ditetapkan di
perspektif non-keuangan, harus memiliki hubungan sebab dengan sasaran
keuangan, baik itu dilakukan langsung ataupun tidak langsung.
Jika system perencanaan strategic memperoleh sasaran strategic yang koheren,
maka akan adanya lipat ganda kinerja keuangan berjangka panjang yang
dijanjikan, karena personel telah diberi motivasi dalam mencari inisiatif strategic
yang memiliki manfaat bagi terwujudnya sasaran strategic di perspektif keuangan,
customer /pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Untuk bisa memasuki lingkungan bisnis yang penuh persaingan (kompetitif),
maka perusahaan membutuhkan kinerja perusahaan yang berlipat ganda dengan
adanya kekoherenan sasaran strategic (Pendidikan, Indonesia and Xv, 2017).

3. Seimbang
Untuk menghasilkan kinerja keuangan yang berjangka panjang, maka pentingnya
keseimbangan sasaran strategic yang dihasilkan dari system manajemen
perencanaan strategic. Sehingga dalam menetapkan sasaran strategic pada
keempat perspektif, perlu diperhatikan garis keseimbangan.
11
4. Terukur
Dengan adanya sasaran strategic yang terukur, maka dapat menjanjikan
tercapainya berbagai sasaran strategic yang dihasilkan oleh system tersebut.
Ukuran sasaran strategic menentukan semua sasaran strategic, baik itu sasaran
strategic di perspektif keuangan ataupun sasaran strategic di perspektif non
keuangan. Dengan adanya Balance Scorecard, sasaran strategic yang tidak mudah
diukur (sulit diukur), seperti sasaran strategic di perspektif non keuangan yang
ditentukan ukurannya supaya bisa dikelola agar dapat diwujudkan. Maka, sasaran-
sasaran strategic di perspektif non keuangan yang terukur tersebut bisa
menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategic non keuangan, sehingga dapat
berlipat gandanya kinerja keuangan dan berjangka panjang

Keunggulan-keunggulan lainnya dari penggunaan Balance Scorecard terhadap system


pengukuran kinerja perusahaan, antara lain :
1. Balanced Scorecard memperhatikan kinerja untuk tujuan jangka pendek dan
jangka panjang perusahaan
2. Balanced Scorecard dapat mencerminkan keterkaitan dalam hubungan sebab
akibat karena mencakup ukuran-ukuran financial dan non financial
3. Balanced Scorecard tetap mempertahankan penekanan pada tujuan financial
(leading indicator) dan menyertakan penggerak (lagging indicator) dalam
mencapai tujuan financial tersebut. Sehingga, perusahaan memperhatikan
kemajuan dalam membangun kapabilitas dan intangibleasset yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan dimasa depan, namun tetap berada di jalur hasil financial.
4. Balanced Scorecard melihat kinerja perusahaan dari perspektif internal (seperti
proses bisnis internal) dan perspektif ekstenal perusahaan (seperti perspektif
customer/pelanggan)
5. Balanced Scorecard tidak hanya system pengukuran kinerja, namun juga dapat
digunakan sebagai kerangka dalam proses manajemen strategic, artinya Balanced
Scorecard bisa dipergunakan dalam hal mengklarifikasi, mengkomunikasikan, dan
mengelola strategi perusahaan.

F. Kelemahan Balanced Scorecard


Terdapat beberapa kelemahan dari balanced scorecard, diantaranya :
1. Hubungan antara ukuran dan hasil non keuangan yang kurang
Adanya perkiraan atau pendapat bahwa pencapaian ukuran-ukuran Balanced
Scorecard dapat menghasilkan tingkat keuntungan di masa depan. Sebenarnya,
tingkat keuntungan di masa depan belum tentu akan mengikuti pencapaian target
pada tiap bidang non keuangan.
2. Fixation on financial results
Tekanan yang ada baik dari pemegang saham ataupun dewan direksi berpengaruh
pada pencapaian target karena program insentif yang sering tidak dikaitkan
dengan pencapaian ukuran keuangan.
3. Tidak adanya mekanisme perbaikan
Perusahaan sering tidak mempunyai mekanisme perbaikan ketika ukuran-ukuran
hasilnya tidak ada
4. Ukuran-ukuran tidak diperbarui
Seringkali perusahaan tidak mempunyai mekanisme formal untuk memperbarui
ukuran-ukuran agar disesuaikan dengan perubahan strategi. Sehingga perusahaan
12
membuat ukuran-ukuran sesuai dengan strategi yang lama atau strategi
sebelumnya
5. Pengukuran yang terlalu berlebihan
6. Merasa kesulitan dalam menentukan trade-offs

G. Keberhasilan Pengunaan Balanced Scorecard


Balanced Scorecard harus mempunyai perpaduan ukuran keluaran dan pengendali
kinerja. Terdapat dua macam ukuran yang dapat digunakan dalam Balanced
Scorecard menurut Kaplan dan Norton (1996), yaitu :
1. Ukuran diagnostic yang mengontrol apakah bisnis diingatkan “dalam
pengendalian” dan bisa menjadi peringatan saat kejadian yang tidak biasanya
terjadi yang memerlukan perhatian yang secepatnya
2. Ukuran strategis menggambarkan suatu desain strategi untuk persaingan yang
sempurna dan keberhasilan di masa depan

Implementasi Balanced Scorecard itu tergantung pada identifikasi yang jelas


terhadap variable non keuangan dan keuangan serta juga terhadap keakuratan dan
keobjektifan pengukuran dan hubungan kinerja terhadap hukuman dan imbalan,
menurut Pandey (2005). Balanced Scorecard itu merupakan komponen kritis terhadap
proses perencanaan strategis yang telah menerapkan pemikiran kreatif,
pengkomunikasian, pembagian, penginformasian, penganalisaan, pemahaman dan lain
sebagainya (Ributari Nurgahayu and Dwi Retnani, 2015).
Elieda dan Teguh (2006) menyatakan bahwa Balanced Scorecard memang andal
saat digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajemen. Namun, seringkali masih
terjadi kesalahan ketika diterapkannya Balanced Scorecard adalah karena kesalahan
dalam interpretasi terhadap Balanced Scorecard tersebut dan orang-orang yang
terlibat dalam perusahaan belum siap untuk mengimplementasikannya (Sumban,
Zuhroh and Parawiyati, 2021).
Berdasarkan persepsi dari aspek Balanced Scorecard yang ditemukan oleh Kaplan
dan Norton (1996), kinerja operasi terdiri dari :
a. Aspek perspektif pembelajaran yang terdiri dari : Pemberdayaan karyawan dan
akuntabilitas personal
b. Aspek perspektif financial atau keuangan yang terdiri dari : Pertumbuhan pendapatan
c. Aspek perspektif pelanggan atau customer yang terdiri dari : Jumlah pelanggan baru
dan kesetiaan pelanggan
d. Aspek perspektif proses bisnis internal yang terdiri dari : Kemampuan inovasi.

Karakteristik yang dimiliki oleh budaya organisasi orientasi pragmatis yaitu


adanya penekanan terhadap kepuasan customer dan etika bisnis lebih bersifat
pragmatis daripada dogmatis. Pengaruh setiap budaya terhadap Balanced Scorecard,
antara lain :
1. Budaya orientasi proses berpengaruh bagi kinerja Balanced Scorecard dalam
perspektif keuangan, customer (pelanggan), proses bisnis internal, dan perkembangan
dan pertumbuhan.
2. Budaya orientasi employee berpengaruh bagi kinerja Balanced Scorecard dalam
perspektif konsumen.
3. Budaya orientasi pragmatis berpengaruh bagi kinerja-kinerja Balanced Scorecard
dalam perspektif keuangan, customer (pelanggan), dan proses bisnis internal.

13
Contoh pemanfaatan Balanced Scorecard :
Strategi Balanced Scorecard dalam penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LKIP) IPDN dapat diterjemahkan kedalam empat perspektif, sebagai berikut:
a. Perspektif customer & stakeholders
Perspektif customer & stakeholders mendeskripsikan pada pelayanan yang berkualitas
kepada masyarakat dan pemangku kepentingan
o Stakeholder (pemangku kepentingan) adalah pihak internal maupun eksternal
yang secara langsung atau tidak langsung memiliki kepentingan atas output
atau outcome dari suatu organisasi, namun tidak menggunakan layanan
organisasi secara langsung.
o Customer (pengguna layanan) merupakan pihak luar yang terkait langsung
dengan pelayanan suatu organisasi. Pengguna alumni APDN/STPDN/IPDN
adalah Pemerintah Daerah dan Pemerintah.
Indikator yang digunakan untuk perspektif stakeholder, antara lain :
 Persentase tingkat kepuasan stakeholder terhadap etos kerja alumni
 Persentase jumlah alumni yang menduduki jabatan kepala daerah dan jabatan
struktural di Pemerintah Daerah.
Indikator yang digunakan untuk perspektif customer antara lain :
 Penatausahaan pengadaan barang/jasa yang akuntabel
 Kepuasan pengguna layanan (pelayanan tamu, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, perpustakaan, kesehatan, dan lainlain).

b. Perspektif keuangan
Indikator yang digunakan untuk perspektif keuangan atau financial, antara lain :
1. Realisasi anggaran terhadap pagu anggaran yang telah ditetapkan berdasarkan
Perjanjian Kinerja;
2. Opini terhadap kinerja pengelolaan keuangan (Wajar Tanpa Pengecualian, Wajar
Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan, Wajar Dengan Pengecualian,
Disclaimer).

c. Perspektif proses bisnis internal


Indikator yang digunakan untuk perspektif proses bisnis internal adalah :
1. Perumusan kebijakan yang berkualitas;
2. Peningkatan output/outcome kinerja yang berkualitas; serta
3. Monitoring dan evaluasi yang efektif.

d. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran


Perspektif ini mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan teknologi,
kompetensi dan pengembangan pegawai, sistem dan prosedur, serta faktor lain yang
perlu diperbaharui. Perspektif ini mencakup sasaran strategis yang berupa kondisi
ideal atas sumber daya internal organisasiyang ingin diwujudkan atau yang
seharusnya dimiliki oleh organisasi untuk menjalankan proses bisnis guna
menghasilkan output atau outcome organisasi yang sesuai dengan harapan customer
dan stakeholder.
Indikator yang digunakan untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran adalah,
sumber daya manusia yang berkompetensi tinggi, budaya kinerja yang tinggi, dan
perwujudan TIK yang terintegrasi.

H. Proses Manajemen dalam Balanced Scorecard


14
Balanced Scorecard banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan karena
berguna dalam metode manajemen strategis yang sasarannya berorientasi pada jangka
panjang dan jangka pendek Berbagai proses manajemen yang dapat dihasilkan dari
penggunaan Balanced Scorecard oleh perusahaan, seperti :
1. Menerjemahkan dan memperjelas visi dan misi strategi
Proses ini diawali oleh tim manajemen puncak yang bersama-sama
menerjemahkan strategi unit bisnis ke dalam berbagai tujuan strategis yang lebih
spesifik, lalu dalam menetapkan tujuan financial, tim manajemen puncak
melakukan pertimbangan dalam menitikberatkan kepada perkembangan
pendapatan dan pasar atau pada profitabilitas dan atau menghasilkan cash flow.
Dalam perspektif pelanggan, dalam menentukan jenis pelanggan dan segmen
pasar yang akan dimasuki harus dinyatakan secara jelas oleh tim manajemen.
Jika sasaran pelanggan telah ditetapkan, lalu perusahaan melakukan
identifikasi terhadap tujuan dan ukuran proses bisnis internal. Identifikasi inilah
yang merupakan salah satu manfaat utama dalam penggunaan pendekatan
Balanced Scorecard. Yang terakhir yaitu tujuan pembelajaran dan pertumbuhan,
adanya alasan yang logis dalam investasi sumber daya manusia, prosedur dan
system yang menghasiilkan suatu inovasi dan perbaikan pada proses bisnis
internal, demi kepentingan customer dan stakeholder perusahaan (Lestari, 2014).
2. Mengkomunikasikan dan menghubungkan berbagai tujuan dan ukuran strategi
Melalui media internal perusahaan (papan pengumuman atau surat edaran),
tujuan dan ukuran strategis Balanced Scorecard itu dikomunikasikan keseluruh
organisasi. Dengan adanya komunikasi tersebut, maka mampu memberikan
informasi ke semua pekerja mengenai tujuan yang harus diraih dan dicapai agar
strategi perusahaan berhasil. Demi memperoleh komitmen para eksekutif
korporasi dan dewan direksi (Lestari, 2014).
Balanced Scorecard memberi dasar untuk mengkomunikasikan strategi unit
bisnis. Balanced Scorecard mengupayakan adanya percakapan antara unit bisnis
dengan eksekutif korporasi dan anggota dewan direksi. Percakapan itu tidak hanya
tentang sasaran financial jangka pendek, namun juga tentang perumusan dan
pelaksanaan strategi tentang kinerja masa depan. Tujuan akhir dari proses ini
adalah semua orang dalam perusahaan mampu mengerti tujuan jangka panjang
unit bisnis dan strategi dalam mencapai tujuan tersebut.
3. Merencanakan dan menetapkan sasaran serta menyelaraskan berbagai inisiatif
strategis
Dalam mendorong terwujudnya perubahan strategi perusahaan, Balanced
Scorecard memberikan dampak yang besar. Oleh karena itu, manajer harus
mampu menentukan sasaran jangka panjang, jika hal tersebut mampu dan berhasil
untuk dicapai maka akan mengubah perusahaan. Sasaran jangka panjang tersebut
harus mampu memperlihatkan adanya perubahan di dalam kinerja unit bisnis,
contohnya saja harga saham yang mampu meningkat dan bertambah sebanyak 2
kali lipat atau bahkan lebih dan adanya pengembalian investasi modal sebesar
150% dalam waktu lima tahun berikutnya (Lestari, 2014).
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis
Pada proses ini menggunakan Balanced Scorecard dalam kerangka
pembelajaran strategi. Pada proses inilah dianggap paling inovatif dan paling
penting dalam seluruh proses manajemen, karena mampu memberikan kapabilitas
bagi pembelajaran perusahaan pada tingkat eksekutif. Melalui Balanced
Scorecard, para manajer mampu untuk memantau atau mengawasi dan
menyesuaikan pelaksanaan strategi, dan mampu membuat perubahan mendasar
15
terhadap strategi itu sendiri. Pada proses pembelajaran strategis, mampu
mendorong adanya proses dalam menetapkan visi dan strategi baru dalam
berbagai perspektif (Kaplan dan Norton, 2000) (Lestari, 2014).

I. Implementasi Balanced Scorecard dalam Pembangunan Daya Saing


Balanced Scorecard menawarkan sebuah solusi dalam menghambat lahirnya suatu
pemikiran dan budaya yang menyimpang dari keseimbangan melalui visi dan strategi
yang dijabarkan dalam tujuan yang konkret dan terorganisasi diempat perspektif yang
ada, yaitu perspektif financial (keuangan), customer (pelanggan), proses bisnis
internal dan pembelajaran serta pertumbuhan. Dalam pengimplementasian Balanced
Scorecard di perguruan tinggi, terdapat beberapa langkah yang dilakukan, antara
lain :
1. Melakukan penilaian terhadap sumber daya yang dimiliki, adanya perumusan visi
dan misi perguruan tinggi yang dilakukan secara partisipatif dengan adanya
keterlibatan stakeholder internal dan eksternal. Penilaian terhadap sumber daya itu
seperti melakukan analisis kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman bagi
organisasi menggunakan analisis SWOT yang dapat memberikan pengaruh bagi
kinerja perguruan tinggi.
2. Adanya perumusan tujuan, sasaran, dan strategi masing-masing unit yang
berdasarkan pada visi dan misi perguruan tinggi. Inisiatif strategis adalah berbagai
program yang dilakukan dalam memenuhi salah satu atau berbagai tujuan
strategis. Sebelum ditetapkannya inisiatif, maka harus ditentukan target terlebih
dahulu. Target adalah tingkat kinerja yang kita inginkan.
3. Melakukan perumusan terhadap ukuran-ukuran visi, misi, dan bahkan sasaran
perguruan tinggi dan unit. Ukuran-ukuran ini dikenal juga sebagai indicator kunci
sukses perguruan tinggi. Hasil dari analisis kondisi perguruan tinggi sebagai dasar
untuk mengembangkan indicator kunci/KPI (key performance indicator) yang
terdiri dari KPI input yang terdiri dari proses/program dan KPI output.
4. Adanya implementasi inisiatif strategis dalam regulasi penganggaran (RKPT,
RKT) dan rencana strategis perguruan tinggi dan unit di bawahnya.
5. Melakukan pengukuran terhadap kinerja perguruan tinggi dan unit
6. Melakukan evaluasi strategis dan operasional agar bisa memperoleh umpan balik
(feedback) dan perbaikan strategi perguruan tinggi di masa yang akan datang.

J. Kendala Utama dalam Sosialisasi Balanced Scorecard


Terdapat beberapa faktor utama yang dapat menghambat dalam penyebaran Balanced
Scorecard yaitu :
1. Adanya kebingungan antara para pengguna informasi ekonomi keuangan terkait
dengan cara memahami Balanced Scorecard sebagai instrument control dan
pemantauan kinerja, karena Balanced Scorecard sering disalahartikan sebagai
pelaporan ekonomi-keuangan.
2. Terdapat kesulitan dalam mengidentifikasi beberapa indicator namun tetap
mampu menjelaskan dampak dari operasi terhadap strategi perusahaan.
3. Berkurangnya penerapan Balanced Scorecard pada berbagai tingkatan organisasi
dan kecenderungan untuk mempertahankannya tidak hanya dalam wilayah
manajemen.
4. Adanya ketakutan dan prasangka mengenai daya saing yang ditimbulkan dari
pemenuhan instrument dan penggunaan berturut-turut.

16
K. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Balanced Scorecard
(Mulyadi, 2007:322) mengatakan bahwa Balanced Scorecard dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sebagai berikut :
1. Lingkungan bisnis yang penuh persaingan (kompetitif)
a. Membangun keunggulan dalam persaingan (kompetitif) melalui distinctive
capability
Pelanggan hanya akan memilih produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan
yang memiliki suatu keunggulan tertentu daripada pesaingnya di dalam
lingkungan bisnis yang penuh persaingan (kompetitif). Melalui empat
perspektif yang ada seperti keuangan, customer (pelanggan), proses bisnis
internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, Balanced Scorecard
telah menyediakan kinerja untuk membangun keunggulan yang penuh
persaingan (kompetitif).
Dalam hal membangun kepercayaan dan kepuasan customer, hubungan
kemitraan, dan kapabilitas serta komitmen para karyawan, maka perusahaan
membutuhkan sebuah program yang terencana dan juga sistematik untuk
periode yang lama.

b. Membangun dan secara berkesinambungan memperjelas peta perjalanan demi


mencapai tujuan perusahaan
Dengan adanya perubahan yang dihasilkan oleh para produsen dalam
menarik perhatian customer, maka lingkungan bisnis yang penuh persaingan
akan bergolak. Sehingga dalam menghadapi lingkungan yang bergolak maka
dibutuhkannya sebuah peta perjalanan yang akurat yang mampu
memperlihatkan keadaan lingkungan bisnis yang nantinya akan dimasuki oleh
perusahaan.

c. Menempuh langkah-langkah yang strategic dalam membangun masa depan


perusahaan
Dalam membangun masa depan perusahaan, maka sebuah lingkungan
bisnis yang penuh dengan persaingan mengharuskan perusahaan untuk
menempuh langkah-langkah yang strategic. Dalam hal mewujudkan tujuan
perusahaan jangka pendek dan jangka panjang, maka sebuah perusahaan harus
mampu memotivasi para karyawannya agar mampu memikirkan dan
melakukan langkah-langkah strategic yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.

d. Mengerahkan dan memfokuskan kapabilitas dan komitmen semua karyawan


dalam membangun perusahaan
Dalam mewujudkan tujuan dari perusahaan di masa depan, perusahaan
tersebut memerlukan sebuah system manajemen yang bisa menampung semua
pemikiran seluruh karyawan. Manajemen perlu mengerahkan dan
memfokuskan kapabilitas dan komitmen semua karyawan dalam meembangun
suatu perusahaan karena tterlalu kompleksnya masa depan sebuah perusahaan
untuk dipikirkan oleh karyawan.

2. System manajemen tidak sesuai dengan lingkungan bisnis


a. Hanya mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat perencanaan masa depan
perusahaan
Jika dalam suatu perusahaan hanya mengandalkan anggaran tahunan dalam
perencanaan masa depan perusahaannya, maka perusahaan tersebut akan
17
mudah kalah dalam persaingan dengan competitor lainnya. Anggaran tahunan
tersebut hanya menghasilkan langkah kecil ke depan dan hanya memiliki
waktu satu tahun atau bahkan kurang dalam pelaksanaannya. Jika perusahaan
menggunakan system perencanaan jangka panjang, seperti system perumusan
strategi, system perencanaan strategi dan juga system penyusunan program,
maka langkah-langkah strategic dapat disusun perencanaannya dengan baik.

b. Tidak adanya kesesuaian rencana jangka panjang (corporate plan) dengan


jangka panjang dan implementasiannya
Ketika perusahaan selesai membuat perencanaan jangka panjang (corporate
plan), tetapi perencanaan tersebut sering tidak diterjemahkannya ke dalam
perencanaan jangka pendek. Karena tidak adanya kesesuaian antara jangka
panjang dan jangka pendek maka perusahaan menjadi tidak responsive
terhadap perubahan lingkungan bisnis.

c. System manajemen yang digunakan tidak melibatkan semua karyawan yang


ada dalam mewujudkan masa depan perusahaan
Perusahaan yang memiliki manajemen tradisional dimana strateginya hanya
dususun oleh manager puncak, yang sesuai apabila diterapkan dalam
lingkungan bisnis yang stabil. Diperlukan adanya system manajemen yang
mengikutsertakan semua karyawan dalam mewujudkan masa depan
perusahaan, karena akan sangat sulit untuk diprediksi keberlangsungan masa
depan perusahaan jika perusahaan tersebut telah memasuki lingkungan bisnis
yang penuh persaingan (kompetitif).

L. Penerapan Balanced Scorecard


Balanced Scorecard tidak hanya diterapkan dalam perusahaan-perusahaan, tetapi
juga digunakan dalam pendidikan. Balanced Scorecard juga dapat membantu dalam
proses pendidikan. Balanced Scorecard dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam
mengukur kinerja di masa depan agar dapat meningkatkan kinerja menjadi lebih baik.
Balanced Scorecard dalam pendidikan diterapkan melalui empat perspektif yang
ada antara lain perspektif keuangan, perspektif customer (pelanggan), perspektif
proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Berikut contoh
dari penerapan Balanced Scorecard, antara lain :
a. Penerapan Balanced Scorecard dalam mutu pendidikan di KB Muslimat NU
Nur Ikhlas Desa Bojongsana Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal (Nu,
Roudlotul and Kutoarjo, 2020)
1. Penerapan perspektif keuangan dalam meningkatkan mutu pendidikan
Perspektif keuangan adalah hasil dari perspektif non keuangan seperti
customer (pelanggan), proses bisnis internal, dan pertumbuhan dan pembelajaran.
Dalam lingkup keuangan sekolah mampu mengelola keuangan secara baik.
Pendapatan keuangan yang berasal dari siswa dan pemerintah yang berupa dana
BOS, diharapkan sekolah mampu mengelolanya dengan maksimal agar dapat
dipergunakan dan demi kepentingan siswa, guru dan juga sekolah itu sendiri (Nu,
Roudlotul and Kutoarjo, 2020).
Dalam menerapkan manajemen keuangan ini dimulai melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan dan
atau pengendalian laporan, pemeriksaan, serta pertanggungjawaban.
Dalam proses untuk merumuskan perencanaan keuangan menggunakan
bahasan secara cermat terkait evaluasi diri suatu lembaga pendidikan yang
18
bersangkutan, visi, misi, tujuan jangka panjang dan pendek suatu lembaga
pendidikan. Selanjutnya visi sekolah itu dipergunakan dalam membantu
merumuskan misi sekolah dan tujuan sekolah.
Pada proses perencanaan, yang menjadi focus utama yang harus diperhatikan
yaitu menganalisis kebutuhan perkembangan sekolah dalam jangka waktu
tertentu. Perencanaan itu disusun oleh kepala sekolah, para guru, para staf dan
pengurus komite sekolah. Mereka melakukan sebuah rapat dalam rangka
menentukan apa saja kebutuhan dan menentukan kegiatan sekolah apa saja dalam
waktu tertentu (Nu, Roudlotul and Kutoarjo, 2020).
Peran kepala sekolah dan instansi vertical diatasnya berperan penting dalam
tahapan pengawasan keuangan di sekolah. Kepala sekolah menyediakan semua
data yang diperlukan oleh pengawas dalam hal pengawasan di luar sekolah. Agar
pengawasan berjalan dengan lancar, maka kepala sekolah mengkoordinasikan
semua kegiatan pengawasan.
Proses evaluasi yang dilakukan secara berkala, evaluasi biasanya dilakukan di
akhir bulan sebelum adanya pengajuan untuk kebutuhan selanjutnya. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana keuangan sekolah itu digunakan, sehingga
melalui evaluasi yang dilakukan kita dapat mengetahui kurang dan lebihnya.
Kemudian ini dapat menjadi pedoman dalam perencanaan di periode selanjutnya.

2. Penerapan perspektif pelanggan dalam meningkatkan mutu pendidikan


Mutu pendidikan adalah banyaknya siswa yang berkualitas dan berprestasi
baik dibidang akademik ataupun non akademik yang dapat dihasilkan oleh
sekolah (lembaga pendidikan). Dalam penerapan perspektif pelanggan, yang
menjadi pelanggan dalam meningkatkan mutu pendidikan ini adalah siswa dan
terutama para guru. Karena dalam hal ini, guru selalu berusaha untuk
menghasilkan suatu metode pembelajaran yang menarik yang dapat memberikan
kebahagiaan kepada siswanya, sehingga hal ini dapat menjadikan siswa bahagia
dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga dapat dilihat dari pencapaian prestasi
sekolah dan prestasi apa yang sudah diperoleh oleh para siswa. Keunggulan suatu
sekolah dapat diketahui dari respond terhadap kepuasan para orang tua siswa (Nu,
Roudlotul and Kutoarjo, 2020).
Dalam pendidikan, penerapan perspektif keuangan dalam balanced scorecard
dapat dilihat dari tingkat kepuasan siswa, tingkat kepuasan orang tua hinggan
tingkat kepuasan masyarakat dan pemerintah.
Tujuan dari perspektif pelanggan ini yaitu untuk memperoleh kepercayaaan
dari siswa, orang tua, dan bahkan masyarakat kepada sekolah. Indicator
keberhasilan perspektif pelanggan ini diukur melalui efektivitas dan efisiensi
dalam memenuhi kebutuhan orang tua yang telah berupaya untuk menyekolahkan
anaknya ke sekolah. Suatu kebutuhan dikatakan terpenuhi apabila tidak adanya
keluhan-keluhan-keluhan dari masyarakat kepada sekolah dan bertambahnya serta
meningkatnya keikutsertaan dan partisipasi orang tua terhadap sekolah.
Sekolah harus mampu terfokus terhadap kesejahteraan siswanya, karena akan
berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan suatu pendidikan itu
untuk memperoleh kepuasan secara keseluruhan dari masyarakat.

3. Penerapan perspektif proses bisnis internal dalam meningkatkan mutu


pendidikan
Proses bisnis internal diterapkan di sekolah dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja layanan akademik, administrative, dan layanan khusus yang
19
berdasarkan pada tingkat kebutuhan dan kepuasan siswa. Target yang harus dapat
tercapai, antara lain :
o Meningkatnya kualitas (mutu) pada kegiatan pembelajaran setiap pelajaran
yang ada di sekolah
o Meningkatnya kualitas kinerja layanan administrasi yang cepat dan
mengutamakan nilai kemanusiaan
o Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan khusus yang sesuai dengan ciri
khas masing-masing siswa.

Berdasarkan tujuan dan target ini kemudian disusunlah sebuah program yaitu :
o Adanya perbaikan kinerja akademik berdasarkan pada program inovasi
pembelajaran
o Adanya perbaikan kinerja administrative melalui system informasi yang
akurat dan cepat
o Adanya perbaikan kinerja untuk layanan khusus bagi siswa dengan adanya
keterlibatan peran guru sebagai konselor dan fasilitatornya.
Program-program inilah yang nantinya akan diuraikan dan atau dijabarkan ke
dalam kegiatan operasional yang dapat diukur dengan indicator kinerja secara
scorecard.

4. Penerapan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dalam meningkatkan


mutu pendidikan
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diterapkan di sekolah dengan cara
lebih ditekankannya tujuan dari pembelajaran dan pertumbuhan dalam hal untuk
menambah dan meningkatkan kemampuan (kompetensi) para pengajar dan tenaga
kependidikan yang bermanfaat bagi layanan professional. Target yang harus
dicapai yaitu meningkatnya kemampuan dan komitmen para pengajar dan tenaga
pendidikan ketika melaksanakan tugas professional. Sehingga dapat dibuat suatu
program inisiatif, antara lain :
o Diberikannya pelatihan kepada para pengajar dan tenaga pendidikan dalam
bentuk in house dan out house yang disesuaikan dengan bidang yang
sesuai dengan kebutuhan sekolah
o Mampu menciptakan suasana kerja yang nyaman, tenang, dan kondusif
melalui adanya penerapan system reward dan punishment yang dilakukan
secara tepat dan adil.
Program inisiatif inilah yang selanjutnya akan diuraikan dan atau dijabarkan ke
dalam kegiatan operasional yang dapat diukur dengan indicator kinerja yang
sesuai secara scorecard.
b. Penerapan metode Balanced Scorecard sebagai tolok ukur pengukuran
kinerja perusahaan (Ributari Nurgahayu and Dwi Retnani, 2015)
1. Perspektif Keuangan
Beberapa ukuran-ukuran yang ada dalam perspektif keuangan, antara lain :
o Profit margin
Profit margin yaitu jumlah keuntungan yang bersih yang kemudian
dibagi dengan hasil penjualan bersih dan dinyatakan dalam bentuk
persentase. Dalam profit margin ini melukiskan tentang banyaknya
laba yang dimiliki oleh perusahaan terhadap penjualan yang selesai
dilakukan.
o Return of investment (ROI)
20
ROI adalah sebuah kemampuan dalam memperoleh keuntungan yang
bersih yang berasal dari modal yang telah diinvestasikan di dalam
semua keseluruhan aktiva.
o Efisiensi biaya operasional
Efisiensi biaya operasional yaitu rasio seluruh output terhadap input
yang berasal dari seluruh biaya pokok perusahaan selain seluruh biaya
yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha. Manajemen sudah
berupaya untuk meminimalkan seluruh pengeluaran yang ada agar laba
bisa selalu meningkat setiap tahunnya sehingga bisa mencapai efisien.

2. Perspektif Customer (Pelanggan)


Dalam perspektif ini, meningkatkan tingkat kepuasan customer (pelanggan)
agar jumlah customer meningkat sehingga laba perusahaan juga akan
meningkat. Pengukuran perspektif pelanggan ini bertujuan agar perusahaan
dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pelayanan (service) yang
telah diberikan kepada para customer (pelanggan) selama ini. Terdapat
beberapa ukuran yang dalam perspektif pelanggan, antara lain :
o Tingkat kepuasan pelanggan
Tingkat kepuasan pelanggan memberikan gambaran tentang sejauh
mana tingkat kepuasan para customer (pelanggan) terhadap produk
yang dihasilkan dan layanan yang diberikan oleh perusahaan.
o Retensi pelanggan
Retensi pelanggan adalah keberhasilan suatu perusahaan dalam
mempertahankan customer (pelanggan) yang lama. Retensi pelanggan
juga dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan para customer
(pelanggan) lama dengan banyaknya para customer (pelanggan) secara
keseluruhan yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
o Akuisisi pelanggan baru
Akuisisi pelanggan baru menyatakan tentang sebuah tingkatan dari
suatu unit bisnis dapat menarik customer (pelanggan) yang baru.
Akuisisi diperoleh dengan cara penggunaan perbandingan antara
banyaknya para customer (pelanggan) baru dengan jumlah keseluruhan
customer (pelanggan) yang ada dan kemudian dinyatakan dalam
persentase.
o Profitabilitas pelanggan
Profitabilitas pelanggan adalah tingkat besarnya keuntungan-
keuntungan yang telah diperoleh oleh perusahaan yang berasal dari
hasil penjualan produk atau jasa kepada para customer (pelanggan).
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam proses bisnis internal ini, mengupayakan tiap unit bisnis dalam
memberikan proposisi nilai untuk menarik para pelanggan dan juga
mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar sasaran serta juga mencapai
keuntungan financial yang besar. Terdapat beberapa ukuran yang digunakan
dalam perspektif proses bisnis internal, sebagai berikut :
o Inovasi
Inovasi dilakukan dalam meningkatkan laba perusahaan dan inovasi
yang dilakukan yaitu dengan melakukan inovasi pada produk yang
dihasilkan.
o Proses pelayanan purna jual

21
Proses pelayanan purna jual yaitu proses untuk mengetahui seperti apa
tindakan perusahaan terhadap upaya memberikan manfaat tambahan
kepada para customer melalui beragam bentuk layanan.

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran


Dalam perspektif ini, perusahaan berupaya untuk membangun kualitas
sumber daya manusianya dan meningkatkan SDA nya agar mampu
membentuk suatu keharmonisan di dalam lingkungan kerja dan meningkatkan
semangat kerja dalam tim. Terdapat beberapa ukuran-ukuran yang digunakan
dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, antara lain :
o Kepuasan para karyawan
Kepuasan para karyawan yaitu hasil dari evaluasi yang dilakukan
terhadap pengalaman kerja para karyawan. Berbagai cara yang
dilakukan oleh perusahaan dalam memberikan kepuasan pada
karyawan, antara lain :
 Adanya fasilitas organisasi serikat kerja yang diberikan oleh
perusahaan kepada para karyawannya
 Adanya jaminan sosial yang diberikan kepada karyawan
 Disediakannya sarana dan prasarana sosial
 Perusahaan memberikan reward kepada para karyawannya
yang berprestasi dan rajin dalam bekerja
o Masa kerja karyawan
Masa kerja karyawan adalah lamanya waktu yang tenaga kerja atau
karyawan habiskan untuk bekerja di tempat kerja.
o Produktivitas karyawan
Produktivitas karyawan diperoleh melalui perbandingan keuntungan
jasa yang diperoleh dengan jumlah karyawan yang ada di perusahaan
tersebut selama kurun waktu tertentu.

c. Analisis kinerja perusahaan menggunakan metode Balanced Scorecard di PT.


Aditya Sentana Agro (Kurniasari et al., 2017)
Analisis kinerja yang dilakukan pada PT. Aditya Sentana Agro berdasarkan
metode Balanced Scorecard menggunakan empat perspektif yang ada, antara
lain :
1. Perspektif Keuangan
Saat mengukur kinerja di PT. Aditya Sentana Agro menggunakan Balanced
Scorecard, dilakukan analisis data terhadap laporan neraca dan laporan laba
rugi. Ada dua rasio keuangan yang ada pada perspektif keuangan di PT.
Aditya Sentana Agro, seperti :

o Rasio Aktivitas
Rasio aktivas itu menunjukkan tentang seberapa efektifnya sebuah
perusahaan dalam mempergunakan aktiva yang ada di perusahaan
tersebut, terdiri atas :
 Rasio perputaran persediaan, pada rasio ini memperlihatkan
bahwa perusahaan itu belum sanggup dalam hal mengelola
modal yang disediakan di persediaan
 Rasio perputaran piutang, pada rasio ini adanya over
investment kontrak kerja antara perusahaan dengan para petani
22
dalam hal pemberian piutang dan lambatnya perusahaan
tersebut dalam menjual produk benih
 Rasio perputaran aktiva tetap, pada rasio ini kapasitas aktiva
tetap yang ada pada perusahaan tersebut belum dipergunakan
secara maksimal
 Rasio perputaran total aktiva, pada rasio ini lebih besarnya
aktiva perusahaan daripada kemampuan dalam hal
penjualannya itu artinya tidak efisiennya perusahaan tersebut
dalam menggunakan semua aktiva dalam hal menghasilkan
penjualan

o Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas ini memperlihatkan tentang kemampuan
perusahaan agar dapat mencapai keuntungan yang berasal dari modal
yang digunakan, terdiri atas :
 Rasio net profit margin, pada rasio ini memperlihatkan
bagaimana perusahaan belum bisa dalam mengelola dengan
baik biaya operasionalnya
 Rasio return on total assets, pada rasio ini memperlihatkan
belum efektifnya sebuah perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
 Rasio rentabilitas ekonomi, pada rasio ini memperlihatkan
belum maksimalnya perusahaan dalam menggunakan aktiva
dalam menghasilkan laba
 Rasio profit margin, pada rasio ini belum bisanya sebuah
perusahaan dalam mengelola dengan baik biaya operasional
 Rasio return on new worth, pada rasio ini dalam hal
menghasilkan pendapatan, belum sanggupnya sebuah
perusahaan secara efisien untuk mengelola modal yang tersedia

Pada PT. Aditya Sentana Agro, adanya penurunan pada kinerja perspektif
keuangan di perusahaan tersebut, hal itu karena adanya kemarau panjang dan
juga terjadinya kebakaran hutan di beberapa wilayah sehingga para petani
mengalami gagal panen dalam memperoleh benih yang berkualitas. Sehingga
PT. Aditya Sentana Agro mengalami penurunan pada aktivitas penjualan
benih.
2. Perspektif Customer (Pelanggan)
Pada perspektif pelanggan ini, dilakukannya analisis terhadap perusahaan dan
para customer (pelanggan) terkait seberapa baik hubungan antar keduanya
yang kemudian dapat menjadi gambaran kinerja PT. Aditya Sentana Agro.
Terdapat empat hal yang ada dalam perspektif customer (pelanggan), antara
lain :
o Retensi pelanggan (customer retention)
Pada retensi ini, memperlihatkan tentang keberhasilan sebuah
perusahaan dalam mempertahankan hubungan baiknya dengan para
customer (pelanggan) mereka, dapat dilihat dari bertambahnya jumlah
customer (pelanggan) dan juga meningkatnya jumlah mereka yang
tetap bertahan
o Akuisisi pelanggan (customer acquisition)

23
Pada bagian ini, memperlihatkan tentang banyaknya pelanggan baru
yang berhasil ditarik oleh perusahaan
o Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
Dengan adanya sertifikat ISO 9001 dapat membantu sebuah
perusahaan dalam upaya peningkatan kepuasan pelanggan dan dengan
diterapkannya system manajemen mutu maka juga dapat memberikan
kepada sebuah perusahaan manfaat yang maksimal

3. Perspektif Proses Bisnis Internal


Dalam perspektif proses bisnis internal, adanya analisis kinerja dalam mencari
tau apakah proses bisnis yang telah dilakukan oleh perusahaan selama ini telah
berjalan dengan baik atau tidak. Proses bisnis yang ada berhubungan dengan
kepuasan customer (pelanggan) dan memberikan nilai pada perusahaan. Ada
tiga hal yang digunakan dalam menganalisis, antara lain :
o Inovasi
Adanya dua inovasi terhadap produk benih yang dikeluarkan oleh
perusahaan, antara lain cabai besar keriting (Capsicum annum) dan
melon timun (Cucalemon)
o Proses operasi
Dalam proses ini, diberikannya kemudahan kepada para customer
(pelanggan) ketika mereka membeli dan memesan produk benih yang
dihasilkan oleh perusahaan, produk benih yang dihasilkan sesuai
dengan kemauan pelanggan, beban biaya yang diberikan kepada
produk benih itu disesuaikan dengan mutu atau kualitas dari produk
benih yang dihasilkan tersebut, waktu yang diperlukan dimulai dari
produk dipesan hingga sampai ke pelanggan sangat singkat dan cepat.
o Layanan purna jual
Pada bagian ini, jika ditemukan produk yang rusak dan tidak sesuai
dengan kemauan pelanggan, maka produk tersebut dapat diganti
dengan produk yang sesuai dengan keinginan para pelanggan.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Ada tiga indicator dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang
digunakan, antara lain :
o Kapabilitas karyawan
 Petugas lapangan benih, petugas yang ada di PT. Aditya
Sentana Agro berhasil mencapai tingkat kepuasan pelanggan
terkait pelayanan yang telah diberikan. Petugas lapangan di
perusahaan ini juga mampu dalam menyelesaikan segala
permasalahan yang ada dan juga mampu dalam memberi solusi
terbaik ketika ada masalah
 Customer service, PT. Aditya Sentana Agro mempunyai
customer service yang dalam pemberian layanan terhadap
orderan pelanggan yang sangat cepat dan tanggap serta juga
mereka melayani customer (pelanggan) dengan ramah dan
sabar

o Kapabilitas system informasi

24
Adanya programmer yang dapat membantu dalam proses olah data
yang dimiliki oleh PT. Aditya Sentana Agro. Dengan adanya
programmer tersebut, sehingga mampu memberikan jaminan terhadap
kerahasiaan data-data yang ada melalui system informasi khusus yang
ada di perusahaan tersebut

o Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan


 Pelatihan karyawan
 Kompetensi
 Rotasi kerja
 Promosi jabatan

d. Penerapan Balanced Scorecard pada perusahaan jasa di Indonesia (PT. Fast


Food, Tbk (KFC) BSD Square) (Scorecard, Utama and Breliastiti, no date)
1. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan yang ada pada KFC ditargetkan mampu mencapai 4%
dalam peningkatan penjualan tiap tahunnya. Namun, perusahaan ini sudah
melebihi jangkauan target yang ditetapkan. Itu artinya perspektif keuangan
pada perusahaan jasa tersebut telah mencapai keberhasilan dalam mencapai
target.

2. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan pada perusahaan ini dianggap belum berhasil dalam
mencapai target karena belum sesuainya kategori-kategori berikut seperti
customer satisfaction, product/service attribute, dan customer relationship,
terhadap keinginan dari para customer (pelanggan) nya. Tingkat kepuasan para
customer (pelanggan) masih rendah terhadap kinerja KFC BSD Square. KFC
BSD Square diharapkan untuk lebih memfokuskan pada keinginan para
customer (pelanggan) nya agar para customer tersebut dapat merasakan
kepuasan yang maksimal terhadap kinerjanya. Berikut berbagai cara yang
dilakukan di KFC BSD Square untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
(customer), antara lain :
o Memberikan pelatihan kepada para karyawan agar bisa lebih cepat dan
sigap saat melakukan pelayanan kepada para customer (pelanggan)
melalui cara menambah jumlah staff yang bertugas di front office agar
bisa membantu memberi hidangan terhadap pesanan customer
(pelanggan) supaya lebih cepat dan juga para staff tersebut diharapkan
untuk tersenyum ramah ketika menghidangkan kepada customer
(pelanggan). Disediakannya kotak penilaian untuk menilai kepuasan
pelanggan pada saat itu terhadap kinerja pegawainya dalam
memberikan pelayanan dengan diberikan lembaran sticker smile yang
dapat dimasukkan ke kategori puas, sangat puas, dan bahkan tidak puas
oleh pelanggan yang tersedia di meja kasir.
o Lebih memperhatikan tingkat kebersihan toilet dan wastafel yang ada
di KFC BSD Square dengan sering membersihkan toilet setiap saat
terutama wastafel harus berfungsi dengan baik dan jika terdapat
wastafel yang rusak harus diperbaiki setelah para customer (pelanggan)
selesai makan tidak perlu ke lantai dasar hanya untuk mencuci tangan

25
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Tolak ukur yang ada pada perspektif proses bisnis internal adalah
menggunakan rumus Manufacturing Cycle Efficiency (MCE) dalam
penyelesaian pesanan. Perspektif proses bisnis internal pada KFC BSD Square
dianggap belum dapat mencapai keberhasilan dalam mencapai target, karena
dalam proses poduksi hingga produk tersebut sampai ke para customer
(pelanggan) masih ditemukan adanya ketidak efisiensi.
Karena adanya ketidak efisiensi, sehingga muncul sebuah hal yang tidak
menjadi nilai tambah bagi perusahaan. KFC BSD Square memberikan
pelatihan kepada para karyawan-karyawannya untuk lebih cepat ketika
melakukan proses produksi terhadap suatu barang hingga produk tersebut
sampai ke para customer (pelanggan) dengan cepat sehingga mampu untuk
mengurangi ketidak efisiensinya waktu. Cara yang bisa diterapkan oleh KFC
BSD Square yaitu menentukan batasan waktu tiap prosesnya, diutamakan pada
saat menyajikan pesanan ke para customer (pelanggan) yang dianggap lama,
dengan memakai cara jam pasir yang diletakkan di meja kasir, para staff di
meja kasir dapat memulai penyajian pesanan sebelum jam pasir itu habis. Cara
tersebut dilakukan agar mampu menjadikan setiap waktu menjadi efektif,
sehingga mampu membentuk para staff yang cepat, ligat dan cekatan.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Sasaran strategic yang ada di perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini
yaitu kemampuan para pekerja, tingkat kepuasan karyawan yang didasari atas
hubungan kerjasama, pelatihan para karyawan, penghargaan (reward) atas
prestasi yang telah diraih, gaji karyawan, dan fasilitas-fasilitas yang telah
disediakan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang ada di KFC BSD
Square dianggap belum mencapai keberhasilan dalam mencapai target yang
telah ditetapkan. Karena tingkat kepuasan yang dirasakan oleh para karyawan
di perusahaan ini belum dianggap maksimal, hal ini terlihat dari gaji karyawan
dan hubungan kerjasama yang terjalin antar sesama karyawan.
Kurang adanya perhatian terhadap para karyawan oleh KFC BSD Square baik
itu pemberian pelatihan ataupun reward atas prestasi yang telah diraih dan
juga fasilitas yang telah disediakan oleh perusahaan untuk para kayawannya.
Akibat dari tingkat kepuasan para karyawan yang belum mencapai target
mengakibatkan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap penilaian
kinerja ini masih belum berhasil mencapai target yang telah ditetapkan secara
keseluruhan. KFC BSD Square harus memberikan perhatian yang lebih
terhadap kesejahteraan para karyawan-karyawannya baik itu dari segi
hubungan kerja, memberikan pelatihan, memberikan reward (penghargaan)
atas prestasi kerja yang telah dicapai, gaji karyawan, dan bahkan fasilitas yang
telah disediakan sehingga mampu menciptakan tingkat kepuasan yang lebih
baik yang dirasakan oleh para karyawan. Beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh KFC BSD Square dalam meningkatkan kepuasan karyawan, antara lain :
o Menjaga terjalinnya komunikasi antar sesama rekan kerja
Hal ini dapat terwujud dengan cara diadakannya meeting bersama
seluruh karyawan oleh manajer, diberikannya kebebasan kepada
masing-masing karyawan untuk mengeluarkan pendapat mereka dan
dapat pula memberikan tanggapan mereka terhadap pendapat yang
lainnya. Meeting ini dilakukan dengan suasana yang santai yang tidak
terlalu formal. Sehingga melalui cara ini mampu mendorong
26
meningkatnya kerjasama antar tim (rekan kerja) dan juga mampu
menjaga komunikasi dan hubungan yang baik antar atasan (manajer)
dan bawahan (karyawan)
o Bersikap lebih terbuka (open mind) dan mampu menerima seluruh
inovasi yang ada dari team member yang dapat didiskusikan agar
terwujudnya suatu inovasi yang mampu menjadi nilai tambah untuk
perusahaan KFC BSD Square

e. Penerapan Balanced Scorecard pada PT. Graha Layar Prima (Scorecard,


Utama and Breliastiti, no date)
1. Perspektif Keuangan
o Net profit margin
Dalam hal ini pada PT. Graha Layar Prima meningkatnya profit
margin pada perusahaan tersebut sebesar 16,22%
o Gross margin
Pada bagian ini adanya peningkatan gross margin pada PT. Graha
Layar Prima pada tahun 2012 sebesar 59% menjadi 62% pada tsahun
2013. Itu artinya dalam setiap kali perusahaan melakukan penjualan Rp
1, perusahaan tersebut akan menerima profit kotor sebesar 59% dan
adanya peningkatan sebesar 62% terjadi pada tahun 2013. Sehingga
dapat didapatkan nilai rata-ratanya sebesar 60,5%.
o Operating margin
PT. Graha Layar Prima pada tahun 2012 memiliki operating margin
sebesar 19,01% dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 6,20%.
Artinya, proses operasional yang ada dalam perusahaan tersebut
meningkat dan menjadi lebih baik.

2. Perspektif Customer (Pelanggan)


o Customer retention
Customer retention yang didapatkan pada tahun 2012 sebesar 63,27%
dan terjadinya peningkatan menjadi 67,45% pada tahun 2013.
o Customer satisfaction
Diperoleh 3,028% tingkat kepuasan para customer (pelanggan)
terhadap perusahaan tersebut dengan mengisi kuesioner yang
disediakan
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal pada PT. Graha Layar Prima diperoleh
dengan menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan dalam proses antri
membeli tiket, menentukan film yang akan ditonton, memilih snack yang ingin
dibeli hingga ke proses pembayaran dan pengucapan terima kasih
membutuhkan waktu sekitar 7 menit.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
o Produktivitas karyawan
Pada PT. Graha Layar Prima pada tahun 2012 memiliki karyawan
yang produktif sebanyak 48 karyawan dan pada tahun 2013 jumlah
karyawan yang produktif sebanyak 44 karyawan
o Retensi karyawan

27
Pada PT. Graha Layar Prima adanya penurunan jumlah karyawan yang
melakukan resign sebanyak 9,53%, dan sebesar 41,91% diperoleh dari
rata-rata karyawan yang melakukan turn over
o Kepuasan karyawan
Tingkat kepuasan karyawan pada PT. Graha Layar Prima dari
kuesioner dalam mengukur tingkat kepuasan para karyawan di
perusahaan tersebut, yang telah diisi oleh 24 responden memperoleh
hasil 2,893%.

Dengan diterapkannya Balanced Scorecard pada perusahaan, maka


perusahaan diharapkan agar mampu memperoleh pendapatan yang maksimal
karena dengan adanya Balanced Scorecard ini, perusahaan mempunyai
strategi untuk dilakukan dalam memperkecil biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan.
Dengan menerapkan Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerja
perusahaan, maka dapat diukurnya secara keseluruhan hal yang berkaitan
dengan kegiatan operasional perusahaan.

f. Penerapan Balanced Scorecard pada PT Asuransi MSIG Indonesia


(Trisyulianti, 2016)
1. Perspektif Keuangan
Pihak manajemen dalam hal memenuhi harapan pemegang saham,
perkembangan penjualan, dan efisiensi biaya produksi yang telah
ditentukannya masing-masing ukurannya dengan menetapkan strategi antara
lain ROI yang dipengaruhi oleh perkembangan laba, tingkat margin yang
bersih, dan biaya operasional produksi yang berkurang sehingga dengan
ukuran itu diperoleh sebuah hasil perhitungan masing-masing ukuran.
Pada perusahaan MSIG, adanya pertumbuhan laba sebesar Rp. 133.352 juta
pada tahun 2012, sementara itu sebesar Rp. 171.756 juta pada tahun 2013.
Sebesar 12% terjadinya peningkatan laba. Dalam strategi penurunan biaya
operasional, perusahaan tersebut terjadinya peningkatan sebesar 17% yang
mengharuskan perusahaan tersebut untuk mengadopsi teknologi agar biaya
operasional yang terjadi dapat dikurangi.

2. Perspektif Customer (Pelanggan)


Terdapat dua sasaran strategi dalam perspektif customer (pelanggan) yaitu
adanya peningkatan kepuasan, adanya kepercayaan oleh pelanggan, dan
adanya quality relationship. Dalam strategi kepuasan, kepercayaan, dan
penambahan pelanggan yang menjadi tolak ukurnya adalah banyaknya
pelanggan baru, banyak nya jumlah pelanggan baru tersebut yang menyatakan
tentang tingkat kepuasan. Pada perusahaan MSIG banyaknya pelanggan baru
pada tahun 2013 yaitu 203 orang yang terdiri dari corporate dan individual.
Hal ini memperlihatkan tentang pelanggan (customer) baru sebesar 5% dari
banyaknya jumlah pasangan aktif.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal


Dalam menetapkan sasaran strategi bisnis internal, maka perusahaan
mengelompokkan tiga hal, yaitu :
o Adanya pengembangan terhadap produk diferensiasi

28
Dalam hal ini, sebuah perusahaan memproduksi sebuah satu produk,
produk tersebut diciptakan berdasarkan technique need analysis. Saat
ini PT. MSIG mempunyai 14 produk, sebesar 10% dari total produk
tersebut yang dimiliki oleh PT. MSIG merupakan produk diferensiasi
o Adanya penyesuaian premi terhadap bisnis yang dilakukan
PT. MSIG memperoleh net premium income sebesar Rp. 388.019 juta
pada tahun 2012, sementara sebesar Rp. 414.704 juta yang diperoleh
oleh perusahaan pada tahun 2013. Sehingga sebesar 4% perusahaan
mengalami pertumbuhan premi
o Pengembangan bisnis
Sasaran strategi pengembangan bisnis ini diukur dengan oleh jumlah
persentase market share. Pada tahun 2013, market share yang dicapai
yaitu 3% dan 2,8% yang dicapai oleh perusahaan pada tahun 2012

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Terdapat dua sasaran strategi yang ditetapkan oleh perusahaan, antara lain :
o Kualitas kapabilitas karyawan
o Peningkatan komitmen karyawan
PT Asuransi MSIG Indonesia melakukan pelatihan dan pendidikan terhadap
karyawannya sekali dalam satu tahun, pelatihan ini dimulai dengan pelatihan
training need analysis, kemudian dilanjutkan dengan melakukan kompetensi
hard skill, dan yang terakhir yaitu pelatihan turun ke lapangan. Pelatihan yang
dilakukan oleh karyawan ini akan dievaluasi di akhir pelatihan. Dengan
adanya peningkatan kemampuan dan kinerja karyawan maka target yang
ditetapkan akan tercapai.
Dalam meningkatkan komitmen karyawan yang mempunyai tolak ukur yaitu
motivasi karyawan. Jenis prestasi ada di perusahaan antara lain infobank
insurance award excellent insurance company, insurance award golden
trophy, best general insurance awards, best insurance of the year award, dan
best general insurance equity. Prestasi tersebut dapat diraih oleh perusahaan
karena perusahaan tersebut berhasil dalam menerapkan system prestasi kerja.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Balance Scorecard adalah system manajemen yang strategis yang kuat dan
seimbang guna memfasilitasi implementasi strategi, serta memastikan bahwa visi dan
strategi organisasi diimplementasikan dan dicapai. Pendekatan Balance Scorecard ini
untuk menyempurnakan kelemahan dari pendekatan manajemen sebelumnya. Dalam
pendekatan Balance Scorecard, guna menyeimbangkan perspektif keuangan, adanya
suatu penjelasan yang jelas terkait apa yang harus diukur oleh organisasi. Balance
Scorecard dapat mempengaruhi perubahan dan peningkatan organisasi berskala besar
tetapi butuh keahlian dalam pelaksanaannya. Dengan adanya Balanced Scorecard
perusahaan jadi lebih tahu sejauh mana pergerakan dan perkembangan yang telah
dicapai, dengan adanya Balanced Scorecard sangat membantu perusahaan untuk
memberikan pandangan menyeluruh mengenai kinerja perusahaan. Agar kinerja lebih
efektif dan efisien dibutuhkan sebuah informasi akurat yang mewakili sistem kerja
yang dilakukan.

Intinya Balanced Scorecard (BSC) dikatakan sebagai alat ukur yang paling
sederhana dalam perusahaan sehingga banyak kelemahan-kelemahannya. Salah satu
contoh kelemahannya adalah informasi yang disajikan terbatas dan kurang akurasi,
sehingga tidak bisa melihat faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi perusahaan.
Jadi, cakupan yang kurang luas membuat gerakan terbatas dalam mengetahui faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi hal tersebut, sehingga harus mencari cara lain
untuk memecahkan suatu persoalan tersebut hingga menemukan cara yang tepat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Daqar, M. A. and Constantinovits, M. (2020) ‘The role of total quality management in


enhancing the quality of private healthcare services’, Problems and Perspectives in
Management, 18(2), pp. 64–78. doi: 10.21511/ppm.18(2).2020.07.
Gawankar, S. (2015) ‘Pengukuran Kinerja Menggunakan Balance Score Kartu dan
Aplikasinya : AReview’. doi: 10.21863/jscms/2015.4.3.009.
Gawankar, S., Kamble, S. S. and Raut, R. (2015) ‘Performance Measurement using Balance
Score Card and its Applications: A Review’, Journal of Supply Chain Management Systems,
4(3). doi: 10.21863/jscms/2015.4.3.009.
Kurniasari, V. et al. (2017) ‘ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN
METODE BALANCED SCORECARD ( Studi Kasus Pada PT . Aditya Sentana Agro )’,
5(1).
Lestari, U. P. (2014) ‘BALANCED SCORECARD ( BSC ) SEBAGAI ALAT PENGUKUR
KINERJA MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN STRATEGI’, 6, pp. 124–131.
Nu, M. I., Roudlotul, M. I. and Kutoarjo, H. (2020) ‘Manajemen balance scorecard dalam
meningkatkan mutu pendidikan di kb muslimat nu nur ikhlas desa bojongsana kecamatan
suradadi kabupaten tegal’, 4(1), pp. 84–104.
Pendidikan, J., Indonesia, A. and Xv, V. (2017) ‘BALANCED SCORECARD :
IMPLEMENTASI INTERAKSIONAL AGENCY THEORY DAN STAKEHOLDER
THEORY DALAM’, XV(2).
Ributari Nurgahayu, E. and Dwi Retnani, E. (2015) ‘Penerapan Metode Balanced Scorecard
Sebagai Tolok Ukur Pengukuran Kinerja Perusahaan’, Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(10),
pp. 1–16.
Scorecard, P. B., Utama, M. D. and Breliastiti, R. (no date) ‘Penerapan Balanced
Scorecard.........(Markus Djohan Utama & Ririn Breliastiti)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------’, 9(1), pp. 1–23.
Sumban, A. D., Zuhroh, D. and Parawiyati, P. (2021) ‘Penilaian Kinerja Berbasis Balanced
Scorecards (BSC) untuk Melakukan Rancang Ulang Strategi Bersaing’, Jurnal Manajemen
dan Kewirausahaan, 9(1), p. 41. doi: 10.26905/jmdk.v9i1.5705.
Tinggi, D. I. P. (no date) ‘PENERAPAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD
DALAM MENINGKATKAN MUTU DANLAYANAN PRIMA’.
Trisyulianti, E. (2016) ‘Perancangan Balanced Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja pada
PT Asuransi MSIG Indonesia Ramadhani Menurut Dewi ( 2001 ), penerapan pengukuran
kineja dengan metode balanced produktivitas yang dihasilkan oleh karyawan . Menurut Abrar
( 2005 ), balance scorecard’, VII(2), pp. 140–153.

31
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama dan NPM : 1. Rekha Alpatana (10011381924182)
2. Shintania Dwi Putri (10011181924032)
3. Tri Megawati Rahayu (10011381924169)

Mahasiswa Prodi : S1 IKM FKM UNSRI


Semester : Ganjil 2021-2022

Menyatakan bahwa kami tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tugas kelompok
Mata Kuliah Manajemen Mutu.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan menerima sanksi
yakni tidak lulus matakuliah Manajemen Mutu (nilai E).

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.

Indralaya, 21 Oktober 2021

Shintania Dwi Putri Tri Megawati Rahayu Rekha Alpatana

32

Anda mungkin juga menyukai