Anda di halaman 1dari 8

RMK

BALANCE SCORECARD

Oleh:

Pramusinta

190020113111003

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019 / 2020
A. Konsep Balance Scorecard
Balance scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis yang
menyeimbangkan pengukuran atas kinerja sebuah organisasi bisnis yang selama ini
dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. Sebelum munculnya konsep
balanced scorecard, yang umum dipergunakan dalam perusahaan selama ini adalah
pengukuran kinerja tradisional yang hanya menitikberatkan pada sektor keuangan
saja. Pengukuran kinerja tradisional tersebut menyebabkan orientasi perusahaan
hanya pada keuntungan jangka pendek dan cenderung mengabaikan kelangsungan
hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja kurang
mampu mengukur kinerja harta-harta tak tampak (intangible assets) dan harta-harta
intelektual (sumber daya manusia) perusahaan. Cukup disadari dewasa ini, bahwa
pengukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh banyak perusahaan untuk
mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai, sehingga lahirlah konsep “Balanced
Scorecard.” Balanced scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis yang
diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan (Guru Besar Akuntansi di Harvard Business
School) dan David P. Norton (Presiden dari Renaissance Solutions, Inc.).
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yakni kartu skor (scorecard) dan
berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor
hasil kinerja seseorang. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non
keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Dari definisi
tersebut Mulyadi (2001:1) berpendapat bahwa secara sederhana pengertian Balanced
Scorecard adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan
memperhatikan keseimbangan sisi keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan
jangka pendek, intern dan ekstern.

B. Kegunaan Balance Scorecard


Kegunaan balance scorecard adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan strategis yang lebih baik
Balanced Scorecard menyediakan kerangka kerja yang kuat untuk membangun
dan mengkomunikasikan strategi. Model bisnis divisualisasikan dalam Peta
Strategi yang membantu manajer untuk berpikir tentang hubungan sebab-akibat
antara beberapa tujuan strategis yang berbeda. Proses menciptakan peta strategi
memastikan bahwa keberhasilan dalam suatu perusahaan bisa dicapai melalui
serangkaian tujuan strategis yang saling terkait. Hal ini berarti bahwa hasil kinerja
serta faktor pendukung kinerja diidentifikasi untuk membuat gambaran utuh
tentang strategi perusahaan.
2. Peningkatan komunikasi strategis dan eksekusi
Adanya Balanced Scorecard mendorong peningkatan komunikasi strategi dalam
perusahaan, baik internal maupun eksternal. Kolaborasi dan keterlibatan staf dan
pemangku kepentingan dalam perusahaan tentu akan berlangsung secara rutin
dalam perusahaan. Tidak hanya itu, adanya saling keterkaitan antar divisi juga
berdampak pada sistem kinerja perusahaan yang lebih terbuka dan dinamis.
3. Penyelarasan proyek dan inisiatif yang lebih baik
Balanced Scorecard membantu organisasi memetakan proyek dan dan inisiatif ke
dalam berbagai tujuan strategis yang berbeda, di mana pada akhirnya akan
memastikan bahwa proyek dan inisiatif sangat terfokus pada penyampaian tujuan
yang paling strategis.
4. Informasi manajemen yang lebih berkualitas
Pendekatan Balanced Scorecard membantu organisasi mendesain indikator
kinerja utama untuk berbagai tujuan strategis perusahaan. Hal ini memastikan
bahwa perusahaan mengukur apa yang sebenarnya penting untuk dilakukan.
5. Peningkatan pelaporan kinerja
Balanced Scorecard dapat menjadi panduan dari desain laporan perusahaan. Hal
ini memastikan bahwa pelaporan manajemen berfokus pada isu-isu strategis yang
penting dan membantu perusahaan melakukan monitoring dari pelaksanaan
rencana perusahaan.
6. Penyelarasan organisasi yang lebih baik
Balanced Scorecard memungkinkan perusahaan untuk lebih menyelaraskan
struktur organisasi mereka dengan tujuan strategis. Untuk melaksanakan rencana
dengan baik, organisasi perlu memastikan bahwa semua unit bisnis dan fungsi
pendukung bekerja menuju tujuan yang sama. Mengimplementasikan Balanced
Scorecard ke dalam unit-unit tersebut akan membantu mencapai penyelarasan
organisasi yang lebih baik, dan menyelaraskan strategi dan operasional.
7. Penyelarasan proses yang lebih baik
Penerapan Balanced Scorecard yang baik juga membantu menyelaraskan proses
organisasi seperti penganggaran, manajemen risiko dan analitik dengan prioritas
strategis. Ini akan membantu menciptakan organisasi yang benar-benar berfokus
pada strategi.

C. Hubungan Balance Scorecard dengan Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan


Sistem pengukuran kinerja harus dapat memotivasi para manajer dan
karyawan untuk mengimplementasikan strategi unit bisnisnya. Perusahaan yang dapat
menerjemahkan strateginya ke dalam sistem pengukuran akan memiliki kemampuan
yang lebih baik dalam menjalankan strategi tersebut, sebab mereka telah
mengkomunikasikan tujuan dan targetnya kepada para pegawai. Komunikasi ini akan
memfokuskan mereka pada pemicu-pemicu kritis, memungkinkan mereka untuk
mengarahkan investasi, inisiatif, dan tindakan-tindakan dengan menyempurnakan
tujuan-tujuan strategis.
Kaplan dan Norton menyatakan pentingnya penciptaan suatu scorecard yang
mengkomunikasikan suatu strategi unit bisnis sebagai berikut:
1. the scorecard describes the organization’s vision of the future to the entire
organization. It creates shared understanding.
2. the scorecard creates a holistic model of strategy that allows all employees to see
how they contribute to organizational success. Without such linkage, individuals
and departments can optimize their local performance but not contribute to
achieving strategic objectives.
3. the scorecard focuses change efforts. If the right objectives and measures are
identified, successful implementation will likely occur. If not, investments and
initiatives will be wasted.
Selanjutnya Kaplan dan Norton juga mengemukakan tiga prinsip yang
memungkinkan Balanced Scorecard organisasi terhubung dengan strategi, yaitu:
cause-and-effect relationships, performance drivers dan linkage to financial.
1. Cause-and-effect relationships
Prinsip ini sangat penting bagi Balanced Scorecard karena prinsip inilah yang
membedakan Balanced Scorecard dengan konsep-konsep yang lain. Dengan
prinsip ini, Balanced Scorecard mampu menjabarkan tujuan dan pengukuran
masing-masing perspektif dengan baik dalam satu kesatuan yang padu. Menurut
Kaplan dan Norton, sebuah strategi adalah seperangkat hipotesis dalam model
hubungan cause and effect, yaitu suatu hubungan yang dapat diekspresikan
melalui kaitan antara pernyataan if-then. Pengembangan Balanced Scorecard
yang baik harus dapat menjelaskan rangkaian cerita dari seluruh Strategic
Business Unit (SBU) dalam hubungan cause dan effect. Melalui model hubungan
cause and effect ini pula, suatu strategi dapat dianimasikan dan dikritisi bersama,
baik sebelum, selama, dan sesudah dieksekusi. Pengujian terhadap sekumpulan
scorecard dapat dilakukan dengan mudah karena tiap relasi dan hubungan
kausalitas dapat diuji secara rinci.
2. Performance Drivers
Sebuah Balanced Scorecard yang baik harus memiliki bauran hasil (lagging
indicators) yang memadai dan pemicu kinerja (leading indicators) yang
digunakan oleh SBU.
Outcomes (lagging indicators) mencerminkan tujuan umum dari berbagai strategi
yang dimiliki oleh kebanyakan perusahaan, seperti profitability, market share,
customer satisfaction, customer retention, dan employee skills. Sedangkan
performance drivers (leading indicators) mencerminkan keunikan strategi unit
bisnis. Identifikasi performance drivers membantu mengatasi kelemahan dari
outcome measures. Pemahaman mengenai pertumbuhan segmen pasar (outcome
measures) akan lebih bermanfaat jika diketahui faktor-faktor yang menyebabkan
pergerakannya.
3. Linkage to Financials
Adanya kritik terhadap pengukuran kinerja berbasis laporan keuangan tidak
lantas menghasilkan rekomendasi untuk membuang tolak ukur keuangan.
Keberhasilan perusahaan dalam pencapaian berbagai tujuan seperti kualitas,
kepuasan pelanggan, inovasi dan pemberdayaan karyawan tidak akan
memberikan perbaikan terhadap perusahaan apabila hal tersebut hanya dianggap
sebagai tujuan akhir. Semua pengukuran yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan perusahaan harus dikaitkan dengan tujuan keuangan sebagai tujuan akhir.
Hal ini seperti dikatakan Kaplan dan Norton: “Ultimately, causal paths from all
the measures on a scorecard should be linked to financial objectives.” Dengan
demikian, tolak ukur keuangan dapat digunakan untuk menguji hasil dari
performance driver, dalam hal, sejauh mana efektivitasnya dalam memberikan
hasil.

D. Corporate Balance Scorecard


Untuk menyusun balance scorecard yang tepat, perusahaan membutuhkan sebuah
data akurat. Data inilah yang akan mewakili keseluruhan sistem kinerja perusahaan.
Secara umum, terdapat empat macam kinerja bisnis yang diukur dalam balance
scorecard, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan atau konsumen, perspektif
proses internal bisnis, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
1. Perspektif Keuangan
Perhitungan laba dan biaya produksi mempengaruhi penerapan konsep BSC.
Perusahaan harus memastikan sistem keuangan tetap stabil, supaya strategi yang
diterapkan berhasil. Debit dan kredit harus ditulis secara detail dan runut untuk
memudahkan pihak keuangan mengamati kemajuan perusahaan. Dalam
perspektif keuangan, ada 3 tolak ukur yang digunakan. Ketiga tolak ukur itu
adalah adanya peningkatan produktivitas seiring penurunan seluruh biaya,
peningkatan pendapatan selama bisnis berjalan, dan mengoptimalkan strategi
investasi diikuti aset yang turun optimal.
2. Perspektif Pelanggan atau Konsumen
Bagaimana loyalitas konsumen terhadap perusahaan? Loyalitas berkaitan erat
dengan sistem pelayanan perusahaan terhadap pelanggan. Jika pelanggan merasa
pelayanan yang diberikan maksimal dan baik, mereka biasanya akan bertahan.
Bila terjadi sebaliknya, pelanggan akan lebih memilih perusahaan lain yang
dinilai bagus dari segala aspek. Dalam perspektif pelanggan, tolak ukur utama
adalah peningkatan jumlah pelanggan serta omset yang didapatkan.
3. Perspektif Proses Internal Bisnis
Pemimpin perusahaan harus terjun langsung mengawasi kondisi internal.
Sinergisitas dan kinerja setiap unit kerja menjadi tolak ukur utama. Hal ini
membantu Anda menilai sejauh mana peraturan perusahaan dijalankan.
Membaiknya lini internal akan berpengaruh pada upaya peningkatan angka
penjualan dan jumlah pelanggan dalam satu periode. Secara tidak langsung, Anda
tengah meningkatkan keuntungan perusahaan dengan menyasar pasar.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Pada perspektif ini, karyawan menjadi tujuan utama. Bagaimana cara perusahaan
mempertahankan loyalitas para karyawannya? Keberlangsungan perusahaan
sangat bergantung pada kinerja para karyawan. Karyawan pulalah yang nantinya
membangun perspektif keuangan dan pelanggan. Perbaikan karyawan berdampak
besar pada kesuksesan sebuah perusahaan. Untuk itu, Anda perlu memberikan
motivasi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kapabilitas mereka.

E. Balance Scorecard Untuk Penilaian Kinerja


Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting
dalam perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan,
pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem
imbalan dalam perusaan, misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun
reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja
perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.
Pemakaian penilaian kinerja tradisional yaitu ROI, Profit Margin dan Rasio
Operasi sebetulnya belum cukup mewakili untuk menyimpulkan apakah kinerja yang
dimiliki oleh suatu perusahaan sudah baik atau belum. Hal ini disebabkan karena ROI,
Profit Marjin dan Rasio Operasi hanya menggambarkan pengukuran efektivitas
penggunaan aktiva serta laba dalam mendukung penjualan selama periode tertentu.
Dalam akuntansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang
proses manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh
Norton pada tahun 1990. Balanced Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup
komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang
dicapai perusahaan bersifat jangka panjang.
Balanced scorecard memperkenalkan empat proses manajemen yang baru,
yang terbagi dan terkombinasi antara tujuan strategik jangka panjang dengan
peristiwa-peristiwa jangka pendek. Keempat proses tersebut adalah:
1. Menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.
Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi perlu dijabarkan dalam tujuan
dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh
perusahaan di masa mendatang. Untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan
dalam visi, perusahaan perlu merumuskan strategi. Tujuan ini menjadi salah satu
landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya. Dalam proses
perencanaan strategik, tujuan ini kemudian dijabarkan ke dalam sasaran strategik
dengan ukuran pencapaiannya.
2. Komunikasi dan Hubungan.
Balanced scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan apa yang dilakukan
perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham
dan konsumen karena oleh tujuan tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang
baik. Untuk itu, balanced scorecard menunjukkan strategi yang menyeluruh yang
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu (1) Comunicating and educating, (2) Setting Goal
dan (3) Linking Reward to Performance Measures
3. Rencana Bisnis
Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis
dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi saat
mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai
keunggulannya masing-masing saling bersaing antara satu dengan yang lainnya.
Keadaan tersebut membuat manajer mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan
ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Akan tetapi dengan
menggunakan balanced scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber
daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan, akan
menggerakkan ke arah tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
4. Umpan Balik dan Pembelajaran.
Proses keempat ini akan memberikan strategic learning kepada perusahaan.
Dengan balanced scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan
dapat melaukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam
jangka pendek, dari tiga pespektif yang ada yaitu: konsumen, proses bisnis
internal serta pembelajaran dan pertumbuhan untuk dijadikan sebagai umpan
balik dalam mengevaluasi strategi.

Anda mungkin juga menyukai