Anda di halaman 1dari 8

PERILAKU BIAYA

Perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan volume
kegiatan. Berdasar perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan, biaya
dapat dibagi menjadi 3 golongan: biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semivariabel.

1. BIAYA TETAP
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan
volume kegiatan tertentu. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan
jangka panjang, teknologi, dan metode serta strategi manajemen. Pada umumnya, jika
biaya tetap mempunyai proporsi tinggi bila dibandingkan dengan biaya variabel,
kemampuan manajemen dalam menghadapi perubahan-perubahan kondisi ekonomi
jangka pendek akan berkurang. Seringkali keengganan manajemen untuk
mengeluarkan biaya tetap mencerminkan ketidakberanian manajemen di dalam
mengambil risiko dan kadang kadang hal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat
menikmati laba. Sebagai contoh, manajemen memutuskan pembatalan pemasaran
produk baru karena usaha ini memerlukan biaya tetap yang besar untuk riset, iklan,
ekuipmen, dan modal kerja.
1.1. Committed Fixed Costs
Dalam hal ini committed fixed cost berupa semua biaya yang tetap
dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan
perusahaan di dalam memenuhi tujuan tujuan jangka panjangnya. Contoh
committed fixed cost adalah biaya depresiasi, pajak bumi dan bangunan, sewa,
asuransi, dan gaji karyawan utama. Pengaruh keputusan dari bulan ke bulan dan
dari tahun ke tahun terhadap committed fixed cost ini adalah kecil sekali. Biaya ini
terutama dipengaruhi oleh ramalan penjualan jangka panjang.
Keputusan keputusan yang berhubungan dengan pengeluaran modal pada
umumnya terlihat dalam anggaran tahunan yang disebut anggaran pengeluaran
modal (capital budget). Pembuatan anggaran ini didasarkan pada ramalan
penjualan jangka panjang.
1.2 Discretionary Fixed Costs
Discretionary fixed cost merupakan biaya (a) yang timbul dari keputusan
penyediaan anggaran secara berkala (biasanya tahunan) yang secara langsung
mencerminkan kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum biaya yang
diijinkan untuk dikeluarkan, dan (b) yang tidak dapat menggambarkan hubungan yang
optimum antara masukan dengan keluaran (yang diukur dengan volume penjualan,
jasa, atau produk). Discretionary fixed cost sering juga disebut dengan istilah
managed atau programmed cost. Contoh discretionary fixed cost adalah biaya riset
dan pengembangan, biaya iklan, biaya promosi penjualan, biaya program latihan
karyawan,dan biaya konsultan.
Keputusan mengenai besarnya discretionary fixed cost ini dibuat pada awal
tahun anggaran. Setelah tujuan ditetapkan dan cara untuk mencapainya telah dipilih,
maka biaya maksimum yang akan dikeluarkan ditetapkan dan disediakan di dalam
anggaran. Seperti halnya dengan committed fixed cost, jika dikehendaki laba bersih
yang maksimum, manajemen harus membuat rencana dengan seksama besarnya
discretionary fixed cost ini dengan cara menentukan sumber sumber yang akan
dibeli dan dimanfaatkan dalam tahun anggaran. Perencanaan terhadap discretionary
fixed cost ini jauh lebih penting bila dibandingkan dengan pengawasan rutin terhadap
biaya ini. Dalam gambar 15.1 dilukiskan grafik biaya tetap.

Gambar 15.1
Biaya Tetap

Biaya

Volume Kegiatan

2. BIAYA VARIABEL
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya bahan baku merupakan contoh biaya variabel yang
berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Ada jenis biaya variabel yang
perilakunya bertingkat (step like behavior) yang mempunyai perilaku sebagai step
variable costs. Biaya ini naik atau turun tidak pada saat yang sama dengan perubahan
volume kegiatan. Gambar 15. 2 berikut ini memperlihatkan perbedaan antara biaya
variabel yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (proportionately
variable costs) dan step-variable cost.
2.1 Engineered Variable Costs
Engineered variable cost adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu
dengan ukuran kegiatan tertentu. Hampir semua biaya variabel merupakan engineered
cost. Jika masukan (biaya) berubah maka keluaran akan berubah sebanding dengan
perubahan masukan tersebut. Sebaliknya jika keluaran berubah maka masukan (biaya)
akan berubah sebanding dengan perubahan keluaran tersebut. Contoh engineered
variable cost adalah biaya bahan baku.

Gambar 15.2 Perilaku Biaya Variabel

Biaya Biaya

Proportionately Step Variable cost


Variable cost

Volume Kegiatan Volume Kegiatan

2.2 Discretionary Variable Costs


Discretionary variable cost merupakan biaya yang masukan dan keluarannya
memiliki hubungan erat namun tidak nyata (bersifat artifisial). Jika keluaran berubah maka
masukan akan berubah sebanding dengan perubahan keluaran tersebut. Namun, jika masukan
berubah, keluaran belum tentu berubah dengan adanya perubahan masukan tersebut.

3. BIAYA SEMIVARIABEL

Biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya.
Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa
sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan. Perilaku biaya semivariabel dapat dilihat pada Gambar 15.3.
Gambar 15.3 Biaya Semivariabel

Biaya

Biaya Semivariabel

Volume Kegiatan

PENENTUAN POLA PERILAKU BIAYA

Ada 3 faktor yang harus diperhitungkan dalam menetapkan pola perilaku suatu biaya.
Pertama, harus dipilih biaya yang akan diselidiki pola perilakunya. Kedua, harus dipilih
variabel bebas (independent variable), yaitu sesuatu yang menyebabkan biaya tersebut
berfluktuasi. Ketiga, harus dipilih kisaran kegiatan yang relevan (relevant range of activity),
di mana hubungan antara variabel bebas dan tidak bebas yang dinyatakan dalam fungsi biaya
tersebut berlaku.

Para akuntan dan manajer biasanya menggunakan fungsi linear y = a + bx, di dalam
menggambarkan pola perilaku biaya, di mana y adalah nilai variabel tidak bebas untuk setiap
nilai variabel x tertentu. Konstan a merupakan intercept, yaitu nilai variabel y bila x sama
dengan nol; b adalah slope, yaitu jumlah kenaikan nilai y untuk setiap kenaikan satu satuan x.
Nilai a dan b tersebut merupakan koefisien. Jika suatu biaya merupakan proportionately
variable cost, a akan sebesar nol.

Variabel bebas berikut ini dapat dipilih sebagai koefisien dalam fungsi linear tersebut:
satuan produk yang dihasilkan, berat bahan baku, volume penjualan dalam rupiah, jam tenaga
kerja langsung, upah tenaga kerja langsung, jam mesin, jarak yang ditempuh. Dalam praktik
biasanya hanya dipilih satu variabel bebas yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap total
biaya yang dikeluarkan. Jika variabel bebas ini telah dipilih dan fungsi yang akan digunakan
untuk menggambarkan pola perilaku biaya adalah linear, langkah selanjutnya adalah
menentukan koefisien b dan a.
Metode Penaksiran Fungsi Linear

Ada 2 pendekatan dalam memperkirakan fungsi biaya: (a) pendekatan historis


(historical approach) dan (b) pendekatan analitis (analytical approach).

Di dalam pendekatan historis, fungsi biaya ditentukan dengan cara menganalisis


perilaku biaya di masa yang lalu dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
dalam masa yang sama.

Di dalam pendekatan analitis diadakan kerjasama di antara orang-orang teknik dan


staf penyusun anggaran untuk mengadakan penyelidikan terhadap tiap tiap fungsi (kegiatan
atau pekerjaan) guna menentukan: pentingnya fungsi tersebut, metode pelaksanaan pekerjaan
yang paling efisien, dan jumlah biaya yang bersangkutan dengan pelaksanaan pekerjaan
tersebut pada berbagai tingkat kegiatan.

Ada 3 metode untuk memperkirakan fungsi biaya dengan pendekatan historis:


(1) metode titik tertinggi dan terendah, (2) metode biaya berjaga, dan (3) metode kuadrat
terkecil.

1. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (High and Low Point Method)
Untuk memperkirakan fungsi biaya, dalam metode ini suatu biaya pada tingkat
kegiatan yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan
terendah di masa yang lalu. Selisih biaya yang dihitung merupakn unsur biaya
variabel dalam biaya tersebut.
2. Metode Biaya Berjaga (Standby Cost Method)

Metode ini mencoba menghitung berapa biaya yang harus tetap dikeluarkan
andaikata perusahaan ditutup untuk sementara, jadi produknya sama dengan nol.
Biaya ini disebut biaya berjaga, dan biaya berjaga ini merupakan bagian yang tetap.
Perbedaan antara biaya yang dikeluarkan selama produksi berjalan dengan berjaga
merupakan biaya variabel.

3. Metode Kuadrat Terkecil (Least-Square Method)

Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan volume


kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regresi y=a+bx,
dimana y merupakan variabel tidak bebas yaitu variabel yang perubahaannya
ditentukan oleh perubahaan pada variabel x yang merupakan variabel bebas. Variabel
y menunjukan biaya, sedangkan variabel x menunjukkan volume kegiatan.

Dalam persamaan tersebut a menunjukkan unsur biaya tetap dalam y sedangkan b


menunjukkan unsur biaya variabel. Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai
berikut :

Standard Error of Estimate

Standard error of estimate dihitung dengan menggunakan rumus :

( )2
Se =
n2

Se = standard error of estimate


y = biaya sesungguhnya yang diamati
y = taksiran biaya dengan menggunakan rumus y; = a + bx
n-2 = degree off reedom

Coefficient of Determination
Coefficient of Determination (yang disingkat r2) merupakan ukuran yang menunjukkan
persentase perubahan variabel tak bebas (y) yang disebabkan hubungan linear dengan
variabel bebas (x). Biaya tidak hanya berubah dalam hubungannya dengan volume kegiatan,
namun masih ada faktor lain (misalnya harga) yang berpengaruh terhadap perilaku biaya.
Dengan menghitung coefficient of determination dapat diketahui berapa persen perubahan
suatu biaya yang disebabkan oleh perubahan volume kegiatan.
Coefficient of Determination dihitung dengan rumus sebagai berikut :
y = biaya sesungguhnya yang diamati
_
y = rata-rata biaya sesungguhnya yang diamati
y= taksiran biaya dengan menggunakan persamaan regresi y = a + bx

Pengujian Hubungan Linear antara Biaya dengan Volume Kegiatan


Analisis regresi dengan persamaan y = a + bx mendasarkan pada anggapan bahwa y
mempunyai hubungan linear dengan x. hubungan biaya reparasi dan pemeliharaan yang
dinyatakan dalam persamaan y = 79.270 + 115x berarti bahwa setiap perubahan jam mesin
akan mengakibatkan perubahan biaya reparasi dan pemeliharaan sebesar Rp. 115. Jika y dan
x tidak mempunyai hubungan linear (yang berarti b=0) maka penggunaan persamaan garis y
= 79.270 + 115x untuk menaksir biaya reparasi dan pemeliharaan akan menghasilkan taksiran
yang keliru. Oleh karena itu, sebelum persamaan garis regresi tersebut dipakai untuk
menaksir biaya, perlu dilakukan pengujian terhadap ada tidaknya hubungan linear antara x
(jam mesin) dan y (biaya reparasi dan pemeliharaan) tersebut.
Untuk menguji signifikan tidaknya hubungan y dan x, hipotesis nol bahwa b = 0 dapat
dibuat, dengan hipotesis alternative b 0. Untuk menguji hipotesis nol tersebut perlu
dihitung t value yang menunjukkan jumlah standard error nilai b yang dihitung terletak
menjauhi nol. Rumus penghitungan t value adalah sebagai berikut:

t value = b/Sb
b = biaya variabel per unit
Sb = standard error of the regression coefficient yang dihitung dengan rumus
2
Sb = Se / ( )

Ukuran Volume Kegiatan


Dalam memilih ukuran volume kegiatan ada dua pertanyaan pokok yang harus dijawab:
(1)apakah ukuran yang akan digunakan akan didasarkan atas masukan (input) atau keluaran
(output) dan (2) apakah ukuran tersebut dinyatakan dalam satuan uang atau satuan fisik.
Ukuran Masukan dan Keluaran. Ukuran masukan berhubungan dengan sumber-
sumber yang digunakan di dalam suatu pusat biaya. Contohnya adalah di dalam pusat
biaya produksi ukuran volume kegiatan dapat dinyatakan dengan jumlah jam tenaga
kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, berat bahan baku yang
digunakan. Ukuran keluaran berhubungan dengan barang dan jasa yang mengalir
keluar dari suatu pusat biaya.
Ukuran Dalam Satuan Uang dan Dalam Satuan Fisik. Satuan ukuran volume
kegiatan yang dinyatakan dalam satuan fisik seperti jam tenaga kerja langsung,
kadang-kadang lebih baik bila dibandingkan dengan satuan rupiah, seperti biaya
tenaga kerja langsung, karena ukuran yang pertama tidak dipengaruhi oleh perubahan
harga atau tariff. Kenaikan tarif upah akan menyebabkan naiknya biaya tenaga kerja
langsung, meskipun sebenarnya tidak ada kenaikan volume kegiatan. Oleh karena itu,
di dalam situasi seperti ini, ukuran yang dinyatakan dalam satuan biaya tenaga kerja
langsung akan dapat menyesatkan.

Anda mungkin juga menyukai