Anda di halaman 1dari 17

ETIKA PROFESI

PRINSIP PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN & TANGGUNG


JAWAB KORPORAT

Jony Nur Pratomo NIM. 126211025


Riyan Permadi NIM. 126211040
Samijoe Aji NIM. 126211046
Nataria NIM. 126211059
Kesuksesan perusahaan dalam memperoleh laba dan meningkatkan kemakmuran pemegang
saham dipengaruhi oleh peran optimal dari banyak pihak, selain manajemen, yaitu investor,
Latar kreditur, pelanggan, pemasok, masyarakat, pemerintah, dan lainnya. Seluruh hubungan positif
antara perusahan dengan pemangku kepentingan memiliki dampak ekonomi yang positif pula
belakang untuk kelangsungan usaha dan pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan perlu untuk mengakui dan menghormati hak para pemangku kepentingannya dan
bekerjasama dalam mencapai tujuan jangka panjang bersama.

Sub pokok bahasan :


1) Tanggung Jawab Korporat, Akuntabilitas dan Pelaporan Korporat
2) Pengakuan dan Penghormatan terhadap Kepentingan Para Pemangku Kepentingan
3) Peran Aktif Korporat dalam Memberantas Korupsi
4) Peran Aktif Korporasi dalam Melestarikan Lingkungan
5) Penyaluran Pengaduan oleh Pemangku Kepentingan terhadap Kemungkinan
Pelanggaran Aturan/Etika oleh Orang Dalam Korporasi
6) Peran Akuntan Profesional
7) Pelaksanaan Prinsip Peran Pemangku Kepentingan di Indonesia
Tanggung Peran perusahaan antara lain, kepercayan investor dan kreditur terhadap
perusahaan akan menekan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.
Jawab Kepuasan pelanggan atas produk yang dihasilkan perusahaan akan meningkatkan
penjualan perusahaan. Kerjasama yang baik dengan pemasok dapat menjamin
Korporat, kualitas, kontinuitas, dan harga bahan baku yang optimal. Kepedulian terhadap
Akuntabilitas masyarakat akan meningkatkan respek masyarakat terhadap keberadaan dan
produk perusahaan. Ketaatan terhadap peraturan pemerintah akan
dan menghindarkan perusahaan dari berbagai permasalahan hukum. Tanggung jawab
Pelaporan korporat tidak hanya meningkatkan kekayaan pemegang saham, melainkan juga
menjamin hak-hak pemangku kepentingan lainnya tidak dilanggar, yaitu
Korporat diantaranya:
 Menghasilkan produk yang berkualitas dan aman.
 Menggunakan sistem produksi yang ramah lingkungan dan menggunakan
sumber daya secara efisien.
 Memperlakukan tenaga kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan azas kemanusiaan.
 Menggunakan bahan baku yang berkualitas, aman, dan tidak merusak
lingkungan.
 Memenuhi kewajiban kepada kreditur atas dana yang ditanamkan diperusahaan.
 Menghindari praktik persaingan usaha yang tidak sehat.
 Mentaati seluruh peraturan perundang-undangan.
 Mentaati seluruh perjanjian dan/atau komitemen dengan berbagai pihak.
 Mengarahkan pembangunan yang berifat berkelanjutan

Utama (2011) menyebutkan bahwa upaya manajemen sangat mempengaruhi pemenuhan tanggung jawab
korporat. Oleh karena itu pemangku kepentingan membutuhkan informasi tentang pertanggungjawaban
peran manajemen dalam memenuhi tanggung jawab korporat tersebut.

Utama menyebutkan terdapat beberapa infrastruktur yang perlu dimiliki untuk mendukung terciptanya
pelaporan tanggung jawab korporat yang transparan dan akuntabel, yaitu sebagai berikut :
 Standar pelaporan tanggung jawab korporat yang berterima umum sebagai acuan pelaporan.
 Struktur dan mekanisme tata kelola yang mendorong pelaporan tanggung jawab korporat yang akuntabel dan
transparan
 Pihak eksternal dan independen yang memberikan asersi atas pelaporan tanggung jawab korporat.
 Peraturan perundang udangan yang mengatur kewajiban pelaporan tanggung jawab korporat
 Tekanan public akan praktik dan pelaporan tanggung jawab korporat.
 Sebagian kepentingan atau hak pemangku kepentingan diatur dalam peraturan
Pengakuan perundang-undangan. Sebagian lainnya hanya diatur dalam kesepakatan bersama antara
dan perusahaan dan pemangku kepentingan. Pemenuhan atas kepentingan atau hak
pemangku kepentingan tersebut akan menghindarkan perusahaan dari permasalahan
Penghormatan hukum dan pelanggaran terhadap kesepakatan. Oleh sebab itu perusahaan harus
mengakui dan menghormati kepentingan para pemangku kepentingannya tersebut.
terhadap
Kepentingan  Berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia telah mengatur hak-hak
Para pemangku kepentingan perusahaan, yaitu diantaranya sebagai berikut (World Bank,
2010):
Pemangku  UU PT :
Kepentingan 1) Kewajiban perusahaan melaksanakan tanggung jawab korporat (Pasal 74)
2) Hak pemangku kepentingan untuk mengajukan tuntutan atas kerugian yang
disebabkan oleh tindakan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris (Pasal 61, 97, dan
114) serta mengajukan pemeriksaan terhadap Perseroan (Pasal 138)
3) Pengungkapan informasi kepada kreditur atas keputusan RUPS terkait penurunan
modal dan hak kreditur untuk menolak keputusan RUPS tersebut (Pasal 44 dan 45)
 UU Pasar Modal :
1) Hak pemangku kepentingan untuk mengajukan tuntutan atas kerugian yang disebabkan kesalahan informasi yang
disampaikan perusahaan (Pasal 80)
2) Hak pemangku kepentingan untuk mengajukan tuntutan atas kerugian yang disebabkan oleh pelanggaran undang-
undang pasar modal (Pasal 111)
3) Kewajiban Akuntan yang terdaftar pada OJK yang memeriksa laporan keuangan Pihak-pihak yang melakukan
kegiatan di bidang pasar modal, untuk menyampaikan pemberitahuan yang bersifat rahasia kepada OJK jika
ditemukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan perundang- undangan terkait pasar modal atau hal-
hal yang membahayakan keadaan keuangan pihak yang dimaksud atau kepentingan para nasabahnya.
 Peraturan Bapepam-LK X.K.1 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik.
 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur hak-hak tenaga kerja dan hubungannya dengan pemberi
kerja (pengusaha/perusahaan).
 UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang menjadi dasar hukum
penyelesaian sengketa pemangku kepentingan selain melalui penuntutan dan mekanisme pengadilan.
 UU No. 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
 UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun dan Peraturan Pemerintah terkait:
1) Keterwakilan pekerja dalam Dewan Pengawas (Pasal 12 dan 13).
2) Tanggung jawab manajemen atas kerugian dana pensiun yang disebabkan karena kelalaian manajemen (PP No. 76
tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja dan PP No. 77 tahun 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga
Keuangan)
 UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Khusus untuk emiten
atau perusahaan publik, OJK menerbitkan peraturan X.K.6 yang mengatur beberapa aspek terkait pengungkapan
tanggung jawab korporat, yaitu:
1) Kewajiban Emiten atau Perusahaan Publik menyampaikan laporan keuangan kepada OJK serta memuatnya dalam
website perusahaan yang dapat diakses setiap saat;
2) Kewajiban laporan tahunan perusahaan memuat tanggung jawab sosial perusahaan (tanggung jawab korporat).
Informasi tentang tanggung jawab korporat tersebut mencakup kebijakan, jenis program, dan biaya yang
dikeluarkan, antara lain terkait aspek:
a. Lingkungan hidup, seperti penggunaan material dan energi yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang,
sistem pengolahan limbah perusahaan, sertifikasi di bidang lingkungan yang dimiliki, dan lain-lain;
b. Praktik ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja, seperti kesetaraan gender dan kesempatan kerja,
sarana dan keselamatan kerja, tingkat perpindahan (turnover) karyawan, tingkat kecelakaan kerja, pelatihan,
dan lain-lain;
c. Pengembangan sosial dan kemasyarakatan, seperti penggunaan tenaga kerja lokal, pemberdayaan masyarakat sekitar
perusahaan, perbaikan sarana dan prasarana sosial, bentuk donasi lainnya, dan lain-lain; dan
d. Tanggung jawab produk, seperti kesehatan dan keselamatan konsumen, informasi produk, sarana, jumlah dan
penanggulangan atas pengaduan konsumen, dan lain-lain. Emiten atau Perusahaan Publik dapat mengungkapkan
informasi tersebut di atas pada laporan tahunan atau laporan tersendiri yang disampaikan bersamaan dengan
laporan tahunan kepada OJK, seperti laporan keberlanjutan (sustainability report) atau laporan tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility report).

Selain berbagai ketentuan di atas, terdapat beberapa peraturan perundangan-undangan lainnya yang juga terkait
dengan perlindungan hak-hak pemangku kepentingan, yaitu:
 UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
 UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Pratik Usaha Tidak Sehat.
 UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 20 tahun 2001 yang mengubah
UU No. 31 tahun 1999.
 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Hal tersebut ditegaskan dalam OECD diantaranya, menyatakan bahwa hak-hak pemangku kepentingan yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan atau melalui kesepakatan bersama harus dihormati,
pengakuan dan penghormatan atas hak-hak pemangku kepentingan tersebut harus disertai dengan kepastian
hukum bagi pemangku kepentingan jika haknya dilanggar, wujud penghormatan dan pengakuan peran karyawan
sebagai salah satu pemangku kepentingan perusahaan melalui pengembangan mekanisme peningkatan kinerja
melalui partisipasi karyawan, pengakuan dan penghormatan hak kreditur melalui keberadaan kerangka
penyelesaian kebangkrutan yang efektif dan efisien serta pengakuan hukum yang efektif atas hak-hak kreditur.

 Pengakuan dan penghormatan hak pemangku kepentingan untuk ikut serta dalam tata kelola perusahaan juga
diatur dalam OECD diantaranya, melalui jaminan akses informasi yang relevan, memadai, andal, tapat waktu, dan
reguler. Di sisi lain, bentuk pengakuan dan penghormatan hak pemangku kepentingan juga ditunjukkan oleh
kebebasan pemangku kepentingan, khususnya orang dalam perusahaan, untuk mengkomunikasikan dugaan
tindakan pelanggaran aturan/ etika kepada pihak berwenang.
Peran Aktif  Tindakan kejahatan korupsi pada umumnya tidak hanya melibatkan pejabat
publik, melainkan juga dunia usaha. Korporat seringkali menjadi pendorong
Korporat tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat publik. Oleh sebab itu upaya
dalam pemberantasan korupsi juga harus mengikutsertakan korporat. Upaya
korporat dalam menghindari penyuapan akan menekan peluang pejabat
Memberantas publik melakukan korupsi. Korporasi juga dapat berperan aktif melaporkan
tindakan korupsi yang dilakuakn oleh pejabat publik.
Korupsi  Dalam beberapa sub prinsip OECD mengandung semangat anti korupsi yang
harus dilaksanakan perusahaan. Upaya korporat dalam menghindari tindakan
korupsi merupakan penghormatan korporat terhadap hak pemangku
kepentingan, yaitu negara dan masyarakat ( society ).
 Uraian diatas menunjukkan korporat dapat melakukan berbagai tindakan korupsi atau mendukung
tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat public. Oleh sebab itu korporasi memegang peranan
penting dalam mencegah dan/ atau melaporkan tindakan korupsi akan berdampak signifikan terhadap
upaya-upaya pemberantasan korupsi.
 Peran aktif korporat menjadi pelapor atas tindakan korupsi merupakan salah satu bentuk implementasi
OECD. Peran korporat dalam memberantas korupsi juga dinyatakan dalam Pedoman Umum GCG
Indonesia. Pada Bab 1 tentang Penciptaan Situasi Kondusif untuk Melaksanakan Good Corporate
Governance , bagian Pedoman Pokok Pelaksanaan untuk Peranan Dunia Usaha , disebutkan bahwa
dunia usaha berperan dalam mencegah terjadinya KKN.
Peran Aktif  Tidak sedikit aktivitas korporasi menimbulkan kerusakan terhadap alam. Kerusakan alam
tersebut pada akhir akan berpengaruh buruk terhadap lingkungan dan makhluk hidup
Korporasi didalamnya, termasuk kepada manusia. Tindakan korporasi seperti ini pada akhirnya akan
dalam mengancam kelangsungan hidup alam, manusia, dan pada akhirnya perusahaan itu sendiri.
Oleh sebab itu diperlukan prinsip dan upaya yang mendorong peran korporasi dalam
Melestarikan mencegah hal tersebut.

Lingkungan  Peran korporasi dalam melestarikan lingkungan secara tersirat terkandung dalam beberapa
prinsip OECD yaitu, lingkungan dan komunitas masyarakat dimana korporasi berada
merupakan salah satu pemangku kepentingan, seluruh hak pemangku kepentingan yang
ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan atau melalui kesepakatan bersama harus
dipenuhi. Oleh sebab itu korporasi harus berperan aktif dalam melestarikan lingkungan dan
memberdayakan komunikasi masyarakat disekitarnya.
 Peran aktif korporasi dalam melestarikan lingkungan juga tertuang dalam Pedoman Umum
GCG Indonesia. Pedoman Pokok Pelaksanaan asas Responsibilitas menyatakan bahwa
perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap
masyarakat dan lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan
dan pelaksanaan yang memadai.
 Peran aktif korporasi dalam melestarikan lingkungan juga tertuang dalam Pedoman Umum GCG
Indonesia. Pedoman Pokok Pelaksanaan asas Responsibilitas menyatakan bahwa perusahaan harus
melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan lingkungan
terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

 Dalam UU PT juga terdapat beberapa pengaturan terkait peran aktif perusahaan dalam melestarikan
lingkungan dan melaskanakan tanggung jawab sosial, yaitu:

 Pasal 66 Ayat 2 menegaskan bahwa laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
merupakan informasi minimum yang harus disajikan perusahaan dalam laporan tahunannya.
 BAB V secara khusus membahas tentang kewajiban perusahaan melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam.
 Selain mematuhi UU PT, peran aktif perusahaan dalam melestarikan lingkungan juga dilakukan dengan
memenuhi UU no. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Perusahaan juga harus mentaati peraturan perundang- undangan lain yang terkait dengan lingkungan.
Penyaluran  Berbagai skandal keuangan terbesar pada umumnya melibatkan pimpinan perusahaan dan
Pengaduan oleh banyak pihak yang berkolusi. Keterlibatan manajemen tingkat atas menyebabkan sistem
Pemangku pengendalian internal perusahaan tidak dapat berjalan optimal. Kejahatan kerah putih
Kepentingan tersebut pada umumnya diketahui oleh orang dalam peusahaan. Namun orang dalam yang
terhadap mengetahui kejahatan tersebut akan menghadapi risiko tinggi terhadap keselamatan diri jika
berupaya melaporkannya. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk membangun mekanisme
Kemungkinan penyaluran pengaduan oleh pemangku kepentingan terhadap kemungkinan kejahatan dan
Pelanggaran atau pelanggaran etika yang dilakukan oleh orang dalam korporat.
Aturan/Etika oleh  Menurut OECD, di beberapa Negara, peraturan perundang undangan mendorong Dewan
Orang Dalan Komisaris untuk memberikan perlindungan kepada pelapor atau whistleblower, dan
Korporasi memberikan akses langsung yang bersifat rahasia kepada anggota komisaris independen,
anggota komite audit, atau komite etika. Beberapa perusahaan juga dapat mengembangkan
unit yang berperan sebagai ombudsman atas keluhan-keluhan yang disampaikan. Beberapa
regulator juga membuat jalur telepon dan email pengaduan yang bersifat rahasia. OECD
menegaskan perlindungan yang sama harus diberikan baik kepada whistleblower yang
merupakan institusi maupun individu.
 Pedoman umum GCG Indonesia mendorong keberadaan mekanisme whistleblowing dan perlindungan
terhadap whistleblower secara sukarela dan tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk
menerapkannya. Namun demikian, dalam peraturan Bapepam-LK X.K.6 disebutkan bahwa jika emiten
atau perusahaan public memiliki system whistleblowing, maka perusahaan wajib mengungkapkannya
dalam laporan tahunan sebagai komponen dari informasi tentang tata kelola perusahaan.
 Akuntan professional dapat berperan aktif dalam mewujudkan prinsip peran
pemangku kepentingan, diantaranya, namun tidak terbatas pada :
 Mendorong pengungkapan tentang pemenuhan tanggung jawab korporat.
 Membangun system pengendalian internal perusahaan yang menjamin
Peran Akuntan ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan, kontrak
perjanjian, serta norma-norma yang berlaku.
Profesional  Membangun system yang menghubungkan remunerasi karyawan dengan
kinerja jangka panjang perusahaan.
 Membangun system informasi yang menjamin pengungkapan informasi
yang tepat waktu dan andal kepada seluruh pemangku kepentingan.
 Membangun system whistleblowing yang andal dan aman bagi para pihak
yang menjalankan peran sebagai whistleblower dan infromatif bagi pihak
berwenang untuk menindaklanjuti informasi yang diperoleh.
 Mendorong pengungkapan informasi yang relevan dan andal dalam
kerangka penyelesaian kebangkrutan perusahan, untuk melindungi para
pemangku kepentingan, khususnya kreditur.
asilitasi  Reviu pelaksanaan prinsip peran pemangku kepentingan di Indonesia akan
dibahas hasil penilaian dari Bank Dunia dan IICD-ASEAN CG Scorecard. Reviu

ngku
Pelaksanaan Bank Dunia yang tertuang dalam Report on the Observance of Standards and
Codes (ROSC) (World Bank, 2010), antara lain ditampilkan dalam table berikut:
Prinsip Peran  Hasil penilaian lain yakni dari IICD-ASEAN CG Scorecard (2012-2013)
Pemangku menunjukkan rerata score penerapan prinsip OECD ke 4 pada perusahaan
Indonesia adalah 52,2 pada tahun 2012 dan 58,5 pada tahun 2013
Kepentingan di
Indonesia Kesimpulan :
Beberapa perusahaan secara ekstensif mengungkapkan kebijakan dan program

n
terkait pemangku kepentingannya, sedangkan beberapa perusahaan lainnya
justru sangat sedikit mengungkapkan informasi yang sama dalam laporan
tahunan atau website perusahaannya.

Temuan ini merupakan catatan penting bagi regulator, mengingat UU PT dan


peraturan OJK mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab
social perusahaan dalam laporan tahunannya.

Anda mungkin juga menyukai