Anda di halaman 1dari 11

AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI

PERSEDIAAN PADA PT.SAMUDRA MANDIRI


SELATAN

Cathrine Aprillia, Ahmad Adri, Drs., Ak.,MBA


Graha Indah BA 15, 082124942871, cathrineaprillia@yahoo.com

ABSTRAK

PT. Samudra Mandiri Selatan adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan perikanan
basah baik secara lokal, ekspor maupun impor. Tujuan dari peneliti melakukan audit operasional ini
adalah untuk menilai dan mengevaluasi kinerja PT.Samudra Mandiri terhadap fungsi persediaan barang
dagang apakah telah berjalan dengan ekonomis, efektif, dan efisien, mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi, serta memberikan rekomendasi tindak perbaikan atas kelemahan yang ada untuk meningkatkan
keekonomisan, keefektifan, dan keefisienan operasional perusahaan. Metode yang digunakan dalam
melakukan penelitian ini adalah dengan melaksanakan observasi ke perusahaan yang bersangkutan,
memberikan kuesioner kepada pihak manajemen agar bukti atas permasalahan dapat terlihat dengan jelas,
dan juga melakukan wawancara serta tanya jawab dengan pihak-pihak perusahaan yang berkepentingan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT.Samudra Mandiri Selatan, hasil penelitian menunjukkan
masih terdapat kelemahan pada bagian fungsi persediaan barang, antara lain barang dagang masih tidak
terhindar dari kerusakan, kebakaran, dan banjir, belum adanya pemisahan fungsi yang jelasantara yang
melakukan stock opname dengan bagian gudang, tidak adanya instruksi tertulis untuk pelaksanaan stock
opname dan kurangnya komunikasi antara pihak manajemen dengan bagian gudang, persediaan akhir
tidak dinilai secara konsisten dengan tahun sebelumnya, apabila terdapat barang yang tidak sesuai
kualifikasi tidak segera dilaporkan kepada manajemen, serta persediaan barang dagang perusahaan tidak
diasuransikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan kinerja operasional perusahaan
atas fungsi persediaan secara keseluruhan cukup baik. Namun perusahaan perlu mengambil dan
melakukan tindak perbaikan dalam beberapa hal atas permasalaan tersebut yang telah disarankan untuk
meningkatkan kinerja operasional perusahaan atas fungsi persediaannya secara lebih ekonomis, efektif,
dan efisien.

Kata kunci: audit operasional, fungsi persediaan, ekonomis, efektif, dan efisien.

PENDAHULUAN

Seiring dengan banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi perusahaan saat ini, maka audit
diperlukan terhadap kegiatan perusahaan. Audit ini tidak hanya dalam hal keuangan yang bertujuan untuk
memperoleh keyakinan atas kewajaran penyajian laporan keuangan oleh pihak manajemen, namun
pimpinan perusahaan juga hendaknya selalu memperhatikan audit operasional perusahaan yang bertujuan
pada penyajian informasi mengenai aktivitas operasional perusahaan. Audit operasional merupakan
pemeriksaan (evaluasi) atas berbagai kegiatan operasional perusahaan. Tujuan audit operasional adalah
untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan operasional telah dilaksanakan secara ekonomis, efektif dan
efisien. Apabila terdapat temuan audit operasional mengenai kelemahan pelaksanaan kegiatan operasional
perusahaan, maka seorang auditor akan memberikan rekomendasi dengan tujuan untuk perbaikan
operasional perusahaan di masa mendatang. Salah satu audit operasional yang dilakukan oleh auditor adalah
audit operasional pada kegiatan pengelolaan persediaan barang dagang perusahaan.

Persediaan barang dagang (inventory) merupakan salah satu bagian kegiatan operasional
perusahaan yang perlu dilakukan audit. Persediaan barang dagang merupakan sumber daya yang paling
penting bagi perusahaan dagang. Keberhasilan suatu perusahaan dagang dapat diukur dari jumlah produk
yang dapat dijual oleh perusahaan dagang tersebut. Selain itu, persediaan barang dagang merupakan bagian
utama dalam neraca sebagai salah satu aset yang nilainya cukup besar dalam perusahaan dagang sehingga
penjualan atas persediaan barang dagang ini merupakan sumber pendapatan paling besar bagi perusahaan
dagang.

Perusahaan merancang sistem pengelolaan persediaan barang yang baik agar dapat melaksanakan
kegiatan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Aktivitas dari sistem pengelolaan persediaan barang tersebut
dimulai dengan pengadaan persediaan barang dagang, penyimpanan, dan penjualan barang dagang dari
gudang. Salah satu indikasi perusahaan yang sistem pengelolaan persediaan barangnya baik adalah dengan
terpenuhinya permintaan barang tepat pada waktunya. Tanpa adanya persediaan barang dagang, perusahaan
akan menghadapi resiko tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya yang akan berdampak
buruk bagi perusahaan karena akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari
penjualannya. Karenanya, pengelolaan persediaan merupakan fungsi yang penting dalam perusahaan
dagang seperti PT. Samudra Mandiri Selatan.

METODE PENELITIAN
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian eksploratoria / naturalis atau deskriptif. Objek dalam
penelitian ini adalah audit operasional, persediaan barang dagang, pada PT. Samudra Mandiri Selatan.
Populasi yang diteliti dari penelitian ini adalah seluruh transaksi dan kegiatan yang berhubungan dengan
persediaan barang dagang perusahaan.
Pemilihan objek penelitian ini dibatasi lingkupnya pada audit operasional atas persediaan barang
dagang untuk mengetahui apakah kegiatan pengelolaan barang dagang pada perusahaan PT.Samudra
Mandiri Selatan sudah berjalan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Penelitian ini merupakan penelitian
yang mendalam namun hanya melibatkan satu objek saja atau lebih dikenal dengan istilah studi kasus.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah baik secara kontak langsung
melalui wawancara atau interview serta daftar pertanyaan yang diberikan kepada karyawan perusahaan
yang berkepentingan, maupun secara tidak langsung melalui observasi.
Lingkungan penelitian dalam penelitian ini adalah lingkungan noncontived setting, yaitu
lingkungan riil (field setting) yang unit analisisnya adalah suatu organisaasi perusahaan. Penelitian ini
dilakukan di Jl Pakin 1 Rukan Mitra Bahari Bl B/5,Penjaringan, Jakarta 14440, dan dua gudang
penyimpanan barang dagang yang berlokasi di Dadap dan Muara Baru.

HASIL DAN BAHASAN

Survei Pendahuluan
Sebelum audit operasional dilakukan, persiapan dan perencanaan audit harus dibuat terlebih
dahulu. Persiapan dan pelaksanaan audit dibuat untuk memudahkan auditor dalam menjalankan proses audit
operasional dan juga dalam menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh secara sistematis agar audit
dapat dilakukan seefektif dan seefisien mungkin.

Dalam merencanakan audit harus dipertimbangkan beberapa hal, antara lain yaitu perhatian khusus
yang diberikan untuk menghilangkan pekerjaan audit yang tidak perlu dan berlebihan, serta waktu audit pun
harus diatur sedemikian rupa agar pelaksanaannya tidak mengganggu aktivitas operasional perusahaan.

Pada awal persiapan audit, dilakukan survei pendahuluan yang meliputi langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Observasi atau pengamatan secara langsung ke perusahaan

Observasi atau pengamatan secara langsung ke perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran fisik perusahaan yang berhubungan langsung dengan kegiatan operasional
dalam mengelola persediaan barang dagang seperti fasilitas perusahaan yang menunjang pekerjaan
karyawan. Dalam observasi secara langsung ini diketahui bahwa keadaan fisik perusahaan cukup
memadai yaitu:

a. Lokasi perusahaan berpusat di Jl Pakin 1 Rukan Mitra Bahari Bl B/5,Penjaringan,


Jakarta 14440, sedangkan gudang penyimpanan persediaan barang dagang terletak di dua
tempat berbeda yaitu Dadap dan Muara Baru.

b. Keamanan dari lingkungan perusahaan dan gudang cukup terjamin dengan adanya
petugas yang berjaga di pos yang terletak di depan pintu masuk kantor dan gudang.

c. Dokumen-dokumen perusahaan tersusun dengan rapi.

d. Fasilitas penunjang bagi karyawan seperti komputer, telepon, mesin photocopy, mesin
fax, dan sebagainya sudah memadai.

2. Memperoleh data tertulis

Data tertulis yang diperoleh pada saat observasi digunakan untuk mengetahui apakah kebijakan
dan prosedur persediaan barang dagang perusahaan telah memadai. Data tertulis yang diperoleh
adalah struktur organisasi perusahaan, uraian tugas pokok masing-masing divisi beserta wewenang
dan tanggung jawab setiap karyawan, sejarah perusahaan, laporan keuangan tahun 2010 dan 2011,
serta data-data yang berhubungan dengan persediaan.

3. Wawancara dengan pihak manajemen

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan manajemen perusahaan, diperoleh informasi


mengenai kebijakan manajemen yang berhubungan dengan persediaan barang dagang pada PT.
Samudra Mandiri Selatan. Kebijakan perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Tugas bagian gudang adalah menerima, menjaga, dan mengeluarkan barang berdasarka bukti
tertulis.

b. Metode penyimpanan barang yang digunakan adalah metode FIFO dimana barang yang dibeli
terlebih dahulu yang akan keluar terlebih dahulu juga saat terjadi pemesanan.

c. Apabila terdapat barang rusak, tidak sesuai kualifikasi, dan slow moving maka harus
dipisahkan dari barang yang baik..

d. Penghitungan fisik dilakukan setiap akhir periode.

e. Tempat penyimpanan barang hanya boleh dimasuki oleh petugas gudang dan pihak lainnya
yang berwenang.

f. Pembelian persediaan barang dagang dilakukan kepada supplier yang sudah terdaftar sebagai
supplier tetap perusahaan.

Penelaahan dan Pengujian atas Pengendalian Intern


Setelah melewati tahap survei pendahuluan, maka tahap yang selanjutnya dilakukan adalah
penelaahan dan pengujian atas pengendalian intern perusahaan. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui
apakah pelaksanaan kebijakan dan prosedur persediaan barang dagang perusahaan telah sesuai dengan
pengendalian intern yang ada pada perusahaan. Tahap ini juga digunakan untuk mengidentifikasi setiap
kelemahan dan kekuatan dari sistem pengendalian intern di dalam perusahaan.

Instrumen yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pengendalian intern terhadap proses
permintaan pembelian persediaan barang dagang, penerimaan persediaan barang dagang, proses
penyimpanan persediaan barang dagang, dan proses pengeluaran persediaan barang dagang pada PT.
Samudra Mandiri Selatan adalah kuesioner pengendalian intern atau biasanya disebut ICQ (Internal Control
Questionairre). ICQ digunakan untuk menilai pengendalian intern suatu perusahaan dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat sistematis dan terinci mengenai sistem dan prosedur yang
dijalankan perusahaan melalui wawancara dengan pihak berwenang di dalam perusahaaan. Kuesioner ini
biasanya disusun dalam bentuk pilihan jawaban singkat “Ya” atau “Tidak” dimana jawaban “Ya”
menunjukkan pengendalian intern yang dimaksud telah dilaksanakan dengan baik, sedangkan jawaban
“Tidak” menunjukkan bahwa terdapat kelemahan dalam pengendalian intern perusahaan sehingga
membutuhkan tindakan perbaikan sesegera mungkin. Jawaban “Ya” atau “Tidak” seringkali belum dapat
memberikan jawaban yang lengkap dan memadai, sehingga disamping jawaban “Ya” atau “Tidak” tersebut
terdapat kolom untuk penjelasan singkat atas jawaban tersebut.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan evaluasi terhadap pengendalian intern atas
proses permintaan pembelian persediaan barang dagang, penerimaan persediaan barang dagang,
penyimpanan persediaan barang dagang, dan prosedur pengeluaran persediaan barang dagang adalah:

a. Melakukan tanya jawab dengan pihak yang bertanggung jawab dalam perusahaan berdasarkan
daftar pertanyaan yang telah disusun (ICQ).

b. Selanjutnya, hal yang dilakukan adalah mengevaluasi jawaban dari ICQ tersebut. Berdasarkan
hasil jawaban dari ICQ dapat diketahui apakah pengendalian intern perusahaan sudah cukup baik
atau tidak. Jika sebagian besar jawaban dari kuesioner tersebut adalah “Ya” itu berarti
pengendalian intern perusahaan sudah cukup baik. Tetapi jika sebagian besar jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah “Tidak” maka diperlukan analisa lebih lanjut dengan cara
mengumpulkan kelemahan-kelemahan pada pengendalian intern tersebut, kemudian menentukan
apa sajakah pengaruh dari kelemahan-kelemahan pengendalian intern tersebut, selanjutnya
menentukan kemungkinan terhadap adanya pengendalian intern pengganti yang dapat
menggantikan pengendalian intern yang lemah tersebut, serta memberitahukan kelemahan-
kelemahan pengendalian intern tersebut kepada pihak manajemen perusahaan.

c. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan sementara dari jawaban yang diperoleh dari
pengendalian intern yang sudah dievaluasi tersebut dan menentukan apakah pengendalian intern
tersebut sudah efektif bagi perusahaan.

Lemah atau kuatnya pengendalian intern akan menentukan apakah setiap kegiatan yang dilakukan
dalam perusahaan sudah berjalan efektif dan efisien. Untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan
pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan, maka disajikan prosedur permintaan pembelian atau
pengadaan persediaan barang dagang, prosedur penerimaan persediaan barang dagang, prosedur
penyimpanan persediaan barang dagang, dan prosedur pengeluaran persediaan barang dagang PT. Samudra
Mandiri Selatan berdasarkan tanya jawab yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.

Tabel 4.1

PT.Samudra Mandiri Selatan

Internal Control Questionairres

No. Pertanyaan Y T Keterangan


1. PENYIMPANAN DAN PENGAWASAN FISIK Persediaan barang
Apakah persediaan dipisahkan antara barang yang dagang sangat
rusak, tidak sesuai klasifikasi, dan slow moving √ banyak
dengan barang yang baik?

Apakah persediaan terhindar dari:


a. Pencurian √
b. Kerusakan
c. Kebakaran dan banjir √

2. Apakah terdapat pemisahan fungsi yang jelas antara
bagian gudang dengan:
a. Bagian Penjualan? √
b. Bagian Pembelian? √
c. Bagian Akuntansi? √
d. Bagian Keuangan? √
e. Bagian Penagihan? √

Apakah ada batas tugas dan wewenang yang jelas


dan tegas untuk masing-masing bagian tersebut? √

3. Apakah persediaan di bawah pengawasan seorang


penjaga gudang atau orang tertentu lainnya? √
4. Apakah kecuali petugas gudang dilarang masuk ke
gudang persediaan? √
5. Apakah setiap pengeluaran barang dagang harus
berdasarkan dokumen tertulis atau sejenisnya yang
harus diotorisasi pejabat perusahaan yang
berwenang? √
6. Apakah setiap pengeluaran barang pembantu dari
gudang harus berdasarkan bukti penjualan tertulis?

7. Apakah terdapat pos penjagaan yang mengawasi arus
keluar barang dagang dengan efektif?

8. PEMBUKUAN PERSEDIAAN
Apakah klien menggunakan perpetual inventory
system dengan prosedur dan kebijakan: √
Barang dagang perusahaan berupa ikan yang sudah
dibekukan yang jumlah dan jenisnya sangat banyak
sehingga menggunakan perpetual inventory system
dan dilakukan stock opname setiap akhir periode? √

9. STOCK OPNAME Yang melakukan


Apakah yang mengawasi atau melakukan stock opname tidak
perhitungan dan menyusun ikhtisar hasil perhitungan terlepas dari
terlepas dari penguasaan secara fisik atas barang √ penguasaan fisik
dagang (kepala gudang, penjaga gudang, dan staff atas barang dagang.
gudang)?
10. Apakah dibuat instruksi tertulis untuk pelaksanaan
stock opname dan dijelaskan kepada pelaksana stock √
opname?
11. Apakah hasil stock opname dicocokkan dengan
perkiraan buku besar? √
12. Apakah persediaan akhir dinilai secara konsisten
dengan tahun sebelumnya? √
13. Apakah hal-hal sebagai berikut dilaporkan segera
kepada manajemen untuk perbaikan atau
pengambilan keputusan :
a. Rencana kebutuhan? √
b. Slow moving items? √
c. Barang yang rusak? √
d. Barang yang tidak sesuai kualifikasi? √
14. Apakah jumlah rata-rata persediaan cukup dapat
diterima untuk jenis usaha dan besarnya perusahaan?

15. Apakah metode penilaian persediaan berdasarkan:
Cost-FIFO? √
16. Apakah semua kegiatan dalam gudang persediaan
telah diotorisasi dengan semestinya oleh pihak yang
berwenang? √
17. Apakah semua dokumen pendukung bagian gudang
diotorisasi dengan semestinya oleh pihak yang
berwenang? √
18. Apakah surat perintah jalan bernomor urut cetak? √
19. Apakah perusahaan membuat surat perintah jalan
pada setiap pengiriman barang? √
20. Apakah pengiriman barang dilakukan dengan tepat
waktu? √
21. Apakah semua barang dikirim berdasarkan pesanan
pelanggan? √
22. Apakah persediaan barang dagang diasuransikan? √
23. Apakah setiap barang persediaan yang dipesan dari
impor maupun penangkapan selalu diperiksa dengan
teliti? √
24. Apakah formulir berikut bernomor urut cetak:
a. Purchase requisition? √
b. Purchase order? √
c. Receiving report? √
d. Sales order? √
e. Sales invoice? √
25. Apakah dilakukan pemeriksaan kembali sebelum
melakukan pengiriman barang kepada pelanggan? √
Keterangan:

Y= Ya

T= Tidak

Berdasarkan pada seluruh informasi yang telah dikumpulkan melalui kuesioner atau ICQ, maka
dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa pengendalian intern perusahaan terhadap fungsi persediaan
barang dagang sudah cukup baik. Tetapi masih ditemukan beberapa masalah di bagian fungsi persediaan
tersebut. Hal ini berarti masih terdapat kekurangan dalam pengendalian intern perusahaan yang
mengakibatkan kegiatan pengelolaan persediaan barang dagang belum dilaksanakan secara ekonomis,
efektif, dan efisien.

Pengujian Terinci
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian terinci. Pada tahap ini hal selanjutnya yang
dilakukan adalah menilai efektivitas pengendalian intern atas persediaan barang dagang berdasarkan
pengujian ketaatan atau compliance test. Pengujian ketaatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
keyakinan bahwa seluruh kegiatan terhadap persediaan barang dagang baik penjualan maupun pembelian
barang dagang perusahaan telah mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan.

Program pengujian terhadap aktivitas persediaan barang dagang perusahaan mempunyai dua
tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pengujian ketaatan atas persediaan barang
dagang adalah untuk meyakini bahwa keseluruhan transaksi penjualan dan pembelian yang terjadi atas
persediaan barang dagang telah dilaksanakan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Selain tujuan umum
tersebut, terdapat beberapa tujuan khusus yaitu untuk meyakini bahwa seluruh transaksi yang terjadi atas
penjualan dan pembelian persediaan barang dagang telah mengikuti prosedur dan kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan dan meyakini bahwa pengendalian intern atas prosedur penjualan dan pembelian
persediaan barang dagang telah dilaksanakan dengan baik, untuk mendapat keyakinan bahwa seluruh
transaksi pembelian persediaan barang dagang yang dilakukan telah disertai bukti dan dokumen yang
lengkap serta sudah diotorisasi oleh pihak yang berwenang, serta untuk meyakini bahwa seluruh transaksi
penjualan dan pembelian persediaan barang dagang telah dicatat secara lengkap, akurat, dan tepat.
Dalam melaksanakan compliance test, dibuat suatu program pemeriksaan yang berupa prosedur
pengujian ketaatan atas penjualan dan pembelian, serta kertas kerja. Compliance test ini akan dilakukan
terhadap pembelian dan penjualan barang dagang. Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus
memperhatikan kelengkapan bukti pendukung, otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang,
kebenaran posting ke buku besar, kebenaran perhitungan matematis, dan kebenaran nomor perkiraan yang
didebit atau dikredit.

Program pengujian terhadap aktivitas pengadaan atau pembelian persediaan barang dagang
perusahaan mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pengujian ketaatan
atas pembelian persediaan barang dagang adalah untuk meyakini bahwa keseluruhan transaksi yang terjadi
atas pembelian persediaan barang dagang telah dilaksanakan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Selain
tujuan umum tersebut, terdapat beberapa tujuan khusus yaitu untuk meyakini bahwa seluruh transaksi yang
terjadi atas pembelian persediaan barang dagang telah mengikuti prosedur dan kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan dan meyakini bahwa pengendalian intern atas prosedur pembelian persediaan telah
dilaksanakan dengan baik, untuk mendapat keyakinan bahwa seluruh transaksi pembelian persediaan
barang dagang yang dilakukan telah disertai bukti dan dokumen yang lengkap serta sudah diotorisasi oleh
pihak yang berwenang, serta untuk meyakini bahwa seluruh transaksi pembelian persediaan barang dagang
telah dicatat secara lengkap, akurat, dan tepat.
Selanjutnya pada tahap ini pula dilakukan prosedur analitis atau analytical review yang dilakukan
dengan cara membandingkan satu data dengan data yang lain dalam dua tahun periode yang berbeda dengan
perkiraan yang sama. Dalam hal ini yang akan dibandingkan adalah rasio tahun 2010 dan 2011.
1. Perbandingan penjualan bersih tahun 2010 dan 2011
Penjualan bersih tahun 2010 = Rp 36.397.003.600
Penjualan bersih tahun 2011 = Rp 31.999.769.800
Penurunan` = Rp 4.397.233.800
Persentase penurunan = Rp 4.397.233.800
Rp 36.397.003.600
= 12.08%
Penurunan penjualan tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun 2010 cukup signifikan sebesar 12.08%
yang berarti penjualan tahun 2011 tidak stabil seperti tahun sebelumnya.
2. Pembelian kredit tahun 2010 = Rp 14.768.988.000
Pembelian kredit tahun 2011 = Rp 19.287.341.000
Pembelian kredit barang dagang tahun 2011 lebih besar daripada pembelian kredit tahun 2010
dikarenakan persediaan barang dagang akhir tahun 2010 dianggap tidak mencukupi sehingga
perusahaan menambah pembelian persediaan barang dagangnya untuk menghindari ketidaktersediaan
barang dagang saat pelanggan melakukan permintaan pemesanan.
3. Perhitungan rasio perputaran pesediaan
Perputaran persediaan tahun 2010 = Rp 15.860.909.423
Rp 9.131.935.460
= 1.74 X
Perputaran persediaan tahun 2011 = Rp 15.205.252.103
Rp 10.578.340.575
= 1.44 X
Walaupun perputaran persediaan di tahun 2010 lebih cepat, perputaran persediaan barang dagang di
tahun 2011 dinilai sudah cukup efisien jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
dikarenakan penurunan perputaran persediaan barang dagang yang minim hanya sebesar 0.30 X dari
1.74 X menjadi 1.44 X dalam setiap periodenya. Perputaran persediaan sebesar 1.44 X tersebut
menandakan bahwa penjualan barang dagang cukup baik dan tidak terjadi terlalu banyak penumpukan
barang di gudang.

Pengembangan Laporan Hasil Audit


Tahap ini adalah tahap dibuatnya laporan hasil audit terhadap persediaan barang dagang
perusahaan yang terdiri dari temuan-temuan audit. Laporan hasil audit ini digunakan sebagai alat untuk
menyampaikan kelemahan dari pengendalian intern sekaligus temuan audit dalam perusahaan serta
rekomendasi bagi pihak manajemen untuk meningkatkan kinerja operasional perusahaan secara lebih
ekonomis, efektif, dan efisien. Berikut ini adalah beberapa temuan audit selama audit operasional atas
fungsi persediaan pada PT.Samudra Mandiri Selatan:

1. Tempat penyimpanan persediaan barang dagang belum memadai.


Persediaan barang dagang perusahaan tidak dapat terhindar dari kerusakan, kebakaran, dan
banjir. Pada umumnya tempat penyimpanan barang dagang seharusnya dapat menjaga dan
menghindarkan barang dagang dari kerusakan, kebakaran, dan banjir. Hal ini terjadi karena
jumlah persediaan perusahaan sangat banyak dan berupa ikan yang mudah rusak jika berada
disuhu lembab dan panas, serta gudang tempat penyimpanan berada di lokasi padat
pergudangan yang rentan terhadap kebakaran, banjir, dan resiko lainnya yang tidak dapat
dicegah. Oleh sebab itu jumlah persediaan selalu menyusut dan bau menyengat yang tidak
enak akan tertular pada ikan lainnya yang kualitasnya masih baik. Untuk itu perusahaan
sebaiknya menjaga suhu coldstorage agar selalu stabil, memasang alat pemadam kebakaran
di setiap titik-titik tertentu pada gudang perusahaan yang dapat membantu memadamkan api
apabila terjadi kebakaran, dan meninggikan posisi gudang penyimpanan dari posisi semula
agar dapat mencegah terjadinya banjir.

2. Belum adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas dalam hal perhitungan stock
opname.
Pengawasan, perhitungan stock opname, dan penyusunan ikhtisar hasil perhitungan stock
opname tidak terlepas dari penguasaan secara fisik atas barang dagang (kepala gudang,
penjaga gudang, dan staff gudang). Seharusnya ada pemisahan fungsi dan penguasaan antara
karyawan yang mengawasi perhitungan stock opname, yang melakukan stock opname, dan
juga yang menyusun ikhtisar hasil perhitungan stock opname dengan karyawan yang
memiliki penguasaan secara fisik atas barang dagang (kepala gudang, penjaga gudang, dan
staff gudang). Hal ini dapat terjadi karena perusahaan menganggap karyawan yang memiliki
penguasaan secara fisik atas barang daganglah yang mengerti tata letak dan kondisi
persediaan barang sehingga saat melakukan stock opname perusahaan tidak memberikan
tugas itu kepada karyawan lain. Akibatnya bisa terjadi kehilangan barang persediaan terlebih
barang persediaan yang berukuran kecil dan juga hasil stock opname atas persediaan barang
dagang yang tidak akurat atau terjadi manipulasi jumlah antara hasil laporan stock opname
dengan kondisi persediaan barang yang sebenarnya di gudang. Untuk itu sebaiknya
perusahaan mulai melakukan pembagian tugas secara jelas dan tegas dalam hal perhitungan
stock opname, harus ada pemisahan fungsi antara kepala gudang, penjaga gudang, staff
gudang dengan karyawan yang bertugas melakukan perhitungan stock opname.
3. Kurangnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan dalam pelaksanaan stock
opname.
Tidak adanya instruksi tertulis untuk pelaksanaan stock opname dan tidak ada penjelasan
kepada pelaksana stock opname. Setiap perusahaan hendaknya membuat instruksi tertulis
untuk pelaksanaan stock opname ada dan dijelaskan kepada pelaksana stock opname.
Perusahaan menganggap stock opname adalah hal yang rutin harus dilakukan bagian gudang
setiap periode tertentu yang telah ditetapkan perusahaan sehingga tidak perlu dibuat lagi
instruksi tertulis untuk melaksanakan stock opname, demikian juga halnya dengan penjelasan
kepada pelaksana stock opname. Maka dari itu, stock opname yang dilakukan terhadap
persediaan barang terkadang tidak sesuai dengan aturan yang seharusnya dan pelaksana stock
opname tidak selalu tepat waktu untuk mengadakan stock opname pada periode yang
ditentukan perusahaan. Sehingga jumlah persediaan tidak menggambarkan kondisi persediaan
yang sebenarnya di gudang. Perusahaan sebaiknya membuat instruksi secara tertulis untuk
setiap pelaksanaan stock opname dan menjelaskan kepada pelaksana stock opname tentang
hal apa saja yang perlu dilakukan dan dilaporkan kepada pihak manajemen.
4. Tidak ada konsistensi dari perusahaan dalam menilai persediaan akhir barang dagang.
Persediaan akhir tidak dinilai secara konsisten dengan tahun sebelumnya. Perusahaan
terkadang mencatat nilai persediaan awal pada periode tahun berjalan tidak sesuai dengan
pencatatan nilai persediaan akhir tahun sebelumnya. Pada umumnya persediaan akhir
biasanya dinilai secara konsisten dengan tahun sebelumnya oleh perusahaan, dimana nilai
persediaan akhir tahun sebelumnya menjadi nilai persediaan awal tahun berikutnya. Hal ini
terjadi karena perusahaan menganggap kebutuhan permintaan atas barang dagang berbeda
setiap tahunnya dan juga kapasitas penangkapan yang dilakukan kapal selalu berbeda
hasilnya setiap tahun tergantung bagaimana kondisi cuaca dan laut saat itu. Akibatnya
perputaran persediaan cenderung tidak konsisten setiap tahunnya dan beberapa jenis
persediaan barang dagang mengalami slow moving. Untuk itu perusahaan sebaiknya harus
mulai menerapkan aturan dan konsistensi dalam menilai persediaan akhirnya, setiap akhir
periode perusahaan harus menilai persediaan akhir secara konsisten dengan tahun-tahun
sebelumnya.
5. Komunikasi yang kurang dalam hal pelaporan barang yang tidak sesuai dengan kualifikasi
kepada pihak manajemen.
Apabila terdapat barang yang tidak sesuai kualifikasi tidak segera dilaporkan kepada
manajemen. Padahal seharusnya barang yang tidak sesuai kualifikasi harus segera dilaporkan
kepada manajemen. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan lokasi antara kantor pusat
manajemen dan lokasi gudang tempat penyimpanan barang dagang sehingga perusahaan
menganggap pelaporan setiap barang yang tidak sesuai kualifikasi adalah hal yang tidak
efisien karena barang yang tidak memenuhi kualifikasi sudah langsung dipisahkan oleh bagian
gudang yang bertugas sebagai SQC (Staff Quality Control). Akibatnya manajemen tidak
mengetahui adanya barang yang tidak sesuai kualifikasi dan tidak dapat mengambil keputusan
yang tepat atas barang tersebut sehingga terjadi adanya penumpukan barang yang tidak
memenuhi standar kualifikasi. Perusahaan sebaiknya menerapkan aturan agar bagian gudang
harus melaporkan kepada pihak manajemen apabila terdapat barang yang tidak sesuai
kualifikasi, dan memberikan sanksi yang tegas kepada karyawan yang melanggar aturan
tersebut.
6. Tidak adanya asuransi untuk persediaan barang dagang perusahaan yang jumlahnya sangat
besar.
Persediaan barang dagang milik perusahaan tidak diasuransikan. Perusahaan seharusnya
mengasuransikan persediaan barang dagang dalam jumlan besar dengan nilai
pertanggungjawaban yang cukup. Hal ini terjadi karena perusahaan merasa tidak perlu
mengasuransikan persediaan barang dagangnya karena perusahaan yakin gudang tempat
penyimpanan sudah cukup aman dan memadai. Akibatnya apabila terjadi bencana yang tidak
terduga, perusahaan kemungkinan akan mengalami kerugian yang cukup besar dari
kehilangan persediaan yang tidak diasuransikan. Maka dari itu perusahaan sebaiknya
mengasuransikan persediaan barang dagang yang dimilikinya dengan nilai
pertanggungjawaban yang cukup.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
PT. Samudra Mandiri Selatan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
perdagangan perikanan basah baik secara lokal, ekspor maupun impor. Untuk menilai ekonomisasi,
efektivitas, dan efisiensi PT. Samudra Mandiri Selatan, maka dilakukan audit operasional atas persediaan
barang dagang perusahaan. Selain menilai hal tersebut, audit operasional juga dimaksudkan untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengendalian intern yang diterapkan oleh PT. Samudra Mandiri
Selatan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap PT.Samudra Mandiri Selatan, diketahui kebijakan
dan prosedur perusahaan terhadap persediaan sudah cukup baik, hanya terdapat beberapa kelemahan yang
dapat mengurangi efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan. Pelaksanaan kebijakan dan prosedur
juga telah dilakukan dengan cukup baik oleh karyawan perusahaan tersebut. Kemudian dari hasil evaluasi
terhadap ekonomisasi, efektivitas, dan efisiensi pengendalian intern perusahaan atas persediaan pada PT.
Samudra Mandiri Selatan ditemukan kekuatan dan kelemahan pada bagian tersebut. Kekuatan pengendalian
intern perusahaan antara lain adalah dokumen yang berhubungan dengan persediaan bernomor urut cetak,
adanya petugas yang mengawasi gudang tempat penyimpanan persediaan, semua kegiatan dalam gudang
persediaan telah diotorisasi dengan semestinya oleh pihak perusahaan yang berwenang, dan prosedur yang
ditetapkan perusahaan terhadap segala transaksi dan kegiatan yang berhubungan dengan persediaan telah
dilaksanakan dengan baik.

Sedangkan kelemahan pengendalian intern perusahaan antara lain adalah persediaan barang
dagang hanya terhindar dari pencurian saja, tetapi tidak dapat terhindar dari kerusakan, kebakaran, dan
banjir, tidak adanya pemisahan fungsi antara bagian gudang dengan bagian yang melakukan stock opname,
tidak dibuatnya instruksi tertulis untuk pelaksanaan stock opname dan tidak ada penjelasan kepada
pelaksana stock opname, persediaan akhir tidak dinilai secara konsisten dengan tahun sebelumnya, dan
persediaan barang dagang perusahaan tidak diasuransikan. Berdasarkan audit operasional pada PT.Samudra
Mandiri Selatan dapat disimpulkan bahwa kebijakan dan prosedur atas fungsi persediaan barang dagang
perusahaan sudah dijalankan cukup ekonomis, efektif, dan efisien tetapi masih terdapat beberapa kelemahan
yang sebaiknya diperbaiki.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil audit operasional pada PT.Samudra Mandiri
Selatan, masih terdapat beberapa kelemahan atas fungsi persediaan yang dimiliki perusahaan, maka
diberikan saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan ekonomisasi, efektivitas, dan efisiensi
operasional perusahaan. Saran yang diberikan bagi perusahaan mengenai tempat penyimpanan adalah
perusahaan sebaiknya selalu menjaga suhu coldstorage agar selalu stabil, memasang alat pemadam
kebakaran di setiap titik-titik tertentu pada gudang perusahaan yang dapat membantu memadamkan api
apabila terjadi kebakaran, dan meninggikan posisi gudang penyimpanan dari posisi semula agar dapat
mencegah terjadinya banjir. Kemudian perusahaan harus melakukan pembagian tugas secara jelas dan tegas
dalam hal perhitungan stock opname, harus ada pemisahan fungsi antara kepala gudang, penjaga gudang,
staff gudang dengan karyawan yang bertugas melakukan perhitungan stock opname. Selanjutnya dalam hal
komunikasi yang baik antara pihak manajemen dan bawahannya, perusahaan sebaiknya membuat instruksi
secara tertulis untuk setiap pelaksanaan stock opname dan menjelaskan kepada pelaksana stock opname
tentang hal apa saja yang perlu dilakukan dan dilaporkan kepada pihak manajemen. Perusahaan juga
sebaiknya konsisten dalam menilai persediaan akhirnya, pada setiap akhir periode perusahaan harus menilai
persediaan akhir secara konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam hal kedisiplinan para karyawan,
khususnya bagian gudang, perusahaan sebaiknya menerapkan aturan agar bagian gudang harus melaporkan
kepada pihak manajemen apabila terdapat barang yang tidak sesuai kualifikasi, dan memberikan sanksi
yang tegas kepada karyawan yang melanggar aturan tersebut. Kemudian juga perusahaan sebaiknya
mengasuransikan persediaan barang dagang yang dimiliki dengan nilai pertanggungjawaban yang cukup
karena persediaan merupakan aset utama bagi perusahaan dagang.

REFERENSI

Agoes,S. (2008). Auditing: Pemeriksaan akuntan oleh kantor akuntan publik jilid I
(edisi 3). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Agoes,S. (2008). Auditing: Pemeriksaan akuntan oleh kantor akuntan publik jilid II
(edisi 3). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Anisah. (2009). Audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan pada PT.Prima Jaya Pantes
Garmen. Tesis S1 Tidak Dipublikasikan, Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Arens, Alvin, A., Loebbecke, & James, K. Alih bahasa oleh Jusuf, A.A. (2006). Auditing pendekatan
terpadu (edisi 5). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Boynton, W.C., Johnson, R.N., & Kell,W.G. Alih bahasa oleh Rajoe,P.A., Gania,G.,& Budi, I.S. (2003).
Modern auditing jilid 1 (edisi 7). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Boynton,W.C., Johnson, R.N., & Kell,W.G. Alih bahasa oleh Rajoe,P.A., Gania,G.,& Budi, I.S. (2003).
Modern auditing jilid 2 (edisi 7). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gondodiyoto, S. (2007). Audit sistem informasi+ pendekatan CobIT. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Hall, J.A., Singleton, & Tommie. (2005). Information technology auditing and assurance (second edition).
Ohio: Thomson South-Western.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2001). Standar profesional akuntan publik per 1 Januari 2001. Jakarta:
Salemba Empat.

Indrajit, R.E. & Djokopranoto. (2003). Manajemen persediaan. Jakarta: Grasindo.


Mulyadi. (2003). Sistem akuntansi buku 1 (edisi 3). Yogyakarta: Salemba Empat.

Reider, R. (2002). Operational review:Maximum results at efficient costs (third edition). New Jersey:John
Wiley & Sons Inc.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Tunggal, A.W. (2008). Dasar-dasar audit operasional (edisi revisi). Jakarta: Harvarindo.

Warren, C.S. (2005). Accounting (21e edition). Ohio: Thomson South-Western.

RIWAYAT PENULIS
Cathrine Aprillia lahir di kota Bogor pada 23 April 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus
University dalam bidang Akuntansi dan Keuangan pada tahun 2012. Penulis aktif di organisasi basket
sebagai pemain sekaligus bendahara.

Anda mungkin juga menyukai