Anda di halaman 1dari 22

AUDIT SIKLUS PERSEDIAAN DAN PERGUDANGAN

Disusun oleh

Dika Kurniawan 1402154082

Dwi Prima Saputra 1402154098

Muhammad Luthfiyanto 1402150010

Ihya Adya Rahman 1402154122

AK-39-02

TELKOM UNIVERSITY

PRODI S1 AKUNTANSI

BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’álamin. Puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah untuk Mata Kuliah

Auditing 2.

Sebelumnya penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas

makalah yang berjudul “Audir Siklus Persediaan dan Pergudangan”.

Penulisan tugas ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata

kuliah Auditing 2 pada Program Studi S1 Akuntansi Telkom University

Bandung.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata

sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis

harapkan. Semoga penulisan tugas ini dapat memberikan manfaat bagi

yang mebaca dan yang mebutuhkan.

Bandung, 13 Maret 2018

Tim Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang Masalah

Siklus persediaan dan pergudangan merupakan siklus yang unik karena

hubungannya yang erat dengan siklus transaksi lainnya. Bagi perusahaan

manufaktur, bahan baku memasuki siklus persediaan dan pergudangan dari siklus

akuisisi dan pembayaran, sementara tenaga kerja langsung memasukinya dari

siklus penggajian dan personalia. Siklus persediaan danvpergudangan

diakhiri dengan penjualan barang dalam siklus penjualan dan penagihan.

Persediaan bagi perusahaan manufaktur merupakan hal yang sangat

material karena sebagian modal kerjanya digunakan untuk menghasilkan

persediaan. Biaya persediaan mencakup bahan baku,tenaga kerja langsung,

dan overhead manufaktur. Karena persediaan bersifat material bagi

kebanyakan perusahaan manufaktur,maka meminjam sejumlah uang

denganmenggunakan persediaan sebagai jaminannya sudah menjadi lazim.

Bagi perusahaan yang memiliki gudang persediaan diberbagai

tempat. Selain itu dengan tersebarnya persediaan pada berbagai tempat,

memungkinkan terjadinya penggelapan persediaan jika pengendalian intern yang

dimiliki perrusahaan tdk dicegah.


Mengingat besarnya risiko yang dapat muncul dalam sistem persediaan

maka perusahaan berusaha merancang pengendalian intern yang efektif di

setiap sistem persediaannya. Pengendalian intern yang tercpta sangat penting

bagi perusahaan yang laporan keuangannya harus diaudit oleh akuntan publik.

Pengendalian intern ini selain mempengaruhi keandalan informasi juga akan

mempengaruhi luasnya lingkup pengujian yang dilakukan oleh akuntan publik

khususnya pengujian substantif yang tergantung pada pengendalian intern

yang didesain dan diterapkan oleh klien. Selain itu struktur pengendalian intern

yang efektif akan sangat mempengaruhi risiko pengendalian yang harus

diterapkan oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan kliennya dan

banyak bukti yang harus dikumpulkan serta prosedur pengujian substantif

atas saldo perusahaan klien.

Selain pengendalian intern yang harus diperhatikan, yang harus

diperhatikan juga adalah aspek aspek akuntansi biaya yg harus diperhatikan oleh

auditor yang mengaudit perusahaan kliennya khususnya mengaudit siklus

persediaan dan pergudangan. jika pengendalian intern berjalan dengan efisien dan

efektif , dan aspek akuntansi biaya untuk mengaudit siklus persediaan dan

pergudangan sudah berjalan dengan baik maka proses auditnya pun berjalan

dengan baik juga.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran umum audit siklus persediaan dan pergudangan

2. Apa saja fungsi bisnis serta dokumen dan catatan, aspek – aspek akuntansi

biaya terkait dalam siklus persediaan dan pergudangan

3. Apa saja aspek aspek akuntansi biaya yang perlu diperhatikan oleh

seorang auditor

4. Apa saja aktivitas yang ada di Siklus persediaan dan pergudangan

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Bagaimana gambaran umum audit siklus persediaan dan

pergudangan

2. Mengetahui apa saja fungsi bisnis serta dokumen dan catatan terkait dalam

siklus persediaan dan pergudangan

3. Mengetahui apa saja aspek aspek akuntansi biaya yang perlu diperhatikan

oleh seorang auditor

4. Mencari tahu apa saja aktivitas yang ada di Siklus persediaan dan

pergudangan

1.4. Kasus
PT. Kimia Farma Trading & Distribution Cabang Padang merupakan distributor

yang bergerak dibidang distribusi obat-obatan, alat kesehatan habis pakai,

kosmetika dan minuman kesehatan. Persediaan merupakan salah satu kunci utama

dalam pelaksanaan kegiatan normal perusahaan. Total persediaannya di neraca

merupakan item terbesar dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya yaitu sebesar

Rp. 2.279.719.000,-. Berdasarkan pemeriksaan fisik dari sekian banyak nilai

persediaan tersebut, ditemukan adanya pembelian yang tidak tercatat dan terdapat

banyaknya barang yang rusak, Pecah, kadaluarsa serta adanya retur yang belum

tercatat. Disarankan sebaiknya manajemen perusahaan lebih memperhatikan

pengaturan barang digudang supaya tidak bertumpuk, untuk menghindari

banyaknya jumlah barang yang rusak akibat tumpukan tersebut Serta untuk bagian

akuntansi apabila barang telah sampai digudang atas transaksi pembelian dan

adanya retur sebaiknya langsung dibukukan,untuk menghindari terjadinya

perbedaan nilai persediaan yang ada di neraca dengan jumlah fisik persediaan.

Pembahasan:

Progam Audit

1. Memeriksa cacatan dibandingkan dengan persediaan yang ada digudang;

2. Menghitung ulang catatan yang ada pada klien untuk memastikan jumlah

pada catatan sudah sesuai;

3. Menguji persediaan yang rusak dan kadaluarsa dengan mengecek fisik dan

melakukan konfirmasi kepada managemen;

4. Memastikan persediaan yang telah kadaluarsa dan rusak telah dipisahkan;


5. Memastikan kartu persediaan dengan catatan penjualan dan dokumen

terkait telah sesuai.

Dokumen dan catatan yang terkait :

1. File Induk persediaan/kartu persediaan

2. Faktur vendor

3. Jurnal Pembelian

4. Pesanan pembelian.
BAB II

ISI

2.1 Siklus Persediaan dan Pergudangan

Siklus persediaan dan pergudangan merupakan siklus yang unik karena

hubungannya yang erat dengan siklus transaksi lainnya. Bagi perusahaan

manufaktur, bahan baku memasuki siklus persediaan dan pergudangan dari siklus

akuisisi danpembayaran, sementara tenaga kerja langsung memasukinya dari

siklus penggajian dan personalia. Siklus persediaan dan pergudangan diakhiri

dengan penjualan barang dalam siklus penjualan dan penagihan.

Audit terhadap persediaan, terutama pengujian saldo persediaan akhir tahun,

sering kali merupakan bagian yang paling kompleks dan paling menghabiskan

waktu audit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas audit persediaan

meliputi :

1. Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca.

2. Persediaan sering kali berada pada lokasi yang berbeda, yang membuat

pengendalian dan perhitungan fisik menjadi sulit.


3. Sering kali sulit bagi auditor untuk mengamati dan menilai item

persediaan yang berbeda seperti perhiasan bahan kimia dan suku cadang

elektronik.

4. Penilaian persediaan juga sulit apabila estimasi keusangan persediaan

merupakan hal yang penting dan apabila biaya manufaktur harus

dialokasikan ke persediaan.

2.2 Fungsi Bisnis Serta Dokumen Dan Catatan Terkait Dalam Siklus

Persediaan Dan Pergudangan

Persediaan memiliki banyak bentuk yang berbeda, tergantung pada sifat

bisnisnya. Untuk bisnis ritel atau grosir, akun terbesar dalam laporan keuangan

sering kali berupa persediaan barang dagang yang tersedia untuk dijual. Siklus

persediaan dan pergudangan dapat terdiri dari dua sistem yang terpisah tetapi

berkaitan erat, di mana satu melibatkan arus fisik barang dan yang lainnya dengan

biaya terkait. Enam fungsi akan membentuk siklus persediaan di pergudangan,

yaitu :

1. Memproses pesanan pembelian

Siklus persediaan dan pergundangan dimulai dengan bahan baku

untuk produksi. Pengendalian yang memadai terhadap pembelian harus

diselenggarakan apakah pembelian persediaan berupa bahan baku bagi

perusahaan manufaktur atau barang jadi bagi perusahaan ritel.


2. Menerima bahan baku

Menerimaan bahan yang dipesan, yang juga merupakan bagian dari

siklus akuisisi dan pembayaran, melibatkan inspeksi atas bahan yang

diterima menyangkut kuantitas dan kualitasnya. Departemen

penerimaan akan membuat laporan penerimaan yang menjadi bagian

dari dokumentasi sebelum pembayaran dilakukan. Setelah diinspeksi,

bahan itu dikirim ke ruang penyimpanan dan salinan dokumen

penerimaan, atau pemberitahuan atau notifikasi elektronik nengenai

penerimaan barang, biasanya di serahkan ke bagian pembelian, ruang

penyimpanan dan utang usaha

3. Menyimpan bahan baku

Setelah diterima, bahan itu biasanya disimpan di ruang

penyimpanan. Ketika departemen lainnya memerlukan bahan untuk

produksi., personil ruang penyimpanan menyerahkan permintaan

bahan yang telah disetujui secara layak, mengerjakan pesanan, atau

dokumen serupa atau pemberitahuan elektronik yang mengindikasikan

jenis dan kuantitas bahan yang diperlukan. Dokumen permintaan ini

digunakan untuk memperbarui file induk persediaan perpetual dan

mencatat transfer dari akun bahan baku ke akun barang dalam proses.

4. Memroses barang

Pemrosesan persediaan sangat bervariasi dari perusahaan ke

perusahaan. Perusahaan menentukan item dan kuantitas barang jadi

yang akan dibuat berdasarkan pesanan khusus dari pelanggan,


peramalan penjualan, tingkat persediaan barang jadi yang telah

ditentukan sebelumnya, dan operasi produksi yang ekonomis.

Departemen pengendalian produksi yang terpisah sering kali

bertanggung jawab untuk menentukan jenis dan kuantitas yang akan di

produksi.

5. Menyimpan barang jadi

Ketika barang jadi telah selesai, barang itu ditempatkan di ruang

penyimpanan menunggu dikirim. Dalam perusahaan yang memiliki

pengendalian internal yang baik, barang jadi disiimpan dengan

pengendalian fisik yang terpisah di suatu area dengan akses terbatas.

6. Mengirimkan barang jari

Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan

dan penagihan. Pengiriman aktual barang kepada pelanggan dalam

pertukaran dengan kas atau aset lainnya, seperti piutang usaha,

menciptakan pertukaran aset yang diperlukan untuk memenuhi kriteria

pengakuan pendapatan. Bagi sebagian besar transaksi penjualan,

pengiriman aktual merupakan pemicu untuk mengakui piutang usaha

dan penjualan terkait dalam sistem akuntansi.

7. File induk persediaan perpetual

File induk persediaan perpetual umumnya mkencantumkan

informasi tentang unit persediaan ang diakuisisi, dijual, dan ada di

tangan. Dalam sistem terkomputerisasi yang dirancang dengan baik,

file itu juga berisi mengenai biaya per unit.

Untuk akuisisi bahan baku, file induk persediaan perpetual


diperbarui secara otomatis ketika akuisisi persediaan diproses sebagai

bagian dari pencatatan akuisisi. File induk persediaan perpetual barang

jadi mencantumkan jenis informasi yang sama seperti persediaan

perpetual bahan baku, tetapi dianggap lebih kompleks jika biaya

dimasukkan bersama dengan unit barang. Biaya barang jadi meliputi

bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead manufaktur, yang

sering kali mengharuskan alokasi dan pencatatan yang terinci.

2.3 Aspek Aspek Akuntansi Biaya Yang Perlu Diperhatikan Oleh Seorang

Auditor

Konsep untuk mengaudit akuntansi biaya persediaan tidak jauh berbeda

dengan yang dibahas untuk siklus transaksi lainnya : memahami pengendalian

internal dalam system akuntansi biaya, menilai risiko pengendalian yang

direncanakan, menentukan luas pengujian oengendalian, serta merancang

pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi untuk memenuhi

tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Auditor sangat memperhatikan

empat aspek akuntansi biaya :

1. Pengendalian fisik terhadap persediaan

2. Dokumen dan catatan untuk mentransfer persediaan

3. File induk persediaan perpetual

4. Catatan biaya per unit

Pengendalian Fisik Auditor menguji pengendalian fisik terhadap bahan baku,

barang dalam proses, dan barang jadi yang umumnya terbatas pada observasi serta

pengajuan pertanyaan. Auditor dapat memeriksa area penyimpanan bahan baku


untuk menentukan apakah persediaan sudah dilindungi dari pencurian dan

penyalahgunaan dengan menggunakan kunci atau ukuran keamanan lainnya,

termasuk custodian (suatu lembaga yang bertanggung jawab untuk mengamankan

aset keuangan dari suatu perusahaan ataupun perorangan) persediaan. Auditor

dapat meminta custodian persediaan untuk menjelaskan tugas-tugasnya yang

terkait dengan mengawasi persediaan yang dimonitor olehnya. Jika auditor

menyimpulkan bahwa pengendalian fisik sangat tidak memadai sehingga

persediaan akan sulit dihitung secara akurat, auditor harus memperluas observasi

pengujian persediaan fisik untuk memastikan bahwa perhitungan yang memadai

telah dilakukan.

Dokumen dan Catatan untuk Mentransfer Persediaan perhatian auditor

terutama tertuju pada memverifikasi transfer persediaan dari satu lokasi ke lokasi

lainnya yang dicatat memang ada, semua transfer actual sudah dicatat, dan

kuantitas, deskripsi, serta tanggal semua transfer yang dicatat sudah akurat.

Produk yang diberi label dengan kode batang terstandardisasi yang dapat dipindai

oleh pembaca kode batang laser dan teknologi lainnya akan mempermudah klien

menelusuri pergerakan barang melalui prosuksi.

Ketika mengaudit transfer persediaan, pertama auditor harus memahami

pengendalian internal klien untuk mencatat transfer sebelum dapat melaksanakan

pengujian yang relevan. Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat

dengan mudah melaksanakan pengujian pengendalian atau pengujian substantif

atas transaksi dengan memeriksa dokumen serta catatan untuk menguji tujuan

keterjadian dan keakuratan bagi transfer barang dari ruang penyimpanan bahan
baku ke lini perakitan manufaktur. Sebagai contoh, auditor memperhitungkan

urutan permintaan bahan baku, memeriksa permintaan apakah telah disetujui

secea layak, dan membandingkan kuantitas, deskripsi, serta tanggal dengan

informasi yang catat dalam file induk persediaan perpetual bahan baku untuk

memverifikasi bahwa pengendalian terkait dioperasikan secara efektif dan

jumlahnya telah dicatat dengan benar. Demikian juga, auditor dapat

membandingkan catatan produksi yang telah lengkap dengan file induk

persediaan perpetual untuk memastikan bahwa semua barang yang diproduksi

telah dikirim secara fisik ke ruang penyimpanan barang jadi.

File Induk Persediaan Perpetual reliabilitas file induk persediaan perpetual

mempengaruhi penetapan waktu dan luas pemeriksaan fisik persediaan oleh

auditor. Jika file induk persediaan perpetual sudah akurat, auditor dapat menguji

persediaan fisik sebelum tanggal neraca. Perseriaa. fisik interim dapat

menghasilkan penghematan biaya yang signifikan baik klien maupun auditor, dan

memungkinkan audit diselesaikan lebih awal. Auditor juga dapat mengurangi

pengujian atas perhitungan persediaan fisik apabila klien memiliki catatan

persediaan perpetual yang dapat diandalkan dan menilai rendah risiko

pengendalian yang terkait dengan observasi persediaan.

Auditor menguji file induk persediaan perpetual dengan memeriksa

dokumentasi yang mendukung penambahan dan pengurangan jumlah persediaan

dalam file induk. Sebagai contoh, sebagai bagian dari pengujian atas catatan

perpetual, auditor dapat memeriksa dokumen pendukung aktivitas persediaan

yang mencakup penambahan persediaan bahan baku yang diperlukan,


pengurangan persediaan bahan baku yang akan digunakan dalam produksi,

kenaikan persediaan barang jadi ketika barang selesai diproduksi, dan

penurunannya ketika barang jadi telah terjual. Biasanya, relatif mudah menguji

keakuratan file induk persediaan perpetual setelah auditor menentukan rancangan

dan implementasi pengendalian internal persediaan serta tingkat penilaian risiko

pengendalian terkait. Auditor menguji catatan perpetual untuk akuisisi bahan baku

dalam siklus akuisisi dan pembayaran, sementara pengurangan barang jadi untuk

penjualan diuji dalam siklus penjualan dan penagihan.

Bagi banyak perusahaan, satu satunya dokumen tradisional yang ada adalah

bentuk elektronik dan sistem persediaan perpetualnya terintegrasi dengan

akuntansi lainnya. Akibatnya, auditor dapat menguji pengendalian komputer

untuk mendukung pengurangan risiko pengendalian, yang akan mengurangi

pengujian substantif sehingga audit kenjadi lebih efisien.

Catatan Biaya per Unit Keakuratan data biaya bahan baku, tenaga keja

langsung, dan overhead manufaktur sangatlah penting untuk menyatakan secara

wajar persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Agar data

biayanya akurat, klien harus mengintegrasikan catatan akuntansi biayanya dengan

catatan produksi dan akuntansi lainnya.

Ketika menguji catatan biaya persediaan, pertama auditor harus memahami

pengendalian internal dalam sistem akuntansi biaya. Pemahaman ini dapat

menghabiskan banyak waktu karena arus biaya dintegrasikan dengan catatan

akuntansi dalam tiga siklus lainnya: akuisisi dan pembayaran, penggajian dan

personalia, serta penjualan dan penagihan.


Setelah auditor memahami pengendalian internal yang mempengaruhi catatan

akuntansi biaya, pendekatan untuk melakukan verifikasi internal atas catatan

akuntansi biaya akan melibatkan konsep yang sama dengan yang dibahas dalam

verifikasi atas transaksi akuisisi, penggajian, dan penjualan. Biasanya auditor

menguji catatan akuntansi biaya sebagai bagian dari pengujian akuisisi,

penggajian, dan penjualan untuk menghindari menguji catatan lebih dari satu kali

dan untuk meningkatkan efisiensi audit. Ketika menguji transaksi akuisisi, auditor

harus menelusuri unit dan biaya per unit bahan baku ke penambahan yang dicatat

dalam file induk persediaan perpetual serta total biaya ke catatan akuntansi biaya.

Demikian juga, jika klien menyimpan data biaya penggajian atas pekerjaan yang

berbeda, auditor harus menelusuri dari ikhtisar penggajian secara langsung ke

catatan biaya pekerjaan ketika mengaudit penggajian.

Menentukan kewajaran biaya overhead manufaktur yang dibebankan ke

barang dalam proses sangatlah menantang bagi auditor karena manajemen harus

membuat asumsi yang mempengaruhi alokasi overhead yang dapat mempengaruhi

secara signifikan biaya per unit persediaan, sehingga penilaian persediaan menjadi

wajar. Dalam mengevaluasi alokasi biaya overhead tersebut, auditor harus

pampertimbangkan kelayakan metode alokasi, dengan mengasumsikan metode

tersebut sesuai dengan standar akuntansi, dan apakah diterapkan secara konsistem.

Biasanya manajemen mengalokasikan overhead dengan menggunakan total

nilai uang tenaga kerja langsung sebagai dasar alokasi. Dalam kasus ini, tingkat

overhead harus berupa total overhead manufaktur aktual yang tepat dibagi

demgan total nilai uang tenaga kerja langsung aktual. Karena auditor menguji

total overhead manufaktur sebagai bagian dari pengujian siklus akuisisi dan
pembayaran serta menguji tenaga kerja langsung sebagai bagian dari siklus

penggajian dan personalia, penentuan kewajaran tingkat overhead ini tidaklah

sulit. Akan tetapi, jika overhead manufaktur diterapkan atas dasar jam mesin,

auditor harus memverifikasi kewajaran jam mesin dengan pengujian terpisah

terhadap catatan mesin klien.

Karena pengendalian internal terhadap catatan akuntansi biaya sangat

berv8ariasi antar perusahaan, pengujian pengendalian khusus tidak bahas di sini.

Auditor harus merancang pengujian yang sesuai berdasarkan pemahamannya atas

catatan akuntansi biaya dan sejauh mana mereka akan bergantung pada hal

tersebut untuk mengurangi pengujian substantif.

2.4 Aktivitas Yang Ada Di Siklus Persediaan Dan Pergudangan

Audit siklus persedian dan pergudangan dapat dibagi menjadi lima aktivitas

yang berbeda dalam siklus :

1. Mengakuisisi dan mencatat bahan baku, tenaga kerja, dan overhead.

2. Mentransfer secara internal asset dan biaya.

3. Mengirimkan barang dan mencatat pendapatan serta biaya.

4. Mengamati persediaan secara fisik.

5. Menetapkan harga dan mengkompilasi persediaan.

2.5 Prosedur Analitis

Prosedur analitis merupakan hal yang penting dalam mengaudit siklus

persediaan dan pergudangan, seperti pada semua siklus lainnya. Selain

melaksanakan prosedur analitis yang memeriksa hubungan saldo akun persediaan


dengan akun laporan keuangan lainnya, auditor sering kali juga menggunakan

informasi nonkeuangan untuk menilai kelayakan saldo yang berkaitan dengan

persediaan. Sebagai contoh, seorang auditor mungkin perlu mengetahui ukuran

bobot dan bobot produk persediaan, metode penyimpanannya (tumpukan, tangki,

dan lainnya), dan kapasitas fasilitas penyimpanan (meter persegi yang tersedia)

untuk menentukan apakah persediaan yang tercatat konsisten dengan tempat

penyimpanan persediaan yang tersedia. Analitits, auditor memiliki dasar untuk

merancang serta melaksanakan pengujian rincian saldo persediaan akhir.

2.6 Observasi Fisik Persediaan

Karena persediaan sangat bervariasi untuk perusahaan yagn berbeda, maka

memahamiindustri dan bisnis klien merupakan hal yang lebih penting bagi

observasi fisik persediaan maupun penetapan harga dan kompilasi persediaan

ketimbang sebagian besar bidang audit lainnya.

1. Persyaratan observasi persediaan

Auditor diharuskan untuk melakukan pengujian observasi fisik atas

persediaan sejak sebuah kecurangan besar yang melibatkan pencatatan

persediaan yang tidak ada diungkapkan pada tahun 1938 di McKesson

Company. Kecurangan tersebut tidak ditemukan karena auditor tidak

mengamati secara fisik persediaan, yang saat itu tidak diharuskan.

Standar auditing mengharuskan auditor untuk menerima efektivitas

metode penghitungan persediaan klien dan ketergantungan yang dapat

mereka tempatkan pada representasi klien mengenai kuantitas serta

kondisi fisik persediaan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, auditor


harus:

a. Hadir pada saat klien menghitung persediaannya untuk

menentukan saldo akhir tahun

b. Mengamati prosedur perhitungan klien

c. Mengajukan pertanyaan kepada personil klien mengenai

prosedur perhitungannya

d. Melakukan pengujian atas perhitungan fisik independen

mereka sendiri

2. Pengendalian terhadap perhitungan fisik

Pengendalian yang memadai terhadap perhitungan fisik persediaan

klien meliputi intruksi klien yang benar untuk melakukan perhitungan

disik, supervisi oleh personil perusahaan yang bertanggung jawab,

verivikasi internal yang independen antara perhitunagn fisik dengan file

induk persediaan perpetual, dan pengendalian klien yang memadai

terhadap lembar perhitungan atau tag yang digunakan untuk mencatat

perhitungan persediaan.

3. Keputusan audit

Keputusan auditor dalam observasi fisik persediaan serupa dengan

yang dibuat untuk bidang audit lainnya. Keputusan itu meliputi memilih

prosedur audit, memutuskan waktu prosedur, menentukan ukuran sample,

dan memilih item-item yang akan diuji.

a. Penetapan waktu

Auditor memutuskan apakah perhitungan fisik dapat dilakukan

sebelum akhir tahun terutama atas dasar kekakuratan file induk


persediaan perpetual jika klien melakukan perhitungan fisik interim,

yang hanya akan disetujui auditor apanila pengendalian internalnya

efektif, auditor akan mengamati perhitungan persediaan pada saat itu,

dan juga menguji transaksi yang dicatat dalam catatan persediaan

perpetual dari tanggal perhitungan hingga akhir tahun.

b. Ukuran sample

Jumlah item persediaan yag harus dihitung auditor sulit dirinci karena

auditor berfokus pada mengamati prosedur klien dan bukan pada

memilih item yang akan diuji.

c. Pemilihan item

Ketika mengamati klien yang menghitung persediaan, auditor harus

berhati-hati untuk:

- Mengamati perhitungan item-item yang paling signifikan dan

sample representatif dari item persediaan yang umum

- Menyelidiki item yang mungkin telah usang atau rusak

- Membahas dengan manajemen menyangkut alasan mengeluarkan

setiap item yang material

4. Pengujian observasi fisik

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang sama seperti yang dibahas

pada bagian sebelumnya untuk pengujian atas rincian saldo menyediakan

kerangka refrensi bagi pembahasan tentang pengujian observasi fisik.

Bagian paling penting dari observasi persediaan adalah menentuakn

apakah perhitungan fisik telah dilakukan sesuai dengan intruksi klien.

Untuk melakukan hal ini secara efektif, auditor harus hadir ketika
perhitungan fisik dilakukan.

2.7 audit penetapan harga dan kompilasi

2.8 integrasi pengujian

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai