Anda di halaman 1dari 19

AUDIT SIKLUS PERSEDIAAN, PERGUDANGAN DAN PEMBAYARAN UTANG

USAHA

I. Siklus Persediaan dan pergudangan


Siklus persediaan dan pergudangan merupakan siklus yang unik karena hubungannya
yang erat dengan siklus siklus transaksasi lainnya. Audit terhadap persediaan, terutama
pengujian saldo persediaan akhir tahun, sering kali merupakan bagian yang paling
kompleks dan paling menghabiskan waktu audit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas audit persediaan termasuk:
· Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca.
· Persediaan seringkali berada pada lokasi yang berbeda, yang membuat pengendalian
dan perhitungan fisik menjadi sulit.
· Seringkali sulit bagi auditor untuk mengamati dan menilai ite persediaan yang berbeda
seperti perhiasan, bahan kimia dan suku cadang elektronik.
· Penilaiaan persediaan juga sulit apabila estimasi keuangan persediaan merupakan hal
yang penting dan apabila biaya manufaktur harus dialokasikan ke persediaan.
· Terdapat beberapa metode penilian pesediaan yang dapat diterima dan beberapa
organisasi ingin menggunakan metode penilaian yang berbeda untuk berbagai bagian
persediaan yang dapat diterima menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum.
 
 Fungsi Bisnis Dalam Siklus Serta Dokumen dan Catatan Terkait
Siklus pesediaan dan pergudangan dapat dianggap terdiri dari dua sistem yang terpisah
tetapi berkaitan erat, dimana yang satu melibatkan arus fisik barang dan lainnya dengan
biaya terkait. Enam fungsi akan membentuk siklus pesediaan dan pergudangan.
1. Memproses pesanan pembelian
Siklus persediaan dan pergudangan dimulai dengan akuisisi bahan baku untuk
produksi. Pengendalian yang memadai terhadap pembelian harus diselenggarakan
apakah pembelian persediaan adalah berupa bahan baku bagi suatu perusahaan
manufaktur atau barang jadi bagi perusahaan ritel. Permintaan pembeliaan adalah
formulir yang digunakan untuk meminta departemen pembeliaan untuk memesan
persedian dapat dilakukan oleh personil ruang penyimpanan bahan baku.
2. Menerima bahan baku
Penerimaan bahan yang pesan, yang juga merupakan bagian dari siklus akuisisi
dan pembayaran, melibatkan inspeksi atas bahan yang diterima menyangkut
kuantitas dan kualitas.departemen penerimaan akan membuat laporan penerimaan
yang menjadi bagian dari dokummentasi sebelum pembayaran dilakukan. Setelah
diinspeksi bahan itu dikirim ke ruang penyimpanan dan salinan dokumen
penerimaan biasanya diserahkan kebagian pembelian, ruang penyimpanan dan
utang usaha.
3. Menyimpan bahan baku
Setelah diterima, bahan itu biasaya disimpan di ruang penyimpanan. Ketika
departemen lainnya memerlukan bahan untuk produksi, personil ruang
penyimpanan menyerahkan permintaan bahan yang telah disetujui secara layak,
mengerjakan pesanan atau dokumenn serupa atau pemberitahuan elektronik yang
mengindikasikan jenis dan kuantitas bahan yang diperlukan.
4. Memproses barang
Pemrosesan persediaan sangat bervariasi dari perusahaan ke perusahaan.
Perusahaan menetukan item dan kuantitas barang jadi yang akan dibuat
berdasarkan pesanan khusus dari pelanggan, peramalan penjualan, tingkat
persediaan barang jadi yang telah ditentukan sebelumnya dan operasi produksi
yang ekonomis.
Catatan akuntansi biaya (cost accounting record) terdiri dari file induk,
neraca lajur dan laporan yang mengakumulasikan biaya bahan, tenaga kerja dan
overhead berdasarkan pekerjaan atau produk telah selesai, biaya yang terkait
ditransfer dari barang dalam proses ke barang jadi pada laporan departemen
produksi.
5. Menyimpan barang jadi
Ketika barang jadi telah selesai, barang itu ditempatkan di ruang penyimpanan
menunggu dikirim. Dalam perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang
baik, barang jadi disimpan di bawah pengendalian fisik yang terpisah, di suatu
area dengan akses terbatas. Pengendalian barang jadi sering kali dianggap sebagai
bagian dari siklus penjualan dan penagihan.
6. Mengirimkan barang jadi\
Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan dan penagihan.
Pengiriman aktual barang kepada pelanggan dalam pertukaran dengan kas atau
aktiva lainnya, seperti piutang usaha, menciptakan pertukaran aktiva yang
diperlukan untuk memenuhi kriteria pengakuan pendapatan. Untuk sebagian besar
transaksi penjualan, pengfiriman aktual merupakan pemicu untuk mengakui
piutang usaha terkait dan penjualan terkait dalam sistem akuntansi.
 Bagian Audit Persediaan
Tujuan keseluruhan dari audit siklus pesediaan dan pergudangan adalah untuk
menyediakan kepastian bahwa laporan keuangan memperhitungkan secara wajar bahan
baku, barang dalam proses, persediaan barang jadi dan harga pokok penjualan. Audit
siklus persediaan dan pergudangan dapat dibagi menjadi lima aktivitas yang berbeda
dalam siklus:
1). Mengakuisisi dan mencatat bahan baku, tenaga kerja dan overhead
2). Menstransfer secara internal aktiva dan biaya
3). Mengirimkan barang dan mencatat pendapatan serta biaya
4). Mengamati persediaan secara fisik
5). Menetapkan harga dan mengkompilasi persediaan.

 Audit Akuntansi Biaya

 Pengendalian Akuntansi Biaya (Cost Accounting Records)

Adalah pengendalian yang berhubungan dengan pemrosesan yang


mempenaruhi persediaan fisik dan penelusuran biaya terkait dari saat bahan
baku diminta hingga produk selesai dibuat dan ditransfer ke penyimpanan.
Jadi pengendalian tersebut dapat dibagi ke dalam dua ketegori luas:

a. Pengendalian fisik terhadap bahan baku, barang dalam proses dan


persediaan barang jadi.
b. Pengendalian terhadap biaya terkait.
Hampir semua perusahaan memerlukan pengendalian fisik terhadap aktivanya
untuk mencegah kerugian akibat penyalahgunaaan dan pencurian. Untuk melindungi
aktiva, sebagian besar perusahaan memisahkan secara fisik dan membatasi akses ke
area penyimpanan bahan baku, barang dalam proses, serta barang jadi untuk
mengendalikan pergerakan persediaan.

 Pengujian Akuntansi Biaya

Konsep untuk mengaudit akuntansi biaya persediaan tidak jauh berbeda


dengan yang dibahas untuk siklus transaksi lainnya. Auditor sangat
memperhatikan empat aspek akuntansi biaya berikut:

a. Pengendalian fisik terhadap persediaan

Auditor menguji pengendalian fisik terhadap bahan baku, baeang


dalam proses, dan barang jadi terbats pada observasi serta pengajuan
pertanyaan

b. Dokumen dan catatan untuk menstransfer persediaan

Perhatian auditor terutama pada memverifikasi tranfer persediaan


dari satu lokasi ke lokasi lainnya yang dicatat memang ada, semua
transfer aktual sudah dicatat, dan kuantitas, deskripsi, serta tanggal
semua transfer yang dicatat sudah akurat. Ketika mengaudit transfer
persediaan, pertama auditor harus memahami pengendalian internal
klien untuk mencatat transfer sebelum dapat melaksanakan pengujian
yang relevan. Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat
dengan mudah melaksanakan pengujian pengendalian atau pengujian
substantif atas transfer dengan memeriksa dokumen serta catatan untuk
menguji tujuan keterjadain dan keakuratan bagi transfer barang dari
ruang penyimpanan bahan baku ke lini perakitan manufaktur.

c. File induk persediaan


Reliabilitas file induk persediaan perpetual mempengaruhi penetapan
waktu dan lingkup pemeriksaan fisik persediaan oleh auditor. Jika file
induk persediaan perpetual sudah akurat, auditor dapat menguji
persediaan fisik sebelum neraca.

d. Catatan biaya per unit

Keakuratan data biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead
manufaktur sengatlah penting untuk menyatakan secara wajar
persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Agar data
biayanya akurat, klien harus mengintegrasikan catatan akuntansi
biayanya dengan catatan produksi dan akuntansi lainnya.  

II. Pembayaran Utang Usaha

 Pengujian Substantif Atas Saldo Utang Usaha


   Huang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan
merupakan faktor yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek
perusahaan. Hutang usaha juga biasanya dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi
dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan
audit atas saldo aktiva, audit atas hutang lebih ditekankan pada asersi kelengkapan
daripada asersi eksistensi atau kejadian. Alasannya adalah bahwa manajemen termotivasi
untuk memanipulasi hutang, maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar
dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.
Tujuan Pengujian Substantif terhadap utang usaha adalah:
a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan utang usaha
b. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca
c. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkpaan saldo utang usaha yang disajikan di neraca
d. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca
e. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca

 Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian
mengenai kewajaran saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia harus
memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan yang mendukung
informasi utang usaha yang disajikan dalam neraca. Untuk itu auditor melakukan
rekonsiliasi antara saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca dengan akun
Utang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan
register cek.
 Membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang
dicantumkan di neraca. Dalam pengujia substantif terhadap utang pada umumnya,
pengujian ditunjukkan untuk menemukan kemungkinan adanya unrecorded
liabilities. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva dan keterjadian transaksi
yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan berbagai pegujian
substatif berikut ini :
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi
3. Pemeriksaan batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
4. Konfrimasi piutang usaha
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang
usaha yang diterima oleh klien dari krediturnya
 Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di neraca. Utang
usaha harus disajikan di neraca pada fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain
sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca.
Dengan demikian tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang
usaha pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih ditunjukkan
untuk mencari adanya unrecorded liabilities pada tanggal tersebut. Untuk
membuktikannya, auditor melakukan berbagai pengujian substantif yang sama ketika
membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang dicantumkan di neraca.
 Membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di
neraca. Utang usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada
kreditur pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan kewajiban klien yang tercermin
dalam utang usaha yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif
berikut ini :
a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
b. Konfirmasi piutag usaha
c. Rekonsiliasi utang yang tdaik dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima
klien oleh krediturnya
 Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Penyajian
dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus didasarkan pada prinsip
akuntansi berterima umum. Pengujian substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk
mencapai salah satu tujuan untuk membuktikan apakah neracanya sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Pengujian substantif untuk membuktikan asersi penyajian dan
pegungkapan utang usaha di neraca adalah :
o Konfirmasi utang usaha
o Rekonsiliasi untang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima
oleh klien dan krediturnya
o Pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima
umum.

 Program pengujian substantif terhadap utang usaha


program pengujian substantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang
untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan. Tahap-tahap prosedur audit
dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai pemeriksaan yang bersifat
rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini :
1). Prosedur audit awal
Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di
dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal
neraca,auditor melakukan rekonsialiasi antara informasi utang usaha yang
dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi
ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha
yang dicantumkan di neraca di dukung dengan catatan akuntansi yang dapat
dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini dalam
melakukan rekonsiliasi informasi utang usaha di neraca dengan catatan akuntansi
yang bersangkutan :
o Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun utang usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang
usaha yang tercantum dineraca di dukung dengan catatan akuntansi yang dapat
dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya,maka saldo utang usaha yang
dicantumkan di neraca diusut ke akun buku besar berikut ini :
 utang usaha
akun ini digunakan untuk menampung transaksi timbulnya utang dari
transaksi pembelian berbagai golongan sediaan dan pelunasannya. Jika
perusahaan menggunakan sistem bukti kas keluar (Voucher system) dalam
pengendalian kasnya,akun utang usaha ini disebut dengan akun bukti kqas
keluar yang akan dibayar (Voucher payable)
 utang wesel
utang wesel merupakan utang wesel yang dibuktikan dengan surat berharga
(berupa sertifikat wesel) yang dipegang oleh kreditur,sehingga kreditur dapat
menjualnya kepada pihak lain. Utang ini timbul dari transaksi pembelian
berbagai golongan sediaan. Utang wesel dibagi menjadi dua golongan: utang
wesel berbunga dan utang wesel tidak berbunga.
o Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar untuk memperoleh keyakinan
mengenai ketelitian perhitungan saldo akun utang usaha, auditor menghitung kembali
saldo akun utang usaha dan utang wesel,dengan cara menambah saldo awal dengan
jumlah pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun
tersebut.
o Usut saldo awal aku utang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu sebelum auditor
melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun utang usaha,ia
perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal akun tersebut. Untuk
mencapai tujuan ini,auditor melakukan pengusutan saldo awal akun utang usaha ke
kertas kerja tahun yang lalu. Kertas kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi
tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun lalu,sehingga
auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam
menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.
o Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun aktiva tetap dan akumulasi depresiasinya ketidakberesan dalam transaksi
pembelian, pelunasan utang usaha dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar
biasa,baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun utang usaha.
o Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang
bersangkutan untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan
pengurangan utang usaha berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pengkreditan
didalam akun utang usaha diusut ke jurnal pembelian atau register bukti kas keluar
dan pendebitan ke akun tersebut diusut ke jurnal pengeluaran kas atau check
register dan jurnal umum (untuk transaksi retur pembelian).
o Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol utang usaha di
buku besar saldo akun kontrol utang usaha di buku besar tersebut,kemudian
dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip
bukti kas keluar yang belum dibayar untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan
akuntansi klien yang bersangkutan dengan utang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.
 Prosedur Analitik
    Pada tahap awal pengujian substantive terhadap utang usaha, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan
perhitungan berbagai ratio berikut.

Ratio                                                                     Formula
Tingkat perputaran utang usaha                             Pembelian : Rerata utang usaha
Rata utang usaha dengan utang lancar                   Saldo utang usaha : Utang lancar

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya
ratio tahun yang lalu, rerata ratio industry, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini
membantu auditor mengungkapkan. (1) peristiwa transaksi yang tidak biasa, (2) perubahan
akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak, atau (5) salah saji.

 Pengujian terhadap Transaksi Rinci


Karena hampir semua saldo utang lancar, seperti utang usaha dan utang wesel, didukung
dengan dokumen yang berasal dari pihak luar, maka keberadaan saldo akun utang dan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut dibuktikan oleh auditor dengan
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen transaksi tersebut. Dalam memverivikasi
saldo utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut, auditor
memeriksa arsip bukti kas yang belum dibayar beserta surat pendukungnya seperti
surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok.
Dalam memverifikasi utang wesel, meskipun sertifikat wesel berada di tangan
kreditur, namun biasanya klien memiliki copy sertifikat wesel tersebut. Dengan
demikian, verifikasi keberadaan utang wesel dilakukan oleh auditor dengan
memeriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien. Dalam memverifikasi
keberadaan utang bank, auditor meminta surat perjanjian penarikan kredit dari
bank untuk membuktikan eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh
informasi mengenai syarat-syarat kredit dan jumlah pokok pinjaman, kekayaan
yang dijaminkan, serta tarif bunga.

Keandalan saldo utang usaha yang ditentukan oleh keterjadian transaksi yang dikredit
dan didebitkan ke dalam akun Utang usaha berikut ini :

a.       Transaksi pembelian kredit

b.      Transaksi retur pembelian

c.       Transaksi pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha.


Di samping itu, keandalan saldo utang usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah batas
yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut di atas. Oleh karena itu, auditor
melakukan pengujian substantive terhadap transaksi rinci yang mengkredit dan mendebit akun
Utang Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan
dengan akun tersebut.

Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha ke Dokumen yang
Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut. Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku
pembantu utang usaha. Pengujian dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini :

1.       Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.

2.       Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.

PERIKSA PENGKREDITAN AKUN UTANG USAHA KE DOKUMEN PENDUKUNG :


BUKTI KAS KELUAR (VOUCHER), LAPORAN PENERIMAAN BARANG, DAN
SURAT ORDER PEMBELIAN. Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah
kredit akun kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut
ini :

1.       Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen pendukunya : laporan
penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasok, dan surat order pembelian

2.       Memeriksa kelengkapan dokumen dan mendukung bukti kas keluar

3.       Menyesuaikan kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan dokumen
pendukugnya

4.       Memeriksa kebenaran data tang di-posting ke dalam akun kreditur berdasarkan kas keluar

5.       Memastikan bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat di sebelah kredit akun
kreditur

PERIKSA PENDEBITAN AKUN UTANG USAHA KE DOKUMEN PENDUKUNG :


BUKTI KAS KELUAR MEMO DEBIT UNTUK RETUR PEMBELIAN. Auditor
mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah debit akun kreditur yang terpilih dalam
sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini :

1.       Mengambil dari arsip klien bukti atas kas keluar dan memo debit beserta dokumen
pendukungnya : surat tagihan, atau kuitansi dari kreditur, dan laporan pengiriman barang (untuk
retur pembelian)

2.       Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar dan memo debit

3.       Memeriksa kesesuaian data  yang tercantum dalam bukti kas keluar dan memo debit
dan dokumen pendukunya

4.       Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun kreditur berdasarikan bukti kas
keluar dan memo debit

5.       Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang disampel telah dicatat di
sebelah debit akun kreditur

                  Lakukan Verifikasi Pisah Batas (Cut off) Transaksi Pembelian dan Retur
Pembelian

                  Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien


menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi pembelian
dan retur pembelian yang termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun
sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan tanggal pisah batas yang konsisten, akibatnya
adalah transaksi pembelian yang seharusnya diakui sebagai unsur penentuan kos barang
yang dijual tahun berikutnya, dicatat oleh klien sebagai unsur kos barang yang dijual
tahun yang diaudit. Di lain pihak, transaksi pembelian tahun yang diaudit dapat diakui oleh
klien sebagai unsure kos barang yang dijual tahun berikutnya. Dengan demikian jika klien tidak
konsisten dalam menggunakan tanggal pisah batas, perhitungan rugi laba akan terpengaruh
langsung. Oleh karena itu, auditor melakukan pemeriksaan terhadap transaksi pembelian
dan retur pembelian, serta transaksi pengeluaran kas untuk pembayaran utang usaha
ynag terjadi dalam beberpa minggu sbelum dan sesudah tanggal neraca, untuk
menentukan perlakuan yang tepat terhadap pengakuan kos barang yang dijual dan
pencatatan transaksi pengurangan utang usaha.

PERIKSA DOKUMEN YANG MENDUKUNG TIMBULNYA UTANG USAHA DALAM


MINGGU TERAKHIR TAHUN YANG DIAUDIT DAN MINGGU PERTAMA SETELAH
TANGGAL NERACA.  Untuk membuktikan bahwa klien menggunakan pisah batas yang
konsisten terhadap transaksi pembelian, auditor memeriksa bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien dalam periode sebelum dan sesudah
tanggal neraca. Dengan membandingan tanggal bukti kas keluar, faktur pembelian dari
kreditur, tanggal laporan penerimaan barang, dan syarat pembelian yang digunakan, auditor
dapat membuktikan apakah transaksi pembelian dan timbulnya utang yang terjadi dalam perode
sebelum dan sesudah tanggal neraca, telah dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya.

PERIKSA DOKUMEN YANG MENDUKUNG BERKURANGNYA UTANG USAHA


DALAM MINGGU TERAKHIR TAHUN YANG DIAUDIT DAN MINGGU PERTAMA
SETELAH TANGGAL NERACA. Untuk membuktikan ketepaan pisah batas dalam transaksi
berkurangnya utang usaha karena pembayaran kas kepada kreditur, auditor memeriksa
dokumen bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas dari kreditur yang dipakai sebagai
basis pencatatan ke dalam kartu utang. Dengan pemeriksaan ini, auditor dapat membuktikan
ketepatan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam mencatat pengurangan utang usaha dari
pembayaran kas kepada kreditur.

LAKUKAN VERIFIKASI PISAH BATAS (CUT OFF) TRANSAKSI PENGELUARAN


KAS. Untuk membuktikan ketepatan pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor melakukan
observasi terhadap semua cek yang dibayarkan pada hari terakhir tahun yang diaudit untuk
membuktikan ketepatan pencatatan pengeluaran kas dalam periode akuntansi yang seharusnya.

Periksa adanya utang usaha yang tidak dicatat


sebagaimana telah diuraikan dalam karakteristik utang usaha,klien memiliki kecenderungan
untuk melakukan understatement utang usaha dengan cara tidak mencatat kewajiban klien pada
tanggal neraca. Oleh karena itu, fokus auditor dalam pengujian substantif terhadap utang usaha
adalah menemukan adanya unrecorded transactionsyang berkaitan dengan utang usaha.

            utang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari
berbagai keadaan berikut ini :

1.      Adanya dokumen-dokumen (misalnya surat order pembelian,laporan penerimaan barang dan


faktur pembelian dari pemasok) yang belum diproses untuk pembayaran pada tanggal neraca,
dan baru dibuatkan bukti kas keluar setelah tanggal neraca.

2.      Adanya barang-barang yang diterima sebelum tanggal neraca, namun faktur dari pemasok baru
diterima setelah tanggal neraca.

3.      klien menggunakan basis tunai (cash basis) dalam melaksanakan sistem bukti kas keluarnya
(voucher system).

4.      Adanya jasa yang telah dinikmati oleh klien sebelum tanggal neraca,namun penjual jasa baru
menagih harga jasa tersebut setelah tanggal neraca (misalnya biaya iklan bulan Oktober sampai
dengan Desember,baru ditagih oleh perusahaan surat kabar bulan Januari tahun berikutnya).

prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal
neraca :

1.      periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat setelah tanggal
neraca.

2.      periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.

3.      periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk.

4.      pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien.

5.      lakukan review terhadap anggaran modal (Capital Budget),perintah kerja (work order), dan
kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum dicatat.
jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal neraca belum dicatat dan tidak
disajikan di neraca, ada dua jalan yang dapat ditempuh oleh auditor, yaitu : (1)
mengusulkan adjustment kepada klien untuk mencatat utang tersebut, (2) tidak
mengusulkan adjustment kepada klien, dan membiarkan utang tersebut tetap tidak
tercatat. Kriteria yang umumnya dipakai oleh auditor untuk memutuskan apakah akan
mengusulkan adjustment mengenai utang yang belum dicatat tersebut adalah :

1.      apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut,penentuan laba-rugi didalam tahun yang diaudit
akan terpengaruh secara material? jika jawabannya "ya", maka auditor harus mengusulkan
kepada klien untuk mencatat utang yang belum dicatat tersebut.

2.      apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut akan mempengaruhi jumlah modalkerja secara
material? jika jawabannya "ya" maka auditor harus mengusulkan jurnal adjustmentuntuk
mencatat utang tersebut.

Pengujian terhadap saldo akun rinci

tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk memverifikasi :

a.      keberadaan

b.      kelengkapan

c.       kewajiban

d.      penyajian dan pengungkapan

keberadaan,kelengkapan,kewajiban,serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca


dibuktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi
utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari
kreditur.
Lakukan konfirmasi utang usaha

konfirmasi dalam pengujian substantif terhadap utang usaha merupakan prosedur yang tidak
harus ditempuh (bukan merupakan mandatory procedure ) seperti halnya dengan konfirmasi
piutang usaha. Ada tiga sebab mengapa prosedur konfirmasi bukan merupakan
merupakan mandatory procedure  dalam pengujian substantif terhadap utang usaha :

1.      Tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha adalah untuk menemukan


adanya unrecorded liabilities. Konfirmasi tidak dapat menentukan keberadaan utang
usaha yang belum dicatat pada tanggal neraca.

2.      konfirmasi dilakukan untuk memperoleh bukti dari pihak luar yang dapat dipercaya. Dalam
pengujian substantif terhadap utang usaha, auditor dapat memperoleh bukti-bukti dari pihak luar,
seperti faktur dari pemasok dan pernyataan piutang dari kreditur.

3.      kebanyakan utang usaha yang tercatat pada tanggal neraca telah dibayar oleh klien sebelum
auditor menyelesaikan pekerjaan lapangannya. Pembayaran ini  merupakan bukti adanya utang
usaha pada tanggal neraca.

            Prosedur konfirmasi utang usaha ditempuh oleh auditor jika dua kondisi berikut ini
terdapat dalam perusahaan yang diaudit :

1.      pengendalian terhdap utang usaha lemah.

2.      Dalam pengujian substantif tidak dapat dijumpai adanya pernyataan piutang dari kreditur.

            jika prosedur konfirmasi ini dilaksanakan oleh auditor, kreditur yang dipilih untuk
dikirimi surat konfirmasi adalah :

1.      kreditur yang melakukan penjualan yang besar kepada klien dalam tahun yang diaudit.

2.      Kreditur yang memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa sifatnya.

3.      Krediturnya mempunyai hubungan istimewa dengan klien (misalnya hubungan antara induk
dengan anak perusahaan).

·         Periksa Dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha setelah tanggal neraca
Dengan memeriksa dokumen pendukung tersebut, auditor dapat memperoleh keyakinan bahwa
utang usaha yang tercantum di neraca benar-benar ada dan adanya utang usaha yang tidak dicatat
pada tanggal neraca.

·         Lakukan Rekonsiliasi Utang Usaha yang Tidak Dikonfirmasi ke Pernyataan Piutang Bulanan
yang diterima oleh Klien dari Kreditur.

Utang klien kepad debitur yang tidak di konfirmasi dapat diverifikasi keberadaanya melalui
rekonsiliasi akun utang kepada kreditur dengan surat pernyataan piutang yang diterima secara
bulanan dari kreditur.

VERIFIKASI PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

·         Periksa Klasifikasi Utang Usaha di Neraca.

Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan atuh temponya. Jika jumlahnya
material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi 3 golongan yaitu :

a.       Utang usaha kepada kreditur usaha

b.      Utang usaha kepada perusahaan afiliasi

c.       Utang usaha kepada direksi, pemegang saham utama, manager, dan karyawan perusahaan.

Saldo debit utang usaha yang jumlahnya material harus dikelompokan menjadi unsur aktiva
lancar, auditor berkewajiban menggolongkan kembali akun Utang Usaha yang bersaldo debit
besar ke dalam kelompok aktiva lancar.

·         Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan degan Utang Usaha.

Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara memadai di neraca atau
dalam penjelasan laporan keuangan.

·         Mintalah Informasi dari Klien untuk Menemukan Komitmen yang Belum Diungkapkan dan
Utang Bersyarat dan Periksa Penjelasan yang Bersangkutan dengan Utang Tersebut.

Pemakai laporan keuagan berkepentingan untuk mengetahui informasi mengenai komitmen yang
telah di buat oleh klien dan kewajiban bersyarat pada neraca, Auiditor berkewajiban untuk
menentukan ada atau tidaknya komitmen yang tidak diungkapkan dan utang bersyarat pada
tanggal neraca.

Utang bersyarat / contingent liabilties adalah kewajiban potensial yang mempunyai


kemungkinan akan sungguh-sungguh menjadi utang / akan dapat diselesaikan tanpa pengeluaarn
uang di masa

Utang yang belum di catat / unrecorded liability adalah pada tanggal neraca sudah merupakan
kewajiban namun belum di catat apakah suatu utang bersyarat akan menjadi utang atau tidak
sangat bergantung dari kejadian  pada masa yang akan datang.

Contoh utang bersyarat adalah utang wesel yang di diskontokan ke bank. Jika pihak yag
mengeluarkan wesel gagal ememnuhi kewajibanya, maka bank akan meagih nominalnya
langsung kepada klien.

Utang bersyarat ini harus di cantumkan di neraca dengan salah satu dari tiga cara :

a.       Utang bersyarat dicantumkan di dalam anda kurung, dalam kelompok utang lancar. Jumlah
utang bersyarat ini tidak ditambahkan kepada utang lancar yang lain.

b.      Utang bersyarat dicantumkan di bawah judul “Utang Bersyarat” di neraca. Jumlah utang
bersyarat tidak diperhitungkan dalam jumlah utang lancar.

c.       Jika memerlukan penjelasan yang panjang, utang bersyarat disajikan di bagian penjelasan
laporan keunagan (notes to financail statemen).

·         Pelajari Notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan

Notulen yang diselenggarakan oleh dewan direksi dapat menunjukan kontrk-kontrak penting
yang akan di tanda tangani oleh klien seperti keputusan-keputusan yang menyangkut anak,
perusahaan yang semuaya ber[potensi menilmbulkan utang bersyarat

·         Periksa Kontrak-Kontrak Pembelian, Penjualan, Dan Kontrak Yang Lain.


Setiap kontrak yang di tanda tangani oleh klien menimbulkan komitmen berupa kesanggupan &
keterikatan di pihak klien untuk melakukan sesuatu di masa yang akan datang seperti yang
tertulis di dalam kontrak. Semua komitmen yang melibatkan jumlah rupiah yang material perlu
dijelaskan di bagian Penjelasan Laporan keuangan di bawah judul “ UTANG BERSYARAT “.

·         Mintalah Informasi dari pengacara klien mengenai Perkara Pengadilan yang melibatkan klien

Meliputi :

A.      Gambaran perkara pengadilan yang melibatkan klien yang ditangani oleh pengacara yang
bersangkutan.

B.      Suatu penilaian terhadap kemungkinan keputusan pnegadilan yang tidak menguntungkan klien
akibat perkara yang di gambar tersebut.

C.      Suatu taksiran kerugian yang mungkin diderita oleh klien akibat perkara pengadilan tersebut
atau suatu pernyataan dari pengacara bahwa taksiran kerugian tidak mungkin dilakukan oleh
pengacara

D.      Suatu pernyataan jumlah honorarium pengacara yang belum di tagih.

·         KIrimkan Konfirmasi ke bank

Auditor meminta informasi dari bank mengenai kewajiban bersyarat yang menjadi tanggung
jawab klien pada tanggal neraca

·         Pelajari Arsip Korespondensi Klien Dengan Lembaga Keuangan

Arsip korespondensi akan memberikab informasi mengenai persetujuan pemberian jaminan


terhadap utang yang di tarik oleh perusahaan lain dan penjualan piutang usaha.

Anda mungkin juga menyukai