Anda di halaman 1dari 34

PERTEMUAN 18: PERSEROAN TERBATAS

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu dan memahami akuntansi
komersial dan perpajakan seperti: karakteristik perseroan, pembentukan
perseroaan, modal perseroan, modal disetor, penerbitan saham, akuntansi untuk
saham yang diperoleh kembali, pemecahan saham, akuntansi untuk dividen,
laporan laba ditahan, dan pelaporan modal perseroaan.

B. URAIAN MATERI
1. Karakteristik Perseroan
Perseroan adalah sebuah badan hukum, yang dibedakan dan terpisah dari
individu-individu yang mendirikan dan menjalankan organisasi tersebut. Sebagai
badan hukum, perseroan harus tunduk terhadap ketentuan-ketentuan (Undang-
undang) yang berlaku di mana perusahaan tersebut didirikan, termasuk ketentuan
untuk membayar pajak atas laba yang dihasilkan organisasi.
Dilihat dari kepemilikannya, perseroan dapat dibedakan antara perseroan yang
dimiliki oleh publik (masyarakat luas) dan perseroan yang hanya dimiliki oleh
sekelompok orang tertentu saja. Perseroan yang sahamnya diperdagangkan secara
luas kepada publik di bursa efek (pasar modal) dinamakan public corporation,
sedangkan perseroan yang sahamnya tidak diperdagangkan kepada publik
melainkan hanya dimiliki oleh sekelompok keci investor saja dinamakan
nonpublik (private) corporation.
Sebagai badan hukum yang terpisah dan dibedakan dari pemiliknya, perseroan
bertindak atas namanya sendiri, bukan atas nama investornya (pemegang saham).
Perseroan dapat membeli, memiliki, dan menjual properti atas namanya sendiri.
Demikian juga jika perseroan melakukan transaksi peminjaman uang, maka
transaksi pinjaman ini akan dimasukan ke dalam sebuah kontrak (yang mengikat
secara hukum) atas nama perseroan itu sendiri. Berbeda dengan firma, di mana
tindakan pemilik (anggota sekutu) akan mengikat firma secara keseluruhan. Di
perseroan, tindakan pemegang saham tidak akan mengikat perseroan.

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 1


Para pemegang saham memiliki kewajiban yang terbatas. Kreditor hanya berhak
atau memiliki klaim (tuntutan) terhadap aktiva perusahaan saja, bukan atas harta
pribadi pemegang saham. Kewajiban atau tanggungjawab pemegang saham hanya
sebatas pada jumlah investasi yang dilakukannya dalam perseroan. Dalam kasus
bangkrutnya perseroan, secara hukum, kerugian keuangan yang akan menjadi
tanggungan pemegang saham adalah sebatas pada jumlah investasi modal yang
telah disetornya ke dalam perseroan.
Kepemilikan perseroan terbagi dalam bentuk lembar saham. Pemegang saham
adalah orang yang membeli dan memiliki saham perseroan. Pemegang saham
dapat melepas sebagian atau seluruh kepemilikannya dalam perseroan dengan cara
menjual sahamnya. Pemindahaan hak kepemilikan di antara pemegang saham
(melalui transaksi pembelian dan penjualan saham) tidak akan memengaruhi
eksistensi dan kesinambungan aktivitas operasional perseroan. Perseroan biasanya
relatif lebih mudah dalam memperoleh modal melalui penerbitan saham.
Karakteristik ini telah membuat perseroan mampu untuk meningkatkan modal
dalam jumlah yang besar. Pemegang saham sendiri biasanya tertarik untuk
membeli saham perseroan karena tanggungjawabnya yang terbatas (seperti yang
telah dijelaskan di atas) dan kemudahannya dalam melakukan penjualan kembali
atas lembar saham yang telah dimilikinya.
Secara hukum, pemegang saham dapat dikatakan sebagai pemilik perusahaan dan
akan mengendalikan perusahaan (secara tidak langsung) dengan cara memilih
dewan komisaris. Dewan komisaris ini memiliki wewenang untuk menetapkan
seluruh kebijakan perusahaan, baik yang menyangkut kebijakan operasional
maupun keuangan (finansial) perusahaan. Untuk selanjutnya, dewan komiisaris
akan mengangkat atau memperkerjakan seorang presiden direktur (direktur
utama) dan satu atau beberapa wakilnya (direktur), yang tugasnya adalah
melaksanakan seluruh kebijakan yang telah ditetapkan dan menjalankan fungsi
manajemen secara harian. Untuk perseroan yang dimana lingkup usahanya
berskala menengah ke atas, biasanya beberapa direktur akan dipekerjakan untuk
menangani bidang masing-masing, seperti bidang akuntansi dan keuangan, bidang
operasional, bidang pemasaran, bidang kepegawaian (personalia), dan bidang

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 2


lainnya yang tentu saja dapat digolong-golongkan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan masing-masing.
Perseroan tidak seperti halnya perusahaan perorangan dan firma, yaitu sebuah
taxable entity di mana pajak dikenakan baik pada tingkat individu (pajak atas
dividen yg diterima investor) maupun juga atas penghasilan (laba) perusahaan.
Kelemahan bentuk pesero ini dalam kaitannya dengan pajak adalah cenderung
mengarah pada timbulnya pajak berganda (double tax), yang di mana laba
perusahaan yang telah dikenakan pajak akan dipajakkan kembali pada waktu
sebagian dari laba ini didistribusikan kepada para investor dalam bentuk deviden
tunai. Jika kita perhatikan, deviden yang dikenakan pajak adalah berasal dari laba
perusahaan yang telah dikenakan pajak terlebih dahulu, sebelum pada akhirnya
sebagian dari laba tersebut didistribusikan kepada para pemegang saham. Dalam
persero, ketentuan pajak berganda ini timbul mengingat terdapatnya dua pihak
yang saling terpisah satu sama lain yg dianggap turut menikmati laba, yaitu
perusahaan selaku badan hukum dan para investornya selaku individu.
2. Pembentukan Perseroan
Tahap awal dalam pembentukan perseroan adalah dengan mengajukan aplikasi
(permohonan) ke negara di mana organisasi tersebut akan didirikan. Aplikasi
memuat informasi mengenai nama dan tujuan didirikannya organisasi, jenis
saham, jumlah modal dasar, dan nama pendiri perusahaan. Setelah aplikasi
pendirian perusahaan disetujui, negara akan mengeluarkan piagam atau akta
pendirian perusahaan. Terbitnya akta ini secara resmi akan mensahkan berdirinya
perseroan. Setelah menerima piagam pendirian perusahaan, pendiri perusahaan
lalu akan menyiapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga ini memuat seperangkat aturan dan prosedur
mengenai pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Pendirian perusahaan membutuhkan banyak biaya. Biaya-biaya yang terjadi
dalam rangka pendirian perusahaan dinamakan biaya pendirian perusahaan
(organization costs). Biaya-biaya ini meliputi biaya administrasi, biaya
pengurusan akta, biaya izin, pajak, biaya promosi dan lain sebagainya. Biaya
promosi biasanya dikeluarkan dalam rangka memperkenalkan kepada publik
mengenai keberadaan atas jenis usaha yang diselenggarakan oleh organisasi yang

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 3


baru berdiri tersebut. Biaya pendirian perusahaan akan dibebankan secara
langsung pada saat biaya tersebut terjadi (dikeluarkan). Penagguhan biaya tidak
dilakukan mengingat sulitnya untuk menentukan jumlah (nilai) dan saat
pengakuan atas manfaat yang akan diperoleh perusahaan di masa yang akan
datang dari pendirian perusahaan.
3. Modal Perseroan
Ketika perseroan secara resmi terbentuk (melalui akta pendirian perusahaan),
perseroan akan memulai melakukan penjualan hak kepemilikan dalam bentuk
lembar saham. Jika perseroan hanya memiliki satu jenis atau satu kelas saham,
maka saham tersebut dinamakan sebagai saham biasa (common stock). Setiap
lembar saham biasa akan memberikan pemegang saham hak untuk menentukan
perihal perusahaan (memiliki hak suara), memperoleh bagian atas laba perusahaan
(berupa dividen), membeli lebih dahulu tambahan saham biasa baru yang
diterbitkan oleh perusahaan agar dapat mempertahankan besarnya persentase
kepemilikan dalam jumlah yang sama (pre-emptive right), dan hak untuk
mendapatkan sisa klaim (residual claim) setelah klaim kreditor dan pemegang
saham preferen atas aktiva perseroan dipenuhi (pada saat terjadinya likuidasi).
Ingat kembali bahwa sesuai dengan makna yang terkandung dalam persamaan
dasar akuntansi, Aktiva = Kewajiban + Modal, maka pada saat perusahaan
dilikuidasi, seluruh aktiva perusahaan akan dijual, dan hasil dari penjualan aktiva
akan dipergunakan pertama kali untuk membayar utang kepada kreditor, sisanya
baru merupakan hak pemilik perusahaan.
Hak-hak yg akan diberikan oleh perusahaan kepada investor atas kepemilikan
saham biasanya dinyatakan secara tertulis dalam akta pendirian perusahaan atau
dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kepemilikan saham dibuktikan
melalui sertifikat saham yang urut tercetak. Dalam sertifikat saham ini tertera
nama perseroan, nilai pari saham, nama pemegang saham, kelas saham, dan
jumlah saham yg dimiliki.
Modal pemilik dalam perseroan dinamakan modal pemegang saham
(stockholders’equity). Dalam neraca perseroan, bagian modal pemegang saham
akan melaporkan secara terperinci jumlah dari masing-masing dua sumber utama
modal. Sumber modal yang pertama adalah modal yang disetor atau yang

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 4


dikontribusi oleh pemegang saham, yang dinamakan sebagai modal disetor (paid
–in capital) atau modal yang dikontribusi(contributed capital). Sedangkan sumber
modal yang kedua adalah laba bersih yang ditahan atau diinvestasikan kembali ke
dalam perusahaan, yang dinamakan sebagai laba ditahan atau saldo laba (retained
earnings).
Modal disetor adalah keseluruhan jumlah kas dan aktiva lainnya yang disetorkan
oleh pemegang saham ke dalam perseroan untuk dipertukarkan dengan saham.
Sedangkan laba ditahan timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan,
yaitu laba bersih.
Pada setiap akhir periode akuntansi, laba bersih (net income) yang dihasilkan
selama periode berjalan akan ditutup ke akun laba ditahan melalui ayat jurnal
penutup, di mana akun ikhtisar laba rugi akan didebet dan akun laba ditahan akan
dikredit. Pengumuman atas pembagian keuntungan (sebagai hasil dari kegiatan
operasional perusahaan selama periode berjalan) kepada pemegang saham dalam
bentuk deviden juga kan ditutup ke akun laba ditahan akan didebet dan akun
deviden akan dikredit. Laba bersih yang dihasilkan selama periode berjalan ini
akan menambah jumlah laba ditahan yang ada pada awal periode, sedangkan
deviden yang diumumkan untuk periode berjalan akan mengurangi atau
memperkecil laba ditahan. Laba ditahan memiliki saldo normal di sebelah kredit,
sehingga pengurangan terhadap laba ditahan akan dicatat disebelah debet, dan
penambahan atas laba ditahan akan dicatat di sebelah kredit.
Nama Perkiraan Debet Kredit
Ikhtisar Laba Rugi xxxx
Laba Ditahan xxxx
(menutup saldo laba bersih)

Laba Ditahan xxxx


Deviden Tunai xxxx
Deviden Saham xxxx
(menutup akun deviden)

Besarnya laba ditahan pada akhir periode sesungguhnya adalah akumulasi laba
bersih dari beberapa periode (termasuk periode berjalan) yang masih tersisa
setelah dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden (baik deviden
tunai maupun deviden saham biasa). Besarnya laba ditahan pada akhir periode ini

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 5


dapat dihitung dengan cara menjumlahkan antara besarnya laba ditahan untuk
periode berjalan. Laba ditahan untuk periode berjalan sendiri dihitung dengan cara
mengurangkan laba bersih yang dihasilkan selama satu periode (periode berjalan)
dengan deviden yang diumumkan untuk periode berjalan. Rugi bersih (net loss)
yang dihasilkan selama periode berjalan akan mengurangi besarnya laba ditahan
awal periode.
4. Modal Disetor
Sumber utama modal disetor berasal dari penerbitan saham (modal saham).
Jumlah maksimum lembar saham yang dapat diterbitkan oleh perseroan
dinamakan sebagai modal dasar (modal yang diotorisasi). Besarnya modal dasar
(authorized capital) ini biasanya disebutkan dalam piagam atau akta pendirian
perusahaan. Keseluruhan jumlah modal dasar sesungguhnya mencerminkan dua
hal. Yang pertama adalah untuk memenuhi kebutuhan modal di awal pendirian
perseroan dan yang kedua adalah sebagai antisipapsi untuk memenuhi kebutuhan
modal di masa mendatang. Jadi, jumlah lembar saham yang diotorisasi (modal
dasar) umumnya akan melampaui jumlah lembar saham yang diterbitkan (dijual)
pertama kali, sedangkan sisanya akan diterbitkan (dijual) lagi secara bertahap
sesuai dengan jumlah kebutuhan modal nantinya. Jika seluruh saham yang
diotorisasi telah terjual, perseroan harus memperoleh izin dari negara untuk
mengubah akta pendirian sebelum dapat menerbitkan tambahan saham lagi.
Pengesahan (pengotorisasian) modal saham tidak memerlukan ayat jurnal
akuntansi karena peristiwa ini tidak memiliki efek langsung terhadap besarnya
aktiva maupun modal pemegang saham. Akan tetapi, pengungkapan atas jumlah
lembar saham yang diotorisasi tetap akan diperlukan di neraca, yaitu pada bagian
modal pemegang saham (stockholders’equity action).
Jumlah lembar saham yang beredar (outstanding) adalah jumlah lembar saham
yang telah diotorisasi, diterbitkan dan dimiliki oleh pemegang saham (berada di
tangan pemegang saham). Dalam keadaan beberapa sahamnya yang telah beredar
dari tangan pemegang saham. Untuk mengilustrasikan perbedaan antara jumlah
lembar saham yang diotorisasi dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan dan
jumlah lembar saham yang beredar, asumsi bahwa sebuah perseroan dengan
modal dasar 10.000 lembar saham telah menerbitkan (menjual) 6.000 lembar

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 6


sahamnya, dan kemudian menarik kembali sahamnya dari tangan pemegang
saham sebanyak 2.500 lembar. Dalam kasus ini, jumlah lembar saham yang
diotorisasi adalah sebanyak 10.000 lembar, di mana 6.000 lembarnya telah
diterbitkan dan sisanya 4.000 lembar saham belum diterbitkan (sebagai antisipasi
untuk memenuhi kebutuhan modal di masa mendatang). Dari 6.000 lembar saham
yang telah diterbitkan, 3.500 lembarnya beredar (berada di tangan pemegang
saham) dan sisanya 2.500 lembar ditarik (dibeli) kembali oleh perusahaan.
Perhatikanlah bahwa 2.500 lembar saham yang ditarik kembali dari tangan
pemegang saham merupakan bagian dari 6.000 lembar saham yg telah diotorisasi
dan diterbitkan, hanya saja sekarang tidak beredar di tangan pemegang saham,
melainkan berada di perusahaan kembali.
Besarnya nilai saham dinyatakan dalam satuan unit moneter (mata uang), yang
dinamakan sebagai nilai pari (par value). Perseroan akan menerbitkan sertifikat
saham kepada masing-masing investor atas perseroan. Jadi, nilai pari adalah
besarnya nilai saham yang tertera pada sertifikat saham. Dalam sertifikat saham
juga tercantum nama perseroan, nama pemegang saham, kelas saham, dan jumlah
saham yang dimiliki. Nilai pari saham sering dianggap sebagai legal capital.
Saham juga dapat diterbitkan tanpa nilai pari (no-par stock). Di beberapa negara,
stated value (nilai yang ditetapkan) harus dibuat atas saham yang diterbitkan tanpa
nilai pari. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menentukan besarnya legal
capital (modal resmi/sah) yang merupakan jumlah kontribusi minimum investor
terhadap kreditor perusahaan, khususnya apabila aktiva perusahaan tidak
mencukupi dalam menutup kewajibannya. Jadi, baik nilai pari maupun nilai yang
ditetapkan sesungguhnya sama-sama dianggap sebagai legal capital. Untuk tujuan
pelaporan, stated value diperlakukan sama seperti par value, dimana selisih antara
nilai nominal saham (baik yg dinyatakan lewat stated value maupun par value)
dengan harga pasarnya, seluruh saham yg diterbitkan memiliki nilai pari, dengan
kata lain tidak ada saham yang diterbitkan tanpa nilai pari.
Ketika perseroan hanya memiliki satu jenis atau satu kelas saham , maka saham
tersebut dinamakan sebagai saham biasa (common stock). Setiap lembar saham
biasa memiliki hak yang sama. Untuk menarik lebih banyak investor, perusahaan
dapat menerbitkan jenis saham tertentu yang memberikan beberapa hak istimewa

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 7


kepada pemegangnya. Jenis saham ini dinamakan saham preferen (preferred
stock). Umumnya, pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dibanding
pemegang saham biasa dalam hal pembagian deviden dan aktiva perusahaan pada
saat likuidasi. Akan tetapi, pemegang saham preferen tidaklah memiliki hak suara
seperti halnya pemegang saham biasa.
Hak pemegang saham preferen untuk menerima deviden tunai biasanya
dinyatakan dalam satuan unit moneter atau sebesar presentase tertentu dari
nilaipari. Sebagai contoh 5% saham preferen dengan nilai pari Rp. 1.000,- per
lembar akan memberikan deviden tunai kepada pemegangnya sebesar Rp. 50,-
untuk setiap lembarnya. Perhatikanlah bahwa Rp. 50,- di sini mencerminkan
satuan mata uang yang berlaku di Indonesia di mana perseroan tersebut berdiri,
dan jumlah ini dapat diperoleh dengan cara mengalikan antara nilai pari, yaitu Rp.
1.000,- dengan 5%. Sesunggunhnya, perusahaan tidak menjamin perihal
pembagian deviden, akan tetapi karena pemegang saham preferen memiliki hak
yg pertama dibanding dengan pemegang saham biasa untuk mendapatkan
deviden, maka pada umumnya pemegang saham preferen memiliki peluang yang
lebih besar untuk menerima deviden secara teratur dibanding pemegang saham
biasa.
5. Penerbitan Saham
Nilai pari saham tidak mencerminkan harga pasarnya. Harga pasar saham (dari
perusahaan yg dimiliki publik) terbentuk sebagai hasil interaksi antara pembeli
dan penjual. Secara umum, harga saham akan mengikuti kecenderungan
perkembangan kondisi keuangan, laba, maupun deviden emiten (perusahaan
penerbit saham). Di samping itu juga, ada faktor-faktor lainnya di luar kendali
perusahaan (emiten) yang dapat memengaruhi harga saham, di antaranya adalah
perubahan tingkat suku bunga, embargo minyak, inflasi yang tidak menentu,
pemilihan kepala negara, dan perubahan situasi ekonomi maupun masalah politik
lainnya.
Uang kas yg diterima sebagai hasil dari penerbitan dan penjualan saham dapat
menyamai, lebih besar, atau bahkan lebih kecil dari nilai parinya. Ketika saham
dijual dgn harga di bawah nilai parinya, maka saham tersebut dikatakan dijual
dengan diskonto (disagio). Sebaliknya, ketika saham dijual dengan harga premiun

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 8


(agio). Jadi, jika saham dengan nilai pari Rp. 540,- per lembar dijual dengan harga
Rp. 490,- per lembar, maka berarti saham tersebut dijual dengan tingkat diskonto
sebesar Rp. 50,- per lembar. Namun, jika saham yg bersangkutan dijual dengan
harga Rp. 620,- per lembar, maka berarti saham tersebut dijual dengan tingkat
premiun sebesar Rp. 80,- per lembar. Banyak negara yg tidak mengizinkan saham
diterbitkan dengan diskonto.
Ketika saham yg bernilai pari diterbitkan dengan premiun, akun kas atau aktiva
lainnya akan didebet sebesar jumlah yg diterima. Akun saham biasa atau saham
preferen lalu dikredit sebesar nilai parinya. Kelebihan jumlah yang diterima di
atas nilai pari saham akan dicatat secara terpisah di sebelah kredit dengan
menggunakan akun yg diberi nama “Modal disetor dalam kelebihan harga jual di
atas nilai pari (paid-in capital in excess of issue price over par). Kelebihan jumlah
yang diterima ini merupakan bagian dari total investasi pemegang saham ke dalam
perusahaan. Oleh karena itu, kelebihan jumlah ini diklasifikasikan sebagai bagian
dari modal disetor, yaitu tambahan modal disetor (additional paid-in capital).
Untuk mengilustrasikan penerbitan saham, asumsi bahwa PT. Tobatus Aliano
menerbitkan dan menjual secara tunai 1.000 lembar saham preferen dan 5.000
lembar saham biasa. Nilai pari untuk setiap lembar saham preferen dan saham
biasa masing-masing adalah Rp. 1.400,- dan Rp. 600,-. Sedangkan harga pasar
(harga jual) untuk setiap lembar saham preferen dan saham biasa masing-masing
adalah Rp. 1.700,- dan Rp. 800,-. Jumlah saham yang diotorisasi sebanyak 3.500
lembar untuk saham preferen dan 8.000 lembar untuk saham biasa . Diasumsikan
juga bahwa sepanjang periode tidak ada jumlah saham yang ditarik kembali dari
tangan pemegang saham.
Ayat jurnal yg diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas 5.700.000
Saham Preferen 1.400.000
Saham Biasa 3.000.000
Kelebihan Harga jual di atas Nilai pari-Saham 300.000
Preferen 1.000.000
Kelebihan Harga jual di atas Nilai Pari-Saham
Biasa

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 9


Perhatikanlah bahwa besarnya total modal disetor dari transaksi di atas adalah Rp.
5.700.000,- di mana Rp. 4.400.000,- (yg ditunjukkan lewat akun saham preferen
dan saham biasa) merupakan modal saham (capital stock) dan Rp. 1.300.000,-
merupakan tambahan modal disetor. Ingat kembali, akun saham preferen dan
saham biasa selalu dicatat di sebelah kredit sebesar nilai parinya, dan
menggambarkan legal capital.
Melanjutkan ilustrasi di atas, jika seandainya pada akhir tahun 2009 perusahaan
memiliki laba ditahan sebesar Rp. 40.000.000,- maka bagian modal pemegang
saham yang akan tampak dalam neraca perusahaan menjadi sbb :
PT. Tobatus Aliano
Neraca (sebagian)
31 Desember 2009
Modal Pemegang Saham
Modal Disetor
Modal Saham :
Saham Preferen (nilai pari Rp. 1.400,- Rp. 1.400.000,-
Per lembar, 3.500 lbr diotorisasi,
1.000lbr diterbitkan & beredar)
Saham biasa (nilai pari Rp. 600,- Rp. 3.000.000,-
Per lembar 8.000 lbr diotorisasi,
5.000 lbr diterbitkan & beredar)
Total Modal Saham Rp. 4.400.000,-
Tambahan Modal Disetor :
Kelebihan Harga jual di atas nilai pari
Saham Preferen Rp. 300.000,-
Kelebihan harga jual di atas nilai pari
Saham Biasa Rp. 1.000.000,-
Total tambahan Modal Disetor Rp. 1.300.000,-
Total Modal disetor Rp. 5.700.000,-
Laba Ditahan Rp. 40.000.000,-
Total Modal Pemegang Saham Rp. 45.700.000,-
Saham dapat juga diterbitkan atas dasar pesanan. Kontrak pesanan ini secara
hukum akan mengikat antara pemesan (pembeli saham) dengan perseroan
(penerbit saham). Dalam kontrak pesanan disebutkan jumlah lembar saham yang

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 10


dipesan, harga pesanan, dan persyaratan atau jangka waktu pembayaran. Pesanan
yang dituangkan dalam kontrak ini akan memberikan perseroan hak untuk
menerima sejumlah pembayaran berdasarkan harga kontrak dan memberikan
status hukum kepada pemesan sebagai pemegang saham. Biasanya, ketika saham
dijual melalui prosedur pesanan, sertifikat saham akan diserahkan kepada
pemesan jika seluruh harga saham yg dipesan dilunasi.
Untuk mengilustrasikannya, asumsi bahwa di akhir tahun 2009 PT. Tobatus
Aliano menerima pesanan saham biasa sebanyak 2.000 lembar dengan harga
pesanan Rp. 770,- per lembar. Dalam hal ini, perusahaan menerima uang muka
sebesar 30% dari total harga pesanan. Sedangkan sisanya sebesar 70% akan
diterima pelunasannya pada tanggal 7 Januari 2010.
Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah
(akhir tahun 2009) :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas 462.000
Piutang Pesanan Saham Biasa 1.078.000
Pesanan Saham Biasa 1.200.000
Kelebihan Harga Jual di atas Nilai Pari-Saham 340.000
Biasa

Perhatikan bahwa besarnya total modal disetor dari transaksi di atas adalah Rp.
462.000,-. Angka ini diperoleh dari Rp. 1.200.000,- + Rp. 340.000,- - Rp.
1.078.000,-. Dimana, Rp. 1.200.000,- (2.000 lbr x Rp. 600,-) yang ditunjukan
lewat akun pesanan saham biasa merupakan modal saham, dan Rp. 340.000,- (Rp.
770- Rp. 600,-)x 2.000 lbr) merupakan tambahan modal disetor, sedangkan Rp.
1.078.000,- (70% x Rp. 770,- x 2.000 lbr) yg ditunjukkan lewat akun piutang
pesanan saham biasa merupakan pengurangkan dari modal disetor.
Akun pesanan saham biasa merupakan akun sementara dari akun saham biasa.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, akun saham biasa selalu dilaporkan sebesar
nilai pari, oleh sebab itu akun pesanan saham biasa juga akan dilaporkan sebesar
nilai pari. Akun pesanan saham biasa akan direklas menjadi akun saham biasa
pada saat seluruh harga saham yang dipesan dilunasi.
Dengan melanjutkan tampilan dari neraca parsial di atas, maka pengaruh transaksi
pesanan saham biasa terhadap besarnya modal pemegang saham adalah sbb :

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 11


PT. Tobatus Aliano
Neraca (sebagian)
31 Desember 2009
Modal Pemegang Saham
Modal Disetor
Modal Saham :
Saham Preferen (nilai pari Rp. 1.400,- Rp. 1.400.000,-
Per lembar, 3.500 lbr diotorisasi,
1.0 00lbr diterbitkan & beredar)
Saham biasa (nilai pari Rp. 600,- Rp. 3.000.000,-
Per lembar 8.000 lbr diotorisasi,
5.000 lbr diterbitkan & beredar)
Pesanan Saham Biasa (2.000 lbr) Rp. 1.200.000,-
Total Modal Saham Rp. 5.600.000,-
Tambahan Modal Disetor :
Kelebihan Harga jual di atas nilai pari
Saham Preferen Rp. 300.000,-
Kelebihan harga jual di atas nilai pari
Saham Biasa Rp. 1.340.000,-
Total tambahan Modal Disetor Rp. 1.640.000,-
Dikurangi Piutang Pesanan Saham Biasa
(Rp. 1.078.000,)
Total Modal disetor Rp. 6.162.000,-
Laba Ditahan Rp. 40.000.000,-
Total Modal Pemegang Saham Rp. 46.162.000,-
Pada tanggal 7 Januari 2010, ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat
pelunasan pesanan saham biasa dan penerbitan sertifikat saham adalah :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas 1.078.000
Piutang Pesanan Saham Biasa 1.078.000

Pesanan Saham Biasa 1.200.000


Saham Biasa 1.200.000

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 12


Berikut adalah bagian modal pemegang saham yang tampak dalam neraca
perusahaan setelah pelunasan saham biasa diterima dan sertifikat saham
diterbitkan.
PT. Tobatus Aliano
Neraca (sebagian)

Modal Pemegang Saham


Modal Disetor
Modal Saham :
Saham Preferen (nilai pari Rp. 1.400,- Rp. 1.400.000,-
Per lembar, 3.500 lbr diotorisasi,
2.0 00lbr diterbitkan & beredar)
Saham biasa (nilai pari Rp. 600,- Rp. 4.200.000,-
Per lembar 8.000 lbr diotorisasi,
7.000 lbr diterbitkan & beredar)
Total Modal Saham Rp. 5.600.000,-
Tambahan Modal Disetor :
Kelebihan Harga jual di atas nilai pari
Saham Preferen Rp. 300.000,-
Kelebihan harga jual di atas nilai pari
Saham Biasa Rp. 1.340.000,-
Total tambahan Modal Disetor Rp. 1.640.000,-
Total Modal disetor Rp. 7.240.000,-
Laba Ditahan Rp. 40.000.000,-
Total Modal Pemegang Saham Rp. 47.240.000,-
Perhatikanlah bahwa setelah pesanan saham biasa dilunasi dan sertifikat saham
diterbitkan, maka sekarang besarnya saham biasa yang telah diterbitkan dan
beredar menjadi 7.000 lembar. Saldo akun pesanan saham biasa menjadi nihil,
karena saldonya telah ditransfer atau direklas ke dalam saldo akun saham biasa.
Besarnya modal disetor dari saham biasa menjadi Rp. 4.200.000,- (diperoleh dari
hasil kali antara jumlah lembar saham yang telah diterbitkan dengan nilai pari per
lembar saham biasa). Akun piutang pesanan saham biasa menjadi nihil sebagai
hasil dari pelunasan. Setelah pesanan saham biasa menjadi nihil sebagai hasil dari

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 13


pelunasan. Setelah pesanan saham biasa dilunasi, transaksi pesanan saham biasa
ini secara keseluruhan menghasilkan penambahan modal disetor sebesar Rp.
1.540.000, (2.000 lbr x Rp. 770,-). Atau hal ini juga dapat dilihat dari selisih
antara besarnya modal disetor sesudah transaksi pesanan saham biasa dilunasi
(Rp. 7.240.000,-) dengan besarnya modal disetor sebelum adanya transaksi
pesanan saham biasa (Rp. 5.700.000,-).
Di beberapa negara, baik saham preferen maupun saham biasa dapat diterbitkan
tanpa nilai pari. Ketika saham tanpa nilai pari diterbitkan, keseluruhan hasil yg
diminta akan dikredit langsung ke akun saham bersangkutan. Ini benar-benar
dilakukan meskipun harga penerbitan saham bervariasi dari waktu ke waktu.
Sebagai contoh, asumsi bahwa perusahaan menerbitkan 10.000 lembar saham
biasa tanpa nilai pari dengan harga jual Rp. 870,- per lembar, dan kemudian
perusahaan menerbitkan lagi 2.000 lbr tambahan saham biasa tanpa nilai pari
dengan harga jual Rp. 820,- per lembar. Ayat jurnal yang diperlukan untuk
mencatat penerbitan atau penjualan tunai atas saham biasa tanpa nilai pari tersebut
di atas adalah :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas 8.700.000
Piutang Pesanan Saham Biasa 8.700.000

Kas 1.640.000
Saham Biasa 1.640.000
Ketika saham biasa tanpa nilai pari memiliki nilai yang ditetapkan, jurnal yang
dibuat untuk mencatat penerbitan atau penjualan tunai atas saham tersebut sama
seperti yang telah dilustrasikan untuk penerbitan atas saham biasa yg memiliki
nilai pari. Nilai yang ditetapkan akan dikreditkan ke akun saham biasa. Juga,
ketika harga jual dari saham tanpa nilai pari melebihi nilai yang ditetapkan
kelebihannya akan dikredit ke akun yang diberi nama “Modal disetor dalam
kelebihan harga jual di atas nilai yang ditetapkan (paid-in capital in excess of
issue price over stated value).
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas Xxx
Saham Biasa xxx
Kelebihan Harga Jual di atas Nilai yang xxx
ditetapkan

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 14


Ketika saham diterbitkan dalam pertukaran untuk aktiva selain kas, seperti tanah,
bangunan, dan peralatan, maka aktiva yang diperoleh harus dicatat sebesar nilai
pasar wajarnya. Namun, jika nilai pasar wajar dari aktiva yg diperoleh tidak dapat
ditentukan secara objektif, maka harga pasar wajar saham akan digunakan untuk
mencatat perolehan dari aktiva yang diterima. Sebagai ilustrasi, asumsi bahwa
perusahaan memperoleh seperangkat peralatan yang di mana harga pasar wajarnya
sulit untuk ditentukan. Dalam pertukaran ini, perusahaan menerbitkan 12.000 lbr
saham biasa yg bernilai pari Rp. 525,- per lembar. Saat ini, saham tersebut
memiliki harga pasar sebesar Rp. 634,- per lembar. Ayat jurnal yang diperlukan
untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah :

Nama Perkiraan Debet Kredit


Peralatan 7.608.000
Saham Biasa 6.300.000
Kelebihan Harga Jual di atas nilai pari-saham 1.308.000
biasa

Perhatikanlah bahwa aktiva yg diterima (peralatan) justru dicatat sebesar harga


pasar saham (Rp. 634,- x 12.000 lbr), karena harga pasar wajar dari aktiva yang
bersangkutan sulit untuk ditentukan. Akun saham biasa dikredit sebesar nilai
parinya (Rp. 525,- x 12.000 lbr). Selisih antara nilai pasar saham dengan nilai pari
dicatat sebagai tambahan modal disetor (Rp. 634,-- Rp. 525,-) x 12.000 lbr).
6. Akuntansi untuk Saham yang Diperoleh Kembali
Saham yang diperoleh kembali (treasury stock) adalah saham milik perusahaan
yang telah diterbitkan dan beredar, kemudian dibeli kembali oleh perusahaan.
Perusahaan dapat membeli kembali saham miliknya untuk berbagai alasan,
diantaranya adalah :
a. diberikan sebagai bonus kepada pejabat dan karyawan perusahaan;
b. meningkatkan volume perdagangan saham di bursa efek dengan harapan dapat
mendongkrak harga pasar saham;
c. memperoleh tambahan saham yg akan dipergunakan dalam rangka akuisisi
perusahaan lain, dan

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 15


d. mengurangi jumlah lembar saham yang beredar, yang pada akhirnya akan
memperbesar laba per lembar saham.
Metode yang sering digunakan untuk mencatat pembelian dan penjualan kembali
treasury stock adalah metode harga pokok (cost method). Dengan metode harga
pokok, saham yang diperoleh kembali akan didebet sebesar harga yang dibayar
untuk mendapatkan saham tersebut. Pembelian treasury stock akan mengurangi
modal pemegang saham (stockholders’equity). Ingat kembali bahwa modal
memiliki saldo normal di sebelah kredit, sehingga perolehan kembali saham yang
dicatat di sebelah debet dalam jurnal otomatis akan mengurangi jumlah modal
pemegang saham. Saham yang diperoleh kembali akan dilaporkan dalam bagian
modal pemegang saham setelah penyajian laba ditahan. Yang perlu diperhatikan
di sini (pada saat saham diperoleh kembali), nilai pari dan harga dimana saham
pertama kali diterbitkan (dijual) adalah diabaikan.
Ketika treasury stock dijual kembali, akun saham yang diperoleh kembali akan
dikredit sebesar harga pokoknya, dan selisih antara harga pokok (harga yang
dibayarkan pada saat saham diperoleh kembali) dengan harga jual akan didebet
atau dikredit ke akun “modal disetor dari saham yang diperoleh kembali” (paid-in
capital form treasury stock). Akun tersebut akan dilaporkan di neraca (bagian
modal pemegang saham) sebagai tambahan modal disetor ( additional paid-in
capital).
Untuk mengilustrasikannya, asumsi bahwa tampilan dari bagian modal pemegang
saham PT. Tobatus Aliano sebelum pembelian treasury stock adalah sbb :

PT. Tobatus Aliano


Neraca (sebagian)

Modal Pemegang Saham


Modal Disetor
Modal Saham :
Saham Preferen (nilai pari Rp. 1.400,- Rp. 1.400.000,-
Per lembar, 3.500 lbr diotorisasi,
3.0 00lbr diterbitkan & beredar)

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 16


Saham biasa (nilai pari Rp. 600,- Rp. 4.200.000,-
Per lembar 8.000 lbr diotorisasi,
7.000 lbr diterbitkan & beredar)
Total Modal Saham Rp. 5.600.000,-
Tambahan Modal Disetor :
Kelebihan Harga jual di atas nilai pari
Saham Preferen Rp. 300.000,-
Kelebihan harga jual di atas nilai pari
Saham Biasa Rp. 1.340.000,-
Total tambahan Modal Disetor Rp. 1.640.000,-
Total Modal disetor Rp. 7.240.000,-
Laba Ditahan Rp. 40.000.000,-
Total Modal Pemegang Saham Rp. 47.240.000,-
Pada tanggal 9 Januari 2010, perusahaan memperoleh kembali 3.000 lembar
saham biasanya dengan harga Rp. 840,- per lembar. Nilai pari saham biasa adalah
Rp. 600,- per lembar, di mana saham biasa ini pertama kalinya diterbitkan (dijual)
dengan harga Rp. 800,- perlembar.
Ayat jurnal yang dipergunakan untuk mencatat pembelian atau perolehan kembali
saham biasa adalah :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Saham yang Diperoleh Kembali 2.520.000
Kas 2.520.000
Perhatikanlah bahwa akun saham yang diperoleh kembali didebet sebesar harga
yang dibayar untuk mendapatkan saham tersebut, bukan sebesar nilai pari ataupun
harga di mana saham tersebut pertama kali diterbitkan (dijual).
Dari jurnal di atas juga terlihat bahwa perolehan kembali saham biasa tidak
mempengaruhi saldo akun saham biasa, sehingga besarnya modal disetor (modal
saham) tidak akan berubah. Hal ini terjadi karena jumlah lembar saham yang
diterbitkan akan tetap sama, baik sebelum maupun sesudah perolehan kembali
saham biasa.
Akun saham biasa akan dilaporkan di neraca (bagian modal pemegang saham)
sebesar nilai pari atau nilai yang ditetapkan dikali dengan jumlah lembar saham
biasa yang diterbitkan (bukan yang beredar). Saham yang diperoleh kembali

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 17


otomatis akan memengaruhi jumlah lembar saham yang telah diterbitkan. Akun
saham yang diperoleh kembali merupakan akun pengurang dari modal pemegang
saham.
Saham yang diperoleh kembali tidak memiliki hak suara maupun hak untuk
menerima deviden. Alasan logisnya adalah bahwa tidak mungkin deviden
dibayarkan kepada diri perusahaan sendiri. Deviden akan dibayarkan kepada para
investor berdasarkan jumlah lembar saham yang dimilikinya, demikian juga
halnya dengan hak suara.
Tampilan dari bagian modal pemegang saham PT. Tobatus Aliano setelah
pembelian treasury stock adalah sebagai berikut :

PT. Tobatus Aliano


Neraca (sebagian)

Modal Pemegang Saham


Modal Disetor
Modal Saham :
Saham Preferen (nilai pari Rp. 1.400,- Rp. 1.400.000,-
Per lembar, 3.500 lbr diotorisasi,
4.0 00lbr diterbitkan & beredar)
Saham biasa (nilai pari Rp. 600,- Rp. 4.200.000,-
Per lembar 8.000 lbr diotorisasi,
7.000 lbr diterbitkan & beredar)
Total Modal Saham Rp. 5.600.000,-
Tambahan Modal Disetor :
Kelebihan Harga jual di atas nilai pari
Saham Preferen Rp. 300.000,-
Kelebihan harga jual di atas nilai pari
Saham Biasa Rp. 1.340.000,-
Total tambahan Modal Disetor Rp. 1.640.000,-
Total Modal disetor Rp. 7.240.000,-
Laba Ditahan Rp. 40.000.000,-
Dikurangi Saham yang diperoleh kembali (3.000 lbr)

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 18


(Rp. 2.520.000,-)
Total Modal Pemegang Saham Rp. 44.720.000,-
Pada tanggal 15 Januari 2010, perusahaan menjual kembali 1.200 lembar treasury
stock dengan harga Rp. 880,- per lembar. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat
transaksi tersebut adalah :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas 1.056.000
Saham yang diperoleh kembali 1.008.000
Modal disetor dari saham yang diperoleh 48.000
kembali

Hasil penjualan terasury stock dicatat sebagai akun kas disebelah debet (1.200 lbr
x Rp. 880,-). Akun saham yang diperoleh kembali dikredit (karena dijual) sebesar
Rp. 1.008.000,- (1.200 lbr : 3.000 lbr x Rp. 2.520.000,-). Kelebihan harga jual di
atas harga pokok dari treasury stock yang dijual kembali dicatat dalam jurnal
disebelah kredit sebagai tambahan modal disetor.
Tampilan dari bagian modal pemegang saham PT. Tobatus Aliano setelah
penjualan kembali 1.200 lembar treasury stock adalah sebagai berikut :

PT. Tobatus Aliano


Neraca (sebagian)

Modal Pemegang Saham


Modal Disetor
Modal Saham :
Saham Preferen (nilai pari Rp. 1.400,- Rp. 1.400.000,-
Per lembar, 3.500 lbr diotorisasi,
1.000lbr diterbitkan & beredar)
Saham biasa (nilai pari Rp. 600,- Rp. 4.200.000,-
Per lembar 8.000 lbr diotorisasi,
7.000 lbr diterbitkan & beredar)
Total Modal Saham Rp. 5.600.000,-
Tambahan Modal Disetor :
Kelebihan Harga jual di atas nilai pari
Saham Preferen Rp. 300.000,-

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 19


Kelebihan harga jual di atas nilai pari
Saham Biasa Rp. 1.340.000,-
Modal disetor dari saham yang diperoleh
Kembali Rp. 48.000,-
Total tambahan Modal Diseto Rp. 1.688.000,-
Total Modal disetor Rp. 7.288.000,-
Laba Ditahan Rp. 40.000.000,-
Dikurangi Saham yang diperoleh kembali (1.800 lbr)
(Rp. 1.512.000,-)
Total Modal Pemegang Saham Rp. 45.776.000,-
Perhatikanlah bahwa dengan penjualan kembali 1.200 lembar treasury stock,
jumlah lembar saham biasa yang beredar berubah dari 4.000 lembar saham biasa
yang beredar berubah dari 4.000 lembar menjadi 5.200 lembar, tetapi tanpa
mengubah total modal saham. Total additional paid-in capital bertambah sebesar
Rp. 48.000,-. Jumlah treasury stock sekarang tinggal 1.800 lembar dengan harga
pokok sebesar Rp. 1.512.000,- (1.800 lembar x Rp. 840,-) . Secara keseluruhan,
modal pemegang saham bertambah sebesar Rp. 1.056.000,-.
Jika seandainya pada tanggal 19 Januari 2010 perusahaan menjual lagi treasury
stock sebanyak 1.000 lembar dengan harga Rp. 790,- per lembar, maka jurnal
yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut adalah :
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas 790.000
Modal disetor dari saham yang diperoleh kembali 48.000
Laba ditahan 2.000
Saham yang diperoleh kembali 840.000
Hasil penjualan treasury stock dicatat sebagai akun kas disebelah debet (1.000 lbr
x Rp. 790,-). Akun saham yang diperoleh kembali dikredit sebesar Rp. 840.000,-
(1.000 lbr : 3.000 lbr x Rp. 2.520.000,-). Kelebihan harga pokok di atas harga jual
treasury stock dicatat dalam jurnal disebelah debet dengan menggunakan dua
akun, yaitu akun “modal disetor dari saham yang diperoleh kembali” dan akun
“Laba ditahan”. Tambahan modal diisetor dari penjualan treasury stock
sebelumnya (tanggal 15 Janurai 2010) adalah yang pertama kali akan didebet,
setelah itu sisanya baru akan didebet ke akun laba ditahan.

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 20


Hal ini dilakukan agar supaya setiap kali penjualan treasury stock terjadi, saldo
akhir dari akun “Modal disetor dari saham yang diperoleh kembali”, tidak berada
di sebelah debet. Maksudnya adalah bahwa jika seluruh kelebihan harga pokok
(Rp. 840.000,-) di atas harga jual (Rp. 790.000,-) yaitu sebesar Rp. 50.000,-
dicatat di sebelah debet dalam jurnal hanya dengan menggunakan akun “modal
disetor dari saham yang diperoleh kembali”, maka saldo akhir dari akun yang
bersangkutan akan berada (tersisa) disebelah debet sebesar Rp. 2.000,- dan hal ini
adalah kurang tepat. Dikatakan kurang tepat karena akun “modal disetor dari
saham yang diperoleh kembali” merupakan komponen modal yang seharusnya
bersaldo normal di sebelah kredit.
Laba ditahan dapat berkurang di sebelah debet oleh transaksi treasury stock, tetapi
tidak pernah dapat bertambah di sebelah kredit oleh pembelian maupun penjualan
treasury stock.
Kurang Tepat :
Modal Disetor dari Saham yang Diperoleh Kembali
19 Januari Rp. 50.000,- 15 Januari Rp.
48.000,-
Jika seluruh kelebihan harga pokok di atas harga jual, yaitu sebesar Rp. 50.000,-
dicatat (didebet) hanya dengan menggunakan akun”Modal disetor dari saham
yang diperoleh kembali” maka saldo akhir dari akun yang bersangkutan akan
berada (tersisa) di sebelah debet sebesar Rp. 2.000,-
Seharusnya :
Modal Disetor dari Saham yang Diperoleh Kembali
19 Januari Rp. 48.000,- 15 Januari Rp.
48.000,-

Kelebihan harga pokok di atas harga jual, yaitu sebesar Rp. 50.000,- dicatat
(didebet) dengan menggunakan dua akun, yaitu akun “modal disetor dari saham
yang diperoleh kembali” dan akun “Laba ditahan”. Tambahan modal disetor dari
penjualan treasury stock sebelumnya (tanggal 15 Januari 2010) adalah yang
pertama kali akan didebet (Rp. 48.000,-), setelah itu sisanya (Rp. 2.000,-) baru
akan didebet ke akun laba ditahan.

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 21


7. Pemecahan Saham
Perusahaan kadang-kadang mengurangi atau memperkecil nilai pari atau nilai
yang ditetapkan atas saham biasanya dengan cara menerbitkan sejumlah tambahan
lembar saham biasa yang besarnya sebanding (proporsional) dengan jumlah
penurunan nilai pari atau nilai yang ditetapkannya. Ketika ini dilakukan,
perusahaan dikatakan memecah sahamnya, dan prosesnya ini dinamakan sebagai
pemecahan saham (stock splits).
Ketika saham dipecah, pengurangan (penurunan) nilai pari atau nilai yang
ditetapkan akan diterapkan ke seluruh lembar saham, baik saham yang belum
diterbitkan, saham yang telah diterbitkan, maupun saham yang diperoleh kembali.
Tujuan utama dari dilakukannya pemecahan saham adalah untuk menurunkan
harga pasar per lembar saham, yang pada akhirnya akan dapat menarik lebih
banyak investor (membuka pangsa pasar) untuk ikut ambil bagian sebagai
pemegang saham dari perusahaan.
Proses pemecahan saham tidak akan memengaruhi saldo akun laporan keuangan,
sehingga tidak dicatat dalam ayat jurnal. Pemecahan saham hanya berakibat pada
berubahnya nilai pari atau nilai yang ditetapkan atas setiap lembar saham dan
jumlah lembar saham yang beredar. Peristiwa pemecahan saham akan tetapi perlu
diungkapkan dalam catatan laporan keuangan (notes to the financial statements).
Untuk mengilustrasikan pemecahan saham, asumsi bahwa perusahaan memiliki
30.000 lbr saham biasa yang beredar dengan harga pasar sebesar Rp. 1.500,- per
lembar. Nilai pari saham adalah Rp. 1.200,- per lembar. Dewan komisaris
mengumumkan pemecahan saham, di mana setiap lembar saham akan dipecah
menjadi 3 lembar. Alhasil, nilai pari per lembar saham akan menurun, yaitu dari
Rp. 1.200,- per lembar menjadi Rp. 400,- per lembar. Jumlah lembar saham biasa
yang beredar akan menjadi bertambah, yaitu dari 30.000 lembar menjadi 90.000
lembar. Akan tetapi, secara keseluruhan total nilai pari saham biasa adalah tetap
sama, yaitu sebesar Rp. 36.000.000,-baik sebelum maupun sesudah dilakukannya
pemecahan saham. Sejak bertambahnya jumlah lembar saham biasa yang beredar,
perusahaan berharap bahwa harga pasar dari saham yang dipecah juga akan
menurun, katakanlah kira-kira mendekati Rp. 500,- per lembar.

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 22


8. Akuntansi untuk Deviden
Perusahaan yang memiliki tingkat akumulasi laba bersih yang cukup baik, dari
satu periode ke periode berikutnya, biasanya memiliki potensi untuk dapat
membagikan sebagian dari laba bersih tersebut kepada pemilik perusahaan
(pemegang saham). Distribusi laba bersih kepada pemegang saham ini dilakukan
dalam bentuk deviden. Umumnya, deviden yang diberikan adalah berupa uang kas
atau saham biasa. Deviden merupakan salah satu daya tarik yang membuat
investor mau menginvestasikan uangnya ke dalam saham perseroan.
Ketika dewan komisaris mengumukan deviden tunai, maka berarti sejak saat itu
juga dewan komisaris menyetujui atau mensahkan pembagian sebagian
keuntungan perusahaan dalam bentuk uang kas kepada para pemegang saham.
Demikian juga, ketika dewan komisaris mengumumkan deviden saham, maka
berarti sejak saat itu juga dewan komisaris menyetujui atau mensahkan pembagian
sebagian keuntungan perusahaan dalam bentuk saham biasa kepada para
pemegang saham biasa. Baik pengumuman deviden tunai maupun deviden saham
akan dilaporkan sebagai pengurang laba ditahan pada saat deviden tersebut
diumumkan, tidak menunggu sampai deviden tersebut dibayarkan atau dibagikan.
a. Deviden Tunai
Dalam praktik, deviden tunai adalah bentuk pembagian keuntungan yang paling
sering dilakukan. Ada tiga hal penting yang membuat perusahaan dapat
membayarkan deviden tunai, yaitu tersedianya laba ditahan, cukup uang kas, dan
adanya tindakan resmi dari dewan komisaris. Deviden tunai dibayarkan dari laba
ditahan. Akan tetapi, perusahaan yang memiliki jumlah laba ditahan yang besar
belum tentu dapat membayar deviden tunai. Hal ini dikarenakan tidak adanya
hubungan (keterkaitan) antara saldo akun kas dengan laba ditahan.
Seperti yang telah dibahas di bagian sebelumnya, laba ditahan timbul sebagai
hasil dari kegiatan operasional perusahaan, yaitu laba bersih. Dalam akuntansi,
laba bersih sendiri diukur atas dasar akrual (accrual basis), bukan atas dasar kas
(cash basis), dimana beban yang telah terjadi ditandingkan dengan pendapatan
terkait dalam periode yang sama (matching concept). Dengan demikian, saldo
akun laba ditahan tidak mencerminkan atau tidak indentik dengan besarnya uang
kas yang tersedia. Banyak perusahaan yang memiliki saldo laba ditahan yang

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 23


cukup besar, akan tetapi tidak memiliki cukup kas untuk dapat membayar deviden
tunai. Oleh sebab itu, sebelum mengumumkan deviden tunai, dewan komisaris
melalui jajaran direksinya (direktur keuangan) biasanya akan mengevaluasi
terlebih dahulu besarnya posisi uang kas yang tersedia dan jumlah estimasi
kebutuhan kas jangka pendek. Setelah uang kas yang tersedia dirasa mencukupi
untuk membayar deviden tunai, langkah selanjutnya adalah pengumuman deviden
yang dilakukan oleh dewan komisaris.
Sesungguhnya, dewan komisaris tidaklah diwajibkan oleh Undang-undang untuk
mengumumkan deviden, sekalipun perusahaan memiliki jumlah laba ditahan dan
uang kas yang cukup besar untuk dapat membagikan deviden tunai. Akan tetapi,
seperti yang telah disebut di atas, bahwa salah satu daya tarik yang membuat
investor mau menginvestasikan uangnya ke dalam saham perseroan adalah
deviden. Bisa dibayangkan apa yang kira-kira akan terjadi kalau perusahaan tidak
membagi deviden kepada para pemegang saham, di antaranya adalah lepasnya
kepemilikan pemegang saham lama atas perseroan, dan tidak tertariknya investor
baru (potensial) untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Ada tiga tanggal penting sehubungan dengan pembagian deviden tunai, yaitu
tanggal pengumuman, tanggal pencatatan dan tanggal pembayaran. Di tanggal
pengumuman, dewan komisaris secara resmi mensahkan (mengumumkan)
pembagian deviden tunai kepada para pemegang saham. Pengumuman deviden
tunai ini akan membawa perusahaan pada kewajiban hukum yang mengikat dan
tidak dapat dibatalkan. Pengumuman deviden tunai akan dicatat dalam jurnal
dengan cara mendebet akun deviden tunai dan mengkredit akun utang deviden
tunai. Utang deviden tunai merupakan kewajiban lancar yang umumnya akan
segera dibayarkan dalam jangka waktu yang singkat. Pada akhirnya periode
akuntansi, ayat jurnal penutup akan dibuat untuk mentransfer saldo akun deviden
tunai ke laba tunai ke laba ditahan, yaitu dengan cara mendebet akun laba ditahan
dan mengkredit akun deviden tunai. Devidien sama halnya dengan prive, hanya
saja kalau deviden merupakan pembagian sebagian keuntungan perseroan kepada
pemegang saham, sedangkan prive merupakan penarikan uang tunai yang
dilakukan oleh pemilik perusahaan perorangan atau pengambilan gaji yang
dilakukan oleh anggota sekutu firma. Deviden dan prive sama-sama memiliki

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 24


saldo normal di sebelah debet, dan merupakan akun sementara yang saldonya
akan ditutup pada setiap akhir periode akuntansi. Seperti yang telah disebutkan di
bagian sebelumnya, laba ditahan akan berkurang pada saat deviden diumumkan
(bukan pada saat deviden dibayarkan). Ketika perusahaan yang memiliki saham
yang diperoleh kembali (treasury stock) mengumumkan deviden tunai, maka
deviden tidak akan dibayarkan atas saham yang diperoleh kembali tersebut.
Sebagai ilustrasi, asumsi bahwa pada tanggal 6 Desember 2009, dewan komisaris
PT. Makna Jaya Kusuma mengumumkan deviden tunai sebesar Rp. 72,- atas
100.000 lembar saham biasa yang beredar dengan nilai pari Rp. 1.440,- per
lembar.
Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat pengumuman deviden tunai tersebut
adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
6-12- Deviden Tunai 7.200.000
2009 Utang Deviden Tunai 7.200.000
Selama kurun waktu antara tanggal pengumuman dan tanggal pencatatan,
perusahaan akan memperbaharui catatan kepemilikan sahamnya, dan jumlah
lembar saham yang beredar selama kurun waktu tersebut seharusnya tetap sama.
Di tanggal pencatatan, perusahaan mengindentifikasi siapa saja para investornya
yang akan menerima deviden berdasarkan kepemilikan atas jumlah lembar saham
yang beredar, bukan untuk menentukan jumlah kewajiban deviden. Pada tanggal
pencatatan ini, tidak ada ayat jurnal yang diperlukan, karena jumlah kewajiban
deviden yang telah diakui pada tanggal pengumuman tidaklah mengalami
perubahan. Selama kurun waktu antara tanggal pencatatan dan tanggal
pembayaran, saham biasanya akan dijual tanpa deviden.
Dalam contoh di atas (PT. Makna Jaya Kusuma), asumsi bahwa tanggal
pencatatan deviden adalah 23 Desember 2009.
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
23-12-09 Tidak ada ayat jurnal yg diperlukan

Pada akhir periode akuntansi (31 Desember 2009), ayat jurnal penutup yang
perlu dibuat untuk mentrasnfer saldo akun deviden tunai ke laba ditahan adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 25


31-12-09 Laba Ditahan 7.200.000
Deviden Tunai 7.200.000
Pada tanggal pembayaran (misalkan 20 Januari 2010), PT. Makna Jaya Kusuma
akan mencatatnya sebagai berikut :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
20-01-10 Utang Deviden Tunai 7.200.000
Kas 7.200.000
Perhatikanlah bahwa pembayaran deviden tunai akan mengurangin aktiva lancar
(kas) dan kewajiban lancar (utang deviden tunai). Pada saat deviden tunai
dibayarkan, pembayaran deviden ini tidak akan memengaruhi jumlah modal
pemegang saham. Akan tetapi, efek kumulatif dari pengumuman dan
pembayaran deviden tunai adalah mengurangi jumlah modal pemegang saham
dan total aktiva.
b. Deviden Saham
Distribusi sebagian keuntungan perusahaan dalam bentuk saham kepada para
pemegang saham dinamakan sebagai deviden saham. Seperti yang telah
disebutkan di atas, pada umumnya deviden saham dibagikan dalam bentuk
saham biasa dan diterbitkan kepada para pemegang saham biasa.
Efek dari deviden saham terhadap laporan keuangan investee (perusahaan yang
membagikan deviden) adalah mengurangi laba ditahan dan menambah modal
disetor. Akan tetapi, tidak seperti deviden tunai, deviden saham tidak akan
memengaruhi total aktiva, total kewajiban, maupun jumlah modal pemegang
saham. Total aktiva tidak terpengaruh oleh karena tidak ada pembayaran kas
(aktiva) dalam pembagian deviden saham. Demikian juga, jumlah modal
pemegang saham tidak terpengaruh oleh karena besarnya penurunan laba ditahan
sebanding dengan besarnya peningkatan modal disetor. Ingat kembali bahwa
modal disetor (modal saham dan tambahan modal disetor) serta laba ditahan
merupakan komponen dari jumlah modal pemegang saham. Jumlah yang
ditransfer dari laba ditahan ke modal disetor umumnya adalah nilai pasar wajar
dari saham yang diterbitkan dalam deviden saham.
Pengumuman deviden saham akan dicatat dalam jurnal dengan cara mendebet
akun deviden saham (sebesar nilai pasar wajar saat ini dari saham yang akan
dibagikan atau diterbitkan nantinya) dan mengkredit akun deviden saham yang
dapat dibagikan/stock dividends distributable (sebesar nilai pari dari saham yang

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 26


akan diterbitkan). Yang dimaksud dengan nilai pasar wajar saat ini adalah harga
pasar saham pada saat deviden saham diumumkan (bukan harga pasar pada saat
deviden saham dibagikan). Selisih atau kelebihan nilai pasar di atas nilai pari akan
dicatat dalam jurnal dengan cara mengkredit akun “ modal disetor dalam
kelebihan harga terbit di atas nilai pari (paid-in capital in excess of issue price
over par)” sebagai tambahan modal disetor.
9. Laporan Laba Ditahan
Seperti yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, laba ditahan timbul sebagai
hasil dari kegiatan operasional perusahaan, yaitu laba bersih. Sebagian dari laba
bersih ini akan ditahan atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.
Pada setiap akhir periode akuntansi, laba bersih yang dihasilkan selama periode
berjalan akan ditutup ke akun laba ditahan melalui ayat jurnal penutup, dimana
akun ikhtisar laba rugi akan didebet dan akun laba ditahan akan dikredit.
Pengumuman atas pembagian keuntungan (sebagai hasil dari kegiatan operasional
perusahaan selama periode berjalan) kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden juga akan ditutup ke akun laba ditahan melalui ayat jurnal penutup,
dimana akun laba ditahan akan didebet dan akun deviden akan dikredit. Laba
bersih yang dihasilkan selama periode berjalan ini akan menambah jumlah laba
ditahan yang ada pada awal periode, sedangkan deviden yang diumumkan untuk
periode berjalan akan mengurangi atau memperkecil laba ditahan.
Ingat kembali bahwa laba ditahan memiliki saldo normal disebelah kredit,
sehingga pengurangan terhadap laba ditahan akan dicatat disebelah debet, dan
penambahan atas laba ditahan akan dicatat di sebelah kredit. Jika total laba
ditahan berakhir dengan saldo debet, maka berarti laba ditahan tersebut dikatakan
mengalami defisit. Laba ditahan termasuk sebagai salah satu komponen dari
jumlah modal pemegang saham (tepatnya setelah komponenmodal disetor),
dimana saldonya merupakan bagian dari tuntutan pemegang saham terhadap
aktiva perseroan. Defisit laba ditahan akan dilaporkan sebagai pengurang modal
pemegang saham.
Besarnya laba ditahan pada akhir periode sesungguhnya adalah akumulasi laba
bersih dari beberapa periode (termasuk periode berjalan) yang masih tersisa
setelah dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden (baik deviden

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 27


tunai maupun deviden saham biasa). Besarnya laba ditahan pada akhir periode ini
dapat dihitung dengan cara menjumlahkan antara besarnya laba ditahan yang ada
pada awal periode dengan besarnya laba ditahan untuk periode berjalan. Laba
ditahan untuk periode berjalan sendiri dihitung dengan cara mengurangkan laba
bersih yang dihasilkan selama satu periode (periode berjalan) dengan dividen
yang diumumkan untuk periode berjalan. Rugi bersih (net loss) yang dihasilkan
selama periode berjalan akan menyebabkan laba ditahan untuk periode berjalan
menjadi defisit, yang pada akhirnya mengurangi besarnya laba ditahan awal
periode.
Dalam beberapa kasus, pencadangan atas laba ditahan mungkin dilakukan,
diantaranya adalah untuk membeli treasury stocks, melunasi utang jangka
panjang, melakukan perluasan pabrik, membuka kantor cabang baru, mengatasi
ketidakpastian, dan lain sebagainya. Selain dicatat dalam jurnal, peristiwa
pencadangan laba ditahan ini juga pada umumnya perlu diungkapkan dalam
catatan laporan keuangan. Jurnal akan dibuat dengan cara mendebet akun laba
ditahan yang tidak dicadangkan (unappropriated retained earnings) dan
mengkredit akun laba ditahan yang dicadangkan (appropriated retained
earnings). Sebagai ilustrasi, misalkan bahwa pada tanggal 29 Maret 2010 Direksi
menyetujui pembentukan apropriasi (cadangan) laba ditahan untuk ketidakpastian
sebesar Rp. 50.000.000,-. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat
pencadangan laba ditahan tersebut adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
29-03-10 Laba ditahan yang tidak dicadangkan 50.000.000
Laba ditahan yg dicadangkan untuk 50.000.000
ketidakpastian
Perhatikan bahwa besarnya laba ditahan yang tidak dicadangkan menjadi
berkurang (disebelah debet) dan dananya dialokasikan untuk membentuk laba
ditahan yang dicadangkan (disebelah kredit). Secara keseluruhan besarnya laba
ditahan sesungguhnya tidak mengalami perubahan, akan tetapi hanya “tukar
tempat” dari yang tidak dicadangkan menjadi dicadangkan.
Melalui ayat jurnal penutup, laba bersih yang dihasilkan selama periode berjalan
akan menambah jumlah laba ditahan yang tidak dicadangkan, sedangkan
pengumuman deviden akan mengurangi jumlah laba ditahan yang tidak
dicadangkan.

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 28


Nama Perkiraan Debet Kredit
Ikhtisar Laba Rugi Xxx
Laba ditahan yg tidak dicadangkan Xxx
(menutup saldo laba bersih)
Laba ditahan yang tidak dicadangkan xxx
Deviden tunai xxx
Deviden saham
(menutup akun deviden)
Ikhtisar Laba Rugi Xxx
Laba ditahan yg tidak dicadangkan Xxx
(menutup saldo laba bersih)
Laba ditahan yang tidak dicadangkan xxx
Deviden tunai Xxx
Deviden saham
(menutup akun deviden)

Berikut ini adalah contoh tampilan format dari laporan laba ditahan :
1). Tanpa Pencadangan Laba Ditahan

PT. Hijau Daun


Laporan Laba Ditahan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2010
Laba ditahan awal 150.000.000
Laba bersih 420.000.000
Deviden Tunai (161.500.000)
Deviden Saham ( 88.500.000)
Laba ditahan, akhir
320.000.000
2). Dengan Pencadangan Laba Ditahan

PT. Lingkar Prestasi


Laporan Laba Ditahan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2010
Laba Ditahan yang tidak dicadangkan :
Saldo Awal 600.000.000
Laba bersih 99.000.000
Deviden Tunai ( 34.000.000)
Deviden Saham ( 28.000.000)
Dicadangkan untuk Ketdkpastian (100.000.000)

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 29


Saldo Akhir 537.000.000
Laba Ditahan yang Dicadangkan :
Saldo Awal 0
Dicadangkan utk Ketidakpastian 100.000.000
Saldo Akhir 100.000.000
Total Laba Ditahan, Akhir 637.000.000
10.Pelaporan Modal Pemegang Saham
Secara keseluruhan bagian modal pemegang saham yang tampak dalam neraca
berisi komponen modal disetor (modal yg dikontribusikan), laba ditahan, dan
saham yang diperoleh kembali. Komponen modal disetor terdiri atas modal saham
dan tambahan modal disetor.
Modal saham (yang disajikan sebesar nilai pari) terdiri atas saham preferen,
saham biasa, dan dividen saham yang dapat dibagikan. Yang termasuk sebagai
tambahan modal disetor adalah kelebihan harga jual (terbit) saham preferen dan
saham biasa di atas nilai parinya, dan kelebihan harga jual treasury stocks di atas
harga perolehannya. Modal disetor dapat berkurang oleh karena adanya piutang
pesanan saham yang belum dilunasi oleh pembeli (pemesan).

PT. Biru Laut


Neraca (sebagian)

Modal Pemegang Saham


Modal Disetor
Modal Saham :
Saham Preferen (nilai pari Rp. 1.400,- Rp. 1.400.000,-
Per lembar, 3.500 lbr diotorisasi,
5.0 00lbr diterbitkan & beredar)
Saham biasa (nilai pari Rp. 600,- Rp. 4.200.000,-
Per lembar 8.000 lbr diotorisasi,
7.000 lbr diterbitkan & 5.200 beredar)
Pesanan Saham Biasa (1.000 lbr) Rp. 600.000,-
Deviden Saham yang dapat dibagikan Rp. 300.000,-
(500 lembar)

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 30


Total modal Saham Rp. 6.500.000,-
Tambahan Modal Disetor :
Kelebihan Harga Jual di atas Nilai Pari-
Saham Preferen Rp. 300.000,-
Kelebihan Harga Jual di atas Nilai Pari-
Saham Biasa Rp. 1.340.000,-
Modal Disetor dari Saham yang Diperoleh
Kembali Rp. 48.000,-
Total Tambahan Modal Disetor Rp. 1.688.000,-
Dikurangi Piutang Pesanan Saham Biasa (Rp. 800.000,-)
Total Modal Disetor Rp. 7.388.000,-
Laba Ditahan Rp. 40.000.000,-
Dikurangi Saham yang diperoleh kembali (1.800 lbr) (Rp. 1.512.000,-)
Total Modal Pemegang Saham Rp. 45.876.000,-

C. LATIHAN SOAL/TUGAS
Berikut ini adalah data mengenai besarnya modal dasar, modal disetor, dan laba
ditahan dari PT.Tetra Dalih Satria per 31 Desember 2009.
Modal Dasar :
 Saham Biasa, 300.000 lembar, nilai pari @ Rp. 5.000,- Rp. 1.500.000.000,-
 9% Saham Preferen, 40.000 lembar, nilai pari @ Rp. 7.500,-
Rp. 300.000.000,-
Rp. 1.800.000.000,-
Modal Disetor :
Saham biasa, 120.000 lembar diterbitkan dan beredar Rp. 600.000.000,-
Kelebihan harga jual di atas nilai pari - saham biasa Rp. 35.300.000,-
Total Modal Disetor Rp. 635.300.000,-
Laba ditahan yang tidak dicadangkan Rp. 430.000.000,-
Transaksi-transaksi yang telah terjadi selama tahun 2010 berkaitan dengan
ekuitas pemegang saham adalah :
15 Januari Dijual secara tunai 30.000 lembar saham preferen dengan
harga Rp. 240.000.000,-

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 31


2 Februari Dijual secara tunai 50.000 lembar saham biasa dengan
harga Rp. 265.000.000,-
3 April Dibeli sebuah peralatan dengan harga sebesar Rp.
58.000.000,- dari PD. Utama Jaya. Dalam transaksi ini
perusahaan menerbitkan selembar wesel bayar (tingkat suku
bunga 9% per tahun dan umur wesel adalah 60 hari) dengan
nilai nominal Rp. 16.000.000,- dan sisanya dibayar dengan
menerbitkan 8.400 lembar saham biasa.
20 April Menerima pesanan saham biasa dari Tn. Irwan sebanyak
30.000 lembar dengan harga Rp. 5.150,- per lembar dan
diterima pembayaran dimuka sebesar 1/3-nya.
23 Mei Membeli kembali saham biasa milik PT.Tetra Dalih Satria
sebanyak 13.600 lembar dengan harga Rp. 5.200,- per
lembar.
2 Juni Membayar utang wesel kepada PD.Utama Jaya.
18 Juni Menerima pembayaran dari Tn.Irwan atas saham biasa yang
dipesannya, yaitu sebesar Rp. 77.250.000,-
1 Juli Direksi PT.Tetra Dalih Satria mengumumkan pembagian
deviden tunai kepada para pemegang saham biasa sebesar
Rp. 700,- per lembar yang dicatat pada tanggal 03 Juli dan
baru akan dibayarkan pada tanggal 20 Juli nanti. Pada
tanggal 01 Juli juga dibentuk apropriasi laba ditahan untuk
pembayaran utang obligasi sebesar Rp. 50.000.000,-
20 Juli Dibayar deviden tunai kepada para pemegang saham biasa
sesuai dengan pengumuman pada tanggal 01 Juli.
18 Agt PT. Tetra Dalih Satria menerbitkan saham biasa sebanyak
45.000 lembar untuk ditukar dengan tanah dan bangunan
milik Tn.Karno nilai tanah adalah Rp. 100.000.000,-
sedangkan nilai bangunan ditaksir sebesar Rp.
150.000.000,-
20 Sept Dijual saham treasury sebanyak 4.200 lembar dengan harga
Rp. 22.470.000,-

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 32


10 Okt Menerima pelunasan pesanan saham biasa dan menerbitkan
sertifikat saham kepada Tn. Irwan.
Diminta : Buatlah ayat jurnal yang diperlukan dalam pembukuan PT. Tetra Dalih
Satria untuk mencatat seluruh transaksi ekuitas pemegang saham yang
terjadi sepanjang tahun 2010!

D. DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta:
Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit
PT.Raja Grafindo Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana
Indonesia
6.Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Penerbit Erlangga
7. Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center
Unpam
8.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan
ketiga atas undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan
tata cara Perpajakan.

E.GLOSARIUM
1. Perseroan : sebuah badan hukum, yang dibedakan dan terpisah dari individu-
individu yang mendirikan dan menjalankan organisasi tersebut.
2. Aktiva : sumber daya dalam bentuk harta benda atau hak yang dikuasai oleh
perusahaan.
3. Kewajiban : sesuatu yang harus dilaksanakan, keharusan, sesuatu yang harus
dilaksanakan, atau juga tugas, dan hak tugas menurut hukum.

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 33


4. Modal : sesuatu yang sangat dibutuhkan di dalam sebuah peruasahaan, salah
satu yang utama di dalam perusahaan adalah ini.
5. Ikhtisar Laba Rugi : digunakan untuk menutup seluruh akun yang sifatnya
temporer seperti akun pendapatan dan akun beban.
6. Laba ditahan : sebuah akun tetap yang ada dalam neraca keuangan sebuah
perusahaan dengan judul modal pemegang saham.
7. Deviden Tunai : pembagian uang tunai secara pro rata kepada pemegang
saham.
8. Deviden Saham : pembagian laba dalam bentuk saham sesuai banyak saham
yang dimiliki oleh para pemegang saham.
9. Modal Dasar : modal dasar yang disetor oleh pemegang saham, akan tetapi
yang harus disetorkan oleh pemegang saham pada saat pendirian perseroan
terbatas adalah jumlah modal disetor seperti yang tertera dalam akte pendirian.
10. Saham : surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu
perusahaan.
11. Saham biasa : surat berharga dalam bentuk piagam atau sertifikat yang
memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban menyangkut
andil kepemilikan dalam suatu perusahaan.
12. Saham Preferen : saham preferen yang membagikan dividen kepada
pemegangnya, pemilik saham ini setelah menerima deviden tetap mempunyai
hak untuk membagi keuntungan yang dinyatakan sebagai deviden kepada
pemegang saham biasa.

S1- Akuntansi Perpajakan Universitas Pamulang 34

Anda mungkin juga menyukai