Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH AKUNTANSI PERBANKAN

”DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH”

DOSEN PENGAMPUH :

CITRA LIZA,Msi

KELOMPOK 1 :

1.RIVEN AFRIANSAH(1811140217)

2.DHEA HIKMAH AMELIA(1811140242)

3.FITRI EKA YOLANDARI(1811140250)

4.ANISA DEVI PARAMITHA(1811140219

5.AGNES MONIKA(1811140231)

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan kita nikmat yang
tak terhinggah yang telah memberikan kita kesehatan sampai pada saat ini.kami ucapkan terimakasih
kepada ibu dosen dan teman-teman sekalian,terkhusus kepada ibu dosen kami sangat ber terimakasih
karena sudah membimbing kami di mata kuliah akuntansi perbankan ini.harapan tentunya semoga
amal baik bapak/ibu di balas oleh Allah swt.

dan juga tentunya semoga mata kuliah akuntansi perbankan ini bisa bermanfaat untuk kami
semua di saat ini dan masa depan nantinya.penulis sangat berharap makalah ini nantinya bisa
berguna di kemudian hari.

Penulis menyadari betul bahwa makalah ini masih banyak sekali kekurangan-kekurangan
nya,maka dari itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya,dan kami juga sangat membutuhkan
kritik dan saran dari pembaca.

Terimakasih..

Wassalamualaikum.wr.wb

Bengkulu,28 maret 2021

PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

B.RUMUSAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN

A.Aspek yang terkait dengan transaksi syariah

dan pemakai laporan keuangan syariah

B.Tujuan laporan keuangan

C.Asumsi dasar

D.Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah

E.Unsur-unsur laporan keuangan

F.Pengakuan dan pengukuran unsur-unsur laporan keuangan

G.Catatan atas laporan keuangan

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1 PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Perbankan syariah merupakan bagian dari entitas syariah yang berfungsi


sebagai lembaga intermediarykeuangan diharapkan dapat menampilkan dirinya secara
baik dibandingkan dengan perbankan dengan sisitem yang lain (perbankan yang
berbasis bunga). Gambaran tentang baik buruknya suatu perbankan syariah dapat
dikenali melalui kinerjanya yang tergambar dalam laporan keuangan.Penyajian laporan akuntansi
bank syariah telah diatur dengan pedoman standar akuntansi keuangan syariah (PSAK) dan
pedoman akuntansi perbankan syariah Indonesia (PAPSI). Oleh karena itu, laporan
keuangan harus mampu memfasilitasi semua pihak yang terkait dengan bank syariah.
Kekurangan perhatian PSAK dan PAPSI dalam masalah syariah juga terdapat dalam hal
fungsi laporan keuangan memfasilitasi DPS untuk memeriksa dana non halal yang diterima
oleh bank. Dana non halal berdasarkan PSAK no. 59 dan PAPSI digabung dengan dana
Qardh. Penggabungan dapat menimbulkan persoalan syariah berupa tercampurnya yang hak
dan yang bathil. Ketiadaan pemisahan akan menyebabkan kurangnya perhatian untuk
mengupayakan pengeliminasian dan non halal dimasa yang akan datang.

Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi, atau organisasi
bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan ekuitas pemilik.
Laporan keuangan bank sama saja dengan laporan keuangan perusahaan. Neraca bank
memperlihatkan gambaran posisi keuangan suatu bank pada saat tertentu. Laporan laba-rugi
memperlihatkan hasil kegiatan atau operasional suatu bank selama satu periode tertentu.
Laporan perubahan posisi keuangan memperlihatkan darimana saja sumber dana bank dan
kemana saja adana disalurkan. Laporan ini disusun dari neraca pada dua periode dan laporan
laba-rugi selama periode yang dilaporkan. Selain dari ketiga komponen utama laporan keuangan di
atas, juga harus disertakan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.Berbeda dengan perusahaan lainnya, bank
diwajibkan menyertakan laporan komitmen dan kontijensi, yaitu memberikan gambaran, baik
yang bersifat tagihan maupun kewajiban pada tanggal laporan.

4
B.RUMUSAN MASALAH

A.Aspek yang terkait dengan transaksi syariah

dan pemakai laporan keuangan syariah

B.Tujuan laporan keuangan

C.Asumsi dasar

D.Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah

E.Unsur-unsur laporan keuangan

F.Pengakuan dan pengukuran unsur-unsur laporan keuangan

G.Catatan atas laporan keuangan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek yang terkait dengan transaksi syariah dan pemakai laporan keuangan syariah

1.Proses Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah

Proses atau siklus akuntansi syariah yang dimulai dari bukti transaksi sampai dengan laporan
keuangan itu berarti sama dengan proses atau siklus akuntansi umum (Harahap, 2001) yaitu: dalam
praktik, terutama apabila lembaga syariah masih dalam penataan akuntansi dan telah
mempergunakan komputer, alurnya dimulai dari bukti transaksi yang merupakan input dengan
mempergunakan kode debit dan kode kredit. Kemudian setelah transaksi dalam hari tersebut selesai,
beberapa kegiatan proses akuntansi ditangani oleh komputer sebagai proses yaitu jurnal, pembukuan
dalam buku besar sampai dengan neraca percobaan atau neraca saldo, dan akhirnya pada setiap akhir
tanggal transaksi diterbitkan seperangkat laporan keuangan lembaga syariah yang merupakan
outputnya. Jurnal penyesuaian, jurnal penutup dan jurnal koreksi (jika diperlukan) dilakukan pada
hari kerja berikutnya atau dilakukan oleh kantor akuntan yang melakukan pemeriksaan atas laporan
keuangan tersebut.1

2.PSAK 101 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Menurut Harahap (2004:38) laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses
akuntansi yang merupakan wujud jasa dari profesi pemakainya sebagai salah satu bahan dalam
proses pengambilan keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atas
pengelolaan perusahaan. PSAK 101 menetapkan dasar penyajian laporan keuangan yang bertujuan
umum untuk entitas syariah agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode
sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lain. PSAK 101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah mengatur tentang persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur
laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan untuk
entitas syariah mengacu pada ED (exposure draft) PSAK 101 (2011:101.6) terdiri dari komponen
berikut:

1
SE.Fajarwati-jrak:Jurnal Riset Akuntansi dan Komputerisasi,2010
2. A.IKHSAN,M HARIDHI-2017-academia edu

6
1) Laporan posisi keuangan.

2) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

3) Laporan perubahan ekuitas.

4) Laporan arus kas.

5) Laporan sumber dan penyaluran dana zakat.

6) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

7) Catatan atas laporan keuangan.

8) Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan entitas syariah yang
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos
laporan keuangan atau ketika entitas syariah mereklasifikasi pos dalam laporan keuangannya.

3.Asas Transaksi Syariah Menurut Suwiknyo (2016: 75-78)

transaksi syariah berasaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip Persaudaraan (ukhuwah) Prinsip persaudaraan (ukhuwah) merupakan nilai universal yang
menata interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum
dengan semangat saling menolong. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam
memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan
diatas kerugian orang lain. Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip saling mengenal
(ta‟aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta‟awun), saling menjamin (takaful), saling
bersinergi dan beraliansi (tahaluf).

2. Prinsip Keadilan („adalah) Prinsip keadilan adalah menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya
dan memberikan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada yang berhak
serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. 2

3. Prinsip Kemaslahatan (maslahah) Prinsip kemaslahatan merupakan segala bentuk kebaikan dan
manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.
2
3. wk Dewi-2021-repository.uin suska.ac.id

7
Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah (halal) serta
bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek secara keseluruhan yang tidak
menimbulkan kemudharatan.

4. Prinsip Keseimbangan (tawazun) Prinsip keseimbangan ini meliputi keseimbangan aspek material
dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan
keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada
maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk pemilik (stakeholder). Sehingga manfaat yang
didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan tetapi semua pihak yang dapat
merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi.

5. Prinsip Universalisme (syumuliyah) Prinsip universalisme dapat dilakukan oleh, dengan, dan
untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai
dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin)

B.Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan dasar laporan keuangan akuntansi syariah yang bersifat”materi”adalah untuk


pemberian informasi(akuntansi).sedangkan yang bersifat “spirit” adalah untuk
akuntabilitas(cf.Baydoun and willwt 1994).kedua tujuan ini mutualy inclusive,tujuan yang satu tidak
dapat meniadakan yang lain;keduanya berada dalam kesatuan(unity) sebagaimana bersatunya badan
dan ruh kita.

Materi dan spirit memang berbeda,tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan.Dalam wacana
filsafat idealisme ‘spirit”dianggap lebih abadi dibandingkan dengan’ materi’ persisnya,menurut
idealism jerman dikatakan bahwa”the ultimate reality of the universe is spiritual rather than material
in nature(Burrel and morgan 1979,362).Hal yang sama juga diungkapkan
Triwiyuno(2000c,243;lihat juga Dhaouadi 1993)bahwa the spiritual dimensions is the departing
point and more power full than the materialistic on in their continuing dynamic
interaction,howefer,they are compelementary with a prefential difference.

Dalam tradisi Islam, manusia adalah khalifatullah fil ardh (wakil Tuhan di bumi) (lihat QS.
2:30; 35:39) dengan misi khusus “menyebarkan rahmat bagi seluruh alam” (QS.38:26)sebagai
amanah dari Tuhan. Dengan misi khusus ini, manusia diberi amanah untuk mengelola bumi
berdasarkan keinginan Tuhan (the will of God). Ini artinya bahwa manusia berkewajiban mengelola
bumi berdasarkan pada etika syari’ah (Triyuwono 1997, 18-19), yang konsekuensinya harus
dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan. Ini merupakan premis utama dari akuntabilitas, yaitu

8
akuntabilitas vertikal. Dalam konteks akuntansi, manusia seolah-olah mengikat kontrak dengan
Tuhan. Dalam kontrak tersebut Tuhan sebagai (The Ultimate Principal) menugaskan manusia untuk
menyebarkan rahmat/kesejahteraan (dalam bentuk ekonomi, sosial, spiritual, politik, dan lain-
lainnya) pada manusia yang lain (stakeholders) dan alam (natural environment). Konsekuensinya,
manusia memang harus bertanggungjawab atas tugas yang dibebankan ini kepada Tuhan (lihat
Triyuwono dan Roekhuddin 2000, 157-164) berdasarkan hukum-hukumNya - akuntabilitas vertikal
(vertical accountability). Namun harus diakui bahwa tugas manusia itu adalah tugas yang membumi.
Tugas tersebut menyangkut penciptaan dan penyebaran rahmat kepada manusia yang lain dan
lingkungan alam dalam bentuk aktivitas bisnis. Dalam konteks mikro dapat diartikan bahwa sebuah
entitas bisnis telah melakukan kontrak sosial (social contract) dengan masyarakat dan alam. Oleh
karena itu, hubungan antara seorang agent (manajemen) dengan masyarakat dan alam tidak dapat
dijustifikasi dengan entity theory atau principal-agent relationship, tetapi dengan konsep shari’ah
enterprise theory seperti yang telah disinggung di atas. Sebagai konsekuensi dari kontrak tersebut,
seorang agent harus bertanggungjawab kepada masyarakat (stakeholders) dan alam (universe) (lihat
Triyuwono dan Roekhuddin 2000, 157-164). Hubungan pertanggungjawaban pada tingkat ini
dinamakan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Jadi, pada dasarnya akuntansi
syari’ah merupakan instrumen akuntabilitas yang digunakan oleh manajemen kepada Tuhan
(akuntabilitas vertikal), stakeholders, dan alam (akuntabilitas horizontal). Pemikiran ini mempunyai
dua implikasi. Pertama, akuntansi syari’ah harus dibangun sedemikian rupa berdasarkan nilai-nilai
etika (dalam hal ini adalah etika syari’ah) sehingga “bentuk” akuntansi syari’ah (dan konsekuensinya
informasi akuntansi yang disajikan) menjadi lebih adil; tidak berat sebelah, sebagaimana kita
temukan pada akuntansi modern yang memihak kepada para kapitalis (dan kreditor) dan
memenangkan nilai-nilai maskulin. Kedua, praktik bisnis dan akuntansi yang dilakukan manajemen
juga harus berdasarkan pada nilai-nilai etika syari’ah. Sehingga, jika dua implikasi ini benar-benar
ada, maka akuntabilitas yang dilakukan oleh manajemen adalah akuntabilitas yang suci. Atau dengan
kata lain, manajemen menyajikan “persembahan” yang suci kepada Tuhan, dan sebaliknya Tuhan
menerima persembahan suci ini dengan ridho. Inilah sebetulnya bentuk “peribadatan” yang nyata
dari manusia kepada Tuhannya (lihat QS. 51:56).3

3
4 I Triyuwono - Jurnal Iqtisad, 2003 - journal.uii.ac.id

9
3.ASUMSI DASAR

Apa itu Asumsi Dasar Akuntansi

Pembukuan usaha atau laporan keuangan yang valid dan akurat adalah hasil kerja keras para akuntan
yang sudah memenuhi dan menjalankan asumsi dasar akuntansi dengan baik dan benar, serta
terstruktur. Pada dasarnya, laporan keuangan tidak hanya bermanfaat bagi calon investor dalam
menilai kinerja dan kondisi perusahaan secara objektif, tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri, yaitu
sebagai bahan evaluasi dan proyeksi pengembangan usaha di masa mendatang, serta sebagai data
pendukung dalam setiap pengambilan kebijakan perusahaan.

Asumsi dasar akuntansi adalah tentang bagaimana suatu pencatatan pembukuan bisnis
diorganisasikan dan beroperasi. Hal ini adalah struktur dasar tentang bagaimana transaksi bisnis
dicatat. Jika salah satu dari asumsi ini tidak benar, mungkin Anda perlu mengubah laporan keuangan
yang dihasilkan oleh bisnis dan dilaporkan dalam laporan keuangannya. Untuk mendapatkan laporan
keuangan yang valid dan akurat, penyusunan pembukuan usaha harus didasari oleh asumsi dasar
akuntansi, yaitu menyangkut sepuluh asumsi berikut ini:

1. Entitas Ekonomi

Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan adalah sebuah entitas mandiri atau suatu unit usaha yang
berdiri sendiri, terpisah dari pemilik atau pemegang saham. Dengan begitu semua transaksi
perusahaan terpisah dari pemilik.

2. Kontinuitas Usaha

Asumsi ini menyebutkan bahwa perusahaan akan abadi. Artinya diharapkan tidak terjadi likuidasi di
masa mendatang. Prinisp kontinuitas usaha ini memengaruhi prosedur akuntansi lainnya, seperti
valuasi aset berdasarkan arus kas mendatang dan penyusutan.

3. Satuan Moneter

Maksudnya adalah semua transaksi usaha mesti memakai satuan uang tertentu sesuai dengan lokasi
berdirinya perusahaan. Pencatatan cuma dilakukan pada segala sesuatu yang dapat diukur dan dinilai
dengan satuan uang tertentu. Kualitas dan prestasi yang termasuk transaksi nonkualitatif tidak bisa
dilaporkan.

4. Periode Akuntansi

Asumsi dasar akuntansi ini menunjukkan bahwa penilaian dan pelaporan keuangan perusahaan
dilakukan pada priode waktu tertentu yang sudah ditetapkan. Prinsip ini mengharuskan Anda untuk
mencatat semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan setiap barang atau jasa.

6. Akuntansi Akrual

10
Intinya adalah pendapatan dan biaya dilaporkan pada saat kejadian. Misal perusahaan sudah
menganggap sebagai pendapatan jika ada pembelian barang atau jasa dari konsumen yang membayar
dengan cara dicicil. Pun bila perusahaan membeli barang dengan cara kredit, maka pengeluaran itu
dianggap biaya.

7. Pengakuan Pendapatan

Asumsi dasar akuntansi lainnya yakni pengakuan pendapatan. Prinsip ini menyatakan bahwa
pendapatan mesti diakui saat periode pendapatan terjadi. Pendapatan bisa diakui saat terdapat
kepastian jumlah atau nominal yang bisa diukur secara tepat dengan harta yang didapat dari
penjualan barang atau jasa.

8. Mempertemukan

Asumsi Mempertemukan dalam akuntansi mengandung makna bahwa biaya yang dipertemukan
dengan pendapatan difungsikan untuk menentukan jumlah laba bersih setiap periode. Pembebanan
pada biaya tidak bisa dilakukan bila pengakuan pendapatan ditunda.

9. Konsistensi

Konsistensi menekankan bahwa laporan keuangan sebaiknya menggunakan metode dan prosedur
yang sama dalam pencatatannya. Bila perusahaan Anda menerapkan sistem akrual, maka seterusnya
itu yang dipakai dalam pembuatan laporan keuangan. Gonta-ganti sistem sangat tidak disarankan
karena dapat membingungkan para pengguna informasi akuntansi untuk mengambil keputusan
penting.

10. Pengungkapan Penuh

Berdasarkan prinsip ini maka produk akuntansi seperti laporan keuangan mesti memasukkan semua
informasi yang memadai dan lengkap, tanpa ada yang disembunyikan. Dengan begitu para pengguna
laopran keuangan dapat mengambil keputusan strategis. Memberikan informasi dalam bentuk
pembukuan usaha atau laporan keuangan yang akurat dan bertanggung jawab kepada setiap pihak
yang berkepentingan adalah salah satu tujuan akuntansi.

11
4. Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam


laporan keuangan berguna bagi pemakai.

a. Karakteristik kualitatif laporan keuangan Syariah menurut KDPPLKS.

Kerangka konseptual karakteristik kualitatif informasi akuntansi ini berhubungan dengan ciri
spesifik dari kualitas informasi akuntansi yang harus dipenuhi agar memenuhi tujuan
kegunaannya sebagai pertanggung jawaban dan informasi. Secara umum, laporan keuangan
akuntansi syariah harus bisa menunjujkan ciri ketakwaan dan keimanan. Ciri tersebut
diantaranya: dapat dipahami, relevan, keandalan,penyajian yang jujur, daya banding, dan
kelengkapan.

Berikut ini akan dibahas masing-masing karakter:

1) Dapat dipahami (understandability)


pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan
bisnis,akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit
untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2) Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalaudapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu merekam evaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di
masa lalu.4
Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama
lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aset-aset yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai
ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan entitas syariah dalam memanfaatkan peluang

4
5. Indah Sari,”Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah”(https://id.scribd.com/documen/366887507/,
diakses pada 29 maret 2021,18:00)

12
dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam
memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang
bagaimana struktur keuangan entitas syariah diharapkan tersusun atau tentang hasildari operasi
yang direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang
langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga
sekuritas dan kemampuan entitas syariah untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit.
Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan
dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai
prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yangtidak
biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
3) Keandalan (reliability)
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable) Informasi memiliki kualitasandal jika
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika
hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan
hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas syariah untuk mengakui jumlah
seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah
serta keadaan dari tuntutan tersebut.
4) Penyajian yang jujur (representation faithfulness),
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksiserta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi,
misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam
bentuk aset, kewajiban, dana syirkah temporer, dan ekuitas entitas syariah pada tanggal
pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.Informasi keuangan pada umumnya tidak luput
dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal
tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan
kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta peristiwalainnya yang
dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai
dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.

13
Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak keuangan dari suatu pos sangat tidak pasti sehingga
entitas syariah pada umumnya tidak mengakuinya dalam laporan keuangan. Misalnya, meskipun
dalam kegiatan usahanya entitas syariah dapat menghasilkan goodwill, tetapi lazimnya sulit
untuk mengidentifikasi atau mengukur goodwill secara andal. Namun, dalam kasus lain,
pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan mengungkapkan risiko kesalahan
sehubungan dengan pengakuan dan pengukurannya.
5) Materialitas Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya.
Dalam beberapa kasus, hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya.
Misalnya, pelaporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang
dihadapi entitas syariah tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen
baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain, baik hakekat maupun materialitas
dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan
entitas syariah.Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau
kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan
(omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih
merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok
yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.Dalam hal bagi hasil, dasar yang
dibagihasilkan harus mencerminkan jumlah yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan
pelaksanaan konsep materialitas.
6) Substansi Mengungguli Bentuk Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan
jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu
dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang
tampak dari bentuk hukum.
7) Netralitas Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk
menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan
merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
8) Pertimbangan Sehat Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidak pastian
peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, prakiraan masa
manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidak
pastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat sertatingkatnya dan dengan

14
menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam
kondisi ketidak pastian, sehingga asset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian penggunaan
pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau
penyisihan(provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan aset atau penghasilan yang lebih
rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan
menjadi tak netral, dan karena itu, tidak memiliki kualitas andal.
9) KelengkapanAgar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission)
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dankarena itu tidak dapat
diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
10) Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas syariah antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerjakeuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antarentitas syariah untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisikeuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten
untuk entitas syariah tersebut, antar periode entitas syariah yang sama,untuk entitas syariah yang
berbeda, maupun dengan entitas lain.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai
harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai
harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang
diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah entitas syariah dari
satu periode keperiode dan dalam entitas syariah yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi
keuangan syariah, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas
syariah, membantu pencapaian daya banding.

b. Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut AAOIFIa.

1) Relevan.5

5
6. Khairul Dzaki, Skripsi:”Karakteristik kualitatif laporan keuangan Syariah” (Yogyakarta:UMY,2019),Hal.30.

15
Syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan sebagai alas an utama disusunnya
laporan keuangan. Oleh karena itu, agar relevan laporan keuangan harus memiliki nilai prediksi
dan nilai umpan balik serta harus disajikan lepat waktu, baik untuk laporan interim maupun
untuk laporan tahunan.
2) Dapat diandalkan
Syarat ini berhubungan dengan tingkat keandalan informasi yang dihasilkan. Halini tidak berarti
harus akurat secara absolut, tetapi dapat diandalkan sesuai dengan kondisi yang melekat pada
transaksi termasuk penggunaan cara/metode untuk penghitungan dan/atau pengungkapan dari
suatu transaksi. Walaupun estimasi dan judgement tidak konsisten dengan prinsip syariah tetapi
hal ini diperbolehkan jika tidak adanya bukti yang memadai. Dalam syarat ini, harus memiliki
penyajian yang wajar, objektif dan netral, sesuai dengan perintah Allah

5. Unsur unsur laporan keuangan

Pembahasan kali ini mengenai Unsur-Unsur dalam Laporan Keuangan. Dalam Unsur-Unsur Laporan
Keuangan terdiri atas Neraca, Ekuitas, Laporan Laba/Rugi, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Untuk lebih
jelasnya, pembahasan mengenai Unsur-Unsur dalam Laporan Keuangan yaitu sebagai berikut.

5.Unsur unsur laporan keuangan

Adapun unsur-unsur penyusun laporan keuangan adalah sebagai berikut.

1. Neraca

Neraca sebagai laporan yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan perusahaan.
Neraca mempunyai unsur-unsur penyusun sebagai berikut.

a. Aktiva (Asset)

Aktiva adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan, yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan akan memberikan manfaat ekonomis di masa yang akan datang. Dalam neraca, sebagian
besar aktiva perusahaan akan disusun urut berdasarkan tingkat kelancarannya (likuiditas), kecuali
untuk aktiva tetap yang disusun urut berdasarkan tingkat kekekalannya. Kelancaran (likuiditas)
adalah kecepatan perputaran aktiva untuk habis digunakan atau untuk berubah menjadi bentuk kas,

16
semakin cepat berubah menjadi bentuk kas atau habis dipakai maka aktiva tersebut dikatakan
semakin lancar.

Berdasar hal tersebut maka unsur-unsur aktiva dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Aktiva Lancar (Current Assets)

Aktiva lancar adalah aktiva yang akan habis digunakan atau mempunyai manfaat atau berubah
bentuk menjadi kas menjadi kas dalam waktu kurang dari satu tahun. Contoh ktiva lancar adalah kas,
persediaan barang dagang.

2) Investasi Jangka Panjang (Long Term Investment)

Investasi jangka panjang adalah sumber ekonomis (aktiva) yang dimiliki oleh perusahaan dengan
tujuan bukan untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, namun mempunyai tujuan
lain seperti membeli saham untuk mengakuisisi (membeli) perusahaan lain.

3) Aktiva Tetap (Fixed Assets)

Hampir sama dengan aktiva lancar, namun aktiva tetap periodenya lebih panjang yaitu lebih dari
satu tahun. Untuk bisa dikategorikan ke dalam aktiva tetap, suatu aktiva harus mempunyai ciri-ciri
berikut.

a) Aktiva tersebut dibeli dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasi perusahaan.

b) Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Contoh aktiva tetap adalah kendaraan, mesin-
mesin produksi, dan sebagainya.

4) Aktiva Tidak Berujud (Intangible Assets)

Aktiva tidak berujud adalah aktiva yang melekat pada perusahaan secara keseluruhan dan tidak
dapat diidentifikasi secara fisik namun dirasakan manfaatnya bagi perusahaan. Contohnya merek,
hak cipta, goodwill, dan sebagainya. Merek tidak bisa diidentifikasi secara fisik, namun bisa
dirasakan manfaatnya bagi perusahaan, misalnya konsumen akan cenderung memilih produk tertentu
dengan cara melihat mereknya. Karena aktiva tetap tidak berujud ini merupakan aset perusahaan,
maka harus dilindungi keberadaannya dari pihak-pihak yang ingin menirunya.

5) Aktiva Lain-Lain

17
Aktiva lain-lain adalah aktiva yang tidak memenuhi klasifikasi di atas. Adapun contohnya adalah
peralatan mesin yang masih mempunyai umur ekonomis namun kondisinya telah rusak, dana
jaminan, dan sebagainya.

b. Kewajiban

Kewajiban adalah utang perusahaan saat ini yang timbul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan akan dibayar oleh perusahaan di masa yang akan datang dengan sumber daya ekonomi yang ada.
Kewajiban sering juga disebut utang.

Penyajian kewajiban di dalam neraca akan diurutkan dari yang paling dekat/cepat tanggal jatuh
tempo atau tanggal pembayaran. Kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Kewajiban Jangka Pendek (Current Liabilities)

Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban perusahaan yang akan dibayar atau dilunasi dalam
waktu kurang dari satu tahun dengan sumber daya ekonomis yang ada. Contoh kewajiban jangka
pendek adalah utang dagang (account payable).

2) Kewajiban Jangka Panjang

Hampir sama dengan kewajiban jangka pendek, namun dalam kewajiban jangka panjang,
kewajiban tersebut harus dibayar dalam kurun waktu lebih dari satu tahun. Adapun contoh kewajiban
jangka panjang adalah utang obligasi (bond payable).

2. Ekuitas

Ekuitas dapat diartikan sebagai hak residual (sisa) atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban. Jika diformulasikan seperti berikut.

AKTIVA - KEWAJIBAN = EKUITAS

18
Dalam neraca, ekuitas disajikan secara urut berdasarkan tingkat kekekalannya. Semakin kekal
(tidak berubah-ubah) maka akan ditempatkan pada urutan pertama, demikian seterusnya ke bawah.
Ekuitas sering juga disebut modal.

Adapun elemen penyusun ekuitas adalah sebagai berikut.

a. Modal

Modal adalah penyerahan kas atau aktiva bentuk lain sebagai penyertaan seseorang pada suatu
perusahaan. Sebagai gantinya, jika perusahaan berbentuk perseroan terbatas maka perusahaan akan
memberikan lembar saham sebagai bukti kepemilikan seseorang terhadap perusahaan. Modal
perusahaan akan terbagi-bagi ke dalam lembar saham. Banyak sedikitnya saham tergantung dari
besar kecilnya modal perusahaan dan juga besar kecilnya nilai normatif (nilai yang tertera dalam
lembar saham). Namun jika perusahaan adalah perusahaan perorangan maka cukup dicatat dalam
jurnal saja.

b. Agio Saham

Ketika suatu perusahaan go public (sahamnya dijual kepada masyarakat luas dan terdaftar di bursa
efek) maka harga saham perusahaan akan berfluktuasi mengikuti pergerakan harga pasar di bursa
efek. Bila harga saham lebih besar dari nilai nominal maka kelebihan ini dinamakan agio, sedangkan
bila harga saham lebih kecil dari nilai nominal maka selisih kurang ini disebut disagio. Penilaian
penentuan agio/disagio dilakukan setiap akhir periode tertentu.

c. Laba Ditahan

Laba ditahan adalah bagian laba yang tidak dibagikan kepada pemilik. Laba diperoleh dari
penghasilan dikurangi dengan biaya.

Selain itu di dalam neraca dikenal beberapa akun lawan (contra account). Akun lawan ini berfungsi
sebagai penyesuai dari jumlah yang seharusnya disajikan, contohnya cadangan kerugian piutang
berikut

Piutang 750.000,00

Cadangan kerugian piutang 50.000,00

19
Piutang yang dapat direalisasi = 700.000,00

3. Laporan Laba/Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan yang berkaitan dengan pengukuran kinerja (prestasi)
perusahaan selama kurun waktu tertentu. Adapun unsur-unsur penyusun laporan laba/rugi adalah
sebagai berikut.

a. Penghasilan (Income)

Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomis dalam bentuk aliran kas masuk yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari tambahan modal, selama periode tertentu.
Kenaikan manfaat ekonomi bisa diperoleh dengan cara penjualan barang/jasa, pendapatan bunga,
keuntungan penjualan aktiva tetap, dan sebagainya.

Unsur-unsur penghasilan meliputi pendapatan (revenues), keuntungan (gains), dan pendapatan


lain-lain.

1) Pendapatan (Revenues)

Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomis yang timbul dari kegiatan operasional utama
perusahaan. Pengertian kegiatan operasional utama perusahaan adalah kegiatan di mana perusahaan
tersebut fokus berkecimpung. Sebagai contoh, jika perusahaan tersebut adalah perusahaan dagang
maka kegiatan utama perusahaan adalah jual/beli barang dagang, sehingga pendapatan perusahaan
berasal dari penjualan barang dagang, bukan dari penjualan aktiva tetapnya. Contoh pendapatan
adalah penjualan barang dagang.

2) Keuntungan (Gains)

Keuntungan adalah manfaat ekonomis yang mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan. Sebagai contoh keuntungan dari penjualan aktiva tetap. Penjualan aktiva tetap
tidak terjadi setiap periode, dan tidak setiap penjualan aktiva tetap perusahaan mendapatkan
keuntungan, dan kegiatan utama perusahaan bukan jual/beli aktiva tetap, sehingga laba penjualan
aktiva tetap ini dimasukkan dalam kategori keuntungan.

3) Pendapatan Lain-Lain

20
Pendapatan lain-lain adalah wadah untuk menampung penghasilan yang tidak masuk dalam kedua
kategori di atas. Sebagai contoh, pendapatan bunga bagi perusahaan dagang yang mempunyai
rekening di bank.

b. Biaya (Cost)

Biaya adalah penurunan atau perubahan manfaat ekonomis yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan, selama periode tertentu. Perubahan manfaat ekonomis bisa diakibatkan dari
pembelian barang/jasa (dari bentuk kas menjadi barang), sedangkan penurunan manfaat disebabkan
oleh pemakaian dalam kegiata operasional perusahaan, bencana alam, dan sebagainya.

Unsur-unsur biaya meliputi biaya (cost), beban (expenses), dan kerugian (loss):

1) Biaya (cost)

Biaya adalah perubahan manfaat ekonomis yang timbul dari kegiatan operasional utama
perusahaan. Sebagai contoh, jika perusahaan tersebut adalah perusahaan manufaktur maka kegiatan
utama perusahaan adalah mengubah bahan baku menjadi bahan jadi kemudian menjualnya kepada
konsumen, sehingga biaya merupakan kumpulan dari pengeluaran untuk membeli bahan baku,
membayar upah buruh, dan pengeluaran lainnya dalam rangka memproses bahan baku menjadi
produk jadi. Contohnya biaya bahan baku.

2) Beban (Expense)

Beban adalah pengorbanan sumber daya ekonomis untuk memperoleh penghasilan. Dalam laporan
keuangan, beban adalah faktor pengurang penghasilan. Sebagai contoh gaji wiraniaga, beban
penyusutan gedung, dan sebagainya.

21
3) Kerugian (Loss)

Kerugian adalah berkurangnya manfaat ekonomis yang mungkin timbul atau tidak timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan. Sebagai contoh kerugian sebagai akibat dari adanya kebakaran,
bencana alam, banjir, dan sebagainya.

4. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan perubahan aktiva bersih (aktiva - kewajiban) dalam periode
tertentu.

Unsur-unsur dalam laporan perubahan ekuitas adalah sebagai berikut.

a. Saldo Awal Periode

Saldo awal periode berisi jumlah dari komposisi awal ekuitas perusahaan pada periode tersebut.

b. Laba Bersih Periode Berjalan

Laba bersih periode berjalan berasal dari laporan laba/rugi. Bila terjadi laba akan menambah
jumlah ekuitas, demikian pula sebaliknya bila terjadi rugi akan mengurangi ekuitas.

c. Transaksi yang Berkaitan dengan Pemilik

Bila perusahaan dalam bentuk perseroan terbatas, maka dalam kelompok ini meliputi pembagian
dividen kepada para pemegang saham, penerbitan saham baru, dan sebagainya. Sedangkan bila
perusahaan perorangan maka meliputi pengambilan sebagian dana perusahaan untuk pemilik (sering
disebut prive), penarikan atau penyetoran kembali modal, dan sebagainya.6

6
7. https://ekonomisajalah.blogspot.com/2015/10/unsur-unsur-dalam-laporan-keuangan.html?m=1

22
6.Pengukuran unsur-unsur laporan keuangan
Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Biaya historis (historical cost)

Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
(consideration) yang di berikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.

2. Biaya kini (current cost)

Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau stara aset
diperoleh sekarang.

3. Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable atau settement value)

Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset
dalam pelepasan normal (orderly disporal).

7.Catatan atas laporan keuangan


Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam
laporan keuangan utama. Catatan atas laporan keuangan suatu entitas syariah harus mengungkapkan
hal-hal sebagai berikut:

1. Informasi tentang dasar penyusunsn laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan
diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.

2. Informasi yang diwajiobkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan penggunaan zakat : dan laporan
penggunaan dana kebajikan.

3.Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi diperlukan dalam rangka
penyajian secara wajar.

Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan membandingkannya
dengan laporan keuangan entitas syariah lain , catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan
dengan urutan sebagai berikut:

1. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.

2. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos tersebut
disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan.

3. Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya serta
pengungkapan yang bersifat non-keuangan.7
7
8 http://mepi-6.blogspot.com/2012/04/kelompok-11-m-k-l-h-kerangka-dasar.html?m=1

23
BAB III

PENUTUP

24
KESIMPULAN:

Berdasarkan makalah di atas tersebut dapat di simpulkan bahwa dalam mata kuliah akuntansi
perbankan ini banyak sekali jenis-jenis laporan keuangan,seperti tujuan laporan keuangan,catatan
atas laporan keuangan,unsur unsur laporan keuangan,dam lain-lain.

SARAN:

Harapannya kedepan penulis dapat menambah judul tulisan yang lebih baik lagi dari
sebelumnya sehinggah bisa menjadi sesuatu yang sangat kami nikmati untuk dibaca.

DAFTAR PUSTAKA

25
pada Lembaga Keuangan Syariah. JRAK: Jurnal Riset Akuntansi & Komputerisasi Akuntansi, 1(02),
Fajarwati, S. E. (2010). Pengkajian tentang Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan 4450.

Ikhsan, A., & Haridhi, M. (2017). Penerapan standar akuntansi keuangan Syariah pada koperasi jasa
keuangan Syariah (studi pada baitul qiradh di kota Banda Aceh) (Doctoral dissertation, Syiah Kuala
University).

Dewi, W. K. (2021). ANALISIS PENERAPAN PSAK 101 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH


PADA BMT AL-HIJRAH BUKITTINGGI (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU).

Triyuwono, I. (2003). Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Akuntansi Syari’
ah. Jurnal Iqtisad, 4(1).

https://ekonomisajalah.blogspot.com/2015/10/unsur-unsur-dalam-laporan-keuangan.html?m=1

26

Anda mungkin juga menyukai