Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK II

‘’PENGELOLAAN KEUANGAN DESA”

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang pengelolaan keuangan
desa.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati
menerika saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Saya berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Mataram, 08 Oktober 2021

BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keuangan Desa merupakan semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan desa. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) merupakan rencana keuangan
tahunan Pemerintahan Desa. Diperlukan Peraturan Bupati/Walikota untuk mengatur
mengenai Pengelolaan Keuangan Desa. Tulisan ini membahas salah satu siklus dari
pengelolaan Keuangan desa yaitu Pertanggungjawaban Keuangan Desa.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana system keuangan desa?
2. Apa yang dimaksud dengan RKP dan RPJMDES?
3. Apa saja hak dan kewajiban desa?
4. Apa saja kewenangan yang dimiliki desa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem keuanga di desa
2. Untuk Mengetahui apa itu RKP dan RPJMDES
3. Untuk Mengetahui hak dan kewajiban desa
4. Untuk Mengetahui kewenangan desa

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban Desa. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan desa. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) merupakan rencana keuangan
tahunan Pemerintahan Desa. Diperlukan Peraturan Bupati/Walikota untuk mengatur
mengenai Pengelolaan Keuangan Desa.
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan
desa. Penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan
lokal berskala Desa didanai oleh APBDesa. Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala
Desa selain didanai oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan
belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Penyelenggaraan
kewenangan Desa yang ditugaskan oleh Pemerintah didanai oleh anggaran pendapatan
dan belanja negara. Dana anggaran pendapatan dan belanja negara dialokasikan pada
bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan kerja perangkat
daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh
pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah. Seluruh
pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas Desa dan penggunaannya
ditetapkan dalam APB Desa. Pencairan dana dalam rekening kas Desa ditandatangani
oleh kepala Desa dan Bendahara Desa. Pengelolaan Keuangan Desa, Meliputi:

1. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan keuangan desa merupakan perencanaan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah desa pada tahun anggaran berkenan yang dianggarankan
dalam APB Desa.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan dan pengeluaran
Desa yang dilaksanakan melalui rekening kas Desa pada bank yang ditunjuk
Bupati/Wali Kota. Rekening kas Desa dibuat oleh Pemerintah Desa dengan
spesimen tanda tangan kepala Desa dan Kaur Keuangan. Dalam kondisi Desa yang
belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya, rekening kas Desa dibuka di
wilayah terdekat.

3. Penatausahaan
Penatausahaan keuangan dilakukan oleh Kaur Keuangan sebagai pelaksana fungsi
kebendaharaan. Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan
pengeluaran dalam buka kas umum (BKU) yang ditutup setiap akhir bulan.
Dalam penatausahaan keuagan, Kau Keuangan Desa diwajibkan membuat Buku
Pembantu Kas Umum yang terdiri dari:
 Buku pembantu bank merupakan buku catatan penerimaan dan
pengeluaran melalui rekening kas Desa.
 Buku pembantu pajak merupakan buku catatan penerimaan potongan
pajak dan pengeluaran setoran pajak, dan 
 Buku pembantu panjar merupakan catatan pemberian dan
pertanggungjawaban uang panjar.

4. Pelaporan
Kepala Desa menyampaikan laporan pelaksana APBDes semester pertama kepada
Bupati/Walikota melalui camat, yang terdiri dari laporan pelaksanaan APBDes dan
laporan realisasi kegiatan. Kepala Desa menyusun laporan dengan cara
menggabungkan seluruh laporan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun
berjalan. 

5. Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
akhir tahun anggaran berkenaan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan
Desa disertai dengan laporan keuangan, laporan realisasi dan daftar program
sektoral, program daerah dan program lainnya yang masuk ke Desa. Laporan
pertanggungjawaban merupakan bagian dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa akhir tahun anggaran. Selain laporan pertanggungjawaban kepada
Bupati/Walikota, pemerintah Desa berkewajiban menginformasikan kepada
masyarakat melalui media informasi. Adapun informasi kepada masyarakat paling
sedikit harus memuat laporan realisasi APBDesa, laporan realisasi kegiatan, laporan
kegiatan yang belum selesai dan/atau tidak terlaksanan, laporan sisa anggaran dan
alamat pengaduan.

B. Pembinaan dan pengawasan


Pasal 112 UU No. 6/2014 dinyatakan bahwa pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota membina dan pengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa.
Bupati/Walikota menerima laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa dari
kepala desa. Laporan tersebut menjadi bahan evaluasi sebagai dasar pembinaan dan
pengawasan
Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota antara lain:
o Memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan kabupaten/kota yang dilakukan
oleh desa
o Memberikan pedoman penyusunan peraturan desa dan peraturan kepala desa
o  Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif
o  Melakukan fasilitasi penyelenggaraan pemerintahan desa
o  Melakukan evaluasi dan pengawasan peraturan desa
o  Menetapkan pembiayaan alokasi dana perimbangan untuk desa
o  Mengawasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa
o Melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa;
o Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pemerintah desa, Badan
Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Adat;
o  Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa, Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan dan
Lembaga Adat;
o Melakukan upaya percepatan pembangunan perdesaan;
o Melakukan upaya percepatan pembangunan desa melalui bantuan keuangan, bantuan
pendampingan, dan bantuan teknis;
o Melakukan peningkatan kapasitas BUM Desa dan lembaga kerjasama antar desa;
o  Memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh kepala desa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
o Membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa

C. Sanksi administratif (apabila di temukan ketidakwajaran dalam hasil evaluasi)


Hasil pemantauan dan evaluasi menjadi dasar penyempurnaan kebijakan dan
perbaikan pengelolaan dana desa oleh Bupati/Walikota.Apabila dalam hasil pemantauan
dan evaluasi terdapat SiLPA dana desa secara tidak wajar, Bupati/Walikota memberikan
sanksi administratif kepada desa yang bersangkutan berupa pengurangan dana desa
sebesar SiLPA.Pengurangan dana desa tersebut menjadi dasar pengurangan dana desa
untuk kabupaten/kota tahun anggaran berikutnya;Dua kemungkinan penyebab SiLPA
dana desa tidak wajar adalah:
1. Penggunaan dana desa tidak sesuai dengan perioritas penggunaan dana desa,
pedoman umum, atau pedoman teknis kegiatan; dan
2. Penyimpanan uang dalam bentuk deposito lebih dari 2 (dua) bulan.
BAB III

STUDI KASUS

“PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA TIREM KECAMATAN LEBAK WANGI KABUPATEN


SERANG”

A. METODE PENELITIAN

Desain dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dalam


bentuk studi kasus yang memusatkan perhatian pada suatu unit tertentu dari berbagai
fenomena yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,
berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial masyarakat. Penggunaan
pendekatan kualitatif juga dimaksudkan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif, tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok, masyarakat dan/atau organisasi tertentu dalam suatu setting tertentu
pula. Kesemuanya itu dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik
(Bogdan dan Taylor ataupun Fatchan yang dikutip Basrowi Sukidin, 2002:3).

Penentuan informan didasarkan atas hasil kunjungan lapangan di wilayah dimana


penelitian dilakukan yaitu Desa Tirem Kecamatan Lebak Wangi. Informan yang dipilih
didasarkan pada karakteristik kesesuaian dengan data yang diperlukan yakni : perangkat
desa Tirem mulai dari kepala desa sampai dengan pegawai di desa, Ketua dan sekretaris
Badan Permusyawaran Desa, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat Desa Tirem. Informan
tersebut, diperoleh tidak berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan
berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran informan sesuai fokus masalah penelitian.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Tirem merupakan salah satu Desa di Kecamatan Lebak Wangi Kabupaten
Serang.Kecamatan Lebak Wangi merupakan Kecamatan Baru (Kecamatan ke-29) hasil
pemekaran Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang. Luas wilayah Desa Tirem sebesar
41.000 ha/m2 yang terbagi dalam beberapa kategori peruntukkan lahan, yakni
penggunaan lahan untuk pemukiman sekitar 103,535 ha/m2, persawahan sekitar 253,24
ha/m2 , kuburan sekitar 10 ha/m2 , pekarangan sekitar 3 ha/m2 , perkantoran sekitar
4.108 ha/m2 , luas prasarana umum lainnya sekitar 35.117 ha/m2 . Desa Tirem terletak 9
KM jarak dari Kecamatan Lebak Wangi, 18 KM dari jarak desa ke Pemerintah
Kabupaten Serang, 18 KM jarak dari pemerintah Provinsi Banten. Adapun batas wilayah
Desa Tirem Kecamatan Lebak Wangi Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Batas Wilayah Desa Tirem


Keadaan penduduk di Desa Tirem berdasarkan profil Desa Tirem Tahun 2015
terdapat sekitar 5.212 orang, yang terdiri dari jumlah penduduk berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 2.570 orang dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak
2.642 orang. Jumlah Kepala Keluarga Desa Tirem sebanyak 1.370 Kepala
Keluarga.Berdasarkan data profil Desa Tirem, mayoritas penduduk di Desa Tirem
berusia 25-29 tahun sebanyak 586 orang. Usia 25-29 tahun termasuk dalam usia
produktif, maka dari itu Desa Tirem memiliki jumlah angkatan kerja yang cukup
banyak.
Melihat angka usia produktif yang cukup banyak, seyogyanya dapat menjadi aset
sumber daya manusia yang baik dalam mengelola administrasi pemerintahan desa,
khususnya administrasi keuangan desa sehubungan dengan didapati informasi bahwa
Desa Tirem menjadi salah satu Desa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang yang
menerima dana desa. Namun didapati masalah bahwa perangkat desa masih perlu
diberikan pemahaman-pemahaman lebih lanjut terkait administrasi keuangan desa untuk
memenuhi kewajiban dalam mempertanggungjawabkan penggunaan dana desa yang
telah dikucurkan.
Berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa, khususnya dana desa dapat
diketahui berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan penelitian untuk
dana desa tahun 2015, bahwa penyusunan perencanaan keuangan desa khususnya dana
desa dimusyawarahkan dengan perangkat daerah hingga masyarakat. Perencanaan
pembangunan desa dilakukan melalui musrembangdesa yang melibatkan perangkat
desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, masyarakat, dan badan perwakilan desa.
Sebagaimana kita ketahui leading sector dari dana desa adalah Bagian
Pemerintahan, Badan Pemberdayaan Perempuan Masyarakat dan Desa serta Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Serang. Untuk Petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis penggunaan dana sendiri secara regulasi diterbitkan dan disahkan
setelah pencairan dana desa tahun pertama 2014. Secara khusus desa memang belum
memiliki dan menyusun perencanaan yang jelas akan penggunaan dana tersebut. Oleh
karenanya desa lebih banyak melakukan koordinasi dengan pemerintah kecamatan,
bagian pemerintahan, Badan Pemberdayaan Perempuan Masyarakat dan Desa serta
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Serang.
Pada tahap penganggaran, pada tahun 2015 besarnya pendapatan dapat dirinci
antara lain dana desa sebesar 803.835.000, alokasi dana desa sebesar 327.800.000, bagi
hasil retribusi 6.3010.000 dan bagi hasil pajak 49.575.000. sementara untuk alokasi
belanja sebagian besar digunakan untuk pembangunan fisik antara lain rehabilitasi
kantor desa dan perbaikan jalan desa yang masih rusak/tanah.
Pada unsur pelaksanaan, Desa Tirem mengalami kendala dalam hal kemampuan
perangkat desa untuk memahami dan menerjemahkan undang-undang desa dan segala
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan dana desa. Dari latar
belakang pendidikan, hanya terdapat 2 sarjana administrasi Negara yaitu kepala desa
dan sekretaris desa. Sementara untuk perangkat desa yang lain dengan latar belakang
pendidikan sekolah menengah pertama.
Beberapa upaya sudah dilakukan oleh pemerintah provinsi Banten guna
meningkatkan kapasitas aparatur desa terkait dengan dana desa dan pengelolaan
keuangan desa, dengan memberikan bimbingan teknis kepada perangkat desa, dalam hal
ini adalah bendahara desa dan sekretaris desa. Sebagaimana disampaikan oleh
Sekretaris Desa Tirem Ibu Wakedah yang telah mengikuti pelatihan dan bimbingan
teknis pengelolaan dana desa sebanyak 3 kali. Namun menurutnya hal terrsebut dirasa
belum cukup, karena materi yang disampaikan sangat banyak dan pelatihan yang
diberikan kurang mendalam.
Proses pengajuan dana desa terkait dengan pencairan dana desa adalah pencairan
tahap 1 sebesar 60 persen, pemerintah daerah akan menyerahkan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa. Untuk pencairan tahap kedua 40 persen pemerintah desa akan
menyerahkan laporan realisasi kegiatan yang terealisasi untuk penggunaan dana desa
tahap 1. Sebagai kelengkapan proses pengajuan untuk proses pencairan dana desa,
pemerintah desa juga melengkapinya dengan memberikan fotocopi KTP (kepala desa
dan bendahara desa) nomor rekening kas desa dan Nomor NPWP Desa.
Setelah memenuhi prosedur yang telah dipenuhi oleh pemerintah desa, Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa bidang pembangunan desa akan
melakukan komunikasi dengan dinas pendapatan daerah yang memiliki kewenangan
dalam pencairan dana desa. Dalam proses pencairannya, dinaspendapatan daerah akan
memerlukan waktu sekitar 2 minggu atau lebih untuk pencairan. Hal ini dikarenakan
waktu untuk mendapatkan disposisi Bupati terkait pencairan. Setelah mendapatkan
disposisi bupati, dinas pendapatan akan mengeluarkan SPM SPP dan anggaran dana
desa akan dicairkan melalui rekening desa yang nantinya akan diambil oleh bendahara
desa dengan membawa fotocopi KTP kepala desa dan bendahara desa.
Terkait aspek penatausahaan keuangan desa, Desa Tirem mengalami kendala
dalam menyusun laporan pertanggungjawaban dan pencatatan dalam system akuntansi
keuangan pemerintah. Pencatatan laporan keuangan masih menggunakan metode
akuntansi sederhana dengan penyusunan pertanggungjawaban yang lebih menekankan
pada pertanggungjawaban administrasi. Sementara laporan kinerja penggunaan
anggaran masih belum dilakukan.
Dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana desa dilakukan oleh
pemerintah Desa Tirem kepada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa
masih memiliki kendala. Hal ini disebabkan keterlambatan dalam memberikan laporan
pertanggungjawaban (LKPj) dana desa pada akhir tahun anggaran. Pencairan keuangan
desa khususnya dana desa berlangsung selama 2 tahap. Tahap pertama di bulan Maret
sedangkan tahap kedua pada bulan oktober, setelah desa menyelesaikan dan
menyerahkan laporan pertanggungjawaban keuangan dana desa tahap pertama.

C. SIMPULAN DAN SARAN

Pengelolaan keuangan desa khususnya dana desa di Desa Tirem Kecamatan


Lebakwangi dikatakan masih belum optimal. Hal ini dikarenakan persoalan masih
kurangnya pemahaman dan keterampilan perangkat desa dalam memahami dan
mengimplementasikan UU Keuangan Desa. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan
sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Serang melakukan kegiatan Bimbingan Teknis kepada
seluruh perangkat desa untuk menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan desa
2. Dinas Pendapatan Keuangan Daerah Kabupaten Serang bekerjasama dengan Kantor
Pajak melakukan bimbingan teknis bagi perangkat Desa Tirem
3. Kepala desa mendorong perangkat desa untuk meningkatkan pendidikan dan
pemahamannya tentang keuangan desa baik dari sisi perundang-undangan mapun
dari sisi keterampilan.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan desa. Proses Penatausahaan dimulai dari membuat Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa, Peraturan Desa, Laporan
Kekayaan Milik Desa, Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk
ke desa dan diakhiri penyampaiaan kepada Bupati/Walikota dan Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

http://bantuan-kuliah.blogspot.com/2018/08/makalah-pengelolaan-keuangan-desa.html?m=1
https://risehtunong.blogspot.com/2018/05/5-siklus-pengelolaan-keuangan-desa.html
Rahmawati dkk. 2016. Analisis Pengelolaan Dana Desa di Desa Tirem Kecamatan Lebak Wangi
Kabupaten Serang. 79-88.

Anda mungkin juga menyukai