Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AKUNTANSI WAKAF

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik

Dosen Mata Kuliah : Dr. Hj. Sri Fadilah. SE., AK. M.Si

Disusun Oleh:

LIANA 10090117093

REGITA NURNAJMI 10090117094

ROSANTIA NATYA ALKHOLIFI 10090117095

AKUNTANSI B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, saya panjatkan kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah. Shalawat serta salam

sejahtera disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya

kejalan yang benar.

Judul Makalah ini “Akuntansi Wakaf” sebagai salah satu syarat yang harus di selesaikan

untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.

Selesainya Makalah ini berkat bantuan berbagai pihak, Oleh itu saya mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang masih memberikan kesempatan serta kebesaran-Nya untuk

kelompok kami dalam menyelesaikan makalah ini,

2. Dr. Hj. Sri Fadilah. SE., AK. M.Si Sebagai dosen mata kuliah Akuntansi Sektor

Publik,

3. Pengelola Perpustakaan Universitas Islam Bandung,

4. Teman kelompok 7.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah segalanya diserahkan. Semoga bantuan dari

berbagai pihak mendapatkan balasan yang setimpal. Aamiin

Bandung, 19 September 2019

Kelompok 7
ABSTRAK

Makalah ini merupakan pembahasan mengenai Akuntansi Wakaf baik pengelolaan,

pencatatan akuntansi dan pelaporan aset wakaf pada lembaga wakaf yang ada di Indonesia.

Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengetahui proses pencatatan dan pelaporan aset wakaf

pada lembaga wakaf di Indonesia. Makalah ini memberikan informasi yang berkualitas bagi

para pihak yang berkepentingan serta pihak yang ingin mendalami mengenai sistem akuntansi

wakaf. Makalah ini dibuat ini dengan menggunakan metode kuantatif melalui buku-buku,

jurnal-jurnal dan fenomena yang ada mengenai Akuntansi Wakaf. Dalam pembahasan makalah

ini dapat ditunjukkan bahwa Akuntansi Wakaf telah diatur oleh Undang-undang 41 tahun 2004

dan peraturan pemerintah lainnya, bahkan pada 2021 akan disahkan PSAK 112 yang

membahas tentang wakaf. Oleh karena itu, dengan adanya Peraturan Pemerintah bahkan sistem

akuntansi yang mengatur berjalannya wakaf itu sendiri, diharapkan pengelolaan dan pencatatan

hingga pelaporan aset wakaf dapat berjalan dengan baik.

Kata Kunci : Akuntansi, Wakaf, Laporan Keuangan, Lembaga Wakaf

ABSTRACT
This paper is a discussion of Waqf Accounting both management, accounting records and
reporting of waqf assets in waqf institutions in Indonesia. The purpose of this discussion is to
study the process of recording and reporting waqf assets in waqf institutions in Indonesia. This
paper provides quality information for those with an interest in those who want to explore the
waqf accounting system. This paper was made using quantitative methods through books,
journals and existing phenomena about Waqf Accounting. In the discussion of this paper it can
be agreed that the Accounting of the Waqf has been established by Law 41 of 2004 and other
government regulations, even in 2021 it will be ratified by PSAK 112 which discusses waqf.
Therefore, with the Government Regulation even the accounting system issued by the
endowment itself must be managed and recorded so that the reporting of waqf assets can run
well.

Keywords: Accounting, Waqf, Financial Statements, Waqf Institutions

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

Latar Belakang..............................................................................................

Rumusan Masalah.........................................................................................

Tujuan Penulisan...........................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................................

Pengertian Akuntansi...........................................................................................

Pengertian Wakaf................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................

BAB IV PENUTUP................................................................................................

Kesimpulan..................................................................................................

Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara indonesia kaya dengan sumber daya alam dan mayoritas penduduknya beragama

Islam. Jumlah penduduk miskin terus bertambah jumlahnya dari tahun-ketahun, pertambahan

jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan bukan karena persoalan kekayaan

alam yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk, akan tetapi karena persoalan distribusi

yang kurang baik. Dengan adanya Islam yang sangat memperhatikan keadilan ekonomi

masyarakat agar terciptanya rasa adil dan sejahtera serta mengurangi terjadinya kesenjangan

sosial ekonomi antara yang miskin dengan yang kaya. Sehingga tercipta masyarakat yang

makmur dalam keadilan dan masyarakat yang adil dalam kemakmuran.

Islam sendiri memandang kekayaan sebagai amanat dari Allah swt dan menjadi sarana

perekat untuk membangun persaudaraan dan kebersamaan. Upaya hukum Islam untuk

mendisitribusikan keadilan ekonomi agar kekayaan tidak hanya berputar di antara orang-orang

kaya saja adalah dengan merancang dan melaksanakan berbagai program, di antaranya

program bersedekah (wakaf). Wakaf adalah salah satu konstruksi pembangunan ekonomi

untuk kesejahteraan masyarakat. Prinsip ajaran wakaf mengajarkan masyarakat yang mampu

untuk membantu yang kurang mampu dengan cara memberikannya secara abadi yang dikelola,

dan hasilnya dimanfaatkan untuk membantu kebutuhan, dan juga untuk mengangkat derajat

masyarakat. Berdasarkan data yang ada dalam masyarakat, pada umumnya wakaf di Indonesia

digunakan untuk masjid, musholla, sekolah, ponpes, rumah yatim piatu, bahkan makam.

Namun, potensi wakaf tunai di Indonesia diperkirakan mencapai Rp180 triliun per tahun.

Menurut data Badan Wakaf Indonesia (BWI), Indonesia telah merealisasikan sebanyak Rp400

miliar.

Oleh karena itu, dalam rangka menertibkan dan melindungi wakaf pemerintah membuat

oraginasasi yang mengaturnya serta memberikan pengaturannya yang tertuang dalam bentuk
suatu peraturan pemerintah. Seperti membuat badan wakaf indonesia yang tugasnya adalah:

(a) melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda

wakaf, (b) melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional

dan internasional, (c) memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan

status harta benda wakaf, (d) memberhentikan dan mengganti Nazhir, (e) memberikan

persetujuan atas penukaran harta benda wakaf, (f) memberikan saran dan pertimbangan kepada

Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan. Untuk melakukan pengelolaan

dan pengembangan harta benda wakaf baik nasional dan internasional, lembaga inipun diatur

oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 bahkan saat ini telah di sahkan PSAK 112 yang

membahas tentang Akuntansi Wakaf.

Karena itulah makalah ini berjudul “Akuntansi Wakaf”, karena kelompok kami akan

mencoba membahas agar dapat memahami mengenai Akuntansi Wakaf baik dari pengelolaan,

pencatatan hingga pelaporan keuangan atau aset

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Akuntansi Wakaf?

2. Bagaimana wakaf yang diatur dan dikelola pada lembaga wakaf?

3. Bagaimana pencatatan akuntansi dan pelaporan aset wakaf pada lembaga wakaf?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Apa itu Akuntansi Wakaf?

2. Bagaimana wakaf yang diatur dan dikelola pada lembaga wakaf?

3. Bagaimana pencatatan akuntansi dan pelaporan aset wakaf pada lembaga wakaf?
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Akuntansi

Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan.

Dan hasilnya harus dapat menjawab kebutuhan umum para pemakainnya. Akuntansi juga

sering didefinisikan sebagai sebuah proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah

dan menyajikan data, transaksi serta dalam kejadian yang berhubungan dengan keuangan

yang sehingga bisa digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti

dalam pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.

Menyatakan bahwa Akuntansi adalah suatu potongan, estimasi, dan pelaporan data

keuangan, yang memungkinkan sebuah penilaian dan pilihan membuat yang jelas dan tegas

bagi individu yang memanfaatkan data. (Akuntansi Menurut Ikatan Akuntan Amerika)

Soemarsono S.R (2004) menyatakan bahwa Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan,

mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan

keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

Menurut Financial Accounting Standars Board (FASB), Akuntansi adalah kegiatan jasa

yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif yang kemudian digunakan untuk

pengambilan keputusan ekonomi.

Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Akuntansi adalah

seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter,

transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-

hasilnya.
Akuntansi dalam konsep Syariah Islam diartikan sebagai kumpulan dasar-dasar hukum

yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber syariah islam dan

dipergunakan sebagai aturan oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam

pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan dalam

menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.

2.2 Pengertian Wakaf

Wakaf menurut bahasa yaitu menahan (al-habsu). Menurut istilah artinya menahan sesuatu

benda kekal zatnya dan mengambil manfaatnya untuk kebaikan (sabiq,1977). Dan menurut

Ikatan Akuntan Indonesia, Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau

menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan kesejahteraan umum

menurut syariah. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.

Ihsan dan Shahul (2011) mendefinisikan wakaf sebagai memindahkan harta dari upaya

konsumtif menuju reproduksi dan investasi dalam bentuk modal produksi yang dapat

memproduksi dan menghasilkan sesuatu yang dapat di konsumsi pada masa-masa mendatang,

baik oleh pribadi maupun kelompok

Menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian

harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai

dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Menurut kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat 1 Wakaf adalah perbuatan hukum

seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran islam.

BAB III

PEMBAHASAN

1.4 Akuntansi Wakaf


Akuntansi Wakaf adalah pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan atas

transaksi wakaf yang dilakukan baik oleh entitas nazhir dan wakif yang berbentuk organisasi

dan badan hukum. Tujuan Akuntansi Wakaf adalah untuk mengatur pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan transaksi wakaf.

1.5 Unsur wakaf :

Unsur-unsur yang diatur UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf :

a. Wakif, adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya,

b. Nazhir, pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan

dikembangkan sesuai dengan peruntukannya,

c. Harta benda wakaf, harta benda wakaf baik berupa benda bergerak maupun benda

tidak bergerak.

d. Ikrar wakaf, adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan atau

tulisan kepada nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya,

e. Peruntukkan harta benda wakaf, dan

f. Jangka waktu wakaf.

1.6 Dasar Hukum dan Ketentuan Wakaf :

a. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Tata Cara Perwakafan Tanah

Milik.

c. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Perincian Terhadap PP No.

28 Tahun 1977 tentang Tata Cara Perwakafan Tanah Milik.


d. Instruksi Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 4 Tahun 1990, Nomor 24 Tahun 1990 tentang Sertifikasi Tanah

Wakaf.

e. Badan Pertanahan Nasional Nomor 630.1-2782 Tentang Pelaksanaan Penyertifikatan

Tanah Wakaf.

f. Instruksi Presidan Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.18 g.

Undang-Undang Nomor. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

g. Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun

2004 Tentang Wakaf.

h. PSAK 112

1.7 Aset Wakaf

Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, bahwa : Harta benda

wakaf terdiri dari :

a. Benda tidak bergerak, meliputi :

 Harta atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

baik yang sudah maupun yang belum terdaftar,

 Bangunan atau bagian bangunan,

 Tanaman dan benda yang berkaitan dengan tanah,

 Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan syari’ah dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dan


 Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

b. Benda bergerak adalah harta yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi :

 Uang,

 Logam mulia,

 Surat berharga,

 Kendaraan,

 Hak atas kekayaan intelektual,

 Hak sewa, dan

 Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Namun, Menurut PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 tentang

wakaf Pasal 15 Jenis harta benda wakaf meliputi :

a. Benda tidak bergerak,

b. Benda bergerak selain uang,

c. Benda bergerak berupa uang.

1.8 Syarat harta yang diwakafkan antara lain:

a. Harta atau aset yang diwakafkan melalui ikrar wakaf yang akan dituangkan dalam

akta ikrar wakaf tidak dapat dibatalkan.

b. Aset yang diwakafkan dapat diklasifikasikan menjadi:


 Aset tidak bergerak, seperti hak atas tanah, bangunan atau bagian bangunan di atas

tanah, tanaman dan benda lain terkait tanah, hak milik satuan rumah susun, dan

lainnya.

 Aset bergerak, contoh wakaf benda bergerak seperti uang, logam mulia, surat

berharga, kendaraan, hak kekayaan intelektual, hak sewa, dan lainnya.

c. Aset wakaf harus dikelola dan dikembangkan oleh nazhir sesuai dengan tujuan,

fungsi, dan peruntukannya.

d. Aset wakaf tidak dapat dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan,

ditukar,atau dialihkan melalui pengalihan hak lainnya, kecuali digunakan untuk

kepentingan sesuai rencana umum tata ruang.

1.9 Fungsi Wakaf

Fungsi wakaf adalah untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis aset tersebut

untuk kepentingan ibadah dan memajukan kesejahteraan umum. Jadi wakaf diperuntukan

antara lain untuk:

 Sarana dan kegiatan ibadah

 Sarana dan kegiatan pendidikan dan kesehatan

 Bantuan kepada fakir miskin, anak telantar, yatim piatu, dan beasiswa

 Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat

 Kemajuan kesejahteraan umum lain.

1.10 Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap meliputi:

 Laporan posisi keuangan,

 Laporan rincian aset wakaf,

 Laporan aktivitas,

 Laporan arus kas,


 Catatan atas laporan keuangan.

a. Laporan Posisi Keuangan

Penjelasan elemen-elemen Laporan Posisi Keuangan di atas:

 Aset diklasifkasikan menjadi aset lancar dan tidak lancar, dan liabilitas

diklasifkasikan menjadi liabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Namun, untuk

nazhir yang merupakan entitas keuangan, aset dan liabilitas tidak diklasifkasikan.

 Nazhir mengakui aset wakaf dalam laporan keuangan ketika memiliki kendali secara

hukum dan fisik atas aset wakaf tersebut.

 Nazhir mengakui aset wakaf dengan jangka waktu tertentu (aset wakaf temporer)

diakui sebagai liabilitas.

 Aset wakaf temporer adalah aset wakaf dalam bentuk kas yang diserahkan oleh wakif

kepada nazhir untuk dikelola dan dikembangkan dalam jangka waktu tertentu.

 Setelah jangka waktu tertentu, aset wakaf berupa kas akan dikembalikan kepada

wakif.

Pada saat pengakuan awal, aset wakaf diukur sebagai berikut:

 Aset wakaf berupa uang diukur pada nilai nominal.

 Aset wakaf selain uang diukur pada nilai wajar.

Syarat pengakuan aset wakaf dalam laporan keuangan ketika terjadi pengalihan kendali

dari wakif kepada nazhir dengan terpenuhinya kedua kondisi berikut:

 Telah terjadi pengalihan kendali atas aset wakaf secara hukum dan

 Telah terjadi pengalihan kendali atas manfaat ekonomis dari aset wakaf.

b. Laporan Rincian Aset Wakaf

Nazhir menyajikan laporan perubahan aset wakaf yang mencakup unsur berikut:
 Aset wakaf yang diterima dari wakif, dan

 Aset wakaf yang berasal dari hasil pengelolaan dan pengembangan.

c. Laporan Aktivitas

Nazhir menyajikan laporan aktivitas yang mencakup unsur berikut:

 Penerimaan wakaf permanen dan temporer,

 Dampak pengukuran ulang aset wakaf,

 Hasil pengelolaan dan pengembangan wakaf,

 Penyaluran wakaf.

d. Laporan Arus Kas

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:

 Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan,

 Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos

tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan

keuangan,

 pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan keuangan

lainnya serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan.

1.11 Akuntansi Wakif

1. Wakif mengakui aset wakaf yang diserahkan secara permanen kepada nazhir sebagai

beban sebesar jumlah tercatat dari aset wakaf.

2. Wakif mengakui aset wakaf yang diserahkan secara temporer kepada nazhir sebagai

aset yang dibatasi penggunaannya


3. Wakif tidak menghentikan pengakuan atas penyerahan aset wakaf temporer berupa

kas disebabkan nazhir berkewajiban untuk mengembalikan aset tersebut kepada wakif

setelah selesainya jangka waktu wakaf.

4. Wakif mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi wakaf, tetapi tidak

terbatas pada:

a. Wakaf permanen:

 Rincian aset wakaf yang diserahkan kepada nazhir pada periode berjalan,

 Peruntukan aset wakaf yang diserahkan kepada nazhir pada periode berjalan.

b. Wakaf temporer:

 Rincian aset wakaf yang diserahkan kepada nazhir pada periode berjalan,

peruntukan, dan jangka waktunya,

 Penjelasan mengenai total aset wakaf temporer.

c. Hubungan pihak berelasi antara wakif, nazhir, dan/atau penerima manfaat

wakaf, jika ada yang meliputi:

 Sifat hubungan,

 Jumlah dan jenis aset wakaf temporer

 Persentase penyaluran manfaat wakaf dari total penyaluran manfaat wakaf

selama periode berjalan.

1.12 AKUNTANSI NAZHIR


Pengakuan

Nazhir mengakui aset wakaf dalam laporan keuangan ketika memiliki kendali secara

hukum dan fisik atas aset wakaf tersebut. Syarat pengakuan aset wakaf dalam laporan

keuangan ketika terjadi pengalihan kendali dari wakif kepada nazhir dengan terpenuhinya

kedua kondisi berikut:

a. Telah terjadi pengalihan kendali atas aset wakaf secara hukum,

b. Dan telah terjadi pengalihan kendali atas manfaat ekonomis dari aset wakaf.

Pada umumnya pengalihan kendali itu akan dapat terpenuhi pada saat :

a. Terjadi akta ikrar wakaf (yaitu terjadi pengalihan kendali aset wakaf secara hukum

yang disertai dengan pengalihan kendali fisik atas aset wakaf, dari wakif kepada

nazhir).

b. Kendali atas aset wakaf pun dapat terjadi dalam keaadan tertentu, misalnya ketika

wakif mentransfer dana langsung ke rekening nazhir melalui lembaga keuangan.

Dalam suatu kondisi tertentu, nazhir mungkin telah menerima suatu aset dan

memperoleh manfaat ekonomisnya tetapi aset tersebut belum dialihkan secara hukum

sebagai aset wakaf. Contoh lainnya yaitu, seseorang secara lisan mewakafkan tanah

kepada nazhir dan telah menyerahkan tanah tersebut untuk digunakan sesuai

peruntukannya, tetapi belum dibuat akta ikrar wakaf. Tanah tersebut belum dapat

diakui sebagai aset wakaf dalam laporan keuangan. Nazhir baru akan mengakui tanah

sebagai aset wakaf dalam laporan keuangan pada saat dilakukan akta ikrar wakaf.

Nazhir perlu mengidentifikasi jenis dari aset wakaf berdasarkan manfaatnya yang

akan diakui dalam laporan keuangan.


Beberapa manfaat dari aset wakaf melekat pada aset wakaf tersebut, seperti tanah dan

bangunan, sehingga tidak memerlukan identifikasi yang mendalam. Beberapa aset wakaf

yang lain memerlukan identifikasi yang mendalam untuk menentukan jenis aset wakaf.

Misalnya, wakaf atas hasil panen dari kebun kelapa sawit yang dikelola oleh wakif untuk

periode waktu tertentu. Dalam kasus ini, jenis aset wakaf yang diakui adalah hasil panen

dari kebun sawit selama periode waktu tertentu, bukan dalam bentuk kebun sawit.

Jika nazhir menerima wasiat wakaf, maka nazhir tidak mengakui aset yang akan

diwakafkan di masa mendatang dalam laporan keuangan. Wasiat wakaf tidak memeniuhi

kriteria pengakuan aset wakaf yang telah diatur, walaupun pihak yang memberi wasiat

telah memiliki aset yang akan diwakafkan. Misalnya, seseorang berwasiat kepada nazhir

akan mewakafkan hartanya saat meninggal. Nazhir tidak mengakui aset wakaf pada saat

menerima wasiat wakaf. Nazhir baru akan mengakui aset wakaf pada saat pihak yang

berwasiat meninggal dunia dan menerima aset yang diwakafkan.

Jika nazhir menerima janji (wa’d) untuk berwakaf, maka nazhir tidak mengakui aset

yang akan diwakafkan di masa mendatang dalam laporan keuangan. Janji untuk berwakaf

tidak memenuhi kriteria pengakuan aset wakaf yang diatur, walaupun dalam bentuk janji

tertulis. Misalnya, seseorang berjanji kepada nazhir akan mewakafkan sebagian manfaat

polis asuransi di masa mendatang. Nazhir tidak mengakui aset wakaf pada saat menerima

janji tersebut, karena aset yang akan diwakafkan belum menjadi milik dari pihak yang

berjanji. Nazhir baru akan mengakui aset wakaf pada saat terjadi klaim asuransi dan

menerima kas dan setara kas dari perusahaan asuransi atas pembayaran sebagian manfaat

polis asuransi.

Aset wakaf temporer. Nazhir mengakui aset wakaf dengan jangka waktu tertentu (aset

wakaf temporer) diakui sebagai liabilitas. Aset wakaf temporer adalah aset wakaf dalam
bentuk kas yang diserahkan oleh wakif kepada nazhir untuk dikelola dan dikembangkan

dalam jangka waktu tertentu. Hasil pengelolaan dan pengembangan dari aset wakaf

temporer selama jangka waktu tertentu akan diperuntukan untuk mauquf alaih (orang

yang menerima wakaf) . Setelah jangka waktu tertentu, aset wakaf berupa kas akan

dikembalikan kepada wakif.

Penerimaan aset wakaf temporer dalam bentuk kas bukan merupakan penghasilan,

tetapi merupakan liabilitas, disebabkan aset tersebut wajib dikembalikan oleh nazhir ke

wakif di masa mendatang. Aset wakaf yang diakui sebagai penghasilan oleh nazhir adalah

manfaat yang dihasilkan oleh aset wakaf tersebut di masa mendatang berupa imbal hasil.

Misalnya, wakif mewakafkan uang sejumlah Rp1.000 selama satu tahun ke nazhir. Imbal

hasil dari dana tersebut selama satu tahun adalah Rp100. Nazhir mengakui Rp1.000

sebagai liabilitas dan Rp100 sebagai penghasilan berupa penerimaan wakaf temporer.

Hasil pengelolaan dan pengembangan. Nazhir mengakui hasil pengelolaan dan

pengembangan aset wakaf sebagai tambahan aset wakaf.

Hasil pengelolaan dan pengembangan aset wakaf merupakan tambahan manfaat

ekonomis dalam bentuk tambahan aset yang bersumber dari aset wakaf yang ada. Hasil

pengelolaan dan pengembangan aset wakaf merupakan tambahan atas aset wakaf yang

ada. Hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf berupa berbagai macam

penghasilan, seperti : imbal hasil, dividen, dan bentuk penghasilan lainnya, setelah

dikurangi beban yang terkait. Hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf

termasuk selisih pelepasan aset yang bersumber dari aset wakaf awal. Misalnya, nazhir

menerima wakaf berupa 1.000 lembar saham. Sebagian dividen dari saham tersebut

kemudian digunakan untuk memperoleh 100 lembar saham. Saat pelepasan 100 lembar
diperoleh keuntungan sebesar Rp200, maka Rp200 tersebut merupakan bagian dari hasil

pengelolaan dan pengembangan aset wakaf.

Hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf tidak termasuk:

a. Hasil pengukuran ulang atas aset wakaf. Misalnya, nazhir menerima aset wakaf berupa

tanah seharga Rp10.000. Tanah tersebut kemudian diukur pada nilai wajar menjadi

Rp15.000. Selisih Rp5.000 bukan merupakan bagian dari hasil pengelolaan dan

pengembangan aset wakaf.

b. Selisih dari pelepasan aset wakaf. Misalnya, nazhir menerima aset wakaf berupa logam

mulia seharga Rp1.000 yang diperuntukan untuk kegiatan pendidikan. Kemudian nazhir

menjual logam mulia tersebut seharga Rp1.200, maka Rp1.200 tersebut seluruhnya

merupakan penghasilan penerimaan wakaf.

Dasar penentuan imbalan untuk nazhir adalah hasil neto dari pengelolaan dan

pengembangan aset wakaf yang telah direalisasikan dalam bentuk kas dan setara kas di

periode berjalan.

Hasil neto yang telah direalisasikan tersebut meliputi:

a. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf di periode berjalan,

b. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf periode

berjalan yang kas dan setara kasnya belum diterima di periode berjalan,

c. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf periode

lalu yang kas dan setara kasnya diterima di periode berjalan.


Manfaat wakaf. Nazhir mengakui penyaluran manfaat wakaf kepada mauquf alaih

sebagai beban pengurang aset wakaf. Penyaluran manfaaf wakaf terjadi ketika manfaat

wakaf diterima oleh mauquf alaih sebagaimana yang tertuang dalam akta ikrar wakaf

yang bersangkutan. Dalam hal nazhir menyerahkan manfaat wakaf kepada pihak lain

untuk disampaikan kepada mauquf alaih, maka dianggap belum melakukan penyaluran

manfaat wakaf. Penyaluran manfaat wakaf terjadi ketika pihak lain tersebut telah

menyerahkan manfaat wakaf kepada mauquf alaih yang tertuang dalam akta ikrar wakaf.

Sebagai ilustrasi, pada 28 Desember 2018 Nazhir A menyerahkan Rp1.000 kepada

Lembaga Amil B untuk disalurkan ke mauquf alaih. Lembaga Amil B menyalurkan ke

mauquf alaih selama Januari 2019 dan memberikan pertanggungjawaban kepada Nazhir

A di Februari 2019. Di dalam laporan keuangan Nazhir A periode tahun 2018 hal tersebut

tidak diakui sebagai penyaluran wakaf. Manfaat wakaf yang disalurkan kepada mauquf

alaih dapat berupa kas, setara kas, aset lainnya, dan manfaat ekonomis lain yang melekat

pada aset wakaf, seperti penyusutan dan amortisasi dari aset wakaf.

Pengukuran

Pada saat pengakuan awal, aset wakaf diukur sebagai berikut:

a. Aset wakaf berupa uang diukur pada nilai nominal,

b. Aset wakaf selain uang diukur pada nilai wajar,

c. Aset wakaf selain uang diukur pada nilai wajar saat pengakuan awal. Namun, dalam

beberapa kondisi, ketika nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, maka aset wakaf

tersebut tidak diakui dalam laporan keuangan. Aset wakaf tersebut harus diungkapkan

dalam catatan atas laporan keuangan. Jika kemudian nilai wajar aset wakaf tersebut dapat

ditentukan secara andal, maka aset wakaf tersebut diakui dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan periode sebelumnya tidak disesuaikan dengan adanya pengakuan aset

wakaf tersebut.

Aset wakaf berupa logam mulia selanjutnya diukur pada nilai wajar dan

perubahannya diakui sebagai dampak pengukuran ulang aset wakaf. Aset wakaf berupa

logam mulia harus diukur pada nilai wajar tanggal pengukuran. Jika terjadi kenaikan atau

penurunan nilai wajar, maka diakui sebagai dampak pengukuran ulang aset wakaf.

Penyajian

Nazhir menyajikan aset wakaf temporer yang diterima sebagai liabilitas.

Pengungkapan

Nazhir mengungkapkan hal-hal berikut terkait wakaf, tetapi tidak terbatas pada:

a. Kebijakan akuntansi yang diterapkan pada penerimaan, pengelolaan, dan penyaluran

wakaf,

b. Penjelasan mengenai wakif yang signifikan secara individual,

c. Penjelasan mengenai strategi pengelolaan dan pengembangan aset wakaf,

d. Penjelasan mengenai peruntukan aset wakaf,

e. Jumlah imbalan nazhir dan persentasenya dari hasil neto pengelolaan dan

pengembangan aset wakaf, dan jika terjadi perubahan di periode berjalan, dijelaskan

alasan perubahannya.
f. Rincian aset neto meliputi aset wakaf awal, aset wakaf yang bersumber dari

pengelolaan dan pengembangan aset wakaf awal, dan hasil neto pengelolaan dan

pengembangan aset wakaf,

g. Rekonsiliasi untuk menentukan dasar perhitungan imbalan nazhir meliputi:

 Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode berjalan,

 Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode berjalan yang belum

terealisasi dalam kas dan setara kas pada periode berjalan,

 Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode lalu yang terealisasi

dalam kas dan setara kas pada periode berjalan.

h. Jika ada wakaf temporer, penjelasan mengenai fakta tersebut, jumlah, dan wakif,

i. Jika ada wakaf melalui uang, penjelasan mengenai wakaf melalui uang yang

belum direalisasi menjadi aset wakaf yang dimaksud,

j. Jika ada aset wakaf yang ditukar dengan aset wakaf lain, penjelasan mengenai hal

tersebut termasuk jenis aset yang ditukar dan aset pengganti, alasan, dan dasar

hokum,

k Jika ada hubungan pihak berelasi antara wakif, nazhir, dan/atau mauquf alaih, maka

diungkapkan:

 Sifat hubungan;

 Jumlah dan jenis aset wakaf permanen dan/atau temporer,


 Persentase penyaluran manfaat wakaf dari total penyaluran manfaat wakaf

selama periode berjalan.


DAFTAR PUSTAKA

Draf eksposur PSAK 112 dari Ikatan Akuntan Indonesia

(http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/DE%20PSAK%20112%20(1).pdf)

Tim penyusun Buku PAI. 2015. Muamalah, Bandung : LSPIK Unisba.

Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi, Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai