AKUNTANSI WAKAF
Dosen Mata Kuliah : Dr. Hj. Sri Fadilah. SE., AK. M.Si
Disusun Oleh:
LIANA 10090117093
AKUNTANSI B
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur, saya panjatkan kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah. Shalawat serta salam
sejahtera disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
Judul Makalah ini “Akuntansi Wakaf” sebagai salah satu syarat yang harus di selesaikan
Selesainya Makalah ini berkat bantuan berbagai pihak, Oleh itu saya mengucapkan
2. Dr. Hj. Sri Fadilah. SE., AK. M.Si Sebagai dosen mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik,
4. Teman kelompok 7.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah segalanya diserahkan. Semoga bantuan dari
Kelompok 7
ABSTRAK
pencatatan akuntansi dan pelaporan aset wakaf pada lembaga wakaf yang ada di Indonesia.
Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengetahui proses pencatatan dan pelaporan aset wakaf
pada lembaga wakaf di Indonesia. Makalah ini memberikan informasi yang berkualitas bagi
para pihak yang berkepentingan serta pihak yang ingin mendalami mengenai sistem akuntansi
wakaf. Makalah ini dibuat ini dengan menggunakan metode kuantatif melalui buku-buku,
jurnal-jurnal dan fenomena yang ada mengenai Akuntansi Wakaf. Dalam pembahasan makalah
ini dapat ditunjukkan bahwa Akuntansi Wakaf telah diatur oleh Undang-undang 41 tahun 2004
dan peraturan pemerintah lainnya, bahkan pada 2021 akan disahkan PSAK 112 yang
membahas tentang wakaf. Oleh karena itu, dengan adanya Peraturan Pemerintah bahkan sistem
akuntansi yang mengatur berjalannya wakaf itu sendiri, diharapkan pengelolaan dan pencatatan
ABSTRACT
This paper is a discussion of Waqf Accounting both management, accounting records and
reporting of waqf assets in waqf institutions in Indonesia. The purpose of this discussion is to
study the process of recording and reporting waqf assets in waqf institutions in Indonesia. This
paper provides quality information for those with an interest in those who want to explore the
waqf accounting system. This paper was made using quantitative methods through books,
journals and existing phenomena about Waqf Accounting. In the discussion of this paper it can
be agreed that the Accounting of the Waqf has been established by Law 41 of 2004 and other
government regulations, even in 2021 it will be ratified by PSAK 112 which discusses waqf.
Therefore, with the Government Regulation even the accounting system issued by the
endowment itself must be managed and recorded so that the reporting of waqf assets can run
well.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
Latar Belakang..............................................................................................
Rumusan Masalah.........................................................................................
Tujuan Penulisan...........................................................................................
Pengertian Akuntansi...........................................................................................
Pengertian Wakaf................................................................................................
BAB IV PENUTUP................................................................................................
Kesimpulan..................................................................................................
Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Negara indonesia kaya dengan sumber daya alam dan mayoritas penduduknya beragama
Islam. Jumlah penduduk miskin terus bertambah jumlahnya dari tahun-ketahun, pertambahan
jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan bukan karena persoalan kekayaan
alam yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk, akan tetapi karena persoalan distribusi
yang kurang baik. Dengan adanya Islam yang sangat memperhatikan keadilan ekonomi
masyarakat agar terciptanya rasa adil dan sejahtera serta mengurangi terjadinya kesenjangan
sosial ekonomi antara yang miskin dengan yang kaya. Sehingga tercipta masyarakat yang
Islam sendiri memandang kekayaan sebagai amanat dari Allah swt dan menjadi sarana
perekat untuk membangun persaudaraan dan kebersamaan. Upaya hukum Islam untuk
mendisitribusikan keadilan ekonomi agar kekayaan tidak hanya berputar di antara orang-orang
kaya saja adalah dengan merancang dan melaksanakan berbagai program, di antaranya
program bersedekah (wakaf). Wakaf adalah salah satu konstruksi pembangunan ekonomi
untuk kesejahteraan masyarakat. Prinsip ajaran wakaf mengajarkan masyarakat yang mampu
untuk membantu yang kurang mampu dengan cara memberikannya secara abadi yang dikelola,
dan hasilnya dimanfaatkan untuk membantu kebutuhan, dan juga untuk mengangkat derajat
masyarakat. Berdasarkan data yang ada dalam masyarakat, pada umumnya wakaf di Indonesia
digunakan untuk masjid, musholla, sekolah, ponpes, rumah yatim piatu, bahkan makam.
Namun, potensi wakaf tunai di Indonesia diperkirakan mencapai Rp180 triliun per tahun.
Menurut data Badan Wakaf Indonesia (BWI), Indonesia telah merealisasikan sebanyak Rp400
miliar.
Oleh karena itu, dalam rangka menertibkan dan melindungi wakaf pemerintah membuat
oraginasasi yang mengaturnya serta memberikan pengaturannya yang tertuang dalam bentuk
suatu peraturan pemerintah. Seperti membuat badan wakaf indonesia yang tugasnya adalah:
(a) melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf, (b) melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional
dan internasional, (c) memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan
status harta benda wakaf, (d) memberhentikan dan mengganti Nazhir, (e) memberikan
persetujuan atas penukaran harta benda wakaf, (f) memberikan saran dan pertimbangan kepada
dan pengembangan harta benda wakaf baik nasional dan internasional, lembaga inipun diatur
oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 bahkan saat ini telah di sahkan PSAK 112 yang
Karena itulah makalah ini berjudul “Akuntansi Wakaf”, karena kelompok kami akan
mencoba membahas agar dapat memahami mengenai Akuntansi Wakaf baik dari pengelolaan,
3. Bagaimana pencatatan akuntansi dan pelaporan aset wakaf pada lembaga wakaf?
3. Bagaimana pencatatan akuntansi dan pelaporan aset wakaf pada lembaga wakaf?
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Akuntansi
pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan.
Dan hasilnya harus dapat menjawab kebutuhan umum para pemakainnya. Akuntansi juga
dan menyajikan data, transaksi serta dalam kejadian yang berhubungan dengan keuangan
yang sehingga bisa digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti
Menyatakan bahwa Akuntansi adalah suatu potongan, estimasi, dan pelaporan data
keuangan, yang memungkinkan sebuah penilaian dan pilihan membuat yang jelas dan tegas
bagi individu yang memanfaatkan data. (Akuntansi Menurut Ikatan Akuntan Amerika)
mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.
Menurut Financial Accounting Standars Board (FASB), Akuntansi adalah kegiatan jasa
seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter,
transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-
hasilnya.
Akuntansi dalam konsep Syariah Islam diartikan sebagai kumpulan dasar-dasar hukum
yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber syariah islam dan
dipergunakan sebagai aturan oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam
pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan dalam
Wakaf menurut bahasa yaitu menahan (al-habsu). Menurut istilah artinya menahan sesuatu
benda kekal zatnya dan mengambil manfaatnya untuk kebaikan (sabiq,1977). Dan menurut
Ikatan Akuntan Indonesia, Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan kesejahteraan umum
menurut syariah. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
Ihsan dan Shahul (2011) mendefinisikan wakaf sebagai memindahkan harta dari upaya
konsumtif menuju reproduksi dan investasi dalam bentuk modal produksi yang dapat
memproduksi dan menghasilkan sesuatu yang dapat di konsumsi pada masa-masa mendatang,
Menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Menurut kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat 1 Wakaf adalah perbuatan hukum
seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau
BAB III
PEMBAHASAN
transaksi wakaf yang dilakukan baik oleh entitas nazhir dan wakif yang berbentuk organisasi
dan badan hukum. Tujuan Akuntansi Wakaf adalah untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
b. Nazhir, pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan
c. Harta benda wakaf, harta benda wakaf baik berupa benda bergerak maupun benda
tidak bergerak.
d. Ikrar wakaf, adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan atau
b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Tata Cara Perwakafan Tanah
Milik.
c. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Perincian Terhadap PP No.
Nasional Nomor 4 Tahun 1990, Nomor 24 Tahun 1990 tentang Sertifikasi Tanah
Wakaf.
Tanah Wakaf.
h. PSAK 112
Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, bahwa : Harta benda
Harta atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan syari’ah dan peraturan
b. Benda bergerak adalah harta yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi :
Uang,
Logam mulia,
Surat berharga,
Kendaraan,
Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-
Namun, Menurut PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 tentang
a. Harta atau aset yang diwakafkan melalui ikrar wakaf yang akan dituangkan dalam
tanah, tanaman dan benda lain terkait tanah, hak milik satuan rumah susun, dan
lainnya.
Aset bergerak, contoh wakaf benda bergerak seperti uang, logam mulia, surat
c. Aset wakaf harus dikelola dan dikembangkan oleh nazhir sesuai dengan tujuan,
d. Aset wakaf tidak dapat dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan,
Fungsi wakaf adalah untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis aset tersebut
untuk kepentingan ibadah dan memajukan kesejahteraan umum. Jadi wakaf diperuntukan
Bantuan kepada fakir miskin, anak telantar, yatim piatu, dan beasiswa
Laporan aktivitas,
Aset diklasifkasikan menjadi aset lancar dan tidak lancar, dan liabilitas
diklasifkasikan menjadi liabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Namun, untuk
nazhir yang merupakan entitas keuangan, aset dan liabilitas tidak diklasifkasikan.
Nazhir mengakui aset wakaf dalam laporan keuangan ketika memiliki kendali secara
Nazhir mengakui aset wakaf dengan jangka waktu tertentu (aset wakaf temporer)
Aset wakaf temporer adalah aset wakaf dalam bentuk kas yang diserahkan oleh wakif
kepada nazhir untuk dikelola dan dikembangkan dalam jangka waktu tertentu.
Setelah jangka waktu tertentu, aset wakaf berupa kas akan dikembalikan kepada
wakif.
Syarat pengakuan aset wakaf dalam laporan keuangan ketika terjadi pengalihan kendali
Telah terjadi pengalihan kendali atas aset wakaf secara hukum dan
Telah terjadi pengalihan kendali atas manfaat ekonomis dari aset wakaf.
Nazhir menyajikan laporan perubahan aset wakaf yang mencakup unsur berikut:
Aset wakaf yang diterima dari wakif, dan
c. Laporan Aktivitas
Penyaluran wakaf.
Catatan atas Laporan Keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan
keuangan,
1. Wakif mengakui aset wakaf yang diserahkan secara permanen kepada nazhir sebagai
2. Wakif mengakui aset wakaf yang diserahkan secara temporer kepada nazhir sebagai
kas disebabkan nazhir berkewajiban untuk mengembalikan aset tersebut kepada wakif
4. Wakif mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi wakaf, tetapi tidak
terbatas pada:
a. Wakaf permanen:
Rincian aset wakaf yang diserahkan kepada nazhir pada periode berjalan,
Peruntukan aset wakaf yang diserahkan kepada nazhir pada periode berjalan.
b. Wakaf temporer:
Rincian aset wakaf yang diserahkan kepada nazhir pada periode berjalan,
Sifat hubungan,
Nazhir mengakui aset wakaf dalam laporan keuangan ketika memiliki kendali secara
hukum dan fisik atas aset wakaf tersebut. Syarat pengakuan aset wakaf dalam laporan
keuangan ketika terjadi pengalihan kendali dari wakif kepada nazhir dengan terpenuhinya
b. Dan telah terjadi pengalihan kendali atas manfaat ekonomis dari aset wakaf.
Pada umumnya pengalihan kendali itu akan dapat terpenuhi pada saat :
a. Terjadi akta ikrar wakaf (yaitu terjadi pengalihan kendali aset wakaf secara hukum
yang disertai dengan pengalihan kendali fisik atas aset wakaf, dari wakif kepada
nazhir).
b. Kendali atas aset wakaf pun dapat terjadi dalam keaadan tertentu, misalnya ketika
Dalam suatu kondisi tertentu, nazhir mungkin telah menerima suatu aset dan
memperoleh manfaat ekonomisnya tetapi aset tersebut belum dialihkan secara hukum
sebagai aset wakaf. Contoh lainnya yaitu, seseorang secara lisan mewakafkan tanah
kepada nazhir dan telah menyerahkan tanah tersebut untuk digunakan sesuai
peruntukannya, tetapi belum dibuat akta ikrar wakaf. Tanah tersebut belum dapat
diakui sebagai aset wakaf dalam laporan keuangan. Nazhir baru akan mengakui tanah
sebagai aset wakaf dalam laporan keuangan pada saat dilakukan akta ikrar wakaf.
Nazhir perlu mengidentifikasi jenis dari aset wakaf berdasarkan manfaatnya yang
bangunan, sehingga tidak memerlukan identifikasi yang mendalam. Beberapa aset wakaf
yang lain memerlukan identifikasi yang mendalam untuk menentukan jenis aset wakaf.
Misalnya, wakaf atas hasil panen dari kebun kelapa sawit yang dikelola oleh wakif untuk
periode waktu tertentu. Dalam kasus ini, jenis aset wakaf yang diakui adalah hasil panen
dari kebun sawit selama periode waktu tertentu, bukan dalam bentuk kebun sawit.
Jika nazhir menerima wasiat wakaf, maka nazhir tidak mengakui aset yang akan
diwakafkan di masa mendatang dalam laporan keuangan. Wasiat wakaf tidak memeniuhi
kriteria pengakuan aset wakaf yang telah diatur, walaupun pihak yang memberi wasiat
telah memiliki aset yang akan diwakafkan. Misalnya, seseorang berwasiat kepada nazhir
akan mewakafkan hartanya saat meninggal. Nazhir tidak mengakui aset wakaf pada saat
menerima wasiat wakaf. Nazhir baru akan mengakui aset wakaf pada saat pihak yang
Jika nazhir menerima janji (wa’d) untuk berwakaf, maka nazhir tidak mengakui aset
yang akan diwakafkan di masa mendatang dalam laporan keuangan. Janji untuk berwakaf
tidak memenuhi kriteria pengakuan aset wakaf yang diatur, walaupun dalam bentuk janji
tertulis. Misalnya, seseorang berjanji kepada nazhir akan mewakafkan sebagian manfaat
polis asuransi di masa mendatang. Nazhir tidak mengakui aset wakaf pada saat menerima
janji tersebut, karena aset yang akan diwakafkan belum menjadi milik dari pihak yang
berjanji. Nazhir baru akan mengakui aset wakaf pada saat terjadi klaim asuransi dan
menerima kas dan setara kas dari perusahaan asuransi atas pembayaran sebagian manfaat
polis asuransi.
Aset wakaf temporer. Nazhir mengakui aset wakaf dengan jangka waktu tertentu (aset
wakaf temporer) diakui sebagai liabilitas. Aset wakaf temporer adalah aset wakaf dalam
bentuk kas yang diserahkan oleh wakif kepada nazhir untuk dikelola dan dikembangkan
dalam jangka waktu tertentu. Hasil pengelolaan dan pengembangan dari aset wakaf
temporer selama jangka waktu tertentu akan diperuntukan untuk mauquf alaih (orang
yang menerima wakaf) . Setelah jangka waktu tertentu, aset wakaf berupa kas akan
Penerimaan aset wakaf temporer dalam bentuk kas bukan merupakan penghasilan,
tetapi merupakan liabilitas, disebabkan aset tersebut wajib dikembalikan oleh nazhir ke
wakif di masa mendatang. Aset wakaf yang diakui sebagai penghasilan oleh nazhir adalah
manfaat yang dihasilkan oleh aset wakaf tersebut di masa mendatang berupa imbal hasil.
Misalnya, wakif mewakafkan uang sejumlah Rp1.000 selama satu tahun ke nazhir. Imbal
hasil dari dana tersebut selama satu tahun adalah Rp100. Nazhir mengakui Rp1.000
sebagai liabilitas dan Rp100 sebagai penghasilan berupa penerimaan wakaf temporer.
ekonomis dalam bentuk tambahan aset yang bersumber dari aset wakaf yang ada. Hasil
pengelolaan dan pengembangan aset wakaf merupakan tambahan atas aset wakaf yang
ada. Hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf berupa berbagai macam
penghasilan, seperti : imbal hasil, dividen, dan bentuk penghasilan lainnya, setelah
dikurangi beban yang terkait. Hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf
termasuk selisih pelepasan aset yang bersumber dari aset wakaf awal. Misalnya, nazhir
menerima wakaf berupa 1.000 lembar saham. Sebagian dividen dari saham tersebut
kemudian digunakan untuk memperoleh 100 lembar saham. Saat pelepasan 100 lembar
diperoleh keuntungan sebesar Rp200, maka Rp200 tersebut merupakan bagian dari hasil
Hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf tidak termasuk:
a. Hasil pengukuran ulang atas aset wakaf. Misalnya, nazhir menerima aset wakaf berupa
tanah seharga Rp10.000. Tanah tersebut kemudian diukur pada nilai wajar menjadi
Rp15.000. Selisih Rp5.000 bukan merupakan bagian dari hasil pengelolaan dan
b. Selisih dari pelepasan aset wakaf. Misalnya, nazhir menerima aset wakaf berupa logam
mulia seharga Rp1.000 yang diperuntukan untuk kegiatan pendidikan. Kemudian nazhir
menjual logam mulia tersebut seharga Rp1.200, maka Rp1.200 tersebut seluruhnya
Dasar penentuan imbalan untuk nazhir adalah hasil neto dari pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf yang telah direalisasikan dalam bentuk kas dan setara kas di
periode berjalan.
b. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf periode
berjalan yang kas dan setara kasnya belum diterima di periode berjalan,
c. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf periode
sebagai beban pengurang aset wakaf. Penyaluran manfaaf wakaf terjadi ketika manfaat
wakaf diterima oleh mauquf alaih sebagaimana yang tertuang dalam akta ikrar wakaf
yang bersangkutan. Dalam hal nazhir menyerahkan manfaat wakaf kepada pihak lain
untuk disampaikan kepada mauquf alaih, maka dianggap belum melakukan penyaluran
manfaat wakaf. Penyaluran manfaat wakaf terjadi ketika pihak lain tersebut telah
menyerahkan manfaat wakaf kepada mauquf alaih yang tertuang dalam akta ikrar wakaf.
mauquf alaih selama Januari 2019 dan memberikan pertanggungjawaban kepada Nazhir
A di Februari 2019. Di dalam laporan keuangan Nazhir A periode tahun 2018 hal tersebut
tidak diakui sebagai penyaluran wakaf. Manfaat wakaf yang disalurkan kepada mauquf
alaih dapat berupa kas, setara kas, aset lainnya, dan manfaat ekonomis lain yang melekat
pada aset wakaf, seperti penyusutan dan amortisasi dari aset wakaf.
Pengukuran
c. Aset wakaf selain uang diukur pada nilai wajar saat pengakuan awal. Namun, dalam
beberapa kondisi, ketika nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, maka aset wakaf
tersebut tidak diakui dalam laporan keuangan. Aset wakaf tersebut harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Jika kemudian nilai wajar aset wakaf tersebut dapat
ditentukan secara andal, maka aset wakaf tersebut diakui dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan periode sebelumnya tidak disesuaikan dengan adanya pengakuan aset
wakaf tersebut.
Aset wakaf berupa logam mulia selanjutnya diukur pada nilai wajar dan
perubahannya diakui sebagai dampak pengukuran ulang aset wakaf. Aset wakaf berupa
logam mulia harus diukur pada nilai wajar tanggal pengukuran. Jika terjadi kenaikan atau
penurunan nilai wajar, maka diakui sebagai dampak pengukuran ulang aset wakaf.
Penyajian
Pengungkapan
Nazhir mengungkapkan hal-hal berikut terkait wakaf, tetapi tidak terbatas pada:
wakaf,
e. Jumlah imbalan nazhir dan persentasenya dari hasil neto pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf, dan jika terjadi perubahan di periode berjalan, dijelaskan
alasan perubahannya.
f. Rincian aset neto meliputi aset wakaf awal, aset wakaf yang bersumber dari
pengelolaan dan pengembangan aset wakaf awal, dan hasil neto pengelolaan dan
Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode berjalan yang belum
Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode lalu yang terealisasi
h. Jika ada wakaf temporer, penjelasan mengenai fakta tersebut, jumlah, dan wakif,
i. Jika ada wakaf melalui uang, penjelasan mengenai wakaf melalui uang yang
j. Jika ada aset wakaf yang ditukar dengan aset wakaf lain, penjelasan mengenai hal
tersebut termasuk jenis aset yang ditukar dan aset pengganti, alasan, dan dasar
hokum,
k Jika ada hubungan pihak berelasi antara wakif, nazhir, dan/atau mauquf alaih, maka
diungkapkan:
Sifat hubungan;
(http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/DE%20PSAK%20112%20(1).pdf)