Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN I
SAP 8
KERTAS KERJA AUDIT

OLEH:
KELOMPOK 7

1. IDA AYU YUNI PRAMITHA (1607531046) /12


2. NI WAYAN PITRIYANI (1607531047) /13
3. NI KADEK INDAH PERMATA SARI (1607531049) /17

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018

1
1) KERTAS KERJA AUDIT
Kertas kerja adalah catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang
diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Kertas
kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan akuntansi klien dengan
laporan audit yang dihasilkan oleh auditor.
Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
a) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama, yaitu
pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik
b) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua, yaitu pemahaman
memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan
c) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga, yaitu bukti audit
telah diperoleh, prosedur pemeriksaan telah diterapkan, dan pengujian telah
dilaksanakan yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
2) JENIS KERTAS KERJA AUDIT
1. Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk pemeriksaan elemen-
elemen tertentu. Dalam Program Audit auditor menyebutkan :
a) Pemeriksaan yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap
elemen yang tercantum dalam laporan keuangan
b) Tanggal pelaksanaan prosedur audi
c) Paraf pelaksana prosedur audit
d) Penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan auditor
Program ini berfungsi sebagai alat yang bermanfaat untuk
menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan
lapangan.
2. Working Trial Balance
Working Trial Balance adalah suatu daftar yang berisi saldo berbagai akun
buku besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya,
kolom untuk penyesuaian dan pengklasifikasian kembali serta saldo setelah

2
koreksi auditor dan akan dicatumkan dalam laporan keuangan auditan.
Working trial balance dapat disiapkan oleh klien mauopun auditor. Working
trial balance yang dibuat klien harus diverifikasi dengan posting kolom dan
pengusutan (tracing) saldo akun ke buku besar. Working trial balance
merupakan dasar untuk pemeriksaan kertas kerja secara individual dan
merupakan ringkasan semua data yang diperoleh selama pemeriksaan.
3. Jurnal Penyesuaian dan Pengklasifikasian Kembali
Auditor mungkin menjumpai kesalahan dalam catatan akuntansi dan laporan
keuangan karena salah memahami dan salah interpretasi terhadap prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Kesalahan tersebut perlu dikoreksi dengan
membuat jurnal penyesuaian. Jurnal pengklasifikasian kembali dilakukan
untuk memastikan pengklasifikasian akun yang tepat, misalnya akun obligasi
jangka panjang yang jatuh tempo tahun depan, maka auditor harus
mengklasifikasikannya ke kelompok kewajiban lancar.
4. Daftar Pendukung
Dalam melaksankan audit, auditor melakukan verifikasi elemen-elemen yang
terdapat dalam laporan keuangan. Untuk itu auditormembuat kertas kerja
yang bermacam-macam untuk mendukung informasi yang dikumpulkan.
Dalam tiap eleman yang diperiksanya, auditor mencantumkan metode
verifikasi, pertanyaan yang timbu, serta jawaban atas pertanyaan tersebut.
5. Daftar Utama
Semua informasi yang dicatat dalam daftar pendukung, diringkas dalam
daftar utama. Daftar utama ini merupakan ringkasan akun-akun yang saling
berkaitan. Jadi, daftar utama digunakan untuk menghubungkan akun buku
besar yang sejenis, yang akan disajikan dalam laporan keuangan dalam satu
pos. Kolom-kolom yang ada dalam daftar utama adalah sama dengan kolom-
kolom yang ada dalam working trial balance. Jumlah tiaqp kolom dalam
daftar utama dimasukkan dalam kolom yang sama dalam working trial
balance. Contoh peringkasan dalam daftar utam adalah daftar utama kas
merupakan penggabungan kas di tangan,kas kecil, dan kas di bank.

3
6. Memorandum Audit dan Dokumentasi Informasi Penguat
Memorandum audit merupakan data tertulis yang disiapkan auditor dalam
bentuk naratif, misalnya komentar atas kinerja prosedur auditing dan
kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan audit. Dokumentasi informasi
penguat meliputi pendokumentasian pengajuan pertanyaan mengenai hasil
rapat dewan komisaris, respon konfirmasi dan representasi tertulis serta
salinan berbagai kontrask penting.

3) MANFAAT BUKTI AUDIT


a) Kertas kerja dapat dimanfaatlan untuk menghubungkan catatan klien dengan
laporan audit yang dihasilkan oleh auditor.
b) Kertas kerja dapat dimanfaatlan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya
dan merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
c) Kertas kerja dapat dimanfaatlan untuk menguatkan simpulan-simpulan
auditor dan kompetensi auditnya dalam membuktikan telah dilaksanakannya
dengan baik audit atas laporan keuangan.
d) Kertas kerja dapat dimanfaatlan untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi
semua tahap audit yang terdiri dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana.
e) Kertas kerja dapat dimanfaatlan untuk memberikan pedoman dalam audit
berikutnya.
f) Sebagai dasar perencanaan audit tahun selanjutnya.
Dalam pelaksanaan audit, KKA dapat digunakan sebagai acuan bagi auditor
untuk perencanaan audit tahun berjalan. Auditor dapat mengacu pada kertas
kerja tahun sebelumnya yang mencakup berbagai informasi seperti informasi
perencanaan audit, system pengendalian internal (SPI),alokasi biaya dan
waktu, program audit, serta hasil audit yang telah didokumentasikan.
g) Sebagai catatan bahan bukti dan hasil pengujian yang telah dilakukan.
Kertas kerja merupakan bukti bahwa auditor telah melakukan audit sesuai
dengan standar audit yang telah ditetapkan.
h) Sebagai dasar untuk menentukan jenis laporan audit yang pantas.

4
KKA membantu auditor dalam menentukan kelayakan laporan audit yang
akan diterbitkan dan memudahkan penyusunan laporan audit secara
menyeluruh.
i) Sebagai dasar untuk supervisi audit oleh supervisor dan partner.
KKA membantu supervisor atau partner dalam melakukan supervisi atas hasil
kegiatan audit dan mengevaluasi apakah bukti-bukti yang dikumpulkan telah
memadai untuk mendukung temuan ataupun opini laporan audit.

4) TANGGUNG JAWAB AUDITOR ATAS KERTAS KERJA


Di dalam membuat Audit atas laporan keuangan harus didasarkan atas standar
auditing yang ditetapkan IAI. Standar pekerjaan lapangan mengharuskan auditor
melakukan perencanaan dan penyupervisian terhadap audit yang dilaksanakan,
memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, dan mengumpulkan bukti
kompeten yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Kertas kerja merupakan
sarana yang dilakukan oleh auditor untuk membuktikan bahwa standar pekerjaan
lapangan tersebut dipatuhi.
Dalam melakukan auditnya, auditor harus memperoleh kebebasan dari klien
dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk kepentingan auditnya.
Pembatasan terhadap kebebasan auditor dalam menentukan tipe bukti yang
diperlukan dan prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor akan berdampak
terhadap kompetensi dan kecukupan bukti yang diperlukan auditor sebagai dasar bagi
auditor untuk merumuskan pendapatnya atas laporan keuangan klien. Sebagai
akibatnya, kompetensi dan kecukupan bukti audit yang diperoleh auditor akan
mempengaruhi pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.
Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik
pribadi auditor. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik
masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk menghindari penggunaan hal-hal
yang bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yang tidak semestinya. Hampir semua
informasi yang diperoleh audit dicatat dalam kertas kerja, maka bagi auditor, kertas
kerja merupakan hal yang bersifat rahasia.

5
SA Seksi paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur
memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya
sekurang-kurangnya 10 tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan praktiknya
dan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen. Karena
sifat kerahasiaan yang melekat pada kertas kerja, auditor harus menjaga kertas
kerja dengan cara mencegah terungkapnya informasi yang tercantum dalam kertas
kerja kepada pihak-pihak yang tidak diinginkan. Misalnya, klien memberitahukan
kepada auditor untuk merahasiakan informasi mengenai gaji direksi, manajer, dan
aspek lain usaha perusahaan, maka auditor tidak boleh melanggar pesan klien
tersebut dengan mengungkapkan informasi tersebut kepada karyawan klien yang
tidak berhak untuk mengetahuinya.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang
berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai
berikut: Anggota Kompartemen Akuntan Publik tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien.
Seorang auditor tidak dapat memberikan informasi kepada pihak bukan
klien kecuali jika klien mengizinkannya. Meskipun kertas kerja dibuat dan
dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang klien, dari catatan-catatan klien,
serta atas biaya klien, hak pemilikan atas kertas kerja tersebut sepenuhnya berada
di tangan akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor. Karena
kertas kerja tidak hanya berisi informasi yang diperoleh auditor dari catatan klien
saja, tetapi berisi pula program audit yang akan dilakukan oleh auditor, maka tidak
semua informasi yang tercantum dalam kertas kerja dapat diketahui oleh klien.
Auditor itu biasanya menyelenggarakan dua macam arip kertas kerja untuk setiap
kliennya, yaitu :
a. Arsip kini (current file), yaitu arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah
selesai dilakukan.
b. Arsip permanen (permanent file), yaitu untuk data yang secara relatif tidak
mengalami perubahan.

6
5) CARA MEMBUAT KERTAS KERJA YANG BAIK
Kecakapan teknis dan keahlian profesional seorang auditor independen agar
tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya. Untuk membuktikan bahwa seseorang
merupakan auditor yang kompeten, ia harus dapat menghasilkan kertas kerja yang
benar-benar bermanfaat. Untuk memenuhi tujuan ini ada lima faktor cara membuat
kertas kerja yang baik yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti :
1) Berisi semua informasi yang pokok. Auditor harus dapat menentukan
komposisi semua data penting yang harus dicantumkan dalam kertas
kerja.
2) Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.
3) Kertas kerja harus dapat “berbicara” sendiri, harus berisi informasi
yang lengkap, tidak berisi informasi yang masih belum jelas atau
pertanyaan yang belum terjawab.
b. Teliti. Dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus memperhatikan
ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas
dari kesalahan tulis dan perhitungan.
c. Ringkas. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok saja dan
yang relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara
ringkas. Analisis yang dilakukan oleh auditor harus merupakan ringkasan
dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien
ke dalam kertas kerja.
d. Jelas. Kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang akan
memeriksa kertas kerja perlu diusahakan oleh auditor. Penyajian informasi
secara sistematik perlu dilakukan.
e. Rapi. Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan
kertas kerja akan membantu auditor senior dalam me-review hasil pekerjaan
stafnya serta memudahkan auditor dalam memperoleh informasi dari kertas
kerja tersebut.

7
REFERENSI

Anonim “Cara Membuat Kertas Kerja yang Baik”


http://zetzu.blogspot.co.id/2010/10/kertas-kerja-audit.html Diakses 2 April 2018

Janawati, Jessy. “Kertas Kerja Audit”.


https://www.academia.edu/15682951/KERTAS_KERJA_AUDIT. Diakses pada 01 april
2018
Pradnyana “Tanggung Jawab Auditor Atas Kertas Kerja”
https://www.scribd.com/doc/308393021/Tanggung-Jawab-Auditor-Atas-Kertas-Kerja
Diakses 2 April 2018

Anda mungkin juga menyukai