I. DASAR HUKUM
1. Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
3. Undang -undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
6. Peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan, dan Pembubaran BUMN
II. PENGERTIAN BUMN
Berdasarkan PP No. 45 tahun 2005, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Adapun bentuk BUMN :
1. Persero
Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya
terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan.
Organ persero terdiri dari RUPS, Direksi, dan Komisaris
2. Perum
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi
atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Organ Perum terdiri dari Menteri,
Direksi, dan Dewan Pengawas.
Tujuan pendirian BUMN :
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya
dan penerimaan negara pada khususnya
2. Mengejar keuntungan
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
1
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat.
III. PENDIRIAN BUMN
Sesuai dengan UU No. 19 tahun 2003 , BUMN didirikan dengan tujuan :
1. Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan Negara pada khususnya
2. Mengejar keuntungan
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat
Pendirian BUMN ditetapkan dengan peraturan pemerintah, dimana dalam
peraturan pemrintah tersebut setidaknya memuat : Penetapan pendirian BUMN,
Maksud dan tujuan didirikan BUMN dan Penetapan besarnya penyertaan besarnya
kekayaan Negara yang dipisahkan dalam rangka pendirian BUMN. Maka pendirian
BUMN meliputi :
1. Pembentukan Perum atau Persero baru
Dalam hal pendirian persero ini haruslah dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas. Khusus untuk
pendirian Perum, Peraturan Pemerintah tersebut memuat pula anggaran dasar
Perum bersangkutan dan penunjukan Menteri selaku wakil pemerintah sebagai
pemilik modal.
2. Perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN
Dalam hal pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit instansi
pemerintah menjadi BUMN, maka dalam peraturan pemerintah tentang pendirian
BUMN yang dimaksud, dimuat ketentuan bahwa seluruh atau sebagian kekayaan,
hak dan kewajiban unit instansi pemerintah tersebut beralih menjadi kekayaan,
hak dan kewajiban BUMN yang didirikan.
3. Perubahan bentuk badan hukum BUMN
4. Pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum.
2
Di dalam pendiriannya BUMN haruslah memiliki anggaran dasar. BUMN
memiliki tempat kedudukan di dalam wilayah Indonesia yaitu diungkapkan didalam
anggaran dasar. Begitu juga dengan jangka waktu berdirinya BUMN yang tercantum
di dalam anggaran dasarnya. Berikut dalam anggaran dasar baik untuk Persero
maupun Perum.
Anggaran dasar Persero memuat sekurang-kurangnya :
1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan
2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan
3. Jangka waktu berdirinya Perseroan
4. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor
5. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap
klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap
saham
6. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris
7. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS
8. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan
Komisaris
9. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
4
b) Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara singkat, maka kata
“(Persero)” dicantumkan setelah singkatan “PT” dan nama perusahaan.
2. Nama Perum didahului dengan perkataan “Perusahaan Umum (Perum)” atau
dapat disingkat “Perum” yang dicantumkan sebelum nama perusahaan.
IV. PENGURUSAN BUMN
BUMN adalah milik Negara, akan tetapi pembinaan dan pengelolaan BUMN
tetepa didasarkan pada prinsip – prinsip perusahaan yang sehat. Selain tunduk pada
peraturan yang berlaku terhadap BUMN, para Direksi BUMN juga berpegang teguh pada
penerapan prinsip good corporate governance, yaitu :
1. Transparansi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan.
2. Kemandirian yaitu eadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang
sehat.
3. Akuntabilitas yaitu ejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ
sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif.
4. Pertanggungjawaban yaitu suatu keadaan dimana stiap apa keputusan atau
tindakan yang diambil atau dilakukan dapat dipertanggungjawabkan, ada
kejelasannya.
5. Kewajaran yaitu esesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.
5
dinyatakan pailit atau orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana yag merugikaan Negara.
Untuk dapat diangkat sebagai direksi BUMN, maka orang tersebut haruslah
lulus uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilaksanakan oleh sebuah
tim atau lembaga professional yang ditunjuk oleh Menteri. Untuk BUMN yang tidak
seluruh sahamnya dimiliki oleh negara, ketentuan uji kelayakan dan kepatutan (fit and
proper test) hanya berlaku bagi calon anggota Direksi yang mewakili pemerintah.
Jika dinyatakan lulus uji maka direksi harus menandatangani kontrak
manajemen. Kontrak manajemen berisikan janji-janji atau pernyataan calon anggota
Direksi, yaitu apabila diangkat/diangkat kembali menjadi anggota Direksi antara lain
akan memenuhi segala target yang ditetapkan oleh RUPS/Menteri dan menerapkan
prinsip-prinsip good corporat governance.Dalam hal direksi terdiri lebih dari satu
orang maka salah satunya diangkat sebagai Direktur Utama.
Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
1. Anggota Direksi pada BUMN lain, badan usaha milik daerah, dan badan usaha
milik swasta
2. Jabatan struktural dan fungsional lainnya dalam instansi/lembaga pemerintah pusat
dan daerah
3. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
4. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.
6
Direksi, menetapkan jumlah anggota Direksi, mengesahkan rencana kerja dan
anggaran perusahaan, dan melakukan perubahan rencana kerja dan anggaran
perusahaan. Jika pada Persero yang memiliki kekuasaan tertinggu adalah RUPS
maka dalam Perum yang memiliki kekuasaan tertinggi atas perum adalah Menteri
2. Direksi
Direksi adalah orang/perseorangan yang diberikan wewenang untuk mengurus
BUMN. Direksi wajib menyiapkan rancangan Rencana Jangka Panjang yang
merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan BUMN yang
hendak dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Selanjutnya, Rancangan
Rencana Jangka Panjang yang telah ditandatangani bersama dengan
Komisaris/Dewan Pengawas disampaikan kepada RUPS untuk Persero dan
Menteri untuk Perum untuk memperoleh pengesahan. Rencana Jangka Panjang
tersebut sekurang-kurangnya memuat:
a. Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang sebelumnya
b. Posisi BUMN pada saat penyusunan Rencana Jangka Panjang
c. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan Rencana Jangka Panjang
d. Penetapan misi, sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja Rencana Jangka
Panjang.
8
perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki
pengetahuan yang memadai di bidang usaha perusahaan, da dapat menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Selain itu, mereka harus mampu
melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyataka
bersalah menyebabkan suatu Persero atau Perum pailit atau tidak pernah dihukum
karena melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara.
V. PENGAWASAN BUMN
Pengawasan BUMN adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Komisaris/Dewan
Pengawas untuk menilai BUMN dengan cara membandingkan antara keadaan yang
sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan
dan/atau dalam bidang teknis dan operasional.
Pengawasan Pesero dilakukan oleh Komisaris sedangkan untuk Perum dilakukan
oleh Dewan Pengawas. Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris dilakukan oleh
RUPS sedangkan untuk Dewan Pengawas dilakukan oleh Menteri. Anggota Komisaris
dan Dewan Pengawas dilarang memangku jabatan rangkap sebagai :
1. Anggota Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta
2. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.
10
b.Tidak memiliki kepentingan/keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan
dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap BUMN yang bersangkutan
c. Mampu berkomunikasi secara efektif.
Ketua dari komite audit adalah anggota komite audit yang merupakan anggota
Komisaris atau Dewan Pengawas dan jika ternyata ada anggota dari komite audit yang
merupakan anggota atau bagian dari institusi lain maka institusi asal dari anggota komite
audit itu tidak diperbolehkan untuk memberikan jasa untuk BUMN. Maka Komite audit
bertugas untuk:
1. Membantu Komisaris/Dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas sistem
pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal
auditor
2. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan
Pengawasan Intern maupun auditor eksternal
3. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen
serta pelaksanaannya
4. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala
informasi yang dikeluarkan perusahaan
5. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris/Dewan
Pengawas serta tugas-tugas Komisaris/Dewan Pengawas lainnya.
11
instansi lain yang dianggap perlu dengan ataupun tanpa menggunakan konsultan
independen.
2. Dalam hal usulan atas pembubaran BUMN ini diajukan oleh Menteri Teknis, maka
sebelum usulan ini disampaikan kepada Presiden maka usulan pembubaran Persero
tersebut disampaikan dulu kepada Menteri BUMN untuk selanjutnya dilakukan
pengkajian yang dikoordinasikan oleh Menteri BUMN.
Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan,
likuidator wajib memberitahukan:
1. Kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara mengumumkan
pembubaran Perseroan dalam surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia
2. Pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa
Perseroan dalam likuidasi.
12
Kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses
likuidasi meliputi pelaksanaan:
1. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan
2. Pengumuman dalam surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi
3. Pembayaran kepada para kreditor
4. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham
5. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.
13
b. Perum dalam keadaan tidak mampu membayar (insolven) sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan.
Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal pembubaran Perum,
likuidator wajib :
1. Mendaftarkan pembubaran Perum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di
bidang wajib daftar perusahaan
2. Mengumumkan pembubaran Perum dalam 2 (dua) surat kabar harian
3. Memberitahukan kepada semua kreditornya dengan surat tercatat mengenai bubarnya
Perum.
14
DAFTAR PUSTAKA
15