Anda di halaman 1dari 39

SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DAN STRUKTUR

TEORI AKUNTANSI

MAKALAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Mata Kuliah Teori
Akuntansi

Oleh:

Anisya Widya 171011201951

Ima Putri Agustiani 171011200735

Mia Pratiwi 171011201752

Nuri Intan Permatasari 171011200992

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah Teori Akuntansi ini tepat pada waktunya yang berjudul

“Sejarah Perkembangan Akuntasi dan Struktur Teori Akuntansi”. Makalah

ini menjelaskan Sejarah Perkembangan Akuntansi dari berbagai publikasi,

memprediksi perkembangan akuntansi dimasa mendatang dan menjelaskan secara

hirarki struktur teori akuntansi, menjelaskan tujuan laporan keuangan.

Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing

yang memberikan banyak saran kepada kami sehingga dapat menyelesaikan

makalah ini dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung kami sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca.

Tangerang Selatan, September 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

HAL
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

A. Latar Belakang Masalah......................................................................

B. Perumusan Masalah.............................................................................

C. Tujuan Penelitian.................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................


A. Sejarah Perkembangan Akuntansi.......................................................
1. Akuntansi dan Double Entry..........................................................
2. Sejarah Akuntansi di Indonesia.....................................................
3. Sejarah IAI dan Standar Akuntansi Indonesia..............................
4. Pendidikan Akuntansi...................................................................
B. Struktur Teori Akuntansi....................................................................
1. Penjelasan Struktur Teori Akuntansi............................................
2. Tujuan Laporan Keuangan............................................................
3. Postulat Akuntansi........................................................................
4. Konsep Teoritis Akuntansi............................................................
5. Prinsip Dasar Akuntansi................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................34


A. Kesimpulan.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu ilmu yang didalamnya berisi
bagaimana manusia berfikir sehingga menghasilkan suatu kerangka
pemikiran konseptual tentang prinsip, standar, asumsi, teknik, serta
prosedur yang ada dijadikan landasan dalam pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan tersebut harus berisi informasi-informasi yang
berguna dalam membantu pengambilan keputusan bagi para pemakainya.
Apresiasi penuh pada lingkup akuntansi sekarang dan masa
mendatang tergantung pada pemahaman teknik akuntansimaupun struktur
teori akuntansi dimana teknik diturunkan. Pengembangan struktur teori
akuntansi untuk memberikan justifikasi yang lebih baik pada aturan-aturan
dan teknik-teknik yang telah ada dimulai dengan pengujian yang
dilakukan oleh paton tentang pondasi dasar akuntansi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Metode Akuntansi dan Double Entry?
2. Bagaimana Sejarah Akuntansi di Indonesia?
3. Bagaimana Sejarah IAI dan Standar Akuntansi Indonesia?
4. Bagaimana Sifat Struktur Teori Akuntansi?
5. Apakah Tujuan Laporan Akuntansi?
6. Apa Postulat-Postulat Akuntansi?
7. Apakah Teoritis Akuntansi?
8. Seperti Apakah Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Sejarah Akuntansi dari Berbagai Publikasi Umum dan
Khusus.

1
2. Memprediksi Perkembangan Akuntansi dimasa Mendatang.
3. Menjelaskan Secara Hirarki Struktur Teori Akuntansi.
4. Menjelaskan Tujuan Laporan Keuangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Akuntansi


1. Akuntansi dan “Double Entry”
Untuk mempelajari sejarah akuntansi kita harus dapat membedakan
antara tiga hal, yaitu:
a. Sejarah lahirnya praktik akuntansi itu dalam kehidupan manusia;
b. Sistem pencatatan akuntansi itu sendiri sebagai pencatatan
transaksi dengan sistem pembukuan yang sekarang dikenal dengan
double entry accounting system.
c. Sejarah perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri, sejak ia
merupakan satu bidang ilmu akuntansi umum kemudian
berkembang menjadi berbagai subbidang yang sudah dikenal saat
ini seperti Akuntansi Manajemen, Akuntansi Internasional,
Akuntansi Sumber Daya Manusia, Auditing, Akuntansi
Perpajakan.

Sejarah Metode Pencatatan Double Entry

Pada dasarnya Akuntansi itu sama yaitu sarana bagi manajemen


untuk mengkomunikasikan posisi keuangan, kinerja dan peruubahan posisi
keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Akuntansi menyediakan
informasi bagi pasar modal-pasar modl besar, baik domestik maupun
internasional.

Dalam berbagai literatur akuntansi konvensional banyak ditulis


akuntansi lahir dari seorang pendeta Italia , yaitu Lucas Pacioli dengan
buku Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportionalita
yang diterbitkan tahun 1949 di Venice.

Menurut Ijiri ( 1996 ), Pacioli menjelaskan pencatatan transakasi


perdagangan di Italia, dalam bab yang berjudul De Computis et Scripturis

3
dengan double entry bookkeeping system. Persamaan akuntansi double
entry bookkeeping adalah sebagai berikut.

Harta = Utang + Modal

Tidak jelas apakah sistem pencatatan yang dikenal pada masa lalu itu
menggunakan sistem single entry atau double entry yang terakhir ini lebih
praktis dan menjadi sistem dominant lima abad terakhir ini.

menurut pendapat Mattessich di atas, sistem double entry sudah ada 5000
tahun yang lalu. Sementara itu, selama ini kita kenal bahwa penemu sistem
double entry ini adalah Lucas Pacioli, bagaimana kita memahami
persoalan ini? Untuk menjawab ini, dapat dikemukakan sebagai berikut.
Sistem double entry accounting telah disepakati mula-mula “diterbitkan”
oleh Lucas Pacioli dalam bukunya yang berisi 36 babyang terbit pada
tahun 1494 di Florence, Italia dengan judul Summa d’ Arithmatica,
Geometrica Proportioni et Proportionalita.

Di samping itu, cikal bakal akuntansi ini juga berasal dari lembaga awal
perbankan yang mula-mula timbul pada abad ke-11 dan 12 di Italia.
Lembaga ini juga sering memberikan pinjaman pada saudagarsaudagar
yang berniaga ke negeri lain. Kegiatan bisnis ini tentu memerlukan catatan
tentang kegiatan tersebut, khususnya catatan tentang laba/rugi sebagai
dasar nantinya dalam pembagian laba rugi di antara para partner.

Lucas Pacioli sendiri dalam bukunya menyatakan bahwa apa yang


ditulisnya tentang double entry bookkeeping adalah berdasarkan pada
metode yang digunakan di Venice, Italia yang berkembang sebelumnya.
Bahkan ia sendiri mengaku melakukan penjiplakan dari bahan manuscript
asli dari Venice ( Siswanto,2000 ). Ia mengaku bahwa dirinya hanya
menuliskan sebuah metode pencatatan pembukuan yang dianggapnya telah
digunakan ratusan tahun sebelumnya, dan sudah digunakan secara umum
oleh para pedagang pada masa itu dan bukan dirinyalah yang menemukan
sistem pembukuan berganda tersebut ( Adnan, 1997 ).

4
Sejalan dengan pendapat tersebut Kam ( 1986:19 ) , salah satu ahli sejarah
akuntansi menyebutkan sebagai berikut.

Dia sendiri ( Pacioli-pen.) menyatakan bahwa tulisannya didasarkan pada


metode yang digunakan di Venice, yang mungkin saja sudah dimulai
paling tidak seratus tahun sebelumnya. Kita dapat mengasumsikan bahwa
penjelasannya ini menggambarkan apa yang terjadi dalam praktik. Oleh
karena itu, keragu-raguan atas pendapat yang menganggap bahwa Lucas

Pacioli sebagai penemu pertama akutansi modern ( double entry


accounting system ) semakin jelas. Buku beliau terbikan selisih dua tahun
dengan pendaratan

Sir Columbus dari Inggris di Benua Amerika, sebenarnya bukanlah buku


yang membahas tentang akuntansi, tetapi lebih tepat merupakan buku
matematika, di mana pembahsan pembukuan berpasangan hanya sedikit
disinggung pada bab yang berjudul Particularis de Computis et Scripturis
( Adnan, 1997 ).

Menurut Littleton, agar double entry muncul ke permukaan maka


persyaratan tertentu harus dipenuhi. Persyaratan itu adalah “materi” dan
“bahasa.” Untuk kelompok materi, dimasukkkannya kekayaan pribadi,
modal, perdagangan, dan kredit. Untuk kelompok bahasa, dimasukkannya
tulisan, uang, dan perhitungan.

namun setelah hal ini dikenal, inilah yang menyebabkan munculnya


double entry accounting di Italia pada abad ke-13 disebabkan kondisi
tersebut benar-benar ada ( Vernon Kam, 1990 ) dan Khir ( Harahap,
1991 ).

Jika kita lihat sejarah ternyata dengan memakai Litteleton’s Antecedent ini
kita dapat berpendapat lain. Apa benar sebelum tahun 1494 belum ada
unsur “materi”dan “bahasa”? Sepanjang fakta sejarah jauh sebelum masa
renaissance di Eropa, dunia sudah mengenal sivilisasi yang bahkan
lebihmaju dari sivilisasi sekarang, misalnya kebudayaan Romawi, Yunani,

5
Cina, Babilonia, Mesopotamia, Parsi, India dan Islam ( Arab ). Ini
membuktikan bahwa akuntansi sudah ada sebelum Pacioli.

Dalam salah tulisan Littleton ( 1961 ) disebutkan, “ It is especially


noteworthy thay all characteristics of double entry were develop more
than ane hundred years before paciolo’s book appeared.” Dan ini sejalan
dengan pendapat Inore ( Harahap, 1993,1995) yang menyatakan sebelum
Pacioli, Benedetto Cortrugli sudah menulis masalah double entry pada
tahun 1458, 36 tahun sebelum terbitnya buku Pacioli ( Harahap, 1995:
22 ).

Kendatipun demikian, wajar jika kita tetap berterima kasih kepada Pacioli
atas kontribusi yang diberikannya karena telah membahas sistem
pencatatan double entry book keeping ini ke dalam sebuah buku yang
dapat mudah dipelajari oleh masyarakat dan sebagai salah satu referensi
pengembangan awal akuntansi modern.

Versi yang lain pun, seperti Peragallo, menyebutkan bahwa orang yang
pertama menulis tata buku berpasangan dengan Benedetto Cortrugli,
dengan bukunya yang berjudul Della Mercatua e del Mercante Perfetto
yang selesai ditulis pada tahun 1458 dan diterbitkan pada tahun 1573.
Sebenarnya bahan-bahan mengenai sistem pembukuan di Italia. Menurut
Kiyoshi Inoue dari Saitama University. ( The Accounting Historian
Journal, Spring 1978 ) menyebutkan sebagai berikut.

Orang yang pertama-tama “menulis”( bukan menerbitkan seperti pacioli)


tentang double entry adalah Benedetto Cortrugli pada tahun 1458, 36
tahun sebelum terbitnya buku Pacioli. Namun buku Benedetto Cortrugli
ini baru terbit pada tahun 1573 atau 89 tahun setelah buku pacioli terbit.

Dengan penjelasan ini pertentangan sebenarnya tidak ada. Dalam bukunya


ia menyebutkan bahwa terdapat dua factor yang memengaruhi pencatatan
pada era perkembangan perdagangan pada abad ke -9, yaitu sebagai
berikut:

6
a. Bahan atau material ( sesuatu yang dibutuhkan untuk berkerja ) yang
terdiri dari :

1) Kekayaan pribadi;
2) Modal;
3) Berdagang;
4) Kredit;
b. Bahasa atau Language ( media yang menjelaskan tentang bahan ) yang
terdiri dari:
1) Tulisan, yang berarti pencatatan;
a) Uang, sebagai media pertukaran yang dominant;
b) Arithmetic, yaitu perhitungan atau akuntansi;

Lebih lanjut, Littleton ( 1933 ) dan Mathews & Perra, ( 1996 )


berpendapat bahwa tidak mungkin sistem pembukuan berpasangan ada
tanpa kegiatan hal tersebut diatas. Ketiga unsur tersebut menjadi
prasyrat untuk dapat diciptakan dan dikembangkan sistem buku
berpasangan. Dan mereka juga mengansumsikan bahwa sistem
pembukuan berpasangan sudah ada sebelum terbitnya buku karya
Pacioli ( Adnan, 1997 : 7).

Oleh karena itu, menurut penulis, apa yang telah dijabarkan baik
dalam

Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportionalita


maupun dalam Mercatua e del Mercante Perfetto nya Cotrugli adalah
sama-sama suatu bagian dari prosees pengembangan cara pencatatan
yang sistematik dari yang sudah ada dan didasarkan pada kondisi
masyarakat waktu itu.

Beberapa Temuan Double Entry Pre-Pacioli

Temuan mengenai pencatatan dengan sistem buku berpasangan


yang merupakan bangunan dasar akuntansi modern tidak terlepas dari
berkembangnya ilmu aritmatika, yaitu yang dikembangkan dari

7
persamaan aljabar (sebuah ilmu ijtihad pemikir Muslim ternama, yaitu
Al-Jabr), aritmatika dan temuan angka nol oleh Al-Khawarizmi
(logaritma) pada abad ke-9 M. Ia menulis tentang Al-Jabr Wa’l
Mughabala atau yang dikenal dengan aljabar atau algebra, yang telah
menjadi dasar kesamaan akuntansi.

Al-Khawarizmilah yang memberikan kontribusi besar bagi


pengembangan matematika modern di Eropa, akuntansi modern, yang
dikembangkan dari persamaan aljabar dengan konsep-konsep dasarnya
untuk digunakan memecahkan persoalan-persoalan pembagian harta
warisan secara adil sesuai dengan Syariah yang ada di Al-Qur’an,
perkara hukum (law suit), dan praktik-praktik bisnis perdagangan.

Transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi ini menarik bagi


sejumlah kalangan ilmuwan dari Eropa. Di antaranya, Leonardo
Fibonacci da Pisa melakukan perjalanan ilmiahnya ke Timur Tengah.
Dialah yang mengenalkan angka Arab dan aljabar atau metode
perhitungan ke benua Eropa pada tahun 1202 melalui bukunya yang
berjudul Liber Abacci serta memasyarakatkan penggunaan angka Arab
tersebut pada kehidupan sehari-hari termasuk dalam kegiatan ekonomi
dan transaksi perdagangan. Dari pengenalan angka Arab inilah, teknik
tata buku berpasangan ini berkembang. Akan tetapi, pesatnya
perkembangan tata buku berpasangan ini di Eropa itu sendiri dimulai
pada tahun 1135 di Palermo, Sicily, Italia yang menunjukkan dominasi
pengaruh pencatatan pembukuan Arab (Triyuwono,
1997:9;Siswanto,2000).

Maka jelas sekali selain dari bangsa Eropa yang belajar ke Timur
Tengah, pedagang-pedagang Muslim pun tak kalah andilnya di dalam
menyiarkan (transformasi) ilmu pengetahuan.

Pada tahun 750 M, zaman pemerintahan Abbasiyah, jurnal


dikembangkan lebih semprna menjadi 12 jurnal khusus di antaranya
adalah: Al Jaridah Annafakat (Jurnal Pengeluaran atau Expenditure

8
Journal), Jaridah al-Mal (Jurnal Penerimaan dana untuk Baitul Mal),
Jaridah al Musadarin (Jurnal dana Sitaan dari harta petinggi negara),
Al Awraj yang mencatat akun-akun khusus atau buku jurnal pembantu,
misalnya buku jurnal khusus piutang. Buku harian yang saat ini lebih
dikenal dengan Daily Book atau Jurnal Umum, sudah 15 abad yang
lalu telah dikembangkan, yaitu Daftar Al Yawmi’ah. Daftar Al
Yawmi’ah ini digunakan oleh Dewan dalam setiap pencatatan transaksi
dengan pihka ketiga. Selain itu, juga terdapat Ash Shad atau Voucher.
Selain berbagai jurnal juga dikenal berbagai laporan atau report yang
dikenal dengan al khitmah yang bersifat bulanan, ada pula yang
tahunan (Adnan, 1997, Siswanto,2000).

Kalau kita kaji sejarah khusunya sejarah Islam, sebenarnya pada


awal pertumbunhannya mestinya sudah ada sistem akuntansi. Hal ini
dapat kita tanya dari adanya kegiatan kafilah atau pedagang. Menurut
sejarahnya, kegiatan perdagangan ini pun sudah ada pemisahan antara
pemilik dengan pedagang (manajer) seperti kisah Muhammad (sebagai
mudharib, pedagang, agen) dengan Khadijah (sebagai shohibul mal,
pemilik). Kemudian, keberadaan ini juga dilihat dari adanya perintah
dalam Al-Qur’an yang terdapat dalam surat AL-Baqarah ayat 282 yang
mewajibkan dibuatnya pencatatan transaksi-transaksi yang belum
tuntas seperti adanya utang piutang. Sayangnya literatur belum banyak
menganalisis bagaimana bantuk eksistensi akuntansi pada zaman itu
(lebih kurang 570 Masehi). Dalam literature akuntansi, ternyata yang
jadi asal mula akuntansi selalu disebut di Eropa.

Pada awalnya penerapan akuntansi oleh Muslim waktu itu tidak


terlepas sistem perdagangan yang dikenal dengan konsep mudharabah,
perintah syariah yang termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 282
yang mewajibkan pencatatan dan pemeriksaan (praktik akuntansi dan
audit) dengan baik dan benar, Surat Hud ayat 85 yang mewajibkan
Muslim untuk melakukan proses penakaran atau timbangan dengan

9
benar, yang pada prinsipnya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi,
yaitu reliability dan verifiability, dan untuk tujuan perhitungan zakat.
Pada perhitungan zakat, utang diklasifikasikan menjadi tiga
berdasarkan kemampuan bayar, yaitu (Siswanto, 2000) :

1. 1Arra’ej Menal Mal (collectable debts);


2. Al Munkase Menal Mal (uncollectable debts);
3. Al Muta’adber Wal Mutabayyer (complicated atau doubtful debts).
Perkembangan akuntansi tidak berhenti pada zaman khalifah, tetapi
dikembangkan oleh filsuf Islam antara lain Imam Syafi’i (768-820)
dengan menjelaskan fungsi akuntansi sebagai Review Book atau
Auditing. Menurut Imam Syafi’I, seorang auditor harus memiliki
kualifikasi tertentu, yaitu orang yang hafidz Qur’an (sebagai value
judgment), intelektual, dapat dipercaya, bijaksana, dan kualitas manusia
yang baik lainnya.
Itulah sejarah perkembangan praktik akuntansi dengan teknik tata
buku berpasangan yang banyak diduga oleh ahli akuntansi dewasa ini,
sebagai hasil refleksi penelusuran sejarah, lahir peradaban bangsa Arab
yang telah memiliki akidah diennul Islamiyah.
Seperti juga akuntansi, setelah Pacioli menerjemahkan Manuscript
Arab di Venice, buku pertama ditulis ke dalam bahasa Belanda dan
kemudian diterjemahkan ked ala bahasa Prancis, Jerman, Inggris, dan
menyebar ke seluruh daratan Eropa pada abad ke-16 dan 17.
Dari sejarah lalu lintas perdagangan dan tranformasi ilmu dan
teknologi ini, Littleton dan Yamey yang disitasi Triyuwono (1997)
berpendapat sebagai berikut.
Teknik tata buku berpasangan ini mestinya berasal dari wilayah
Islam Spanyol, dengan alasan bahwa kebudayaan dan teknologi Muslim
abad pertengahan lebih unggul dan canggih dibanding dengan Eropa
Barat dan Spanyol (pada waktu itu) adalah saluran utama di mana
kebudayaan dan teknologi Muslim dibawa ke Eropa.

10
Sementara itu, Lieber (1968:203) dari buku yang sama mengatakan
sebagai berikut.

Pedagang-pedagang Italia; dan Negara-negara Eropa lainnya memperoleh


pendidikan pertamanya dalam menggunakan metode bisnis yang canggih
dari rekan bisnis mereka dari daerah sekitar laut Tengah; kebanyakan
mereka adalah Muslim, walaupun terdapat juga segelintir Yahudi dan
Nasrani.

Jadi benar dan sejalan apa yang diungkapkan oleh Pacioli bahwa
system pencatatan telah ada dan digunakan di Venice lebih dari 20 tahun
sebelumnya dengan mengadopsi angka Arab dan akuntansi yang telah
dikembangkan masyarakat Arab (Islam). Dalam bukunya, setiap transaksi
harus dicatat dua kali pada buku jurnal, yaitu di sisi kredit dan di sisi debit.

Sistem Pembukuan

Glautier (1973) membagi perkembangan sejarah akuntnsi dalam lima


tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Periode prakapitalis.
2. Kapitalis Nascent, sejalan dengan penemuan double entry
bookkeeping sytem yang berlangsung sekitar abad ke-11 Masehi.
3. Kapitalis Merkantilis yang ditandai dengan perkembangan ekonomi di
Eropa dan wilayah Timur.
4. Revolusi Industri.
5. Perkembangan yang demikian cepat di bidang akuntansi secara
terusmenerus.

Menurut Yuji Ijiri (1996) dalam sistem single entry transaksi hanya
mencatat dalam satu pos atau satu kali yang tidak menimbulkan
pengaruh pada pos lain. Metode ini sama seperti pencatatan informasi
biasa sehingga tampak seperti laporan. Model ini menggambarkan

11
informasi perusahaan saja (wealth statement). Beberapa keuntungan
dari single entry bookkeeping adalah sebagai berikut.

a. Pencatatan transaksi dan penyimpanan cukup sederhana dan tidak


memerlukan keahlian khusus.
b. Biaya untuk menggunakan system ini cukup minimal.
c. Untuk menyusun laporan keuangan yang hanya untuk keperluan
perpajakan atau kredit yang sederhana.

Sementara itu, kelemahan single entry bookkeeping adalah:

1) Terdapat kesulitan di dalam melakukan pengecekan validitas dan


akurasi dalam pencatatan dan pembukuan dalam neraca percobaan;
2) Adanya kemungkinan data dan informasi yang hilang sewaktu
menyusun laporan keuangan;
3) Dibutuhkan upaya yang rumit dalam melakukan analisis transaksi
dalam menyusun laporan keuangan;
4) Tidak dapat memberikan sistem yang baik untuk
peningkatan pengawasan intern perusahaan.

Belakangan metode single entry berkembang menjadi double


entry dan triple entry accounting sytem.

2. Sejarah Akuntansi di Indonesia

Namun, Sukoharsono (1997) menilai akuntansi masuk ke


Indonesia melalui pedagang Arab yang melakukan transaksi bisnis di
kepulauan Nusantara. Periodisasi perkembangan akuntansi di
Indonesia dapat dibagi atas :
a. Zaman Kolonial dan Zaman Kemerdekaan.
b. Zaman Kolonial
c. Zaman VOC
Sebelum bangsa Eropa: Portugis, Spanyol, dan Belanda masuk ke
Indonesia transaksi dagang dilakukan secara barter. Cara ini tidak

12
melakukan pencatatan. Pada waktu orang-orang Belanda datang ke
Indonesia kurang lebih akhir abad ke 16, mereka datang dengan tujuan
untuk berdagang. Kemudian mereka membentuk perserikatan Maskapai
Belanda yang dikenal dengan nama Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC), yang didirikan pada tahun 1602, sebagai peleburan
dari 14 maskapai yang beroperasi di Hindia Timur. Selanjutnya VOC
membuka cabangnya di Batavia pada tahun 1619 dan di tempat-tempat
lain di Indonesia. Kemudian dibentuk jabatan Gubernur Jenderal untuk
menangani urusan-urusan VOC. Akhir abad ke – 18 VOC mengalami
kemunduran dan akhirnya dibubarkan pada 31 Desember 1799.
Dalam kurun waktu itu,VOC memperoleh hak monopoli
perdagangan rempah-rempah yang dilakukan secara paksa di Indonesia,
dimana jumlah transaksi dagangnya, baik frekuensi maupun nilainya
terus bertambah dari waktu kewaktu. Pada tahun itu bias dipastikan
Maskapai Belanda telah melakukan pencatatan atas mutasi transaksi
keuanganya. Dalam hubungan itu, Ans Saribanon Sapiie (1980),
mengemukakan bahwa menurut stible dan stroomberg, bukti autentik
mengenai catatan pembukuan di Indonesia paling tidak sudah ada
menjelang pertengahan abad ke-17. Hal itu ditunjukan dengan adanya
sebuah instruksi gubernur jenderal VOC pada tahun 1642 yang
mengharuskan dilakukan pengurusan pembukuan atas penerimaan
uang, pinjaman-pinjaman,dan jumlah uang yang diperlakukan untuk
pengeluaran (exsploitasi) garnisun-garnisun dan galangan kapal yang
ada di Batavia dan Surabaya.

Zaman Penjajahan Belanda

Setelah VOC bubar pada tahun 1799, kekuasaanya diambil alih


oleh Kerajaan Belanda, zaman penjajahan belanda dimulai tahun 1800-
1942. Pada waktu itu, catatan pembukuanya menekankan pada
mekanisme debet dan kredit, yang antara lain dijumpai pada

13
pembukuan Amphioen Socyteit di Batavia. Amphioen Socyteit
bergerak dalam usaha peredaran candu atau morfin (amphioen) yang
merupakan usaha monopoli di Belanda.

Pada abad ke- 19 banyak perusaan Belanda didirikan atau masuk


ke Indonesia dengan membuka cabang atau perwakilan, yang antara
lain sebagai berikut.

a. Deli Maatschaappij (perkebunan)


b. Biliton Maatschaappij (timah)
c. Bataafche Petroleum Maatschaappij ( minyak)
d. Koninklijke paketvaart Maatscheappij (pelayaran nusantara),
setelah dinasionalisasikan oleh pemerintah RI menjadi perusahaan
pelayaran nasional (PELNI)
e. Rotterdamsch Lloyd (Maskapai atau agen pelayaran internasional),
setelah dinasionalisasikan menjadi Djakarta Lloyd
f. Koninklijke Nederlands Indische Luhtvaart Matschaappij
(penerbangan nusantara ), setelah dinasionalisasikan menjadi
Garuda Indonesia Airways.
g. Stoomvart Maatschaappij Nederlands
h. Firma Ruys of de Oost
i. NederlandsHandel’s Bank
j. Algemene Handel’s Bank

Catatan pembukuannya merupakan modifikasi system Venesia-


Italia, dan tidak dijumpai adanya kerangka pemikiran konseptual untuk
mengembangkan sistim pencatatan tersebut karena kondisinya sangat
menekankan pada praktikpraktik dagang yang semata-mata untuk
kepentingan perusahaan Belanda. Sedangkan, segmen bisnis menengah
ke bawah dikuasai oleh pedagang keturunannya, yaitu:

Cina, India, dan Arab. Sejalan dengan itu, ada kebebasan dalam
penyelenggaraan pembukuan sehingga praktik pembukuannya

14
menggunakan atau dipengaruhi oleh sistim asal etnis yang
bersangkutan.

Hadibroto (1992) mengikhtisarkan sistim pembukan asal etnis


sebagai berikut.

a. Sistim pembukuan Cina, terdiri dari lima kelompok, yaitu


1) Sistim Hokkian (Amoy)
2) Sistim Kanton;
3) Sistim Hokka;
4) Sistim Tio Tjoe atau Sistim Swatows; - Sistim Gaya Baru
(New System).
5) Sistim pembukuan India atau Sistim Bombay
6) Sistim pembukuan Arab atau Hadramaut

Penjajahan Jepang

Pada zaman penjajahan jepang tahun 1942-1945, banyak orang


Belanda yang ditangkap dan dimasukkan ke dalam sel-sel oleh tentara
jepang. Hal ini menyebabkan kekurangan tenaga kerja pada jawatan –
jawatan Negara termasuk Kementrian Keuangan.

Sejalan dengan itu, kondisi pembukuan pada masa pendudukan


Jepang tidak mengalami perubahannya yang berarti, tetap menggunakan
pola Belanda. Jepang juga mengajarkan pembukuan dengan
menggunakan huruf kanji, namun tidak diajarkan pada orang-orang
Indonesia.

Zaman Kemerdekaan

Sistim akuntansi yang berlaku awalnya di Indonesia adalah sistim


akuntansi Belanda yang lebih dikenal dengan sistim tata buku. Sistim
ini sebetulnya merupakan subsitim dari ilmu akuntansi dalam bidang
metode pencatatan, jadi bukan seperti ilmu disiplin ilmu akuntansi yang
dikenal di Amerika. Karena perusahaan yang bergerak dibidang
Indonesia adalah milik Belanda dan susidiari dari perusahaan yang

15
berpusat di Netherland, wajar tata buku ini yang dipakai sehingga
kebutuhan pasar adalah mereka yang menguasai tata buku ini. Tentu
pendidikan akuntansinya juga akan melihat pasar, maka tidak heran
sistim pencatatan yang diajarkan disekolah-sekolah formal maupun
disekolah atau kursus-kursus adalah tehnik pembukuan ini. Pendidikan
formal yang mengajarkan tata buku ini adalah SMEP ( Sekolah
Menengah Ekonomi Pertama), SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi
Atas) serta SMA (Sekolah Menengah Atas) jurusan social dan
seterusnya di Universitas yang memiliki Fakultas Ekonomi

Setelah kemerdekaan kebencian kepada Belanda juga


memengaruhi eksistensi perusahaan Belanda sehingga pada tahun 1950-
an perusahaan milik Belanda dinasionalisasi dan modal asing pun mulai
masuk. Modal asing yang masuk ini umumnya berasal dari perusahaan
Amerika. Sebagaimana awalnya maka sudah barang tentu perusahaan
Amerika juga membawa system akuntansinya sendiri yang harus diikuti
perusahaan miliknya di Indonesia. Pada saat yang sama, perusahaan
yang ada masih tetap mengikuti system akuntansi Belanda yang sudah
mapan. Sejak saat ini muncullah dualisme system akuntansi di
Indonesia.

dosen-dosen tamu mengajar di berbagai universitas di Indonesia,


dan memberikan beasiswa kepada dosen di Indonesia untuk belajar di
Amerika. Maka muncullah system baru, buku-buku teks akuntansi
Amerika dan menjadi bahan pelajaran di Universitas. Ahli-ahli
akuntansi pun semakin banyak. Keadaan ini semakin meluas sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan hubungan Internasional
dan ekonomi yang semakin erat. System Akuntansi Amerika semakin
dominan. Salah seorang dosen akuntansi senior Indonesia
Dr.S.Hadibroto telah menulis disertasi tentang dua system ini dengan
judul yang sudah diterjemahkan : Studi Perbandingan antara Akuntansi
Amerika dan Belanda aan Pengaruhnya terhadap Profesi di Indonesia.

16
Pada kesimpulan disertasinya beliau menyarankan agar Indonesia lebih
baik memilih system akuntansi Amerika dibandingkan dengan system
akuntansi Belanda. Beliau menyarankan agar guru-guru tata buku dan
ujian tata buku harus mencakup teknik dan system tata buku Amerika
pada kurikulumnya.

Pada tahun 1980 pemerintah Indonesia atas bantuan pinjaman dari


World Bank melakukan upaya harmonisasi system akuntansi sehingga
diupayakan untuk menghapus dualisme tadi. Upaya yang dilakukan
antara lain mendirikan Pusat Perkembangan Akuntansi (PPA) di empat
universitas UI, UGM, UNPAD, dan USU. PPA ini di samping
memberikan beasiswa kepada dosen-dosen peguruan tinggi juga
melakukan penataran akuntansi kepada seluruh guru-guru Tata buku di
SMEA maupun di SMA seluruh Indonesia. Dengan selesainya proyek
itu, makan di SMEA, SMA dan diikuti kemudian oleh lembaga-
lembaga kursus, system akuntansi Amerikalah yang di ajarkan sehingga
berakhirnya dualisme system akuntansi dan pendidikan akuntansi di
Indonesia.

Pengaruh Pola Belanda

Sebagai daerah bekas jajahan Belanda, kondisi praktik pembukuan


dan perkembangan pemikiran akuntansinya adalah bagian sejarah
perkembangan profesi akuntansi Belanda yang berpengaruh cukup kuat
sampai dengan dasawarsa 1960-an.

Profesi akuntansi Belanda memfokuskan pada teori nilai ganti,


belum ada usaha konkret untuk merumuskan standar akuntansi yang
berlaku umum, sebagaimana dilakukan profesi akuntan Amerika.

Dunia pendidikan tinggi kurikulum akuntansinya berpola Belanda


masih berpengaruh kuat sampai dengan pertengahan dasawarsa tahun
1970-an. Dalam masa itu, untuk memperoleh gelar akuntan harus
melalui system panjang dengan lama pendidikan 6 tahun, yaitu 4 tahun

17
untuk studi ekonomi perusahaan ( manajemen) ditambah 2 tahun studi
akuntansi dengan buku teks karangan penulis Belanda yang telah
diterjemahkan atau disadur kedalam bahasa Indonesia oleh R.Soemita
Adikoesoemah,

Pengaruh Pola Amerika

Pada tahun 1905 dengan ditetapkannya kenijaksanaan pintu


terbuka (open door policy). Beberapa perusahaan asing selain Belanda
mulai masuk dan beroperasi di Indonesia, antara lain Shell (Inggris),
Caltex dan Stanvak (Amerika Serikat), maka nuasa baru praktik
pembukuan mulai timbul di Indonesia, namun masih terbatas sekali
pengaruhnya.

Perjalanan sejarah menunjukan bahwa sejak diputuskannya


hubungan diplomasi antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1957
karena konfrontasi Irian Barat, antara lain berdampak pada dunia
pendidikan. Dampak yang ditimbulkan, yaitu para pengajar Belanda
dikembalikan ke negerinya, publikasi dan literature-literatur terhenti
pengirimannya, dan para pelajar yang memperoleh beasiswa dari
pemerintahan atau yayasan di beri kesempatan studi ke Amerika atau
Negara lain selain Belanda.

3. Sejarah IAI dan Standar Akuntansi Indonesia

Sejarah IAI

Pada waktu Indonesia merdeka, hanya ada satu orang akuntan


pribumi, yaitu Prof. Dr.Ambutari, sedangan Prof. Soemardjo lulusan
pendidikan akuntan di negeri Belanda pada tahun 1956. akuntan-
akuntan Indonesia pertama lulusan dalam negeeri adalah Basuki
Siddharta, Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tie Siem,
mereka lulusan pertengahan tahun 1957. ke empat akuntan ini bersama
dengan Prof. Soemardjo mengambil prakasa mendirikan perkumpulan

18
akuntan untuk bangsa Indonesia saja. Alasanya, mereka tidak mungkin
menjadi anggota NIVA ( Nederlands Institute Van Accountants ) atau
VAGA (Vereniging

Academisch Govormde Accountants). Mereka menyadari


keindonesiaannya dan berpendapat tidak mungkin kedua lembaga itu
akan memikirkan perkembangan dan pembinaan akuntan Indonesia

Hari Kamis, 17 Oktober 1957, kelima akuntan tadi mengadakan


pertemuan di aula Universitas Indonesia (UI) dan bersepakat untuk
mendirikan perkumpulan akuntan Indonesia. Karena pertemuan tersebut
tidak dihadiri oleh semua akuntan yang ada maka diputuskan
membentuk Panitia Persiapan Pendirian Perkumpulan Akuntan
Indonesia. Panitia diminta menghubungi akuntan lainnya untuk
menanyakan pendapat mereka. Dalam Panitia itu Prof. Soemardjo
duduk sebagai ketua, Go Tie Siem sebagai penulis, Basuki Siddharta
sebagai bendahara, sedangkan Hendra Darmawan dan Tan Tong Djoe
sebagai komisaris. Surat yang dikirimkan Panitia kepada enam akuntan
lainnya memperoleh jawaban setuju.

Perkumpulan yang akhirnya diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia


(IAI) akhirnya berdiri pada 23 Desember 1957, yaitu pada pertemuan
ketiga yang diadakan di aula UI pada pukul 19.30.

Susunan pengurus pertama terdiri dari:

Ketua Prof. Dr. Soemardjo Tjitrosidojo


Panitera Drs. Mr. Go Tie Siem
Bendahara Drs. Sie Bing Tat (Basuki Siddharta)
Komisaris Dr. Tan Tong Djoe
Drs. Oey Kwie Tek (Hendra Darmawan)

19
Keenam akuntan lainnya sebagi pendiri IAI adalah

1. Prof. Dr. Abutari

2. Tio Po Tjiang

3. Tan Eng Oen

4. Tang Siu Tjhan

5. Liem Kwie Liang

6. The Tik Him

Konsep Anggaran Dasar IAI yang pertama diselesaikan pada 15


Mei 1958 dan naskah finalnya selesai pada 19 Oktober 1958. Menteri
Kehakiman mengesahkannya pada 11 Februari 1959. Namun demikian,
tanggal pendirian IAI ditetapkan pada 23 Desember 1957. Ketika itu,
tujuan IAI adalah:

a. Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu


pendidikan akuntan.

b. Mempertinggi mutu pekerjaan akuntan.

Sejak pendiriannya 49 tahun lalu, kini IAI telah mengalami


perkembangan yang sangat luas. Hal ini merupakan perkembangan
yang wajar karena profesi akuntansi tidak dapat dipisahkan dari dunia
usaha yang mengalami perkembangan pesat. Salah satu bentuk
perkembangan tersebut adalah meluasnya orientasi kegiatan profesi,
tidak lagi semata-mata di bidang pendidikan akuntansi dan mutu
pekerjaan akuntan, tetapi juga upaya-upaya untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan peran dalam perumusan kebijakan publik.

Sejarah SAK

Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan


standar akuntansi keuangan di Indonesia.

20
Pertama: menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada
tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan
kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
dalam suatu buku”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”

Kedua: terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI
melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
mengkondifikasikannya dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia
1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan
perkembangan dunia usaha.

Ketiga: pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total


terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku “Standar
Akuntansi Keuangan” (SAK) per 1 Oktober 1994.

Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan


harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam
pengembangan standarnya

Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus


direvisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun
penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah
dilakukan enam kali, yaitu 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1
April 2002, 1Oktober 2004, dan 1 September 2007.

Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik


maka badan penyusunannya terus dikembangkan dan disempurnakan
sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar
akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari
GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas
menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite
PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun
1974 hingga 1994 dengan susunan laporan personel yang terus

21
diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-
1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi
Keuangan (Komite SAK).

Kemudian, pada Kongres VIII IAI 23-24 September 1998 di


Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk
menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah
dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) Dan Dewan Konsultatif
Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah
(KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran
kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi
transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang
anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang
mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan
arah da pengembangan SAK di Indonesia.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), sebagai wadah organisasi profesi


akuntansi Indonesia, berdiri di Jakarta pada 23 Desember 1957. IAI
berhasil menyusun dan menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
pada tahun 1973, dengan maksud antara lain: menghimpun prinsip-
prinsip yang lazim berlaku di Indonesia dan sebagai prasarana bagi
terbentuknya pasar uang dan modal d Indonesia pada waktu itu, laporan
keuangan dari perusahaan yang akan go pulic, harus disusun atas dasar
prinsip-prinsip akuntansi tersebut.

Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 adalah hasil kerja panitia


Penghimpun Bahan-bahan dan Strukur daripada Generally Accepted
Accounting Principles and Generally Accepted Auditing Standars yang
terdiri dari Dewan Penasihat Panitia Kerja, antara lain telah berhasil
menghimpun dan mengkodifikasikan prinsip akuntansi. Hasilnya
kemudian disahkan pada Kongres III 2 Desember 1973, yaitu menjelang
diaktifkannya kembali Pasar Uang dan Modal.

22
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk menghimpu Prinsip
Akuntansi 1973 adalah sebagai berikut.

a. Buku Prinsip-prinsip Accounting yang diterbitkan oleh Direktorat


Akuntan Negara, Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan
Negara (DJPKN), Departemen Keuangan RI sekarang bernama
Badan Pengawasan dan Pembangunan (BPKP).
b. Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for
Business Enterprise, oleh Paul Grady, diterbitkan oleh AICPA.
c. Opinions of Accounting Principles Board, diterbitkan oleh ICPA.
d. Kumpulan dari Accounting Research Bulletins (ARBs), diterbitkan
oleh AICPA.
e. A Statement of Australian Accounting Principles, diterbitkan oleh
Accounting and Auditing Research Committee dari Accountancy
Research Foundation.
f. Wet op de Jaarekening van Ondernemingen, diterbitka NIVRA.
g. Beberapa literature lainnya.

Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 adalah sebagai ganti Prinsip


Akuntansi Indonesia 1973. Sama halnya dengan PAI 1973, perumusan
prinsip, prosedur, metode, dan teknik-teknik dalam Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984 ini, dibatasi pada hal-hal yang berhubungan dengan
akuntansi keuangan yang diungkapkan secara garis besar atau bersifat
umum, tidak mencakup praktik akuntansi untuk industri tertentu. Oleh
karena itu, prinsip-prinsip yang memerlukan penjabaran lebih lanjut
diatur dengan “pernyataan” tersendiri.

4. Pendidikan Akuntansi

Dalam rangka meningkatkan penguasaan akuntansi terhadap


pengetahuan dan kompetensi teknis dan kompentensi teknis di bidang
akuntansi, dan untuk menyongsong keterbukaan dalam era pedagangan
bebas, maka IAI dengan dukungan Departemen Keuangan RI
menyelenggarakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP), dengan

23
tujuan untuk menguji kemampuan akuntan untuk berpraktik sebagai
akuntan publik. Adapun mata kuliah yang diajukan adalah sebagai
berikut.

a. Teori dan Praktik Akuntansi Keuangan

b. Auditing dan Jasa Profesional Akuntan Publik Lainnya

c. Akuntansi Manajemen dan Manajemen Keuangan

d. Sistem Informasi Akuntansi

Perpajakan dan Hukum Komersial

Disamping itu, IAI sebagai organisasi profesi telah memfasilitasi


anggotanya untuk selalu mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi profesionalnya, yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1)
Keterampilan Profesional (2) Pengetahuan Profesional (3) Etika
Profesi. Untuk Itu, IAI menyelenggarakan Program Pendidikan
Berkelanjutan (PPL), yang meliputi ketiga unsur tersebut. Program ini
dirancang untuk memudahkan para anggota IAI dalam memenuhi
kewajibannya di bidang pendidikan dan latihan. Sedangkan publikasi
berkala IAI adalah News Letter untuk kalangan profesi, dan majalah
bulanan Media Akuntansi.

B. Struktur Teori Akuntansi

1. Penjelasan Struktur Teori Akuntansi

Struktur teori akuntansi merupakan elemen yang saling berkait yang


menjadi pedoman pengembangan teori dan penyusunan teknik-teknik
(standar) akuntansi. Elemen itu digambarkan dalam hierarki sebagai berikut:

1.Tujuan Laporan Keuangan

24
2a.Postulat Akuntansi 2b. Konsep Teoretis
Akuntasi

3. Prinsip Dasar Akuntansi

4. Standar Akuntansi

Struktur teori akuntansi berisi elemen sebagai berikut :

1) Rumusan tentang tujuan laporan keuangan yang diperoleh dari para


pemakai laporan keuangan.
2) Rumusan tentang postulat yang dirumuskan dari tujuan laporan
keuangan.
3) Konsep teoritis akuntansi yang berhubungan dengan asumsi-asumsi dan
sifat-sifat akuntansi yang mengarah pada sifat dan jenis informasi yang
disusun untuk kelompok atau pemakai tertentu. Postulat dan konsep
teoretis ini dijabarkan dari rumusan tujuan laporan keuangan.
4) Rumusan prinsip akuntansi utama yang disebarkan pada postulat dan
konsep teoretis tadi yang menjelaskan sifat-sifat dan kualitas dasar
akuntansi keuangan itu.
5) Standar atau teknik akuntansi sebagai pedoman penyusunan laporan
keuangan sesuai kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip
akuntansi utama.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan Laporan Keuangan merupakan dasar awal dari struktur teori


akuntansi. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

25
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.

3. Postulat Akuntansi

a. Postulat Entity
Akuntansi mencatat hasil kegiatan operasi dari suatu entity (lembaga,
perusahaan) yang terpisah dan dibedakan dari pemilik atau entitas lain.
Menurut konsep ini kita bias menyusun laporan keuangan sesuai dengan
kebutuhan pemakainya. Berdasarkan pengertian ini maka yang menjadi
objek dan perhatian dari akuntansi yang dimasukkan dalam laporan
keuangan adalah kejadian yang dialami suatu lembaga, entity, atau
perusahaan bukan gabungan dengan pribadi pemiliknya. Konsep ini
disebut konsep Firm Oriented. Dari sisi lain konsep entity ini dilihat dari
kepentingan ekonomi dari beberapa konsumen laporan keuangan suatu
entity bukan dari kegiatan administrasi lembaga tadi. Pengertian ini
disebut User Oriented. Dalam konsep ini yang menjadi perhatian dalam
penyusunan laporan keuangan adalah para pemakai. Informasi yang
diinginkan pemakai itulah yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Untuk mengetahui apa yang diinginkan para pemakai laporan, perlu
diketahui:
1) kepentingan para pemakai laporan
2) sifat-sifat dari para pemakai laporan.
Contoh yang paling jelas disini adalah Akuntansi Sosial, Akuntansi
Lingkungan, Akuntansi Sumber Daya Manusia, dan lain-lain.
b. Postulat Going Concern
Going Concern disebut juga Continuity. Potulat ini menganggap
bahwa perusahaan akan terus melaksanakan operasinya sepanjang proses
penyelesaian proyek, perjanjian, dan kegiatan yang sedang berlangsung.
Perusahaan dianggap tidak akan berhenti, ditutup atau dilikuidasi di masa

26
yang akan datang. Perusahaan dianggap akan hidup dan beroperasi untuk
jangka waktu yang tidak terbatas.
Postulat going concern ini juga dapat dipergunakan untuk
mendorong agar manajer bersikap forward looking,melihat jauh kedepan
dan investor pun dengan pemahaman ini diharapkan ia akan bersedia
menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam jangka waktu yang
lama atau terus menerus agar ia mendapatkan value added dari kinerja
perusahaan.
c. Postulat Unit of Measure
Postulat ini yang disebut juga monetary unit postulat menganggap
bahwa setiap transaksi harus diukur dengan suatu alat ukur atau alat tukar
yang seragam. Alat ukur yang dipakai dalam akuntansi adalah alat ukur
moneter. Postulat ini menimbulkan dua keterbatasan akuntansi berikut
ini:
1) Akuntansi terbatas pada pemberian informasi yang dijabarkan dalam
ukuran moneter (uang), tidak mencatat informasi relevan lainnya yang
sifatnya nonmoneter (misalnya kilogram, meter, luas, jumlah, space)
sehingga akuntansi dianggap hanya infromasi yang: kuantitatif,
formal, terstruktur, dapat diaudit, angka-angka, dan berorientasi masa
lalu. Informasi nonakuntansi dianggap kualitatif, informal, penjelasan,
tidak dapat diaudit, dan berorientasi masa depan.
2) Keterbatasan yang kedua adalah terkandung dalam unit moneter itu
sendiri yang sifatnya atau nilainya berfluktuasi karena tergantung pada
kemampuan daya belinya (purchasing power).
d. Postulat Accounting Period
Postulat ini menggambarkan bahwa walaupun akuntansi itu
memegang postulat goin concern, namun posisi keuangan, hasil usaha,
dan perubahannya harus dilaporkan secara periodic atau kurun waktu
tertentu, bisa per bulan, per semester atau per tahun. Dapat menggunakan
tahun kalender, tahun fiscal atau tahun lain (business year).

27
4. Konsep Teoritis Akuntansi
a. The Proprietory Theory
Menurut konsep ini entity itu dianggap sebagai agen, perwakilan,
wakalah atau penguasaan dari pengusaha atau pemilik. Oleh karena itu,
proprietor (pemilik) merupakan pusat perhatian yang akan dilayani oleh
infromasi akuntansi, yang digambarkan dalam pelaksanaan pencatatan
akuntansi dan penyajian laporan keuangan. Tujuan utama dari teori ini
adalah menentukan dan menganalisis net worth kekayaan bersih
perusahaan yang merupakan hak si pemilik. Dalam teori ini kesamaan
akuntansinya adalah:

Asset- Liabilities = Proprietor’s Equty

Kesamaan ini dibaca: Pemilik memiliki aset dan sekaligus juga


mempunyai kewajiban, sehingga kekayaan bersihnya adalah kekayaan
perusahaan dikurangi dengan kewajiban perusahaan. Oleh karena itu,
teori ini berorientasi pada Neraca atau Balance Sheet Oriented. Aset
dinilai dan neraca disajikan untuk mengetahui dan mengukur perubahan
hak dan kekayaan pemilik, penghasilan dan biaya dianggapnya sebagai
kenaikan dan penurunan harta kekayaan pemilik bukan dianggap berasal
dari investor atau pengambilan pemilik sehingga biaya dan deviden
adalah pengambilan modal.
a. The Entity Theory
Menurut teori ini, entity itu dianggap sebagai sesuatu yang terpisah
dan berbeda dari pihak yang menanamkan modal ke dalam perusahaan
dan unit usaha itulah yang menjadi pusat perhatian dan menyajikan
informasi yang harus dilayani, bukan pemilik. Unit usaha (entity)
itulah yang dianggap memiliki kekayaan dan kewajiban perusahaan
yang baik kepada kreditor maupun kepada pemilik. Kesamaan
akuntansi menurut teori ini adalah:
Asset = Equities
Asset = Liabilities + Stockholder’s
Equity
28
Aset adalah hak perusahaan, equity (pemilik fiktif) merupakan
sumber aset yang bisa berasal dari kreditor atas pemilik yang
merupakan kewajiban entity. Kreditor dan pemilik sebenarnya adalah
pemilik perusahaan yang merupakan tempat dimana entity memiliki
kewajiban. Walaupun mereka berbeda dalam hal perlakuan atas
income, risiko, pengawasan, dan likuidasi. Laba adalah milik entity
sebelum dibagikan kepada pemilik.
b. The fund Theory
Menurut teori yang di temukan W.Y.Vatter (1959), ini menjadi
perhatian bukan pemilik dan bukan perusahaan, tetapi sekelompok
aset yang ada dan kewajiban yang harus ditunaikan yang disebut fund
yang masing-masing pos memiliki aturan dalam penggunaannya.
Dengan demikian, teori fund menganggap bahwa unit usaha
merupakan sumber ekonomi (funds) dan kewajiban yang ditetapkan
sebagai pembatasan-pembatasan terhadap penguna aset atau fund
tersebut. Dengan demikian kesamaan akuntansinya adalah:

Aset = pembatasan aset

Dalam persamaan ini unit akuntansi didefinisikan dalam istilah


aset. Dan pengguna aset ini adalah terbatas. Kewajiban merupakan
sesuatu pembatasan ekonomi secara hukum terhadap pengguna aset.
Teori Fund ini memusatkan perhatian pada harta atau asset centered
dalam arti kata menjadi fokus perhatiannya adalah penggunaan aset
yang dibatasi. Teori ini berorientasi pada Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana. Laporan ini menggambarkan sumber dari mana
dana perusahaan dan kemana dana pengguna perusahaan.
c. The EnterpriseTheory
Sejalan dengan kemajuan sosial dan meningkatnya pertanggung
jawaban publik oleh perusahaan, maka konsep teoritis akuntansi juga
berubah. Hal ini terbukti dengan munculnya enterprise theory ini.
Sekarang ini perusahaan besar biasanya harus memperhatikan

29
berbagai kepentingan khususnya kepentingan masyarakat secara
umum. Stakeholders dalam konsep teori ini menjadi pusat perhatian
adalah keseluruhan pihak atau kontestan yang terlibat atau yang
memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung dengan
perusahaan atau entity. Misalnya pemilik, manajemen, masyarakat,
pemerintah, kreditor, fiskus, regulator, pegawai, langganan, dan pihak
yang berkepentingan lainnya. Dalam teori ini pihak-pihak harus
diperhatikan dalam penyajian informasi keuangannya. Menurut teori
ini akuntansi jangan hanya mementingkan informasi bagi pemilik
entity, tetapi juga pihak lainnya yang juga memberikan konstribusi
langsung dan tidak langsung kepada eksistensi dan keberhasilan suatu
perusahaan atau lembaga.
d. Residual Equity Theory
Sebenarnya ini merupakan bagian dari entity theory atau bisa juga
disebut sebagai gabungan antara entity dan proprietory theory.
Menurut Andrew Paton (1959) yang menjadi sorotan itu adalah
residual equity bukan semua pemilik, residual equity itu hanya
pemegang saham biasa atau common stockholders. Residual equity
dari pemegang saham umum (common stock) tergambar dari
perusahaan penilai aset, laba, laba ditahan dan perubahan dari pemilik
lainnya. Di luar common stockholders ini dianggap pihak luar yang
diperlakukan sebagai kreditor sehingga rumus kepemilikannya adalah:

Asset – Liabilities – Prefered Equities = Residual


Equities

Liabilities dan Prefered Equities stockholders dianggap sebagai


specific equities yang merupakan outsider. Teori dalam situasi khusus
misalnya dalam hal terjadinya likuidasi, residual equities adalah
kreditor dan pemegang saham preferen karena secara hokum mereka
yang diutamakan pembayarannya dalam hal terjadi likuidasi.
Kemungkinan jika dana tidak cukup pemegang saham biasa akan

30
hilang. Dengan memfokuskan perhatian pada residual equity maka
penyajian informasi untuk mengambil keputusan akan lebih mudah
dan terfokus untuk kepentingan pihak ini.
e. Commander Theory
Menurut Lois Goldberg (1965), bukan teori entinity atau
proprietory yang perlu dijadikan sebagai pusat perhatian atau sebagai
pemilik perusahaan atau lembaga, tetapi melihat commander-nya atau
mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan
kontrol ekonomi atau resorsis yang efektif terhadap suatu lembaga.
Penekanan informasi menurut teori ini adalah pertanggungjawaban
atau stewardship. Bagaimana mereka yang dipercayai mengelola
kekayaan yang dimanakah kepadanya.
f. The Investor Theory
Dalam teori yang di kemukakan George Staubus (1961) ini pusat
perhatian kita adalah investor, yaitu mereka yang tergolong pemilik
specific equities (kreditor) dan residual equities (pemegang saham).
Sehingga kesamaan akuntansinya adalah:

Asset = Specific Equities + Residual Equities

Specific Equities ini dianggap sama dengan kreditor dan pemegang


saham preferred stock sedangkan sisanya adalah pemegang saham
biasa. Teori Investor ini hamper sama dengan residual equities theory
hanya saja perbedaannya kalau investor theory ini fokusnya adalah
para investor. Biasanya kebutuhan investor adalah untuk peramalan
tentang kesanggupan perusahaan untuk mendapatnkan kas di masa
yang akan dating. Menurut Staubus, kas yang akan diterima investor
di masa yang akan datang tergantung pada:
1) Kemampuan perusahaan untuk melakukan pengeluaran kas
2) Keinginan manajemen untuk membayar investor
3) Prioritas pembayaran terhadap klaim investor.
h. Amanah (Accountibility) atau Ibadah Theory

31
Teori ini beranggapan bahwa Akuntansi atau laporan keuangan
harus bisa memenuhi kebutuhan dalam menjelaskan kepada semua
pihak bahwa entitas telah memenuhi atau sejauhmana memenuhi
tanggung jawabnya kepada Tuhan dan kepada pihak yang
diperintahkan Tuhan sesuai tujuan dan maksud yang ditetapkan
syariat. Di sini laporan keuangan diharapkan dapat menjelaskan
informasi tentang pertanggungjawaban manusia sebagai makhluk
yang mendapat amanah dalam mengerti entitas baik kepada manusia
(horizontal) maupun kepada Allah (vertikal). Teori ini masih dalam
tahap perkembangan seiring dengan munculnya entitas yang dikelola
secara syariah. Teori ini yang dipakai Akuntansi Syariah.

5. Prinsip dasar akuntansi


Standar Akuntansi Keuangan Indonesia memberikan dua asumsi dasar
yaitu:
a. Dasar akrual
Artinya bahwa dalam menyusun laporan keuangan pengakuan transaksi
didasarkan pada kejadian atau peristiwa bukan didasarkan pada transaksi
kas.
b. Kelangsungan usaha
Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi bahwa enity yang
dimaksud akan terus melanjutkan usahanya, dalam asumsi dasarnya tidak
ada maksud untuk melakukan likuidasi.
APB statement No. 4 memberikan sembilan prinsip dasar akuntansi
sebagai berikut:
a. The Cost Principle
Menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga acquisition
cost atau historical cost adalah dasar penilaian yang tepat untuk
mencatatperolehan barang, jasa, biaya, harga pokok, dan ekuitas.
Dengan perkataan lain, setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga
pertukaran pada tanggal perolehan.

32
Kelemahan dari prinsip ini yang paling utama adalah akibat nilai
uang/kemampuan daya beli yang tidak stabil sehingga bias terjadi
kemungkinan kesalahan pembaca dalam membaca laporan
keuangan yang disajikan secara cost principle karena harga buku
biasanya lebih kecil dari harga pasar.

b. The Revenue Principle


Prinsip ini menjelaskan sifat dan komponen, pengukuran dan
pengakuan revenue sebagai salah satu elemen penyusun laporan
laba rugi. Ketiga aspek itu dijelaskan sebagai berikut.

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya Akuntansi itu sama yaitu sarana bagi manajemen untuk
mengkomunikasikan posisi keuangan, kinerja dan peruubahan posisi keuangan
kepada pihak yang berkepentingan. Akuntansi menyediakan informasi bagi pasar
modal-pasar modl besar, baik domestik maupun internasional. Namun,
Sukoharsono (1997) menilai akuntansi masuk ke Indonesia melalui pedagang
Arab yang melakukan transaksi bisnis di kepulauan Nusantara.
Periodisasi perkembangan akuntansi di Indonesia dapat dibagi atas :

1. Zaman Kolonial dan Zaman Kemerdekaan.


2. Zaman Kolonial.
3. Zaman VOC.

Struktur teori akuntansi merupakan elemen yang saling berkait yang menjadi
pedoman pengembangan teori dan penyusunan teknik-teknik (standar) akuntansi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan..


Yogyakarta: BPFE

Sofyan Syafri Harahap, 2007, Teori Akuntansi. Jakarta : Raja Grafindo

Belkoui, dan Riahi, Ahmed. 2001. Teori Akuntansi Edisi 5, Jakarta: Salemba
Empat

35

Anda mungkin juga menyukai