Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TEORI AKUNTANSI

MANAJEMEN LABA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. PUTRI WULANDARI ( 222020073 )


2. ARIF SYAHRUL RAMADHAN ( 222020074 )
3. ADELIA SATIARA BUANA ( 222020077 )
4. FAUZAN AZIMAN RAMADHAN ( 222020078 )

DOSEN MATA KULIAH : DEWI PUSPA SARI, S.E., M.SI.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kelompok 6 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manajemen Laba ”
dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terimaksih kepada Dosen DEWI PUSPA SARI ,S.E.,M.Si. selaku
dosen mata kuliah Teori Akuntansi ucapan terimaksih juga dismapaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makala ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 15 Desember 2022


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan
adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.

Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk


mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik
perusahaan. Disamping itu laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain
yaitu sebagai laporan kepada pihak diluar perusahaan. Kinerja manajemen perusahaan tersebut
tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Oleh karena itu proses
penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor faktor tertentu yang dapat menentukan
kualitas laporan keuangan Manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam
penyusunan laporan keuangan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Scott (2000-296) didalam
bukunya yang berjudul "Financial Accounting Theory" mengatakan bahwa pilihan kebijakan
akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik itulah disebut dengan manajemen laba.

Manajemen laba, akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi di
sejumlah perusahaan. Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi angka laba dapat terjadi
secara legal maupun tidak legal.Praktik legal dalam manajemen laba berarti usaha untuk
mempengaruhi angka laba tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam PABU,
khususnya dalam Standar Akuntansi, yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat
estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode pendapatan
atau biaya.

Adapun manajemen laba yang dilakukan secara illegal (disebut juga dengan financial
fraud), dilakukan dengan cara-cara yang tidak diperbolehkan oleh PABU, yaitu dengan cara
melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah (mark
up) atau mengurangi (mark down) nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan
sejumlah transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada nilai tingkat tertentu yang
dikehendaki.

Penurunan kualitas laporan keuangan merupakan dampak utama yang diakibatkan dari
adanya manajemen laba, di samping dampak-dampak lainnya. Setiawati dan Na'im (2000)
menyatakan bahwa manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi
kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan
dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa
tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Begitu juga menurut Widarto (2004:33) yang
merupakan bentuk dari manipulasi informasi sehingga menyesatkan.

Manajemen laba bukanlah suatu hal merugikan selama dilakukan dalam koridorkondor
peluang, manajemen laba tidak selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan
karena terdapatnya beberapa pilihan metode yang dapat digunakan dan bukan sebagai suatu
larangan. Manajemen laba berusaha untuk mengatur kondisi perusahaan dan sebagai usaha untuk
mempengaruhi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen laba
2. untuk mengetahui konsep manajemen laba
3. untuk mengetahui motovasi manajer dalam melakukan manajemen laba
4. untuk mengetahui bagaimana terjadi manajemen laba melalui manajemn akuntansi

C. Rumusan Masalah

1. apakah manajemen laba itu ? dan apa fungsinya

2. faktor- faktor munculnya manajemen laba ?

3. bagaimana strategi dan motovsi dalam melakukan manajemen laba

4. teori apa saja yang berkaitan dengan manajemn laba?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian manajemen laba

Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang
menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporakan dari unit yang menjadi tanggung
jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan
profitabilitas perusahaan untuk jangka Panjang. Dengan demikian, manajemen laba dapat
diartikan sebagai suatu tindakan manajemen dalam mempengaruhi laba yang dilaporkan
dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam
jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan.

Definisi manajemen laba terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Definisi sempit. Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku
manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam
menentukan besarnya earnings. 
b. Definisi luas. Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung
jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka
panjang unit tersebut.

Pengertian manjemen laba menurut para ahli:

a. Schipper (1989) : manajemen laba merupakan campur tangan pada saat pengerjaan
laporan keuangan yang bermaksud dapat mendapatkan keuntungan pribadi

b. Assih (2000) : manajemen laba merupakan teknik yang direncanakan untuk


meningkatkan pelaporan laba.
c. Fischer dan rosenzweig (1995) : manajemen laba adalah aksi manajer dalam menaikan
atau menyusutkan laba yang tidak memiliki sangkut paut pada kenaikan ataupun
penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka waktu panjang.

d. Healy dan wahlen (1999) : manajemen laba pada saat penyusunan transaksi laporan
keuangan guna mengecoh stakeholder mengenai kinerja ekonomi suatu entitas agar
dapat mempengaruhi hasil kontrak dengan investor

Scott(2000) mengungkapkan “ earnings management is the option by an accounting


manager straregy to obtain particular goals”. Ungkapan diatas adalah manajemen laba
dapat menjadi alternative manajer dalam kebijakan akuntansi. Kebijakan akuntansi
dikelompokan menjadi dua. Pertama, pilihan dalam kebijakan akuntansi tersebut, sebagai
contoh metode depresiasi menggunakan straight line dan declining balance amortization
selai itu ada akrual jaminan. Terdapat dua cara agar dapat mengetahui sikap manajemen laba
yang pertama adalah sifat opportunistic earnings management dalam mengoptimalkan
utilitas dalam kompetensasi, kontrak hutang ,dan biaya politik yang kedua adalah dari segi
perspective contacting. selain definisi diatas dapat dikonklusikan manajemen laba dijalankan
manajer bukan untuk menaikan laba namun juga meminumunkan laba.

Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelap
oran keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgment. dalam pelaporan
keuangandan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga
menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang
dilaporkan.Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai
tujuan khusus.
Tujuan manajemen laba adalah memanipulasi besaran laba yang dilaporkan kepada
para pemegang saham dan mempengaruhi hasil perjanjian yang bergantung pada angka-angka
akuntansi yang dilaporkan. Fischer dan Rosenzweig (1995) memandang earnings
management sebagai serangkaian langkah yang dilakukan manajer untuk meningkatkan atau
menurunkan jumlah laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan yang merupakan tanggung
jawabnya tanpa menyebabkan penurunan atau peningkatan keuntungan yang dicapai suatu
badan usaha dalam jangka panjang

B. Faktor munculnya manajemen laba

Manajemen ini tidak serta merta muncul begitu saja, tetapi ada faktor yang menjadi
penyebab munculnya manajemen ini.

berikut ini tiga faktor penyebab munculnya praktik manajemen laba yang perlu Anda ketahui.

1. Manajemen Akrual. Faktor pertama yang bisa menjadi penyebab munculnya praktik
manajemen akuntansi yang satu ini adalah adanya manajemen akrual. Manajemen akrual
pada umumnya berhubungan dengan semua kegiatan yang bisa berpengaruh terhadap
arus kas perusahan dan keuntungan perusahaan.
Kebijakan Akuntansi yang Wajib
2. Faktor kedua yang bisa menjadi penyebab munculnya manajemen yang satu ini adalah
kebijakan akuntansi yang wajib untuk diterapkan, seperti jika perusahaan mewajibkan
menggunakan aplikasi pembukuan dalam segala kegiatan akuntansi.
Hal ini berhubungan dengan keputusan dari manajer perusahaan dalam penerapan
kebijakan akuntansi tertentu yang sifatnya wajib.
3. Perubahan Aktiva Secara Sukarela
Faktor yang ketiga yaitu perubahan aktiva secara sukarela. Faktor yang satu ini pada
umumnya berkaitan dengan usaha manajer perusahaan dalam mengubah atau mengganti
sebuah strategi akuntansi tertentu.
C. Fungsi manajemen laba
Ada tiga fungsi manajemn laba adalah sebagai berikut :
1. Memantau Laporan Laba Rugi
Fungsi yang pertama yaitu dapat memantau laporan laba rugi dalam sebuah
perusahaan.Untuk perusahaan yang baru memulai usahanya, ini sangat penting untuk
mengihtung Break Even Point ( BEP ) mereka. Laporan laba rugi itu sendiri ada yang
mingguan, bulanan, tahunan, atau triwulan tergantung dari kebijakan masing-masing
perusahaan dalam menggunakan sofware laporan keuangan perusahaan mereka.Tapi,
setiap akuntan bisa membuat laporan laba rugi sesuai dengan permintaan dan kebutuhan
dari manajemen perusahaan.Oleh karena itu, manajemen laba bermanfaat untuk memantau
laporan laba rugi ini. Anda bisa memanfaatkan manajemen ini untuk meminimalisir
kerugian dan melakukan proyeksi laba.Maka dari itu, keberadaan manajemen akuntansi
yang satu ini sangat krusial karena menyangkut laba yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan dalam periode waktu tertentu.
2. Menggabungkan Pemantauan Laporan Laba Rugi dan Pengeluaran Kas

Dalam dunia bisnis, uang adalah “raja”, tidak melihat jenis atau ukuran dari sebuah
usahanya.Manajemen laba yang bekerja efektif dapat memberikan gambaran bagaimana
cara perusahaan untuk menghemat uang atau pengeluarannya.Selain itu, manajemen ini
juga berfungsi untuk menghasilkan uang tunai serta menghindari perusahaan dari
kebangkrutan.Untuk mencapai hal tersebut, maka harus diatur dengan baik dan efisien
dalam penggunaan aplikasi akuntansi khususnya dalam hal pemantauan
pengeluaran.Selanjutnya, manajemen akuntansi yang satu ini juga berfungsi dalam
membantu sebuah usaha untuk menghemat keuangan jika dikombinasikan dengan laporan
laba rugi.Khususnya bisa membantu keuangan perusahaan ketika perusahaan sedang
mengalami masa sulit.Dengan mengkombinasikan dua strategi bisnis tersebut, maka akan
tercipta pengelolaan pendapatan usaha yang efisien dan efektif.Jadi, dapat disimpulkan
bahwa fungsi manajemen yang satu ini sangat krusial dalam sebuah perusahaan.
3. Tim Outsource untuk Manajemen Laba

Fungsi manajemen laba yang selanjutnya yaitu sebagai tim outsource.Dalam


sebuah organisasi atau perusahaan, pembuatan laporan laba rugi cenderung sulit ketika
banyak birokrasi dalam perusahaan tersebut.Oleh karena itu, membangun mitra dengan tim
akuntan dan pembukuan publik adalah solusi yang tepat karena bisa menghasilkan strategi
bisnis yang akan menghasilkan banyak keuntungan.

D. strategis manajemen laba


Menurut Subrayaman dan John J. Wild (2010), strategi manajemen laba dibagi menjadi 3
yakni manajer meningkatkan laba (increasing income) periode kini, manajer melakukan
mandi besar (big bath), dan manajer melakukan fluktuasi laba dengan perataan laba (income
smoothing).

1. Peningkatan laba (increasing income)

Meningkatkan laba pada periode kini agar perusahaan dapat dipandang lebih baik.
Sehingga perusahaan dapat melaporkan laba yang lebih tinggi berdasarkan manajemen laba
sepanjang periode yang panjang.

2. Big Bath

Strategi ini dilakukan dengan cara melakukan penghapusan (write- off) transaksi pada
satu periode. Di mana periode yang dipilih biasanya adalah periode dengan kinerja yang
buruk atau sering kali pada masa resesi di mana perusahaan lain juga melaporkan laba yang
buruk atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan
manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi “Big Bath juga sering kali dilakukan
setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya.

3. Perataan Laba (Income Smoothing)

Manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi


fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode
tertentu baik dengan menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan
laba ini saat periode buruk.
E. Motivasi manajemen laba
Sugiri (2005) menyatakan bahwa salah satu motivasi manajemen laba adalah mengelabui
kinerja ekonomi yang sebenarnya, dan itu dapat terjadi karena terdapat ketidak simetrian
informasi antara manajemen dan para pemegang saham suatu badan usaha. Motivasi
manajemen laba lainnya adalah mempengaruhi penghasilan (telah diatur dalam kontrak)
yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan dengan asumsi bahwa
manajemen memiliki kepentingan pribadi dan kompensasinya didasarkan pada laba
akuntansi.
Menurut Sumabrayam dan John Wild (2013), terjadinya motivasi manajemen laba
dikarenakan terdapat beberapa insentif, yaitu :
1. Insentif Perjanjian.
Banyak perjanjian menggunakan angka akuntansi. Misalnya perjanjian kompensasi manajer
biasanya mencakup bonus berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas
dan batas bawah, artinya manajer tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas
bawah dan tidak mendapat bonus tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini
berarti manajer memiliki insentif untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan
tingkat laba yang belum diubah terkait dengan batas atas dan bawah ini. Jika laba yang belum
diubah berada diantara batas atas dan batas bawah, manajer memiliki insentif untuk
meningkatkan laba.
2. Dampak Harga Saham.
Insentif manajemen laba lainnya adalah potensi dampak terhadap harga saham. Misalnya,
manajer dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga saham perusahaan sementara
sepanjang satu kejadian tertentu seperti merger yang akan dilakukan atau penawaran surat
berharga, atau rencana untuk menjual saham atau melaksanakan opsi. Manajer juga
melakukan perataan laba untuk menurunkan persepsi pasar akan resiko dan menurunkan
biaya modal.
3. Insentif Lain.
Laba sering kali diturunkan untuk menghindari biaya politik dan penelitian yang dilakukan
badan pemerintah, misalnya untuk ketaatan undang-undang antimonopoly dan IRS. Selain itu
perusahaan dapat menurunkan laba untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah, misalnya
subsidi atau proteksi dari persaingan asing. Perusahaan juga menurunkan laba untuk
mengelakkan permintaan serikat buruh.

F. Terori yang bersangkutan dengan manajemen laba

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori yang digunakan dalam manajemen laba adalah teori keagenan (Agency Theory).
Teori keagenan merupakan teori yang mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
(principal) dan manajemen (agent). Teori keagenan digunakan sebagai pemisah antara pengelola
perusahaan (pihak manajemen) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham) (Husnan dan Eny,
2015). Antara pemegang saham dan manajemen memiliki tujuan yang berbeda sehingga
memunculkan konflik kepentingan. Seorang pemegang saham menginginkan agar pengembalian
yang diberikan atas hasil investasi dilakukan secara cepat dengan keuntungan yang tinggi,
sedangkan seorang manajer menginginkan insentif/kompensasi sebesar-besarnya atas kinerjanya
dalam mengelola perusahaan.

Jensen & Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak manajer (agen) dengan pemegang saham (prinsipal).Kedua belah pihak terkait kontrak
yang menyatakan hak dan kewajiban masing-masing. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana
untuk menjalankan perusahaan, sedangkan agen memunyai kewajiban untuk mengelola apa yang
ditugaskan oleh para pemegang saham kepadanya. Untuk kepentingan tersebut, prinsipal akan
memperoleh hasil berupa pembagian laba, sedangkan agen memperoleh gaji, bonus, dan
berbagai kompensansi lainnya. Menurut Scott (2000), teori keagenan adalah pendesainan kontrak
yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan. Aplikasi teori keagenan dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur
proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan
secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai
mekanisma bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return,maupun risiko-risiko yang disetujui
oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerjakan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness, yaitu
menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan Pelaksanaan
kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari
prinsipal ke agen.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori keagenan adalah
hubungan antara dua pihak yaitu agen dan prinsipal, dimana agen adalah manajer dan prinsipal
adalah pemegang saham yang memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Hubungan keagenan
tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham, maka dari itu
harus terdapat kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen.

Menurut Eisenhardt (1989), tujuan dari teori keagenan adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam mengevaluasi


lingkungan dimana keputusan harus diambil(The belief revision role).
2. Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah pengalokasian
hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (The performance evaluatin
role).

Sesuai dengan agency theory, motivasi manajemen akrual dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori: opportunistic dan signaling (Beaver, 2002). Pada motivasi opportunistic,
manajemen melalui kebijakan aggressive accounting menghasilkan angka laba lebih tinggi
daripada laba yang sesungguhnya. Apabila laporan laba tidak dapat menggambarkan laba yang
sesungguhnya, maka laporan laba mengarah pada overstate earnings. Laba yang mengarah pada
overstate earnings mengakibatkan laba menjadi kabur (opaque). Motivasi opportunistic yang
dilakukan oleh manajemen berhubungan dengan kompensasi berdasarkan kontrak yang
disepakati dengan pihak pemilik. Pada motivasi signaling, manajemen menyajikan informasi
keuangan (khususnya laba) diharapkan dapat memberikan sinyal kemakmuran kepada para
pemegang saham. Laporan laba yang dapat memberikan sinyal kemakmuran adalah laba yang
relatif tumbuh dan stabil (sustainable)..

2. Teori Pensinyalan (Signalling Theory)

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan alasan perusahaan menyajikan


informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara
manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut.
Teori Sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memeberikansinyal-
sinyal pada pengguna laporan keuangan.

Menurut Jama’an (2008) Signalling Theory mengemukakan tentang bagaimana


seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini dapat
berupa informasi mengenai apa saja yang sudah dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam
merealisasikan keinginan para investor atau para pemilik perusahaan. Teori Sinyal dilakukan
manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui Laporan
Keuangan dan menunjukan bahwa mereka telah menerapkan kebijakan akuntansi yang
konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah
perusahaan melakukan tidakan membesar-besarkan laba atau yang sering kita sebut dengan
istilah Manajemen Laba dan menyajikan laba serta aktiva yang tidak overstate Kualitas
keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam
laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengurang asimetri
informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dn prospek dimasa
mendatang dibanding dengan pihak eksternal perusahaan. Signalling Theory ini juga dapat
membantu agent, principal dan pihak luar perusahaan mengurang asimetri informasi ini dengan
menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-
pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak
agent, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bersifat lebih independen dan bebas
memberikan pendapat mengenai laporan keuangan (Jama’an, 2008).

3. Teori Stewardship ( Teori Pengolahan )

Teori Stewardship adalah alternatif dari teori agensi yang menawarkan prediksi
berlawanan mengenai penataan dewan yang efektif (Muth & Donaldson, 1998). Pihak agen dan
principal dalam teori ini saling bekerja sama dan menjalin hubungan komunikasi dalam sebuah
harmonisasi untuk mencapai tujuan bersama. Teori ini menjelaskan bahwa manajemen puncak
dan stakeholder saling percaya untuk mencapai tujuan tanpa menghambat kepentingan salah satu
pihak. Donaldson dan Davis (1991) menyatakan pendapat bahwa CEO sebagai seorang stewards
akan sepenuhnya mendukung perusahaan ketika mereka diberikan otoritas yang tinggi dan
keleluasaan. Stewardship adalah hasil dari perilaku kepemimpinan yang mengikat rasa tanggung
jawab pribadi untuk setiap bagian dari perusahaan demi mencapai kesejahteraan jangka panjang
baik untuk organisasi maupun masyarakat (Hernandez 2008). Ketika dihadapkan pada suatu
tindakan untuk mementingkan kepentingan bersama, manajemen akan terikat oleh rasa tanggung
jawab dan identifikasi dengan organisasi (Muth & Donaldson, 1998).

Manajemen perusahaan adalah pelayan perusahaan yang dipercaya principal untuk


memenuhi ekspektasinya dengan menjalankan operasional dan mencapai target perusahaan.
Beberapa alasan nonkeuangan menjadi motif perilaku manajerial, seperti kebutuhan untuk diakui
dan berprestasi, kepuasan dan kinerja yang tinggi, serta bentuk penghormatan terhadap otoritas
dan etika kerja. CEO dan CFO akan memanfaatkan kedekatannya untuk memberikan usaha
terbaiknya dalam mengurangi manajemen laba yang membuat reputasi mereka dan perusahaan
ternodai. Social ties antara CEO dan CFO menciptakan rasa kooperatif dan mengabdi bersama
seluruh elemen perusahaan untuk memenuhi kepentingan principal yaitu memberikan
kesejahteraan bagi seluruh investor perusahaan. Apabila mereka mampu memberikan pelaporan
keuangan yang relevan dan reliabel sesuai dengan informasi keuangan sebenarnya, maka
investor akan puas dan kemungkinan besar kepentingan manajemen pun akan disejajarkan
dengan kepentingan stakeholder.

CEO-CFO Social Ties Berpengaruh Negatif terhadap Manajemen Laba

Auditor internal sebagai mitra manajemen yang mempunyai tugas pemantauan dalam
menjamin efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan termasuk ketika ada indikasi
manipulasi laporan keuangan (Baatwah & Al-Qadasi, 2019). Auditor internal harus menjamin
bahwa social ties antara CEO dan CFO menghasilkan laporan keuangan yang akurat karena
komunikasi dan arus informasi internal antara keduanya yang lancar. Auditor internal terus
berupaya untuk memantau risiko organisasi dan memastikan keandalan pelaporan keuangan
(Alzeban, 2019). Auditor internal dapat secara langsung berkomunikasi dengan dewan dan
pemangku kepentingan eksternal melalui komite audit sehingga independensi auditor internal
cukup tinggi untuk memastikan keandalan informasi (Alzeban, 2019). Selain sebagai penjamin,
auditor internal juga berperan sebagai konsultan perusahaan. Sebagai penjamin dan konsultan,
auditor internal harus terus meningkatkan keahlian dan keterampilannya sehubungan dengan
aktivitas pemantauan dan pengendalian (Moeller, 2005; Reding dkk., 2013). Kompetensi auditor
internal sehubungan dengan struktur tata kelola perusahaan tidak diragukan lagi karena auditor
internal sebagai assurance harus memahami proses bisnis perusahaan. Sebagai mitra manajemen,
auditor internal akan berusaha untuk memberi nilai tambah perusahaan termasuk memberikan
rekomendasi atas permasalahan perusahaan. Oleh karena itu, kompetensi auditor internal
diharapkan dapat memperkuat pengaruh negatif CEO-CFO social ties terhadap aktivitas
manajemen laba
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut, maka hubungan antara agency theory dan manajemen laba
(earnings management) dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, atas dasar agency theory
maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen mengandung kebijakan yang mengarah
pada manajemen laba. Manajemen dimotivasi oleh perilaku opportunistic dan signaling. Pada
motivasi opportunistic, manajemen cenderung menyajikan laba lebih tinggi daripada laba yang
sesungguhnya sehingga mengarah pada kekaburan laba (earnings opacity). Pada motivasi
signaling, manajemen cenderung menyajikan laporan laba yang mengandung persistensi laba
sehingga laba lebih informatif. Motivasi opportunistic berhubungan dengan kompensasi yang
akan diterima oleh pihak manajemen; sedangkan motivasi signaling berhubungan dengan
kemakmuran para pemegang saham (principals).

Kedua, dalam teori pesinyalan ini berdampak negatif bagi manajemen laba karena teori
sinyal dilakukan manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi
melalui Laporan Keuangan dan menunjukan bahwa mereka telah menerapkan kebijakan
akuntansi yang konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini
mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba atau yang sering kita sebut
dengan istilah Manajemen Laba dan menyajikan laba serta aktiva yang tidak overstate.

Ketiga, Sejalan dengan teori stewardship, bahwa CEO dan CFO social ties adalah
pelayan perusahaan yang kinerjanya adalah memenuhi ekspektasi stakeholder dengan
menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa
manajemen level atas dan pemilik perusahaan saling percaya satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama tanpa berperilaku egois dan oportunis. Membuktikan bahwa CEO-CFO social
ties mempunyai pengaruh negatif terhadap manajemen laba.
DAFTAR PUSTAKA

Agnes Utari Widyaningdyah ( 2001 ), Analisis faktor-faktor Berpengaruh Terhadap Earnings


Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan,
November Vol. 3 No. 2.

Alzeban, A. (2019). Influence of internal audit reporting line and implementing internal audit
recommendations on financial reporting quality. Meditari Accountancy Research.

Baatwah, S. R., & Al-Qadasi, A. A. J. E. B. R. (2019). Determinants of outsourced internal


audit function: a further analysis. 1-31.

Beaver, W.H. 2002. “Perspectives on Recent Capital Market Research.” The Accounting
Review, Vol. 77, No. 2, April: 453 – 474.

Donaldson, L., & Davis, J. H. J. A. J. o. m. (1991). Stewardship theory or agency theory: CEO
governance and shareholder returns. 16(1), 49-64.

Fischer, M dan K Rosenzweig. 1995. Attitudes of students and Accounting Practitioners


Concerning the Etrhical Acceptability of Earnings Management. Journal of Bussines Ethics,
14:434-444.

Hernandez, M. J. J. o. b. e. (2008). Promoting stewardship behavior in organizations: A


leadership model. 80(1), 121-128.

Hoitash, U. J. J. o. B. E. (2011). Should independent board members with social ties to


management disqualify themselves from serving on the board? , 99(3), 399-423.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency
costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305-360.
Kuang, Y. F., Liu, X. K., Paruchuri, S., & Qin, B. (2020). CFO social ties to non-CEO senior
managers and financial restatements. Accounting Business Research, 1-35.

Muth, M., & Donaldson, L. J. C. G. A. I. R. (1998). Stewardship theory and board structure: A
contingency approach. 6(1), 5-28.

Setiawati, L. dan A, Na’im 2000. Manajemen Laba . Journal Ekonomi dan Bisnis.

Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition: Prentice Hall, Canada Inc.

Sugiri 2005. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Anda mungkin juga menyukai