xxxx
xxxxx
xxxx
Rp 2.100.000.000
Dikurangi:
1. PPh Pasal 21
Rp. 200.000.000
2. PPh Pasal 22
100.000.000
3. PPh Pasal 23
150.000.000
4. (PPh Pasal 24
150.000.000
600.000.000
Rp 1.500.000.000
125.000.000
125.000.000
125.000.000
12
Rp 300.000.000
(100.000.000)
Rp.200.000.000
( Rp 15.000.000)
PPh terutang
Rp 35.000.000
Rp 495.000.000
123.750.000
Kredit PPh
PPh yang dibayar sendiri
(110.000.000)
Rp 13.750.000
PPh Pasal 25 apabila SPT Tahunan PPh Tahun lalu Terlambat disampaikan
Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih besar dari yang telah
dibayarkan, maka kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per-bulan sejak jatuh tempo
penyetoran PPh Pasal 25 sampai dengan tanggal penyetoran.
Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih kecil dari yang telah
dibayarkan, maka atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya.
Contoh Soal
1. SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2012 disampaikan tgl 25 Mei 2013,
dgn data:
PKP Rp 500.000.000
PPh Terutang 25% x Rp 500.000.000 = Rp 125.000.000
PPh pasal 22, 23, 24 yang dapat dikreditkan Rp 42.500.000
2. PPh pasal 25 untuk Desember 2012 sebesar Rp 5.000.000
PKP
Rp 500.000.000
PPh Terutang
Rp 125.000.000
Kredit Pajak
(42.500.000)
Rp 82.500.000
Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih besar dari yang telah
dibayarkan, maka kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per-bulan sejak jatuh tempo
penyetoran PPh Pasal 25 sampai dengan tanggal penyetoran.
Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih kecil dari yang telah
dibayarkan, maka atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya.
Contoh soal
1. Permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
Badan tahun pajak 2012 disampaikan tgl 10 Januari 2013, dengan
menyampaikan perhitungan sementara sbb:
Penghasilan Neto Rp 400.000.000
PPh Terutang 25% x Rp 400.000.000 = Rp 100.000.000
PPh pasal 22, 23, 24 tahun pajak 2012 Rp 42.500.000
PPh pasal 25 = (Rp 100.000.000 Rp 42.500.000) x 1/12 = Rp 4.791.600
Besarnya PPh pasal 25 untuk masa Mar Des 2013 dihitung kembali
berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2012 sbb:
PKP
Rp 500.000.000
PPh Terutang
Rp 125.000.000
Kredit Pajak
(42.500.000)
Rp 82.500.000
Bila nilai PPh Pasal 25 ternyata menjadi lebih besar dari PPh Pasal 25
sebelum dilakukan pembetulan. Atas kekurangan setoran PPh Pasal 25
terutang sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per-bulan sejak
jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 25 sampai dengan tanggal penyetoran.
Bila nilai PPh Pasal 25 ternyata menjadi lebih kecil dari PPh Pasal 25
sebelum dilakukan pembetulan. Atas kelebihan setoran PPh Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya setelah
penyampaian SPT PPh Pembetulan.
Contoh:
1. SPT Tahunan PPh tahun pajak 2012 disampaikan tgl 25 Mar 2013, dengan
data sbb:
PKP Rp 500.000.000
PPh Terutang 25% x Rp 500.000.000 = Rp 125.000.000
PPh pasal 22, 23, 24 yang dapat dikreditkan Rp 42.500.000
2. PPh pasal 25 untuk masa Desember 2012 sebesar Rp 5.000.000
3. WP melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2012 pada tgl
16 Agustus 2013, dengan data baru sbb:
Penghasilan Neto Rp 600.000.000
PPh Terutang 25% x Rp 600.000.000 = Rp 150.000.000
PPh pasal 22, 23, 24 yang dapat dikreditkan Rp 42.500.000
Besarnya PPh pasal 25 bulan Jan & Feb 2013 masing-masing sama
besarnya dengan PPh pasal 25 bulan Desember 2012, yaitu Rp 5.000.000
Besarnya PPh pasal 25 bulan Maret Juli 2013 dihitung berdasarkan SPT
Tahunan PPh 2012 sebelu pembetulan sbb:
PKP
Rp 500.000.000
PPh Terutang
Rp 125.000.000
Kredit Pajak
(42.500.000)
Rp 82.500.000
PPh pasal 25 = 1/12 x Rp 82.500.000 = Rp 6.875.000
Adanya pembetulan SPT Tahunan PPh 2012 tgl 16 Agustus 2013, maka
besar PPh pasal 25 harus dihitung kembali untuk masa Maret Des 2013,
yaitu
PKP
Rp 600.000.000
PPh Terutang
Rp 150.000.000
Kredit Pajak
(42.500.000)
Rp 107.500.000
Jika dalam tahun pajak berjalan terjadi penurunan omzet, maka WP Badan
dapat mengajukan permohonan pengurangan PPh Pasal 25 dengan
ketentuan:
WP dapat mengajukan permohonan tersebut, saat telah 3 (tiga)
bulan atau lebih berjalannya satu tahun pajak;
WP dapat memperlihatkan bahwa PPh yang terutang pada tahun
pajak tersebut kurang dari 75% dari dasar penghitungan PPh Pasal
25;
Wajib Pajak Orang Pribadu Pengusaha tertentu adalah Wajib Pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai Pedagang Pengecer yang
mempunyai 1(satu) atau lebih tempat usaha
Wajib pajak wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP bagi setiap
tempat usaha/gerai (outlet) di KPP yang wilayah usahanya meliputi tempat
usaha/gerai (Outlet) tersebut (KPP Lokasi) dan di KPP yan wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP domisili). Hal ini juga
berlaku bila tempat usaha dan tempat tinggal Wajib Pajak berada dalam
wilayah yang sama
Besar angsurna PPh Pasal 25 yang harus dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi pengusaha tertentu adalah 0,75% dari peredaran bruti setiap bulan
dari masing-masing tempat usaha tersebut. Pembayarab PPh Pasal 25
tersebut merupakan kredit pajak atas PPh yang terutang untuk tahun yang
bersangkutgan
PT Dadali terdaftar sebagai WP pada KPP Jakarta Tambora sejak tgl 1 Februari
2013. Peredaran atau penerimaan bruto menurut pembukuan dalam bulan Februari
2013 sebesar Rp 340.000.000,- dan penghasilan netto dapat dihitung berdasarkan
pembukuan sebesar Rp 68.000.000,PPh psl 25 bulan Februari sbb:
Penghasilan Neto bln Feb
Rp
68.000.000,-
Rp 816.000.000,-
( 68.000.000 x 12 )
Pajak penghasilan terutang
Rp 204.000.000,-
( 25% x 816.000.000 )
Besarnya angsuran PPh psl 25 bulanan
Rp 17.000.000,-
( 1/12 x 204.000.000 )
Gavin sebagai WP OP baru terdaftar dan memiliki NPWP sejak 1 Maret 2014.
Dalam penyelenggaraan usahanya menggunakan pembukuan. Data yang diperoleh
dari pembukuan dengan penghasilan bruto bulan Maret 2013 sebesar Rp
100.000.000,- dan beban yang diperkenakan sesuai UU Perpajakan Rp
77.000.000,-. Gavin belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan.
PPh pasal 25 bulan Maret sbb:
Penghasilan bruto bln Maret
Rp 100.000.000,-
Rp 77.000.000,-
Rp 23.000.000,-
Penghasilan disetahunkan
Rp 276.000.000,-
PTKP
Rp
Rp 251.700.000
24.300.000,-
PPh Terutang
5% x Rp 50.000.000,-
Rp
15% x Rp 200.000.000,-
Rp 30.000.000,-
25% x Rp 1.700.000,-
Rp
425.000,-
Rp
32.925.000,-
Rp
2.743.750,-
2.500.000,-
( 1/12 x 32.925.000 )
Tn. A terdaftar sebagai WPOP pada KPP sejak tgl 1 Mei 2014 dengan status
kawin. Peredaran bruto menurut catatan harian bulanan Mei 2014 sebesar Rp
Rp 18.340.000,-
Rp
5.502000,-
Penghasilan disetahunkan
Rp
66.024.000,-
PTKP
Rp
26.325.000,-
Rp
39.699.000,-
( 30% x 18.340.000 )
( 24.300.000 + 2.025.000 )
Penghasilan Kena Pajak
Pajak Penghasilan Terutang
5% x 39.699.000
Rp 1.984.950,-
Rp
165.412,5
( 1/12 x 1.984.950 )
Rp 320.000.000,-
( 4 x 80.000.000 )
PPh terutang
( 25% x 320.000.000 )
Rp 80.000.000,-
Rp
6.666.600,-
( 1/12 x 80.000.000 )
Laporan Keuangan triwulan Bank Aman selama bulan Januari Maret 2009
menunujukkan laba sebesar Rp. 300.000.000,00. PPh pasal 24 yang dibayar tahun
lalu sebesar Rp. 50.000.000,00. Dengan asumsi omzet 1 tahun kuang dari Rp.
4.800.000.000,00.
Besanya PPh Pasal 25 setiap bulan untuk periode April - Juni 2009:
Perkiraan penghasilan neto = 4 x Rp.
300.000.000,00
= Rp. 1.200.000.00,00
= Rp. 168.000.000,00
PPh Pasal 24
= Rp.
= Rp. 118.000.000,00
50.000.000,00
= Rp.
9.833.000,00
Apabila WP Bank atau sewa guna usaha dengan hak opsi adalah WP baru, maka
besarnya PPh Pasal 25 untuk triwulan pertama adalah jumlah Pajak Penghasilan
yang terutang berdasarkan perkiraan penghitungan laba-rugi triwulan pertama
yang disetahunkan, dibagi 12.
Contoh : Bank Abadi berdiri dan terdaftar sebagai WP sejak 1 Januari 2009.
Dalam perkiraan laporan keuangan triwulan selama Januari Maret 2009
menunjukkan bahwa Bank tersebutakan memperoleh penghasilan sebesar Rp.
200.000.000,00. Dengan asumsi omzet 1 tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000,00.
Perkiraan penghasilan neto = 4 x Rp.
200.000.000,00
= Rp. 800.000.000,00
= Rp. 112.000.000,00
= Rp.
9.333.000,00
112.000.000,00
PPh Pasal 25 BUMN/BUMD selain WP Bank dan SGU dengan hak opsi
Berdasarkan PMK Nomor 208/PMK.03/2009 yang mengubah PMK Nomor
255/PMK.03/2008 sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 25 bagi BUMN /BUMD.
Karena BUMN/BUMD bekerja berdasarkan dan perolehan penghasilannya
terdapat dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) baik yang telah
maupun belum disahkan, maka perhitungan PPh Pasal 25 sebagai berikut :
PPh Pasal 25 Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang
Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala
Berdasarkan PMK Nomor 208/PMK.03/2009 yang mengubah PMK Nomor
255/PMK.03/2008 maka dasar perhitungan PPh Pasal 25 WP Masuk Bursa dan
WP lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
besarnya angsuran PPh Pasal 25 adalah sebesar PPh yang dihitung dengan tarif
umum atas laba fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang
disetahunkan dikurangi potongan potongan/pungutan PPh Pasak 22,23, dan 24
yang dibayar/terutang di luar negri, dibagi 12.
a. PPh PASAL25
Diisi dengan jumlah PPh yang telah dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak selama Tahun Pajak yang bersangkutan berupa PPh Pasal
25 Tahun Pajak yang bersangkutan termasuk jumlah pelunasan
PPh yang terutang berdasarkan penghitungan sementara dalam
hal Wajib Pajak mengajukan permohonan perpanjangan jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan.
b. STP PPh PASAL 25 (Hanya Pokok Pajak)
Diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang tercantum dalam
Surat Tagihan Pajak (STP) untuk Tahun Pajak yang bersangkutan
termasuk STP Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat (7) dari Pengusaha
Tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan lain yang
tidak dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final, tidak
termasuk sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
Contoh:
Pada STP tercantum hal-hal sebagai berikut:
Angsuran PPh Pasal 25 yang harus dibayar
Rp 2.000.000,00
Telah dibayar
Rp 1.500.000.00Kurang dibayar
Rp 500.000,00
Sanksi administrasi berupa bunga
Rp 20.000,00
Sanksi administrasi berupa denda
Rp 100.000.00+
Jumlah yang harus dibayar.
Rp 620.000,00
Yang diisikan di sini adalah jumlah Rp 500.000.00 {hanya pokok
pajak)
Berdasarkan SPT Tahunan PPh PT Jak Mediatama (WP badan)
untuk tahun pajak 2013 diketahui bahwa besarnya PPh terutang
adalah 47 juta. Adapun PPh yang dipotong dan atau dipungut
oleh pihak lain serta PPh yang dibayar atau terutang di luar
negeri yang dapat dikreditkan sebagai berikut.
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh pihak lain sebesar
Rp18jt
PPh Pasal 23 yang dipotong oleh pihak lain sebesar
5jt
Kredit Pajak luar negeri (PPh Pasal 24) sebesar
12jt
Jumlah kredit pajak
Rp35jt
Besarnya angsurah PPh Pasal 25 yang harus dibayar sendiri oleh
WP untuk tahun 2014 = 1/12x(47jt-35jt)
= Rp 1jt
Ayat jurnal yang dibuat pada saat melakukan pembayaran PPh
Pasal 25 pada setiap bulannya untuk 2014:
Daftar Pustaka