Anda di halaman 1dari 57

PEMBUKUAN

EKSTRAKOMPTABLE
pembukuan ekstrakomptabel

Transaksi ekonomi yang menurut ketentuan


perpajakan perlakuannya berbeda dengan
Standar Akuntansi Keuangan, dicatat dalam
pembukuan tersendiri, terpisah dari
pembukuan dalam siklus akuntansi
keuangan.
Transaksi yang perlakuan pajaknya dapat
berbeda dengan Standar Akuntansi
Keuangan

a. Penilaian persediaan
b. Penyusutan dan amortisasi
c. Harga perolehan dan pengalihan harta
d. Perolehan harta melalui sewa guna usaha (leasing) dengan hak
opsi
e. Penggabungan, peleburan, dan pemekaran usaha
PENILAIAN PERSEDIAAN

Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga


pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara
rata-rata (average) atau dengan cara mendahulukan persediaan
yang diperoleh pertama (FIFO).
Ps. 10 (6) UU PPh
Pasal 10 (6)

Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP


dinilai berdasarkan harga perolehan dengan metode rata-rata
atau FIFO
Persediaan Awal 100 satuan @ Rp 9,00
Pembelian 100 satuan @ Rp 12,00
Pembelian 100 satuan @ Rp 11,25
Penjualan/dipakai 100 satuan
Penjualan/dipakai 100 satuan
R N didapat dipakai Sisa/Persediaan
a o
t 1 100 @ Rp 9.00 = Rp 900.00
a
- 2 100 @ Rp12.00 = 200 @ Rp10.50 = Rp2,100.00
r Rp1,200.00
a 3 100 @ Rp11.25 = 300 @ Rp10.75 = Rp3,225.00
t Rp1,125.00
a 4 100 @ Rp10.75 = 200 @ Rp10.75 = Rp2,150.00
Rp1,075.00
5 100 @ Rp10.75 = 100 @ Rp10.75 = Rp1,075.00
Rp1,075.00

F No didapat dipakai Sisa/Persediaan


I 1 100 @ Rp 9.00 = Rp 900.00
F
O 2 100 @ Rp12.00 =Rp1,200.00 100 @ Rp 9.00 = Rp 900.00
100 @ Rp12.00 = Rp1.200.00
3 100 @ Rp11.25 = Rp1,125 100 @ Rp 9.00 = Rp 900.00
100 @ Rp12.00 = Rp1,200.00
100 @ Rp11.25 = Rp1,125.00
4 100 @ Rp 9.00 = Rp 900.00 100 @ Rp12.00 = Rp1,200.00
100 @ Rp11.25 = Rp1,125.00

5 100 @ Rp12.00 = Rp1,200.00 100 @ Rp11.25 = Rp1,125.00


NILAI REALISASI BERSIH – LOWCOM/COMWIL

Harga perolehan persediaan PT Tamara per 31 Desember adalah


Rp5.500.000. Jika nilai realisasi bersih persediaan tersebut adalah
Rp5.800.000, maka persediaan tersebut disajikan di neraca sebesar
harga perolehannya, yaitu Rp5.500.000, karena harga perolehan
lebih rendah daripada nilai realisasi bersih adalah harga perolehan.

Lain halnya, jika nilai realisasi bersih persediaan tersebut adalah


Rp5.300.000. Dalam hal ini, persediaan tersebut dilaporkan di
laporan keuangan sebesar nilai realisasi bersihnya, yaitu
Rp5.300.000, karena nilai realisasi bersihnya lebih rendah daripada
harga perolehan
NILAI REALISASI BERSIH – JURNAL

Pada tanggal 31 Desember 2013, PT Tamara akan membuat jurnal


penyesuaian berikut:
Kerugian atas Penurunan Nilai Persediaan 200.000
Cadangan Penurunan Nilai Persediaan 200.000

Pelaporan Pajak
a. Harga perolehan persediaan per 31 Desember 2013
dengan metode FIFO 5.500.000
b. Nilai realisasi bersih persediaan 5.300.000

Kerugian penurunan nilai (koreksi fiskal positif) 200.000


PENYUSUTAN & AMORTISASI
Penyusutan
Ps.11(1),(2) UU PPh Pengeluaran Dilakukan secara taat asas
untuk
pembelian,
pendirian,
Penyusutan penambahan, mm 1 Tahun
perbaikan, atau
perubahan harta
berwujud

Kecuali tanah yg berstatus HM, HGB, HGU dan hak pakai yg


pertama kali (nilai tdk berkurang)
Metode garis lurus (bagian-bagian yg sama besar) atau straight-
line method
Metode saldo menurun (bagian-bagian yg menurun) atau
declining balance method (sekaligus pada akhir masa manfaat)
Small tools yg sejenis dapat disusutkan dlm 1 golongan
Bangunan disusutkan dengan straight-line method
MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN
Pasal 11 ayat (6) dan (11)

KELOMPOK HARTA MASA METODE


BERWUJUD MANFAAT PENYUSUTAN

GARIS SALDO
LURUS MENURN
BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK 1 4 TAHUN 25% 50%
KELOMPOK 2 8 TAHUN 12,5% 25%
KELOMPOK 3 16 TAHUN 6,25% 12,5%
KELOMPOK 4 20 TAHUN 5% 10%
BANGUNAN
PERMANEN 20 TAHUN 5% -
TIDAK PERMANEN 10 TAHUN 10% -

PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN


DITETAPKAN DG PMK No. 96/PMK.03/2009 TGL 15 Mei 2009 12
Straight line method:
Gedung HP : Rp 100.000.000,00
masa manfaatnya 20 tahun,
penyusutannya / th = Rp. 5.000.000,00
(= Rp 100.000.000,00 : 20).

declining balance method


Mesin (kel.1) perolehan Januari 2000 , HP Rp 150.000.000,00.
Masa manfaat 4 tahun, Tarif penyusutan 50%
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
Harga Perolehan 150,000,000.00
2000 50% 75,000,000.00 75,000,000.00
2001 50% 37,500,000.00 37,500,000.00
2002 50% 18,750,000.00 18,750,000.00
2003 Sekaligus 18,750,000.00 0.00
Contoh
Sebuah mesin (kel.1) yg dibeli dan ditempatkan pada bln Juli 2000.
Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00.
Masa manfaat 4 (empat) tahun.
Tarif penyusutan 50%

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku


Harga Perolehan 100,000,000.00
2000 1/2 x 50% 25,000,000.00 75,000,000.00
2001 50% 37,500,000.00 37,500,000.00
2002 50% 18,750,000.00 18,750,000.00
2003 50% 9,375,000.00 9,375,000.000
2004 Sekaligus 9,375,000.00 0.00
Pasal 11 ayat (3) & (4)

SAAT MULAI PENYUSUTAN

Pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yg


masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada
bulan selesainya pengerjaan harta tsb.

Contoh :
Pengeluaran pembangunan gedung adalah sebesar Rp100.000.000,00.
Pembangunan dimulai bulan Oktober 2000 dan selesai dikerjakan/dibangun
bulan Maret 2001.
Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tsb dimulai pada bulan Maret
tahun pajak 2001.
SAAT MULAI PENYUSUTAN

Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, WP


diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta
tsb digunakan untuk 3M penghasilan atau pada bulan harta
ybs mulai menghasilkan.

Contoh :
PT X di bidang perkebunan membeli traktor pada tahun 1999. Perkebunan
tersebut mulai menghasilkan (panen) pada tahun 2000. Dengan
persetujuan DJP, penyusutan traktor tsb dapat dilakukan mulai tahun 2000.
Pasal 11 ayat (5) UU PPh

Apabila WP melakukan penilaian kembali aktiva


berdasarkan ketentuan sdd Pasal 19, maka dasar
penyusutan atas harta adalah nilai setelah
dilakukan penilaian kembali aktiva tsb.
Ps.11(8) UU PPh
Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sdd Pasal 4 ayat (1) huruf d
(UU PPh) atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa
buku harta tsb dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau
penggantian asuransinya yg diterima atau diperoleh dibukukan sebagai
penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tsb.

Ps.11(9) UU PPh
Apabila hasil penggantian asuransi yg akan diterima jumlahnya baru
dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan
persetujuan Direktur Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian sdp ayat (8)
UU PPh dibukukan sebagai beban masa kemudian tsb.

Ps.11(10) UU PPh
Apabila terjadi pengalihan harta yg memenuhi syarat sdd Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan huruf b, yg berupa harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku
harta tsb tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yg
mengalihkan.
KETENTUAN FISKAL TERKAIT PENYUSUTAN

❑ Tidak ada nilai residu (nilai sisa)

❑ Penyusutan metode saldo menurun → pada akhir masa manfaat →


disusutkan sekaligus

❑ Perubahan metode penyusutan fiskal → sepanjang mendapat persetujuan


Dirjen Pajak

❑ Penggantian asuransi → dibandingkan dengan NBF


KETENTUAN FISKAL TERKAIT PENYUSUTAN

❑ Penyusutan small tools → dapat dalam satu kelompok dg beban penyusutan


sebesar nilai penggantian (Penjelasan Pasal 11 (1,2) UU PPh)

❑ Penghentian / penurunan produksi → tidak menunda/menangguhkan


penyusutan (SE-02/PJ.42/1992)

❑ Handphone untuk pegawai → Dasar penyusutan = 50% harga perolehan,


kelompok 1 (Kep-220/PJ/2002
KETENTUAN FISKAL TERKAIT PENYUSUTAN
❑ Sedan atau kendaraan dipakai peg tertentu → Dasar penyusutan = 50% harga
perolehan, kelompok II (Kep-220/PJ/2002

❑ Kendaraan antar jemput pegawai → disusutkan penuh, kelompok II

❑ Bidang usaha tertentu (kehutanan, perkebunan tanaman keras, peternakan)


- Metode penyusutan garis lurus, dimulai pd bulan produksi komersial →
bulan mulai dilakukan penjualan
- Dasar Penyusutan → termasuk biaya pembelian bibit, biaya
membesarkan/memelihara, tidak termasuk biaya tenaga kerja
Kelompok 1

No Jenis Usaha Jenis Harta


1 Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku,
kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin
fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan
sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder,
televisi dan sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang
bersangkutan.
f. Dies, jigs, dan mould.
g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile, telepon
seluler dan sejenisnya.
2 Pertanian, perkebunan, Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul, peternakan,
kehutanan, perikanan, garu dan lain-lain.
3 Industri makanan dan Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller, pemecah
minuman kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.
4 Transportasi dan Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.
Pergudangan
5 Industri semi konduktor Falsh memory tester, writer machine, biporar test system, elimination
(PE8-1), pose checker.
6 Jasa Persewaan Peralatan Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel Wire Ropes,
Tambat Air Dalam Mooring Accessoris.

7 Jasa telekomunikasi selular Base Station Controller


Kelompok 2

No Jenis Usaha Jenis Harta


1 Semua jenis a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan
usaha sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara
seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.
2 Pertanian, a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk,
perkebunan, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.
kehutanan, b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang
perikanan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
3 Industri a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan, misalnya pabrik
makanan susu, pengalengan ikan .
dan b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarin,
minuman penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan
beras, gandum, tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman
segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan
segala jenis.
4 Industri
Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan (misalnya mesin jahit, pompa air).
mesin
5 Perkayuan, a. Mesin dan peralatan penebangan kayu.
kehutanan b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang
kehutanan.
6 Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump truck, crane buldozer dan
sejenisnya.
Kelompok 2

No Jenis Usaha Jenis Harta


7 Transportasi dan a. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron, truck
Pergudangan ngangkang, dan sejenisnya;
b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan
barang tertentu (misalnya gandum, batu - batuan, biji tambang dan
sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal tangki, kapal penangkap ikan dan
sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;
c. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar,
kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya yang
mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat sampai dengan 250
DWT;
e. Kapal balon.
8 Telekomunikasi a. Perangkat pesawat telepon;
b. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan penerimaan radio telegraf
dan radio telepon.
9 Industri semi Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear tester, bipolar
konduktor test handler (automatic), cleaning machine, coating machine, curing oven, cutting
press, dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in
system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-01), full automatic handler, full
automatic mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser
marker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test system,
molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual, pass oven, pose
checker, re-form machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut press,
trimming/forming machine, wire bonder, wire pull tester.
Kelompok 2

No Jenis Usaha Jenis Harta


10 Jasa Persewaan
Peralatan Tambat Spoolling Machines, Metocean Data Collector
Air Dalam
11 Jasa Mobile Switching Center, Home Location Register, Visitor Location Register.
Telekomunikasi Authentication Centre, Equipment Identity Register, Intelligent Network Service
Seluler Control Point, intelligent Network Service Managemen Point, Radio Base Station,
Transceiver Unit, Terminal SDH/Mini Link, Antena
Kelompok 3

No Jenis Usaha Jenis Harta

1 Pertambangan Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk mesin-mesin yang
selain minyak mengolah produk pelikan.
dan gas

2 Permintalan, a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil (misalnya kain katun,


pertenunan dan sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena rami, permadani,
pencelupan kain-kain bulu, tule).
b. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing, texturing,
packaging dan sejenisnya.
3 Perkayuan a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu, barang-barang dari
jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.
4 Industri kimia a. Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan produk industri kimia dan industri
yang ada hubungannya dengan industri kimia (misalnya bahan kimia anorganis,
persenyawaan organis dan anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif,
isotop, bahan kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna,
cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida wangi-wangian, obat
kecantikan dan obat rias, sabun, detergent dan bahan organis pembersih
lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api,
alloy piroforis, barang fotografi dan sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya (misalnya damar
tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa, karet sintetis, karet tiruan,
kulit samak, jangat dan kulit mentah).
Kelompok 3

No Jenis Usaha Jenis Harta

5 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat (misalnya
mesin mobil, mesin kapal).
6 Transportasi dan a. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan
Pergudangan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan
sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkapan
ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan
1.000 DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal
pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang
mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
c. Dok terapung.
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat di atas 250 DWT.
e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segala jenis.

7 Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh.


Kelompok 4

Nom
Jenis Usaha Jenis Harta
or
1 Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi
2 Transportasi
dan a. Lokomotif uap dan tender atas rel.
Pergudangan b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau dengan tenaga
listrik dari sumber luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.
d. Kereta, gerbong penumpang dan barang, termasuk kontainer khusus dibuat
dan diperlengkapi untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat
pengangkutan.
e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan
barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan
sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap
ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
f. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar,
kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung dan
sebagainya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
g. Dok-dok terapung.
Biaya perolehan hp
HP DINAS
obiaya perolehan atau pembelian telepon seluler dapat dibebankan sebagai
biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya
perolehan atau pembelian melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I
obiaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon
seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah
biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun
pajak yang bersangkutan
Biaya mobil sedan
Kep-220/PJ/2002
Mobil Sedan DINAS
• biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan
atau yang sejenis dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%
(lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian atau
perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok 2
• biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya pemeliharaan atau
perbaikan rutin dalam tahun pajak yang bersangkutan
Amortisasi
Pasal 11A (1),(2) UU PPh

➢ Amortisasi
• atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud
dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan
HGB, HGU, hak pakai, dan muhibah (goodwill)
• masa manfaat lebih dari 1 tahun
• dipergunakan untuk 3M Ph Non Final
➢ Metode: Garis Lurus (Stright Line Method), Saldo Menurun
(Declining Balance Method).
➢ Taat azas

▪ Penyusutan → aset tetap


Amortisasi → aset tidak berwujud
Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran,
kecuali untuk bidang usaha tertentu diatur dgn PMK.
KETENTUAN FISKAL TERKAIT AMORTISASI

❑ Pasal 11A(2) UU PPh


❑ Bagaimana jika masa manfaat ≠ PMK 96/PMK.03/2009 ? Diamortisasi dg kelompok terdekat

Kelompok Masa Manfaat Tarif


GL SM

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%


Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
KETENTUAN FISKAL TERKAIT AMORTISASI

❑ Mulai amortisasi
- Secara umum → bulan pengeluaran
- Bidang usaha tertentu (kehutanan, perkebunan tanaman keras,
peternakan) → amortisasi dimulai bulan pengeluaran atau bulan
produksi komersial → bulan mulai dilakukan penjualan (PMK-
248/PMK.03/2008)
KETENTUAN FISKAL TERKAIT AMORTISASI

❑ Tidak ada nilai residu

❑ Amortisasi metode saldo menurun → pada akhir masa manfaat →


disusutkan sekaligus

❑ Perubahan metode penyusutan fiskal → sepanjang mendapat persetujuan


Dirjen Pajak
KETENTUAN FISKAL TERKAIT AMORTISASI

❑ Biaya pendirian dan biaya perluasan modal


perusahaan : perijinan, notaris pendirian
perusahaan, percetakan saham → boleh
dibebankan pd tahun pengeluaran atau
diamortisasi

❑ Biaya praoperasi komersial misal biaya studi


kelayakan, produksi percobaan (tidak termasuk
biaya rutin : gaji pegawai, listrik, telepon) →
dikapitalisasi dan diamortisasi

❑ Goodwill → diamortisasi kelompok III


KETENTUAN FISKAL TERKAIT AMORTISASI

❑ Software komputer (Kep-316/PJ/2002)


- Aplikasi Umum → dibeban sekaligus, kecuali built-in dg hardware, disusutkan
kelompok 1
- Aplikasi Khusus → amortisasi kelompok 1, jika upgrade biaya upgrade
ditambahkan NBF dan diamortisasi penuh

❑ Pengalihan harta tak berwujud→ Selisih antara nilai pengalihan dan NBF →
keuntungan / kerugian fiskal, kecuali disumbangkan/dihibahkan Ps.4(3)a&b NBF
tidak boleh dikurangkan dari Pengh. Bruto
Pasal 11A (3) UU PPh

Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya


perluasan modal suatu perusahaan: dibebankan
pada tahun terjadinya pengeluaran atau
diamortisasi sesuai dengan ketentuan sdd ayat
(2) (UU PPh).
Pasal 11A (4) UU PPh

Amortisasi atas perolehan hak dan pengeluaran


lain yg mempunyai masa manfaat lebih dari 1
tahun di bidang penambangan minyak dan gas
bumi dilakukan dengan menggunakan metode
satuan produksi.

Metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan persentase


amortisasi yg besarnya setiap tahun sama dengan persentase
perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas
bumi pada tahun ybs dengan taksiran jumlah seluruh kandungan
minyak dan gas bumi di lokasi tsb yg dapat diproduksi.
Apabila ternyata jumlah produksi yg sebenarnya lebih kecil dari yg
diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh
hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran tsb boleh dibebankan
sekaligus dalam tahun pajak ybs.
Ps.11A (5) UU PPh
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak penambangan selain Migas, HPH , dan hak
pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya
yg mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun,
dilakukan dengan menggunakan metode satuan
produksi paling tinggi 20% setahun.
Contoh :
HPH harga perolehan Rp500.000.000,00
Potensi 10.000.000 ton kayu,
Jika dalam satu tahun pajak ternyata jumlah produksi
mencapai 3.000.000 ton = 30% dari potensi yg tersedia,
besarnya amortisasi yg diperkenankan pada tahun tsb adalah
20% atau Rp100.000.000,00.
Ps.11A (6) UU PPh
Pengeluaran yg dilakukan sebelum operasi
komersial yg mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 tahun, dikapitalisasi dan kemudian
diamortisasi sesuai dengan ketentuan sdd ayat
(2) (UU PPh.
Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak sdd
ayat (1), ayat (4), dan ayat (5), maka nilai sisa buku harta atau
hak-hak tsb dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yg diterima
sebagai penggantian merupakan penghasilan pada tahun
terjadinya pengalihan tsb. Ps.11A (7) UU PPh

PT X harga perolehan hak penambangan migas :Rp500.000.000,00.


Taksiran jumlah kandungan minyak 200.000.000 barel.
Telah produksi 100.000.000 barel,
PT X menjual hak penambangan tersebut sebesar Rp300.000.000,00.

Harga perolehan Rp 500.000.000,00


Amortisasi yang telah dilakukan Rp 250.000.000,00
100.000.000/200.000.000 barel (50%)
Nilai buku harta Rp 250.000.000,00
Harga jual harta Rp 300.000.000,00

NSB sebesar Rp 250.000.000,00 dibebankan sbg kerugian


penjualan Rp 300.000.000,00 dibukukan sbg penghasilan
Ps.11A (8) UU PPh

Apabila terjadi pengalihan harta yg memenuhi


syarat sdd Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b (UU
PPh), yang berupa harta tak berwujud, maka
jumlah nilai sisa buku harta tsb tidak boleh
dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yg
mengalihkan.
PENILAIAN HARTA
JUAL BELI
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli
harta yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan
apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau diterima.
Ps. 10 (1) UU PPh

Termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti bea
masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan.
TUKAR MENUKAR
Harta yang diperoleh berdasarkan transaksi tukar-menukar dengan
harta lain, nilai perolehan atau nilai penjualannya adalah jumlah
yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Ps. 10 (2) UU PPh

Contoh :
PT. A PT. B
( Harta X ) ( Harta Y )

Nilai sisa buku Rp 10.000.000,00 Rp 12.000.000,00


Harga Pasar Rp 20.000.000,00 Rp 20.000.000,00
Contoh Tukar Menukar (Lanjutan)

➢ Antara PT. A dan PT. B terjadi pertukaran harta.


➢ Walaupun tidak terdapat realisasi pembayaran antara pihak-
pihak yang bersangkutan, namun karena harga pasar harta yang
dipertukarkan adalah Rp 20.000.000,00, maka jumlah sebesar
Rp.20.000.000,00 merupakan nilai perolehan yang seharusnya
dikeluarkan atau nilai penjualan yang seharusnya diterima.
➢ Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang
dipertukarkan merupakan keuntungan yang dikenakan pajak.
▪ PT. A memperoleh keuntungan sebesar Rp 10.000.000,00
(Rp20.000.000,00 - Rp 10.000.000,00), dan
▪ PT. B memperoleh keuntungan sebesar Rp 8.000.000,00
(Rp 20.000.000,00 - Rp.12.000.000,00).
LIKUIDASI, PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PEMEKARAN,
PEMECAHAN, ATAU PENGAMBILALIHAN USAHA

Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka


likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan
atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan (PMK nomor 43/PMK.03/2008 13 Maret 2008).
Ps. 10 (3) UU PPh

Pada prinsipnya apabila terjadi pengalihan harta, penilaian harta


yang dialihkan dilakukan berdasarkan harga pasar.
Namun dalam rangka menyelaraskan dengan kebijakan di bidang
sosial, ekonomi, investasi, moneter dan kebijakan lainnya, Menteri
Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan nilai lain selain
harga pasar, misalnya atas dasar nilai sisa buku ("pooling of
interest").
Contoh Peleburan:
PT A PT B
Nilai sisa buku Rp 200.000.000,00 Rp 300.000.000,00
Harga pasar Rp 300.000.000,00 Rp 450.000.000,00

Pada dasarnya, adalah harga pasar dari harta.

Laba PT A : Rp100.000.000,00 (Rp300.000.000,00 - Rp200.000.000,00)


Laba PT B: Rp150.000.000,00 (Rp450.000.000,00 - Rp300.000.00,00).
PT C membukukan dg harga perolehan Rp750.000.000,00
(Rp 300.000.000,00 + Rp 450.000.000,00).

Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan nilai lain selain harga
pasar, yaitu atas dasar nilai sisa buku ("pooling of interest").
PT C membukukan penerimaan harta dari PT A dan PT B tersebut sebesar
Rp500.000.000,00 (43/PMK.03/2008)
PMK Nomor 43/PMK.03/2008

➢ Wajib Pajak yang melakukan merger dapat menggunakan nilai


buku.
➢ Merger sebagaimana tsb di atas meliputi penggabungan usaha
atau peleburan usaha.
➢ Penggabungan usaha sebagaimana tsb di atas adalah
penggabungan dari dua atau lebih Wajib Pajak Badan yang
modalnya terbagi atas saham dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha yang tidak
mempunyai sisa kerugian atau mempunyai sisa kerugian yang
lebih kecil.
➢ Peleburan usaha sebagaimana tsb di atas adalah penggabungan
dari dua atau lebih Wajib Pajak Badan yang modalnya terbagi
atas saham dengan cara mendirikan badan usaha baru.
PMK Nomor 43/PMK.03/2008

➢ Wajib Pajak yang melakukan pemekaran usaha yang dapat


menggunakan nilai buku adalah:
a. Wajib Pajak yang belum Go Public yang akan melakukan
penawaran umum perdana (Initial Public Offering); atau
b. Wajib Pajak yang telah Go Public sepanjang seluruh badan
usaha hasil pemekaran melakukan penawaran umum perdana
(Initial Public Offering).
➢ Pemekaran usaha sebagaimana tsb di atas adalah pemisahan
satu Wajib Pajak Badan yang modalnya terbagi atas saham
menjadi dua Wajib Pajak Badan atau lebih dengan cara
mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian harta
dan kewajiban kepada badan usaha baru tersebut yang
dilakukan tanpa melakukan likuidasi badan usaha yang lama.
PMK Nomor 43/PMK.03/2008

➢ Persyaratan untuk bisa menggunakan nilai buku adalah:


a. mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan melampirkan alasan dan tujuan melakukan merger
dan pemekaran usaha;
b. melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang
terkait; dan
c. memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test).
Kompensasi kerugian WP yg di lebur tdk dpt digabungkan

WP yang menerima pengalihan harta :


• mencatat nilai perolehan harta dengan nilai sisa buku
• Penyusutan berdasarkan masa manfaat yang tersisa.
• angsuran PPh ps 25 tidak boleh lebih kecil.
• Kredit dan potput PPh, dapat dipindahbukukan
• min 1 tahun setelah persetujuan menggunakan NSB, harus
telah mengajukan pernyataan pendaftaran ke BAPEPAM-LK
pernyataan pendaftaran tsb telah menjadi efektif.
• Jangka waktu dapat diperpanjang karena force mayeur dg
persetujuan DJP.
• tidak memenuhi ketentuan dihitung kembali berdasarkan
nilai pasar.
BANTUAN, SUMBANGAN, HIBAH & WARISAN

Apabila terjadi pengalihan harta :


a. yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf a dan huruf b, maka dasar penilaian bagi yang
menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari pihak
yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak;
b. yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (3) huruf a, maka dasar penilaian bagi yang menerima
pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.
Ps. 10 (4) UU PPh

Apabila Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan sehingga


nilai sisa buku tidak diketahui, maka nilai perolehan atas harta
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
HARTA SEBAGAI SETORAN MODAL
Apabila terjadi pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (3) huruf c, maka dasar penilaian harta bagi badan yang
menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.
Ps. 10 (5) UU PPh
Contoh

Wajib Pajak PT X menyerahkan 20 unit mesin bubut yang nilai


bukunya adalah Rp 25.000.000,00 kepada PT Y sebagai pengganti
penyertaan sahamnya dengan nilai nominal Rp 20.000.000,00.
Harga pasar mesin-mesin bubut adalah Rp40.000.000,00.

WP X PT Y : Harga perolehan
HSB Mesin 25.000.000 mesin Rp. 40.000.000
HPsr 40.000.000
Keuntungan 15.000.000

Anda mungkin juga menyukai