Anda di halaman 1dari 76

AKUNTANSI

PERPAJAKAN

Nana Maulana Rahmat


DEFINISI AKUNTANSI PERPAJAKAN

Niswonger dan Fees (Accounting Principles,


2007):
Akuntansi perpajakan dirumuskan sebagai
bagian dari akuntansi yang menekankan
kepada penyusunan surat pemberitahuan
pajak (tax return) dan pertimbangan
konsekuensi perpajakan terhadap transaksi
atau kegiatan perusahaan dalam rangka
pemenuhan kewajiban perpajakan (tax
compliance).
2
TUJUAN AKUNTANSI PAJAK

1. Dasar menghitung Penghasilan Kena Pajak


2. Menghitung Harga Perolehan
3. Menghitung Penyerahan Barang Kena Pajak
4. Menghitung besarnya pajak terutang
5. Dasar pertahanan Wajib Pajak apabila
dilakukan pemeriksaan atau penyidikan pajak

4
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Setiap perusahaan membutuhkan sistem


pencatatan yang mencatat dan merekam semua
aktivitas perusahaan secara rapi dan teratur.

Secara umum, sistem pencatatan aktivitas suatu


usaha dinamakan akuntansi, yaitu suatu sistem
informasi yang menghasilkan laporan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
5
Laporan Laba Rugi
Laporan ini menggambarkan hasil usaha perusahaan
dalam satu periode tertentu, misalnya periode satu
bulan atau satu tahun

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan ini menunjukkan perubahan posisi ekuitas
perusahaan akibat dari kegiatan usaha perusahaan
dalam satu periode.
Neraca
Laporan yang menunjukkan posisi keuangan
meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas
perusahaan pada suatu tanggal tertentu.
Selain pos aktiva dan kewajiban yang
berubah, juga pos ekuitas yang diambil
angkanya dari Laporan perubahan ekuitas.
Neraca harus menunjukkan jumlah sebelah
debit dan sebelah kredit harus seimbang
(balance). Jika ditemukan tidak seimbang, ini
berarti ada kekeliruan yang harus dicari dan
diperbaiki.
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pasal 1 angka 29 UU KUP

Proses Pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan


DATA dan INFORMASI KEUANGAN

MELIPUTI
 Harta
 Kewajiban
 Modal
 Penghasilan dan Biaya
 Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa

Yang ditutup dengan menyusun LAPORAN KEUANGAN


(NERACA & LABA RUGI)
Untuk periode Tahun Pajak tersebut
PENGERTIAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (9) UU KUP

PENGUMPULAN DATA SECARA TERATUR


tentang
 Peredaran atau penerimaan bruto
dan atau;
 Penghasilan bruto

SEBAGAI DASAR UNTUK


MENGHITUNG JUMLAH PAJAK TERUTANG,
(termasuk Penghasilan yg bukan objek pajak
dan atau yg dikenakan pajak yg
bersifat final)
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YG


MELAKUKAN KEGIATAN USAHA
WAJIB PAJAK
ATAU PEKERJAAN BEBAS,
BADAN
PEREDARAN BRUTO DALAM SATU
TAHUN >= 4,8 MILIAR

DI INDONESIA

WAJIB
MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

KEWAJIBAN PEMBUKAN

Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem


yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PEMBUKUAN
TETAPI WAJIB PENCATATAN UNTUK TAHUN 2009 - DST
Pasal 28 ayat (2) UU KUP

TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI


WAJIB MELAKUKAN PENCATATAN

WP ORANG PRIBADI
YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA/
WP ORANG PRIBADI
PEKERJAAN BEBAS YANG TIDAK MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA
ATAU
YANG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG PEKERJAAN BEBAS
PENGHASILAN NETO DGN
MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO  PEREDARAN
BRUTONYA DALAM 1 (SATU) TAHUN
KURANG DARI Rp 4.800.000.000,00 (Ps.
14 ayat (2) UU PPh No.36 Th 2008)
SYARAT PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (3), (4), (5), (7) UU KUP

 Harus memperhatikan itikad baik;


 Mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya;
 Diselenggarakan di Indonesia;
 Huruf latin;
 Angka Arab;
 Satuan mata uang Rupiah;
 Bahasa Indonesia atau Bahasa Asing yang diizinkan Menteri
Keuangan yaitu bahasa Inggris;
 Diselenggarakan dgn prinsip taat asas dan dgn stelsel akrual
atau stelsel kas;
 Sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai
harta,kewajiban, modal, penghasilan & biaya, serta penjualan
& pembelian (sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang).
PRINSIP AKUNTANSI PAJAK
- Going Concern Konsep kesinambungan yaitu entitas bisnis akan berlanjut operasinya
selama mungkin contoh: Pembebanan Harta melalui Penyusutan
- Substansi Mengalahkan bentuk  Lebih memperhatikan substansi dari transaksi yang
terjadi dibandingkan nama akunnya
- Tidak Bersifat Netral Pembukuan dalam pajak bertujuan untuk kepentingan perpajakan
yaitu agar fiskus maupun Wajib Pajak dapat menghitung besarnya pajak yang terutang baik
PPh,PPN dan pajak-pajak lainnya
- Prinsip Taat Azas  prinsip/metode pembukuan yang sama digunakan sesuai dengan
metode pembukuan tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegah penggeseran laba atau rugi
- Stelsel Akrual dan Cashakuntansi pajak mengakui accrual basis dan cash basis
(campuran)
- Historical Costsetiap transaksi dicatat sesuai dengan nilai historisnya
- Azas Realisasi dibanding Konservatifcenderung menggunakan prinsip realisasi (contoh
cadangan piutang tdk boleh digunakan) walaupun terdapat juga pengakuan prinsip
konservatif (contoh rugi kurs)
- Materialitas Tidak Dikenalpengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun dikapitalisasi dan dibebankan melalui penyusutan/amortisasi tanpa melihat
materialitasnya
- Kesatuan Usahabahwa sebuah perusahaan yang harus dipandang sebagai suatu
kesatuan usaha yang terpisah dari pemiliknya sehingga setiap badan usaha diwakili dengan
satu identitas NPWP yg dipisahkan dari pemiliknya
- Periode Akuntansi PajakPeriode tahun pajak adalah 12 bulan (dapat sesuai tahun
takwim atau periode 12 bulan lainnya yg tidak sama dengan tahun takwim)
- Konsep utama dalam penentuan penghasilan dan biaya menurut ketentuan fiskal
POKOK LAPORAN KEUANGAN FISKAL

- PENGUKURAN (MEASUREMENT)  pengukuran menggunakan mata uang rupiah, atau


mata uang asing (untuk perusahaan tertentu)

- PENILAIAN  menitikberatkan pada harga perolehan atau harga penjualan harta, yaitu
harga yang sesungguhnya dikeluarkan

- PENGAKUAN Pengakuan timbulnya pendapatan dan biaya mengikuti azas akrual atau
azas kas yang diterapkan secara taat azas

- PERKIRAAN (AKUN)  Penggolongan transaksi dalam akun lain2 menimbulkan masalah,


Bukti pendukung eksternal lebih dipercaya

- PENGUNGKAPAN  biasanya tercermin dalam SPT bisa berupa nama Akuntan Publik &
Konsultan Pajak, pihak yg. Mempunyai hubungan istimewa, daftar aktiva dan penyusutan,
pemegang saham dan komisaris, tenaga ahli dan biaya entertainment dan lain2
KARAKTERISTIK AKUNTANSI PAJAK

- WAJAR, LENGKAP DAN DAPAT DIUJI SEHINGGA DAPAT MEYAKINKAN FISKUS

- JUJUR DAN MENGUNGKAPKAN KEADAAN YANG SEBENARNYA

- DAPAT DIBANDINGKAN DENGAN PERIODE SEBELUMNYA

- TEPAT WAKTU
AKUNTANSI AKUNTANSI
KOMERSIAL PAJAK

Rekonsiliasi
PSAK Fiskal UU Pajak

L/R, Neraca, Arus


Laporan
Kas, Perubahan
Keuangan
Ekuitas, Catatan Atas
Fiskal
Laporan Keuangan
SIKLUS AKUNTANSI & FISKAL

Dokumen Jurnal
Buku Besar Neraca saldo
Sumber transaksi

Laporan
Rekonsiliasi SPT Tahunan
Keuangan
Fiskal PPh Badan
(Laba Rugi)

Koreksi Fiskal

Perbedaan temporer Perbedaan permanen


PSAK 46
(koreksi positif/negatif) (koreksi positif/negatif)
Sifat (Perlakuan) Pajak dalam
Akuntansi
- Bersifat sebagai Utang Pajak  bagi Wajib Pajak yang bertindak
sebagai Pemotong Pajak contoh: PPh 21, 22, 23, 26, dan PPh
Final

- Bersifat sebagai Piutang Pajak (Kredit Pajak)  Bagi Wajib Pajak


yg. Dipotong/Dipungut ataupun Pajak yg.disetor
sendirimerupakan pembayaran pajak dimuka contoh: PPh 22,
23, 24, 25 dan PPN

- Bersifat sebagai Pelunasan Pajak dalam tahun berjalanartinya


pajak yang dipotong/disetor tidak dapat lagi dikreditkan contoh
PPh Final, PBB, BPHTB, Pajak Daerah
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 21/26
Ilustrasi Kasus:
Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan memperoleh gaji sebulan
Rp3.750.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Retto menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi hanya dari gaji. Penghitungan
PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 3.750.000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp 3.750.000 Rp 187.500
2. Iuran pensiun Rp 100.000
Rp 287.500
Penghasilan neto sebulan Rp 3.462.500
Penghasilan neto setahun adalah 12 x Rp 3.462.500 Rp 41.550.000
PTKP setahun
- untuk WP sendiri Rp 36.000.000
- tambahan WP kawin Rp 3.000.000
Rp 39.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 2.550.000
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 2.550.000 = Rp 127.500
PPh Pasal 21 Januari Rp 127.500 : 12 = Rp 10.625

Jurnal Akuntansi:
1. Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji Januari:
Biaya Gaji 3.750.000
Utang Iuran Pensiun 100.000
Utang PPh Pasal 21 10.625
Kas / Bank 3.639.375
2. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan pembayaran pensiun via bank:
Utang PPh Pasal 21 10.625
Utang Iuran Pensiun 100.000
Kas /Bank 110.625
Ilustrasi Kasus:
Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan
Rp6.000.000. PT Candra Kirana mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan
Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50%
dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3,70% dari gaji sedangkan Bambang Eko membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji
setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT
Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko kepada dana pensiun, yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000,00, sedangkan Bambang Eko
membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00
Perhitungan PPh Pasal 21/bulan:
Gaji = Rp 6.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (0,5% dari gaji) = Rp 30.000
Premi Jaminan Kematian (0,3% dari gaji) = Rp 18.000
Penghasilan Bruto sebulan Rp 6.048.000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 6.048.000 = Rp 302.400
2. Iuran pensiun = Rp 100.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua (2%) = Rp 120.000 Rp 522.400
Penghasilan Netto Sebulan Rp 5.525.600
Penghasilan Netto Setahun (5.525.600 x 12 bulan) Rp 66.307.200 PTKP
- untuk WP sendiri 36.000.000
- tambahan status kawin 3.000.000
Rp 39.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 27.307.200
Pembulatan Rp 27.307.000
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 27.307.000 = Rp 1.365.350
PPh 21 sebulan (1.365.350 : 12 ) = Rp 113.780

Bagaimana jurnal akuntansi atas PPh Pasal 21 di atas?


Pembahasan:
Jurnal Akuntansi:
1. Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji setiap bulan:
Biaya Gaji 6.000.000
Biaya Tunjangan Asuransi- JKK 30.000
Biaya Tunjangan Asuransi- Jaminan Kematian 18.000
Biaya JHT (3,7% yg.dibayar perusahaan) 222.000
Biaya Pensiun 100.000
Utang Asuransi- JKK 30.000
Utang Asuransi- Jaminan Kematian 18.000
Utang Iuran Pensiun (perush + karyawan) 200.000
Utang Iuran JHT (yg.dibayar perush + karyawan) 342.000
Utang PPh Pasal 21 113.780 Kas/Bank
5.666.220

2. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan pembayaran pensiun via
bank:
Utang PPh Pasal 21 113.780
Utang Asuransi- JKK 30.000
Utang Asuransi- Jaminan Kematian 18.000
Utang Pensiun 200.000
Utang Iuran JHT 342.000
Kas/Bank 703.780
PPh 21 Ditanggung Pemberi Kerja
Menanggung pajak biasanya dilakukan pemberi kerja dengan cara membayarkan
langsung PPh Pasal 21 Terutang. Disini umumnya uang untuk membayar PPh
Pasal 21 tidak diberikan kepada masing-masing karyawan, akan tetapi
langsung disetorkan kepada bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro. Jadi
jumlah PPh Pasal 21 yang ditanggung tadi tidak ditambahkan ke dalam
penghasilan karyawan.
Secara fiskal, kata menanggung pajak – atau kadang disebut dalam klausul
perjanjian kerja dengan pajak ditanggung pemberi kerja (net of tax) – berarti
bahwa tanggungan pajak tersebut bukan merupakan Objek Pajak
Penghasilan (PPh). Hal ini dikarenakan tanggungan pajak tadi tidak
ditambahkan ke dalam penghasilan karyawan dan digolongkan sebagai
kenikmatan (benefit in kind) sesuai dengan ketentuan dalam pasal 4 ayat (3)
huruf d UU PPh. Sinkronisasi dari ketentuan tersebtu dalam Pasal 9 ayat(1)
huruf e UU PPh dinyatakan bahwa imbalan atau penggantian sehubungan
dengan jasa atau pekerjaan yang diberikan dalam bentuk
natura/kenikmatan merupakan non deductible expenses. Artinya, secara
fiskal pembayaran PPh Pasal 21 DITANGGUNG PEMBERI KERJA
merupakan non deductible expenses atau tidak dapat dijadikan biaya
pengurang penghasilan bruto.
PPh 21 Ditanggung Pemberi Kerja
Contoh 1:
Kesono, berstatus K/1, bekerja di PT ABC dengan mendapat gaji pokok sebesar Rp
1.500.000,- dan tunjangan transport serta tunjangan makan masing-masing sebesar Rp
500.000,-. Besarnya penghasilan yang diterima Kesono lebih dari Rp 2.000.000,-.
 
Pph Pasal 21 atas gaji dan tunjangan tersebut sebesar Rp 94.750,-. PT ABC mempunyai
kebijakan untuk menanggung jumlah PPh Pasal 21 masing-masing karyawannya yang
masih dibawah Rp 100.000,-. Dengan demikian, dalam slip gaji Kesono setiap bulan akan
tercantum sebagai berikut :
 
Gaji Pokok …………………….. Rp 1.500.000,-
Tunjangan Transport …………… Rp 500.000,-
Tunjangan makan ………………. Rp 500.000,-
Jumlah Bruto …………………… Rp 2.500.000,-
Potongan :
PPh Pasal 21 ……………….. Rp 0,-
Jumlah Potongan ……………....... Rp 0,-
Jumlah Take home pay ………….. R p 2.500.000,-
Jurnal PPh 21 Ditanggung Pemberi Kerja

2.450.000
150.000
Tunjangan PPh 21
Jurnal Tunjangan PPh 21 (Non Gross Up)
Jurnal Tunjangan PPh 21 (Gross Up)
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 22
• Ilustrasi Kasus:
PT Angin Ribut adalah produsen obat kesehatan dan menjual obat kepada PT
Timbul Tenggelam (ber-NPWP), distributor obat, senilai Rp 400.000.000 secara
tunai. Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan sebesar 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak
(DPP) PPN.
• Jurnal oleh PT Angin Ribut selaku Pemungut PPh 22:
– Saat terjadi transaksi:
Kas dan Bank Rp 401.200.000
Utang PPh pasal 22 1.200.000
Penjualan 400.000.000
– Saat penyetoran PPh Pasal 22:
Utang PPh pasal 22 Rp 1.200.000
Kas dan Bank 1.200.000
• Jurnal oleh PT Timbul Tenggelam selaku Pihak yang Dipungut:
– Saat terjadi transaksi:
Pembelian Rp 400.000.000
Uang Muka PPh pasal 22 1.200.000
Kas dan Bank 401.200.000
– Saat pengkreditan PPh Pasal 22 di PPh Badan terutang akhir tahun:
Utang PPh Pasal 17 Badan Rp 1.200.000
Uang Muka PPh pasal 22 1.200.000
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 22
• SPBU Pertamina 3478910 dalam tahun 2016 melakukan Pembelian ke PERTAMINA
(BBM) senilai Rp 1.000.000.000

Pertanyaan:
1. Berapa PPh 22 yg harus dibayar SPBU Pertamina?
2. Jurnal saat pembelian dan saat pembayaran PPh Pasal 22?

Jawab:
PPh 22 yg.harus dibayar SPBU = 0,25% x 1.000.000.000 = 2.500.000
Harus dibayar saat penebusan D.O. Ke PERTAMINA

Jurnal:
Pembelian 1.000.000.000
Biaya PPh 22 2.500.000
Kas 1.250.000.000

Catatan: Karena bersifat Final , maka PPh Badan Terutang pada SPT Tahunan SPBU
Pertamina statusnya akan NIHIL
CASE STUDY - PPh PASAL 22
PT EUREKA pada tahun 2009 melakukan transaksi
sebagai berikut:
• Mengimpor 300 set computer dengan
menggunakan Angka Pengenal Impor dengan
harga CIF @ US$ 1.000, Bea Masuk 10% dan
Bea Masuk Tambahan 5%. Kurs pada saat
transaksi kurs KMK 1 US$ = 9.750,-
• Melakukan penyerahan 20 set computer @
Rp22.000.000,- (included PPN) kepada
Dispenda DKI Jakarta.
Buatlah ayat jurnal yang sesuai dengan transaksi
tersebut!
Pembahasan:
Nilai barang diimpor (CIF) = US$ 300,000x9.750 = Rp 2.925.000.000
Bea Masuk (10% dari CIF) = Rp 292.500.000
Bea Masuk Tambahan (5% dari CIF) = Rp 146.250.000
Nilai Impor Rp 3.363.750.000
PPh 22 Impor = 2,5% x Rp 3.363.750.000 = Rp 84.093.750
PPN Impor = 10% x Rp 3.363.750.000 = Rp 336.375.000 +
Kas Rp 3.784.218.750

Jurnal Akuntansi:
Persediaan Barang/Pembelian/Komputer 3.363.750.000
PPN Masukan 336.375.000
Uang Muka PPh 22 Impor 84.093.750
Kas/Bank 3.784.218.750
Pembahasan:
DPP PPh Ps.22 (100/110)x 22.000.000 = Rp 20.000.000
Rp 20.000.000 x 20 set = Rp 400.000.000
PPh 22 = 1,5% x Rp 400.000.000 = Rp 6.000.000
Jurnal:
1. Pencatatan saat penjualan
Piutang Usaha 400.000.000
Penjualan 400.000.000

2. Pencatatan saat melakukan tagihan


PPN Keluaran 40.000.000
PPN Keluaran 40.000.000

3. Saat Diterima Pelunasan Tagihan


Kas/Bank 394.000.000
Uang Muka PPh 22 6.000.000
Piutang Usaha 400.000.000
Ilustrasi Kasus PPh Pasal 23
• PT Naroda meminjam dana sebesar Rp 1 miliar kepada PT ABC (bukan bank),
dengan tingkat bunga 10% per tahun dengan pembayaran tiap tengah tahun
(semi annual).
• Atas pembayaran bunga pinjaman sebesar Rp 50 juta tiap semester, maka
jurnal yang terkait:
• Bagi PT Naroda (pihak yang membayar):
– Saat pembayaran bunga:
Biaya bunga 50.000.000
Utang PPh Pasal 23 7.500.000
Kas/Bank 42.500.000
– Saat menyetor PPh Pasal 23 ke kas negara:
Utang PPh Pasal 23 7.500.000
Kas/bank 7.500.000
• Bagi PT ABC (pihak yang menerima penghasilan bunga):
– Saat pembayaran bunga:
Kas/bank 42.500.000
Uang Muka PPh Pasal 23 7.500.000
Penghasilan bunga pinjaman 50.000.000
– Saat mengkreditkan PPh Pasal 23 ke PPh Badan terutang akhir tahun:
• Utang PPh Pasal 17 Badan 7.500.000
Uang Muka PPh Pasal 23 7.500.000
Tambahan-PPh PASAL 23
Atas sewa harta selain tanah/bangunan terutang PPh 23 tarif 2%
Tambahan-PPh PASAL 23
Atas pembayaran jasa terutang PPh 23 tarif 2%
PPh PASAL 23 (lanjutan sebelumnya)

Jurnal bagi KAP WADIYO (pihak penerima penghasilan):


Kas 10.800.000
Uang Muka PPh 23 200.000
Pendapatan Jasa Akuntan Publik 10.000.000
PPN Keluaran 1.000.000
Case Study - PPh Pasal 23
Transaksi lain yang dilakukan oleh PT EUREKA pada tahun 2009 adalah
sebagai berikut:
• Membayar bunga pinjaman kepada Citibank Cabang Jakarta sebesar
Rp 50.000.000,-;
• Menerima dividen dari PT AULIA sebesar Rp27.000.000,-. PT
EUREKA memiliki 10.000 lembar saham dari 100.000 lembar saham
yang beredar;
• Membayar biaya service kendaraan sebesar Rp1.600.000,- kepada
PT Garda Otto dengan perincian penggantian suku cadang
Rp1.000.000,- dan jasa service Rp600.000,-;
 
Buatlah ayat jurnal yang sesuai untuk transaksi tersebut!
PEMBAHASAN - PPh Pasal 23
• Tidak dipotong PPh 23 (lihat Pasal 23 ayat 4 UU PPh)
• Kepemilikan saham oleh PT.EUREKA  yaitu 10%, sehingga dividen
tersebut dipotong PPh 23.
Jurnal: Kas/Bank 22.950.000
Uang Muka PPh 23 4.050.000
Penghasilan Dividen 27.000.000

Service Kendaraan (suku cadang 1 juta, jasa service 600 ribu)


Jurnal : Biaya suku cadang 1.000.000
Biaya jasa service 600.000
Utang PPh 23 12.000
Kas/Bank 1.588.000
Ilustrasi Kasus PPh Pasal 26
Untuk penggunaan nama PT Manteb United, perusahaan harus membayar
royalti kepada Manchester United Corp. di Inggris, sebesar 1% dari
penjualan. Penjualan bulan Juli 2014 adalah Rp 7,000,000,000.

Tarif PPh 26 20% asumsi tidak mempunyai Surat Keterangan Domisili.


Royalti = 1% x Rp 7,000,000,000 = 70,000,000
PPh Pasal 26 atas Royalti = 20% x Rp 70,000,000 = 14,000,000

JURNAL:
Biaya Royalty 70.000.000
Utang PPh 26 14.000.000
Kas 56.000.000
Ilustrasi Kasus-PPh PASAL 4(2)
PT Aman membayar sewa bangunan sebesar Rp
50.000.000 kepada PT XYZ. Atas sewa bangunan
dikenakan PPh final 10%.
Jurnal yang terkait dengan transaksi di atas:
1)Pihak yang membayar sewa:
Beban sewa bangunan Rp 50.000.000
Utang PPh Final 5.000.000
Kas dan Bank 45.000.000
2) Pihak yang menerima penghasilan:
Kas dan Bank Rp 45.000.000
Beban PPh Final 5.000.000  not creditable
Penghasilan Sewa Bangunan Rp 50.000.000
Kasus-PPh PASAL 4(2)
Bunga Deposito terutang PPh 4(2) tarif 20%
Kasus-PPh PASAL 4(2)
Sewa tanah/bangunan terutang PPh 4(2) tarif 10%
AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
1) Pencatatan akuntansi yang harus diperhatikan adalah:
 Akun PPN Masukan (Value Added Tax – In/VAT-in)
Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang dibayar atau
dipungut atas terjadinya transaksi pembelian BKP dan JKP.
 Akun PPN Keluaran (Value Added Tax – Out/VAT-in)
Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang wajib
dipungut atas penyerahan BKP dan JKP kepada pihak lain.
Contoh:
Jurnal Penjualan
Kas/Piutang Dagang xxx
Penjualan xxx
PPN Keluaran xxx
Jurnal Pembelian
Pembelian xxx
PPN Masukan xxx
Kas/Utang Dagang xxx
Akuntansi PPN
• PT ABC, telah PKP, melakukan penjualan barang secara tunai, diskon 10%,
kepada PT XYZ dengan harga jual sebesar Rp 100 juta.
– Harga jual Rp 100.000.000
– Potongan tunai Rp 10.000.000
– Jumlah Pembayaran Rp 90.000.000
– PPN (10%) Rp 9.000.000
• Potongan harga yang tercantum dalam Faktur Pajak Standar dapat
mengurangi dasar pengenaan PPN. Ayat jurnal terkait:
• Bagi PT ABC selaku penjual:
Kas Rp 99.000.000
Potongan Penjualan 10.000.000
Penjualan 100.000.000
PPN Keluaran 9.000.000
• Bagi PT XYZ selaku pembeli:
Pembelian Rp 100.000.000
PPN Masukan 9.000.000
Potongan Pembelian 10.000.000
Kas Rp 99.000.000
Akuntansi PPN
• Masih melanjutkan kasus sebelumnya, jika PT ABC juga melakukan
pembelian barang secara tunai kepada PT FGH dengan harga jual sebesar
Rp 88 juta termasuk PPN, maka jurnal terkait:
• Bagi PT ABC selaku pembeli:
Pembelian Rp 80.000.000
PPN Masukan 8.000.000
Kas Rp 88.000.000
• Jika pajak keluaran dan pajak masukan PT ABC dilaporkan
pada SPT Masa PPN yang sama, maka pencatatan akuntansi
untuk menunjukkan selisih kurang atau lebih bayar PPN
sebagai berikut:
PPN Keluaran Rp 9.000.000
PPN Masukan Rp 8.000.000
Utang PPN Rp 1.000.000
• Selanjutnya, penyetoran PPN terutang ke kas negara:
Utang PPN Rp 1.000.000
Kas dan Bank Rp 1.000.000
Akuntansi PPN
• Contoh bila PPN Lebih Bayar, berikut adalah rekap PPN
Keluaran dan PPN Masukan selama sebulan
PPN Keluaran selama sebulan 8.000.000
PPN Masukan selama sebulan 9.000.000
PPN LB (1.000.000)

Jurnal PPN LB bila direstitusi:


PPN Keluaran Rp 8.000.000
Piutang Restitusi PPN Rp 1.000.000
PPN Masukan Rp 9.000.000

Jurnal PPN LB bila dikompensasi:


PPN Keluaran Rp 8.000.000
PPN Masukan Rp 8.000.000
Akuntansi PPN Retur Penjualan
Akuntansi PPN Retur Penjualan dan Diskon
Akuntansi PPN Pemakaian Sendiri
Akuntansi PPN Pemberian Cuma-cuma
Akuntansi Pembelian Tunai dari Non PKP
Akuntansi Pembelian Tunai dan Retur
Akuntansi Pembelian Tunai, Retur dan Diskon
Akuntansi Pembelian Kredit dan Retur
Akuntansi Pelunasan Pembelian Kredit
AKUNTANSI PAJAK: PERLAKUAN BPHTB ATAS
PEROLEHAN TANAH & BANGUNAN
(Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-01/PJ.42/2002 )
• BPHTB untuk pembelian tanah yang digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dicatat
sebagai aktiva tidak berwujud dan dapat dikurangkan sebagai
biaya dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak melalui
amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas tanah tersebut
dapat diamortisasi sesuai ketentuan Pasal 11A Undang-undang
Pajak Penghasilan;
• BPHTB atas pembelian bangunan yang dimiliki dan
dipergunakan dalam perusahaan, atau dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dicatat
dan dikapitalisasi ke nilai bangunan serta dapat dikurangkan
sebagai biaya dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak
melalui penyusutan bangunan tersebut sesuai ketentuan Pasal
11 Undang-undang Pajak Penghasilan.
PERLAKUAN BPHTB ATAS PEROLEHAN TANAH & BANGUNAN
(Penjelasan Pasal 11 ayat 1 dan 2 UU PPh)

• Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik, termasuk tanah


berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali tidak
boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan atau
dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang
karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan
untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata.

• Yang dimaksud dengan “pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan,
hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali” adalah biaya perolehan tanah
berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai dari pihak ketiga dan
pengurusan hak-hak tersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya,
sedangkan biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai
diamortisasikan selama jangka waktu hak-hak tersebut
Case Study - Akuntansi Pajak untuk PBB dan BPHTB
Pada akhir tahun 2009 PT EUREKA juga melakukan
transaksi sebagai berikut:
• Membayar Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2009
untuk gedung pabrik sebesar Rp15.000.000,- dan
gedung kantor sebesar Rp10.000.000,- serta sanksi
keterlambatan pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan sebesar Rp250.000,-;
• Membayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan atas pembelian gedung pabrik yang baru
sebesar Rp 20.000.000,-. Sedangkan harga gedung itu
sendiri Rp 4.000.000.000
Buatlah ayat jurnal yang sesuai dengan transaksi
tersebut!
PEMBAHASAN – PBB & BPHTB
Jurnal Pembayaran PBB:
Biaya PBB pabrik dan kantor Rp. 25.000.000
Biaya Sanksi PBB Rp. 250.000=>non deductible
Kas Rp. 25.250.000

Jurnal Pembayaran BPHTB:


Saat Pembelian:
Gedung (termasuk BPHTB) Rp 4.020.000.000
Kas Rp 4.020.000.000
Pembebanannya: Masa manfaat 20 tahun
Biaya Penyusutan Gedung Rp. 201.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp. 201.000.000
BPHTB
PAJAK DAERAH
JURNAL GABUNGAN
Dijual tunai mesin April 2011 seharga Rp. 25.000.000,-, mesin
tersebut dibeli bulan Januari  2010 seharga Rp. 30.000.000,- dan
PPN Masukan dapat dikreditkan. Akumulasi Penyusutan s.d. Maret
2011 7.500.000 sehingga nilai bukunya Rp. 22.500.000,-

Perolehan Mesin 30.000.000


Akum.Penyusutan 7.500.000
Nilai Buku 22.500.000
Dijual 25.000.000
Keuntungan 2.500.000

Jurnal
Kas                                             Rp. 27.500.000,-
Akumulasi Penyusutan Mesin         Rp.   7.500.000,-
                   Mesin                                    Rp. 30.000.000,-
                   PPN Keluaran                      Rp.   2.500.000,-
                   Keuntungan pengalihan harta  Rp.   2.500.000,-
JURNAL GABUNGAN
Dijual tunai sedan April 2011 seharga Rp. 35.000.000,-, sedan tersebut dibeli bulan
Januari  2010 seharga Rp. 30.000.000,- dan PPN Masukan tidak dapat dikreditkan.
Akumulasi Penyusutan s.d. Maret 2011 7.500.000 sehingga nilai bukunya Rp.
25.500.000,-

Harga Perolehan Sedan 30.000.000


PPN Masukan Tidak dapat dikreditkan 3.000.000
Nilai Perolehan Sedan 33.000.000
Akum.Penyusutan 7.500.000
Nilai Buku 25.500.000
Dijual 35.000.000
Keuntungan 9.500.000
Sesuai Pasal 16D UU PPN, PPN dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan kecuali atas penyerahan aktiva yang
Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8)
huruf b dan huruf c.
Jurnal
Kas                                             Rp. 35.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Sedan         Rp.   7.500.000,-
                   Kendaraan sedan                                    Rp. 33.000.000,-
                   Keuntungan pengalihan harta  Rp.   9.500.000,-
JURNAL GABUNGAN
PT.PAL membayar jasa pemasaran kepada Fortrans Corporation yang berkedudukan di
LAOS sebesar Rp25.000.000,-(tidak termasuk PPN) dan asumsi tidak ada P3B
Jasa Pemasaran 25.000.000
Potong PPh 26 (20%) 5.000.000
Uang ditransfer ke Luar Negeri 20.000.000
PPN Jasa Luar Negeri 2.500.000
Pada umumnya PPN Jasa Luar Negeri dibayar oleh pengguna jasa dalam hal ini PT.PAL
dan PPN-nya dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan

Biaya Jasa Pemasaran 25.000.000,-


PPN Masukan 2.500.000,-
Kas 20.000.000,-
Utang PPh Pasal 26 5.000.000,-
Utang PPN Jasa Luar Negeri 2.500.000,-

Pencatatan atas penyetoran PPh Psl 26 dan PPN:


Utang PPh Pasal 26 5.000.000,-
Utang PPN Jasa Luar Negeri 2.500.000,-
Kas 7.500.000,-
JURNAL GABUNGAN
Contoh soal:
PT. ABC untuk Masa Oktober 2013 belum setor PPh 25 sebesar Rp 1.000.000, kemudian
pada bulan Desember oleh kantor pajak diterbitkan STP PPh Pasal 25 berikut:
Pokok PPh 25 1.000.000
Sanksi 200.000
Total STP 1.200.000
Atas STP tersebut kemudian dibayar lunas
Jurnal
Uang Muka PPh 25 1.000.000dapt dikreditkan di SPT Tahunan
Biaya Sanksi Administrasi 200.000nanti akan dikoreksi positif
Kas 1.200.000

Anda mungkin juga menyukai