PERPAJAKAN
4
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
MELIPUTI
Harta
Kewajiban
Modal
Penghasilan dan Biaya
Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa
DI INDONESIA
WAJIB
MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008
KEWAJIBAN PEMBUKAN
WP ORANG PRIBADI
YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA/
WP ORANG PRIBADI
PEKERJAAN BEBAS YANG TIDAK MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA
ATAU
YANG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG PEKERJAAN BEBAS
PENGHASILAN NETO DGN
MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO PEREDARAN
BRUTONYA DALAM 1 (SATU) TAHUN
KURANG DARI Rp 4.800.000.000,00 (Ps.
14 ayat (2) UU PPh No.36 Th 2008)
SYARAT PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (3), (4), (5), (7) UU KUP
- PENILAIAN menitikberatkan pada harga perolehan atau harga penjualan harta, yaitu
harga yang sesungguhnya dikeluarkan
- PENGAKUAN Pengakuan timbulnya pendapatan dan biaya mengikuti azas akrual atau
azas kas yang diterapkan secara taat azas
- PENGUNGKAPAN biasanya tercermin dalam SPT bisa berupa nama Akuntan Publik &
Konsultan Pajak, pihak yg. Mempunyai hubungan istimewa, daftar aktiva dan penyusutan,
pemegang saham dan komisaris, tenaga ahli dan biaya entertainment dan lain2
KARAKTERISTIK AKUNTANSI PAJAK
- TEPAT WAKTU
AKUNTANSI AKUNTANSI
KOMERSIAL PAJAK
Rekonsiliasi
PSAK Fiskal UU Pajak
Dokumen Jurnal
Buku Besar Neraca saldo
Sumber transaksi
Laporan
Rekonsiliasi SPT Tahunan
Keuangan
Fiskal PPh Badan
(Laba Rugi)
Koreksi Fiskal
Jurnal Akuntansi:
1. Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji Januari:
Biaya Gaji 3.750.000
Utang Iuran Pensiun 100.000
Utang PPh Pasal 21 10.625
Kas / Bank 3.639.375
2. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan pembayaran pensiun via bank:
Utang PPh Pasal 21 10.625
Utang Iuran Pensiun 100.000
Kas /Bank 110.625
Ilustrasi Kasus:
Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan
Rp6.000.000. PT Candra Kirana mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan
Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50%
dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3,70% dari gaji sedangkan Bambang Eko membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji
setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT
Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko kepada dana pensiun, yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000,00, sedangkan Bambang Eko
membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00
Perhitungan PPh Pasal 21/bulan:
Gaji = Rp 6.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (0,5% dari gaji) = Rp 30.000
Premi Jaminan Kematian (0,3% dari gaji) = Rp 18.000
Penghasilan Bruto sebulan Rp 6.048.000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 6.048.000 = Rp 302.400
2. Iuran pensiun = Rp 100.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua (2%) = Rp 120.000 Rp 522.400
Penghasilan Netto Sebulan Rp 5.525.600
Penghasilan Netto Setahun (5.525.600 x 12 bulan) Rp 66.307.200 PTKP
- untuk WP sendiri 36.000.000
- tambahan status kawin 3.000.000
Rp 39.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 27.307.200
Pembulatan Rp 27.307.000
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 27.307.000 = Rp 1.365.350
PPh 21 sebulan (1.365.350 : 12 ) = Rp 113.780
2. Saat menyetor PPh Pasal 21 ke kas negara dan pembayaran pensiun via
bank:
Utang PPh Pasal 21 113.780
Utang Asuransi- JKK 30.000
Utang Asuransi- Jaminan Kematian 18.000
Utang Pensiun 200.000
Utang Iuran JHT 342.000
Kas/Bank 703.780
PPh 21 Ditanggung Pemberi Kerja
Menanggung pajak biasanya dilakukan pemberi kerja dengan cara membayarkan
langsung PPh Pasal 21 Terutang. Disini umumnya uang untuk membayar PPh
Pasal 21 tidak diberikan kepada masing-masing karyawan, akan tetapi
langsung disetorkan kepada bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro. Jadi
jumlah PPh Pasal 21 yang ditanggung tadi tidak ditambahkan ke dalam
penghasilan karyawan.
Secara fiskal, kata menanggung pajak – atau kadang disebut dalam klausul
perjanjian kerja dengan pajak ditanggung pemberi kerja (net of tax) – berarti
bahwa tanggungan pajak tersebut bukan merupakan Objek Pajak
Penghasilan (PPh). Hal ini dikarenakan tanggungan pajak tadi tidak
ditambahkan ke dalam penghasilan karyawan dan digolongkan sebagai
kenikmatan (benefit in kind) sesuai dengan ketentuan dalam pasal 4 ayat (3)
huruf d UU PPh. Sinkronisasi dari ketentuan tersebtu dalam Pasal 9 ayat(1)
huruf e UU PPh dinyatakan bahwa imbalan atau penggantian sehubungan
dengan jasa atau pekerjaan yang diberikan dalam bentuk
natura/kenikmatan merupakan non deductible expenses. Artinya, secara
fiskal pembayaran PPh Pasal 21 DITANGGUNG PEMBERI KERJA
merupakan non deductible expenses atau tidak dapat dijadikan biaya
pengurang penghasilan bruto.
PPh 21 Ditanggung Pemberi Kerja
Contoh 1:
Kesono, berstatus K/1, bekerja di PT ABC dengan mendapat gaji pokok sebesar Rp
1.500.000,- dan tunjangan transport serta tunjangan makan masing-masing sebesar Rp
500.000,-. Besarnya penghasilan yang diterima Kesono lebih dari Rp 2.000.000,-.
Pph Pasal 21 atas gaji dan tunjangan tersebut sebesar Rp 94.750,-. PT ABC mempunyai
kebijakan untuk menanggung jumlah PPh Pasal 21 masing-masing karyawannya yang
masih dibawah Rp 100.000,-. Dengan demikian, dalam slip gaji Kesono setiap bulan akan
tercantum sebagai berikut :
Gaji Pokok …………………….. Rp 1.500.000,-
Tunjangan Transport …………… Rp 500.000,-
Tunjangan makan ………………. Rp 500.000,-
Jumlah Bruto …………………… Rp 2.500.000,-
Potongan :
PPh Pasal 21 ……………….. Rp 0,-
Jumlah Potongan ……………....... Rp 0,-
Jumlah Take home pay ………….. R p 2.500.000,-
Jurnal PPh 21 Ditanggung Pemberi Kerja
2.450.000
150.000
Tunjangan PPh 21
Jurnal Tunjangan PPh 21 (Non Gross Up)
Jurnal Tunjangan PPh 21 (Gross Up)
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 22
• Ilustrasi Kasus:
PT Angin Ribut adalah produsen obat kesehatan dan menjual obat kepada PT
Timbul Tenggelam (ber-NPWP), distributor obat, senilai Rp 400.000.000 secara
tunai. Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan sebesar 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak
(DPP) PPN.
• Jurnal oleh PT Angin Ribut selaku Pemungut PPh 22:
– Saat terjadi transaksi:
Kas dan Bank Rp 401.200.000
Utang PPh pasal 22 1.200.000
Penjualan 400.000.000
– Saat penyetoran PPh Pasal 22:
Utang PPh pasal 22 Rp 1.200.000
Kas dan Bank 1.200.000
• Jurnal oleh PT Timbul Tenggelam selaku Pihak yang Dipungut:
– Saat terjadi transaksi:
Pembelian Rp 400.000.000
Uang Muka PPh pasal 22 1.200.000
Kas dan Bank 401.200.000
– Saat pengkreditan PPh Pasal 22 di PPh Badan terutang akhir tahun:
Utang PPh Pasal 17 Badan Rp 1.200.000
Uang Muka PPh pasal 22 1.200.000
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN-PPh PASAL 22
• SPBU Pertamina 3478910 dalam tahun 2016 melakukan Pembelian ke PERTAMINA
(BBM) senilai Rp 1.000.000.000
Pertanyaan:
1. Berapa PPh 22 yg harus dibayar SPBU Pertamina?
2. Jurnal saat pembelian dan saat pembayaran PPh Pasal 22?
Jawab:
PPh 22 yg.harus dibayar SPBU = 0,25% x 1.000.000.000 = 2.500.000
Harus dibayar saat penebusan D.O. Ke PERTAMINA
Jurnal:
Pembelian 1.000.000.000
Biaya PPh 22 2.500.000
Kas 1.250.000.000
Catatan: Karena bersifat Final , maka PPh Badan Terutang pada SPT Tahunan SPBU
Pertamina statusnya akan NIHIL
CASE STUDY - PPh PASAL 22
PT EUREKA pada tahun 2009 melakukan transaksi
sebagai berikut:
• Mengimpor 300 set computer dengan
menggunakan Angka Pengenal Impor dengan
harga CIF @ US$ 1.000, Bea Masuk 10% dan
Bea Masuk Tambahan 5%. Kurs pada saat
transaksi kurs KMK 1 US$ = 9.750,-
• Melakukan penyerahan 20 set computer @
Rp22.000.000,- (included PPN) kepada
Dispenda DKI Jakarta.
Buatlah ayat jurnal yang sesuai dengan transaksi
tersebut!
Pembahasan:
Nilai barang diimpor (CIF) = US$ 300,000x9.750 = Rp 2.925.000.000
Bea Masuk (10% dari CIF) = Rp 292.500.000
Bea Masuk Tambahan (5% dari CIF) = Rp 146.250.000
Nilai Impor Rp 3.363.750.000
PPh 22 Impor = 2,5% x Rp 3.363.750.000 = Rp 84.093.750
PPN Impor = 10% x Rp 3.363.750.000 = Rp 336.375.000 +
Kas Rp 3.784.218.750
Jurnal Akuntansi:
Persediaan Barang/Pembelian/Komputer 3.363.750.000
PPN Masukan 336.375.000
Uang Muka PPh 22 Impor 84.093.750
Kas/Bank 3.784.218.750
Pembahasan:
DPP PPh Ps.22 (100/110)x 22.000.000 = Rp 20.000.000
Rp 20.000.000 x 20 set = Rp 400.000.000
PPh 22 = 1,5% x Rp 400.000.000 = Rp 6.000.000
Jurnal:
1. Pencatatan saat penjualan
Piutang Usaha 400.000.000
Penjualan 400.000.000
JURNAL:
Biaya Royalty 70.000.000
Utang PPh 26 14.000.000
Kas 56.000.000
Ilustrasi Kasus-PPh PASAL 4(2)
PT Aman membayar sewa bangunan sebesar Rp
50.000.000 kepada PT XYZ. Atas sewa bangunan
dikenakan PPh final 10%.
Jurnal yang terkait dengan transaksi di atas:
1)Pihak yang membayar sewa:
Beban sewa bangunan Rp 50.000.000
Utang PPh Final 5.000.000
Kas dan Bank 45.000.000
2) Pihak yang menerima penghasilan:
Kas dan Bank Rp 45.000.000
Beban PPh Final 5.000.000 not creditable
Penghasilan Sewa Bangunan Rp 50.000.000
Kasus-PPh PASAL 4(2)
Bunga Deposito terutang PPh 4(2) tarif 20%
Kasus-PPh PASAL 4(2)
Sewa tanah/bangunan terutang PPh 4(2) tarif 10%
AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
1) Pencatatan akuntansi yang harus diperhatikan adalah:
Akun PPN Masukan (Value Added Tax – In/VAT-in)
Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang dibayar atau
dipungut atas terjadinya transaksi pembelian BKP dan JKP.
Akun PPN Keluaran (Value Added Tax – Out/VAT-in)
Untuk mencatat besarnya PPN terutang yang wajib
dipungut atas penyerahan BKP dan JKP kepada pihak lain.
Contoh:
Jurnal Penjualan
Kas/Piutang Dagang xxx
Penjualan xxx
PPN Keluaran xxx
Jurnal Pembelian
Pembelian xxx
PPN Masukan xxx
Kas/Utang Dagang xxx
Akuntansi PPN
• PT ABC, telah PKP, melakukan penjualan barang secara tunai, diskon 10%,
kepada PT XYZ dengan harga jual sebesar Rp 100 juta.
– Harga jual Rp 100.000.000
– Potongan tunai Rp 10.000.000
– Jumlah Pembayaran Rp 90.000.000
– PPN (10%) Rp 9.000.000
• Potongan harga yang tercantum dalam Faktur Pajak Standar dapat
mengurangi dasar pengenaan PPN. Ayat jurnal terkait:
• Bagi PT ABC selaku penjual:
Kas Rp 99.000.000
Potongan Penjualan 10.000.000
Penjualan 100.000.000
PPN Keluaran 9.000.000
• Bagi PT XYZ selaku pembeli:
Pembelian Rp 100.000.000
PPN Masukan 9.000.000
Potongan Pembelian 10.000.000
Kas Rp 99.000.000
Akuntansi PPN
• Masih melanjutkan kasus sebelumnya, jika PT ABC juga melakukan
pembelian barang secara tunai kepada PT FGH dengan harga jual sebesar
Rp 88 juta termasuk PPN, maka jurnal terkait:
• Bagi PT ABC selaku pembeli:
Pembelian Rp 80.000.000
PPN Masukan 8.000.000
Kas Rp 88.000.000
• Jika pajak keluaran dan pajak masukan PT ABC dilaporkan
pada SPT Masa PPN yang sama, maka pencatatan akuntansi
untuk menunjukkan selisih kurang atau lebih bayar PPN
sebagai berikut:
PPN Keluaran Rp 9.000.000
PPN Masukan Rp 8.000.000
Utang PPN Rp 1.000.000
• Selanjutnya, penyetoran PPN terutang ke kas negara:
Utang PPN Rp 1.000.000
Kas dan Bank Rp 1.000.000
Akuntansi PPN
• Contoh bila PPN Lebih Bayar, berikut adalah rekap PPN
Keluaran dan PPN Masukan selama sebulan
PPN Keluaran selama sebulan 8.000.000
PPN Masukan selama sebulan 9.000.000
PPN LB (1.000.000)
• Yang dimaksud dengan “pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan,
hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali” adalah biaya perolehan tanah
berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai dari pihak ketiga dan
pengurusan hak-hak tersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya,
sedangkan biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai
diamortisasikan selama jangka waktu hak-hak tersebut
Case Study - Akuntansi Pajak untuk PBB dan BPHTB
Pada akhir tahun 2009 PT EUREKA juga melakukan
transaksi sebagai berikut:
• Membayar Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2009
untuk gedung pabrik sebesar Rp15.000.000,- dan
gedung kantor sebesar Rp10.000.000,- serta sanksi
keterlambatan pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan sebesar Rp250.000,-;
• Membayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan atas pembelian gedung pabrik yang baru
sebesar Rp 20.000.000,-. Sedangkan harga gedung itu
sendiri Rp 4.000.000.000
Buatlah ayat jurnal yang sesuai dengan transaksi
tersebut!
PEMBAHASAN – PBB & BPHTB
Jurnal Pembayaran PBB:
Biaya PBB pabrik dan kantor Rp. 25.000.000
Biaya Sanksi PBB Rp. 250.000=>non deductible
Kas Rp. 25.250.000
Jurnal
Kas Rp. 27.500.000,-
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp. 7.500.000,-
Mesin Rp. 30.000.000,-
PPN Keluaran Rp. 2.500.000,-
Keuntungan pengalihan harta Rp. 2.500.000,-
JURNAL GABUNGAN
Dijual tunai sedan April 2011 seharga Rp. 35.000.000,-, sedan tersebut dibeli bulan
Januari 2010 seharga Rp. 30.000.000,- dan PPN Masukan tidak dapat dikreditkan.
Akumulasi Penyusutan s.d. Maret 2011 7.500.000 sehingga nilai bukunya Rp.
25.500.000,-