Anda di halaman 1dari 14

Nama : Chika Bagja Puspita Wijaya

Kelas : 3L akuntansi

NPM 502110010309

Tugas 3

1. Latihan Nomer 1-5 Bab 5, Nomor 1-4 Bab 7, Buku Akuntansi Perpajakan- Sukrisno
Agoes
1. apakah yang dimaksud dengan persediaan menurut sak-etap?
Jawaban :
Persediaan adalah dijual dalam kegiatan normal, dalam produksi untuk kemudian
dijual, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pembelian kerja.
2. dari jenis persediaan sebutkan perbedaan antara perusahaan dagang dengan
perusahaan industri?
Jawaban :
Perusahaan dagang adalah untuk menghasilkan pendapatan yang digunakan
untukmembeli barang dagang yang kemudian dijual kembali kepada pelangan.
Pendapatan dari dagang yang telah dijual dilaporkan sebagai penjualan. Perusahaan
Dagang tidak memproduksi sendiri barangnya melainkanmengambil atau membeli
produk/barang persediaan dari supplier dalam bentuk bahan yangsudah jadi.
Perusahaan Dagang bertujuan untuk menjual kembali produk/barang yang
telahdiambil.
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan
kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu
bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri
mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang
3. sebutkan system pencatatan persediaan menurut akuntansi dan pajak disertai dengan
peraturannya?
Jawaban :

1. Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodic Inventory System)


Pencatatan persediaan sistem periodik disebut juga pencatatan fisik. Pada metode ini akun
persediaan akun diperbaharui nilainya hanya pada akhir periode saja sebelum penyusun
laporan keuangan, melalui perhitungan fisik persediaan (stock opname) di gudang.

Sistem ini biasa digunakan oleh prusahaan yang menjual berbagai macam produk yang harga
satuannya relatif kecil, sehingga untuk menghitung harga pokok penjualan per unit sulit
dilakukan. Oleh karena itu, harga pokok penjualan dihitung tiap akhir periode setelah barang
dihitung secara fisik. Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik

Berikut ini perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik :

1.Tidak ada pencatatan pada akhir persediaan;

2. Beban angkut pembelian akan didebet pada akun beban angkut pembelian;

3. Pembelian barang dagang secara tunai didebet pada akun pembelian, dan dikredit pada akun
kas. Jika pembelian secara kredit, dicatat pada akun utang dagang;

4. Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun retur dan potongan pembelian;

5.Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun potongan tunai pembelian;

6.Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode setelah
melakukan perhitungan fisik dari penilaian persediaan akhir.

2. Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System)

Pencatatan persediaan sistem perpetual merupakan perhitungan jumlah dan nilai persediaan
yang dilakukan secara terus menerus setiap kali terjadi transaksi yang berkaitan dengan
persediaan barang dagang.

Saat ini sangat sedikit perusahaan yang merupakan sistem perpetual, kecuali untuk
perusahaan kecil yang mempunyai barang-barang tertentu secara eceran dengan harga yang
murah, seperti perman, teh, korek api, dan lain sebagainya.

Perlakuan Akuntansi Untuk Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual

Berikut ini perlakuan akuntansi terhadap sistem pencatata persediaan perpetual :

1.Pembelian barang dagang akan didebet pada akun persediaan;

2.Beban angkut pembelian akan dikredit ke akun persediaan;

3.Retur pembelian akan dikredit ke akun persediaan;


4. Potongan pembelian akan dikredit ke akun persediaan;

5. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan diketahui bersamaan dengan pengakuan
penjualan dan akun persediaan akan dikredit;

Akun persediaan adalah akun pengendalian yang didukung dengan buku besar pembantu
untuk setiap jenis persediaan.

4. Sebutkan perbedaan sistem pencatatan persediaan yang anda ketahui?


Jawaban:

ada Metode Perpetual dan Metode Periodik. Sistem pencatatan metode


perpetual disebut juga metode buku adalah sistem dimana setiap persediaan yang
masuk dan keluar dicatat di pembukuan. Sementara metode periodik dilakukan
dengan menghitung jumlah persediaan di akhir suatu periode untuk melakukan
pembukuannya. Dalam penjurnalan Metode Perpetual dan Periodik punya perbedaan
khas, metode Perpetual melakukan pencatatan aktivitas keluar masuk persediaan dan
HPP ketika transaksi penjualan. Sedangkan metode Periodik tidak mencatat HPP saat
transaksi penjualan.

Masing-masing memiliki keunggulan, dengan Perpetual kita bisa mengatahui posisi


nilai persediaan kapan saja, karena selalu di bukukan/dijurnal setiap ada aktivitas
keluar masuk. Sedangkan untuk Periodik, pencatatan hanya dilakukan saat pembelian,
pencatatan HPP dilakukan nanti di akhir periode yang ditentukan (bulanan, triwulan,
semester atau tahunan) perusahan, sehingga lebih cepat dan ringkas dalam
membukukan Penjualan.

5. sistem penilaian persediaan menurut akuntansi dan perpajakan serta peraturannya?


Jawaban:

Berdasarkan Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan (PPh) mengatur bahwa penilaian persediaan barang hanya boleh
menggunakan harga perolehan, sedangkan penilaian pemakaian persediaan barang
untuk penghitungan harga pokok hanya boleh dilakukan dengan cara atau metode
pencatatan persediaan sebagai berikut :

Metode Fifo (Fist In First Out).


Metode ini beranggapan, bahwa barang yang dibeli lebih awal, dianggap dikeluarkan lebih awal pula.
Dengan demikian, setiap terjadi suatu transaksi penjualan, maka harga pokok barang yang terjual dinilai
berdasarkan harga barang yang dibeli lebih awal.

Metode Rata-Rata (Moving Avarage).

Metode ini beranggapan, bahwa setiap terjadinya perubahan jumlah persediaan barang, baik karena
pembelian maupun karena adanya penjualan yang dilakukan oleh perusahaan, sisa persediaan barang yang
masih ada segera diambil nilai rata-ratanya. Nilai rata-rata barang yang masih ada diperoleh dengan jalan
membagi jumlah nilai persediaan barang yang masih ada dengan jumlah satuan barang yang bersangkutan.
Dengan demikian, harga pokok barang yang dijual, dinilai berdasarkan harga rata-rata barang itu.

Apabila sekali Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi memilih salah satu cara penilaian pemakaian
persediaan untuk penghitungan harga pokok tersebut, maka untuk tahun-tahun selanjutnya harus digunakan
cara yang sama.

BAB 6

1) Dasar pemungutan PPh 22 terdiri dari: Nilai impor, harga jual lelang, harga pembelian dan harga
penjuala. Apakah yang dimaksud dengan Nilai impor?
2) Bagimana perhitungan PPh 22 atas impor tersebut?
3) Sebutkan dan jelaskan mengenai kewajiban pajak atas sewa yang anda ketahui
4) PT Alam pemegang ijin impor (API) melakukan impor mesin dankorea dengan perincian sbb:
 Harga Mesin US $800.000
 Ansuransi US $ 50.000
 Ongkos Kirim US $ 10.000
 Bea Masuk 30% dari harga mesin
 PPN 10% dari nilai impor
 Pungutan di pelabuhan US $ 5.000

Informasi tambahan untuk perhitungan harga peroleha mesin:

 Ongkos angkut dari pelabuhan kegudang perusahan US $1.000


 Biaya pemasangan sebesar US $ 4.000
 Kurs US $ = Rp. 8.500
 Mesin tersebut dijual ke PT semesta dengan harga jual 120% dari harga perolehan

Hitunglah CIF, Nilai Impor, PPH 22 impor, harga perolehan mesin, dan buatlah jurnal untuk transaksi
pembelian impor dan pada saat dijual ke PT Semesta.

7) PT Queen merupakan perusahan yang bergerak dibidang perdagangan umum dan jasa lainnya yang
berkedudukan dijalan Nirwana Bogor dan memiliki NPWP. Transaksi yang berkaitan dengan PPh 22,
23, dan PPh 4 ayat (2) yang dilakukan oleh PT Queen selama tahun 2012 adalah sebagi berikut.
a. Melalukan impor suku cadang kereta api dari jerman menggunakan API denagn CIF Euro
11.000 dengan Kurs KMK untuk periode tersebut adalah Rp. 8.670
b. Membayar tagihan kepada PT Siaga atas Servis peralatan kantor dengan perincian penggantian
suku cabang Rp. 300.000 dan jasa servis Rp. 75.000
c. Membayar tagihan catering dari perusahaan catering Enak Tenan dengan perincian bahan
makanan Rp. 500.000 dan jasa catering Rp. 200.000
d. Membayar bunga pinjaman kepada bank Noni sebesar Rp. 5.000.000
e. Membayar dividen kepada para pemegang saham sebesar Rp. 200.000.000 dimana semua
pemegang saham adalah orang pribadi dan memiliki NPWP
f. Menerima pembayaran deviden dari PT Avia sebesar Rp. 25.000.000 dimana PT Queen
memiliki 20% saham beredar dari PT Avia.
g. Ikut serta dalam penghijauan Bogor dari pemda Jawa Barat untuk menanam sejuta pohon, atas
jasanya tersebut PT Queen menerima imbalann Rp. 10.000.000
h. Membayar sewa gedung yang digunakan persuahaan sebesar Rp.180.000.000 untuk jangka
waktu 1 tahun mulai mei 2012

Buatlah jurnal untuk masing- masing transaksi.

Jawaban :

1) Nilai impor yang dimaksud adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea
Masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan
lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan kepabeanan
di bidang impor. Sementara, untuk nilai ekspor yang dimaksud adalah nilai Free on Board
(FOB).
2) Impor yang memakai Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor; non-API =
7,5% x nilai impor; yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
3) Persewaan tanah/bangunan akan dipotong oleh penyewa pada saat pembayaraan atau
pembebanan biaya, dan pihak penyewa tersebut yang akan membayar atau menyetor PPH
pasal 4 ayat (2) ke kas Negara dengan menggunakan surat seoran pajak paling lambat 10
bulan berikutnya dan mealporkan ke kantaor pelayanan pajak dengan mengguakan surat
pemberitahuan masa PPh final passal 4 ayat (2).
4) Harga mesin =US$800.000 Kurs=US$1.00=Rp.8.500 Asuransi
=US$ 50.000
Ongkos kirim =US$ 10.000 +
=US$860.000
a. CIF(Cost,Insurance,Freight) dalam rupiah= US$860.000 x Rp.8.500
= Rp.7.310.000.000

b.Harga(US$)=800.000,harga (Rp)= 800.000 × 8500


=Rp.6.800.000.000

Pungutan dipelabuhan= US$5.000, = 5.000 × 8500 =


Rp.42.500.000 Nilai Impor=CIF+Bea Masuk+Pungutan
LainMasuk+Pungutan Lain
=Rp.7.310.000.000(30%xRp.6.800.000.000)+Rp.42.500.000
=Rp.7.310.000.000xRp.2.040.000.000xRp.42.500.00
=Rp.9.392.500.000

c.PPh Pasal 22 Impor =2,5% x nilai impor


=2,5% x Rp 9.392.000.000
= Rp 234.812.500

d.Harga Perolehan = harga mesin =Rp.6.800.000.000


ongkos angkut =Rp 8.500.000(1.000×8.500)
biaya pemasangan =Rp.34.000.000(4.000×8.50)
PPN(10%xnilai mpor) =Rp 939.250.000 +
Rp.7.781.750.000
e.Jurnal Transaksi Pembelian Impor:
Mesin Rp.7.781.750.000
uang muka PPh pasal 22impor Rp.234.812.500
kas/bank Rp.8.016.562.500

Jurnal penjualan:
kas Rp.9.338.100.000

Jurnal penjualan:
kas Rp.9.338.100.000
penjualan Rp.9.338.100.000
(hargajual=120%xRp.7.781.750.000=Rp.9.338.100.000)

7) a. 11.000 x 8.670 = Rp95.370.000


PPh 22 yaitu 22,5 % x 95.370.000 = Rp 2.384.250
Jurnal untuk PT. Queen:
Persediaan suku cadang Rp95.370.000 PPN masukan Rp 9.537.000
PPh 22 dibayar dimuka Rp 2.384.250 Kas/Bank Rp117.291.250

Jurnal untuk Jerman:


Kas/Bank Rp117.291.250
PPN keluaran Rp 9.537.000
Utang PPh 22 Rp 2.384.250
Penjualan Rp95.370.000

b. Jurnal untuk PT. Queen ;


Utang Rp300.000
Jasa service Rp 73.500
Utang PPh 23 Rp 1.500
Kas/Bank Rp375.000

Jurnal untuk PT. Siaga ;


Kas/Bank Rp373.500
PPh 23 dibayar dimuka Rp 1.500
Piutang Rp300.000
Pendapatan jas Rp 75.000

1. Jurnal PT. Queen ;


Utang Rp500.000
Jasa katering Rp196.000
Utang PPh 23 Rp 4.000
Kas/Bank Rp700.000

Jurnal untuk Enak Tenan ;


Kas/Bank Rp696.000
PPh 23 dibayar dimuka Rp 4.000
Piutang Rp 500.000
Pendapatan jasa Rp 200.000

2. J
urn
al
PT.
Que
en ;
Beb
an
bun
ga
Rp5
.00
0.0
0
Utang PPh
23 Rp
750.000
Kas/Bank Rp4.250.000

Jurnal untuk bank Noni ;


Kas/Bank Rp4.250.000 PPh 23 dibayar dimuka Rp 750.000
Pendapatan bunga Rp5.000.000

3. Jurnal untuk PT. Queen ;


Beban dividen Rp200.000.000 Utang PPh 23 Rp 20.000.000
Kas/Bank Rp180.000.000

Jurnal untuk
pemegang saham ;
Kas/Bank Rp180.000.000 PPh 23 dibayar dimuka Rp 20.000.000
Pendapatan dividen Rp200.000.000

Jurnal5.PT. Queen ;
Kas/Bank Rp18.000.000
PPh 23 dibayar dimuka Rp 2.000.000
Pendapatan dividen Rp20.000.000

Jurnal untuk PT. Avia ;


Beban dividen Rp20.000.000
Utang PPh 23 Rp2.000.000
Kas/Bank Rp18.000.000
Jurnal6.PT. Queen ;
Kas/Bank Rp8.500.000
PPh 23 dibayar dimuka Rp1.500.000
Imbalan jasa Rp10.000.000
Jurnal untuk Pemda Jawa Barat ;
Beban imbalan Rp10.000.000 Utang PPh 23 Rp1.500.000
Kas/Bank Rp8.500.000

7. Jurnal untuk PT. Queen ;


Sewa bus dibayar dimuka Rp180.000.000
PPN masukan Rp 18.000.000 PPh pasal 4 ayat (2) Rp 18.000.000
Kas/Bank Rp180.000.000
disajikan pada pos investasi jangka panjang sesuai dengan sifatnya, baik yang
bersifat permanen maupun yang nonpermanen. Laba atau rugi dari
penjualan investasi jangka panjang biasanya dilaporkan dalam perhitungan laba-
rugi. Penghasilan penjualan investasi umumnya dipisahkan dari penghasilan yang
diterima dari kegiatan usaha. Investasi jangka panjang dalam saham dan obligasi
dicatat sebesar harga perolehannya.

1. menurut iai 2009 dalam SAK-ETAP investasi dalam saham dicatat dengan
menganut metode cost/equist. Apakah perbedaan kedua metode tersebut?
Jawaban :
Investor harus mengukur investasi pada etentitas asosiasi dengan menggunakan
metode biaya(cost method). Dalam metode biaya ini investasi diukur pada biaya
perolehan dikurangi akumulai kerugian penurunan nilai. Biaya perolean investasi
tersebut : pembelian, biaya broker, dan pajak dan biaya lainnya.

Metode ekuitas adalah metode pencatatan investasi yang pada awal perolehan
investor mencatat investasi sebesar biayanya, dividen maupun distribusi laba
dicatat sebagai pengurang akun investasi. Nilai investasi ditambah atau dikurangi
dengan bagian laba/rugi investor pada perusahaan asosiasi[1] setelah tanggal
perolehan. Untuk investasi dalam perusahaan asosiasi diatur dalam PSAK No. 15
tentang Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi. Metode ekuitas
harus diterapkan oleh investor yang memiliki saham berhak suara pada
perusahaan investee baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
kepemilikan 20% atau lebih.

Dengan kepemilikan 20% atau lebih, secara akuntansi investor dianggap memiliki
pengaruh yang signifikan pada investee, oleh karena itu pengakuan penghasilan
berdasarkan dividen yang diterima tidak dapat digunakan sebagai ukuran yang
memadai untuk merefleksikan penghasilan yang diperoleh investor dari investasi
dalam investee karena distribusi yang diterima tersebut hampir tidak ada
hubungannya dengan kinerja investee. Mengingat pengaruh yang signifikan
terhadap investee, investor memiliki tolok ukur atas kinerja investee, yaitu
imbalan investasi (return on investment). Investor melaksanakan tanggung jawab
ini dengan memperluas lingkup laporan keuangan konsolidasi sehingga mencakup
bagiannya atas hasil usaha investee dan dengan demikian menyediakan analisis
terhadap penghasilan serta investasi sehingga rasio yang lebih relevan dapat
dihitung. Dengan demikian, penerapan metode ekuitas memungkinkan pelaporan
aktiva bersih dan penghasilan bersih oleh investor dengan lebih informatif.
2. Mengapa metode penilaian persediaan LIFO tidak digunakan dalam perpajakan?
Jawaban :

Alasan pertama kenapa LIFO tidak digunakan lagi ialah karena adanya perbedaan laba yang
cukup signifikan. Dibanding dua metode lainnya terdapat selisih yang cukup jauh dalam laba
operasi yang dihasilkan jika menggunakan metode LIFO dalam menaksir persediaan.
Ada beberapa alasan kenapa metode LIFO sudah tidak efektif untuk digunakan dalam menilai persediaan. Berikut
beberapa alasan kenapa LIFO tidak digunakan lagi sebagai referensi untuk menambah wawasan anda dalam hal
persediaan :

Perbedaan Laba

Alasan pertama kenapa LIFO tidak digunakan lagi ialah karena adanya perbedaan laba yang cukup signifikan.
Dibanding dua metode lainnya terdapat selisih yang cukup jauh dalam laba operasi yang dihasilkan jika
menggunakan metode LIFO dalam menaksir persediaan.

Mampu Mengurangi Kualitas Laporan Keuangan

Penggunaan metode LIFO juga tidak merepresentasikan recent cost level of inventory . Hal ini membuat nilai
persediaan tidak memiliki nilai yang relevan atau keadaan yang sebenarnya. Pada akhirnya hal ini mengurangi
kualitas dari laporan keuangan itu sendiri.

Dapat Digunakan Untuk Memanipulasi Pajak

Kelemahan dari metode LIFO ialah mampu digunakan untuk memanipulasi laba perusahaan. Penggunaan metode
ini seperti dikatakan sebelumnya dapat memperkecil laba perusahaan. Alhasil dengan kecilnya laba maka pajak
yang ditanggung perusahaan juga akan jauh lebih kecil. Tentunya hal ini dapat mengurangi pendapatan negara.

3. Bagaimanakah perlakuan akuntansi perpajakan atas sewa harta bergerak dan harta tiodak bergerak ? Bagaimana
pula dengan uanng muka PPh 22,23,24,25?

Karena perusahaan menyadari perkembangan yang terjadi di daerah ini baik yang dilakukan Pemerintah maupun
pihak swasta. Ini pula terlihat dengan munculnya proyek-proyek yang dilakukan Pemerintah dengan menyiapkan
sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan daerah dan ini tentunya yang menjadi syarat masuknya
investor dalam berinvestasi.
2. PT HERFAN di Bandung dalam perhitungan harga pokoknya menggunakan metode LIFO dan sistem
perpetual. Berikut ini rincian data transaksi yang terkait dengan persediaan :
01-01-2020 Persediaan 350 unit @ Rp 250.000,00
02-04-2020 Pembelian 260 unit @ Rp 280.000,00
25-05-2020 Penjualan 435 unit @ Rp 450.000,00
01-06-2020 Retur tanggal 25-5-2020 55 unit
20-08-2020 Pembelian 250 unit @ Rp 310.000,00
21-10-2020 Pembelian 245 unit @ Rp 350.000,00
02-11-2020 Pembelian 320 unit @ Rp 360.000,00
15-12-2020 Penjualan 480 unit @ Rp 480.000,00

Diminta :
◼ Hitunglah Laporan L/R menggunakan metode yang dianut oleh PT HERFAN ?
◼ Hitunglah HPP menggunakan metode FIFO sesuai
ketentuan perpajakan dan tentukan berapakah koreksi
fiskalnya ?

Jawaban:
Persediaan akhir (unit)= Persediaan Awal + Pembelian – Produksi
= 350 + (260 + 250 + 245+320) – (435 + 480)
=510 unit

Persediaan akhir (Rp) =510 x Rp.360.000


=Rp. 183.600.000

Persediaan awal = 350 x 350


=122.500
Pembelian =260 x Rp.280.0000 = Rp. 72.800.000
=250 x Rp.310.000 = Rp. 77.500.000
=245 x Rp.350.000 = Rp. 85.750.000
=320 x Rp.360.000 = Rp. 115.200.000
Rp. 351.250.000
HPP = Persediaan awal + Pembelian – Persediaan Akhir
= Rp.122.500 + Rp.351.250.000 – Rp.183.600.000
= Rp.167.772.500

Anda mungkin juga menyukai