Anda di halaman 1dari 21

PPh pasal 24 dan 25

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24


Pajak Penghasilan Pasal 24.
- Merupakan besarnya pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap penghasilan WPDN
- Pajak terhutang WPDN bersumber dari seluruh penghasilan ( penghasilan
DN dan LN)

Penggabungan Penghasilan luar negeri.


- Penghasilan usaha : diakui pada saat diperolehnya penghasilan tersebut
(acrrual basis)
- Penghasilan diluar usaha : diakui pada saat diterimanya penghasilan
tersebut (Cash Basis)
- Penghasilan dividen yang diperjualbelikan di Bursa Efek diakui pada saat
ditetapkannya oleh Keputusan Menteri Keuangan
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
PT.Agung menerima dan memperoleh penghasilan neto dari
luar negeri dalam tahun 2019 sebagai berikut :
1. Hasil usaha di negeri Jerman dalam tahun 2019 sebesar Rp.700.000.000 
sebagai penghasilan tahun 2019 (accrual basis)
2. Dividen dari Belanda untuk kepemilikan sahamn di”ABX Corp” sebesar
Rp.500.000.000 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2017 yang ditetetapkan
RUPS tahun 2018 dan dibayarkan tahun 2019 sebagai penghasilan tahun
2019 (cash basis)
3. Penghasilan Bunga semester II tahun 2019 sebesar Rp.350.000.000 dari
Bankok Bank di Thailand, bunga tersebut baru akan dibayar awal Januari
2020 sebagai penghasilan tahun 2020 (cash basis)
4. Dividen dari Inggris atas kepemilikan saham di”DEF Corp” yang diperjual
belikan di Bursa Efek sebesar Rp.600.000.000 yaitu berasal dari keuntungan
tahun 2017 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan tahun 2019 
sebagai penghasilan tahun 2019 (Kep. Menkeu)
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Batas Maksimum Kredit Pajak adalah nilai yang terendah dari unsur 3
perhitungan berikut :
1. Jumlah pajak yang terhutang/dibayar diluar negeri
2. Jumlah pajak yang terhutang untuk seluruh penghasilan
3. (Penghasilan luar negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak) X PPh terhutang atas
seluruh penghasilan (tarif pasal 17 UU PPh)

Ilustrasi-1

PT. Sejahtera memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2019 sebagai


berikut :
1. Penghasilan luar negeri Rp.500.000.000 dengan tarif pajak 40%
2. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.750.000.000,-

Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah Rp.1.250.000.000,--


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 )

1. PPh dibayar diluar negeri :


40% X Rp.500.000.000 = Rp.200.000.000,-
2. PPh terhutang sesuai tarif psl 17 :
25% X Rp.1.250.000.000 = Rp.312.500.000,-
3. PPh berdasarkan perbandingan (BMKPLN):
(500.000.000 : 1.250.000.000) X Rp.312.500.000,- = Rp.125.000.000

Besarnya kredit pajak (psl 24) adalah Rp.125.000.000,--


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Dalam hal penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka besarnya
batas maksimum kredit pajak dihitung untuk masing-masing negara (per country
limitation).

Ilustrasi-2

PT. Raga memperoleh penghasilan dalam tahun 2019 sbb :


1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.400.000.000,-- dengan tarif pajak
20%.
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.500.000.000,-- dengan tarif pajak
15%
3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.350.000.000,--

Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :


a. Penghasilan kena pajakRp.1.250.000.000,--
b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :


- Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 20% X Rp.400.000.000 = Rp. 80.000.000,-
- (400.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.112.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.80.000.000,--

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,-
- (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.140.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,--

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.155.000.000,-


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Dalam hal usha di luar negeri menderita kerugian , maka kerugian tersebut
tidak dapat diperhitungkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak.

Ilustrasi-3
PT.Agung memperoleh penghasilan dalam tahun 2019 sbb :
1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.400.000.000,-- dengan tarif pajak
20%
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.500.000.000,-- dengan tarif pajak
15%
3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,-
4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.350.000.000,-

Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :


a. Penghasilan kena pajakRp.1.250.000.000,--
b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
28% X Rp.1.250.000.000 Rp.350.000.000,--
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :


- Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 20% X Rp.400.000.000 = Rp. 80.000.000,-
- (400.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.112.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.80.000.000,--

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,-
- (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.140.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,--

- Negara C : Nihil

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.155.000.000,-


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Dalam hal usaha didalam negeri merugi , maka kerugian dapat diperhitungkan
dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

Ilustrasi-4

PT. RAya memperoleh penghasilan dalam tahun 2019 sbb :


1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.800.000.000,-- dengan tarif pajak
20%
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.600.000.000,-- dengan tarif pajak
30%
3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,- tarif pajak 25%
4. Kerugian usaha di Indonesia Rp.150.000.000,-

Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :


a. Penghasilan kena pajakRp.1.250.000.000,--
b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
25% X Rp.1.250.000.000 Rp.312.500.000,--
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :


- Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 20% X Rp.800.000.000 = Rp.160.000.000,-
- (800.000.000/1.250.000.000 X Rp.312.500.000) = Rp.200.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.160.000.000,--

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,-
- (600.000.000/1.250.000.000 X Rp.312.500.000) = Rp.150.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.150.000.000,--

- Negara C : Nihil

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.310.000.000,- (160.000.000 + 150.000.000)


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Dalam hal penghasilan dalam negeri merupakan pendapatan yang pajaknya
bersifat final, maka penghasilan tersebut tidak dapat diperhitungkan dalam
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

Ilustrasi-5

PT.RAya memperoleh penghasilan dalam tahun 2019 sbb :


1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.800.000.000,-- dengan tarif pajak 20%
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.600.000.000,-- dengan tarif pajak 30%
3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,- tarif pajak 25%
4. Keuntungan usaha di Indonesia Rp.250.000.000,-(termasuk pendapatan bunga deposito
Rp.100.000.000)
Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :
a. Penghasilan kena pajakRp.1.550.000.000,--
b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
25% X Rp.1.550.000.000 Rp.387.500.000,--
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :


- Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 20% X Rp.800.000.000 = Rp.160.000.000,-
- (800.000.000/1.550.000.000 X Rp.387.500.000) = Rp.200.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.1600.000.000,-- (yang terkecil)

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,-
- (600.000.000/1.550.000.000 X Rp.387.500.000) = Rp.150.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.150.000.000,--(yang terkecil)

- Negara C : Nihil

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.310.000.000,-


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Cara melaksanakan kredit pajak luar negeri adalah WP menyampaikan


permohonan kepada Direktur Jendral Pajak bersamaan dengan penyampaian
SPT tahunan PPh dengan melampirkan :

1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri


2. Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan diluar negeri
3. Dokumen pembayaran pajak diluar negeri
PPh Pasal 25
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
- PPh Pasal 25 adalah besarnya angsuran pajak bulanan yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak dalam tahun berjalan.
- Cara pembayaran pajak dalam tahun berjalan :
a. Pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga (PPh psl 21,22,23 dan 24)
b. Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ( PPh psl 25)

Cara Perhitungan Besarnya PPh Pasal 25 :


- Pajak Penghasilan Terhutang (sesuai SPT Tahunan) Rp…………..
- Pajak yang dipotong/dipungut oleh pihak ketiga :
a. PPh pasal 21 Rp…………….
b. PPh pasal 22 Rp…………….
c. PPh pasal 23 Rp…………….
d. PPh pasal 24 Rp……………. + Rp…………… -
Pajak yang harus dibayar sendiri………………………………… Rp……………
- Besarnya PPh Pasal 25 : 1/12 X Pajak yang harus dibayar sendiri
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
Ilustrasi 25-1

Jumlah Pajak Terhutang (sesuai SPT 2019) Rp.30.000.000


PPh dipotong/dipungut pihak ketiga selama thn 2019 :
- PPh pasal 21 Rp.5.000.000
- PPh Pasal 22 Rp.2.000.000
- PPh Pasal 23 Rp.2.000.000
- PPh pasal 24 Rp.3.000.000 + Rp.12.000.000
PPh yang harus dibayar sendiri Rp.18.000.000
Besarnya PPh psl 25 than 2020 : 1/12 X Rp.18.000.000 Rp. 1.500.000

Ilustrasi 25-2

Berdasarkan ilustrasi 25-1 jika diketahui besarnya PPh pasal 25 tahun 2019 adalah sebesar
Rp.1.000.000 per bulan maka PPh pasal 29 tahun 2019 adalah :

Jumlah Pajak Terhutang (sesuai SPT 2019) Rp.30.000.000


PPh dipotong/dipungut pihak ketiga selama thn 2019 Rp.12.000.000 -
PPh yang harus dibayar sendiri Rp.18.000.000
PPh psl 25 than 2019 : 12 X Rp.1.000.000 Rp.12.000.000 –
PPh pasal 29 tahun 2019 Rp. 6.000.000
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
PERHITUNGAN BESARNYA PPH PSL 25 DALAM HAL-HAL TERTENTU :
a. Sebeleum Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan
- Berdasarkan angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu

Ilustrasi 25-2
PT.Amanah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun 2019 pada Maret 2010 dan berdasarkan perhitungan besarnya PPh Psl
25 tahun 2020 adalah sebesar Rp.3.000.000 . PPh pasal 25 Desember 2019 adalah sebesar Rp.2.500.000

Besarnya PPh Psl 25 Januari dan Februari 2020 masing-masing sebesar Rp.2.500.000

b. Jika dalam tahun berjalan, diterbitkan SKP untuk pajak tahun lalu
- Berdasarkan SKP dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan SKP
- Besarnya SKP dapat menghasilkan Pajak Terhutang sama, lebih besar dan lebih kecil

Ilustrasi 25-3
Berdasarkan SPT Tahunan tahun 2018 yang disampaikan oleh PT.Amanah pada Maret 2019, besaarnya PPh besarnya PPh Psl
25 tahun 2019 adalah sebesar Rp.3.000.000 . Pada bulan Mei 2009 terdapat pemeriksaan dan diterbitkan SKP untuk tahun
pajak 2018 tertanggal 15 Juni 2009 dengan jumlah pajak terhutang yang harus dibayar sendiri sebesar Rp.24.000.000

Besarnya PPh Psl 25 terhitung mulai Juli 2019 adalah sebesar Rp.2.000.000
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
PERHITUNGAN BESARNYA PPH PSL 25 DALAM HAL-HAL TERTENTU :
c. Jika terdapat kerugian yang belum dikompensasi
- Berdasarkan Penghasilan Kena Pajak setelah diperhitungkan kompensasi kerugian

Ilustrasi 25-4
Penghasilan Kena Pajak PT. Diva Tahun 2019 sebesar Rp.200.000.000, sisa kerugian tahun 2016 yang belum dikompensasi
sebesar Rp.50.000.000. PPh yang dipotong/dipungut pihak ketiga (PPh Psl 23) sebesar Rp.7.500.000 dan PPh Psl 25 yang
telah dibayar tahun 2019 setiap bulannya sebesar Rp.1.500.000.

Besarnya PPh Psl 25 tahun 2020 adalah :


- Penghasilan Kena Pajak (sebelum kompensasi kerugian) Rp.200.000.000
- Kompensasi kerugian tahun 2016 Rp. 50.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (setelah kompensasi kerugian) Rp.150.000.000
PPh Terhutang (25% X Rp.150.000.000) Rp. 37.500.000
PPh dipungut/dipotong pihak ketiga Rp. 7.500.000 –
PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 30.000.000

PPh Psl 25 tahun 2020 ( 1/12 X Rp.30.000.000) Rp. 2.500.000


KOMPENSASI KERUGIAN
- Kerugian dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.

Ilustrasi 25-5

PT.Amanda dalam tahun 2013 menderita kerugian fiskal sebesar Rp.1.200.000.000 . Dalam 5 tahun berikutnya laba (rugi) fiskal PT.Amanda sebagai berikut :

Tahun 2014 : laba fiskal Rp.200.000.000

Tahun 2015 : rugi fiskal (Rp.300.000.000)

Tahun 2016 : laba fiskal NIHIL

Tahun 2017 : laba fiskal Rp.100.000.000

Tahun 2018 : laba fiskal Rp.800.000.000

Kompensasi kerugian dilakukan sbb :

Rugi fiskal tahun 2013 (Rp.1.200.000.000)

Laba fiskal tahun 2014 Rp. 200.000.000 +

Sisa Rugi Fiskal tahun 2013 (Rp.1.000.000.000)

Rugi Fiskal Tahun 2015 ( Rp. 300.000.000) DK BLH DIKOMPENSASI 2019

Sisa Rugi Fiskal tahun 2013 ( Rp.1.000.000.000)

Laba Fiskal Tahun 2016 NIHIL NIHIL +

Sisa Rugi Fiskal tahun 2013 ( Rp.1.000.000.000)

Laba Fiskal Tahun 2017 Rp. 100.000.000 +

Sisa Rugi Fiskal tahun 2013 ( Rp. 900.000.000)

Laba Fiskal Tahun 2018 Rp. 800.000.000 +

Sisa Rugi Fiskal tahun 2013 ( Rp. 100.000.000) TDK DPT DKOMPENSASI 2019
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
PERHITUNGAN BESARNYA PPH PSL 25 DALAM HAL-HAL TERTENTU :
d. Jika terdapat penghasilan tidak teratur
- Berdasarkan Penghasilan Teratur

Ilustrasi 25-6
Penghasilan Kena Pajak PT. Diva Tahun 2019 sebesar Rp.200.000.000, yang bersumber dari penghasilan teratur
Rp.150.000.000 dan penghasilan tidak teratur Rp.50.000.000 .sisa kerugian tahun 2016 yang belum dikompensasi sebesar
Rp.50.000.000. PPh yang dipotong/dipungut pihak ketiga (PPh Psl 23) sebesar Rp.7.500.000

Besarnya PPh Psl 25 tahun 2020 adalah :


- Jumlah penghasilan Rp.200.000.000
- Penghasilan tidak teratur Rp. 50.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (setelah kompensasi kerugian) Rp.150.000.000
PPh Terhutang (25% X Rp.150.000.000) Rp. 37.500.000
PPh dipungut/dipotong pihak ketiga Rp. 7.500.000 –
PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 30.000.000

PPh Psl 25 tahun 2020 ( 1/12 X Rp.30.000.000) Rp. 2.500.000

Anda mungkin juga menyukai