Anda di halaman 1dari 25

PPh Pasal 24 dan 25

PPH pasal
24
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Pajak Penghasilan Pasal 24.
- Merupakan besarnya pajak atas penghasilan dari luar negeri yang
dapat dikreditkan terhadap penghasilan WPDN
- Pajak terhutang WPDN bersumber dari seluruh penghasilan
(penghasilan DN dan LN)

Penggabungan Penghasilan luar negeri.


 Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun
pajak diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis)
 Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak
diterimanya penghasilan tersebut (cash basis)
 Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (pasal 18 ayat 2
UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan
dividen tersebut di tetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan
 Kerugian dari LN tidak boleh digabungkan
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
PT.Serba Usaha menerima dan memperoleh penghasilan neto dari
luar negeri dalam tahun 2009 sebagai berikut :
1. Hasil usaha di negeri Jerman dalam tahun 2009 sebesar
Rp.700.000.000
 sebagai penghasilan tahun 2009 (accrual basis)
2. Dividen dari Belanda untuk kepemilikan sahamn di”ABX Corp”
sebesar Rp.500.000.000 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2007 yang
ditetetapkan RUPS tahun 2008 dan dibayarkan tahun 2009 sebagai
penghasilan tahun 2009 (cash basis)
3. Penghasilan Bunga semester II tahun 2009 sebesar Rp.350.000.000 dari
Bankok Bank di Thailand, bunga tersebut baru akan dibayar awal
Januari 2010 sebagai penghasilan tahun 2010 (cash basis)
4. Dividen dari Inggris atas kepemilikan saham di”DEF Corp” yang
diperjual belikan di Bursa Efek sebesar Rp.600.000.000 yaitu berasal
dari keuntungan tahun 2007 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
tahun 2009  sebagai penghasilan tahun 2009 (Kep. Menkeu)
Batas Maksimum Kredit Pajak untuk setiap
Negara
(per Country Limitation)

Apabila penghasilan luar negeri


berasal dari beberapa negara, maka
perhitungan batas maksimum
kredit pajak dilakukan untuk
masing-masing negara
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Batas Maksimum Kredit Pajak adalah nilai yang terendah dari unsur 3
perhitungan berikut :
1. Jumlah pajak yang terhutang/dibayar diluar negeri
2. Jumlah pajak yang terhutang untuk seluruh penghasilan
3. (Penghasilan luar negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak) X PPh
terhutang atas seluruh penghasilan (tarif pasal 17 UU PPh)

Ilustrasi-1
PT.Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai
berikut :
4.Penghasilan luar negeri Rp.500.000.000 dengan tarif pajak 40%
5.Penghasilan usaha di Indonesia Rp.750.000.000,- Besarnya
Penghasilan Kena Pajak adalah Rp.1.250.000.000,--
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 )

1. PPh dibayar diluar negeri :


40% X Rp.500.000.000 = Rp.200.000.000,-
2. PPh terhutang sesuai tarif psl 17 :
28% X Rp.1.250.000.000 = Rp.350.000.000,-
3. PPh berdasarkan perbandingan :
500.000.000 : 1.250.000.000 X Rp.350.000.000,- = Rp.140.000.000

Besarnya kredit pajak (psl 24) adalah Rp.140.000.000,--


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Dalam hal penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka
besarnya batas maksimum kredit pajak dihitung untuk masing-masing negara
(per country limitation).

Ilustrasi-2
PT.Dianawati memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb :
1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.400.000.000,-- dengan tarif
pajak 20%.
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.500.000.000,-- dengan tarif
pajak 15%
3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.350.000.000,--

Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :


a. Penghasilan kena pajakRp.1.250.000.000,--
b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
28% X Rp.1.250.000.000
Rp.350.000.000,--
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :


- Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 20% X Rp.400.000.000 = Rp. 80.000.000,-
- (400.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) =
Rp.112.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.80.000.000,--

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,-
- (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) =
Rp.140.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,--

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.155.000.000,-


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Dalam hal usha di luar negeri menderita kerugian , maka kerugian tersebut
tidak dapat diperhitungkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak.

Ilustrasi-3
PT.Faisal memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb :
1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.400.000.000,-- dengan tarif
pajak 20%
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.500.000.000,-- dengan tarif
pajak 15%
3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,-
4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.350.000.000,-

Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :


a. Penghasilan kena pajakRp.1.250.000.000,--
b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
28% X Rp.1.250.000.000 Rp.350.000.000,--
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :
- Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 20% X Rp.400.000.000 = Rp. 80.000.000,-
- (400.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) =
Rp.112.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.80.000.000,--

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,-
- (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) =
Rp.140.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,--

- Negara C : Nihil

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.155.000.000,-


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Dalam hal usaha didalam negeri merugi , maka kerugian dapat diperhitungkan
dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

Ilustrasi-4
PT.Findia memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb :
1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.800.000.000,-- dengan
tarif
pajak 30%
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.600.000.000,-- dengan tarif
pajak 30%
3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,- tarif pajak 25%
4. Kerugian usaha di Indonesia Rp.150.000.000,-

Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :


a. Penghasilan kena pajakRp.1.550.000.000,--
b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
28% X Rp.1.550.000.000 Rp.434.000.000,--
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :
- Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 30% X Rp.800.000.000 = Rp.240.000.000,-
- (800.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) =
Rp.224.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.224.000.000,--

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,-
- (600.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) =
Rp.168.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.168.000.000,--

- Negara C : Nihil

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.392.000.000,-


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Dalam hal penghasilan dalam negeri merupakan pendapatan yang pajaknya


bersifat final, maka penghasilan tersebut tidak dapat diperhitungkan dalam
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

Ilustrasi-5

PT.Findia memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb :


1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.800.000.000,-- dengan tarif pajak
30%
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.600.000.000,-- dengan tarif pajak
30%
3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,- tarif pajak 25%
4. Keuntungan usaha di Indonesia Rp.250.000.000,-(termasuk pendapatan
bunga deposito Rp.100.000.000)
Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :
a. Penghasilan kena pajakRp.1.550.000.000,--
b. PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
28% X Rp.1.550.000.000
Rp.434.000.000,--
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

c. Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :


- Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 30% X Rp.800.000.000 = Rp.240.000.000,-
- (800.000.000/1.550.000.000 X Rp.434.000.000) =
Rp.224.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.224.000.000,--

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,-
- (600.000.000/1.550.000.000 X Rp.434.000.000) =
Rp.168.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.168.000.000,--

- Negara C : Nihil

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.392.000.000,-


Beberapa kategori penghasilan yang dikenakan Pajak
Penghasilan Final (PPh Final) adalah sebagai berikut:
• Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek
• Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan
• Penghasilan dari hadiah atas undian
• Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau Bangunan.
• Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan.
• Penghasilan atas bunga atau diskonto obligasi yang diperdagangkan dibursa efek
• Penghasilan atas jasa konstruksi
• Penghasilan atas perusahaan pelayaran dalam negeri
• Penghasilan atas perusahaan pelayaran/penerbangan luar negeri.
• Penghasilan BUT perwakilan dagang asing di Indonesia
• Penghasilan atas selisih lebih revaluasi aktiva tetap
• Penghasilan atas penjualan hasil produksi pertamina
• Penghasilan atas bunga simpanan anggota koperasi
• Penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha.
• Penghasilan atas diskonto surat perbendaharaan negara
• Penghasilan atas transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di
bursa.
– Penghasilan atas deviden yang diterima oleh Orang
Pribadi dalam negeri.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Cara melaksanakan kredit pajak luar negeri adalah WP menyampaikan


permohonan kepada Direktur Jendral Pajak bersamaan dengan
penyampaian
SPT tahunan PPh dengan melampirkan :

1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri


2. Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan diluar
negeri
3. Dokumen pembayaran pajak diluar negeri
PAJAK
PENGHASILA
N PASAL 25

Pertemuan 12 Juitaning Mustika,


M. Pd.
Definisi

PPh Pasal 25 adalah pajak yang dibayar


sendiri
oleh Wajib Pajak

selama tahun berjalan

yang merupakan angsuran dari pajak yang


akan terhutang untuk satu tahun pajak/bagian
tahun pajak
Cara Penghitungan

Pajak terutang
sesuai SPT.

Kredit pajak • Kredit PPh 21, 22, 23 (Bagi


• Dikurangi
dalam negeri. OP)
• Kredit PPh 22, 23 (Bagi Badan)

• Dikurangi Kredit pajak luar


negeri (PPh
24).

• Sama Angsuran PPh 25


Denga per tahun.
n

• Dibagi 12 Angsuran PPh 25


per bulan.
PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN YANG
HARUS DIBAYAR WP SENDIRI DALAM
TAHUN BERJALAN

CONTOH 1 :
PPh TERUTANG CFM SPT TAHUNAN PPh Rp
2012 DIKURANGI : 50.000.000.
a.PPh YG DIPOTONG PEMBERI KERJA
(PPh PASAL 21) Rp
b.PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN 15.000.000.-
(PPh PASAL 22) Rp
c. PPh YG DIPOTONG PIHAK 10.000.000.-
LAIN ( PPh PASAL 23) Rp 2.500.000.-
d.KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
(PPh PASAL 24) Rp 7.500.000.-
JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 35.000.000.-
SELISIH Rp
15.000.000.-
BESARNYA ANGSURAN YG HARUS DIBAYAR SENDIRI SETIAP BULAN UNTUK
TAHUN 2013 adalah (Rp 15.000.000 : 12 = Rp 1.250.000.-)
Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian
SPT Tahunan PPh adalah sama dengan besarnya angsuran PPh untuk bulan
terakhir tahun pajak yang lalu.

Contoh :
• Apabila SPT Tahunan PPh tahun 2000 disampaikan pada
bulan Maret 2001, maka besarnya angsuran PPh yang
harus dibayar wajib pajak untuk bulan Januari dan
Februari 2001 adalah sama dengan angsuran bulan
Desember 2000, misalnya sebesar Rp 1.000.000,00
• Apabila dalam bulan September 2000 diterbitkan Surat
Keputusan pengurangan angsuran PPh menjadi nihil,
sehingga angsuran PPh untuk bulan Oktober s.d. Desember
2000 menjadi nihil, maka angsuran PPh untuk bulan
Januari dan Februari 2001 juga nihil.
PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI

Contoh:
Si A adalah Pengusaha Warung Makan di Jogjakarta yang memiliki penjualan pada
tahun 2010 sebesar Rp760.000.000,-. Si A statusnya kawin dan mempunyai 1 (satu)
orang anak. Si A menyelenggarakan pencatatan untuk menghitung pajaknya.
Presentase penghasilan norma = 20%. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang
harus dibayar sebagai angsuran dalam tahun berjalan dihitung sebagai berikut:
• Jumlah peredaran setahun
Rp760.000.000 Penghasilan neto setahun = 20% x Rp 760.000.000 = Rp
• 152.000.000
PTKP : K/1 Rp
• Penghasilan Kena Pajak setahun 63.000.000 Rp
• PPh Wajib Pajak Orang Pribadi terutang: 89.000.000
• 5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
• 15% x Rp 39.000.000,00 = Rp 5.850.000,00+
Rp 8.350.000,00
• PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar si A setiap bulan:
• Rp 8.350.000: 12 = Rp 695.833,-
PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB
PAJAK BADAN

Contoh:
Koperasi Unit Desa A bergerak dibidang simpan pinjam. Pada tahun
2010 memiliki penerimaan bruto dalam setahun sebesar Rp
500.000.000,- dan seluruh biaya-biaya yang berkaitan dengan usaha
(sesuai ketentuan perpajakan) sebesar Rp 425.000.000,-. PPh yang
dipotong atau dipungut pihak lain adalah sebesar
Rp16.000.000,00
• Dengan demikian, penghasilan netonya adalah:
Rp 500.000.000,- – Rp 425.000.000,- = Rp 75.000.000,-
• Pajak Penghasilan yang terutang : Rp75.000.000,- x 28% = Rp
21.000.000
• Pph yg dipungut atau dipotong: Rp 21.000.000 - Rp16.000.000,00 = Rp
5.000.000,00
• PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar KUD A setiap bulan:
Latihan:
1.Tn. Bejo (subjek pajak dalam negeri) statusnya menikah dan
mempunyai 3 orang anak, tinggal di Jakarta. Pada bulan Juli
2014 memulai usaha bengkel mobil "Lari Cepat". Jumlah
penghasilan selama bulan Juli 2014 sebesar
Rp500.000.000,00. Biaya – biaya yang dikeluarkan pada bulan
Juli 2014 sebesar Rp 450.000.000,00. Berapa besaran
angsuran PPh pasal 25 bulan Juli 2014?
2. Penghasilan PT. Maju Sejahtera tahun 2008 adalah sebesar Rp
350.000.000,00. Sisa kerugian tahun 2007 yang masih dapat
dikompensasikan sebesar Rp 400.000.000,00. Sisa kerugian
yang belum dikompensasikan sebesar Rp 50.000.000,00. Pada
tahun 2008 PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain adalah
sebesar Rp18.000.000,00, dan tidak ada pajak yang dibayar
atau terutang di luar negeri. Hitunglah PPh pasal 25 untuk
tahun 2009 dan besar angsuran pajak bulanan PT. Maju
Sejahter!

Anda mungkin juga menyukai